Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Biologi, Volume 6 No 1, Januari 2017

Hal. 29-37

KUALITAS MADU LOKAL DARI LIMA WILAYAH DI


KABUPATEN WONOSOBO
Rofiqotul Khasanah1, Sarjana Parman2, Sri Widodo Agung Suedy3
Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro. Jl. Prof. H.
Soedharto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50275.
1) Tel/Fax. +6285713181329, email: rofi.khu@gmail.com
2) Tel./Fax. +6281325127428, email: ditayayak@yahoo.co.id
3) Tel./Fax. +6281325314399, email: agung.suedy@gmail.com.

ABSTRACT

Honey is sweet natural substance produced by honey bees (Apis sp.) from the nectar
or other parts of plant. The nutritional content influences its quality. The contents
are sugar, then water, and also some of organic acids. The purpose of this research
is to analyse the honey quality from its water content, acidity, and sugar content in
local honey from Wonosobo Regency. The samples were taken in the five locations,
i.e Topengan village (TP), Pringapus (PA), Kalikuning (KK), Krinjing (KJ), and
Mutisari (MS). The data analysis with ANOVA test (α = 5%). The Standardisation's
reference of honey quality based on Indonesia National Standardisation (SNI) 2013
and EC Directive in 2001 year. The Results were water content was 22.17 - 23.67%,
acidity was 34.08 - 39.37 ml NaOH/ kg, and sugar content was 74.83% - 76.17%.
All samples were in low quality, except PA that was in standard with water content
was 22,17%, acidity was 34,08 ml NaOH/kg, and sugar content was 76,17oBx.

Keywords: honey quality, water content, acidity, and sugar content

ABSTRAK

Madu adalah zat manis alami yang dihasilkan oleh lebah madu (Apis sp.) dari
nektar bunga atau bagian lain dari tumbuhan. Kandungan nutrisi madu akan
menentukan kualitas madu. Secara umum, kandungan nutrisi berupa gula,
kemudian air, dan asam-asam organik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
kualitas madu melalui uji kadar air, keasaman, dan kadar gula di dalam madu lokal
dari Kabupaten Wonosobo. Sampel diambil dari lima lokasi di Kabupaten
Wonosobo, yakni Desa Topengan (TP), Pringapus (PA), Kalikuning (KK), Krinjing
(KJ), dan Mutisari (MS). Analisis data kualitas madu dengan uji ANOVA (α = 5%).
Referensi standar kualitas madu menggunakan SNI (Standar Nasional Indonesia)
2013 dan EC Directive tahun 2001. Hasil penelitian kadar air berkisar antara 22,17-
23,67%, keasaman 34,08 ml NaOH/kg-39,37 ml NaOH/kg, dan kadar gula total
74,83%-76,17%. Hasil uji ANOVA menunjukkan berbeda tidak nyata (p > 0,05)
pada uji kualitas madu dari kelima daerah tersebut. Sampel madu yang digunakan
dalam penelitian termasuk kedalam madu berkualitas rendah, hanya madu PA yang
memenuhi standar, yaitu dengan kadar air 22,17%, nilai keasaman 34,08 ml
NaOH/kg, dan kadar gula 76,17oBx.

Kata kunci: kualitas madu, kadar air, keasaman, dan kadar gula
Jurnal Biologi, Volume 6 No 1, Januari 2017
Hal. 29-37

