Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

PERLAKUAN AKUNTANSI AKAD MUSYARAKAH MUTANAQISAH

(STUDI KASUS : KPR iB PADA BANK MUAMALAT CABANG DARMO SURABAYA)

Aishanafi Khadifya Sarwedhie


Mahasiswa Program Studi S1 Ekonomi Islam - Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Universitas
Airlangga
Email: sun.three@yahoo.com

Noven Suprayogi
Departemen Ekonomi Syariah – Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Universitas Airlangga
Email: noven2005@yahoo.com

ABSTRACT
Islamic bank is one of the services industry who offer products according to Shariah
requirements. To meet the challenges and muamalah phenomena that exist in current
business. Regulators, academics, practitioners, and Sharia Board are required to innovate the
products that will be offered to customers. One such innovation is the emergence of hybrid
contracts (multi-contract), where in the contract occurred several contract transacted.
Application of the hybrid contract with the Bank Muamalah Indonesia is that using the KPR iB
financing musharaka mutanaqisah contract (MMQ).
Of these phenomena, this research intend to see out of the side of accounting
applied in transactions using MMQ contract. This study aims to determine the accounting
treatment on Musharaka mutanaqisah contract by Bank Muamalat Indonesia on KPR iB
products and verify compliance whether the accounting treatment in accordance with
PSAK No. 106 and DSN No. 73.
The results of this research make findings that the accounting treatment was carried
out by BMI for start-up capital is recognized as a capital MMQ cash. This is because the
factors of positive law in force in Indonesia that have an impact on the next accounting
treatment, installments process and when the end of the contract. In addition, the realization
of the contract is not in harmony with the accounting treatment, so the accounting
treatment can not describe what is going on in the contract because it can be obstruction
by the positive law applicable. But overall accounting treatment has been carried out by
BMI in accordance with PSAK No. 106 and DSN No. 73 on the MMQ installments process and
when the contract expires.

Key Words: Accounting Treatment, Musharaka Mutanaqisah

I. PENDAHULUAN acuan sementara dapat diganakan


Saat ini produk bank semakin standar musyarakah untuk
beragam dalam menawarkan jasanya, mempraktekkan penulisan akuntansi
dapat dilihat dari munculnya produk yang musyarakah mutanaqisah. Selain
multi akad. Salah satu contoh multi akad mengacu kepada kedua akad tersebut
tersebut adalah istilah hybrid contrac terdapat prinsip yang digunakan dalam
yang mana dalam pembahasan akuntansi, salah satunya pembuatan
penelitian kali ini mengambil akad laporan keuangan yang mengharuskan
Musyarakah Mutanaqisah. Saat ini standar dibuat dengan prinsip substandi
akuntansi untuk akad musyarakah mengungguli bentuk (substance over
mutanaqisah belum tersedia, sebagai form) (PSAK, 2009). Apabila substansi

428
transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten mudharabah … dst.– sehingga semua
atau berbeda dengan aspek akibat hukum akad-akad yang terhimpun
formalitasnya, maka hal tersebut harus tersebut, serta semua hak dan kewajiban
diuangkapkan dengan jelas dalam yang ditimbulkannya dipandang sebagai
catatan atas laporan keuangan. satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-
Berdasarkan PSAK No 106 pada pisahkan, sebagaimana akibat hukum dari
saat terjadi akad musyarakah, investasi satu akad.” (Agustianto, 2011: 16).
modal dapat berupa kas dan non kas. Agustianto (2011:17-18) dalam
Ketika terjadi akad atau transaksi artikelnya membagi macam-macam
musyarakah mutanaqisah rumah dimiliki hybrid contract dalam empat macam,
oleh kedua belah pihak (bank dan yaitu: pertama, Multi Akad yang
nasabah), hal ini dikarenakan pembelian mukhtalithah (bercampur) yang
rumah tersebut berdasarkan gabungan memunculkan nama baru, seperti bay’
dari modal bank dan nasabah. istighlal, bay’ tawarruq, musyarakah
Berdasarkan prinsip Substansi Mengungguli mutanaqishah, dan bay wafa’.
Bentuk (subtance over form) yang Kedua, hybridcontract yang mujtami’ah
digunakan dalam PSAK Syariah, atau mukhtalitah dengan nama akad
pembelian rumah tersebut bisa diakui baru, tetapi menyebut nama akad yang
sebagai penyerahan modal dalam bentuk lama. Ketiga, hybrid contract, yang akad-
kas ataupun asset. Dari bebrbagai akadnya tidak bercampur dan tidak
permasalahn tersebut, penelitian ini melahirkan nama akad baru tetapi nama
bermaksud untuk mengetahui bagaimana akad dasarnya tetap ada dan eksis dan
perlakuan akuntansi kad Musyarakah dipraktekkan dalam suatu transaksi.
Mutanaqisah yang dilakukan oleh Bank Keempat, hybrid contract
Muamalat Indonesia Cabang Darmo yang mutanaqidhah (akad-akadnya
Surabaya. berlawanan). Bentuk ini dilarang dalam
syariah.
II. LANDASAN TEORI Dalam artikelnya, Agustianto
Konsep Hybrid Kontrak (2011:19) juga menyantumkan beberapa
Al-Imrani dalam buku Al-Ukud al- macam hybrid contract yang dilarang,
Maliyah al-Murakkabah salah satunya terdapat dalam hadits
mendefinisikan hybrid contract yaitu berikut : Nabi SAW secara jelas
“Kesepakatan dua pihak untuk menyatakan dua bentuk multiakad yang
melaksanakan suatu akad yang dilarang, yaitu : (1) Multiakad dalam jual
mengandung dua akad atau lebih - beli (bay’) dan pinjaman; (2) Dua akad
seperti jual beli dengan sewa menyewa, jual beli dalam satu akad jual beli, dan
hibah, wakalah, qardh, muzara’ah, sahraf dua akad dalam satu dua akad dalam
(penukaran mata uang), syirkah, suatu proses jual beli transaksi.

