Motif Dan Kendala Bank Melakukan Implementasi Dini Psak No. 71 Terhadap CKPN Kredit (Motive and Obstacle Bank As Early Adopters of Psak No

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No.

1, hal 83-107 83

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 16 Nomor 1, Juni 2019

MOTIF DAN KENDALA BANK MELAKUKAN IMPLEMENTASI DINI


PSAK NO. 71 TERHADAP CKPN KREDIT
(MOTIVE AND OBSTACLE BANK AS EARLY ADOPTERS OF PSAK NO.
71 FOR ALLOWANCE FOR IMPAIRMENT LOSSES (CKPN) OF LOAN)
Arya P. Rizal
Program Studi Akuntansi, Universitas Indonesia
arya.prabu01@gmail.com

Elvia R. Shauki
Program Studi Akuntansi, Universitas Indonesia
elvia.shauki@icloud.com

Abstract
PSAK No. 71 convergence of IFRS 9 which will become effective on January 1, 2020, where
early implementation is permitted. The complexity of this standard has caused several Banks
not to carry out the impact assessment stage according to the OJK roadmap. However, there
were Banks that had implemented before PSAK No. 71 effective (early adopters). This study
applies a case study as its research strategy were content, thematic, and constant compara-
tive analyses were used in analysing data collected from questionnaire and semi-structured
interviews. This study found that several early adopters are Banks that are owned by the
government, foreign, and joint venture banks. Besides, the author found that the motive in
making the decisions to adopt/ not to adopt PSAK No. 71 is dominated by normative isomor-
phism as the pressures or demands being professional and considered right. This study also
found that there are differences (heteregoneity) in the behavior of the actors and institutions
in each bank that were influenced by multiple logics (i.e., rules as regulatory logics, and
profit being the banking logics). This is done by the actors to maintain both logics by com-
bining the two and looking at the external and internal factors of the institution.
Keywords: PSAK No. 71, Early Adopters, Institutional Theory, Institutional Logics, Coer-
cive, Mimetic, and Normative Isomorphism.

Abstrak
PSAK No. 71 merupakan konvergensi dari IFRS 9 yang akan berlaku efektif pada tanggal 1
Januari 2020 di mana implementasi dini diperkenankan. Kompleksitas standar ini me-
nyebabkan sebagian besar Bank belum melakukan tahap penilaian dampak sesuai roadmap
OJK. Namun dalam kenyataan nya terdapat Bank yang telah mengimplementasikan secara
dini PSAK No. 71 (early adopters). Studi ini menggunakan studi kasus sebagai strategi
penelitian di mana analisis konten, tematik dan analisis perbandingan konstan diaplikasikan
guna menganalisis instrumen penelitian berupa kuesioner dan wawancara semi terstruktur.
Penelitian ini menemukan bahwa early adopters adalah Bank dengan jenis kepemilikan
pemerintah, asing dan campuran. Selain itu, penulis menemukan bahwa motif untuk
mengambil keputusan baik untuk melakukan atau tidak melakukan implementasi PSAK No.
71 secara dini didominasi oleh kondisi isomorphism yang muncul (normative isomorphism)
karena adanya tekanan atau tuntutan dari profesional yang dinilai benar. Penelitian ini juga
menemukan bahwa terdapat perbedaan (heteregoneity) perilaku para aktor dan institusi pada
masing-masing bank umum yang dipengaruhi oleh multiple logics yaitu ketentuan (regulato-
ry logics), dan keuntungan (banking logics). Hal tersebut dilakukan para aktor untuk menja-
84 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107

ga keseimbangan kedua logika tersebut dengan menggabungkan keduanya serta melihat


faktor eksternal dan internal institusi.
Kata kunci: PSAK No. 71, Pelaksana Implementasi Dini, Teori Institusional, Logika
Institusional, Coercive, Mimetic, dan Normative Isomorphism.

PENDAHULUAN secara signifikan”. Oleh karena itu, bank-


bank umum yang lebih besar (BUKU 3
Indonesia sebagai salah satu negara dan 4) berada jauh di depan dalam kema-
anggota G20 memiliki kewajiban untuk juan mereka yaitu sebanyak 48% dari
mengimplementasikan International Fi- jumlah bank tersebut sudah dalam tahap
nancial Reporting Standard (IFRS) Nomor penilaian dampak dibandingkan dengan
9 yang sudah diberlakukan oleh Interna- bank-bank umum yang lebih kecil yaitu
tional Accounting Standard Board (IASB) hanya 10% dari jumlah bank umum BUKU
pada tanggal 1 Januari 2018. Dewan 1 dan 2 (PwC Indonesia 2018). Hal terse-
Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan but membuktikan bahwa sebagian besar
Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) menge- bank belum melakukan tahapan penilaian
sahkan Pernyataan Standar Akuntansi dampak disebabkan oleh kompleksitas dari
Keuangan (PSAK) No. 71 yang merupakan PSAK tersebut.
konvergensi dari IFRS No. 9 pada tanggal Salah satu bagian dari teori insti-
26 Juli 2017 di mana implementasinya tusional yaitu logika institusi digunakan
akan mulai berlaku secara efektif pada sebagai teori untuk menjelaskan fenomena
tanggal 1 Januari 2020 dan penerapan dini yang terjadi dalam suatu organisasi dalam
diperkenankan. PSAK No. 71 mengatur penelitian ini yaitu industri perbankan.
perubahan persyaratan instrumen keuangan Selain itu, Greenwood dan Suddaby (2006)
yaitu klasifikasi dan pengukuran yang menyatakan bahwa logika institusi dapat
sebelumnya diatur menggunakan PSAK menjelaskan bagaimana proses institusio-
No. 55. nalisasi suatu struktur memengaruhi
Sehubungan dengan hal tersebut, perilaku di dalam sebuah organisasi.
maka industri yang akan terkena dampak Proses institusionalisasi dari pengambilan
cukup signifikan adalah industri per- keputusan untuk melaksanakan atau tidak
bankan. Perbedaan yang paling signifikan melaksanakan implementasi PSAK No. 71
antara PSAK No. 71 dengan PSAK No. 55 dalam penelitian ini menggunakan logika
yang saat ini diimplementasikan oleh in- institusi yaitu symbolic carriers (aspek
dustri perbankan adalah metode perlakuan simbolik) dan material carriers (aspek
akuntansi khususnya metode penentuan material) dalam sebuah organisasi Zilber
pembentukan CKPN atas kredit bermasa- (2015). Selain itu, kemungkinan terjadinya
lah. PSAK No. 55 mengakui kerugian suatu praktik coupled (menyelaraskan)
kredit pada saat kerugian terjadi (incurred atau decoupled (menyimpang) (Scott 2008)
loss) sedangkan PSAK No. 71 melakukan dan terjadinya homogenisasi atau hetero-
pengakuan lebih cepat atas dampak dari genisasi suatu keputusan pada industri per-
perubahan kerugian kredit ekspektasian bankan (Hambrick et al. 2004). Oleh
(expected credit loss) setelah aset keu- karena itu, teori institusional menjadi
angan diakui di awal. Dampak dari pem- relevan digunakan dalam penelitian ini di
bentukan CKPN tersebut memengaruhi dalam menjawab pertanyaan penelitian.
modal dan laba Bank, hal tersebut Adopsi standar akuntansi menim-
berdasarkan pernyataan Triana di dalam bulkan kontroversi seperti di Perancis yang
(Apriyani 2018) bahwa “tidak hanya laba menentang berlakunya IFRS karena
rugi perusahaan yang akan berdampak tekanan dari unsur politik yang mem-
signifikan terkait implementasi PSAK No. pertimbangkan volatilitas dari neraca dan
71 namun juga terhadap penurunan modal juga laporan keuangan yang dihasilkan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107 85

menggunakan standar tersebut berdampak informasi makro ekonomi untuk Bank


negatif bagi kepentingan para stakeholder yang tidak memiliki Chief Economist dan
seperti penurunan ekuitas (Ball 2006). durasi untuk perhitungan CKPN Lifetime
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa atas Kredit Revolving dan Kredit
secara umum adopsi IFRS dapat memiliki Pemilikan Rumah (OJK 2018a).
dampak yang signifikan dan luas untuk Namun demikian, terdapat bank
perusahaan sehingga The Accounting umum di Indonesia yang sudah melakukan
Standards Review Board (ASRB) di New implementasi dini PSAK No. 71 pada 1
Zealand menunda tanggal efektif imple- Januari 2018 meskipun standar tersebut
mentasi standar akuntansi baru tersebut berlaku efektif di Indonesia. Selain itu
(Stent 2011). Di sisi lain menurut penelitian ini diharapkan akan mem-
Witjaksono (2017) bahwa perubahan perkaya debat yang terjadi di dunia
standar akuntansi menjadi PSAK No. 71 penelitian di mana motivasi dan kendala
menuai permasalahan yaitu adanya kesen- adopsi / implementasi dini PSAK akan di-
jangan Pedoman Akuntansi Perbankan gali lebih dalam lagi yang mungkin saja
Indonesia (PAPI) 2008 yang menggunakan berbeda dengan penelitian-penelitian yang
PSAK No. 55 sebagai acuan dalam pe- telah dilakukan sebelumnya mengenai
nyusunannya. Adanya pelanggaran yang “early adoption” khususnya pada “IFRS
dilakukan oleh pembuat ketentuan yaitu adoption” atau adopsi dini untuk yang
melakukan perubahan tanpa melalui proses berhubungan dengan pelaporan keuangan.
yang tepat yaitu secara spesifik terkait Berdasarkan uraian penjelasan di
modifikasi atau pertukaran atas liabilitas atas, maka penulis melakukan penelitian
keuangan yang diukur pada biaya amor- dengan judul: “Motif dan Kendala Bank
tisasi tidak mengakibatkan penghentian Melakukan Implementasi Dini PSAK No.
pengakuan (derecognition) atas liabilitas 71 Terhadap CKPN Kredit”. Tujuan dari
keuangan ketika membuat IFRS 9 penelitian ini adalah untuk mengetahui
(Bouvier 2017). motif dan kendala yang melatarbelakangi
Mengingat IFRS 9 diadopsi menjadi keputusan bank pada tingkat manajer (at
PSAK No. 71 dan perubahan standar the manager level dengan menggunakan
akuntansi di negara lain menuai kontro- kerangka institutional logics dan isomor-
versi maka permasalahan tersebut dimung- phism) dan bukan pada tingkat organisasi
kinkan akan menjadi masalah juga di (institutional field) untuk melaksanakan
Indonesia seperti yang dikemukakan dalam adopsi/implementasi dini PSAK No. 71
hasil kesimpulan Focus Group Discussion sebelum berlaku efektif khususnya meng-
(FGD) yang membahas isu-isu yang identifikasi persamaan dan perbedaan
dihadapi dalam rangka implementasi keputusan yang diambil antara early
PSAK No. 71 – Instrumen Keuangan yang dengan late adopters PSAK No. 71; logika
dilaksanakan oleh perwakilan dari Bank dominan yang melatar belakangi keputusan
Umum dan Kantor Akuntan Publik serta tersebut; dan faktor institusional yang
Otoritas Jasa Keuangan bertindak sebagai dapat menjadi trigger material carriers
fasilitator dan Ikatan Akuntan Indonesia dalam melakukan praktek decoupling dari
bertindak sebagai observer bahwa terdapat symbolic carriers yang ada selain untuk
permasalahan PSAK No. 71 di Indonesia mengetahui dampak terhadap CKPN atas
antara lain terkait klasifikasi yaitu level kredit yang dibentuk.
pengujian Solely Payment of Principal and Penelitian ini diharapkan dapat
Interest (SPPI) dalam rangka mengkla- menggali fenomena dari konteks nyata
sifikasikan aset keuangan dan cara menen- praktik bisnis sehingga memberikan
tukan model bisnis untuk kredit sindikasi kontribusi bagi keilmuan di bidang akun-
sesuai dengan PSAK No. 71 serta terkait tansi dan penelitian selanjutnya mengingat
penurunan nilai yaitu cara memeroleh minimnya penelitian atas motivasi dan
86 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107