PENDAHULUAN oligosakarida), kemudian air, asam-asam


organik serta komponen minor lain.
Madu adalah cairan kental yang Komposisi dalam madu berubah-ubah
dihasilkan oleh lebah madu (Apis sp.) dari sesuai dengan bunga dan polen yang
nektar bunga atau bagian lain dari tanaman dikonsumsi lebah (Ratnayani, 2008;
(Sumoprastowo dan Agus, 1993). Madu Agung, 2009; Bogdanov, 2015). Kualitas
merupakan bahan makanan yang istimewa madu berdasarkan SNI (2013) ditentukan
karena rasa, nilai gizi dan khasiatnya. Madu oleh aktivitas enzim diastase,
baik untuk dikonsumsi, tujuan medis, hidroksimetilfurfural (HMF), kadar air,
perawatan kecantikan, keperluan industri gula pereduksi, sukrosa, keasaman, padatan
maupun untuk perdagangan (Winarno, tak larut dalam air, abu, cemaran logam,
2001). Madu mengandung karbohidrat cemaran arsen, kloramfenikol, dan cemaran
berupa gula fruktosa (sekitar 38,5%), mikroba. Kualitas madu pada penelitian ini
glukosa (sekitar 31,0%), maltosa, sukrosa, tercantum dalam SNI (2013) dan EC
dan gula lainnya, vitamin, mineral, serta Directive (2001), yaitu mencakup kadar air,
asam-asam organik (Martos et al., 2000; keasaman, dan kadar gula.
Gheldof et al., 2002). Kadar air dan gula merupakan
Wilayah Kabupaten Wonosobo karakteristik yang penting pada madu,
memiliki berbagai jenis tumbuhan karena air dan gula dapat mempengaruhi
penghasil nektar dan polen untuk pakan penampakan, tekstur, dan cita rasa, serta
lebah madu. Vegetasinya bervariasi, mulai menentukan keawetan madu. Kadar air
dari tumbuhan penyusun hutan hingga madu yang rendah dengan kadar gula yang
berbagai tanaman agrikultur (BPS, 2015). tiggi menyebabkan mikroba pembusuk
Jenis nektar dari tanaman yang berbeda tidak dapat hidup di dalamnya (Winarno,
mempunyai kandungan nutrisi yang 2001). Kadar air dan gula dalam madu
berbeda, yang dapat mempengaruhi dipengaruhi oleh iklim atau cuaca,
komposisi alami madu (Huang, 2015). Hal pengelolaan saat dan pasca panen, serta
ini mengindikasikan bahwa kualitas madu sumber nektar yang dikumpulkan oleh
di Wonosobo beragam sesuai kondisi lebah. Madu yang siap dipanen ditandai
geografis dan jenis vegetasinya. dengan tertutupnya ruang sel sarang oleh
Madu dihasilkan oleh lebah madu lapisan lilin lebah (malam) dan telah
dengan memanfaatkan bunga tanaman. memenuhi syarat kadar air madu yaitu tidak
Madu memiliki warna, aroma dan rasa yang lebih dari 22% (Sarwono, 2001).
berbeda-beda, tergantung pada jenis Keasaman juga mempengaruhi
tanaman yang banyak tumbuh di sekitar kualitas madu, hal ini karena di dalam madu
peternakan lebah madu (Sarwono, 2001). terdapat sejumlah asam organik yang
Dua faktor yang mempengaruhi berperan dalam proses metabolisme tubuh
pembentukan madu, yaitu tumbuhan pada lebah madu. Jenis-jenis asam tersebut
sebagai sumber polen atau nektar dan lebah antara lain asam format, asam asetat, asam
madu (Sihombing, 2005). Nektar adalah sitrat, asam laktat, asam butirat, asam
cairan manis yang berasal dari kelenjar oksalat, dan asam suksinat (Al Jamili,
nektar pada bunga, sedangkan polen adalah 2004). Syarat nilai keasaman pada madu
alat reproduksi jantan pada bunga (Gowda, berdasarkan SNI (2013) yaitu tidak lebih
2011). Nektar merupakan sumber dari 50 ml NaOH/kg.
karbohidrat bagi lebah madu dan polen Beberapa negara telah membuat
merupakan sumber utama protein, lipid, standar kualitas madu, seperti negara
mineral dan vitamin yang dibutuhkan untuk Amerika Serikat terdapat United States
nutrisi lebah madu (Keller et al., 2005). Standard for Grade of Extracted Honey
Komponen utama pada madu berupa (USDA, 1985), sedangkan di Indonesia
gula (monosakarida, disakarida, dan mengacu pada Standar Nasional Indonesia
Jurnal Biologi, Volume 6 No 1, Januari 2017
Hal. 29-37

