Professional Documents
Culture Documents
Evaluasi Sistem Pemberian Air Daerah Irigasi Kedung Putri Guna Meningkatkan Intensitas Tanam Padi
Evaluasi Sistem Pemberian Air Daerah Irigasi Kedung Putri Guna Meningkatkan Intensitas Tanam Padi
ABSTRAK : Pada musim kemarau DI. Kedungputri mengalami kekeringan terutama pada daerah
bagian hilir. Intensitas tanam pada kondisi eksistingpun kurang maksimal. Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi intensitas tanam serta kebutuhn air irigasi di DI. Kedungputri. Dari hasil
evaluasi, membuat rencana pola tanam dengan meningkatkan intensitas tanam padi serta
menghitung kebutuhan air. Pada kajian ini menggunakan metode SCH (Stagnant Constant Head)
dan metode SRI (Sytem of Rice Intensification). Intensitas tanam rerata padi gadu tidak ijin
mencapai 73,05% pada tahun 2009-2014. Metode SRI lebih hemat air 68,55 % - 75,45%
dibandingkan metode SCH. Apabila menggunakan metode SCH, pemberian air secara gilir
mencapai 83,33%. Metode SRI dapat meningkatkan pendapatan petani dari hasil produksi gabah
kering yaitu 180,52%.
Kata Kunci : Daerah Irigasi Kedung Putri, intensitas tanam, metode SCH, metode SRI,
pembagian air, rotasi.
ABSTRAC : In dry season Kedungputri irrigation area often lack of water especially in areas
downstream. Cropping intensity on existing conditions deemed less than the maximum.This study
aimed to evaluate the intensity of cropping and requirement of irrigation in irrigation area of
Kedungputri. From the results of evaluations that had been done, then created a new plan
cropping patterns by increasing paddy cropping intensity and calculated water needs and water
distribution when needed.In this study, the author used two methods of irrigation, i.e. SCH
(Stagnant Constant Head) known by constant supply of water to crops and periodically supply of
water to crop or known by SRI (System of Rice Intensification).Gadu paddy cultivation did not
permit the average cropping intensity reached 73.05% in 2009-2014. The SRI method is 77.21%
more water-efficient than the method SCH.The supplied of water in cultivation periodically
reached 83.33%.In addition to saving water, the SRI method can increase farmer’s income from
the production of dried grain which reached 150,82%
Keywords : Irrigation area Kedungputri, cropping intensity, SCH method, SRI method, water
distribution, rotation.
194
Muiz, dkk, Evaluasi Sistem Pemberian Air Daerah Irigasi Kedung Putri 195
untuk metode SRI lebih hemat 60%. Oleh 3. Intensitas tanam padi yang kurang efektif.
sebab itu air dapat dimanfaatkan untuk Hal tersebut terlihat pada rencana tata
kebutuhan lain seperti pemenuhan kebutuhan tanam terhadap kondisi eksisting tanam dari
air baku.Irigasi untuk padi mempunyai tujuan tahun 2009-2014
untuk memberi air yang cukup dan stabil ke Tujuan dari penulisan ini adalah
persawahan untuk menjamin produksi padi melakukan rencana tata tanam ulang dan
(Sosrodarsono, 1980:224). sistem irigasi yang tepat dengan sistem
Pada sistem pemberian air irigasi perlu pemberian air SCH (Stagnant Constant Head)
adanya jadwal pembagian air irigasi bila dan SRI (System of Rice
diperlukan. Pemberian air secara rotasi dengan Intensification).Sehingga dapat diketahui
memperhatikan tingkat efektivitas air irigasi metode manakah yang baik untuk
lebih condong ke arah penghematan meningkatkan intensitas tanam padi dengan
penggunaan air irigasi sementara tetap men- pemaikaian air se-efektif mungkin.