kendala adopsi dini PSAK di Indonesia bahwa adanya penolakan seperti di


(khususnya PSAK No. 71) dengan meng- Perancis yang menentang berlakunya IFRS
gunakan metode studi kasus dan teori karena tekanan dari unsur politik yang
institusional, teori yang menjelaskan me- mempertimbangkan volatilitas dari laporan
ngenai perilaku institusi (pada tingkat keuangan khususnya neraca yang diha-
manajer) atau yang dikenal dengan insti- silkan dapat berdampak negatif bagi
tutional logics dan isomorphism dalam kepentingan stakeholder seperti penurunan
menanggapi gejolak yang terjadi baik di ekuitas (Ball 2006).
dalam maupun di luar institusi dalam Penelitian lain juga menemukan
menjawab pertanyaan penelitian. Selain bahwa secara umum adopsi IFRS dapat
itu, hasil studi kasus ini diharapkan mem- memiliki dampak yang signifikan dan luas
berikan output sehingga penelitian ini untuk perusahaan yang melakukan adopsi,
dapat dijadikan sebagai bahan review bagi pasar keuangan dan negara-negara di mana
akademisi, regulator, dan standard setter mereka beroperasi sehingga ASRB di New
(DSAK IAI) atas bank umum yang Zealand menunda tanggal efektif imple-
melakukan implementasi PSAK No.71 mentasi standar akuntansi baru tersebut
secara dini mengingat Otoritas Jasa Keu- yaitu dari berlaku efektif tanggal 1 Januari
angan (OJK) secara berkala memonitor 2005 menjadi 1 Januari 2007 (Stent 2011).
implementasi PSAK No. 71 seluruh Bank Selain itu, dalam rangka memastikan
Umum sebagaimana Surat OJK nomor S- implementasi PSAK No. 71 di Indonesia,
50/PB.11/2019 tanggal 17 Mei 2019 peri- OJK selaku regulator di Indonesia mem-
hal Tindak Lanjut Persiapan PSAK 71: In- fasilitasi pembahasan terkait isu-isu yang
strumen Keuangan serta penelitian ini juga dihadapi seputar implementasi PSAK No.
dapat dijadikan dasar pengambilan kepu- 71 dalam bentuk FGD dengan melibatkan
tusan late adopters dalam persiapan meng- perwakilan dari bank umum dan kantor
implementasikan PSAK No. 71. akuntan publik serta IAI bertindak sebagai
observer.
LANDASAN TEORI Meskipun terdapat permasalahan atas
implementasi standar akuntansi baru, pada
Motif Implementasi Dini Standar Akun- praktiknya terdapat perusahaan-perusahaan
tansi Keuangan yang mengambil keputusan untuk melak-
Adanya kebutuhan akan informasi sanakan implementasi dini atau disebut
keuangan yang lebih berkualitas dan dapat early adopters suatu standar akuntansi
dibandingkan dengan menggunakan stan- baru yang belum berlaku secara efektif.
dar yang seragam di dalam penyusunan Penelitian sebelumnya menunjukkan bah-
laporan keuangannya, IFRS yang diter- wa motif untuk mengambil keputusan pada
bitkan oleh IASB diputuskan menjadi suatu Perusahaan secara umum di New
standar akuntansi keuangan yang berlaku Zealand di dalam melaksanakan imple-
secara global bagi negara yang tergabung mentasi dini suatu standar akuntansi baru
dalam anggota G-20. Mengingat hal terse- antara lain bertujuan untuk mendapatkan
but bertujuan agar anggota G-20 memiliki manfaat dari implementasi IFRS serta
satu set standar akuntansi keuangan inter- keuntungan bersih jangka panjang karena
nasional yang berkualitas tinggi sesuai pengungkapan informasi menjadi lebih
hasil pertemuan negara yang tergabung signifikan karena implementasi IFRS dapat
dalam anggota G-20 di London pada tahun meningkatkan kepercayaan para pengguna
2009 (G20 2009). Perubahan standar baru laporan keuangan yaitu dapat diban-
tentunya tidak mudah di dalam mengim- dingkan (Stent 2011).
plementasikannya. Salah satunya menim- Selain itu, terdapat penelitian lain
bulkan kontroversi yang tercermin dari yang meneliti bahwa motif aktor pada in-
penelitian sebelumnya yang menemukan dustri perbankan di Amerika Serikat
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107 87

menjadi early adopters yaitu implementasi sebagai at institutional field dan merupa-
dini tersebut memberikan peluang bagi kan cakupan dari teori institusional baru
bank untuk meningkatkan besaran modal atau the new institutional theory). Semen-
sesuai yang disyaratkan regulasi karena tara studi ini lebih memfokuskan pada mo-
keuntungan bersih yang belum direalisasi tivasi manajer dalam melakukan pengam-
dapat dimasukkan dalam perhitungan bilan keputusan di level manajer (at the
modal (Beatty 1995) serta adanya insentif individual level) atau di dalam teori institu-
ketika Bank mengungkapkan informasi tional dikenal dengan institutional logics
sesuai standar akuntansi baru yaitu dan isomorphism.
menunjukkan kepada regulator bahwa
mereka dapat mengelola dengan baik dan PSAK No. 55 dan PSAK No. 71 di In-
mendapatkan akses pendanaan yang lebih dustri Perbankan
baik tercermin dari penelitian sebelumnya Penelitian sebelumnya terkait PSAK
bahwa early adopters mengalami No. 71 secara umum meneliti dampak dari
pertumbuhan dana lebih tinggi daripada rencana implementasi PSAK No. 71 dan
late adopters sehingga dapat menjaga menemukan bahwa PAPI 2008 yang
besaran modal sesuai ketentuan (Wang menjadi standar akuntansi keuangan di
2011). dalam menyusun laporan keuangan per-
Trombley (1989) dan Ayres (1986) bankan masih mengacu kepada PSAK No.
mengatakan bahwa keputusan untuk 55 dan belum menyesuaikan dengan PSAK
mengadopsi secara dini suatu standar erat No. 71 (Witjaksono 2017). Pada 1 Januari
hubungannya dengan ukuran dari perusa- 2020, PSAK No. 71 yang merupakan kon-
haan, perusahaan berskala kecil akan lebih vergensi dari IFRS 9 akan berlaku efektif
mudah melakukan adopsi dini, selain itu di Indonesia menggantikan PSAK No. 55
perusahaan tersebut mendapat dukungan yang meskipun tidak seluruh pengaturan
sepenuhnya dari auditor mereka dalam dalam PSAK No. 55 dirubah dan ini meru-
melakukan implementasi/ adopsi dini suatu pakan adopsi IAS 39. PSAK No. 71 adalah
standar. Sementara itu Renders dan pernyataan standar akuntansi keuangan
Gaeremynck (2007) mengatakan bahwa terkait instrumen keuangan yaitu klasifi-
adopsi dini IFRS mengakibatkan pening- kasi dan pengukuran (Martani 2019; OJK
katan pengungkapan, dan mengurangi 2018b).
pilihan akuntansi yang dapat diambil oleh Definisi instrumen keuangan
perusahaan yang pada akhirnya akan menurut IAI (2016a) adalah setiap kontrak
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. yang menambah nilai dari aset keuangan
Lebih lanjut Ayres (1986) mengatakan (financial assets) entitas dan kewajiban
bahwa karakteristik dari perusahaan yang keuangan (financial liability) atau instru-
memutuskan melakukan adopsi dini lazim- men ekuitas (equity instrument) di entitas
nya mengalami penurunan pendapatan lain. Dampak terbesar atas perubahan ini
setahun sebelum adopsi dini (pre-change adalah pada sisi aset keuangan yaitu kredit.
earnings), memiliki porsi yang kecil atas Pengertian kredit menurut Undang-Undang
saham beredar yang dimiliki oleh Dewan No. 10 tahun 1998 (Perubahan Undang-
Direksi dan jajaran manajemen, dan Undang No. 7 tahun 1992) adalah penye-
membatasi jumlah dividend payout ratio diaan uang atau tagihan yang dipersa-
dan interest coverage ratio dibandingkan makan berdasarkan persetujuan atau kese-
dengan perusahaan yang melakukan adopsi pakatan pinjam meminjam antara pihak
kemudian (later adopters). bank dan pihak lain yang mewajibkan
Dapat dilihat di sini bahwa seluruh pihak peminjam untuk melunasi utangnnya
studi yang ada memfokuskan diri pada mo- setelah jangka waktu tertentu dengan pem-
tivasi institusi dalam melakukan adopsi berian bunga. Oleh karena hal tersebut,
dini (di dalam teori institutional disebut industri perbankan akan terkena dampak
88 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107