429
Hybrid contract memiliki beberapa mengambil alih porsi kepemilikan yang
ketentuan mengapa akad tersebut dimiliki oleh LKS dan telah terjadi
dilarang, berikut beberapa alasan pengalihan seluruh porsi kepemilikan
mengapa hybrid contract dilarang kepada nasabah maka akad
menurut Agustianto (2011: 19) : pembiayaan MMQ telah berakhir.
a. Dilarang karena Nash Agama
b. Dilarang karena Hilah (tujuan) Perlakuan Akuntansi
kepada Riba Berdasarkan PSAK No. 106
c. Multiakad Menyebabkan Jatuh ke dinyatakan bahwa perlakuan akuntansi
Riba untuk musyarakah meliputi pengakuan
d. Multiakad Menyebabkan Jatuh ke dan pengukuran, penyajian serta
Gharar pengungkapan. Pengakuan dan
pengukuran investasi musyarakah diakui
Konsep Musyarakah Mutanaqisah pada saat penyerahan kas atau aset non
MMQ adalah produk turunan dari kas untuk usaha musyarakah.
musyarakah yang berdasarkan akad Pengukuran investasi musyarakah :
kerjasama untuk kepemilikan suatu a. Dalam bentuk kas dinilai sebesar
barang. Dimana kepemilikan salah satu jumlah yang diserahkan
pihak terhadap barang tersebut akan b. Dalam bentuk aset nonkas dinilai
berkurang sedangkan pihak yang lain sebesar nilai wajar dan jika terdapat
bertambah hak kepemilikannya. selisih antara nilai wajar dan nilai
Perpindahan prosentase kepemilikan buku aset nonkas, maka selisih
tersebut terjadi melalui mekanisme tersebut diakui sebagai (i)
pembayaran. keunggulan tangguhan dan
Sampai saat ini peraturan yang diamortisasi selama masa akad; atau
mengatur mengenai pembiayaan MMQ (ii) kerugian pada saat terjadinya.
ini hanya terdapat dalam fatwa DSN NO: Mitra pasif menyajikan hal-hal
73/DSN-MUI/XI/2008 tentang musyarakah sebagai berikut yang terkait dengan
mutanaqisah. usaha musyarakah dalam laporan
Berdasarkan ketentuan yang keuangan: (i) Kas atau aset nonkas yang
terdapat dalam Fatwa DSN No 73/DSN- diserahkan kepada mitra aktif disajikan
MUI/XI/2008 tentang Musyarakah sebagai investasi musyarakah; (ii)
Mutanaqisah berakhirnya akad Keuntungan tangguhan dari selisih
pembiayaan MMQ adalah ketika syarik penilaian aset nonkas yang diserahkan
(nasabah) telah mengambil alih seluruh pada nilai wajar disajikan sebagai pos
porsi kepemilikan yang dimiliki oleh lawan (contra account) dari investasi
Lembaga Keuangan Syariah atas aset musyarakah.
bersama tersebut. Ketika nasabah telah

430
Mitra mengungkapkan hal-hal (grand tour observation). Pada tahap ini
yang terkait transaksi musyarakah, tetapi peneliti melakukan penjelajahan umum
tidak terbatas, pada: dan menyeluruh, pada tahap ini peneliti
a. Isi kesepakatan utama usaha memperoleh gambaran secara umum
musyarakah, seperti porsi dana, mengenai alur pembiayaan musyarakah
pembagian hasil usaha, aktivitas mutanaqisah. (ii) Observasi Terfokus (mini
usaha musyarakah, dan lain-lain; tour observation). Pada tahap ini data
b. Pengelola usaha, jika tidak ada mitra yang belum tertata disempitkan dan
aktif; dan difokuskan pada aspek tertentu, di dalam
Pengungkapan yang diperlukan sesuai tahap ini penulis fokus kepada perlakuan
PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan akuntansi yang digunakan oleh Bank
Syariah. Muamalat Indonesia. (iii) Observasi
Terseleksi. Pada tahap ini pula peneliti
III. METODE PENELITIAN telah menemukan karakteristik, kontras-
Pendekatan yang dipakai dalam kontras perbedaan dan kesamaan antar
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif kategori, serta menemukan hubungan
sedangkan strategi yang digunakan antar satu kategori dengan kategori yang
adalah studi kasus. Ruang lingkup lain.
penelitian ini meliputi perlakuan akuntansi Teknik pengumpulan data yang
akad musyarakah mutanaqisah yang digunakan dalam penelitian ini adalah (i)
digunakan di Bank Muamalat Indonesia Observasi partisipatif pasif. Peneliti datang
Cabang Darmo dengan menggunakan ke subyek penelitian yaitu Bank Muamalat
data-data internal dan observasi kepada Indonesia tetapi tidak terlibat dalam
informan mengenai perlakuan akuntansi kegiatan operasional usaha tersebut. (ii)
akad musyarakah mutanaqisah.. Jenis Wawancara/interview. Penelitian ini
data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara
adalah data primer dan sekunder. Data terstruktur dimana responden diberi
primer dalam penelitian ini diperoleh dari pertanyaan yang sama dan peneliti
hasil wawancara kepada akuntan dan mencatatnya. Wawancara ini ditunjukkan
marketing, dan melalui dokumentasi yang kepada pihak marketing, accounting, dan
berisi tentang alur pencatatan dan legal officer. (iii) Dokumentasi.
perlakuan akuntansi. Data sekunder Dokumentasi dalam penelitian ini adalah
dalam penelitian ini diperoleh dari SOP standar operasional perusahaan (SOP)
yang terkait dengan alur akad dan contoh perlakuan akuntansi Bank
musyarakah mutanaqisah. Muamalat Indonesia.
Tahapan prosedur pengumpulan Penulis menggunakan beberapa
data dibagi menjadi tiga (Sugiyono, metode triangulasi antara lain, (i)
200:68), yaitu (i) Observasi Deskriptif Triangulasi Metode. Peneliti akan