(SNI, 2013). Karakteristik kualitas madu refractometer). Pengujian dilakukan


telah banyak diteliti (Gairola et al. 2013; dengan meletakkan sampel madu pada
Hack-Gil et al. 1988; Purnamasari dan bagian permukaan alat refraktometer,
Hilda, 2015; Chayati, 2008). Selama ini kemudian dibaca nilai indeks bias yang
belum ada kajian khusus yang membahas ditetapkan pada suhu 20oC, maka akan
tentang kualitas madu yang terkandung di didapatkan hasil dengan hasil satuan %
dalam madu lokal dari Kabupaten (kadar air) dan kadar gula berupa oBx/
Wonosobo, sehingga perlu di kaji secara derajat Brix (Moniruzzaman et al., 2013).
lebih detail bagaimana kualitas dari
Kabupaten Wonosobo. Uji Keasaman
Uji keasaman dilakukan dengan
metode titrasi asam-basa yang mengacu
BAHAN DAN METODE pada SNI (2013). Sebanyak 10g madu
ditimbang, dimasukkan kedalam
Tempat dan Waktu Penelitian Erlenmeyer 250ml, kemudian dilarutkan
Penelitian ini telah dilaksanakan di dengan 75ml aquades dan ditambah 4-5
Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi tetes indikator PP. Madu kemudian dititrasi
Tumbuhan, Departemen Biologi, dengan larutan NaOH 0,1 N sampai titik
Universitas Diponegoro, Semarang. Survei akhir ditandai dengan perubahan warna
dan pengambilan sampel madu dilakukan di menjadi merah jambu yang tetap selama 10
peternakan lebah madu lokal tanpa merk di detik. Volume NaOH 0,1 N yang digunakan
lima wilayah Kabupaten Wonosobo, dicatat dan hasil keasaman dalam madu
meliputi Desa Topengan (kode TP) dan dihitung
Pringapus (kode PA) Kecamatan Garung; Perhitungan Keasaman Madu (SNI, 2013)
Desa Kalikuning (kode KK) Kecamatan Keasaman (ml NaOH/kg) = a x b / c x 1000
Kalikajar; serta Desa Krinjing (kode KJ) Keterangan:
dan Mutisari (kode MS) Kecamatan a adalah volume NaOH 0,1 N yang digunakan dalam
Watumalang. Penelitian ini dilakukan titrasi (ml)
b adalah normalitas NaOH 0,1 N
selama 2 bulan, yaitu pada bulan April - c adalah bobot contoh (g)
Juni 2016.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam Kualitas Madu
penelitian adalah sampel madu, NaOH 0,1 Kualitas madu yang diamati meliputi
N, asam oksalat 0,1 N, indikator PP 1%, kadar air, keasaman, dan kadar gula, serta
aquades. Alat yang digunakan dalam polen. Sampel didapat dari peternak lebah
penelitian adalah portable refraktometer madu di lima wilayah di Kabupaten
(honey refractometer kode RHB-92ATC), Wonosobo, yaitu Desa Topengan (TP) dan
neraca analitik, erlenmeyer (ukuran 250 Pringapus (PA) yang masuk Kecamatan
dan 1000 mL), statif, buret (50 mL), tabung Garung; Desa Kalikuning (KK),
reaksi, gelas ukur (100 mL), beker (250 dan Kecamatan Kalikajar; Desa Krinjing (KJ)
600 mL), hotplate (model L-81), magnetic dan Mutisari (MS), Kecamatan
stirrer, pipet tetes, batang pengaduk, pinset, Watumalang. Lebah madu yang dipelihara
sarung tangan, tissue, dan kertas label. oleh peternak adalah jenis lebah lokal
dengan ukuran kecil, berwarna coklat tua
Cara kerja kehitaman, dan mudah untuk dijinakkan
Uji Kadar Air dan Kadar Gula (Masruhin, 2016, komunikasi pribadi).
Uji kadar air dan kadar gula dilakukan Berdasarkan deskripsi, lebah madu
dengan metode refraktometri menggunakan tersebut terindikasi kepada jenis lebah Apis
alat refraktometer (Honey handheld cerana. Menurut Saepudin (2011) Apis
Jurnal Biologi, Volume 6 No 1, Januari 2017
Hal. 29-37