jaga tingkat produksi panen pada lahan-lahan
yang bersangkutan. BAHAN DAN METODE
Adapun permasalahan yang ada pada jaringan
irigasi Kedungputri adalah: Lokasi Penelitian
1. Ketersediaan air semakin terbatas yang Daerah Irigasi Kedung Putri merupakan salah
menyebabkan kekurangan air pada periode- satu daerah irigasi di wilayah kerja UPTD
periode tertentu. Dari hasil survei awal di Pengairan Pertambangan dan Energi Paron
lapangan diperoleh bahwa pada yang berada di Kecamatan Paron Kabupaten
perencanaan pemberian air dapat memenuhi Ngawi Jawa timur.Secara geografis Kabupaten
kebutuhan air di lahan. Pada kenyataan di Ngawi terletak pada posisi 7o21’-7o31’ Lintang
lapangan, pada musim kemarau terdapat Selatan dan 110o10’-111o40’ Bujur Timur.Luas
lahan yang masih kekurangan air irigasi. wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.295,58
2. Di musim kemarau pada rencana tata tanam km2, di mana sekitar 39 persen atau sekitar
global (RTTG) sudah diatur untuk luas 504,76 km2 berupa lahan sawah.
tanaman palawija dan padi, namun petani di D.I. Kedung Putri saat ini mengairi areal
Daerah Irigasi Kedung Putri tidak irigasi persawahan seluas 1869 Ha untuk 3
mengikuti RTTG yang telah dikeluarkan wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Paron,
oleh Dinas Pengairan yaitu dengan tetap Ngawi, dan Geneng
menanam padi tidak sesuai dari rencana.
dengan cara sebagai berikut (Anonim, Irigasi Hemat Air Pada Budidaya Padi
1986): dengan Metode SRI (System rice of
Cara FPR dan LPR Intensifications)
Qkeb = FPR x LPR (1) Di Indonesia, ekstensifikasi berupa
FPR = Faktor Palawija Relatif perluasan lahan sawah sudah mencapai titik
(ltr/det/ha.pol) jenuh, namun peluang intensifikasi masih
Q = Debit yang mengalir di sungai terbuka lebar, salah satunya melalui System of
(ltr/det) Rice Intensification (SRI) (Mutakin, 2005).
LPR = Luas Palawija Relatif (ha.pol) SRI merupakan aplikasi pertanian padi sawah,
3. Membuat neraca air untuk menganalisa dengan menerapkan prinsip intensifikasi yang
antara ketersediaan air dengan pemberian bersifat efektif, efisien, alamiah, dan ramah
air. lingkungan (Rohmat, 2007).
4. Menganalisa cara pemberian air dan Adapun keunggulan metode SRI
pembagian air irigasi berdasarkan (Mutakin, 2015):
keseimbangan air. Yaitu bila faktor K < 1 1. Tanaman hemat air, Selama pertumbuhan
maka persediaan air kurang, sedangkan dari mulai tanam sampai panen
apabila faktor K = 1 maka air cukup. memberikan air max 2 cm, paling baik
5. Merencanakan pola tata tanam yang baru macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode
dengan beberapa alternatif untuk pengeringan sampai tanah retak ( Irigasi
mendapatkan pola tanam yang paling terputus)
efektif dengan harapan intensitas tanam 2. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha.
padi meningkat, yaitu dengan alternatif Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit,
SCH atau SRI. tidak memerlukan biaya pindah bibit,
6. Menghitung keuntungan dari hasil tenaga tanam kurang dll
produksi tanam padi dengan metode SRI 3. Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 - 12
dan SCH. hari setelah semai, dan waktu panen akan
7. Membuat jadwal pembagian dan lebih awal
pemberian air irigasi pada masing-masing 4. Produksi meningkat, di beberapa tempat
blok berdasarkan neraca air dengan pola mencapai 11 ton/ha
tanam yang telah direncanakan. 5. Ramah lingkungan, tidak menggunaan
8. Kesimpulan dan saran. bahan kimia dan digantikan dengan
mempergunakan pupuk organik (kompos,
Pemberian Air Irigasi kandang dan Mikro-organisme Lokal),
Kebutuhan air tanaman dapat dihitung begitu juga penggunaan pestisida.
berdasarkan kebutuhan air di lapangan dan Adapun sistem pemberian air metode
debit yang diperlukan pada pintu pemasukan SRIadalah sebagai berikut (Purba,2011):
yaitu (Anonim,1977): 1. Kondisi air dari macak-macak dibiarkan
sampai retak rambut, kemudian diairi lagi
10.000 (2) sampai macak-macak. Kondisi ini
1 T dilakukan selama periode vegetatif dan
pertumbuhan anakan (sampai dengan ± 45
1 1 – 50 hari setelah tanam). Berdasarkan
2 (3)
.400 1-L penelitian yang dilakukan oleh Balai
Irigasi, kondisi retak rambut tercapai saat
dimana : kadar air tanah mencapai ± 80% dari kadar
Q1 = kebutuhan harian air di air jenuh lapang (macak-macak).