431
membandingkan antara mekanisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
akad musyarakah mutanaqisah yang ada Alur Transaksi Mmq
dalam marketing BMI dengan realisasi Alur transaksi musyarakah
perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh mutanaqisah dalam Bank Muamalat
BMI. (ii) Triangulasi Sumber Data. Penulis Indonesia yang didapat dari SOP MMQ
akan membandingkan keselarasan dan hasil wawancara dijabarkan sebagai
antara wawancara dengan pihak yang berikut :
terkait, observasi di lapangan, dan Berawal dari marketing mengajukan
dibuktikan dengan arsip dokumen yang pembiayaan tentang aplikasi-aplikasi
ada. (iii) Triangulasi teori. Agar penelitian yang akan digunakan. Marketing bertugas
ini tidak terjadi bias ketika mengambil mengumpulkan dokumen-dokumen,
kesimpulan, maka peneliti berpedoman persyaratan-persyaratan data-data
pada PSAK no 106 dan Fatwa DSN No 73. nasabahnya.
Teknik yang digunakan untuk a. Setelah semua data lengkap kemudian
menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan anyur (analisis yuridis) terkait
menggunakan, (i) Analisis Domain. hukum nasabahnya.
Terdapat tiga domain yang ditentukan b. Melakukan Kunjungan Setempat (OTS/
oleh peneliti, yaitu kepemilikan rumah, On The Spot).
syirkah di dalam sewa, dan jual beli porsi c. Risk Assesment.
kepemilikan yang terkandung di dalam d. Keputusan Pembiayaan.
setiap proses perlakuan akuntansi akad e. Realisasi Pembiayaan Berdasarkan
musyarakah mutanaqisah. (ii) Analisis keputusan komite pembiayaan, AM
Taksonomi. Domain yang terpilih menyusun Surat Persetujuan Prinsip
selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci, Pembiayaan (SP3).
untuk mengetahui perlakuan f. Setelah melakukan akad pembiayaan
akuntansinya. (iii) Analisis Komponensial. USP harus melakukan pengikatan
Dalam penelitian ini akan jaminan nasabah, pemeriksaan
membandingkan perlakuan akuntansi di kelengkapan dan kesempurnaan
BMI dengan SOP akuntansi dengan dokumen dropping pembiayaan, dan
peraturan PSAK serta fatwa syariah yang penutupan asuransi.
berlaku untuk mendapatkan g. Setelah USP melakukan prosedur yang
pemahaman yang mendalam tentang diperlukan maka A/M bisa menerbitkan
perlakuan akuntansi musyarakah Memorandum Dropping Pembiayaan
mutanaqisah yang dilakukan oleh BMI. dan menginput data customer base
(CIF).
h. Operasional Manager memberikan
persetujuan dropping pembiayaan
setelah melakukan pemeriksaan dan