cerana merupakan lebah madu lokal Asia musim penghujan, sehingga kadar
yang menyebar hampir di seluruh kawasan airnya tinggi. Hal ini didukung oleh
Indonesia dan merupakan salah satu jenis penelitian Escuredo et al. (2012) bahwa
lebah madu yang banyak diternakkan. kadar air madu dipengaruhi oleh
Lebah lokal ini memiliki ciri tubuh yang kelembaban udara, musim produksi atau
kecil dengan panjang hingga 1.90 cm, dan kondisi cuaca, sumber nektar, umur
dalam satu koloni dapat berkembangbiak panen, dan penanganan pasca panen.
hingga 10 ribu ekor. Lebah madu Apis Menurut Mulu et al. (2004),
cerana memiliki keunggulan seperti tahan menurunnya suhu pada musim
terhadap hama dan predator, serta mudah penghujan akan menyebabkan
beradaptasi terhadap berbagai macam kandungan air yang dihasilkan semakin
kondisi lingkungan. tinggi. Badan Meteorologi dan
Klimatologi (2016) melaporkan bahwa
Tabel 1. Rataan hasil pengukuran kualitas wilayah Kabupaten Wonosobo pada
madu lokal dari Wonosobo bulan Mei 2016 memiliki angka
kelembaban udara yang tinggi, yaitu
No. Kode Kadar Keasaman Kadar Gula pada kisaran 75-95%. Kelembaban rata-
Madu Air (%) (ml (oBx) rata yang tinggi menyebabkan madu
NaOH/kg)
1. TP 23,1 39,37 75,33
berkadar air tinggi (Siregar, 2002).
2. PA 22,17 34,08 76,17
Crane (1975), dalam udara yang lembab
3. KK 23,67 37,90 74,83
madu dapat menyerap air, karena madu
4. KJ 23 36,45 75 mempunyai sifat higroskopis, yaitu
5. MS 23 35,35 75,2 mudah menyerap air. Semakin tinggi
Keterangan: TP (Topengan), PA (Pringapus), KK
kelembaban udara maka kadar air madu
(Kalikuning), KJ (Krinjing), MS akan semakin tinggi pula (Chasanah
(Mutisari) 2001; Sarwono, 2007).
Umur panen mempengaruhi
kandungan air pada madu. Madu yang
dipanen pada umur tua mempunyai
Kadar Air kadar air lebih sedikit daripada madu
Hasil ANOVA kadar air dengan yang dipanen pada umur yang lebih
taraf kepercayaan 95% menunjukkan muda (Finola et al., 2007). Menurut
kadar air madu dari kelima wilayah tidak Warisno (1996), madu yang sudah
berbeda nyata (p > 0.05). Persentase matang ditandai dengan tertutupnya
rata-rata kadar air yang didapatkan ruang-ruang tempat penyimpanan madu
berkisar dari 22,17 hingga 23,67%. pada sarang oleh lapisan lilin lebah.
Madu berkode TP 23,1%, PA 22,17%, Madu yang digunakan pada penelitian
KK 23,67%, KJ 23%, dan MS 23%. ini dipanen pada kondisi maksimal yang
Menurut Badan Standarisasi Nasional ditandai oleh tertutupnya sel sarang
Indonesia (2013), madu yang berkualitas lebah dengan lapisan lilin (malam).
memiliki kadar air 22% atau kurang dari Kadar air madu juga dipengaruhi
itu, sehingga hasil kadar air sampel oleh penanganan pasca panen (Gairola et
madu dari lima wilayah di Kabupaten al., 2013). Menurut Sihombing (2005),
Wonosobo termasuk berkadar air tinggi agar dapat memenuhi SNI, madu
dan melebihi kadar standar madu memerlukan penanganan pasca panen
Indonesia yaitu lebih dari 22%, hanya berupa penurunan kadar air, misalnya
madu PA yang mendekati 22%. dengan menggunakan alat dehumidifier
Madu yang digunakan pada (Darmawan dan Retno, 2014). Madu
penelitian ini diambil atau dipanen pada dalam penelitian diperoleh dari peternak
bulan April dan Mei yang merupakan yang tidak melakukan proses penurunan
Jurnal Biologi, Volume 6 No 1, Januari 2017
Hal. 29-37

