Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

KEBIJAKAN RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA

DI KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA

Oleh: Arnold Bura


Institut Pemerintahan Dalam Negeri
E-mail: arnoldbura21@gmail.com

ABSTRACT

T he purpose of this study was (1) to analyze and find out what the
Government’s policy to relocate street vendors Manado City in the center
of the city of Manado. (2). To analyze and determine the factors that influence
Relocation Policy Implementation street vendors by the City of Manado.
Data collection techniques include in-depth interviews and documentation.
Data analysis techniques include data reduction, data presentation and
conclusion. Data validity checking techniques include degree of confidence,
and the degree of dependency and certainty.
In this study it was found that PKL relocation policy based Perwako No. 1 of
2006 concerning the relocation of street vendors in the market due to Manado
Bersehati population and the presence of street vendors in the city center
of Manado 45 raises complex issues that directly impact the other activities
in the region, especially public transportation routes to be disrupted due
to the capacity of the central area of ​​the city of Manado 45 can no longer
accommodate diverse activities.
Assertiveness factor is needed in the City Government made ​​a policy on street
vendors. Are also important factors to be considered is the feasibility of a sale
is seen from all aspects, primarily the physical condition of the building is also
provided for the relocation of economic value that can be obtained by street
vendors in these locations. Also affecting the relocation policy implementation
is weak supervision and monitoring of the implementation of the policy.
Thus it can be suggested that the relocation of street vendors Policy mayor
Regulation No. 1 of 2006 should be revised or updated to a higher legal force
the relocation of local regulation of street vendors. Government policy has had
to consider the interests of both parties. On the one hand giving opportunity
to all people to a decent life with his work, but still managing urban obliged to
be a comfortable place for all activities of the citizens. Assertiveness factor is
needed in the City Government made ​​a policy on street vendors. This shows
about government authority as the holder of the authority under applicable
laws. Are also important factors to be considered is the feasibility of a sale,
arranged from all aspects, primarily the physical condition of the building is
also provided for the relocation of economic value that can be obtained by
street vendors in these locations.
Keywords: public policy, relocation, street vendors.

ABSTRAK

T ujuan penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis dan mengetahui


apa kebijakan Pemerintah untuk merelokasi PKL Kota Manado di pusat

177
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 177 – 188

kota Manado. (2). Untuk menganalisis dan menentukan faktor-faktor yang


memengaruhi Pelaksanaan Kebijakan Pelaksanaan Pelabulan PKL oleh
Kota Manado. Teknik pengumpulan data termasuk wawancara mendalam
dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian
data dan penarikan simpulan. Teknik pemeriksaan validitas data termasuk
tingkat kepercayaan, dan tingkat ketergantungan dan kepastian.

Dalam studi ini ditemukan bahwa kebijakan relokasi PKL berdasarkan


Perwako No. 1 Tahun 2006 tentang relokasi pedagang kaki lima di pasar
karena penduduk Manado Bersehati dan keberadaan PKL di pusat kota
Manado 45 menimbulkan masalah kompleks yang berdampak langsung
kegiatan lain di wilayah tersebut, terutama jalur transportasi umum
menjadi terganggu karena kapasitas kawasan pusat kota Manado 45 tidak
lagi dapat menampung beragam kegiatan.

Faktor ketegasan diperlukan di Pemerintah Kota membuat kebijakan


tentang PKL. Juga faktor penting yang harus diperhatikan adalah kelayakan
penjualan dilihat dari semua aspek, terutama kondisi fisik bangunan juga
disediakan untuk relokasi nilai ekonomi yang dapat diperoleh oleh pedagang
kaki lima di lokasi tersebut. Juga memengaruhi pelaksanaan kebijakan
relokasi adalah lemahnya pengawasan dan pemantauan implementasi
kebijakan.

Dengan demikian dapat disarankan bahwa relokasi PKL Kebijakan


Peraturan Walikota Nomor 1 Tahun 2006 harus direvisi atau diperbarui
ke kekuatan hukum yang lebih tinggi relokasi peraturan lokal PKL.
Kebijakan pemerintah harus mempertimbangkan kepentingan kedua
belah pihak. Di satu sisi memberikan kesempatan kepada semua orang
untuk hidup layak dengan pekerjaannya, tetapi tetap mengelola perkotaan
wajib menjadi tempat yang nyaman untuk semua kegiatan warga. Faktor
ketegasan diperlukan di Pemerintah Kota membuat kebijakan tentang
PKL. Ini menunjukkan tentang otoritas pemerintah sebagai pemegang
otoritas di bawah hukum yang berlaku. Juga faktor penting yang harus
dipertimbangkan adalah kelayakan penjualan, diatur dari semua aspek,
terutama kondisi fisik bangunan juga disediakan untuk relokasi nilai
ekonomi yang dapat diperoleh oleh pedagang kaki lima di lokasi tersebut.
Kata kunci: kebijakan publik, relokasi, pedagang kaki lima.

