Professional Documents
Culture Documents
Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara
Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara
ABSTRACT
T he purpose of this study was (1) to analyze and find out what the
Government’s policy to relocate street vendors Manado City in the center
of the city of Manado. (2). To analyze and determine the factors that influence
Relocation Policy Implementation street vendors by the City of Manado.
Data collection techniques include in-depth interviews and documentation.
Data analysis techniques include data reduction, data presentation and
conclusion. Data validity checking techniques include degree of confidence,
and the degree of dependency and certainty.
In this study it was found that PKL relocation policy based Perwako No. 1 of
2006 concerning the relocation of street vendors in the market due to Manado
Bersehati population and the presence of street vendors in the city center
of Manado 45 raises complex issues that directly impact the other activities
in the region, especially public transportation routes to be disrupted due
to the capacity of the central area of the city of Manado 45 can no longer
accommodate diverse activities.
Assertiveness factor is needed in the City Government made a policy on street
vendors. Are also important factors to be considered is the feasibility of a sale
is seen from all aspects, primarily the physical condition of the building is also
provided for the relocation of economic value that can be obtained by street
vendors in these locations. Also affecting the relocation policy implementation
is weak supervision and monitoring of the implementation of the policy.
Thus it can be suggested that the relocation of street vendors Policy mayor
Regulation No. 1 of 2006 should be revised or updated to a higher legal force
the relocation of local regulation of street vendors. Government policy has had
to consider the interests of both parties. On the one hand giving opportunity
to all people to a decent life with his work, but still managing urban obliged to
be a comfortable place for all activities of the citizens. Assertiveness factor is
needed in the City Government made a policy on street vendors. This shows
about government authority as the holder of the authority under applicable
laws. Are also important factors to be considered is the feasibility of a sale,
arranged from all aspects, primarily the physical condition of the building is
also provided for the relocation of economic value that can be obtained by
street vendors in these locations.
Keywords: public policy, relocation, street vendors.
ABSTRAK
177
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 177 – 188
178
Arnold Bura: Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima di Kota Manado
179
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 177 – 188
Peraturan tentang relokasi PKL di Kota sementara diperkotaan didominasi oleh setor
Manado. perdagangan (42,4 persen).
Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah Kota Manado sebagai ibukota Provisnsi
sebagai berikut (1) Untuk menganalisi dan Sulawesi Utara tidak lepas dari curat-marutnya
mengetahui apa yang menjadi kebijakan penataan kota terutama di pusat-pusat
Pemerintah Kota Manado untuk merelokasi perbelanjaan, khususnya di salah satu pusat
PKL di pusat Kota Manado. (2) Untuk perbelanjaan pasar 45. Hal ini dikarenakan
menganalisis dan mengetahui faktor-faktor populasi dan keberadaan pedagang kaki
apa saja yang memengaruhi Implementasi lima di Pusat Kota 45 Manado menimbulkan
Kebijakan Relokasi PKL oleh Pemerintah Kota permasalahan yang kompleks sehingga secara
Manado. langsung memberikan pengaruh terhadap
Berikut konsep-konsep yang digunakan aktivitas lain di kawasan tersebut, terutama
menyangkut variable-variabel yag diteliti dalam jalur transportasi umum menjadi terganggu
penelitian ini (1) Kebijakan Publik (2) Konsep karena kapasitas kawasan Pusat Kota 45
Pemerintahan Daerah (3) Pedagang Kaki Lima. Manado tidak bisa lagi menampung aktivitas