kadar air, karena langsung mengemas karena efek alkohol yang berlebihan
madu yang baru dipanen ke dalam pada madu. Kerusakan madu karena
wadah atau botol kemudian ditutup rapat fermentasi yang parah, madu akan
(Masruhin, 2016, komunikasi pribadi). meleleh keluar sendiri ketika tutup botol
Kondisi curah hujan yang tinggi selama dibuka atau bahkan bisa meletus sendiri
masa pemanenan madu menyebabkan karena tekanan gas/alkohol dari dalam
kadar air pada madu lokal yang madu yang rusak tersebut (Ahmad,
digunakan pada penelitian ini menjadi 2016, komunikasi pribadi). Madu dalam
lebih tinggi dari standar SNI madu di penelitian ini belum mengalami
Indonesia. fermentasi karena kemasan sampel saat
Keasaman diterima tertutup rapat dengan kondisi
Hasil ANOVA keasaman dengan madu hampir penuh serta tidak terjadi
taraf kepercayaan 95% menunjukkan letupan ketika kemasan dibuka.
keasaman madu dari kelima wilayah
tidak berbeda nyata (p>0.05). Hasil Kadar Gula
keasaman madu lokal dari Kabupaten Hasil ANOVA kadar gula total
Wonosobo yaitu madu TP sebanyak dengan taraf kepercayaan 95%
39,37 ml NaOH/kg, PA 34,08 ml menunjukkan kadar gula madu dari
NaOH/kg, KK 37,90 ml NaOH/kg, KJ kelima wilayah tidak berbeda nyata
36,45 ml NaOH/kg, dan MS 35,35 ml (p>0,05). Kadar gula pada penelitian ini
NaOH/kg. dihitung sebagai kadar gula total yang
Nilai keasaman madu telah dinyatakan dengan satuan Derajat Brix
ditetapkan dalam Standar Nasional (oBx). oBx menunjukkan ukuran tingkat
Indonesia (SNI) yaitu maksimal 50 ml persentase (%) kadar gula total madu,
NaOH/kg. Hasil menunjukkan bahwa dengan kata lain nilai oBx = % (Ndife et
keasaman madu dari kelima wilayah al., 2014). Kadar gula total pada madu
masih di dalam nilai standar batas lokal dari Kabupaten Wonosobo
maksimum. Hal ini mengindikasikan berkisar antara 74,83oBx - 76,17oBx.
madu belum mengalami fermentasi Kadar gula total TP 75,33oBx, PA
selama penyimpanan, yang artinya madu 76,17oBx, KK 74,83oBx, KJ 75oBx, dan
termasuk berkualitas baik. Menurut MS 75oBx.
Bogdanov (2008), madu dengan Kadar gula total dengan kadar air
keasaman yang tinggi, yaitu lebih dari pada madu mempunyai hubungan
nilai 50 ml NaOH/kg mengindikasikan korelasi, dimana apabila kadar air tinggi
terjadinya fermentasi gula menjadi maka kadar gula yang dimiliki akan
alkohol sehingga akan menurunkan cenderung rendah dan sebaliknya
kualitas pada madu. (Conti, 2000). Hasil penelitian
Ciri–ciri madu yang terfermentasi didapatkan madu (PA) berkadar air
adalah terdapat busa pada bagian atas 22,17% mempunyai kadar gula
wadah, mengandung karbondioksida 76,17oBx dan sebaliknya madu (KK)
(CO2) dan alkohol (Bogdanov et al., berkadar air 23,67% mempunyai kadar
2008). Menurut Anonim (2012), madu gula 74,83oBx (Gambar 4.1; 4.3).
yang telah mengalami The Europe Comission (EC)
fermentasi/perubahan madu menjadi Directive (2001) menyatakan bahwa
alkohol (etanol) ditandai dengan: adanya nilai oBx (Brix) untuk madu Apis sp.
suara berdesis jika tutup botol dibuka umumnya pada kisaran 76 - 81,4oBx.
(bergas), kemasan menggembung, madu Madu dengan kadar gula total sama
berbusa banyak, berbau tidak segar, rasa dengan atau lebih dari 81,4oBx
berubah menjadi asam yang tidak digolongkan pada madu kualitas A,
normal, terlalu panas di tenggorokan sedangkan nilai antara 80-81,4oBx
Jurnal Biologi, Volume 6 No 1, Januari 2017
Hal. 29-37