PENDAHULUAN melindungi segenap bangsa Indonesia dan


seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
Setiap daerah dalam menata dan
kesejahteraan umum, mencerdaskan
mengatur sistem pemerintahannya pasti
kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan
mempunyai cita-cita yang ingin dicapai. Cita-
ketertiban dunia yang berdasarkan
cita dan tujuan yang diyakini kebenarannya
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
oleh masyarakat yang kemudian dijadikan
sosial. Cita-cita tersebut juga termasuk dalam
sebagai dasar pijakan dalam melaksanakan
sistem negara kita yang menganut sistem
pembangunan didaerahnya. Karena cita-cita
welfare state atau negara kesejahteraan yakni
merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diyakini
semua kebijakan pemerintah harus bertujuan
kebenarannya maka antara negara satu
untuk mensejahterakan rakyatnya baik
dengan negara lainnya tidak sama dalam hal
pemerintah maupun daerah.
pencapaian tujuan.
Demikian juga dengan negara Indonesia Seiring dengan dianutnya konsep
yang mempunyai tujuan seperti yang tertuang desentralisasi dalam penyeleggaraan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar pemerintahan di Indonesia, kewajiban tersebut
1945 (UUD 1945) khususnya Alinea IV yaitu juga dijalankan oleh satuan pemerintah daerah.

178
Arnold Bura: Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima di Kota Manado

Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota perundang-undangan yang berlaku. Peraturan


sebagai Institusi yang lebih dekat dan secara Daerah Kota Manado Nomor 18 Tahun 2000
langsung berhubungan dengan masyarakat, tentang tentang Pembinaan Ketentraman dan
akan menjadi efektif untuk menjalankan Ketertiban kemudian ditindaklanjuti dengan
fungsi kesejahteraan, ketentraman dan dalam Peraturan Walikota manado Nomor 1 Tahun
konsepsi negara hukum, setiap bentuk tindakan 2006 tentang Relokasi Pedagang Kaki Lima
pemerintah baik dalam rangka pengaturan di Pasar Bersehati menjadi dasar pengaturan,
maupun pelayanan harus didasarkan pada pengawasan, penertiban bahkan relokasi bagi
asas legalitas. Asas ini mengandung arti permasalahan Pedagang Kaki Lima di Kota
bahwa setiap tindakan hukum pemerintah Manado.
harus didasarkan pada peraturan perundang-
Salah satu permasalahan yang dihadapi
undangan yang berlaku. Setiap ketentuan
Pemerintah Kota Manado adalah dalam
yang berkaitan dengan warga negara harus
penataan Pedagang Kaki Lima (PKL).
didasarkan pada undang undang.
Rendahnya kesadaran untuk mentaati
Dalam penyelenggaraan pemerintahan hukum dan tata ruang kota dapat dilihat dari
daerah, setiap tindakan pemerintah daerah para PKL yang memakai fasilitas umum
harus didasarkan pada Peraturan Daerah. berupa badan jalan terutama di pusat Kota
Dengan kata lain, setiap tindakan pemerintah kawasan pasar 45. Kondisi ini menyebabkan
atau Pemerintah Daerah baik dalam gangguan kemacetan lalu lintas, pencemaran,
rangka pengaturan maupun pelayanan penumpukan sampah dan sebagainya. Dalam
harus didasarkan pada undang-undang menangani masalah pedagang kaki lima,
atau Peraturan Daerah (Perda). Tidak ada yang merupakan masalah kota, Pemerintah
kewenangan bagi pemerintah atau pemerintah Kota Manado telah berupaya melakukan
daerah untuk mencampuri kehidupan warga menertibkan dan penataan Pedagang Kaki
masyarakat, kecuali ada kewenangan yang Lima. Penataan terhadap Pedagang Kaki
diberikan oleh undang-undang atau peraturan Lima yang dilakukan pemerintah Kota Manado
daerah. sejak masa pemerintahan Walikota Manado
Jimy Rimba Rogi bahkan dengan melakukan
Untuk dapat terciptanya suatu kondisi
relokasi dengan menyediakan tempat yang
ketentraman dan ketertiban yang mantap di
memadai bagi PKL.
daerah, perlu dilakukan suatu pembinaan yang
meliputi segala usaha, tindakan, pengarahan Pada awalnya penertiban yang diikuti
serta pengendalian segala sesuatu yang dengan relokasi PKL berjalan sesuai yang
berkaitan dengan ketentraman dan ketertiban. diharapkan. Namun sejak pemerintahan
Kondisi ketentraman dan ketertiban yang yang ada saat ini para PKL berupaya kembali
mantap dan terkendali dalam masyarakat akan “menginvasi” area pusat Kota 45 Manado untuk
mendorong terciptanya stabilitas nasional dan berjualan sebagaimana dahulu mereka lakukan
akan menjamin kelancaran penyelenggaraan dahulu sebelum dilakukan penertiban besar-
pemerintahan di daerah maupun pelaksanaan besaran oleh pada saat masa pemerintahan
pembangunan daerah maka tugas Kepala Walikota Jimmy Rimba Rogi.
Daerah akan bertambah, terutama dalam
Penolakan terhadap relokasi PKL telah
menegakkan Peraturan Daerah dan
menjadi masalah bagi Pemerintahan Walikota
Penyelenggaraan Ketertiban.
Vicky Lumentut saat ini, hal ini diduga dipicu
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan oleh menurunnya pendapatan mereka di
Daerah, Perda dijadikan sebagai asas legalitas tempat relokasi yang baru. Bahkan kinerja
sebagai sumber legitimasi, bagi pemerintah Polisi Pamong Praja Kota Manado yang bisa
daerah untuk melakukan pengaturan, melakukan negosiasi dengan PKL untuk dapat
pengawasan, penertiban, ataupun pemberian kesempatan berjualan di pusat kota 45 telah
sanksi bagi pihak yang melanggar peraturan memotivasi PKL untuk tidak patuh terhadap

