Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DENGAN ANGKA KEJADIAN

DERMATITIS ATOPIK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2019

Arif Effendi¹, Eka Silvia², Yesi Nurmalasari​3​, Jeane Lawren​4

¹Bagian Dermatologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati


²Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati
³Departemen Gizi Medik, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati
4​
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati

[email korespondesi: aquajeane@gmail.com]

Abstract: ​Correlation Between Gender and the Incidence Rate of Atopic


Dermatitis in the Skin Polyclinic and Gender of the Regional General
Hospital Dr. H. Abdul Moeloek Lampung Province in 2019. From five major
cities in Indonesia, obtained from the top 10 pediatric skin diseases and from ten
large hospitals spread across Indonesia, atopic dermatitis has ranked first at
23.7%. Atopic dermatitis is more common in women compared to men with a ratio
of 1.3: 1. To find out whether there is a correlation between sex with the incidence
of atopic dermatitis in the skin clinic and genital RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek
Lampung Province. This type of research is observational analytic with cross
sectional design. A sample were collected by using total sampling technique of 96
atopic dermatitis patients treated at the skin and genital clinic of RSUD. Dr. H.
Abdul Moeloek Lampung Province for the period of January 2018 - December 2019,
the data were obtained from the medical records of RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Lampung Province. Statistical tests with univariate and bivariate tests. In patients
with atopic dermatitis as many as 41 people (42.7%) and in women as many as 55
people (57.3%). Chi-Square statistical test results obtained p = 0.012 (p <0.05)
which means there is a significant relationship between sex with the incidence of
atopic dermatitis.

Keywords​: Atopic Dermatitis, Sex

Abstrak: Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Angka Kejadian


Dermatitis Atopik Di Poliklinik Kulit Dan Kelamin Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019. ​D​ari lima kota
besar di Indonesia, didapatkan dari 10 besar penyakit kulit anak dan dari sepuluh
rumah sakit besar yang tersebar di seluruh Indonesia, dermatitis atopik telah
menempati peringkat pertama sebesar 23,7%​. Dermatitis atopik lebih sering
dijumpai pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki dengan rasio 1,3:1​. Untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan angka
kejadian dermatitis atopik di poliklinik kulit dan kelamin RSUD. Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan
rancangan ​cross sectional​. Sampel diambil menggunakan total sampling sebanyak
96 pasien dermatitis atopik yang berobat di poliklinik kulit dan kelamin RSUD. Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode Januari 2018 – Desember 2019, data
diperoleh dari catatan rekam medik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Uji statistik dengan uji univariat dan bivariat. Pada penderita dermatitis atopik
laki-laki sebanyak 41 orang (42.7%) dan pada perempuan sebanyak 55 orang
(57.3%). Hasil uji statistik ​Chi-Square diperoleh p=0,012 (p<0,05) yang berarti
terdapat

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 104


hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan angka kejadian dermatitis
atopik.