cukup signifikan karena memiliki fungsi Terdapat perbedaan pendekatan


sebagai financial intermediary. pembentukan CKPN atas kredit antara
Kepemilikan bank umum di Indo- PSAK No. 55 yang menggunakan metode
nesia menurut Thamrin (2012) dibagi men- loss incurred method (terdapat bukti/-
jadi 5 jenis yaitu 1) Bank Pemerintah yang informasi penurunan nilai aset keuangan
dimiliki oleh pemerintah; 2) Bank Swasta yaitu historical event dan current condition
Nasional yang dimiliki oleh pihak swasta (telah terdapat bukti objektif) dengan
nasional; 3) Bank Koperasi yang dimiliki PSAK No. 71 yang menggunakan metode
oleh perusahaan berbadan hukum koperasi; expected credit loss (bukti/informasi his-
4) Bank Asing yaitu Bank dalam bentuk torical event dan current condition namun
Kantor Cabang yang dimiliki oleh pihak menambahkan juga informasi yang bersifat
asing; dan 5) Bank Campuran yaitu Bank forward-looking). Oleh karena itu, dapat
dalam bentuk anak perusahaan yang dimi- disimpulkan bahwa pembentukan CKPN
liki oleh pihak swasta nasional dan pihak atas kredit akan terkena dampak atas
asing. Pembahasan kepemilikan Bank ter- perubahan praktik akuntansi yaitu provisi
sebut digunakan oleh penulis agar peng- yang harus dibentuk menggunakan PSAK
ambilan sample menjadi mengerucut dan No. 71 akan lebih besar dibandingkan
penulis lebih fokus di dalam melakukan menggunakan PSAK No. 55 (Witjaksono
semi structured interviews. 2017). Terakhir, persyaratannya terkait
PSAK No. 71 akan menggantikan akuntansi lindung nilai akan berubah men-
PSAK No. 55 yang merupakan standar jadi lebih sederhana berdasarkan PSAK
akuntansi yang berlaku di industri per- No. 71. PSAK No. 55 lebih kompleks dan
bankan saat ini dengan merubah metode rule based sementara PSAK No. 71
perlakuan akuntansi terkait klasifikasi dan menguji efektivitas dengan menambahkan
pengukuran, pembentukan CKPN atas penilaian berdasarkan kualitatif.
kredit dan akuntansi lindung nilai (IAI Studi ini berbeda dibandingkan studi
2016b). Pertama, metode perlakuan akun- sebelumnya mengingat studi sebelumnya
tansi terkait klasifikasi dan pengukuran di melihat motivasi adopsi atau implementasi
PSAK No. 55 membagi menjadi 4 (empat) dini dari standar akuntansi pada level
kategori yaitu diperdagangkan, dimiliki institusi (institutional field (institutional
hingga jatuh tempo, tersedia untuk dijual theory)) sementara studi ini membahas
serta pinjaman dan piutang. Tata cara motivasi dan perilaku pada level manager
pengklasifikasian atas masing-masing ins- (actor (institutional logics)).
trumen keuangan sesuai PSAK No. 55 Dapat disimpulkan, penelitian terkait
ditentukan berdasarkan intensi manajemen. PSAK No. 71 masih terbatas, apalagi
Namun demikian, PSAK No. 71 akan penelitian yang berkaitan dengan motif dan
merubah hal tersebut menjadi 3 (tiga) yaitu kendala untuk melaksanakan implementasi
nilai wajar melalui laba/rugi, nilai wajar PSAK No. 71 secara dini oleh bank umum
melalui penghasilan komprehensif lainnya di Indonesia serta terkait dampak imple-
dan biaya perolehan diamortisasi. Tata cara mentasi PSAK No. 71 terhadap CKPN
pengklasifikasian sesuai PSAK No. 71 kredit belum pernah dilakukan pada studi
bukan ditentukan oleh intensi manajemen terdahulu dan hal ini adalah merupakan
akan tetapi juga menggunakan penilaian kontribusi dari penelitian ini.
arus kas kontraktual yang berasal dari
pembayaran pokok dan bunga (Solely LANDASAN TEORI
Payments of Principal and Interest) dan
penilaian model bisnis. Kedua, metode Teori Institusional (Institutional Theory)
perlakuan akuntansi terkait pembentukan Sebelumnya, teori ini dikenal dengan
CKPN atas kredit. nama teori institusional lama pertama kali
didiskusikan oleh Selznick tahun 1948 dan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107 89

seiring dengan waktu, teori ini terus tutional logics). Institutional logics per-
berkembang hingga kemudian diper- tama kali diperkenalkan Friedland dan
kenalkan sebagai teori institusional baru Alford pada tahun 1991. Menurut
oleh DiMaggio and Powell pada tahun Thornton dan Ocasio (1999), institutional
1983. Teori institusional menurut Lam- logics dirancang untuk memahami perilaku
mers dan Barbour (2006) digambarkan se- organisasi dan indvidual dalam konteks
bagai rangkaian dari praktik-praktik yang sosial dan kelembagaan sehingga konteks
diarahkan berdasarkan keyakinan rasional ini dapat distandarisasi dan memberikan
yang diformalkan melampaui organisasi peluang untuk perubahan dan agensi.
dan situasi tertentu. Menurut Dimaggio Menurut Reay dan Hinings (2009), logika
dan Powell (1983) bahwa teori ini melihat dalam teori institusi ini dinilai penting
pengaruh dari tekanan eksternal (isomor- untuk menjelaskan kaitan yang mencip-
phism) sehingga terdapat upaya me- takan rasa persatuan dan tujuan bersama di
nyesuaikan diri dari suatu institusi agar dalam institutional fields serta menjelaskan
dapat mirip dengan lingkungannya dengan perubahan institusi karena perubahan di
menekankan pola institusi terbentuk karena dalam area logika dominan merupakan hal
pengaruh tekanan dari luar melalui proses yang fundamental bagi konseptualisasi dari
kepatuhan, imitasi dan tuntutan profesio- perubahan institusi. Instutional field dior-
nal. Konsep institutional isomorphic ter- ganisir oleh logika dominan walaupun
bentuk melalui tiga mekanisme yaitu Co- terdapat 2 logika institusi atau lebih pada
ercive isomorphism (tekanan eksternal saat bersamaan (Scott 2008; Thornton dan
seperti pengaruh politik), Mimetic isomor- Ocasio 1999). Institutional logics terdiri
phism (dengan mengikuti institusi lain ka- dari symbolic carriers dan material
rena ketidakpastian) dan Normative iso- carriers dalam suatu institusi yang dapat
morphism (transformasi yang menghasil- memengaruhi perubahan dalam institusi
kan profesionalisasi) (Dimaggio dan (Zilber 2015) serta menjelaskan adanya
Powell 1983). Oleh karena itu dapat praktek decoupling di dalam suatu institusi
disimpulkan bahwa institutional theory (Scott 2008).
menyebabkan antar institusi menjadi sama Oleh karena itu, terdapat hubungan
seiring waktu, memeroleh legitimasi antara organisasi yang merupakan kum-
dengan melakukan adopsi atas suatu ke- pulan dari aktor yang dapat menciptakan
tentuan dan praktik, tampak menjadi nor- logika dominan di dalam mengambil suatu
matif (profesional) dalam suatu bidang ser- tindakan sehingga sesuai dengan per-
ta mengikuti institusi lain yang dianggap nyataan bahwa teori ini dapat mengung-
berhasil sebagai bagian dari strategi kapkan bagaimana dan mengapa aktor di
menghadapi ketidakpastian (Dimaggio dan dalam struktur sebuah institusi atau
Powell 1983). Meskipun demikian, menu- organisasi menjadi termotivasi sehingga
rut Scott (2008) bahwa organisasi awalnya melakukan perubahan terhadap struktur
termotivasi untuk mengambil keputusan di internal tersebut (Lawrence et al. 2011;
dalam melakukan perubahan struktural dan Greenwood dan Suddaby 2006; Dimaggio
aktivitas sebagai tanda pemenuhan ke- dan Powell 1983). Menurut Hambrick et
butuhan lembaga namun karena adanya al. (2004) bahwa pengambilan keputusan
batasan secara realita di lingkungan insti- untuk melaksanakan implementasi suatu
tusi menyebabkan institusi mengambil standar baru suatu institusi di industri bank
keputusan untuk decoupled atau melak- umum kemungkinan dapat lebih homo-
sanakan tindakan untuk menyimpang dari genisasi atau heterogenisasi. Oleh karena
ketentuan yang berlaku efektif. itu, menurut Berman di dalam Dunn dan
Di sisi lain, penelitian ini juga Jones (2010) bahwa dalam suatu lingku-
melihat perilaku aktor dan institusi di ngan institusi terdapat adanya multiple
dalam mengambil kebijakan tertentu (insti- logics sehingga ketentuan menjadi sulit un-
90 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107

tuk diterapkan dan tidak mungkin ketika dari pemilik Bank Asing dan Bank
suatu kelompok-kelompok yang berbeda Campuran.
berupaya melakukan pemaksaan kepenti- 2. National Level yaitu a) PSAK No.
ngan mereka untuk mengubah ketentuan 71 dan PSAK No. 55 yang diterbit-
tersebut. Aplikasi teori institusional pada kan oleh DSAK-IAI; b) Surat
penelitian ini adalah keterkaitan antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.
landasan teori dengan motif dan kendala S-78/PB.11/2017 tentang Action
yang melatarbelakangi para aktor dan Plan Perbankan sesuai Roadmap
institusi di dalam mengambil keputusan Persiapan Penerapan PSAK No. 71
untuk melakukan implementasi secara dini yang diterbitkan oleh OJK yang
dipengaruhi oleh tekanan dari dalam mewajibkan seluruh bank umum
(material carriers) maupun luar peru- untuk menyusun roadmap per-
sahaan (symbolic cariers). siapan implementasi PSAK No. 71
minimal mencakup tahapan dari
Logika Institusional (Institutional persiapan awal, gap analysis, deve-
Logics) lopment, analisis akhir dan paralel
Logika institusional merupakan ba- run serta diakhiri live (imple-
gian dari neo/new institutional theory. mentasi PSAK No. 71 secara
Selain penjelasan sebelumnya, menurut efektif) (OJK 2018b); c) Peraturan
Scott (1987) bahwa logika institusional OJK Nomor 29/POJK.04/2016
adalah merupakan sebuah rangkaian set Tentang Laporan Tahunan Emiten
dari sistem kognitif dan normatif yang atau Perusahaan Publik yang diter-
tidak sama dan sudah banyak digunakan bitkan oleh OJK; d) PAPI 2008
pada penelitian terdahulu. Logika insti- yang mewajibkan perusahaan untuk
tusional memengaruhi perilaku para aktor mengikuti standar akuntansi yang
di dalam mengambil keputusan sehingga diterbitkan oleh Bank Indonesia;
menjadi dasar menjawab fenomena dan e) Internal Policy atau
penelitian. Motif di dalam pengambilan Standard Operating Procedure
keputusan tersebut disebabkan adanya (SOP) yang merupakan ketentuan
dukungan dari dua faktor yaitu symbolic internal.
carriers dan material carrier (Zilber
2015). Menurut Scott (2008) bahwa sym- Material carriers adalah aktor
bolic carriers adalah elemen-elemen dari pelaksana baik secara individu maupun
institusional (kepercayaan, norma dan ke- kolektif, artifacts dan rutinitas berdasarkan
tentuan) berdampak terhadap perilaku so- logika tertentu (Scott 2008). Logika bank
sial yang tercermin dalam aktivitas, umum untuk melaksanakan implementasi
hubungan dan sumber daya. Symbolic adalah adanya kebutuhan akan keuntungan
carriers merupakan faktor yang menjadi untuk memenuhi segala kewajiban dan
pertimbangan aktor di dalam mengambil memastikan kelangsungan usaha berda-
keputusan untuk implementasi standar baru sarkan material carriers atau disebut
atau disebut regulatory logics (Thornton banking logics (Battilana dan Dorado
2002). Symbolic carrier penelitian ini 2010). Dalam penelitian ini, aktor
dibagi menjadi sebagai berikut: pelaksana adalah manager. Sementara
1. International Level yaitu a) IFRS 9 artifacts adalah alat bantu yang digunakan
yang berlaku efektif tanggal 1 untuk melaksanakan implementasi PSAK
Januari 2018 secara global dan IAS No. 71 yaitu konsultan pendamping,
39 yang keduanya diterbitkan oleh Sistem Informasi Teknologi (IT System)
IASB; dan b) Peraturan yang diter- dan Data (data historical dan data indikator
bitkan oleh pemerintah Negara asal makro ekonomi) sementara rutin yaitu
project initiation, assessment project,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107 91