masuk dalam golongan B (Ndife et al., Kualitas madu dipengaruhi oleh


2014). Sampel madu yang dianalisis faktor internal dan eksternal. Faktor
menunjukkan nilai di bawah standar internal berupa kemampuan lebah dalam
yang ditetapkan, sehingga kualitas kadar memproduksi madu seperti adanya
gula totalnya termasuk rendah, hanya enzim dan kemampuan lebah dalam
pada madu PA yang memenuhi mengurangi kandungan kadar air madu,
(76,17oBx). sedangkan faktor eksternalnya meliputi
Madu yang digunakan pada kondisi cuaca atau iklim, kelembaban
penelitian ini diambil atau dipanen pada udara, jenis tanaman sumber pakan
bulan April dan Mei yang merupakan lebah madu (polen dan nektar), umur
musim penghujan, sehingga kadar gula panen atau tingkat kematangan madu,
totalnya rendah. Kadar gula total madu serta penanganan sebelum dan pasca
dipengaruhi oleh suhu di wilayah panen. Adanya faktor-faktor tersebut
penggembalaan dan tingkat kelembaban yang menjadikan kualitas madu
udara (Sihombing, 2005). Suhu beragam.
optimum wilayah Kabupaten Wonosobo Madu yang berkualitas adalah yang
yaitu pada kisaran 14,3-26,5oC dengan berkadar air rendah (≤ 22%), nilai
kelembaban udara antara 75-95% keasaman standar (≤ 50 ml NaOH/kg),
(BMKG, 2016). Menurut Mulu et al. dan kadar gula total tinggi (≥ 76oBx).
(2004), menurunnya suhu pada musim Berdasarkan standar tersebut, maka
penghujan akan menyebabkan nektar sampel madu yang digunakan dalam
yang dihasilkan tanaman semakin tinggi, penelitian ini termasuk kedalam madu
namun kandungan gula pada nektar berkualitas rendah, hanya madu PA yang
menurun. Kelembaban udara juga akan memenuhi standar, yaitu dengan kadar
mempengaruhi kadar gula madu, air 22,17%, nilai keasaman 34,08 ml
semakin lembab udara maka nektar yang NaOH/kg, dan kadar gula 76,17oBx.
dihasilkan semakin tinggi, namun Kualitas madu dipengaruhi oleh
kandungan gula nektar rendah faktor internal dan eksternal. Faktor
(Sihombing 2005). internal berupa kemampuan lebah dalam
Kadar gula total madu juga memproduksi madu seperti adanya
dipengaruhi oleh nektar yang dihasilkan enzim dan kemampuan lebah dalam
oleh tumbuhan sebagai sumber pakan mengurangi kandungan kadar air madu,
lebah. Menurut Mulu et al. (2004), sedangkan faktor eksternalnya meliputi
perbedaan jenis tumbuhan yang nektar kondisi cuaca atau iklim, kelembaban
bunganya menjadi sumber makanan udara, jenis tanaman sumber pakan
lebah untuk memproduksi madu akan lebah madu (polen dan nektar), umur
mempengaruhi karakteristik madu, panen atau tingkat kematangan madu,
seperti flavor, aroma, warna, mutu, serta serta penanganan sebelum dan pasca
kandungan gula pada madu. panen. Adanya faktor-faktor tersebut
Berdasarkan wawancara, lebah hanya yang menjadikan kualitas madu
mendapatkan sumber nektar bergantung beragam.
dengan kondisi di lingkungan dan Madu yang berkualitas selalu
peternak tidak memberikan pakan ditunjang oleh kemampuan koloni lebah
tambahan seperti larutan gula. Madu dalam memproduksi madu, meskipun di
dipanen pada musim penghujan dimana daerah Kabupaten Wonosobo dengan
produksi bunga penghasil nektar sedikit kondisi kelembaban yang tinggi, banyak
(Prapto, 2016, komunikasi pribadi). Hal upaya yang bisa dilalukan agar kualitas
ini menyebabkan kadar gula pada madu madu tetap terjaga, yaitu dengan
rendah. penanganan yang baik dari semenjak
pemeliharaan lebah madu,
Jurnal Biologi, Volume 6 No 1, Januari 2017
Hal. 29-37