Kata Kunci : ​Dermatitis Atopik, Jenis Kelamin

PENDAHULUAN
Dermatitis atopik (DA) insidensi DA kemungkinan
merupakan peradangan kulit berupa disebabkan oleh beberapa faktor
dermatitis yang bersifat kronis contohnya urbanisasi, polusi, dan
residitif, yang disertai rasa gatal, dan hygiene hypothesis​. Prevalensi DA di
juga mengenai bagian tubuh tertentu asia tenggara bervariasi antar
terutama di area wajah pada bayi Negara mulai dari 1,1% pada usia
yang merupakan fase infatil dan juga 13-14 tahun di Indonesia sampai
di bagian fleksural ekstremitas yang 17,9% pada usia 12 tahun di
merupakan fase anak. Perjalanan singapura (Rubel ​et al,​ 2013).
penyakitnya bervariasi, dipengaruhi Prevalensi penyakit dermatitis
berbagai faktor serta berkaitan erat atopik didapatkan meningkat setiap
dengan penyakit atopi lainnya, yakni tahunnya di Indonesia, didapatkan
asma bronchial, rhinitis alergik, rekapitulasi yang telah dilakukan
urtikaria, dan hay fever. Berbagai oleh Kelompok Studi Dermatologi
faktor resiko dan faktor yang Anak (KSDAI) dari lima kota besar di
memengaruhi penyakit telah Indonesia, didapatkan dari 10 besar
dikemukakan oleh para peneliti, penyakit kulit anak dan dari sepuluh
didapatkan hasilnya bervariasi rumah sakit besar yang tersebar di
tergantung pada negara tempat seluruh Indonesia, dermatitis atopik
penelitian berlangsung (​Menaldi ​et telah menempati peringkat pertama
al,​ 2015). sebesar 23,7% dan pada tahun 2010
Dermatitis atopik sekarang ini kejadian dermatitis telah mencapai
masih menjadi masalah kesehatan, 36% angka kejadian (Nurfadilah,
terutama pada bayi dan anak, 2014).
dikarenakan sifatnya yang kronik Didapatkan pula data prevalensi
residif, sehingga dapat penyakit dermatitis atopik di Bandar
mempengaruhi kualitas hidup pasien. lampung pada tahun 2012 adalah
Dermatitis atopik paling sering 8785 penderita baru dan 1334
ditemukan pada bayi, namun dapat penderita lama dari 45.254 penderita
juga pada anak-anak dan dewasa. penyakit kulit dan jaringan (DepKeS
Pada sebagian besar pasien, RI, 2013). Sedangkan menurut data
dermatitis atopik merupakan rekam medik RSUD Abdul Moeloek
manifestasi klinis atopi yang 2019, prevalensi penyakit dermatitis
pertama, dan banyak diantara atopik di Rumah Sakit Dr. H. Abdoel
mereka yang kemudian akan Moeloek pada tahun 2017 sampai
mengalami asma maupun rinitis tahun 2019 bulan September adalah
alergik di masa mendatang 178 penderita baru dari penderita
(​Archietobias, 2014). penyakit kulit dan jaringan.
Berbagai penelitian menyatakan Resiko kejadian dermatitis atopik
bahwa prevalensi dermatitis atopik dapat meningkat oleh beberapa hal.
makin meningkat setiap tahun Etiologi dan patogenesis DA belum
sehingga menjadi masalah kesehatan diketahui dan bersifat multifaktorial.
besar. The international study of Beberapa faktor pencetus DA antara
asthma and allergies in childhood lain faktor intrinsik seperti genetik,
(ISAAC) menyatakan bahwa karakteristik kulit pasien atopik,
prevalensi DA bervariasi antara kelainan imunologi, stres, dan faktor
sebesar 0,3% hingga 20,5% di 56 ekstrinsik seperti bahan yang
negara (Evina, 2015). Peningkatan bersifat iritan, alergen, makanan,
Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 105
mikroorganisme, dan cuaca. sampel yang dibagi dalam kategori
Dermatitis atopik lebih sering sesuai dengan kriteria inklusi. Total
dijumpai pada perempuan keseluruhan responden pada
dibandingkan dengan laki-laki penelitian ini yaitu sebanyak 170
dengan rasio 1,3:1 dan perempuan pasien.
umumnya memiliki prognosis yang Kriteria inklusi pada penelitian ini
buruk (Fitzpatrick, 2015). Satu yaitu:
penelitian menyatakan pasien 1).Pasien dengan diagnosis
dermatitis atopik pada bayi dan anak dermatitis atopik di Poliklinik Kulit
lebih sering pada laki-laki, dengan dan Kelamin RSUD Dr. H. Abdul
perbandingan laki-laki dan Moeloek Bandar Lampung pada
perempuan 2,3:1. Perbandingan tahun 2019.
insidensi jenis kelamin pada pasien 2).Pasien dengan diagnosis
dermatitis atopik bervariasi pada dermatitis seboroik di Poliklinik Kulit
setiap Negara (Sihaloho, 2017). dan Kelamin RSUD Dr. H. Abdul
Berdasarkan pemaparan diatas, Moeloek Bandar Lampung pada
peneliti tertarik untuk mengetahui tahun 2019.
Hubungan antara Jenis Kelamin 3). Pasien dengan diagnosis
Pasien Dermatitis Atopik dengan dermatitis atopik dan dermatitiss
Angka Kejadian Pasien Dermatitis seboroik dengan usia ≥12 tahun.
Atopik di poli klinik ​RSUD Dr. H. Kriteria eksklusi pada penelitian
Abdul Moeloek Lampung tahun 2019. ini yaitu:
Pasien dengan penyakit infeksi kulit
METODE lainnya, misalnya kusta, skabies dan
Penelitian ini dilakukan untuk lain lain.
mengetahui hubungan antara jenis Variabel independen dalam
kelamin dengan angka kejadian penelitian adalah jenis kelamin pada
dermatitis atopik di Poliklinik Kulit pasien dermatitis atopik. Sedangkan
dan Kelamin RSUD Dr. H. Abdul variabel dependen, yaitu dermatitis
Moeloek Bandar Lampung Tahun atopik yang merupakan hasil
2019. Penelitian ini menggunakan anamnesis dan diagnosis oleh
metode analitik observasional dan Dokter Penanggung Jawab
rancangan penelitian ini Pelayanan (DPJP) yang tertulis
menggunakan rancangan ​cross dalam rekam medik dan buku
sectional​, yaitu pengukuran terhadap register.
variabel dilakukan pada waktu Analisis data bivariat digunakan
bersamaan. dalam penelitian ini adalah dengan
Batasan atau kriteria yang uji statistik ​Chi-square​, yaitu uji
menjadi populasi dalam penelitian ini yang digunakan untuk hubungan
adalah seluruh penderita dermatitis antara jenis kelamin dengan angka
atopik yang diambil dari rekam kejadian dermatitis atopik di
medis dan buku registrasi tahun Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD
2018 hingga 2019 dan seluruh Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
penderita dermatitis seboroik yang Lampung Tahun 2019.
diambil dari rekam medis dan buku
registrasi tahun 2018 sampai 2019 di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung dengan total 134 pasien.
Pengambilan sampel
menggunakan teknik ​total sampling.
Metode penelitian besar sampel
terhadap populasi diambil jumlah