179
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 177 – 188

Peraturan tentang relokasi PKL di Kota sementara diperkotaan didominasi oleh setor
Manado. perdagangan (42,4 persen).
Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah Kota Manado sebagai ibukota Provisnsi
sebagai berikut (1) Untuk menganalisi dan Sulawesi Utara tidak lepas dari curat-marutnya
mengetahui apa yang menjadi kebijakan penataan kota terutama di pusat-pusat
Pemerintah Kota Manado untuk merelokasi perbelanjaan, khususnya di salah satu pusat
PKL di pusat Kota Manado. (2) Untuk perbelanjaan pasar 45. Hal ini dikarenakan
menganalisis dan mengetahui faktor-faktor populasi dan keberadaan pedagang kaki
apa saja yang memengaruhi Implementasi lima di Pusat Kota 45 Manado menimbulkan
Kebijakan Relokasi PKL oleh Pemerintah Kota permasalahan yang kompleks sehingga secara
Manado. langsung memberikan pengaruh terhadap
Berikut konsep-konsep yang digunakan aktivitas lain di kawasan tersebut, terutama
menyangkut variable-variabel yag diteliti dalam jalur transportasi umum menjadi terganggu
penelitian ini (1) Kebijakan Publik (2) Konsep karena kapasitas kawasan Pusat Kota 45
Pemerintahan Daerah (3) Pedagang Kaki Lima. Manado tidak bisa lagi menampung aktivitas
yang beragam. Sebagai antisipasi terhadap
METODE masalah yang ada di Pusat Kota 45 Manado,
Pemerintah Kota Manado mengeluarkan
Metode yang digunakan dalam penelitian
kebijakan tentang relokasi PKL di Pusat Kota
ini adalah metode peneltian kualitatif yaitu
45 Manado ke kawasan alternatif lain.
suatu metode penelitian yang didasarkan
pada kondisi yang alamiah dengan paradigma Kebijakan relokasi PKL adalah upaya dari
interpretatif dan konstruktif. Pemerintah Kota Manado untuk menfungsikan
Metode kualitatif sering juga disebut kembali fasilitas-fasilitas public yang tidak lagi
metode penelitian naturalistik karena berfungsi sebagaimana mestinya. Di samping
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang itu pemerintah kota juga sedang melaksanakan
alamiah dengan data yang terkumpul serta berbagai program yang berhubungan dengan
analisisnya bersifat kualitatif. Dalam penelitian penataan kota agar taIpak lebih indah, sehingga
kualitatif, instrumennya adalah orang (Human sebagai ibukota Provinsi, Kota Manado
Instrument) yaitu peneliti itu sendiri. Peneliti diharapkan menjadi kota yang memberikan
akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada rasa nyaman bagi siapa saja yang datang.
grand tour question, tahap fokus dan seleksi Sebagai fenomena nasional, penanganan
melakukan pengumpulan data, analisis dan PKL cenderung sama di setiap daerah yang
membuat simpulan. (Sugiyono 2008) ada di Indonesia, yaitu dengan melakukan
relokasi sebagai model jalan tengah bagi
HASIL PENELITIAN kepentingan dua belah pihak yaitu kepentingan
pemerintah dalam rangka penataan dan kota
Persoalan PKL dinilai banyak pihak
dan memaksimalkan fungsi fasilitas publik dan
sebagai suatu bentuk dari kegagalan
kepentingan PKL untuk memiliki pendapatan
pemerintah menyediakan lapangan kerja untuk
yang lebih baik. Menyatukan kedua kepentingan
kaum miskin. Salah satu faktor yang terkait
ini diperlukan suatu produk kebijakan yang
dengan problema riil PKL adalah konsep
dirumuskan secara cermat terlebih dahulu
informalitas diperkotaan. Konsep tersebut
sebelum ditetapkan sebagai suatu kebijakan,
tidak bisa lepas dari dikotomi sektor formal
agar kedua kepentingan berjalan selaras.
dan sektor informal yang mulai dibicarakan
sejak era tahun 70-an. Data BPS tahun 2005 Upaya mengatasi pedagang kaki lima
menyebutkan 64,4 persen penduduk bekerja yang berpotensi pembangunan ekonomi atau
di sektor informal. Di pedesaan sektor informal pengganggu ketertiban umum yaitu bagaimana
itu didominasi sektor pertanian (80,6 persen), pedagang kaki lima bisa tetap berjalan namun