Gambar 1
Kerangka Penelitian

modelling dan membangun Sistem berupa mixed-method (metode gabungan


Informasi Teknologi (Build IT System). antara kualitatif dengan kuantitatif menjadi
Penelitian ini bertujuan untuk meng- suatu studi tersendiri). Menurut Rahardjo
gali penerapan teori institusional dalam (2017) bahwa studi kasus ialah se-
rangka pengambilan keputusan Bank rangkaian dari kegiatan ilmiah yang
Umum melaksanakan implementasi atau dilakukan secara intensif, terinci dan men-
tidak PSAK No. 71 secara dini agar dapat dalam tentang suatu program, peristiwa,
menjawab pertanyaan penelitian ini. dan aktivitas untuk memeroleh penge-
Dalam hal ini ketentuan yang berlaku pada tahuan mendalam tentang peristiwa terse-
institutional fields yang merupakan sym- but. Sementara menurut Shauki (2018)
bolic carriers dan selanjutnya bagaimana bahwa mixed-research terjadi ketika
material carriers (actor, artifacts, dan rou- peneliti percaya bahwa sudut pandang dari
tines) memengaruhi symbolic carriers metode kualitatif dan kuantitatif berguna
tersebut sehingga dapat menjawab motif ketika mereka membahas pertanyaan
dan kendala yang melatarbelakangi Indus- penelitian. Terkait hal tersebut maka teknik
tri Perbankan dari perspektif homogenisasi yang digunakan menurut Yin (2009) untuk
atau heterogenisasi antar Bank Umum mendapatkan descriptive dan explanative
dalam pengambilan keputusan untuk knowledge yang mendalam dari suatu fe-
melaksanakan implementasi PSAK No. 71 nomena serta menentukan langkah strategi
secara dini atau tidak, logika dominan untuk mendapatkan data maka ditekankan
yang melatarbelakangi keputusan tersebut menggunakan pertanyaan how (bagaima-
serta apakah terjadi praktik coupling (tin- na) dan why (mengapa). Hal tersebut
dakan mematuhi) atau decoupling (tinda- sesuai dengan fungsi studi kasus yaitu
kan menyimpang) dalam pengambilan menganalisis secara rinci sebuah fenonema
keputusan tersebut. Oleh karena itu, sehingga pertanyaan penelitian berupa
kerangka dari penelitian ini dipaparkan mengapa sebuah fenomena dapat terjadi
sebagaimana yang terlihat pada Gambar 1. dan bagaimana secara rinci ditangani dapat
METODE PENELITIAN terjawab.
Penelitian ini menggunakan strategi
studi kasus dengan pendekatan penelitian
92 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107

Gambar 2
Mixed Method Design Matrix
Sumber: Johnson & Onwugbuzie, 2004(diolah)

Dalam menguji keabsahan dari data terdapat sembilan rancangan metode


primer maupun data sekunder yang di- campuran sesuai Gambar 2 yang di dalam
peroleh, penulis menggunakan teknik tri- membangun rancangannya harus melalui
angulasi. Penulis menggunakan tipe be- dua keputusan utama yaitu apakah pelak-
tween method triangulation yang mengacu sanaannya sebagian besar dalam satu
pada penggunaan beberapa instrumen paradigma dominan atau tidak, dan apakah
penelitian (research instruments) dalam melakukan fase tersebut bersamaan atau
sebuah penelitian (Denzin 2005). Data berurutan. Penulis memilih tahap quan →
primer berupa data-data yang diperoleh QUAL sesuai Gambar 2 yaitu hasil dari
dari hasil open-ended survey dan semi open ended surveys digunakan untuk
structured interviews sedangkan data mendapatkan informasi lebih dalam agar
sekunder yaitu menggunakan document dapat memperkaya proses semi structured
analysis, data yang didapatkan dari doku- interviews. Oleh karena itu, penelitian ini
mentasi yang diperoleh baik dari regula- lebih menekankan pada paradigma
tors (OJK) dan bank umum yang menjadi dominan secara sequential yaitu fase
sample yaitu data dan dokumen terkait kuantitatif dilakukan untuk memperdalam
PSAK No. 71 antara lain dokumentasi informasi yang akan dilakukan pada fase
terkait pembahasan mengenai PSAK No. kualitatif.
71 antara OJK dengan Perwakilan Bank Pertama-tama menyiapkan surat
Umum dan IAI yaitu kesimpulan hasil permohonan izin untuk melaksanakan baik
pembahasan isu implementasi PSAK No. open-ended survey maupun semi struc-
71 – instrumen keuangan, contoh action tured interview dan kemudian menyam-
plan penerapan, dan roadmap persiapan paikannya kepada sampel dari penelitian
penerapan PSAK No. 71 serta data dan ini. Penulis menyiapkan daftar open ended
dokumen bahan tayangan terkait PSAK questions yang kemudian diuji terlebih da-
No. 71 dari beberapa bank umum. hulu oleh peneliti kedua selaku peneliti
Pengumpulan data menggunakan yang berpengalaman dan kompeten serta
sequential exploratory design yaitu analisis diuji oleh pihak-pihak yang memahami
data kualitatif pada tahap pertama berupa topik dari penelitian sehingga daftar per-
penyebaran open-ended survey, dan secara tanyaan tersebut menjadi valid dan dapat
berurutan diikuti dengan semi structured dimengerti untuk dijawab oleh para nara-
interview pada tahap kedua, guna mem- sumber. Daftar open-ended questions ter-
perkuat hasil penelitian kualitatif yang sebut disampaikan oleh penulis melalui
dilakukan pada tahap pertama. Menurut surat elektronik kepada para narasumber
Johnson dan Onwuegbuzie (2004) bahwa agar dapat dilakukan pengisian kuesioner
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107 93

Tabel 1
Hasil Kuesioner – Content Analysis

No Topik Penjelasan
1 Implementasi 67% dari total responden menunjukkan topik ini sebagai motif
untuk melakukan implementasi PSAK No. 71 secara dini atau tidak
2 Model 33% dari total responden menunjukkan topik ini sebagai kendala
untuk melakukan implementasi PSAK No. 71 sedangkan sisanya
berpendapat berbeda antara lain kesiapan data dan sistem IT
3 Cadangan 89% dari total responden menunjukkan topik ini sebagai dampak
atas PSAK No. 71 yang akan meningkat.

terlebih dahulu. Pengumpulan data melalui dialog) dan lainnya di dalam kumpulan
kuesioner dilakukan mendahului pengum- data kualitatif secara tertulis maupun lisan
pulan data melalui wawancara, hal ini ber- yang digunakan untuk menguji suatu
tujuan untuk memperkaya pengetahuan hipotesis atas sebuah fenomena (korpus)
penulis di dalam memahami fenomena (Shauki 2018). Analisis ini dilakukan
yang terjadi agar dapat melengkapi dan dengan membaca berulang kali transkripsi
memperbaiki daftar pertanyaan pada saat agar memahami struktur data dan ide dari
melakukan semi-structured interview. tema yang diusung narasumber. Selanjut-
Kemudian pengambilan data selanjutnya nya menggunakan software Nvivo12 Pro
dilakukan melalui metode semi-structured untuk mengolah data tersebut dengan auto
interview terhadap masing-masing nara- coding atau manual coding yaitu menen-
sumber agar mendapatkan informasi yang tukan tema yang sesuai dengan permasala-
mendalam dari pertanyaan penelitian. han penelitian. Kemudian kodifikasi yang
Setelah seluruh proses tersebut selesai memiliki kesamaan digabungkan ke dalam
dilakukan, hasil yang telah diperoleh da- tema tersebut dan dianalisis untuk melihat
lam bentuk rekaman dan catatan tersebut relevansi informasi tersebut dengan perma-
ditranskripsikan ke dalam bentuk text un- salahan penelitian. Selain itu, penulis
tuk didokumentasikan. Kemudian doku- menggunakan constant comparative analy-
mentasi tersebut digunakan oleh penulis sis yang menurut Conrad et al. dalam Kolb
untuk dianalisis. (2012), adalah menggabungkan antara
Pada tahap analisis data, penulis pengumpulan data sistematis, pengkodean,
menggunakan metode content, thematic dan langkah analisis dengan pengambilan
dan constant comparative analyses dengan sampel teoritis untuk menghasilkan teori
menggunakan aplikasi komputer yaitu yang dekat dengan data, terintegrasi dan
Nvivo12 Pro. Content analysis ini ber- dinyatakan dalam suatu bentuk yang cukup
tujuan untuk melakukan kodifikasi atas jelas untuk dilakukan pengujian lebih
data kualitatif yang diperoleh biasanya lanjut. Dengan menggunakan teknik ana-
secara kuantitatif dalam hal ini dilakukan lisis ini, penulis menganalisis apakah ter-
untuk menganalisis konten untuk men- dapat persamaan maupun perbedaan jawa-
dalami sebuah tema yang paling banyak ban dari kedua grup. Selanjutnya, hasil
digunakan oleh narasumber (Shauki 2018). analisis akan digunakan untuk mengambil
Oleh karena itu, dengan menggunakan kesimpulan agar memahami permasalahan
content analysis maka makna yang men- yang sebenarnya terjadi sehingga men-
dalam dari hasil wawancara dapat ter- jawab pertanyaan penelitian. Unit analisis
ungkap berdasarkan kata-kata yang paling adalah multiple unit analysis dengan objek
menjadi pertimbangan mereka dan sering penelitian yaitu dua grup bank umum di
mereka sampaikan. Kemudian menggu- Indonesia yaitu early dan late adopters
nakan thematic analysis untuk memahami PSAK No. 71 dengan membagi masing-
berbagai respons, tema, topic (pidato atau masing grup bank umum berdasarkan jenis
94 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107