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 106


HASIL

Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan usia pada penderita dermatitis


atopik di R
​ SUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung tahun 2018-2019

Usia Jumlah %

Balita (0-5 tahun) 2​6 19.4

Anak (5-11 tahun) 12 9.0

Remaja Awal (12-1​6 tahun) 1​6 11.9

Remaja Akhir (17-25 tahun) 24 17.9

Dewasa Awal (2​6-35 tahun) 10 7.5

Dewasa Akhir (3​6-45 tahun) 11 8.2

Lansia Awal (4​6-55 tahun) 13 9.7

Lansia Akhir (5​6-65 tahun) 10 7.5

Manula (>​65 tahun) 12 9.0

Total 134 100.0

Sampel dikategorikan kedalam 9 tahun) yang berjumlah 10 orang


kelompok, yaitu balita, anak, remaja dengan persentase 7,5%. Pasien
awal, remaja akhir, dewasa awal, dewasa akhir (36-45 tahun) yang
dewasa akhir, lansia awa, lansia akhir, berjumlah 11 orang dengan persentase
dan manula (DEPKES, 2009). Data 8,2%. Pasien lansia awal (46-55 tahun)
frekuensi responden berdasarkan usia, yang berjumlah 13 orang dengan
disajikan dalam tabel. persentase 9,7%. Pasien lansia akhir
Dari tabel di atas menunjukkan (56-65 tahun) yang berjumlah 10
karakteristik usia pasien dermatitis orang dengan persentase 7,5%. Pasien
atopik di poliklinik RSUD Abdul Moeloek manula (>65 tahun) yang berjumlah
periode tahun 2018-2019. Untuk pasien 12 orang dengan persentase 9,0%.
balita (0-5 tahun), jumlah yang Maka dapat dilihat dalam tabel
tercatat mencapai 26 orang dengan urutan pasien terbanyak dialami oleh
persentase 19,4% yang mana pasien berusia balita, diikuti dengan
merupakan angka frekuensi terbanyak pasien remaja akhir, pasien remaja
dari setiap umur. Diikuti dengan pasien awal, lansia awal, manula, anak,
anak-anak (5-11 tahun) yang dewasa akhir, kemudian yang terakhir
berjumlah 12 orang dengan persentase dengan persentase yang paling sedikit
9,0%. Pasien remaja awal (12-16 yaitu pasien dewasaawal dan lansia
tahun) yang berjumlah 16 orang akhir.
dengan persentase 11,9%.
Pasien remaja akhir (17-25 tahun)
berjumlah 24 orang dengan persentase
17,9%. Pasien dewasa awal (26-35