180
Arnold Bura: Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima di Kota Manado

tidak sampai mengganggu ketertiban umum. Kebijakan yang diambil oleh pemeritah kota
Untuk memahami siapa sebenarnya yang dengan mengijinkan PKL berjualan di kawasan
merumuskan kebijakan lebih dahulu harus pasar 45 yang ditertibkan sebelunya, dengan
dipahami sifat-sifat semua pemeran serta alasan dhari-hari besar keagamaan, tentu
bagian atau peran apa yang mereka lakukan, saja membuka peluang bagi PKL untuk tetap
wewenang atau bentuk kekuasaan yang perjualan di sana walaupun sudah tidak lagi
mereka miliki dan bagaimana mereka saling
adanya har-hari besar tersebut. Hal ini dapat
berhubungan.  Pemerintah harus berusaha
dilihat sampai saat ini (pengamatan peneliti).
untuk mengatasi permasalahan ini dengan
Kebijakan seperi ini menunjukkan ketidak
bijak dan terbuka dengan menyadarkan kepada
masyarakat baik terhadap pedagang kaki lima tegasan pemerintah yang cenderung “bermain
itu sendiri maupun konsumennya untuk selalu aman” dan tidak secara analitik melihat dampak
berusaha mentaati segala aturan yang ada dari kebijakan yang kompromistis tersebut.
dalam pemerintahan. Akibatnya arah penangana PKL menjadi
tidakpasti dan cenderung temporer.
Dalam perumusan kebijakan
sesungguhnya sudah memperhatikan prinsip Walaupun sudah ada ketegasan dari
penting yaitu melibatkan para pihak yang pemerintah tentang ijin berjualan di kawasan
menjadi obyek dalam pembuatan kebijakan pasar 45 hanya karena menjelang hari-hari
tersebut. besar kegamaan, dalam kenyataannya hal
Kebijakan pemerintah sudah sejak tahun tersebut tidak diindahkan oleh PKL mereka
2001 dalam upaya penertiban PKL sampai tetap saja berjualan di kawasan tersebut
dengan Perwako Nomor 1 Tahun 2006 dibuat walau waktunya sudah lewat dan sampai saat
dengan memperhatikan kepentingan dua ini jumlah PKL semakin banyak berjualan di
belah pihak. Di satu sisi memberi kesempatan wilayah taman kesatuan bangsa dan sudah
kepada seluruh masyarakat untuk dapat hidup berlangsung sekitar (6) enam tahun. Sikap
layak dengan hasil pekerjaannya, namun di seperti ini merupakan akibat dari tarik ulurnya
sisi lain pemerintah berkewajiban menata
kebijakan pemerintah yang dilakukan oleh
perkotaan untuk menjadi tempat yang nyaman
pemerintah sendiri. Kewibawaan pemerintah
bagi seluruh aktivitas warga kota. Untuk
menjadi lemah.
itu pemerintah harus membuat kebijakan-
kebijakan yang dapat mengakomodir kedua Keseriusan Satpol PP untuk melaksanakan
kepentingan tersebut. tugas sering termentahkan dengan keputusan
Kebijaka-kebijakan tersebut mendapatkan pimpinan Pol PP untuk mengijinkan para
tantangan dari para PKL yang menilai PKL berjualan di tempat yang sudah dilarang
kebijakan tesebut tidaklah menguntungan dikarenakan alasan kurang koordinasi antara
PKL. Mengatasi hal ini, pemerintah di bawah petugas dengan pimpinan.
kepemimpinan Walikota Vicky Lumentut Dari kebijakan yang tidak tegas seperti
akhirnya mengeluarkan kebijakan yang bersifat ini juga telah mendorong oknum-oknum yang
kompromi dengan dikeluarkannya beberapa berpengaruh mendapatkan keuntugan pribadi.
kebijakan di antaranya: SK Walikota Manado
Bahkan kewibawaan pemerintah kota melalui
No. 160 Tahun 2010 tentang Pemberian Izin
petugas - petugasnya dilapangan (Satpol PP)
Berjualan Kepada PKL di Kompleks Pasar
sudah tidak ada lagi oleh karena tindakan-
45 Menjelang Hari- Hari Besar Keagamaan
dan SK Walikota No. 123 Tahun 2011 tentang tindakan transasksional yang dilakukan oleh
Pemberian Izin Berjualan Kepada PKL di oknum pimpinan Satpol PP dan wakil rakyat.
Lokasi Kalimas Kelurahan Calaca Kecamatan Apalagi alasan koordinasi telah memayungi
Wenang Menjelang Hari Raya Natal 2011 dan pimpinan untuk menganulir tugas yang
Tahun Baru 2012. dilaksanakan oleh Satpol PP.