pemroduksian madu, dan UCAPAN TERIMA KASIH


pendistribusian hingga sampai kepada
konsumen. Produsen madu (pemilik atau Penulis ingin mengucapkan rasa terima
peternak) sebaiknya selalu kasih yang sebesar-besarnya kepada
memperhatikan tersedianya tumbuhan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
penghasil sumber pakan bagi lebah (DIKTI) Indonesia yang telah memberikan
madu, memperhatikan umur panen atau sumbangsih selama penelitian melalui
tingkat kematangan madu, sehingga beasiswa Bidikmisi.
mendahulukan madu yang telah tertutup
oleh lapisan lilin lebah yang siap untuk
dipanen, serta penanganan sebelum dan DAFTAR PUSTAKA
pasca panen yang sesuai, seperti
Agung, S.F.K. 2009. Pemeriksaan Kualitas
pengemasan, pelabelan, dan
Madu Komersial. Karya Ilmiah.
penyimpanan yang tepat.
Fakultas Farmasi, Universitas
Mekanisme pembuatan madu oleh
Padjajaran, Bandung.
lebah bermula dari pengambilan nektar
Al Jamili, S. 2004. Khasiat Madu Dalam
bunga menggunakan probosis (alat
Al-qur’an dan Sunnah. Cendekia
penghisap pada lebah) serta polen
Sentra Muslim, Jakarta.
menggunakan kakinya (corbiculata).
Anonim. 2002. Council Directive of the
Kemudian nektar disimpan dalam
European Union. Council Directive
kantung madu di dalam tubuh sedangkan
2001/110/ec relating to honey.
polen dalam kantung polen sebagai
Off.J.Eur.Communities.
pollen pellett atau disebut juga bee
_______. 2012. Ciri-Ciri Madu Asli Tapi
pollen (Erwin, 2013). Nektar selanjutnya
Rusak. https://www.notes/madu-
diolah oleh lebah dengan dicampur
murni/ciri-ciri-madu-asli-tapi-
enzim tertentu, kemudian dikeluarkan
rusak/193043640797832/. 08
kembali dan disimpan dalam ruang sel-
November 2016.
sel sisiran sarang lebah (comb) bersama
_______. 2013. Madu. Standart Nasional
pollen pellett, dan setelah masak
Indonesia, Jakarta.
campuran tadi berubah menjadi madu.
Badan Meteorologi Klimatologi dan
Madu yang dipanen ditandai dengan
Geofisika (BMKG). 2016. Pusat
tertutupnya ruang sel sarang tersebut
Meteorologi Publik. Prakiraan
oleh lapisan lilin (wax), sehingga madu
Cuaca Propinsi 09 June 2016 07.00
siap untuk dipanen (Sarwono, 2001).
WIB hingga 10 June 2016 07.00
WIB.
KESIMPULAN
http://meteo.bmkg.go.id/prakiraan/
propinsi/14. 6 September 2016
Ada perbedaan kualitas madu pada
________________________. 2015.
madu lokal dari lima wilayah di Kabupaten
Statistik Daerah Kabupaten
Wonosobo. Hasil pengukuran kadar air
Wonosobo 2015.
berkisar dari 22,17-23,67%, nilai keasaman
http://wonosobokab.bps.go.id. 16
34,08 - 39,37 ml NaOH/kg, dan kadar gula
Maret 2016.
total 74,83 - 76,17oBx. Sampel madu yang
Bogdanov, S., T. Jurendic, and R. Sieber.
digunakan dalam penelitian termasuk
2008. Honey for Nutrition and
kedalam madu berkualitas rendah, hanya
Health: a Review. Am J Coll Nutr
madu PA yang memenuhi standar, yaitu
27:677–689.
dengan kadar air 22,17%, nilai keasaman
Bogdanov, S. 2008. Storage, Cristallisation
34,08 ml NaOH/kg, dan kadar gula
and Liquefaction of Honey. Bee
76,17oBx.
Jurnal Biologi, Volume 6 No 1, Januari 2017
Hal. 29-37