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 107


Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Dermatitis
Atopik yang dialami di ​RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung tahun 2018-2019

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 58 43.3

Perempuan 76 56.7

Jumlah 134 100.0

Data frekuensi responden mengalami DA merupakan jenis


berdasarkan jenis kelamin pasien kelamin perempuan sebanyak 76 orang
dermatitis atopik yang dialami, dengan persentase 56.7%. Sedangkan
disajikan dalam tabel. Dari tabel diatas pada pasien DA berjenis kelamin
didapatkan data distribusi frekuensi laki-laki sebanyak 58 orang dengan
sebagian besar responden yang persentase 43.3%.

Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan Angka Kejadian Dermatitis Atopik


di ​RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung tahun 2018-2019

Diagnosis Jumlah Persentase

DA 134 61.8

DS 83 38.2

Jumlah 217 100.0

Data frekuensi responden banyak dibandingkan dengan


berdasarkan angka kejadian dermatitis dermatitis seboroik di poliklinik RSUD
atopik dibandingkan dengan dermatitis Abdul Moeloek periode 2018-2019
seboroik yang ditemukan di Poliklinik dengan jumlah pasien Dermatitis
Kulit Kelamin RSUD Abdul Moeloek Atopik berumlah 134 pasien (61.8%).
periode 2018-2019, disajikan dalam Sedangkan Pasien Dermatitis Seboroik
tabel. Dari tabel 4.3 diatas di dapatkan berjumlah 83 pasien (38.2%).
angka kejadian dermatitis atopik lebih

Tabel 4. Hubungan antara Jenis Kelamin Pasien Dermatitis Atopik dengan


Angka Kejadian Pasien Dermatitis Atopik di poli klinik ​RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Lampung tahun 2019