432
semua persyaratan telah dilengkapi gambar yang terdapat dalam Lampiran 3
oleh A/M. dan 4:
Dr. Pembiayaan Musyarakah Rp
Studi Kasus Pembiayaan Musyarakah 235.000.000
Mutanaqisah BMI Cr. Rekening Nasabah Rp
Misalkan harga rumah yang ingin 235.000.000
dibeli oleh nasabah adalah Rp Dari hasil perhitungan tersebut
300.000.000,-. Dropping yang dilakukan kemudian diinformasikan kepada
oleh BMI sebesar Rp 235.000.000,- (78%) nasabah sesuai dengan jangka waktu
dan biaya yang dibayarkan oleh akad yang telah ditentukan dan disetujui,
nasabah sebesar Rp 65.000.000,- (22%),. sehingga nasabah mengerti angsuran
Jangka waktu berlangsungnya akad atau yang harus dibayar tiap bulannya dan
pelunasan atas syirkah tersebut adalah penambahan porsi kepemilikan tiap
selama 120 bulan. Estimasi yield bulan. Pengungkapan dari pembiayaan
(keuntungan yang diinginkan oleh bank) MMQ ini, dilaporkan BMI melalui Laporan
adalah 12,5%. Dari nilai syirkah yang Posisi Keuangan.
disepakati tersebut menghasilkan nilai
sewa sebesar Rp 3.439.830,- setiap Perlakuan Akuntansi Pembiayaan pada
bulannya, dengan porsi kepemilikan Saat Pembelian Porsi Bank
rumah BMI : nasabah sebesar 78% : 22%. Diketahui nilai sewa yang
Dari perhitungan itu pula dapat dihasilkan dibayarkan oleh nasabah tiap bulannya
porsi nisbah bagi hasil untuk BMI : adalah sebesar Rp 3.439.840,-. Dari tabel
nasabah sebesar 71,16% : 28,84 tersebut juga diketahui porsi nisbah bagi
hasil BMI : nasabah adalah 71,16% :
Perlakuan Akuntansi Pembiayaan MMQ 28,84%. Dari pembagian tersebut nominal
pada Saat Awal Akad sewa tiap bulannya dibagi pada dua porsi
Dropping yang dilakukan oleh BMI yaitu, 71,16% masuk pada pendapatan
adalah sebesar Rp 235.000.000,-. Seperti bagi hasil untuk BMI dan 28,84% untuk
yang pak Hafid sampaikan “posisinya membeli porsi kepemilikan nasabah atas
debet pembiayaan musyarakah yang ke rumah tersebut. Seperti yang pak Hafid
rekening nasabah, pendapatan sampaikan, “Lebih detailnya cuma dari
administrasi itu masuk dari rekening nasabah di debet di kredit kalo untuk
nasabah dimasukkan ke pendapatan musyarakah kan masuk di pembiayaan
administrasi, itu untuk dropping awal”. debet nasabah kreditnya ke pembiayaan
Diketahui BMI melakukan dropping awal sebesar pokok nah kalo yang
kepada nasabah adalah Rp 235.000.000,- pendapatannya debet nasabah kredit ke
. BMI melakukan penjurnalan sesuai data pendapatan bagi hasil”. Dari keterangan
yang diberikan oleh pak Hafid pada tersebut dapat disederhanakan dengan

433
penjurnalan akuntansi yang dilakukan BMI Cr. Pembiayaan Msy Rp 3.404.310
yang diberikan oleh pak Hafid pada Cr. Pendapatan Bagi Hasil Msy Rp
gambar yang terdapat dalam Lampiran 5 35.460
dan 6:
Penyajian dari pendapatan bagi hasil
Dr. Rekening Nasabah Rp 3.439.840 MMQ di atas, BMI melaporkan melalui
Cr. Pembiayaan Msy Rp 991.920 Laporan Laba Rugi. Ketika akhir akad
Cr. Pendapatan Bagi Hasil Msy Rp porsi kepemilikan nasbah sudah
2.447.920 menunjukkan 1% atau mendekati 0%,
maka transaksi MMQ dinyatakan berakhir
Dari pendapatan bagi hasil musyarakah
dan kepemilikan rumah tersebut telah
ini, BMI melaporkan melalui Laporan Laba
menjadi milik nasabah 100%.
Rugi.

Analisis dan Pembahasan


Perlakuan Akuntansi Pembiayaan pada
Berdasarkan hasil analisis domain,
Saat Akad Berakhir
taksonomi, dan komponensial pada
Ketika akad MMQ berakhir untuk
Analisis PSAK dan Fatwa DSN didapatkan
pengukuran angsuran yang dilakukan
beberapa penemuan antara lain:
oleh BMI, pembayaran sewa nasabah
a. Perlakuan Akuntansi Atas Modal Awal
tetap sebesar Rp 3.439.840,-. Namun yang
MMQ
membedakan dengan angsuran yang
Ketika melakukan transaksi awal,
pertama dan angsuran setelahnya adalah
BMI mengakui kepemilikan bersama
pengalokasian porsi untuk pembelian
berupa modal atau investasi berupa kas.
pokok syirkah dan pendapatan bagi hasil.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang
Pada akhir pembiayaan MMQ pembelian
dicantumkan dalam Fatwa DSN No 73
porsi pokok bank berubah senilai Rp
ketetapan PERTAMA poin a yaitu
3.404.310,- dan pendapatan bagi hasil
“Musyarakah Mutanaqisah adalah
untu bank berubah senilai Rp 35.460,-.
Musyarakah atau Syirkah yang
Dari hasil wawancara, pengakuan
kepemilikan aset (barang) atau modal
BMI ketika akad berakhir sesuai dengan
salah satu pihak (syarik) berkurang
yang dijelaskan oleh pak Hafid,
disebabkan pembelian secara bertahap
“Pelunasan sama kayak pembayaran
oleh pihak lainnya”. PSAK No 106 paragraf
dimuka pelunasan biasa itu jurnalnya
14 juga menyatakan bahwa “Investasi
sama kayak yang dimana, di angsuran
musyarakah diakui pada saat penyerahan
yang normal itu pendapatannya sama”
kas atau aset nonkas untuk usaha
dari keterangan tersebut maka dapat
musyarakah”. Pengakuan modal awal
disederhanakan, pernjurnalan yang
berupa kas tersebut ditunjang dengan
dilakukan BMI:

Dr. Rekening Nasabah Rp 3.439.840

434
perlakuan akuntansi yang dilakukan BMI seperti biasa kepada bank. Sejatinya
sebagai berikut: akad awal MMQ adalah syirkah bersama
yang kepemilikan nantinya akan dimiliki
Dr. Pembiayaan Musyarakah
seutuhnya dari salah satu pihak yang
Rp235.000.000
bersyirkah tersebut. BMI melakukan akad
Cr. Rekening Nasabah Rp 235.000.000
MMQ menggunakan prinsip pembiayaan,
Perlakuan akuntansi ini yang mengakui
hal ini dapat dilihat pada data yang
adanya pembiayaan musyarakah, maka
didapat dari pak Bayan pada Lampiran
dalam penyajiannya dipastikan ada
11 & 12. Pak Bayan menjelaskan bahwa,
Laporan Posisi Keuangan (Neraca) yang
“Kepemilikan bersamanya itu
menampilkan adanya pembiayaan
dimana? apa ya.. untuk hukum positif
musyarakah secara keseluruhan yang
sama hukum syariah untuk saat ini
telah dilakukan oleh BMI, dan laporan
belum bisa dilaksanakan secara
tersebut dapat dibuktikan dengan
bersama, dalam artian secara
Gambar 4.9.
syariahnya berdasarkan akad kita
Bank Muamalat Indonesia lebih
memang memiliki objek tertentu
memilih kas sebagai kepemilikan
secara bersama-sama tapi secara
bersamanya, yang mana jika kas yang
positifnya ngga boleh dong itu udah
dipilih sebagai modal yang disyirkahkan,
ke pembiayaan tapi dijaminan dia
maka substantif (diakuinya modal awal
ditulis atas nama bank juga jadi dua
sebagai kas) dan makna dari akad MMQ
orang (nama nasabah sama nama
itu sendiri tidak sesuai, hal ini
banknya). Jadi bank itu adalah
menyebabkan antara akuntansi dan akad
pemegang atau penerima hak
menjadi tidak sama. Fenomena ini
tanggungan atas obyek itu dari
menunjukkan bahwa akuntansi belum bisa
nasabah, jadi memang dibalik
menggambarkan apa yang terjadi
namakan atas nama nasabah. Kalo
sebenarnya, belum bisa menjelaskan atau
tidak salah disini itu ada yang
memaparkan akad yang sebenarnya
menyebutkan bahwa bangunannya
terjadi dengan perlakuan akuntansi yang
dikuasakan, “kepemilikan atas
ada.
bangunan tersebut adalah dimiliki
Analisis yang dikemukakan diatas,
secara bersama-sama antara
masih terdapat kerancuan ketika
nasabah dan bank sesuai dengan
kepemilikan bersama antara bank dan
porsi kepemilikannya namun bukti
nasabah adalah berupa kas, karena
kepemilikan atas barang tersebut
konsep modal tersebut sama seperti
diatas namakan ke nasabah atas
ketika bank melakukan peminjaman
persetujuan bank”.
untuk nasabah, atau dengan kata lain
Penjelasan tersebut
sama saja nasabah mengangsur hutang
menerangkan bahwa memang untuk

435
saat ini masih sulit bagi bank untuk adalah berupa kas di dalam tranasaksi
menggabungkan antara hukum syariah MMQ. Hal tersebut dapat dilihat dari porsi
dengan hukum positif yang ada modal yang sudah disepakati antara
sekarang. Salah satu juga yang keduanya, seperti yang diutarakan oleh
menghambat berlangsungnya hukum pak Bayan,
syariah khususnya dalam pelaksanaan “Karna kalau misal kita mau kembali
MMQ agar dilaksanakan dengan benar- kepada konsep syariah pada ijarah itu
benar murni syariah adalah, “penafsiran seharusnya memang asetnya bank
dari salah satu pasal undang-undang jadi bukan aset nasabah jadi bank
Hak Tanggungan yang menyatakan sudah memiliki aset yang disewakan.
bahwa janji yang diberikan oleh pemberi Kalo KPR musyarakah penyusutannya
HT (nasabah atau penjamin) kepada ada di dalam. Karena kalau di MMQ
penerima HT (kreditur atau bank) bahwa kita hanya melihat kerjasamnya saja,
penerima HT akan memiliki agunan kerjasama untuk membeli, karena
dikemudian hari, maka pemberian HT memang MMQ itu dari sisi
tersebut batal demi hukum”. Dari sini implementasi dari fatwa itu sudah
dapat dipertanyakan apakah bank sesuai, istilahnya sudah memenuhi
selaku penerima HT, menerima HT atas syariahnya, yang masih belum itu kan
assetnya sendiri? Peraturan Undang- murabahah sebetulnya. Letak
Undang Hak Tangguhan ini terdapat kepemilikan bersamanya itu di awal
dalam Lampiran 13. Ini adalah salah satu sama-sama sepakat seperti yang saya
alasan mengapa bank tidak mengakui tunjukkan di pasal 4 (lampiran 5)
investasi MMQ sebagai aset melainkan bahwa kita sepakat itu bershare itu
sebagai kas. Pernyataan tersebut juga dari modal jadi kita bersyirkah itu
menunjang argumen pak Bayan yang dengan masing-masing memberikan
menyatakan bahwa, “Secara hukum modal, nanti hasilnya ada yang
positifnya bank belum boleh punya asset menyangkut porsi modalnya juga kan,
untuk yang diperjual belikan kepada bank berapa nasabah berapa nah
nasabah. Kalau seandainya bank kita itu bersyirkahnya dimodal bukan
diperbolehkan memiliki asset untuk di asset”.
diperjualbelikan maka murabahah pun Jika dilihat dari syariahnya, pak
bisa berjalan sesuai syariahnya”. Bayan menjelaskan sebagai berikut,
Sedangkan jika yang “Secara syariah rumah itu milik kita
depermasalahkan adalah untuk melihat berdua secara hukum, bank memberi
letak kepemilikan bersama antara bank kuasa ataupun memperbolehkan
dengan nasabah, dimanakah letak rumah itu dibalik nama atas nasabah.
kepemilikan bersama tersebut ketika kita kan memang berusaha untuk
investasi yang dilakukan dan diakui mendekati ke syariah, yang nyewa