Tabel 2
Demografi Narasumber

Early or
Tanggal
Pengalaman Jenis Bank Jenis Bank Non
Jenis Efektif
Responden Jabatan di Berdasarkan Berdasarkan Adopters
Kelamin Implementasi
Perbankan Kepemilikan BUKU PSAK
PSAK No. 71
No. 71
Manager Early
Responden 1 Perempuan > 10 tahun Bank Asing BUKU 2 January 1, 2018
Akuntansi adopters
Manager Bank November 1, Early
Responden 2 Laki-Laki > 10 tahun BUKU 3
Akuntansi Pemerintah 2018 adopters
Manager Early
Responden 3 Laki-Laki 5 s.d 10 tahun Bank Asing BUKU 3 January 1, 2018
Akuntansi adopters
Manager Bank Non
Responden 4 Laki-Laki 5 s.d 10 tahun BUKU 4 January 1, 2020
Akuntansi Pemerintah adopters
Manager
Bank Swasta Non
Responden 5 Laki-Laki Risiko < 5 tahun BUKU 3 January 1, 2020
Nasional adopters
Kredit
Manager Non
Responden 6 Perempuan > 10 tahun Bank Asing BUKU 2 January 1, 2020
Akuntansi adopters

kepemilikan. Namun demikian, saat ini bahwa "pengumpulan data menggunakan


bank milik koperasi sudah tidak ada lagi sequential exploratory design yaitu analisis
pada industri perbankan di Indonesia. Oleh data kualitatif pada tahap pertama berupa
karena itu, penulis akan mengambil sampel penyebaran open-ended surveys, dan
seluruh early adopters yaitu lima bank secara berurutan diikuti dengan semi struc-
umum dan masing-masing satu sampel tured interview pada tahap kedua, guna
bank umum dari grup late adopters ber- memperkuat hasil penelitian kualitatif yang
dasarkan jenis kepemilikan sehingga dapat dilakukan pada tahap pertama. Meskipun
mewakili grup tersebut. Oleh karena itu, informasi yang didapatkan dari hasil
diambil sembilan sampel bank umum agar penyebaran open - ended questionnaire
dapat mewakili bank umum di Indonesia. terbatas sekali dalam menjelaskan tentang
fenomena yang terjadi, namun informasi
HASIL PENELITIAN DAN yang didapatkan tersebut berguna dalam
PEMBAHASAN memperkaya pendesainan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan pada tahapan
Hasil Temuan - Kuesioner dan Wawan- berikutnya (semi-structured interviews).
cara Sementara response rate atas semi
Dari sebaran kuestioner diperoleh structured interview ini adalah sebesar
jawaban sebesar sembilan responden (75% 67% atau enam narasumber (dari sembilan
response rate) dari 12 responden. Kemudi- bank umum yang dihubungi) berhasil
an penulis menggunakan content analysis dilakukan wawancara secara mendalam
dengan hasil tiga topik teratas dari infor- sebagaimana yang disajikan pada Tabel 2.
masi yang disampaikan para responden Berdasarkan Tabel 2, wawancara
sebagaimana Tabel 1. dilakukan terhadap narasumber yaitu: 1)
Responden di Tabel 1 merupakan Responden bank umum dengan jenis
narasumber dari hasil open ended surveys kepemilikan asing sebanyak tiga dari target
sedangkan Tabel 2 merupakan narasumber tiga bank umum yaitu dua early adopters
dari hasil semi structured interviews. Per- dan satu late adopters PSAK No. 71; 2)
samaannya adalah narasumber dari Tabel 2 Responden bank umum dengan jenis
merupakan bagian dari narasumber dari kepemilikan pemerintah sebanyak dua dari
Tabel 1 yang sudah melakukan open ended target dua bank umum yaitu satu early
surveys. Sesuai penjelasan di dalam jurnal adopters dan satu late adopters PSAK No.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107 95

Gambar 3
Content Analysis Result – Responden 1

71; 3) Responden bank umum dengan jenis • Bagaimana dengan dampak yang
kepemilikan swasta nasional sebanyak satu Bank Saudara alami atas imple-
dari target satu bank umum yaitu satu late mentasi PSAK No. 71 khususnya
adopters PSAK No. 71; dan 4) Responden terhadap pembentukan CKPN
bank umum dengan jenis kepemilikan Kredit?
campuran tidak berhasil dilakukan dari • Bagaimana cara Bank Saudara
target sebanyak tiga bank umum yaitu dua memitigasi dampak atas imple-
early adopters dan satu late adopters mentasi PSAK No. 71 lebih dini?
PSAK No. 71. Pertanyaan semi structured Selanjutnya, analisis konten dengan
interviews tersebut antara lain: menggunakan word frequency dan text
• Apakah bentuk kepemilikan Bank search serta menghapus kata yang tidak
Saudara termasuk Bank Peme- terkait sehingga menunjukkan sepuluh
rintah, Bank Swasta Nasional, topik yang paling menjadi concern
Bank Asing (Kantor Cabang Bank masing-masing narasumber dengan hasil
Asing) atau Bank Campuran (Anak sebagaimana Gambar 3 s.d 8. Kemudian
Perusahaan Bank Asing)? dilakukan analisis tematik dengan manual
• Mohon dijelaskan secara rinci apa coding dengan menentukan tema yang
yang memotivasi Saudara untuk sesuai dengan permasalahan penelitian dan
melaksanakan implementasi PSAK landasan teori untuk dikodifikasi agar
No. 71 lebih dini dari tanggal dapat digabungkan ke dalam tema tertentu
efektif yang ditetapkan? Apabila serta melihat relevansi informasi tersebut.
belum, apa alasan Saudara untuk
tidak melaksanakan implementasi 1. Early Adopters Responden 1 (Bank
PSAK No. 71 lebih dini? dengan Jenis Kepemilikan Asing):
• Dalam pengambilan keputusan
untuk melaksanakan implementasi Tiga topik utama yang menjadi
dini atau tidak, apakah Bank concern dari responden # 1 secara beruru-
Saudara dipengaruhi oleh tekanan tan yaitu terkait implementasi (24,31%),
eksternal atau internal? pusat yang mengacu ke kantor pusat
• Secara rinci mohon dijelaskan (15,97%), dan debitur (11.81%). Kata
kendala yang Bank Saudara hadapi “implementasi” menggambarkan motif
di dalam mengimplementasikan responden atas implementasi PSAK No. 71
PSAK No. 71? yaitu karena tekanan normative dan
mimetic sebagaimana hasil wawancara
berikut ini:
96 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107

Gambar 4
Content Analysis Result – Responden 2

“....Kami sudah mengimplementa- eksternal yang mendorong responden


sikan PSAK No. 71 bersamaan de- untuk implementasi dini. Kata "debitur"
ngan Kantor Pusat di luar negeri menunjukkan perspektif eksternal yaitu
yang melaksanakan implementasi kondisi debitur dapat memengaruhi dam-
IFRS 9..meskipun tidak ada pak- pak CKPN yang harus dibentuk.
saan untuk mengikuti tapi kalau
mereka sudah duluan dan saya baru
belakangan takutnya ada
2. Early Adopters Responden 2 (Bank de-
kesenjangan…dan sebelum pene- ngan Jenis Kepemilikan Pemerintah):
rapan PSAK 50/55, angka CKPN Gambar 4 menjelaskan tiga topik yang
kami sangat kecil sekali karena NPL paling menjadi concern secara berurutan
kami sangat kecil dan dengan terkait model/modelling (25%), cadangan
cadangan sekecil itu membuat (18,48%), dan implementasi (10,87%).
manajemen kami tidak convenience. Kata “model/modelling” menggambarkan
Mengingat konsep PSAK No. 71 kendala di dalam pelaksanaan imple-
adalah expected credit loss mentasi PSAK No. 71. Hal ini se-
sehingga angka CKPN kami me- bagaimana dinyatakan dalam hasil wa-
ningkat dan manajemen kami lebih wancara sebagai berikut:
convenience gitu” (Responden 1
2018).
“..kendala yang kami hadapi di da-
lam mengembangkan sistem dan
“CKPN yang dibentuk nilainya
modelling PSAK No. 71 .. apabila
kecil sehingga apabila terjadi NPL
produk tidak lulus SPPI Test dan
maka bank akan membukukan biaya
Bisnis Model Test maka Model
yang sangat besar pada saat NPL
bisnis harus dirubah.kesiapan data
terjadi sehingga manajemen lebih
mengingat PSAK No. 71 mem-
incovenience dengan CKPN yang
butuhkan historical data (data masa
lebih besar” (Responden 1 2019).
lampau) minimal 3 tahun ke
belakang..menentukan model yang
“Kebetulan peer group kami yaitu
sesuai untuk masing-masing bisnis
bank umum dengan jenis kepe-
Bank..menetapkan indikator makro
milikan campuran sudah impleme-
ekonomi dan proyeksinya yang
ntasi dini PSAK No. 71 juga”
sesuai dengan masing-masing bisnis
(Responden 1 2019).
yang dimiliki oleh Bank”
(Responden 2 2019).
Sedangkan kata “pusat” menunjuk-
kan kantor pusat yang merupakan faktor
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107 97

Gambar 5
Content Analysis Result – Responden 3

Lalu kata “cadangan” yang menunjukkan kok dapat beda angkanya antara
keyakinan responden bahwa ketentuan ini kantor cabang dengan kantor
berdampak kepada CKPN yang harus pusat” (Responden 3 2019).
dibentuk. Kata “implementasi” yang Kata “masalah” menggambarkan
disampaikan oleh responden menggam- kendala implementasi PSAK No. 71. Kata
barkan motif responden atas implementasi "cadangan" menunjukkan keyakinan ke-
PSAK No. 71 tentuan ini berdampak kepada CKPN yang
harus dibentuk.
3. Early Adopters Responden 3 (Bank 4. Late Adopters Responden 4 (Bank
dengan Jenis Kepemilikan Asing): dengan Jenis Kepemilikan Peme-
rintah):
Berdasarkan analisis dengan respon- Gambar 6 menunjukkan tiga topik
den #3 (Gambar 5), diketahui tiga topik yang paling menjadi concern secara
yang menjadi concern yaitu terkait pusat berurutan yaitu terkait model/modelling
(15,84%), masalah (15,53%), dan cada- (21,59%), implementasi (12,78%), dan ca-
ngan (10.25%). Kata “pusat” menunjukkan dangan (11.45%).
kantor pusat yang merupakan faktor eks- Kata “model/modelling” meng-
ternal yang mendorong responden untuk gambarkan kendala implementasi PSAK
implementasi dini sebagaimana hasil No. 71. Kata “implementasi” menggam-
wawancara berikut ini: barkan motif responden atas implementasi
“....kantor pusat tidak mewajibkan PSAK No. 71 sehingga tidak melakukan
kami untuk melakukan implementasi PSAK No. 71 secara dini sebagaimana
PSAK No. 71 secara dini, hal hasil wawancara berikut:
tersebut diserahkan keputusannya
kepada kami…masalahnya satu kita “..kalau dibilang kompleks pasti
harus maintain 2 buku yang effort- jauh lebih kompleks dengan bank
nya besar dari investasi termasuk asing yang merupakan cabang
beli server, 2 sistem untuk mela- disini. Selain itu juga bank-bank
kukan perhitungan...berarti punya 2 yang diluar itu mereka sudah lang-
biaya maintanance. Kedua, sung implementasi IFRS 9 jadi
maintain 2 buku artinya proses re- mereka emang sudah proses antara
viewnya jadi double...secara umum IFRS 9 dan PSAK No. 71 itupun
kalau 2 report dengan 2 angka yang salah satu faktor, kemudian melihat
berbeda dapat timbul pertanyaan saat kita implementasi bagaimana
98 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107