181
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 177 – 188

Faktor-faktor Memengaruhi Implementasi Pada awalnya kebijakan ini dalam


Kebijakan Relokasi PKL oleh Pemerintah pengimplematasiannya mendapat tantangan
Kota Manado dari pihak PKL. Bahkan pelarangan paksa
Untuk dapat mewujudkan output dan sampai pada pembongkaran lokasi-lokasi yang
outcomes yang ditetapkan, maka kebijakan sudah menjadi tempat penjualan PKL sering
publik perlu untuk diimplementasian tanpa menimbulkan bentrok antara pihak pemerintah
diimplementasikan maka kebijakan tersebut dalam hal ini petugas Satpol PP dengan pihak
hanya akan menjadi catatan-catatan PKL. Namun kebijakan Pemerintah Kota ini
elit sebagaimana dipertegas oleh Udoji bisa dilaksanakan. Pemerintah Kota pada
(Agustino:2006) yang mengatakan bahwa waktu itu telah mempersiapkan tempat relokasi
pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang bagi PKL di pasar bersehati Manado. Lokasi
penting bahkan mungkin jauh lebih penting pasar 45 sempat berubah dengan tidak ada
daripada pembuatan kebijakan. kebijakan- lagi pedagang kaki lima yang berjualan baik di
kebijakan hanya akan sekedar berupa impian jalan maupun di trotoar termasuk di beberapa
atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam loasi fasilitas publik. Namun belakangan pasar
arsip kalau tidak diimplementasikan. 45 kota Manado suda mulai bemunculan
pedagang kaki lima yang kembali berjualan.
Konsep implementasi kebijakan
Kebijakan relokasi Pemkot Manado relokasi
merupakan suatu konsep yang memiliki
sepertinya tidak dapat diimplemetasikan
berbagai perspektif yang berbeda-beda
secara maksimal. Ketegasan pemerintah kota
sehingga cukup sulit untuk merumuskan
sangat dibutuhkan dalam membuat suatu
batasannya secara definitif.
kebijakan tentang PKL. Hal ini menunjukan
Dalam kamus Webster (Wahab:2008) tentang kewibawaan pemerintah sebagai
pengertian implementasi dirumuskan pemegang kewenangan berdasarkan undang-
secara pendek, dimana “to implementation” undang yang berlaku.
(mengimplementasikan) berarti “to provide
Di sisi lain implementasi kebijakan relokasi
means for carrying out (menyediakan sarana
PKL dinilai tidak memperhatikan prinsip-
untuk melakukan sesuatu); to give practical
prinsip dalam melaksanakan relokasi sesuai
effect to” (menimbulkan dampak/akibat terhadap
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
sesuatu). Beranjak dari rumusan implementasi
41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan
tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa
dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima,
“to implementation (mengimplementasikan)
dijelaskan bahwa Penataan Pedagang Kaki
berkaitan dengan suatu aktivitas yang terlaksana
Lima adalah upaya yang dilakukan oleh
melalui penyediaan sarana (misalnya: undang-
Pemerintah Daerah melalui penetapan
undang, peraturan pemerintah, pedoman
lokasi binaan untuk melakukan penetapan,
pelaksanaan, sumber daya dan lain-lain)
pemindahan, penertiban dan penghapusan
sehingga dari aktivitas tersebuat akan
lokasi pedagang kaki lima dengan
menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu.
memperhatikan kepentingan umum, sosial,
Sejak pemerintahan Walikota Jimmy R. estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan,
Rogi Pemerintah Kota Manado telah memulai ketertiban, kebersihan lingkungan dan sesuai
melakukan relokasi PKL yang ada di pasar dengan peraturan perundang-undangan.
45 ke Pasar Bersehati Kota Manado dengan
dikeluarkannya SK Walikota No 1 Tahun 26
tentang relokasi PKL. Hal tersebut sudah di
HASIL DAN PEMBAHASAN
sosialisasikan berbagai cara. Bahkan sosialisasi Kebijakan relokasi PKL oleh Pemerintah
sudah dilakukan melalui keterlibatan para PKL Kota Manado. Pedagang kaki lima memang
saat rencana perumusan kebijakan relokasi sangat nyata terlihat sebagai salah satu
PKL yang dilakanakan oleh Pemerintah Kota bagian dari suatu kota dan biasanya tersebar
Manado. pada kawasan strategis seperti perdagangan

182
Arnold Bura: Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima di Kota Manado

terutama di pusat kota dan mereka hadir 2005 tentang Pembentukan TIM Sosialisasi,
secara alami bersama perkembangan yang Penataan, dan Relokasi PKL ke LOS Kompleks
terjadi pada sektor formal seperti swalayan, Pasar Bersehati Kota Manado.
supermarket, mall, ruko, dan seterusnya. Di
Kebijakan ini menimbulkan perdebatan
Sulawesi Utara, khususnya di kota Manado
antara PKL itu sendiri dan Pemerintah Kota
sebagai Ibukota Provinsi, tingkat penyebaran
Manado karena sebagian besar PKL di
dan pertumbuhan pedagang kaki lima sangat
kawasan tersebut menolak relokasi dengan
berkaitan dengan pertumbuhan penduduk
alasan nilai strategis kawasan baru dan
yang terjadi di kota Manado dimana hal ini
tempat relokasi tersebut tidak mengakomodir
disebabkan oleh Urbanisasi penduduk dan
kepentingan PKL itu sendiri. Keadaan di tahun
arah pengembangan kota Manado sebagai
selanjutnya mengalami perubahan dimana
salah satu kota pariwisata serta kota besar di
Pemerintah Kota Manado mengeluarkan lagi
wilayah Timur Indonesia.
kebijakan lanjutan dengan adanya SK Walikota
Sejak tahun 2001 dan terjadinya krisis Manado No.1 Tahun 2006 tentang Penataan
moneter, Pusat Kota 45 Manado selalu diminati dan Penempatan Pedagang Kaki Lima di
dan dipadati pengunjung karena merupakan Lokasi LOS Kompleks Pasar Bersehati Kota
tempat perdagangan grosir dengan harga Manado.
terjangkau, Pusat Kota 45 Manado merupakan Keadaan yang terjadi setelah relokasi
kawasan pusat kota lama di kota manado dilakukan, Pusat Kota 45 Manado pada
dimana aktivitasnya memiliki intensitas yang umumnya sudah kondusif atas kebijakan
tinggi dan pedagang kaki lima juga merupakan relokasi yang telah dilakukan, tapi di tahun
bagian dari kawasan ini dengan populasi 2011 aktivitas PKL yang direlokasi kembali
paling besar di kota Manado. Hal ini dibuktikan menyebar dan menempati kawasan lama Pusat
Kota 45 Manado walaupun jumlahnya tidak
dengan adanya data Perusahaan Daerah Pasar
terlalu signifikan dan terjadi di waktu tertentu
Kota Manado mengenai jumlah pedagang
seperti menjelang hari-hari besar keagamaan
yang terdata /berstatus resmi berdasarkan
dan musim tertentu saja. Mendukung hal ini,
SK Walikota Manado No. 145 Tahun 2001
pemerintah kota mengeluarkana SK Walikota
tentang Penempatan Lokasi dan Batas Tempat Manado No. 160 Tahun 2010 tentang Pemberian
Berjualan (Pasar Senggol) Sementara Serta Izin Berjualan Kepada PKL di Kompleks Pasar
Jam Berjualan Pedagang Golongan Ekonomi 45 Menjelang Hari- Hari Besar Keagamaan
Lemah Dikompleks Pasar 45 Manado. dan SK Walikota No. 123 Tahun 2011 tentang
Pemberian Izin Berjualan Kepada PKL di
Seiring waktu berjalan populasi dan
Lokasi Kalimas Kelurahan Calaca Kecamatan
keberadaan Pedagang Kaki Lima di Pusat
Wenang Menjelang Hari Raya Natal 2011 dan
Kota 45 Manado menimbulkan permasalahan
Tahun Baru 2012.
yang kompleks sehingga secara langsung
memberikan pengaruh terhadap aktivitas lain di Mencermati kebijakan relokasi PKL
kawasan tersebut, terutama jalur transportasi Berdasarkan Peraturan Walikota No 1 Tahun
umum menjadi terganggu karena kapasitas 2006. Pemerintah Kota mengeluarkan
kawasan Pusat Kota 45 Manado tidak bisa kebijakan tersebut dengan didasari pada
lagi menampung aktivitas yang beragam. perkembangan PKL yang semakin melonjak
Sebagai antisipasi terhadap masalah yang tajam. Dalam menghasilkan kebijakan tersebut,
ada di Pusat Kota 45 Manado, Pemerintah para pedagang (PKL) dipindahkan ke lokasi
Kota Manado mengeluarkan kebijakan tentang yang baru yaitu di pasar Bersehati Manado.
rencana relokasi PKL di Pusat Kota 45 Manado Dalam perumusan kebijakan pemerintah telah
ke kawasan alternatif lain. Hal ini dibuktikan mengundang para instansi terakait dengan
dengan kebijakan Pemerintah Kota Manado rencana relokasi tersebut. Adapun instansi
berupa SK Walikota Manado No. 19 Tahun terkait semuanya berasal dari Pemerintah