436
nasabah memang pada Perlakuan akuntansi yang terjadi
kenyataannya rumah itu pada selama proses mengangsur adalah
hukumnya milik nasabah, begitu pembayaran sewa. Namun, apakah yang
rumah itu atas nasabah, namun sebenarnya terjadi ketika nasabah
secara syariahnya yang membeli membayar sewa atas rumah tersebut?
rumah itu dua orang”. Karna dalam perlakuan akuntansi yang
Kemudian dalam wawancara dilakukan oleh BMI, pembayaran sewa
berikut, diperjelas kembali oleh pak Bayan tersebut diakui adanya pendapatan bagi
mengapa BMI lebih memilih hasil dan pembayaran musyarakah
menggunakan prinsip pembiayaan ketika sebagai bentuk pembelian porsi bank.
modal awal bukan berupa aset, Ketika nasabah membayar sewa atas
“Karna memang secara positifnya rumah tersebut, maka pembayaran
yang ke satu bank belum boleh tersebut dialokasikan kepada (i)
memiliki aset yang diperjual belikan pendapatan bagi hasil, dimana
kepada nasabah yang kedua terkait pendapatan bagi hasil ini adalah bentuk
dengan pajak, kalo bank punya aset dari margin yang diinginkan oleh bank
pasti terkena pajak, dulu pas awal- atas berlangsungnya akad MMQ tersbut.
awal ada fasilitas musyarakah ijarah Pengalokasian selanjutnya adalah (ii)
kita sempat ada perdebatan dengan pembelian porsi bank, dimana nasabah
doble tax, kenapa kita kan mengangsur pelunasan atas
menyewakan, dan itu harus ada pembayaran yang ditangguhkan oleh
pajaknya, tapi akhirnya kita bank untuk membeli rumah secara
menangkan karena itu adalah bersyirkah tersebut. Pengalokasian
pembiayaan”. pembayaran sewa untuk membeli porsi
Kebijakan yang diambil oleh BMI bank ini terkesan bahwa nasabah
ketika modal awal diakui sebagai modal membayar atas sewa yang dilakukan
kas dalam transaksi MMQ tersebut nasabah itu sendiri. Jika dilogika, rumah
dipengaruhi oleh faktor hukum positif yang disyirkahkan tersebut adalah milik
yang ada di Indonesia. Dengan adanya bersama antara bank dan nasabah.
hukum positif dilarangnya bank memiliki Dibolehkan adanya pihak ketiga sebagai
aset untuk diperjual belikan dan adanya penyewa atau nasabah yang bersyirkah
double tax ketika bank memiliki aset itu sendiri sebagai penyewa atas rumah
dalam transaksi KPR akan mempersulit yang sudah dibeli tersebut menyebabkan
ruang gerak Lembaga Keuangan Syariah adanya keharusan untuk membayar ujroh
khususnya BMI untuk melakukan transaksi atas sewa yang dilakukan oleh pihak
yang murni syariah. ketiga atau nasabah itu sendiri.
b. Perlakuan Akuntasi Atas Pembayaran Pembayaran sewa itulah sebagai
Sewa pendapatan bagi hasil, namun dalam

437
penamaan akuntansi oleh BMI secara bertahap) dinilai sebesar jumlah
pendapatan bagi hasil hanya ditujukan kas yang dibayarkan untuk usaha
oleh bank dan bagi hasil untuk nasabah musyarakah pada awal akad dikurangi
adalah sebagai tambahan pendapatan jumlah pengembalian dari mitra aktif dan
untuk membeli porsi atas kepemilikan kerugian (jika ada). Selain itu fatwa DSN
rumah tersebut. No 73 ketetapan KETIGA poin ke-3 juga
Selama proses pembayaran sewa, menyatakan bahwa, “Dalam akad
BMI telah melakukan perlakuan akuntansi Musyarakah Mutanaqisah, pihak pertama
sesuai dengan PSAK 106 dan Fatwa DSN (syarik) wajib berjanji untuk menjual
No 73. Seperti penjurnalan yang dilakukan seluruh hishshah-nya secara bertahap
oleh BMI berikut: dan pihak kedua (syarik) wajib
membelinya”. Dari hasil observasi yang
Dr. Rekening Nasabah Rp 3.439.840
didapat, BMI telah melakukan kewajiban
Cr. Pembiayaan Msy Rp 991.920
yang memang sudah ada dalam PSAK
Cr. Pendapatan Bagi Hasil Msy
dan Fatwa DSN.
Rp2.447.920
Perlakuan akuntansi dalam proses
Perlakuan akuntansi ini yang mengakui
pengangsuran MMQ sudah sesuai
adanya pendapatan bagi hasil, maka
dengan yang dicantumkan dalam PSAK
dalam penyajiannya dipastikan ada
No 106 maupun Fatwa DSN No 73. Karena
Laporan Laba Rugi yang menampilkan
di awal modal sudah diakui sebagai
pendapatan laba rugi secara
modal (kas), maka perlakuan akuntansi
keseluruhan yang telah dilakukan oleh
selanjutnya (proses mengangsur dan
BMI, dan laporan tersebut dapat
berakhirnya akad) akan mengikuti apa
dibuktikan dengan Gambar 4.10 yang
yang sudah diakui ketika awal akad,
menampilkan Laporan Lab Rugi BMI.
sehingga proses mengangsur sudah
Munculnya pembiayaan musyarakah
sesuai seperti dua hukum tersebut.
yang juga menjadi salah satu akun dalam
Perlakuan akuntansi yang diatur
tahap ini menjadi pengurang pada
dalam PSAK No 106 yang mengatur MMQ
pembiayaan musyarakah dalam Laporan
masih belum detail dalam mengatur
Posisi Keuangan (Neraca) Gambar 4.9.
bagaimana perpindahan kepemilikan
Dalam PSAK No 106 yang
seperti yang diatur dalam PSAK 107
membahas tentang musyarakah
tentang ijarah. PSAK 107 paragraf ke-24
khususnya musyarakah mutanaqisah
yang mengatur tentang perpindahan
proses mengangsur serta pembelian porsi
kepemilikan berbunyi, “Pada saat
kepemilikan disajikan pada paragraf ke
perpindahan kepemilikan objek ijarah dari
32 yang mengatur bahwa, “Bagian mitra
pemilik kepada penyewa dalam ijarah
pasif atas investasi musyarakah menurun
muntahiya bittamlik dengan cara: (d)
(dengan pengembalian dana mitra pasif
pembelian secara bertahap, maka