Gambar 6
Content Analysis Result – Responden 4

teman-teman sesama peer group baru..nanti hasil perhitungan dari


nya, kalau di implementasi dulu sistem tersebut akan kami tembak ke
ternyata pada saat bank-bank peer core banking system” (Responden 5
implementasi belakangan ternyata 2019).
ada perbedaan cara pandang
dalam penyusunan PSAK No. 71 6. Late Adopters Responden 6 (Bank
itu sangat krusial” (Responden 4 dengan Jenis Kepemilikan Asing):
2019) Tiga topik yang menjadi concern
utama dari Responden # 6 (seperti yang
Selain itu, kata "cadangan" yang disajikan pada Gambar 8) secara berurutan
mengacu kepada CKPN menunjukkan yaitu implementasi (20,55%), cadangan
keyakinan responden bahwa ketentuan ini (13,43%), dan pusat (10.45%). Kata “im-
berdampak kepada CKPN yang harus plementasi” menggambarkan motif respon-
dibentuk. den yaitu karena tekanan normative seba-
gaimana dinyatakan wawancara berikut:
5. Early Adopters Responden 5 (Bank “Kita memutuskan untuk tetap ikut
dengan Jenis Kepemilikan Swasta) implementasi di 1 Januari 2020.
Dapat diketahui bahwa tiga topik Penyebabnya sempat ada turn over
yang paling menjadi concern dari Respon- yang lumayan tinggi ditambah
den # 5 (seperti yang disajikan pada dengan segala priority lain dari
Gambar 7) secara berurutan yaitu terkait regulatory reporting, external re-
sistem (16,94%), makro (12,90%), dan porting dan juga internal reporting,
segmen (11.29%) sehingga tidak mela- kita juga memiliki project IT on-
shoring itu cukup memakan waktu
kukan PSAK No. 71 secara dini.
kita dan energi” (Responden 6
Kata “sistem” terkait sistem infor- 2019).
masi teknologi, kata "makro" mengacu
pada data indikator makro dan proyeksinya Kata "cadangan" menunjukkan ke-
serta kata “segmen” mengacu pada produk yakinan responden bahwa ketentuan ini
dan debitur yang menggambarkan faktor berdampak kepada CKPN yang harus
internal yang menjadi kendala sebagai- dibentuk. Kata “pusat” menunjukkan kan-
mana wawancara berikut: tor pusat yang merupakan faktor eksternal
“..karena sistem nya berubah total
yang mendorong responden untuk tidak
jadi sulit untuk mengkomu-
nikasikan data lama ke sistem
melakukan implementasi dini.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107 99

Gambar 7
Content Analysis Result – Responden 5

Diskusi a. Faktor Eksternal


Dari sisi faktor eksternal yang men-
Motif dan Kendala Melaksanakan Im- jadi pertimbangan adalah ketentuan, ke-
plementasi PSAK No. 71 bijakan kantor pusat (perusahaan induk),
Berdasarkan hasil analisis di atas, peer group, serta faktor lain yaitu debitur
diperoleh hasil temuan sebagai berikut: dan tidak adanya insentif. Seluruh re-
sponden sepakat bahwa PSAK No. 71
1. Symbolic Carriers - Regulatory Logics lebih kompleks dibandingkan PSAK No.
Logika ini merupakan salah satu 55 dan terdapat banyak hal baru yang dia-
faktor yang memengaruhi perilaku atau tur (Responden 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 2019).
motif para aktor di dalam melakukan Dari sisi late adopters yaitu Responden 4
pengambilan keputusan untuk melaksa- dan 5 (2019) menyatakan ketentuan ini
nakan implementasi PSAK No. 71 secara cukup menjadi kendala dan sangat funda-
dini atau tidak yaitu tekanan atas dasar mental terutama aspek penurunan nilai se-
ketentuan. Responden 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 hingga membutuhkan satu sistem baru
(2019) menyatakan bahwa terdapat ke- untuk mengakomodir implementasinya
tentuan eksternal maupun internal yang sebagaimana wawancara sebagai berikut:
menjadi guidance bank umum yang harus “.. jadi memang PSAK ini cukup
ditaati yaitu PSAK, IFRS, Roadmap OJK, fundamental terutama untuk aspek
Peraturan BAPEPAM, PBI, PAPI (2008), impairment (penurunan nilai),
dan SOP. Seluruh narasumber menyatakan cukup signifikan bedanya dengan
familiar dengan standar tersebut namun yang lama sehingga perlu ada satu
sistem baru untuk mengakomodir
pemahaman terhadap ketentuan tidak implementasi nya” (Responden 4
membentuk perilaku untuk mengambil 2019).
keputusan implementasi PSAK No. 71 “..cadangan kerugian penurunan
secara dini (decoupling). nilai yang berubah menjadi forward
2. Material Carriers - Banking Logics looking itu yang paling challenging
Logika ini juga memengaruhi bagi kita.. karena sistem nya
perilaku para aktor yaitu karena adanya berubah total jadi sulit untuk
kebutuhan akan keuntungan untuk me- mengkomunikasikan data lama ke
menuhi segala kewajiban dan memastikan sistem baru” (Responden 5 2019).
kelangsungan usaha berdasarkan material
carriers yang dipengaruhi oleh faktor Ketentuan itu sendiri terkendala pada
eksternal dan internal berikut ini: kondisi di lapangan sehingga melatarbela-
100 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107

Gambar 8
Content Analysis Result – Responden 6

kangi motif manager untuk tidak melak- bahan standar yang mengakibatkan beban
sanakan implementasi dini PSAK No. 71 CKPN meningkat sehingga keuntungan
dan secara ketentuan memungkinkan yang akan didapatkan bank umum dapat
sehingga mereka menginginkan persiapan terganggu (Responden 2, 3, 4 dan 5 2019).
yang matang sampai standar tersebut Selain itu, belum tersedianya sistem IT
berlaku efektif (Responden 4 dan 5 2019). yang mendukung implementasi PSAK No.
Perspektif peer group (persaingan) yang 71 (Responden 4 dan 5 2019) dan sumber
belum implementasi juga menjadi daya manusia yang ahli memahami model-
pertimbangan Responden 4 (2019) yang ling dibutuhkan untuk menghasilkan perhi-
khawatir terdapat perbedaan cara pandang tungan expected credit loss (Responden 1
dalam penyusunan PSAK No. 71 semen- 2019). Temuan lain ditunjukkan oleh
tara mereka sudah implementasi terlebih Responden 2 dan 3 (2019) bahwa kesiapan
dahulu. Debitur juga menjadi pertim- data historikal minimal 3 tahun serta
bangan mengingat kondisi debitur mempe- penetapan data indikator makro dan data
ngaruhi pembentukan CKPN sebagaimana proyeksi makro yang sesuai dengan nature
wawancara berikut: bank menjadi salah satu kendala untuk
“Angka CKPN kami sangat kecil melaksanakan implementasi PSAK No. 71.
sekali sesuai PSAK No. 55 karena Tidak adanya penilaian pada key
NPL kami sangat kecil.. takutnya performance indicator manajer sebagai
kalau ada debitur yang default jadi insentif menjadi alasan untuk tidak mem-
langsung profitnya tergerus dong prioritaskan proyek implementasi PSAK
dan Key Performance Indicator nya
No. 71 (Responden 6 2019). Bank umum
jadi jelek kan” (Responden 1 2019).
Mengingat secara ketentuan me- yang telah melaksanakan implementasi
mungkinkan tidak implementasi dini PSAK No. 71 secara dini selain bank
PSAK No. 71 dan tidak adanya paksaan dengan kepemilikan asing dan pemerintah
dari kantor pusat sehingga pada praktiknya adalah bank umum dengan jenis kepe-
Responden 6 (2019) memilih prioritas lain milikan campuran (Responden 1, 2019).
yaitu melaksanakan project lain yang Selanjutnya, motif dan kendala manajer di
memberikan insentif. dalam mengambil keputusan untuk
menjawab fenomena dikemukakan berikut
b. Faktor Internal ini:
Faktor internal yang menjadi per-
timbangan didominasi oleh beban biaya Persamaan dan Perbedaan Keputusan
yang muncul karena persiapan dan peru- Grup early adopters PSAK No. 71
berpendapat bahwa tidak terdapat kewa-
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107 101

jiban untuk mengimplementasikan PSAK isomorphism yang muncul yaitu normative


No. 71 secara dini namun tekanan atau isomorphism. Tidak dapat dikesampingkan
tuntutan profesional untuk mengadopsi bahwa motif karena tekanan meniru
praktik-praktik yang dianggap baik dan (mimetic isomorphism) juga terjadi pada
benar yaitu agar tidak terjadi kesenjangan grup early adopters namun dapat dipasti-
pelaporan keuangan dengan kantor pusat kan tekanan paksaan (coercive isomor-
lebih mendominasi (Responden 1 dan 3, phism) tidak terjadi.
2019), dan alasan efisiensi guna meng-
hindari biaya yang muncul akibat tidak Logika Dominan dalam Pengambilan
mengimplementasikan PSAK No. 71 Keputusan
(Responden 2 dan 3 2019) sehingga diam- Sebelum Manajemen/ Direksi pada
bil keputusan untuk melaksanakan imple- bank umum memutuskan untuk menjadi
mentasi PSAK No. 71 secara dini. Namun early adopters PSAK No. 71 atau tidak,
demikian, perspektif peer group yang para aktor melakukan assessment untuk
sudah melakukan implementasi dini juga melihat seberapa siap atau tidaknya sean-
menjadi alasan terjadinya mimetic isomor- dainya PSAK No. 71 diimplementasikan
phism (Responden 1, 2019). secara dini (Responden 2, 3, 4 dan 5 2019).
Sementara, grup late adopters PSAK Proses assessment tentunya dipengaruhi
No. 71 berpendapat bahwa kompleksitas oleh logika yang memengaruhi perilaku
dari PSAK No. 71 mengakibatkan standar para aktor atau institusi sehingga menjadi
tersebut menjadi kendala yang sulit untuk motif di dalam pengambilan keputusan.
diimplementasikan secara dini (Responden Industri perbankan sebagai lembaga yang
4 dan 5, 2019) dan juga peer group yang highly regulated dalam mengambil kepu-
belum melakukan implementasi maka di- tusan tentunya harus mempertimbangkan
khawatirkan terdapat perbedaan cara bukan hanya kepatuhan terhadap ketentuan
pandang dalam penyusunan PSAK No. 71 (regulatory logics) tapi juga pertimbangan
sementara mereka sudah mengimple- akan keuntungan (pendapatan) untuk me-
mentasikan terlebih dahulu (Responden 4, menuhi segala kewajiban dan memastikan
2019). Selain itu, terdapat perbedaan pen- kelangsungan usaha (banking logics).
dapat dari salah satu responden dari late Kedua logika tersebut sebagai multiple
adopters yang tidak menjadikan imple- logics yang menjadi basis atas motif dan
mentasi PSAK No. 71 sebagai prioritas kendala para aktor atau yang harus dijaga
dan memilih melaksanakan project lain keseimbangan dan tension nya agar tidak
yang memberikan insentif dibandingkan terjadi pertentangan.
project PSAK No. 71 (faktor lain) karena Dari sisi regulatory logics, motif
hal tersebut memungkinkan secara keten- untuk melaksanakan implementasi PSAK
tuan untuk tidak melaksanakan implemen- No. 71 secara dini atau tidak adalah ke-
tasi dini, tidak adanya paksaan dari kantor tentuan. Ketentuan menjadi tekanan karena
pusat dan tidak adanya insentif yang adanya hukuman berupa sanksi baik secara
didapatkan aktor atas proyek implementasi lisan maupun tertulis apabila bank umum
PSAK No. 71. tidak mematuhinya. Ketentuan dapat ber-
Oleh karena itu, penelitian ini sumber dari eksternal maupun internal ter-
menunjukkan hasil bahwa implementasi gantung jenis kepemilikan dari bank umum
dari Neo Institutional Theory dalam indus- tersebut yaitu PSAK, IFRS, Roadmap
tri perbankan terbukti dari adanya persa- OJK, Peraturan BAPEPAM, PBI, PAPI
maan dan perbedaan keputusan yang be- (2008), dan SOP. Sementara dari sisi bank-
ragam. Selain itu, menunjukkan hasil ing logics, motifnya berorientasi pada ke-
bahwa motif pengambilan keputusan bersi- untungan (pendapatan) untuk memenuhi
fat normatif karena dasar profesionalisasi segala kewajiban dan memastikan kelang-
yang dianggap benar sehingga kondisi sungan usaha. Kaitan antara banking logics
102 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107

