Professional Documents
Culture Documents
Bio Urine
Bio Urine
ABSTRACT
The use of inorganic fertilizers to increase crop productivity can be suppressed by switching it
to organic fertilizers. The abundance of cow urine waste can be used as organic fertilizer and to be
used as biourine. This study was aimed at determining the effect of biofertilizers and molasses
toward biourine quality and its effect on productivity of pakchoy. This research was conducted in
UPT Compost Brawijaya University, and glasshouses in Sukapura Village, Probolinggo in August to
November 2016. This research consisted of two steps. First production of biourine with the addition
of organic material such as molasses, biofertilizers, and empon-empon namely turmeric, galangal,
and Kaempferia galanga, which consists of 12 treatments with 3 replications arranged in a
completely randomized design, and application of biourine on pakchoy consisting of 6 treatments
(control, doses of 200, 300, 400, 500, and 600 ml L-1) with three replications. The results of first step
showed E1 treatment (10 L biourine + 30 ml + 750 ml molasses) can improve N-total 860%,
organic matter 282%, and population of microbe 1229%. The best biourine in first research (E1
treatment) was applied with dose 600 ml L-1 showed the best result. It showed to increase the
number of leaves as much as 48% and the fresh weight of pakchoy by 405% when compared to no
biourine treatment.
ABSTRAK
Kata kunci: inceptisol, kesuburan tanah, mikroba, dan pupuk organik cair
1
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145, No Telp. 0341-553623/08123300379,
email: yulianuraini@yahoo.com (*penulis korespondensi)
Peningkatan Kualitas Biourin Sapi….. 183
J. Hort. Indonesia 8(3): 183-191. Desember 2017.
Variabel yang diamati pada penelitian dan 3 setelah tanam disesuaikan dengan
ini adalah total mikroba, total E. coli, dan perlakuan yang ada pada Tabel 2.
Salmonella sp, pH, C-organik, N total, P, K,
rasio C/N, jumlah daun dan bobot basah Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman
pakchoy serta sifat kimia tanah, yang meliputi Pakchoy
pH, C-organik, N total, P, K, dan rasio C/N.
Benih pakchoy disemai selama 21 hari
Data yang diperoleh dianalisis dengan
sebelum ditanam di polibag. Pemeliharaan
menggunakan ANOVA 5% dan apabila
tanaman pakchoy meliputi penyiraman dan
terdapat perbedaan nyata antar parameter
pengendalian hama penyakit dengan
dilakukan uji lanjut dengan beda nyata jujur
menggunakan metode fisik (manual).
(BNJ) 5%.
hayati dan Empon-empon memiliki pH yang uji BNJ taraf 5%, hal ini dikarenakan pada
tergolong asam dengan nilai berturut-turut 4.9; analisis dasar urin sapi pH urin sapi memiliki
3.6; dan 4.3, sedangkan kadar C/N rasio ketiga pH sebesar 8.1 (Tabel 4). Bahan-bahan yang
bahan tersebut tergolong sangat tinggi. digunakan untuk campuran biourin akan
Populasi mikroba pada empon-empon dan berpengaruh pada kandungan biourin tersebut,
molase tergolong rendah (Tabel 3) sedangkan hal tersebut terjadi pada perlakuan E1 (30 ml
pada pupuk hayati populasi mikroba termasuk pupuk hayati dan 750 ml molase pada 10 L
sedang (Tabel 3). urin) yang memiliki pH paling rendah, hal ini
dikarenakan pada perlakuan E1 komposisi
Pengaruh Kombinasi Molase, Pupuk Hayati, bahan campurannya paling tinggi, dan bahan
dan Empon-Empon terhadap Status Hara campuran tersebut memikili pH yang masam.
Biourin Penurunan pH juga disebabkan karena adanya
aktifitas dekomposisi yang lebih cepat oleh
Perlakuan memberikan pengaruh yang
mikroba sehingga pH menjadi masam.
nyata berdasarkan uji ANOVA pada taraf 5%,
Perlakuan memberikan pengaruh yang
terhadap semua parameter pengamatan pada
nyata terhadap kadar bahan organik pada
28 hari setelah dekomposisi. Hasil penelitian
biourin berdasarkan uji ANOVA pada taraf
menunjukkan kadar C-organik, N-total, C/N
5%. Kadar bahan organik tertinggi terdapat
rasio dan bahan organik mengalami penurunan
pada perlakuan E1 (30 ml pupuk hayati dan
di hari ke-28 setelah dekomposisi, sedangkan
750 ml molase pada 10 L urin) dan berbeda
pH, P-total dan N-total mengalami
nyata berdasarkan uji BNJ 5% bila dibandingkan
peningkatan (Tabel 4). Perbedaan status hara
dengan perlakuan lain. Tingginya kadar bahan
disebabkan oleh lama waktu dekomposisi. Hal
organik pada perlakuan E1 diduga dipengaruhi
ini sesuai dengan pernyataan Rinekso (2011),
oleh penambahan molase. Tingginya bahan
bahwa lama waktu yang digunakan dalam
organik akan dapat meningkatkan kulitas pupuk
proses dekomposisi akan mempengaruhi
yang dihasilkan. Penambahan molase yang
kandungan C-organik, N, P, dan K. Penurunan
mengandung bahan organik dapat
hara diduga karena proses dekomposisi yang
meningkatkan kualitas pupuk. Meskipun
terjadi terlalu lama, sehingga aktifitas mikroba
demikian, Kandungan kimia biourin (kecuali
telah berkurang.