lapangan/petak sawah (m3/hr) 2. Pada saat penyiangan, air irigasi diberikan
Q2 = kebutuhan harian air pada pintu sampai genangan 2 cm untuk memu-dahkan
pemasukan (m3/det) operasi alat penyiang. Setelah penyiangan
H = tinggi genangan (m) selesai biasanya sawah dibiar-kan menjadi
A = luas area sawah (ha) macak-macak dengan sendirinya
T = interval pemberian air (hari) 3. Pada waktu mulai fase pembungaan (± 51 –
L = kehilangan air di lapangan/petak 70 hari setelah tanam) dan pengisian bulir
sawah dan saluran(%) sampai masak susu (± 71 – 95 hari setelah
tanam), sawah diairi dan terus
198 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 8, Nomor 2, Nopember 2017, hlm 194 - 204
dipertahankan macak-macak. Fase ini intake DAM Kedung Putri (bukan debit
tanaman padi sangat peka terhadap sungai) setiap 10 hari selama 5 tahun (2009 -
kekurangan air. Pemberian air secara 2014) yang telah dicatat pada bangunan ukur
intermittent juga dapat dilakukan dengan debit.
mengairi lahan sampai 2 cm dan lalu irigasi Dalam memperhitungkan debit andalan,
kembali diberikan saat retak rambut. metode yang digunakan adalah dengan Modus,
4. Pada fase pematangan bulir sampai dimana dicari nilai yang sering muncul/terjadi.
panen (± 96 – 105 hari setelah tanam),
sawah dikeringkan. Pengeringan pada Tabel. 1. Rekapitulasi Debit Andalan
periode pematangan bertujuan untuk Menggunakan Modus Dalam
liter/detik
mempercepat dan menyeragamkan
proses pematangan bulir padi Bulan Periode Modus Bulan Periode Modus
I 789,75 I 677,00
Jan II 711,15 Jul II 572,80
III 744,17 III 624,33
I 751,20 I 593,92
Feb II 885,00 Agust II 537,81
III 854,00 III 577,88
Gambar 3. Kondisi lahan saat genangan 2 cm I 767,25 I 521,11
(kiri) macak-macak (tengah) dan Mar II 750,21 Sep II 552,78
retak rambut (kanan) III 885,43 III 538,25
Sumber : Purba, 2011 I 877,08 I 533,33
Apr II 881,63 Okt II 535,92
III 826,25 III 581,50
HASIL DAN PEMBAHASAN I 873,00 I 590,00
Mei II 614,67 Nop II 748,67
Perhitungan Debit Andalan DI. Kedung III 609,50 III 794,75
Putri I 671,00 I 706,13
Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi D.I. Jun II 671,00 Des II 839,60
Kedung Putri perlu diketahui berapa debit III 680,93 III 762,33
andalan yang tersedia. Untuk menghitung debit Sumber : hasil perhitungan
andalan yang tersedia diperlukan data debit
Gambar 4. Grafik Debit Andalan DAM Kedung Putri (Debit minimum, serta Debit Metode
Modus dan Median)
Sumber : hasil perhitungan
Muiz, dkk, Evaluasi Sistem Pemberian Air Daerah Irigasi Kedung Putri 199
Pada Gambar 4 terlihat bahwa debit rata-rata kondisi eksisting selama lima tahun terkahir
modus lebih tinggi dari debit median. Debit guna meningkatkan intesitas tanam berikutnya.
andalan dengan menggunakan modus Untuk mendapatkan intensitas tanam
digunakan sebagai debit untuk perhitungan dapat dihitung dengan cara menjumlahkan
berikutnya. Sebagai acuan apakah debit persentase tanaman padi, palawija dan tebu
mencukupi atau tidak. pada tiap musim tanam. Sehingga dapat
diketahui apakah persentase intensitas tanam
Evaluasi Pola Tanam dan Intensitas Tanam kondisi eksisting dan tanaman yang ditanam
Kondisi Eksisting sesuai dengan rencana tata tanam. Rerata
Evaluasi pola tanam dan intensitas tanam intensitas tanam padi gadu tidak ijin mencapai
dilakukan pada data yang tersedia yakni pada mencapai 73,05%.