yang beragam. Sebagai antisipasi terhadap
METODE masalah yang ada di Pusat Kota 45 Manado,
Pemerintah Kota Manado mengeluarkan
Metode yang digunakan dalam penelitian
kebijakan tentang relokasi PKL di Pusat Kota
ini adalah metode peneltian kualitatif yaitu
45 Manado ke kawasan alternatif lain.
suatu metode penelitian yang didasarkan
pada kondisi yang alamiah dengan paradigma Kebijakan relokasi PKL adalah upaya dari
interpretatif dan konstruktif. Pemerintah Kota Manado untuk menfungsikan
Metode kualitatif sering juga disebut kembali fasilitas-fasilitas public yang tidak lagi
metode penelitian naturalistik karena berfungsi sebagaimana mestinya. Di samping
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang itu pemerintah kota juga sedang melaksanakan
alamiah dengan data yang terkumpul serta berbagai program yang berhubungan dengan
analisisnya bersifat kualitatif. Dalam penelitian penataan kota agar taIpak lebih indah, sehingga
kualitatif, instrumennya adalah orang (Human sebagai ibukota Provinsi, Kota Manado
Instrument) yaitu peneliti itu sendiri. Peneliti diharapkan menjadi kota yang memberikan
akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada rasa nyaman bagi siapa saja yang datang.
grand tour question, tahap fokus dan seleksi Sebagai fenomena nasional, penanganan
melakukan pengumpulan data, analisis dan PKL cenderung sama di setiap daerah yang
membuat simpulan. (Sugiyono 2008) ada di Indonesia, yaitu dengan melakukan
relokasi sebagai model jalan tengah bagi
HASIL PENELITIAN kepentingan dua belah pihak yaitu kepentingan
pemerintah dalam rangka penataan dan kota
Persoalan PKL dinilai banyak pihak
dan memaksimalkan fungsi fasilitas publik dan
sebagai suatu bentuk dari kegagalan
kepentingan PKL untuk memiliki pendapatan
pemerintah menyediakan lapangan kerja untuk
yang lebih baik. Menyatukan kedua kepentingan
kaum miskin. Salah satu faktor yang terkait
ini diperlukan suatu produk kebijakan yang
dengan problema riil PKL adalah konsep
dirumuskan secara cermat terlebih dahulu
informalitas diperkotaan. Konsep tersebut
sebelum ditetapkan sebagai suatu kebijakan,
tidak bisa lepas dari dikotomi sektor formal
agar kedua kepentingan berjalan selaras.
dan sektor informal yang mulai dibicarakan
sejak era tahun 70-an. Data BPS tahun 2005 Upaya mengatasi pedagang kaki lima
menyebutkan 64,4 persen penduduk bekerja yang berpotensi pembangunan ekonomi atau
di sektor informal. Di pedesaan sektor informal pengganggu ketertiban umum yaitu bagaimana
itu didominasi sektor pertanian (80,6 persen), pedagang kaki lima bisa tetap berjalan namun
180
Arnold Bura: Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima di Kota Manado
tidak sampai mengganggu ketertiban umum. Kebijakan yang diambil oleh pemeritah kota
Untuk memahami siapa sebenarnya yang dengan mengijinkan PKL berjualan di kawasan
merumuskan kebijakan lebih dahulu harus pasar 45 yang ditertibkan sebelunya, dengan
dipahami sifat-sifat semua pemeran serta alasan dhari-hari besar keagamaan, tentu
bagian atau peran apa yang mereka lakukan, saja membuka peluang bagi PKL untuk tetap
wewenang atau bentuk kekuasaan yang perjualan di sana walaupun sudah tidak lagi
mereka miliki dan bagaimana mereka saling
adanya har-hari besar tersebut. Hal ini dapat
berhubungan. Pemerintah harus berusaha
dilihat sampai saat ini (pengamatan peneliti).
untuk mengatasi permasalahan ini dengan
Kebijakan seperi ini menunjukkan ketidak
bijak dan terbuka dengan menyadarkan kepada
masyarakat baik terhadap pedagang kaki lima tegasan pemerintah yang cenderung “bermain
itu sendiri maupun konsumennya untuk selalu aman” dan tidak secara analitik melihat dampak
berusaha mentaati segala aturan yang ada dari kebijakan yang kompromistis tersebut.
dalam pemerintahan. Akibatnya arah penangana PKL menjadi
tidakpasti dan cenderung temporer.