Gambar 9
Multiple Logics – Early Adopters

dengan implementasi PSAK No. 71 secara (Responden 1 dan 3, 2019). Apabila


dini atau tidak adalah beban biaya akan standar yang digunakan berbeda maka
meningkat karena persiapan dan dampak akan muncul beban biaya dan effort yang
dari perubahan standar tersebut sehingga lebih besar untuk me-maintain dua laporan
keuntungan dapat terganggu keuangan dengan standar berbeda
Pertimbangan late adopters PSAK (Responden 3, 2019). Selain itu,
No. 71 disebabkan kendala yang dihadapi pertimbangan yang berbeda dari salah satu
di dalam pelaksanaannya yaitu kondisi di narasumber yaitu pengambilan keputusan
lapangan, kesiapan data historikal dan berawal dari temuan eksternal auditor pada
makro untuk modelling, sumber daya tahun 2018 yang meminta untuk dilakukan
manusia yang memahami PSAK No. 71, review kembali model sesuai PSAK No. 55
sistem IT yang mendukung serta adanya sementara pada bulan Juni 2019
beban biaya yang harus dikeluarkan untuk diwajibkan untuk melakukan paralel run
mempersiapkan implementasi dan provisi implementasi PSAK No. 71 sesuai
untuk membentuk CKPN yang mengurangi roadmap OJK sehingga beban biaya dan
laba perusahaan sehingga mendorong para effort yang harus dikeluarkan menjadi
aktor untuk tidak melaksanakan implemen- lebih besar apabila melakukan review
tasi dini PSAK No. 71 (Responden 4 dan terhadap model dengan dua standar yang
5, 2019). berbeda sehingga berdampak pada pen-
Sementara dari sisi early adopters dapatan (Responden 3, 2019).
PSAK No. 71 yaitu IFRS 9 telah berlaku Oleh karena itu, penelitian ini
efektif diimplementasikan pada tanggal 1 menemukan bahwa di dalam pengambilan
Januari 2018 oleh kantor pusat dari bank keputusan untuk melaksanakan implemen-
asing. Pertimbangan mereka meskipun tasi PSAK No. 71 secara dini atau tidak,
PSAK No. 71 kompleks adalah disebabkan terdapat perbedaan (heteregoneity) peri-
adanya logika dominan dari para aktor yai- laku para aktor dan institusi pada early dan
tu adanya beban biaya dan effort yang late adopters yang dipengaruhi oleh
lebih besar (Responden 2 dan 3, 2019) multiple logics yaitu regulatory logics dan
serta kesenjangan apabila laporan banking logics. Perilaku para aktor dan
keuangan berbeda dengan kantor pusat institusi mempertimbangkan dan menjaga
(perusahaan induk) bank asing meskipun keseimbangan kedua logika tersebut
tidak ada paksaan dari pihak manapun dengan menggabungkan keduanya serta
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107 103

melihat faktor eksternal dan internal insti- peer group sudah melaksanakan imple-
tusi sehingga dapat diketahui bahwa ling- mentasi PSAK No. 71 secara dini atau be-
kungan organisasi diatur oleh logika lum sehingga mengambil keputusan untuk
kelembagaan yang dominan meskipun dua mengikuti (Responden 4 dan 5, 2019).
atau lebih logika kelembagaan ada pada Symbolic carriers dari penelitian ini
saat yang bersamaan. tidak mengalami perubahan, sementara
material carriers mengalami perubahan
Faktor institusional yang Memicu/Men- sesuai penjelasan di atas. Selain itu, setelah
cegah Praktik Decoupling dilakukan analisis ditemukan bahwa di
Terdapat faktor institusional yang dalam mengambil keputusan untuk meng-
memicu material carriers untuk mela- implementasi PSAK No. 71, terdapat
kukan praktik decoupling terhadap sym- perbedaan (heteregoneity) perilaku para
bolic carriers yaitu mengambil keputusan aktor dan institusi pada masing-masing
untuk tidak melaksanakan implementasi bank umum yang dipengaruhi oleh multi-
PSAK No. 71 secara dini meskipun secara ple logics yaitu ketentuan (regulatory
ketentuan diperbolehkan dan tidak adanya logics) dan keuntungan (banking logics)
tekanan yang dihadapi oleh bank umum seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.
baik dari eksternal maupun internal.
Faktor-faktor institusional tersebut yaitu Dampak PSAK No. 71 terhadap CKPN
kompleksitas dari PSAK No. 71 diban- atas Kredit
dingkan dengan kesiapan bank umum dan Berdasarkan content dan thematic
praktik pada industri perbankan. analyses, sepuluh topik yang paling men-
Kompleksitas dari PSAK No. 71 jadi concern adalah cadangan yang artinya
dibandingkan dengan kesiapan bank secara umum narasumber menyatakan
umum. PSAK No. 71 lebih kompleks dan bahwa dampak implementasi PSAK No. 71
penuh dengan persyaratan baru dibanding- akan meningkatkan jumlah CKPN atas
kan PSAK No. 55 sehingga menjadi kredit sehingga memengaruhi modal
kendala karena kondisi di lapangan yaitu perusahaan dan adanya biaya tambahan
kesiapan bank umum tersendiri tidak serta yang timbul dalam mempersiapkan imple-
merta dengan mudah mengimplementasi- mentasi PSAK No. 71 (Responden 1, 3, 4,
kan standar tersebut. Kendala yang paling 5 dan 6, 2019). Jumlah CKPN atas kredit
sulit dihadapi oleh bank umum adalah akan meningkat karena metode yang
kesiapan data untuk melakukan modelling digunakan dalam PSAK No. 71 akan
yaitu data historikal minimal 3 tahun menggunakan metode expected credit loss
kebelakang, data indikator makro sesuai untuk menentukan kerugian kredit yang
dengan kondisi bank dan data proyeksi diharapkan yang artinya pinjaman yang
makro tersebut (Responden 2, 3 dan 5 sebelumnya tidak dibentuk CKPN akan
2019). Kondisi inilah salah satunya yang menjadi dibentuk tergantung pada apakah
menunjukkan ketidaksiapan bank umum ada eksposur risiko kredit atau tidak
sehingga mendorong para aktor untuk (Responden 4 dan 5, 2019). Namun
tidak melakukan implementasi PSAK No. demikian, hal tersebut berlawanan dengan
71 secara dini. pernyataan salah satu dari tiga responden
Praktik pada Industri Perbankan. yang telah mengimplementasikan PSAK
Keputusan tersebut diambil dari adanya No. 71 secara dini yang menyatakan bahwa
praktik pada industri perbankan yang implementasi PSAK No. 71 tidak berdam-
secara umum dilakukan sehingga menjadi pak pada peningkatan CKPN kredit namun
suatu praktik yang dianggap benar mes- meningkatkan laba bank narasumber terse-
kipun hal tersebut tidak sesuai dengan ke- but. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh
tentuan. Salah satu praktik pada industri responden # 2 dalam hasil wawancara se-
perbankan tersebut adalah melihat apakah bagai berikut:
104 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107

dalam melakukan adopsi dini suatu


“Kita mengecilkan Cadangan Ke- peraturan.
rugian Penurunan Nilai justru itu Selanjutnya, sesuai dengan temuan
kalau tidak salah sekitar 2% an sebelumnya yang dikemukakan oleh Ayres
lah berarti menambah laba dan
(1986) terdapat persamaan motivasi per-
biaya berkurang” (Responden 2,
2019).
usahaan melakukan implementasi dini atas
standar akuntansi keuangan yaitu berupa
Hal tersebut dikarenakan CKPN yang peningkatan laba atas salah satu sampel
dibentuk sebelumnya menggunakan stan- penelitian. Penelitian (Ayres 1986) ini
dar PSAK No. 55 pada bank umum mengatakan bahwa karakteristik dari
narasumber tersebut dinilai sangat kon- perusahaan yang memutuskan melakukan
servatif sehingga pada saat implementasi adopsi dini lazimnya mengalami penu-
PSAK No. 71 pembentukan CKPN atas runan pendapatan setahun sebelum adopsi
kredit menjadi lebih kecil dari sebelumnya dini (pre-change earnings), memiliki porsi
(Responden 2 2019). Oleh karena itu, yang kecil atas saham beredar yang
dampak atas implementasi PSAK No. 71 dimiliki oleh Dewan Direksi dan jajaran
terhadap pembentukan CKPN atas kredit manajemennya, dan membatasi jumlah
tergantung implementasi PSAK No. 55 dividend payout ratio dan interest coverage
yang sebelumnya diterapkan apakah kon- ratio dibandingkan dengan perusahaan
servatif atau tidak sehingga ditemukan yang melakukan adopsi kemudian (later
bahwa tidak semua bank terdampak secara adopters). Regulator dapat juga bersikap
negatif atas pemberlakuan PSAK No. 71. hati-hati dalam melakukan regulasi pada
Hal ini sejalan dengan pernyataan penerapan dini suatu peraturan di industri
Witjaksono (2017) bahwa pembentukan perbankan (terlepas apakah melakukan
CKPN atas kredit akan terkena dampak adopsi dini atas dasar opportunistic atau
signifikan atas perubahan praktik akuntansi motif efisiensi).
yaitu provisi yang harus dibentuk Sementara perbedaan hasil studi
menggunakan PSAK No. 71 akan lebih penelitian ini dengan studi-studi terdahulu
besar dibandingkan menggunakan PSAK adalah bahwa aktor (manajer) dalam
No. 55. melakukan adopsi/implementasi dini dimo-
Terdapat persamaan dan perbedaan tivasi oleh profesionalisme dan desakan
hasil studi ini dengan hasil studi penelitian normatif yang membuat bank umum
sebelumnya. Persamaan tersebut terlihat melakukan adopsi/implementasi dini
pada salah satu bank umum yang menjadi PSAK No. 71 dan tidak dimotivasi oleh
sampel penelitian ini yaitu bank umum paksaan (coercive) dari kantor pusat
dengan kompleksitas besar sehingga sistem ataupun regulator lainnya. Sebagai kesim-
dan kapasitasnya tidak memungkinkan pulan, terdapat perbedaan lain yaitu
untuk melakukan adopsi dini. Hal ini perilaku para aktor dipengaruhi oleh
sesuai dengan temuan sebelumnya yang multiple logics yaitu ketentuan (regulatory
dikemukakan oleh Trombley (1989) dan logics) dan keuntungan (banking logics).”
Ayres (1986), di mana dikatakan bahwa
keputusan untuk mengadopsi secara dini SIMPULAN
suatu standar erat hubungannya dengan
ukuran dari perusahaan, perusahaan ber- Penulis menemukan bahwa early
skala kecil akan lebih mudah melakukan adopters PSAK No. 71 adalah bank
adopsi dini dibandingkan dengan perusa- dengan jenis kepemilikan pemerintah,
haan berskala besar. Dengan kata lain asing dan campuran (sebagai anak
dapat dikatakan bahwa regulator dapat perusahaan). Selain itu, ditemukan bahwa
lebih berhati-hati menyikapi harapan yang motif untuk mengambil keputusan untuk
diberikan pada bank dengan skala besar implementasi PSAK No. 71 secara dini
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107 105