tahun 2009 – 2014. Hal ini dilakukan guna
mengetahui seberapa besar intensitas tanam
Tabel. 2. Rekapitulasi Rerata Pencapaian Luas Tanam 2009-2014 Pola Tanam Kondisi Eksisting
Intensitas Tanam Rerata (%)
Tahun Padi Gadu
PADI Tebu Palawija Tidak ijin
2009-2010 57,54 12,51 13,80 76,06
2010-2011 59,94 10,08 25,37 53,56
2011-2012 60,86 8,70 12,37 78,93
2012-2013 59,91 8,35 12,57 78,34
2013-2014 59,91 8,29 12,57 78,34
RERATA MT I 88,71 9,81 0,00 0,00
RERATA MT II 90,19 9,51 0,00 0,00
RERATA MT III 0,00 9,13 15,34 73,05
RERATA TOTAL 59,63 9,49 5,11 24,35
Sumber : Hasil Analisa
Kebutuhan air irigasi di DI.Kedung Putri di DI.Kedung Putri adalah Padi + Tebu – Padi
seasuai dengan pola tanam dan tanaman yang + Tebu + Palawija – Tebu + Palawija. Tabel 3.
ditanam.Dimana pola tanam yang dilaksanakan Menjelaskan evaluasi Kebutuhan Air Irigasi
200 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 8, Nomor 2, Nopember 2017, hlm 194 - 204
Nyata Rata Rata Persatuan Luas Tahun 2009- tanaman dan waktu tanam sesuai dengan pola
2014 tanam kondisi eksisting.
Dari hasil evaluasi kebutuhan air selama Pada perhitungan pola tanam eksiting ini
kurun waktu 5 tahun periode tanam (2009- menggunakan 3 alternatif yaitu:
2014) diperoleh nilai FPR yaitu: 1. Metode SCH (Stagnant Constan Head)
Musim tanam I = 0,148 2. Metode SRI (System of Rice
Musim tanam II = 0,153 Intensification)
Musim tanam III = 0,407 3. Metode gabungan SCH dan SRI.
Jika dilihat dari jenis tanah DI. Kedung Dari hasil perhitungan kebutuhan air
Putri yaitu grumusol, kondisi air memadai dengan tiga metode yaitu metode SCH, SRI,
dalam pemberian air. Namun nila dilihat dari dan gabungan pada pola tanam eksisting
Untuk Keperluan Operasional Pembagian Air terlihat bahwa kebutuhan air terhemat pada
pada Petak Tersier kurang memadai. metode SRI yaitu sbesar 484,84 lt/dt pada
Selain FPR juga diperoleh kriteria bulan November periode III.
koefisien pembanding LPR Tanaman yaitu: Dari total kebutuhan air irigasi diperoleh
Pembibitan = 23,27 bahwa metode SRI pada pola tanam eksusting
Pengolahan Tanah = 5,26 lebih hemat 75,45%, sehingga metode yang
Pemeliharaan = 3,53 paling efektif pada pola tanam eksisting adalah
Padi Gadu Tak Ijin = 1,75 Metode SRI.
Palawija = 1,07
Tebu Muda = 1,54 Tabel. 4. Rekapitulasi Kebutuhan Air Irigasi
Pola Tanam Eksisting
Neraca Air Kebutuhan Air Irigasi
Keterangan Metode SCH Metode SRI Metode Gabungan
Neraca air merupakan perbandingan antara lt/dt lt/dt lt/dt
kebutuhan air yang diperlukan dengan debit Total Kebutuhan Air 1 tahun
13627,53 34388,84
periode tanam
intake yang tersedia. Dari perhitungan neraca Selisih Terhadap SCH
60193,05
46565,52 25804,21
Persentase (%) 77,36 42,87
air nantinya akan diketahui bagaimana kondisi
air dan dapat dijadikan dalam penga-turan Sumber : Hasil Perhitungan
pemberian air irigasi.