Dalam perumusan kebijakan
sesungguhnya sudah memperhatikan prinsip Walaupun sudah ada ketegasan dari
penting yaitu melibatkan para pihak yang pemerintah tentang ijin berjualan di kawasan
menjadi obyek dalam pembuatan kebijakan pasar 45 hanya karena menjelang hari-hari
tersebut. besar kegamaan, dalam kenyataannya hal
Kebijakan pemerintah sudah sejak tahun tersebut tidak diindahkan oleh PKL mereka
2001 dalam upaya penertiban PKL sampai tetap saja berjualan di kawasan tersebut
dengan Perwako Nomor 1 Tahun 2006 dibuat walau waktunya sudah lewat dan sampai saat
dengan memperhatikan kepentingan dua ini jumlah PKL semakin banyak berjualan di
belah pihak. Di satu sisi memberi kesempatan wilayah taman kesatuan bangsa dan sudah
kepada seluruh masyarakat untuk dapat hidup berlangsung sekitar (6) enam tahun. Sikap
layak dengan hasil pekerjaannya, namun di seperti ini merupakan akibat dari tarik ulurnya
sisi lain pemerintah berkewajiban menata
kebijakan pemerintah yang dilakukan oleh
perkotaan untuk menjadi tempat yang nyaman
pemerintah sendiri. Kewibawaan pemerintah
bagi seluruh aktivitas warga kota. Untuk
menjadi lemah.
itu pemerintah harus membuat kebijakan-
kebijakan yang dapat mengakomodir kedua Keseriusan Satpol PP untuk melaksanakan
kepentingan tersebut. tugas sering termentahkan dengan keputusan
Kebijaka-kebijakan tersebut mendapatkan pimpinan Pol PP untuk mengijinkan para
tantangan dari para PKL yang menilai PKL berjualan di tempat yang sudah dilarang
kebijakan tesebut tidaklah menguntungan dikarenakan alasan kurang koordinasi antara
PKL. Mengatasi hal ini, pemerintah di bawah petugas dengan pimpinan.
kepemimpinan Walikota Vicky Lumentut Dari kebijakan yang tidak tegas seperti
akhirnya mengeluarkan kebijakan yang bersifat ini juga telah mendorong oknum-oknum yang
kompromi dengan dikeluarkannya beberapa berpengaruh mendapatkan keuntugan pribadi.
kebijakan di antaranya: SK Walikota Manado
Bahkan kewibawaan pemerintah kota melalui
No. 160 Tahun 2010 tentang Pemberian Izin
petugas - petugasnya dilapangan (Satpol PP)
Berjualan Kepada PKL di Kompleks Pasar
sudah tidak ada lagi oleh karena tindakan-
45 Menjelang Hari- Hari Besar Keagamaan
dan SK Walikota No. 123 Tahun 2011 tentang tindakan transasksional yang dilakukan oleh
Pemberian Izin Berjualan Kepada PKL di oknum pimpinan Satpol PP dan wakil rakyat.
Lokasi Kalimas Kelurahan Calaca Kecamatan Apalagi alasan koordinasi telah memayungi
Wenang Menjelang Hari Raya Natal 2011 dan pimpinan untuk menganulir tugas yang
Tahun Baru 2012. dilaksanakan oleh Satpol PP.
181
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 177 – 188
182
Arnold Bura: Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima di Kota Manado
terutama di pusat kota dan mereka hadir 2005 tentang Pembentukan TIM Sosialisasi,
secara alami bersama perkembangan yang Penataan, dan Relokasi PKL ke LOS Kompleks
terjadi pada sektor formal seperti swalayan, Pasar Bersehati Kota Manado.