Product Science. www.bee– University of Vigo, As Lagoas,


hexagon.net. 16 Oktober 2016. Ourense, Spain 851-856.
___________. 2011. The Honey Book Finola, M.S. Lasagno, M.C., and Marioli,
Chapter 5: Honey Composition. Bee J.M. 2007. Microbiological and
Product Science. www.bee- chemical characterisation of honeys
hexagon.net. 16 Agustus 2016. from central Argentina. Journal
___________. 2015. Honey for Nutrient Food Chemistry.
and Health: A Review. Bee Product Gairola, A., Tiwari, P, and Tiwari, J. K.
Science: www.bee–hexagon.net. 16 2013. Physico-chemical Properties
Agustus 2015. of Apis cerana-indica F. Honey
from Uttarkashi District of
Conti, M.E. 2000. Honeys: a Survey of Uttarakhand, India. Journal Global
Mineral Content and Typical Biosci 20-25.
Quality Parameters. Central Italy. Gheldof, N., X. Wang, and Engeseth, N.
Journal Food Control. 11: 459–463. 2002. Identification and
Chasanah, N. 2001. Kadar Dekstrosa, Quantification of Antioxidant
Levulosa, Maltosa, Serta Sukrosa Components of Honeys from
Madu Segar dan Madu Bubuk Various Floral Sources. Journal
Dengan Bahan Pengisi Campuran Agric Food Chem.
Gum Arab dan Dekstrin. Skripsi. Gowda, G. 2011. Management of Indian
Fakultas Peternakan. Institut Bee Colonies. Department of
Pertanian Bogor, Bogor. Apiculture, UAS.
Chayati, I. 2008. Sifat Fisikokimia Madu Hack-Gil C, Myung-Kyoo H, and Jae-Gil
Monoflora dari Daerah Istimewa K. 1988. The chemical composition
Yogyakarta dan Jawa Tengah. of Korean Honey. Korean Journal
Jurnal. Jurusan Pendidikan Teknik of Food Science Technology 20:
Boga dan Busana, Fakultas Teknik, 631-636.
Universitas Negeri Yogyakarta, Huang, Z. 2015. Honey Bee Nutrition.
Karangmalang, Yogyakarta. http://www.extention.org/pages/28
Crane, E. 1975. Honey: A Comprehensive 844/ honey-bee-nutrition. 07 April
Survey. Journal Bee Research. 2016.
Londres: International Bee Keller, I., P. Fluri, & A. Imdorf. 2005.
Research Association (IBRA). Pollen Nutrition And Colony
Doner, L. W. 1977. The Sugars of Honey- Development In Honey Bees:Part 1.
A review. Journal of the Science of Journal of Bee World 86 (1).
Food and Agriculture 28(5):443– Martos, I., Tomás B. F. A., Ferreres F.,
456. Radovic B.S., and Anklam E. 2000.
Erwin. 2013. Manfaat Bee polen. http:// Identification of flavonoid markers
agen madu murni. for the botanical origin of
blogspot.com/2012/07/manfaat- Eucalyptus honey. Journal Agric
bee- polen.html. 28 September Food Chem. No. 48 (5): 1498–502.
2015. Moniruzzaman, M., Siti, A. S., Siti, A. M.
Escuredo, O. Montserrat M., and Maria A., and Siew, H. G. 2013.
F.M.C.S. 2012. Nutritional Value Physicochemical and antioxidant
and Antioxidant Activity of Honeys properties of Malaysian honeys
Produced in a European Atlantic produced by Apis cerana, Apis
Area. Article of Food Chemistry. dorsata and Apis mellifera. Article.
Department Vegetal Biology and BMC Complementary and
Soil Sciences, Faculty of Sciences, Alternative Medicine.
Jurnal Biologi, Volume 6 No 1, Januari 2017
Hal. 29-37

Mulu, A., B. Tessema, and F. Derby, 2004. Siregar, H.C.H. 2002. Pengaruh Metode
In Vitro Assesment of The Penurunan Kadar Air, Suhu dan
Antimicrobial Potential of Honey Lama Penyimpanan terhadap
on Common Human Pathogens. Kualitas Madu Randu. Tesis.
Journal Ethiop. Program Pascasarjana IPB, Bogor.
Ndife, J.I., Abioye, L.I., and Dandago, M. Sumoprastowo, R.M dan Agus, S.R. 1993.
2014. Quality Assessment of Beternak Lebah Madu Modern.
Nigerian Honey Sourced from Bhratara, Jakarta.
Different Floral Locations. NIFO J Terrab, A., Diez M.J. and F.J. Heredia.
32 (2): 48-55. 2003. Palynological,
Purnamasari, N. dan Hilda, A. 2015. Physicochemical and Colour
Pembandingan Fisikokimia Madu Characterisation of Moroccan
Pahit (Aktivitas Enzim Diastase, Honeys. I. River Red Gum
Gula Pereduksi, Keasaman, (Eucalyptus camaldulensis Dehnl.)
Cemaran Abu dan Arsen) dengan Honey. International Journal of
Madu Murni. Jurnal Farmasi. Food Science and Technology 38:
Universitas Islam Bandung, 379-386.
Bandung. United States Department of Agricultural
Ratnayani, K., N.M.A. Dwi Adhi S., dan (USDA). 1985. United States
I.G.A.M.A.S. Gitadewi. 2008. Standards for Grades of Extracted
Penentuan Kadar Glukosa dan Honey. Washington DC (US).
Fruktosa pada Madu Randu dan Warisno. 1996. Budidaya Lebah Madu.
Madu Kelengkeng dengan Metode Penerbit Kanisius (Anggota
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. IKAPI), Yogyakarta.
Jurnal. Jurusan Kimia FMIPA Winarno, F.G. 2001. Madu, Teknologi,
Universitas Udayana, Bukit Khasiat dan Analisa. Pusat
Jimbaran. Penelitian dan Pengembangan
Sarwono. 2007. Lebah Madu. Agro Media Teknologi Pangan IPB, Bogor.
Pustaka, Jakarta. __________. 2007. Kimia Pangan dan
Sihombing, D.T.H. 2005. Ilmu Ternak Gizi. Gamedia Pustaka Utama,
Lebah Madu. Cetakan ke 2. Gajah Jakarta.
Mada University Press, Jogjakarta.

You might also like