Pada Tabel 5 terlihat bahwa pembagian air dengan
Dari hasil analisa neraca air kondisi
gilir paling banyak adalah 80,56% yaitu sebanyak
eksisting Masa Tanam 2009/2014 kebutuhan 29 periode. Sedangkan metode SRI tidak ada
air irigasi kondisi eksisting dibanding dengan pemberian air secara gilir. Itu berarti debit andalan
Debit Andalan terdapat giliran dengan jumlah air dapat mencukupi kebutuhan air irigasi.
yang cukup banyak yaitu dengan persentase: Tabel. 5. Rekapitulasi persentase Gilir pada
2009-2010 = 47,22 % = 17 x rotasi Pola Tanam Eksisting
2010-2011 = 58,33 % = 21 x rotasi Persentase Gilir (%)
Metode Gilir Gilir Gilir
Total
2011-2012 = 58,33 % = 21 x rotasi Analisa Pola
Primer Sekunder Tersier
Metode SCH 13,89 27,78 38,89 80,56
2012-2013 = 63,89 % = 23 x rotasi Tanam Rencana
Metode SRI 0,00 0,00 0,00 0,00
2013-2014 = 69,44 % = 25 x rotasi Metode Gabungan SCH-
SRI-SRI 0,00 27,78 13,89 41,67
Rekapitulasi Intensitas Tanam Pola Tanam ditunjukkan dengan intensitas tanam padi
Eksisting, RTTG, Rencana Pola Tanam yang tinggi yaitu 91,49% pada tiga musim
Dari ketiga pola tanam yang telah tanam dan kebutuhan air yang paling sedikit
dianalisa, dapat dilihat bawha analisa pola yaitu lebih hemat 77,21% dibandingkan
tanam rencana dengan metode SRI adalah metode SCH.
alternatif yang paling efektif. Hal tersebut
.
Tabel. 10. Rekapitulasi Persentase Total Kebutuhan Air dari Tiga Pola Tanam
Pola Tanam PolaTanam Pola Tanam
Persentase
Eksisting Sesuai RTTG Rencana
Tabel. 11. Rekapitulasi Intensitas Tanam dengan Pola Tanam Eksisting, Pola Tanam Rencana Tata
Tanam Global, Pola Tanam Rencana
Periode IntensitasTanam (%)
PolaTanam Sesuai
Musim Pola Tanam Eksisting RTTG PolaTanam Rencana
Tanam Padi Palawija Tebu Padi Gadu tdk ijin Padi Palawija Tebu Padi Palawija Tebu
I 88,01 0,00 8,29 0 91,44 0,00 8,56 91,44 0,00 8,51
II 91,71 0,00 8,29 0 68,59 22,90 8,51 91,49 0,00 8,51
III 0,00 12,57 8,45 78,97 18,41 73,09 8,51 91,49 0 8,51
Total 296,31 300,00 300,00
Sumber : Hasil Analisa
Tabel 12 terlihat bahwa pemberian air tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien k
dengan gilir paling banyak pada pola tanam > 1 yang berarti debit andalan memenuhi
rencana dengan metode SCH yaitu sebesar kebutuhan air irigasi. Dari hal tersebut dapat
83,33%. Untuk metode SRI pemberian air dilihat bahwa Metode SRI cocok untuk kondisi
secara menerus pada semua pola tanam.Hal pola tanam rencana.
Tabel. 12. Rekapitulasi Pemberian Air Irigasi dengan Gilir pada 3 Pola Tanam
Persentase Gilir (%)
Pola
Metode Gilir Gilir Gilir
Tanam Total
Primer Sekunder Tersier
Metode SCH 13,89 27,78 38,89 80,56
Pola
Tanam Metode SRI 0,00 0,00 0,00 0,00
Eksisting
Metode Gabungan SCH-SRI-SRI 0,00 27,78 13,89 41,67
Tabel. 13. Biaya Tanam Padi per Musim Tanam per Hektar
SCH SRI
URAIAN
Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)
Benih (kg) 30 187.131,58 19,88 119.515,15
Pupuk
Pupuk Organik (kg) 2303,0 2.993.900,00
Pupuk Urea (kg) 153,29 597.831,00 3900 -
Pupuk SP36 (kg) 65,79 236.844,00 3900 -
KCL (kg) 54,61 212.979,00 - -
Phoska (kg) 40,79 159.081,00 3900 -
Pestisida
Pestisida Organik (lt) - - 2,06 226.600,00
Pestisida Kimia (lt) 7,33 1172067 - -
Biaya Tenaga Kerja
a. Pengolahan Lahan 1.000.000,00 1.000.000,00
b. Penanaman dan Penyulaman 900.000,00 889.962,83