438
penyewa mengakui aset sebesar nilai No 73. Sperti penjurnalan yang dilakukan
wajar”. Hal ini membuktikan perlunya oleh BMI berikut:
peraturan akuntansi tersendiri untuk akad
Dr. Rekening Nasabah Rp 3.439.840
musyarakah mutanaqisah agar lebih jelas
Cr. Pembiayaan Msy Rp 3.404.310
dan detail dalam melakukan standar
Cr. Pendapatan Bagi Hasil Msy
akuntansinya, karena dalam berjalannya
Rp 35.4600
akad ini, MMQ tidak hanya melakukan
Perlakuan akuntansi ini yang mengakui
akad musyarakah saja melainkan ada
adanya pendapatan bagi hasil, maka
unsur akad ijarah juga yang mana kedua
dalam penyajiannya dipastikan ada
akad tersebut merujuk pada PSAK 106
Laporan Laba Rugi yang menampilkan
tentang musyarakah dan PSAK 107
pendapatan laba rugi secara
tentang ijarah.
keseluruhan yang telah dilakukan oleh
c. Perlakuan Akuntansi Ketika
BMI, dan laporan tersebut dapat
Berakhirnya Akad
dibuktikan dengan Gambar 4.10 yang
Ketika akad MMQ berakhir, PSAK
menampilkan Laporan Laba Rugi BMI.
No 106 pada paragraph 33 telah
Munculnya pembiayaan musyarakah
mengatur, “Pada saat akad diakhiri,
yang juga menjadi salah satu akun dalam
investasi musyarakah yang belum
tahap ini menjadi pengurang pada
dikembalikan oleh mitra aktif diakui
pembiayaan musyarakah dalam Laporan
sebagai piutang”. Jika berakhirnya akad
Posisi Keuangan (Neraca) Gambar 4.9.
berjalan secara wajar (tidak ada
Nilai untuk pembiayaan musyarakah
pelunasan dipercepat), maka investasi
sebesar Rp 3.404.310,- menjadi akhir dari
bukan diakui sebagai piutang, dan hal
transaksi mengangsur yang dilakukan
tersebut juga sudah dillakukan oleh BMI
oleh nasabah setelah selama waktu yang
yang melakukan perlakuan akuntansi
disepakati yaitu 120 bulan. Pernyataan
sama seperti ketika mengangsur, dan
selesainya akad MMQ hanya bisa dilihat
pada akhir akad pula rumah atau asset
dari Tabel 4.3 Proyeksi Pembayaran Bagi
tersebut hak kepemilikannya telah dimiliki
Hasil Setelah Pelunasan Sebagian yang
penuh oleh nasabah. Hal ini telah sesuai
menunjukkan porsi kepemilikan bank
juga dengan fatwa DSN No 73 ketetapan
yang telah mencapai 1% atau mendekati
KETIGA poin ke-5 yang berbunyi, “Setelah
0% dan porsi kepemilikan nasabah yang
selesai pelunasan penjualan, seluruh
mencapai 99% atau mendekatai 100%.
hishshah LKS beralih kepada syarik lainnya
Ketika akad berakhir, akuntansi tidak
(nasabah)”.
dapat memperlihatkan dimana letak
Selama proses pembayaran sewa,
pemindahan kepemilikannya, hanya saja
BMI telah melakukan perlakuan akuntansi
berdasarkan tabel perhitungan tersebut
sesuai dengan PSAK 106 dan Fatwa DSN
jika sudah memasuki bulan pelunasab