183
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 177 – 188

sendiri bersama dengan asosiasi Pedagang menimbulkan dampak yang tidak baik bagi
Kaki Lima. upaya penataan pusat kota ke depan.
Namun demikian kebijakan relokasi Proses perumusan kebijakan merupakan
tersebut mendapat penolakan dari PKL yang inti dari kebijakan publik, karena dari sinilah akan
beranggapan bahwa kebijakan relokasi dirumuskan batas-batas kebijakan itu sendiri.
cenderung merugikan pihak kepada. Dalam Tidak semua isu yang dianggap masalah bagi
perkembangan selanjutnya, dengan melihat masyarakat perlu dipecahkan oleh pemerintah
fenomena yang berkembang pemerintah sebagai pembuat kebijakan, yang akan
Kota Manado melakukan kompromi kepada memasukkannya ke dalam agenda pemerintah
PKL untuk dapat kembali berjualan di temat- yang kemudian diproses menjadi sebuah
tempat yang sudah dilarang khususnya pada kebijakan setelah melalui berbagai tahapan
besar keagamaan. Bahakan hal itu diikuti oleh
William Dunn (Winarno: 2002)
SK Walikota Manado No. 160 Tahun 2010
menyebutkan, dalam pembuatan kebijakan
tentang Pemberian Izin Berjualan Kepada PKL
publik, tahap-tahap yang dilaluinya adalah:
di Kompleks Pasar 45 Menjelang Hari- Hari
Besar Keagamaan dan SK Walikota No. 123 (1) Tahap penyusunan agenda. Masalah-
Tahun 2011 tentang Pemberian Izin Berjualan masalah akan berkompetisi dahulu
Kepada PKL di Lokasi Kalimas Kelurahan sebelum dimasukkan ke dalam agenda
Calaca Kecamatan Wenang Menjelang Hari kebijakan. Pada akhirnya, beberapa
Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. masalah masuk ke agenda kebijakan para
perumus kebijakan. Pada saat itu, suatu
Dampak dari sikap tidak tegas ini telah
masalah mungkin tidak disentuh sama
meberikan ruang kepada pihak PKL dan
sekali dan beberapa yang lain pembahasan
Petugas di lapangan untuk kompromi dalam
masalah tersebut ditunda untuk waktu
bentuk transaksional sehingga walaupun
yang lama. Tahap penyusunan agenda
bukan hari-hari besar mereka bebas berjualan.
merupakan tahap yang akan menentukan
Keadaan juga diperparah dengan tidak adanya
apakah suatu masalah akan dibahas
pengawasan dari Pemerintah untuk dapat
menjadi kebijakan atau sebaliknya.
melaksanakan secara benar apa yang sudah
(2)
Tahap formulasi kebijakan. Masalah
menjadi kebijakan Pemerintah Kota. Akibatnya
yang masuk ke agenda kebijakan
petugas yang ingin melaksanakan tugas
kemudian dibahas oleh para pembuat
dengan benar menalami kesulitan oleh karena
kebijakan. Masalah-masalah tersebut
bingung apa yang harus dikerjakan.
didefinisikan untuk kemudian dicari
Dalam pemilihan alternative kebijakan yang alternatif pemecahan masalah yang
dilakukan oleh Pemkot Manado nampaknya terbaik. Pemecahan masalah tersebut
tidak dimulai dengan perumusan awal berasal dari berbagai alternatif yang ada.
dibuatnya kebijakan dengan memperhitungkan Dalam tahap perumusan kebijakan ini,
dampak-dampak dari kebijakan tersebut. masing-masing alternatif akan bersaing
Sehingga munculnya SK Walikota Manado untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang
No. 160 Tahun 2010 tentang Pemberian Izin diambil untuk memecahkan masalah.
Berjualan Kepada PKL di Kompleks Pasar Pada tahap ini, masing-masing aktor akan
45 Menjelang Hari- Hari Besar Keagamaan “bermain” untuk mengusulkan pemecahan
dan SK Walikota No. 123 Tahun 2011 tentang masalah terbaik. Dari sekian banyak
Pemberian Izin Berjualan Kepada PKL di alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh
Lokasi Kalimas Kelurahan Calaca Kecamatan para perumus kebijakan, pada akhirnya
Wenang Menjelang Hari Raya Natal 2011 dan salah satu dari alternatif kebijakan tersebut
Tahun Baru 2012 merupakan suatu keputusan diadopsi dengan dukungan dari mayoritas
yang muncul sesaat guna membangun legislatif, konsensus antara direktur
kompromi dengan PKL yang sedungguhnya lembaga atau keputusan peradilan.