Angka Kejadian DA P

Jenis Kelamin DA DS

N % N %

Laki-laki 41 42.7 46 62.2

Perempuan 55 57.3 28 37.8 0.012

Total 96 100.0 74 100.0

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 108


Hasil analisis dari tabel 4.4 3%). Pada penelitian Safarina dan
diatas diambil usia <12 tahun. Antara kawan-kawan pada tahun 2013
jenis kelamin dengan angka kejadian diperoleh hasil pada penderita DA
dermatitis atopik menunjukkan pola perempuan lebih banyak (61,8 %). Ada
positif, artinya terdapat hubungan beberapa hormon yang mempengaruhi
antara jenis kelamin pasien dermatitis DA seperti hormon kortisol,
atopik dengan angka kejadian pasien progesteron dan adrenalin. Perubahan
dermatitis atopik. Hasil statistik tersebut dapat mengakibatkan emosi,
menunjukkan ​p-value = 0.012 yang kecemasan, kelelahan dan sakit kepala.
berarti ada hubungan yang bermakna Hormon yang sangat berpengaruh pada
antara jenis kelamin dengan angka perempuan yaitu hormon progesteron.
kejadian pasien DA. Apabila terjadi peningkatan terutama
pada siklus menstruasi yang tidak
PEMBAHASAN teratur akan terjadi manifestasi alergi
Sebagian besar penderita penyakit dan dapat berkembang menjadi asma.
dermatitis atopik yang berobat di Studi epidemiologi dari berbagai
poliklinik RSUD Abdul Moeloek adalah kepustakaan menunjukkan bahwa DA
balita berkisar 19,4% diikuti dengan dapat mengenai semua jenis kelamin.
remaja akhir sebesar 17,9%. Hal ini Stres emosional berperan penting
sejalan dengan penelitian Elvina tahun dalam terjadinya DA. Stres dapat
2015 yang mengemukakan bahwa menyebabkan rusaknya fungsi sawar
pasien dermatitis atopik diderita balita kulit dan memicu terjadinya respon
sampai anak-anak dengan prevalensi alergi atau Th2. Pada saat stres,
10-20 % dan sesuai juga dengan data saraf sensoris melepaskan
dari Kelompok Studi Dermatologi Anak neuromediator yang me-regulasi
(KSDAI) yang menyebutkan angka inflamasi dan respon imun seperti
prevalensi kasus dermatitis atopik di pada penurunan fungsi sawar kulit.
Indonesia menempati urutan ke-10 Respon hypothalamus-pituitary-adrenal
penyakit kulit terbesar se Indonesia axis (HPA) pada sistem saraf pusat
dengan persentase 23,67%. akan berespon terhadap stres
Dari analisa hubungan antara jenis psikologis dengan meningkatkan
kelamin dengan angka kejadian regulasi hormon stres
dermatitis atopik dengan menggunakan corticotrophin-releasing hormone
uji korelasi ​chi-square menunjukkan (CRH) dan adrenocorticotropic hormone
pola positif, yang artinya terdapat (ACTH) (Pandaleke, 2014).
hubungan yang cukup signifikan antara CRH dan ACTH menstimulasi
jenis kelamin dengan angka kejadian norepinefrin (NE) dan pelepasan
dermatitis atopik. Hasil statistic kortisol dari kelenjar adrenal, serta
menunjukkan p-value = 0.012 yang langsung menstimulasi sel imun
berarti terdapat hubungan yang dalam darah dan perifer melalui
bermakna antara kedua variable yang masing-masing reseptor. Akibatnya
diteliti. Hasil penelitian ini sejalan terjadi umpan balik negatif dari
dengan penelitian Sihaloho tahun 2015 kortisol pada CRH dan ACTH,
yang mengatakan bahwa dermatitis kemudian hipotalamus dan hipofisis.
atopik lebih cenderung di derita oleh Produksi serotonin pada batang otak
jenis kelamin perempuan dibandingkan (5HT) meningkat. Substansi P (SP),
dengan laki-laki. gastrin-releasing peptide (GRP), dan
Penelitian Lufita pada tahun 2013 calcitonin gene related peptide
mendapatkan hasil yang signifikan (CGRP) pada ganglia spinalis dorsalis
berdasarkan jenis kelamin, terdapat juga meningkat. Pada kulit, sel-sel
penderita DA lebih banyak perempuan imun melepaskan sitokin, kemokin,
sebanyak 17 responden (56, 7%) dan dan neuropeptida, yang memodulasi
laki-laki sebanyak 13 responden (43, respon inflamasi local (Pandaleke,
Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 109
2014). Dari penelitian diatas, peneliti Diharapkan bagi masyarakat dengan
berpendapat bahwa pada dermatitis dermatitis atopik lebih menjaga
atopik lebih banyak diderita oleh jenis kesehatan dan kebersihan tubuhnya,
kelamin perempuan dibandingkan mengikuti anjuran dokter, serta