439
atau bulan ke 120 maka porsi bank dan Surabaya dan juga dilakukan oleh
nasabah sekian persen, dan dianggap Bank Muamalat Indonesia pusat
transaksi MMQ berakhir. sudah sesuai dengan PSAK No 106
Karena awal akad modal MMQ diakui dan Fatwa DSN No 73 khususnya
sebagai modal (kas) maka perlakuan perlakuan akuntansi pada proses
akuntansi selanjutnya akan mengikuti. mengangsur dan ketika akad
Berbeda lagi jika modal awal MMQ diakui berakhir.
sebagai aset, maka perlakuan akuntansi
selanjutnya diperlukan adanya akun DAFTAR PUSTAKA
penyusutan, beban pemeliharaan aset, Agustianto. September 2011. Hybrid
pajak, dan akun lainnya yang menunjang. Contract dalam Keuangan dan
Namun kerana di awal akad sudah Perbankan Syariah Kontemporer.
sebagai modal, maka perlakuan Sharing, hlm. 14-19.
akuntansi untuk proses mengangsur dan Agustianto. Hybrid pada Pembiayaan
ketika akad berakhir sudah sesuai dengan Properti (MMQ). Makalah disajikan
dua hukum tersebut. dalam Pelatihan Akad Hybrid
V. SIMPULAN Contract pada Produk Keuangan
Berdasarkan analisa hasil Syariah. Hotel Mercure. Surabaya.
penelitian yang dilakukan pada Desember 2011.
perlakuan akuntansi yang diterapkan Antonio, Muhammad Syafi’i. Banks Syariah
Bank Muamalat Indonesia terhadap Wacana Utama dan Cendikiawan.
pembiayaan musyarakah mutanaqisah 1999. Jakarta: Tazkia Institute.
pada produk KPR iB dumulai dari tahap Aris, Nooraslinda Abdul, Rohana Othman,
proses awal dropping dana, mengangsur Rafidah Mohd Azli, Roshayani
tiap bulan, dan ketika akhir akad dapat Arshad, Mardiyyah Sahri2 and Abdul
disimpulkan bahwa Razak Yaakub. 2011. Islamic house
a. Perlakuan akuntansi MMQ untuk financing: Comparison between Bai’
modal awal musyarakah diakui Bithamin Ajil (BBA) and Musharakah
sebagai modal kas, antara realisasi Mutanaqisah (MM). African Journal
akad yang digunakan dengan of Business Management. VI (9): 266-
perlakuan akuntansinya tidak dapat 273.
menggambarkan apa yang terjadi Aryani, Ayu Layla. 2011. Perlakuan
dalam transaksi tersebut. Hal ini Akuntansi Terhadap Pembiayaan
dikarenakan faktor hukum positif dengan Prinsip Mudharabah dan
yang berlaku di Indonesia. Musyarakah pada Bank Syariah
b. Setelah diuji, perlakuan akuntansi (Studi Kasus pada PT Bank
Musyarakah Mutanaqisah di bank Muamalat Indonesia Cabang
Muamalat Indonesia cabang Darmo Syariah). Skripsi tidak diterbitkan.

440
Surabaya Fakultas Ekonomi dan Pemilikan Rumah (PPR iB) yang
Bisnis Universitas Airlangga. Menggunakan Akad Musyarakah
Basri, Ikhwan Abidin. Syirkah/ Musyarakah, Mutanaqisah (Studi Kasus Bank
(http://www.tazkia.co.id, diakses 2 Muamalat Indonesia). Disertasi tidak
Maret 2011). diterbitkan. Depok Fakultas Hukum
Ghazaly, Abdul Rahman, dkk. Fiqh Universitas Indonesia.
Muamalat. 2008. Jakarta: Kencana Saeed, Abdullah. Tanpa Tahun. Menyoal
Prenada Media Group. Bank Syariah Kritik Atas Interpretasi
Ghuddah, ‘Abd al-Sattar Abu. 2005. Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis.
Musharakah Mutanaqishah and Its Terjemahan oleh Arif Maftuhin. 2004.
Shari’ah Parameters. Makalah Jakarta: Paramadina.
disampaikan dalam Fifteenth Saipudin, Afif. 2009. Perlakuan Akuntansi
Session of the International Islamic Terhadap Pembiayaan dan
Fiqh Academy of the OIC. Musqat, Pendanaan dengan Prinsip
Oman. Mudharabah pada Bank Syariah
Hassan, A. Bulughul Maraam. 2001. Bangil: (Studi Kasus pada Bank Syariah
Pustaka Tamaam. Mandiri Jakarta). Disertasi tidak
Hosen, M Nadratuzzaman Hosen. 10 diterbitkan. Surabaya Fakultas
September 2013. Ekonomi dan Bisnis Universitas
www.ekonomisyariah.org. Airlangga.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Shihab, M. Quraish. 2009. Tafsir Al-Mishbah.
untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Volume 3. Ciputat: Lentera Hati.
Erlangga. Smolo, Edib & M. Kabir Hassan. 2011. The
Mas’adi, Ghufron. Fiqh Muamalah Potentials of Musharakah
Kontekstual. 2002. Jakarta: Rajawali Mutanaqisah for Islamic Housing
Pers. Finance. Emerald, 4(3): (237-258).
Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Kualitatif. Bandung Alfabeta.
Rosdakarya. Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. 2010.
Pradipta, Raissa Almira. 2011. Tinjauan Jakarta: Rajawali Pers.
Terhadap Pengalihan Porsi Yin, Robert K. 2002. Studi Kasus : Desain
Kepemilikan dan Hak Sewa dari dan Metode, Terjemahan. Jakarta: PT
Nasabah kepada Pihak Ketiga Grafindo Persada.
Dalam Perjanjian Pembiayaan

441

You might also like