pH) setiap perlakuan pada hari ke-28
Kontrol memiliki pH yang paling tinggi
dekomposisi belum memenuhi standar
yaitu sebesar 8 dan berbeda nyata
minimal pupuk organik cair.
dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada
Tabel 5. Warna dan aroma pada urin sapi setelah difermentasi 28 hari
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
No Perlakuan
Warna Aroma Warna Aroma Warna Aroma
Cokelat Bau Cokelat Bau Sedikit Bau Tidak
1 Kontrol 1 Kehitaman Menyengat Kehitaman Menyengat
Cokelat
Menyengat
2 Kontrol 2 Cokelat Tidak Bau Cokelat Agak Bau Cokelat Tidak Bau
Cokelat Bau Cokelat Bau Cokelat Bau
3 A1 Kehitaman Menyengat Kehitaman Menyengat Kehitaman Menyengat
4 A2 Cokelat Tua Tidak Bau Cokelat Tua Agak Bau Cokelat Tua Tidak Bau
Cokelat
5 B1 Cokelat Agak Bau Cokelat Tidak Bau
Kehijauan
Tidak Bau
Cokelat Cokelat
6 B2 Kehijauan
Agak Bau
Kekuningan
Agak Bau Cokelat Tua Berbau
Cokelat Bau Agak Berbau Cokelat Bau Agak
7 C1 Kekuningan Menyengat
Cokelat Tua
Menyengat Kehitaman Menyengat
Cokelat Agak Agak Cokelat Tidak
8 C2 Kekuningan Berbau
Cokelat
Berbau Terang Berbau
Cokelat Bau Agak Berbau Berbau
9 D1 Kekuningan Menyengat
Cokelat
Menyengat
Cokelat
Menyengat
Cokelat Cokelat Cokelat
10 D2 Kehitaman
Tidak Bau
Kehitaman
Tidak Bau
Kehitaman
Agak Bau
11 E1 Cokelat Tua Tidak Bau Cokelat Tua Tidak Bau Cokelat Tua Agak Bau
Cokelat
12 E2 Cokelat Tua Agak Bau Cokelat Tua Tidak Bau
Kekuningan
Tidak Bau
biourin kelinci, sedangkan pada penelitian pakchoy. Perlakuan terbaik yaitu P5 (dosis 600
Rizki et al. (2014), pemberian biourin ml biourin) mampu meningkatkan berat basah
sebanyak 400 ml per liter air dapat tanaman pakchoy menjadi 26.06 g/tanaman
meningkatkan jumlah daun sebanyak 78% atau meningkatkan sebanyak 405%
dibandingkan tanpa pemberian biourin sapi. dibandingkan tanpa pemberian biourin. Hasil
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nathania ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
(2012) menunjukkan pemberian biourin oleh Rizki et al. (2014), bahwa pemberian
dengan konsentrasi 300 ml/l mampu dosis pupuk 400 ml per liter air dapat
memingkatkan jumlah daun hingga 9 helai. meningkatkan jumlah bobot basah tanaman
Peningkatan daun disebabkan, urin sapi sawi hijau sebanyak 380% dibandingkan tanpa
mengandung beberapa unsur yang diperlukan pemberian biourin sapi. Peningkatan bobot
oleh tanaman untuk proses pertumbuhan basah tanaman dapat mencapai hasil yang
seperti, nitrogen, fosfor, kalium, carbon, air, optimal karena tanaman memperoleh hara
dan fitohormon auksin, sehingga dapat dengan cukup, sehingga peningkatan jumlah
meningkatkan jumlah daun tanaman pakchoy maupun ukuran sel dapat mencapai optimal
(Oka, 2014). serta memungkinkan adanya peningkatan
Aplikasi biourin memberikan pengaruh kandungan air tanaman (Arinog dan Chrispen,
yang nyata terhadap bobot basah tanaman 2011).
Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap populasi mikroba dan E. coli serta Salmonella sp pada biourin
Populasi Mikroba E. coli Salmonella sp.