supermarket, mall, ruko, dan seterusnya. Di
Kebijakan ini menimbulkan perdebatan
Sulawesi Utara, khususnya di kota Manado
antara PKL itu sendiri dan Pemerintah Kota
sebagai Ibukota Provinsi, tingkat penyebaran
Manado karena sebagian besar PKL di
dan pertumbuhan pedagang kaki lima sangat
kawasan tersebut menolak relokasi dengan
berkaitan dengan pertumbuhan penduduk
alasan nilai strategis kawasan baru dan
yang terjadi di kota Manado dimana hal ini
tempat relokasi tersebut tidak mengakomodir
disebabkan oleh Urbanisasi penduduk dan
kepentingan PKL itu sendiri. Keadaan di tahun
arah pengembangan kota Manado sebagai
selanjutnya mengalami perubahan dimana
salah satu kota pariwisata serta kota besar di
Pemerintah Kota Manado mengeluarkan lagi
wilayah Timur Indonesia.
kebijakan lanjutan dengan adanya SK Walikota
Sejak tahun 2001 dan terjadinya krisis Manado No.1 Tahun 2006 tentang Penataan
moneter, Pusat Kota 45 Manado selalu diminati dan Penempatan Pedagang Kaki Lima di
dan dipadati pengunjung karena merupakan Lokasi LOS Kompleks Pasar Bersehati Kota
tempat perdagangan grosir dengan harga Manado.
terjangkau, Pusat Kota 45 Manado merupakan Keadaan yang terjadi setelah relokasi
kawasan pusat kota lama di kota manado dilakukan, Pusat Kota 45 Manado pada
dimana aktivitasnya memiliki intensitas yang umumnya sudah kondusif atas kebijakan
tinggi dan pedagang kaki lima juga merupakan relokasi yang telah dilakukan, tapi di tahun
bagian dari kawasan ini dengan populasi 2011 aktivitas PKL yang direlokasi kembali
paling besar di kota Manado. Hal ini dibuktikan menyebar dan menempati kawasan lama Pusat
Kota 45 Manado walaupun jumlahnya tidak
dengan adanya data Perusahaan Daerah Pasar
terlalu signifikan dan terjadi di waktu tertentu
Kota Manado mengenai jumlah pedagang
seperti menjelang hari-hari besar keagamaan
yang terdata /berstatus resmi berdasarkan
dan musim tertentu saja. Mendukung hal ini,
SK Walikota Manado No. 145 Tahun 2001
pemerintah kota mengeluarkana SK Walikota
tentang Penempatan Lokasi dan Batas Tempat Manado No. 160 Tahun 2010 tentang Pemberian
Berjualan (Pasar Senggol) Sementara Serta Izin Berjualan Kepada PKL di Kompleks Pasar
Jam Berjualan Pedagang Golongan Ekonomi 45 Menjelang Hari- Hari Besar Keagamaan
Lemah Dikompleks Pasar 45 Manado. dan SK Walikota No. 123 Tahun 2011 tentang
Pemberian Izin Berjualan Kepada PKL di
Seiring waktu berjalan populasi dan
Lokasi Kalimas Kelurahan Calaca Kecamatan
keberadaan Pedagang Kaki Lima di Pusat
Wenang Menjelang Hari Raya Natal 2011 dan
Kota 45 Manado menimbulkan permasalahan
Tahun Baru 2012.
yang kompleks sehingga secara langsung
memberikan pengaruh terhadap aktivitas lain di Mencermati kebijakan relokasi PKL
kawasan tersebut, terutama jalur transportasi Berdasarkan Peraturan Walikota No 1 Tahun
umum menjadi terganggu karena kapasitas 2006. Pemerintah Kota mengeluarkan
kawasan Pusat Kota 45 Manado tidak bisa kebijakan tersebut dengan didasari pada
lagi menampung aktivitas yang beragam. perkembangan PKL yang semakin melonjak
Sebagai antisipasi terhadap masalah yang tajam. Dalam menghasilkan kebijakan tersebut,
ada di Pusat Kota 45 Manado, Pemerintah para pedagang (PKL) dipindahkan ke lokasi
Kota Manado mengeluarkan kebijakan tentang yang baru yaitu di pasar Bersehati Manado.
rencana relokasi PKL di Pusat Kota 45 Manado Dalam perumusan kebijakan pemerintah telah
ke kawasan alternatif lain. Hal ini dibuktikan mengundang para instansi terakait dengan
dengan kebijakan Pemerintah Kota Manado rencana relokasi tersebut. Adapun instansi
berupa SK Walikota Manado No. 19 Tahun terkait semuanya berasal dari Pemerintah
183
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 177 – 188
sendiri bersama dengan asosiasi Pedagang menimbulkan dampak yang tidak baik bagi
Kaki Lima. upaya penataan pusat kota ke depan.