c. Pemeliharaan 800.000,00 585.478,47
d. Pemupukan 300.000,00 283.450,23
e. Pengendalian OPT 300.000,00 95.848,56
f. Pemanenan, Perontokan, dan Pengangkutan 1.300.000,00 1.914.802,74
Jasa Pertanian 1.600.000,00 1.600.000,00
Sewa Alat 300.000,00 300.000,00
Sewa Lahan 3.800.000,00 3.800.000,00
bahan Bakar 100.000,00 100.000,00
Lainnya 400.000,00 400.000,00
Jumlah 13.365.933,58 14.309.557,98
Total Biaya 1 Tahun Periode Tanam 68.567.239.265,40 73.408.032.414,62
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel. 14. Pendapatan Yang Diperoleh dari Metode SRI (System of Rice Intensification) dan
SCH (Stagnant Constant Head)
Uraian SCH SRI Persentase (%)
Total Biaya Produksi (Rp) 68.567.239.265,40 73.408.032.414,62 7,06
Total hasil penjualan Gabah Kering (Rp) 116.828.055.000,00 208.791.000.000,00 78,72
Total hasil Penjualan beras (Rp) 189.450.900.000,00 711.018.000.000,00 275,30
Keuntungan Penjualan Gabah Kering (Rp) 48.260.815.734,60 135.382.967.585,38 180,52
Keuntungan Penjualan Beras (Rp) 120.883.660.734,60 637.609.967.585,38 427,46
Sumber : Hasil Perhitungan
intensitas tanam padi yang tinggi namun Anonim. 1986. Kriteria Perencanaan
kebutuhan air yang sedikit yaitu 68,55 % - Jaringan Irigasi KP-01, Kriteria
77,21% lebih hemat dari metode SCH. Perencanaan Penunjang . Ditjen.
Pembagian air secara rotasi dengan metode Pengairan Dep. PU Galang
SRI tidak ada, sedangkan metode SCH Persada. Bandung.
mencapai 83,33% yaitu 30 periode. Budi, Ariani. 2007. Irigasi Sistem SRI
3. Hasil Produksi Padi dan Hasil Pendapatan Sebagai Solusi Kelangkaan Air
Dapat disimpulkan bahwa dari hasil dan Peningkatan Produksi Padi
perhitungan tiap 1 tahun periode tanam di Daerah Irigasi Jatiluhur.
produksi gabah kering lebih unggul bila Jurnal Teknik Volume 6 no 2
menggunakan metode SRI yaitu dengan UNJANI.
selisih sebesar 24854,85 ton dengan Mutakin, Jenal.Budidaya Dan
persentase 78,72% terhadap metode SCH. Keunggulan Padi Organik
Dari hasil pembahasan dapat diketahui Metode Sri (System Of Rice
bahwa asumsi pendapatan yang diperoleh Intensification). Diakses pada
petani adalah Rp 6.597.610,00 perbulan tanggal 26 Maret 2015,
perhektar. http://web.mb.ipb.ac.id/uploads/
docPdf/BUDIDAYA_DAN_KEUNGGU
Saran LAN_PADI_ORGANIK_METO
1. Diharapkan pada penelitian berikutnya DE_SRI_(System_Rice_c2e48d8
agar melakukan beberapa hal berikut: 9fc246be072afcd9069096f69.pdf.
a. penelitian lebih lanjut terhadap Purba, J. H. 2011. Kebutuhan dan Cara
produktivitas padi dengan menanam Pemberian Air Irigasi untuk
padi di suatu lahan dengan Tanaman padi Sawah (Oryza
menggunakan metode SRI. sativa L.).WIDYATECH Jurnal
b. Perlu adanya pengukuran tinggi Sains dan Teknologi Vol. 10 No.
genangan setiap 10 hari sekali untuk 3.
memperoleh data yang lebih akurat. Rohmat, Dede. 2007. Kajian Aspek
c. Perlu dilakukan analisa optimasi Pemberian Air dan Mekanisme
terhadap pola tanam agar Penyediaan Hara pada Budidaya
mendapatkan pola tanam yang paling Tanaman Padi – Pola
efektif sesuai debit yang tersedia. SRI.Bandung. UPI.
Sosrodarsono, S. dan Takeda, K.
DAFTAR PUSTAKA 1980.Hidrologi untuk
Anonim. 1977. Pedoman Bercocok Pengairan.PT. Pradnya
Tanam Padi, Palawija,Sayur- Paramitha. Jakarta.
sayuran. BadanPengendali Bimas
Departemen Pertanian. Jakarta.