No Perlakuan
(cfu/ml) (cfu/ml) (cfu/ml)
1. Kontrol 1 26 x 102 (R) 47 x 104 (R) 98 x 103 (R)
2. Kontrol 2 15 x 102 (R) 71 x 103 (R) 60 x 103 (R)
3. A1 19 x 103 (R) 17 x 103 (R) 30 x 102 (R)
4. A2 54 x 103 (R) 12 x 103 (R) 23 x 102 (R)
5. B1 13 x 104 (R) 11 x 103 (R) 19 x 102 (R)
6. B2 30 x 105 (R) 37 x 103 (R) 15 x 103 (R)
7. C1 75 x 103 (R) 48 x 102 (R) 31 x 102 (R)
8. C2 10 x 104 (R) 26 x 103 (R) 54 x 102 (R)
9. D1 32 x 104 (R) 77 x 102 (R) 10 x 102 (R)
10. D2 16 x 104 (R) 32 x 102 (R) 63 x 101 (R)
11. E1 32 x 105 (R) 15 x 102 (R) 58 x 101 (R)
12. E2 25 x 106 (R) 43 x 102 (R) 20 x 102 (R)
Keterangan: (R) Rendah. Sumber Kriteria Balittan (2009).
E1) yang diaplikasikan pada tanaman pakchoy Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, H.H.
dengan dosis 600 ml L-1/tanaman dapat Sunarjono. Sawi dan Selada. 2007.
meningkatkan jumlah daun sebesar 48% dan Cetakan 11. Penebar Swadaya, Jakarta.
bobot basah 405% jika dibandingkan tanpa
pemberian biourin. Indriani, Y.H. 2011. Membuat Kompos Secara
Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.
[Balittan] Balai Penelitian Tanah. 2009. Nathania, B., I.M. Sukewijaya, N.W.S. Sutari.
Petunjuk teknis analisis kimia, tanah, 2012. Pengaruh aplikasi biourin gajah
tanaman, air dan pupuk. Balai Besar terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. sawi hijau (Brassica juncea L.). E-Jurnal
Balai Penelitian dan Pengembangan Agroekoteknologi Tropika. 1(1): 72-85.
Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.
Nurawaliah, S. 2014. Pemanfaatan ampas
Gholib, D., Darmono. 2008. Pengaruh ekstrak penyulingan daun nilam sebagai bahan
lengkuas putih (Alpinia galanga (L.) litter pada pemeliharaan ayam broiler.
Willd) terhadap infeksi Trichophyton Prosiding Seminar Nasional “Inovasi
mentagrophytes pada kelinci. Jurnal Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,
Ilmu Kefarmasian Indonesia. 6(2): 57- Banjarbaru 6-7 Agustus 2014: 587-593.
62.
Nurhasanah, A.N., F. Nazaruddin, E. Febriana,
Harahap, H. 2003. Karya ilmiah produksi A. Zuhrotun. 2011. Analisis kandungan
alkohol. Program Studi Teknik Kimia minyak atsiri dan uji aktivitas
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera antiinflamasi ekstrak rimpang kencur
Utara. (Kaempferia galanga L.). Jurnal
Matematika dan Sains. 16(3): 147-152.
Hartiati, S.Y. 2013. Khasiat kunyit sebagai
obat tradisional dan manfaat lainnya. Ohorella, Z. 2012. Pengaruh dosis pupuk
Warta Penelitian dan Pengembangan organik cair (POC) kotoran sapi
Tanaman Industri. 19(2): 5-9. terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman sawi hijau (Brassica sinensis
L.). Jurnal Agroforestri. 7(1): 43-49.
Oka, D.N. 2014. Urine sapi meningkatkan berbeda. Program Studi Teknik
produksi tanaman sawi hijau (Brassica Lingkungan, Fakultas Teknik,
juncea L.) dan implementasinya pada Universitas Diponegoro, Semarang.
pembelajaran hortikultura. Suluh
Pendidikan. 12(2): 113-122. Rizki, K., A. Rasyad, Murniati. 2014.
Pengaruh pemberian urin sapi yang
Perdana, S.N., W.S. Dwi, M. Santoso. 2015. difermentasi terhadap pertumbuhan dan
Pengaruh aplikasi biourin dan pupuk produksi tanaman sawi hijau (Brassica
terhadap pertumbuhan dan hasil rafa). Jurnal Pertanian. 1(2): 1-8.
tanaman bawang merah (Allium
ascalonicum L.). J. Prod. Tan. 3(6): Sufianto. 2014. Analisis mikroba pada cairan
457-463. sebagai pupuk cair limbah organik dan
aplikasinya terhadap tanaman pakcoy
Purwendro, D., T. Nurhidayat. 2007. (Brassica chinensis L.). Jurnal Gama.
Pembuatan Pupuk Cair. PT Gramedia 9(2): 77-94.
Pustaka Utama. Jakarta.
Tandi, O.G., J. Paulus, A. Pinaria. 2015.
Rinekso, K.B., E. Sutrisno, S. Sumiyati. 2011. Pertumbuhan dan produksi bawang
Studi pembuatan pupuk organik cair merah (Allium ascalonicum L.) berbasis
dari fermentasi urine sapi (Ferisa) aplikasi biourin sapi. Jurnal Eugenia.
dengan variasi lokasi peternakan yang 21(3): 142-150.