Namun demikian kebijakan relokasi Proses perumusan kebijakan merupakan
tersebut mendapat penolakan dari PKL yang inti dari kebijakan publik, karena dari sinilah akan
beranggapan bahwa kebijakan relokasi dirumuskan batas-batas kebijakan itu sendiri.
cenderung merugikan pihak kepada. Dalam Tidak semua isu yang dianggap masalah bagi
perkembangan selanjutnya, dengan melihat masyarakat perlu dipecahkan oleh pemerintah
fenomena yang berkembang pemerintah sebagai pembuat kebijakan, yang akan
Kota Manado melakukan kompromi kepada memasukkannya ke dalam agenda pemerintah
PKL untuk dapat kembali berjualan di temat- yang kemudian diproses menjadi sebuah
tempat yang sudah dilarang khususnya pada kebijakan setelah melalui berbagai tahapan
besar keagamaan. Bahakan hal itu diikuti oleh
William Dunn (Winarno: 2002)
SK Walikota Manado No. 160 Tahun 2010
menyebutkan, dalam pembuatan kebijakan
tentang Pemberian Izin Berjualan Kepada PKL
publik, tahap-tahap yang dilaluinya adalah:
di Kompleks Pasar 45 Menjelang Hari- Hari
Besar Keagamaan dan SK Walikota No. 123 (1) Tahap penyusunan agenda. Masalah-
Tahun 2011 tentang Pemberian Izin Berjualan masalah akan berkompetisi dahulu
Kepada PKL di Lokasi Kalimas Kelurahan sebelum dimasukkan ke dalam agenda
Calaca Kecamatan Wenang Menjelang Hari kebijakan. Pada akhirnya, beberapa
Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. masalah masuk ke agenda kebijakan para
perumus kebijakan. Pada saat itu, suatu
Dampak dari sikap tidak tegas ini telah
masalah mungkin tidak disentuh sama
meberikan ruang kepada pihak PKL dan
sekali dan beberapa yang lain pembahasan
Petugas di lapangan untuk kompromi dalam
masalah tersebut ditunda untuk waktu
bentuk transaksional sehingga walaupun
yang lama. Tahap penyusunan agenda
bukan hari-hari besar mereka bebas berjualan.
merupakan tahap yang akan menentukan
Keadaan juga diperparah dengan tidak adanya
apakah suatu masalah akan dibahas
pengawasan dari Pemerintah untuk dapat
menjadi kebijakan atau sebaliknya.
melaksanakan secara benar apa yang sudah
(2)
Tahap formulasi kebijakan. Masalah
menjadi kebijakan Pemerintah Kota. Akibatnya
yang masuk ke agenda kebijakan
petugas yang ingin melaksanakan tugas
kemudian dibahas oleh para pembuat
dengan benar menalami kesulitan oleh karena
kebijakan. Masalah-masalah tersebut
bingung apa yang harus dikerjakan.
didefinisikan untuk kemudian dicari
Dalam pemilihan alternative kebijakan yang alternatif pemecahan masalah yang
dilakukan oleh Pemkot Manado nampaknya terbaik. Pemecahan masalah tersebut
tidak dimulai dengan perumusan awal berasal dari berbagai alternatif yang ada.
dibuatnya kebijakan dengan memperhitungkan Dalam tahap perumusan kebijakan ini,
dampak-dampak dari kebijakan tersebut. masing-masing alternatif akan bersaing
Sehingga munculnya SK Walikota Manado untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang
No. 160 Tahun 2010 tentang Pemberian Izin diambil untuk memecahkan masalah.