184
Arnold Bura: Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima di Kota Manado

(3) Tahap implementasi kebijakan. Suatu Setiap kebijakan publik harus mempunyai
program hanya akan menjadi catatan- standar dan suatu sasaran kebijakan jelas
catatan elit, jika tidak diimplementasikan. dan terukur.  Dengan ketentuan tersebut
Pada tahap ini, berbagai kepentingan akan tujuannya dapat terwujudkan.  Dalam
saling bersaing, beberapa implementasi standard dan sasaran kebijakan tidak
kebijakan mendapat dukungan dari jelas, sehingga tidak bbisaias terjadi multi-
para pelaksana, namun beberapa yang interpretasi dan mudah menimbulkan
lain mungkin akan ditentang oleh para kesalah-pahaman dan konflik di antara
pelaksana. para agen implementasi.
(4) Tahap penilaian kebijakan. Pada tahap
(2) Kelayakan Tempat Relokasi, Faktor yang
ini, kebijakan yang telah dijalankan akan
menentukan juga dari implementasi
dinilai atau dievaluasi untuk melihat
kebijakan relokasi PKL yang dilaksanakan
sejauh mana kebijakan yang dibuat telah
oleh Pemerintah Kota Manado adalah
mampu memecahkan masalah. Kebijakan
kelayakan tempat yang harus memiliki nilai
publik pada dasarnya dibuat untuk meraih
ekonomis yang ditunjang oleh infrastruktur
dampak yang diinginkan. Oleh karena
bangunan yang memadai. Tempat relokasi
itu, maka ditentukan ukuran-ukuran atau
yang dibuat oleh pemerintah dirasakan
kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk
tidak represntatif dari aspek ekonomi. Hal
menilai apakah kebijakan publik telah
ini dibuktikan dengan pendapatan para
meraih dampak yang diinginkan.
PKL yang menurun drastis. Pemerintah
tidak mempersiapkan secara terencana
Faktor-Faktor Memengaruhi Implementasi tempat yang menjadi pilihan untuk relokasi
Kebijakan Relokasi PKL oleh Pemerintah PKL, misalnya saja soal akses menuju
Kota Manado ke lokasi melalui kebijakan transportasi
Dalam impelemantasi kebijakan Peraturan yang mengarah ketempat relokasi yang
Walikota Nomor 1 Tahun 2006 tentang efektif dan efisien, yaitu masyarakat
Relokasi PKL di Pasar Bersehati Manado telah yang membutuhkan jasa PKL juga tidak
ditemukan berbagai kendala yang menjadi mengalami kesulitan untuk sampai ke
faktor penting dalam implementasi kebijakan tempat tersebut misalnya tempatnya
tersebut di kota Manado. Adapun faktor-faktor mudah dijangkau serta biaya transportasi
tersebut antara lain: yang murah.

(1) Ketegasan Pemerintah Kota. Dalam (3) Monitoring dan Pengawasan,


melaksanakan kebijakan relokasi Lemahnya monitoring dan pengawasan
PKL di pusat Kota Manado telah mengakibatkan terjadinya distorsi dalam
memberi ruang kepada PKL untuk implemenatsi kebijakan relokasi PKL
tidak mengindahkan kebijakan tersebut yang dilaksanakan oleh Pemkot Manado.
oleh karena tidak tegasnya pemerintah Kelemahan ini membuat pemerintah tidak
dalam hal implementasi kebijakan mendapatkan masukan yang tepat dari
relokasi tersebut. Keluarnya kebijakan lapangan tentang dampak yang terjadi
pemerintah kota tentang ijin berjualan setelah diberlakukannya kebijakan relokasi
ditempat-tempat terlarang pada saat hari- tersebut. Misalnya soal fasilitas penjulan
hari besar telah bertentangan dengan yang sudah tidak layak lagi dijadikan
kebijakan pemerintah yang sudah tempat berjualan. Kondisi ini tentu
direncenakan sebelumnya yaitu relokasi menyumbat komunikasi atara pembuat
para PKL dari puta kota 45. Hal ini tentu keijakan dengan obyek kebijakan tersebut
saja menimbulkan ketidak konsitensi yaitu pihak PKL dan masyarakat, sehingga
pemerintah yang berakibat menurunnya ada banyak hal yang bisa diselesaikan
wibawa pemerintah. lewat komunikasi tidak bisa dilakukan.