dengan laki-laki yang berkaitan erat menghindari stres agar riwayat
dengan stress sebagai salah satu dermatitis atopik nya tidak semakin
faktor resikonya. Stres sendiri parah dan menggangu kehidupan
berkaitan erat dengan hormone sehari-harinya.
progesteron yang sangat berpengaruh 2. Bagi Universitas
pada perempuan sebagai bagian dari Penelitian ini diharapkan dapat
penunjang fungsi biologisnya. Dimana menambah bahan referensi bagi
perempuan menghasilkan hormon kepustakaan Universitas Malahayati,
estrogen dan progesteron yang tinggi serta bermanfaat bagi para pembaca
yang diduga mempengaruhi psikis dan yang ingin memanfaatkan penelitian ini
perasaan. hal ini berdampak bahwa sebagai bahan studi banding dan
perempuan lebih sensitif dan mudah menambah pengetahuan sehingga
mengalami stress. Sedangkan pada dapat mencetak sumber daya manusia
laki-laki, dalam proses biologis dan yang dibutuhkan untuk pembangunan
psikologisnya, laki-laki menghasilkan dalam bidang kesehatan.
hormon testosterone yang tinggi dan 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
progesteron yang tidak terlalu tinggi Disarankan hendaknya pada penelitian
yang diduga mampu mempengaruhi selanjutnya dapat menambahkan
peningkatan agresifitas, sehingga variable lain selain jenis kelamin seperti
laki-laki cenderung stabil ketika derajat keparahan dan factor stress
beraktivitas dan memiliki serta dapat menggunakan metode
kemungkinan lebih rendah terkena berbeda dengan yang peneliti gunakan
sters dibandingkan dengan yang saat ini.
berjenis kelamin perempuan (Alini,
2018). DAFTAR PUSTAKA
Alini, A. (2018). Faktor-Faktor Yang
KESIMPULAN Berhubungan Dengan Kejadian
Berdasarkan hasil analisis dan Dermatitis Atopik Di Puskesmas
pembahasan penelitian, maka dapat Bangkinang Kota. ​PREPOTIF:
diambil kesimpulan mengenai Jurnal Kesehatan Masyarakat
hubungan antara jenis kelamin pasien 2(2):33-42
dermatitis atopik dengan angka Archietobias, M.A. (2014). Hubungan
kejadian pasien dermatitis atopik di poli antara Dermatitis Seboroik
klinik ​RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dengan Kualitas Hidup Pasien di
Lampung tahun 2018-2019 sebagai Rsud Abdul Moeloek
berikut: Lampung. ​Jurnal Majority
1. Sebagian besar responden yang 3(6):10-18
mengalami dermatitis atopik berada DepKeS RI. (2013). Riset kesehatan
pada kelompok umur balita (0-5 dasar. Jakarta
tahun). Evina, B. (2015). Clinical
2. Sebagian besar responden yang manifestations and diagnostic
mengalami dermatitis berjenis kelamin criteria of atopic
perempuan. dermatitis. ​Jurnal Majority
Ada hubungan antara jenis kelamin 4(4):9-21
pasien dermatitis atopik dengan angka Fitzpatrick, T. B. (2012). ​Fitzpatrick's
kejadian pasien dermatitis atopik color atlas and synopsis of
dengan nilai p-value = 0.012​. clinical dermatology. New
York:McGraw-Hill
SARAN Lufita, L. (2013). Hubungan Tingkat
1. Bagi Masyarakat Stres Terhadap Peningkatan
Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 110
Risiko Terjadinya Dermatitis
Atopik Pada Remaja Di Smp
Negeri 8 Surakarta. [Disertasi].
Surakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Menaldi, S. L. S., Bramono, K., &
Indriatmi, W. (2015). ​Ilmu
penyakit kulit dan
kelamin. ​Jakarta: Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Nurfadilah S., Andi Z., Ansariadi.
(2014). Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Dermatitis Pada Anak Balita Di
Wilayah Kerja Pkm Pattopakang
Kecamatan Mangarabombang
Kabupaten Takalar. Jurnal
Majority 5​ (2):32-44
Pandaleke, T. A., & Pandaleke, H. E,
(2014). Etiopatogenesis
Dermatitis Atopi. ​JURNAL
BIOMEDIK​ 6(2):2314-2324
Rubel, D., Thirumoorthy, T., Soebaryo,
R.W. (2013). Consensus
guidelines for the management
of atopic dermatitis: An A sia–P
acific perspective. ​The Journal of
dermatology​ ​40(​ 3):1052-1063
Sihaloho, K., & Indramaya, D. M.
(2017). Retrospective Study:
Atopic Dermatitis in
Childhood. ​Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin
27(3):42-53
 

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 111

You might also like