Berjualan Kepada PKL di Kompleks Pasar Pada tahap ini, masing-masing aktor akan
45 Menjelang Hari- Hari Besar Keagamaan “bermain” untuk mengusulkan pemecahan
dan SK Walikota No. 123 Tahun 2011 tentang masalah terbaik. Dari sekian banyak
Pemberian Izin Berjualan Kepada PKL di alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh
Lokasi Kalimas Kelurahan Calaca Kecamatan para perumus kebijakan, pada akhirnya
Wenang Menjelang Hari Raya Natal 2011 dan salah satu dari alternatif kebijakan tersebut
Tahun Baru 2012 merupakan suatu keputusan diadopsi dengan dukungan dari mayoritas
yang muncul sesaat guna membangun legislatif, konsensus antara direktur
kompromi dengan PKL yang sedungguhnya lembaga atau keputusan peradilan.
184
Arnold Bura: Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima di Kota Manado
(3) Tahap implementasi kebijakan. Suatu Setiap kebijakan publik harus mempunyai
program hanya akan menjadi catatan- standar dan suatu sasaran kebijakan jelas
catatan elit, jika tidak diimplementasikan. dan terukur. Dengan ketentuan tersebut
Pada tahap ini, berbagai kepentingan akan tujuannya dapat terwujudkan. Dalam
saling bersaing, beberapa implementasi standard dan sasaran kebijakan tidak
kebijakan mendapat dukungan dari jelas, sehingga tidak bbisaias terjadi multi-
para pelaksana, namun beberapa yang interpretasi dan mudah menimbulkan
lain mungkin akan ditentang oleh para kesalah-pahaman dan konflik di antara
pelaksana. para agen implementasi.
(4) Tahap penilaian kebijakan. Pada tahap
(2) Kelayakan Tempat Relokasi, Faktor yang
ini, kebijakan yang telah dijalankan akan
menentukan juga dari implementasi
dinilai atau dievaluasi untuk melihat
kebijakan relokasi PKL yang dilaksanakan
sejauh mana kebijakan yang dibuat telah
oleh Pemerintah Kota Manado adalah
mampu memecahkan masalah. Kebijakan
kelayakan tempat yang harus memiliki nilai
publik pada dasarnya dibuat untuk meraih
ekonomis yang ditunjang oleh infrastruktur
dampak yang diinginkan. Oleh karena
bangunan yang memadai. Tempat relokasi
itu, maka ditentukan ukuran-ukuran atau
yang dibuat oleh pemerintah dirasakan
kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk
tidak represntatif dari aspek ekonomi. Hal
menilai apakah kebijakan publik telah
ini dibuktikan dengan pendapatan para
meraih dampak yang diinginkan.
PKL yang menurun drastis. Pemerintah
tidak mempersiapkan secara terencana
Faktor-Faktor Memengaruhi Implementasi tempat yang menjadi pilihan untuk relokasi
Kebijakan Relokasi PKL oleh Pemerintah PKL, misalnya saja soal akses menuju
Kota Manado ke lokasi melalui kebijakan transportasi
Dalam impelemantasi kebijakan Peraturan yang mengarah ketempat relokasi yang
Walikota Nomor 1 Tahun 2006 tentang efektif dan efisien, yaitu masyarakat
Relokasi PKL di Pasar Bersehati Manado telah yang membutuhkan jasa PKL juga tidak
ditemukan berbagai kendala yang menjadi mengalami kesulitan untuk sampai ke
faktor penting dalam implementasi kebijakan tempat tersebut misalnya tempatnya
tersebut di kota Manado. Adapun faktor-faktor mudah dijangkau serta biaya transportasi
tersebut antara lain: yang murah.
185
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 177 – 188
186
Arnold Bura: Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima di Kota Manado
Tahun 2010 tentang Pemberian Izin Berjualan Faktor yang juga penting untuk diperhatikan
Kepada PKL di Kompleks Pasar 45 Menjelang adalah kelayakan tempat penjualan yang
Hari- Hari Besar Keagamaan dan SK Walikota dilahta dari semua aspek, utamanya kondisi
No. 123 Tahun 2011 tentang Pemberian Izin fisik bangunan yang disediakan untuk relokasi
Berjualan Kepada PKL di Lokasi Kalimas juga nilai ekonomis yang bisa didapat oleh PKL
Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang di lokas tersebut.