atau tidak didominasi oleh kondisi coer- laba atas salah satu sampel penelitian. Hal
cive isomorphism yang muncul adalah ini sebagaimana temuan sebelumnya yang
mimetic dan normative isomorphism. dikemukakan oleh Ayres (1986) yang
Penelitian ini juga menjelaskan bagaimana mengemukakan bahwa karakteristik dari
implementasi dari logika institusional pada perusahaan yang memutuskan melakukan
industri perbankan di Indonesia dalam adopsi dini lazimnya mengalami penu-
mengambil keputusan untuk mengimple- runan pendapatan setahun sebelum adopsi
mentasi PSAK No. 71 sehingga terdapat dini (pre-change earnings), memiliki porsi
perbedaan (heteregoneity) perilaku para yang kecil atas saham beredar yang
aktor dan institusi yang dipengaruhi oleh dimiliki oleh Dewan Direksi dan jajaran
multiple logics yaitu ketentuan (regulatory manajemen nya, dan membatasi jumlah
logics) dan keuntungan (banking logics). dividend payout ratio dan interest
Ketegangan antara kedua logika tersebut coverage ratio dibandingkan dengan per-
harus ditangani pada saat pengambilan usahaan yang melakukan adopsi kemudian
keputusan karena merupakan kendala yang (later adopters). Sementara perbedaan
mereka hadapi. Lebih lanjut, ditemukan hasil studi penelitian ini dengan studi-studi
bahwa dampak atas implementasi PSAK terdahulu adalah bahwa aktor (manajer)
No. 71 terhadap CKPN Kredit tergantung dalam melakukan adopsi/implementasi
implementasi PSAK sebelumnya (kon- dini tidak dimotivasi oleh paksaan dari
servatif) sehingga tidak semua bank ter- kantor pusat ataupun regulasi lainnya
dampak secara negatif atas pemberlakuan melainkan dimotivasi oleh profesionalisme
standar baru. Oleh karena itu, hasil temuan dan desakan normatif yang membuat bank
tersebut dapat dijadikan sebagai bahan umum melakukan adopsi/implementasi
review bagi akademisi, regulator dan dini PSAK No. 71. Selain itu, terdapat
standard setter (DSAK IAI) atas bank perbedaan lain yaitu perilaku para aktor
umum yang berencana melakukan dipengaruhi oleh multiple logics yaitu
implementasi dini PSAK No.71 sehingga ketentuan (regulatory logics) dan keun-
dapat dipastikan bahwa implementasi tungan (banking logics). Regulator dalam
PSAK No. 71 dapat diimplementasikan hal ini dapat bersikap berhati-hati dalam
dengan baik. mengharapkan perbankan melakukan ado-
Terdapat persamaan dan perbedaan psi dini, bahwa kompleksitas bank berskala
hasil studi ini dengan hasil studi penelitian besar membuat mereka enggan melakukan
sebelumnya. Persamaaan tersebut terlihat adopsi dini, dan bahwa motivasi laba dan
pada salah satu bank umum yang menjadi bertindak secara profesional.
sampel penelitian ini yaitu bank umum Temuan penelitian ini merupakan hal
dengan kompleksitas besar sehingga sistem yang baru (bersifat novel) sebagaimana
dan kapasitasnya tidak memungkinkan yang dibahas di atas bahwa penelitian ini
untuk melakukan adopsi dini. Hal ini antara lain (1) menggunakan strategi
sesuai dengan temuan sebelumnya yang penelitian berupa studi kasus (ditujukan
dikemukakan oleh Trombley (1989) dan dalam rangka melakukan penggalian feno-
Ayres (1986), di mana dikatakan bahwa mena); (2) menggunakan logika institu-
keputusan untuk mengadopsi secara dini sional (sebagai lanjutan dari teori institu-
suatu standar erat hubungannya dengan sional di dalam menjawab pertanyaan
ukuran dari perusahaan, perusahaan ber- penelitian; dan (3) utamanya di bagian
skala kecil akan lebih mudah melakukan hasil temuan telah membandingkan hasil
adopsi dini dibandingkan dengan perusa- temuan dengan temuan-temuan sebelum-
haan berskala besar. nya mengenai motivasi suatu institusi
Selain itu, terdapat persamaan kedua melakukan adopsi/implementasi dini ter-
yaitu motivasi perusahaan melakukan im- hadap standar akuntansi.
plementasi dini adalah berupa peningkatan
106 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107

Makalah ini masih memiliki Sage Publications.


keterbatasan yaitu: (1) penelitian hanya Dimaggio, P. J., and W. W. Powell. 1983.
dilakukan pada satu jurisdiksi negara In- The Iron Cage Revisited: Institutional
donesia saja; (2) responden terbatas pada Isomorphism and Collective
level manager bukan pada level Direksi Rationality in Organizational. In
selaku pengambil keputusan utama. Oleh Source: American Sociological
karena itu, disarankan penelitian selanjut- Review, 48.
nya meningkatkan variasi responden dari Dunn, M. B., and C. Jones. 2010.
bank umum yang berbeda serta pada indus- Institutional Logics and Institutional
tri dan negara yang berbeda sehingga dapat Pluralism : The Contestation of Care
menghasilkan hasil yang lebih komprehen- and Science Logics in Medical
sif atas topik penelitian ini. Education, 1967-2005.
Friedland, R., and R. R. Alford. 1991.
DAFTAR PUSTAKA Bringing society back in: Symbols,
practices, and institutional
Apriyani. 2018. Penerapan PSAK 71, contradictions. WW Powell, PJ
Berdampak pada Penurunan Modal DiMaggio, eds. The New
Bank | Infobanknews. Diunduh pada Institutionalism in Organizational
15 Mei 2018, dari Analysis.
http://infobanknews.com/penerapan- G20 Finance Ministers and Central Bank
psak-71-berdampak-pada-penurunan- Governors Meeting. 2009. Leaders
modal-bank/ Statement 2 April 2009: London
Ayres, F. L. 1986. Characteristics of firms Summit. Available at:
electing early adoption of SFAS 52. https://www.imf.org/external/np/sec/p
Journal of Accounting and Eco- r/2009/pdf/g20_040209.pdf
nomics, 8 (2), 143-158. Greenwood, R., and R. O. Y. Suddaby.
Ball, R. 2006. International Financial 2006. Institutional Entrepreneurship
Reporting Standards ( IFRS ): pros In Mature Fields: The Big Five
and cons for investors. Accounting Firms. 49 (1), 27–48.
Battilana, J., and S. Dorado. 2010. Hambrick, D. C., S. Finkelstein, T. S. Cho,
Building Sustainable Hybrid and E. M. Jackson. 2004.
Organizations: The Case Of Isomorphism in Reverse: Institutional
Commercial Micro-finance Orga- Theory As an Explanation for Recent
nizations. Academy of Management Increases in Intraindustry Hete-
Journal, 53 (6), 1419-1440. rogeneity and Managerial Discretion.
Beatty, A. 1995. The Effect of Fair Value Research in Organizational Behavior,
Accounting Portfolio Management : 26 (4), 307–350.
How Fair Is It ? Federal Reserve Ikatan Akuntan Indonesia. 2016a.
Bank of St. Louis Review. Pernyataan Standar Akuntansi
Bouvier, S. 2017. Accounting standards Keuangan (PSAK) 71 Instrumen
body rejects complaint over due Keuangan (Eksposure Draft). Jakarta.
diligence | News | IPE. Diunduh pada Ikatan Akuntan Indonesia. 2016b. Public
13 Agustus 2018, dari Hearing ED PSAK 71 : Instrumen
https://www.ipe.com/pensions/pensio Keuangan. Jakarta.
ns/pensions-accounting/accounting- Johnson, R. B., and A. J. Onwuegbuzie.
standards-body-rejects-complaint- (2004). Mixed Methods Research: A
over-due-diligence/10021721.article Research Paradigm Whose Time Has
Denzin, N. K., and Y. S. Lincoln. 2005. Come. Educational Researcher, 33
The SAGE Handbook of Qualitative (7), 14–26.
Research (3rd ed.). Thousand Oaks: Kolb, S. M. 2012. Grounded Theory And
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2019, Vol. 16, No. 1, hal 83-107 107

The Constant Comparative Method: Industry, 1958– 1990. American


Valid Research Strategies For Journal of Sociology, 105 (3).
Educators. Journal of Emerging Trombley, M. A. 1989. Accounting method
Trends in Educational Research and choice in the software industry:
Policy Studies, 3, 83-86. Characteristics of firms electing early
Lawrence, T. et al. 2011. Institutional adoption of SFAS No. 86. Accounting
Work: Refocusing Institutional Review, 529-538.
Studies of Organization. Journal of Wang, I. 2011. Early Adoption of
Management Inquiry, 20, 52-58. Accounting Standards in the Banking
Lammers, J., and J. Barbour. 2006. An Industry. The University of Illinois at
Institutional Theory of Organizational Urbana.
Communication. Communication Witjaksono, A. 2017. Dampak ED PSAK
Theory, 16, 356 - 377. 71 Intrumen Keuangan Terhadap
Rahardjo, M. 2017. Studi Kasus dalam Pedoman Akuntansi Perbankan
penelitian Kualitatif: Konsep dan Terkait Kredit. Jurnal Online Insan
Prosedurnya. Malang: Universitas Akuntan, 2 (1), 35–48.
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Yin, R. K. 2009. Case Study Research
Reay, T., and C. R. Hinings. 2009. Design and Methods Fourth Edition.
Managing the Rivalry of Competing Thousand Oaks, CA: SAGE
Institutional Logics. Organization Publications.
Studies, 30, 629-652. Zilber, T. B. 2015. Institutional Logics and
Renders, A., and A. Gaeremynck. 2007. Institutional Work: Should They Be
The Impact of Legal and Voluntary Agreed?. In Research in the Sociology
Investor Protection on the Early of Organizations, 39.
Adoption of International Financial
Reporting Standards (IFRS). De
Economist Springer, 155 (1), 49-72.
Scott, W. R. 2008. Lords of the Dance :
Professionals as Institutional Agents.
Sage Publications, 29(2), 21.
Shauki, E. R. 2018. Qualitative and Mixed-
Method Research Analysis Using
Nvivo 11”, Handout, Case Writing
and Methodology, ECAM 809303.
Jakarta: University of Indonesia.
Stent, W. 2011. A Study of Early and Late
Adopters of International Financial
Reporting Standards in New Zealand.
Thamrin, A. 2012. Bank dan Lembaga
Keuangan. Depok: PT. Rajagrafindo
Persada.
Thornton, P. H. 2002. The Rise of the
Corporation in a Craft Industry :
Conflict and Conformity in
Institutional Logics. 45(1).
Thornton, P. H., and W. Ocasio. 1999.
Institutional Logics and the Historical
Contingency of Power in
Organizations: Executive Succession
in the Higher Education Publishing

You might also like