Menjelang Hari Raya Natal 2011 dan Tahun
Faktor yang juga memengaruhi
Baru 2012.
implementasi kebijakan reloaksi adalah
Kebijakan yang diambil oleh Pemeritah lemahnya pengawasan dan monitoring tehadap
Kota dengan mengijinkan PKL berjualan pelaksanaan kebijakan tersebut. Bahkan ada
di kawasan pasar 45 yang ditertibkan pembiaran terhadap penyimpangan yang
sebelumnya, dengan alasan dhari-hari besar terjadi di tempat relokas.
keagamaan, tentu saja membuka peluang bagi
Faktor Kinerja dan Kesejahteraan Aparat,
PKL untuk tetap perjualan di sana walaupun
juga sangat menentukan dan memengaruhi
sudah tidak lagi adanya har-hari besar
Implementasi kebijakan relokasi tersebut.
tersebut. Hal ini dapat dilihat sampai saat ini
Banyak aparat yang cenderung pragmatis
(pengamatan peneliti). Kebijakan seperti ini
dalam melaksanakan kebijakan relokasi di kota
menunjukan ketidak tegasan Pemerintah yang
Manado tersebut baik dari tingkat pelaksana
cenderung “bermain aman” dan tidak secara
(Staf Pol PP) sampai kepada pimpinan
analitik melihat dampak dari kebijakan yang
(Komandan di lapangan dan pimpinan instansi
kompromistis tersebut. Keseriusan Satpol PP
yang dinilai tidak konsistensi demi keuntungan
untuk melaksanakan sering termentahkan
pribadi).
dengan keputusan pimpinan Pol PP untuk
mengijinkan para PKL berjualan di tempat yang
sudah dilarang dikarenakan alasan kurang
DAFTAR PUSTAKA
koordinasi yang tidak terjadi antara petugas Agustino Leo, 2008. Politik dan Kebijakan Publik.
dengan pimpinan. Bandung: AIPI
Dari kebijakan yang tidak tegas seperti Edward III, George C. 1980. Implementing Public
ini juga telah mendorong oknum-oknum yang Policy. Washington, DC, Congressional
berpengaruh mendapatkan keuntungan pribadi. Quarterly Press
Bahkan kewibawaan Pemerintah Kota melalui Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,
petugas - petugasnya dilapangan (Satpol PP) Kualitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
sudah tidak ada lagi oleh karena tindakan- Bandung
tindakan transasksional yang dilakukan oleh
Wahab, Solichin Abdul, 2004, Analisis Kebijakan
oknum pimpinan Satpol PP dan wakil rakyat.
– Dari Formulasi ke Implementasi
Dalam melaksanakan kebijakan soal Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi
penataan kota, Pemerintah Kota Manado Aksara.
cenderung mengabaikan komponen penting Winarno, Budi, 2002. Kebijakan Publik: Teori dan
dalam implemetasinya yaitu pelaksana di Proses. Yogyakarta Media Pressindo.
lapangan yaitu petugas Satpol PP. Hal ini juga
menjadi sumber kegagalan dalam melaksnakan
Peraturan Perundang-Undangan
kebijakan perelokasian PKL selama ini.
Faktor Ketegasan Pemerintah Kota sangat SK Walikota Manado No. 160 Tahun 2010 tentang
dibutuhkan dalam membuat suatu kebijakan Pemberian Izin Berjualan Kepada PKL
tentang PKL. Hal ini menunjukan tentang di Kompleks Pasar 45 Menjelang Hari-
kewibawaan pemerintah seagai pemegang Hari Besar Keagamaan.
kewenangan berdasarkan undang-undang SK Walikota No. 123 Tahun 2011 tentang
yang berlaku. Pemberian Izin Berjualan Kepada PKL
187
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 177 – 188
188