185
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 177 – 188

Menurut George Edward (1980) Keadaan ini memberikan peluang bagi


Implemetasi kebijakan publik agar dapat setiap aparat untuk melakukan kompromi
mencapai keberhasilan, mensyaratkan dengan PKL berlandaskan transaksional.
agar implementor mengetahui apa yang Akibatnya tujuan dan sasaran yang akan
harus dilakukan secara jelas.  Apa yang dicapai dalam menjadi kabur. Fakta ini juga
menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus memungkinkan terjadi oleh karena tidak
diinformasikan kepada kelompok sasaran adanya dukungan finasial yang melindungi
(target group) sehingga akan mengurangi kesejahteraan aparat sehingga mereka memilih
distorsi implementasi.  Apabila penyampaian jalan pintas untu membangun kopromi dengan
tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, PKL dan mereka mendapatkan bayaran. Hal ini
tidak memberikan pemahaman atau bahkan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mereka
tujuan dan sasaran kebijakan tidak diketahui yang tidak secara maksimal disediakan oleh
sama sekali oleh kelompok sasaran, maka Pemerintah Kota.
kemungkinan akan terjadi suatu penolakan
atau resistensi dari kelompok sasaran yang SIMPULAN
bersangkutan.  Jika yang dikomunikasikan
Kebijakan relokasi PKL berdasarkan
berubah-ubah akan membingungkan dalam
Perwako Nomor 1 Tahun 2006 tentang relokasi
pelaksanaan kebijakan yang bersangkutan.
PKL di pasar bersehati manado dikarenakan
Struktur birokrasi juaga menjadi penentu
populasi dan keberadaan Pedagang Kaki
suatu implementasi kebijakan.  Organisasi,
Lima di Pusat Kota 45 Manado menimbulkan
menyediakan peta sederhana untuk
permasalahan yang kompleks sehingga secara
menunjukkan secara umum kegiatan-
langsung memberikan pengaruh terhadap
kegiatannya dan jarak dari puncak
aktivitas lain di kawasan tersebut, terutama
menunjukkan status relatifnya.  Garis-garis
jalur transportasi umum menjadi terganggu
antara berbagai posisi-posisi itu dibingkai
karena kapasitas kawasan Pusat Kota 45
untuk menunjukkan interaksi formal yang
Manado tidak bisa lagi menampung aktivitas
diterapkan. 
yang beragam. Kebijakan relokasi PKL
(4) Kinerja dan Kesejahteraan Aparatur. Faktor adalah upaya dari Pemerintah Kota Manado
kinerja aparat juga sangat menentukan untuk menfungsikan kembali fasilitas-fasilitas
dan memengaruhi Implementasi kebijakan public yang tidak lagi berfungsi sebagaimana
relokasi tersebut. Banyak aparat yang mestinya.
cenderung pragmatis dalam melaksanakan
Kebijakan pemerintah sudah sejak tahun
kebijakan relokasi di kota Manado tersebut
2001 dalam upaya penertiban PKL sampai
baik dari tingkat pelaksana (Staf Pol PP)
dengan dikeluarkan Perwako Nomor 1
sampai kepada pimpinan (Komandan di
Tahun 2006 dibuat dengan memperhatikan
lapangan dan pimpinan instansi yang dinilai
kepentingan dua belah pihak. Di satu sisi
tidak konsistensi demi keuntungan pribadi).
memberi kesempatan kepada seluruh
Hal ini membuat sasaran kebijakan tidak
masyarakat untuk dapat hidup layak dengan
terlaksana secara maksimal. Pemerintah
hasil pekerjaannya, namu di sisi lain pemerintah
kota sendiri dalam menanggapi isu-isu
berkewajiban menata perkotaan untuk menjadi
miring tentang kinerja aparat di tempat
tempat yang nyaman bagi seluruh aktivitas
relokasi seperti tidak berdaya dan
watga kota. Untuk itu pemerinah harus
menganggap bahwa penyimpangan tugas
membuat kebijakan-kebijakan yang dapat
para aparat lebih ditentukan dari mental
mengakomodir kedua kepentingan tersebut.
aparat sendiri, tanpa adanya kemauan
melakukan tindakan tegas. Apalagi adanya Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang
oknum-oknum pejabat yang diduga sifatnya kompromi tentang penataan PKL di
melidungi PKL untuk bebas berjualan di Lokasi pasar 45, hal ini dibuktikan dengan
tempat yang sudah dilarang. dikeluarkannya SK Walikota Manado No. 160

186
Arnold Bura: Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima di Kota Manado

Tahun 2010 tentang Pemberian Izin Berjualan Faktor yang juga penting untuk diperhatikan
Kepada PKL di Kompleks Pasar 45 Menjelang adalah kelayakan tempat penjualan yang
Hari- Hari Besar Keagamaan dan SK Walikota dilahta dari semua aspek, utamanya kondisi
No. 123 Tahun 2011 tentang Pemberian Izin fisik bangunan yang disediakan untuk relokasi
Berjualan Kepada PKL di Lokasi Kalimas juga nilai ekonomis yang bisa didapat oleh PKL
Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang di lokas tersebut.
Menjelang Hari Raya Natal 2011 dan Tahun
Faktor yang juga memengaruhi
Baru 2012.
implementasi kebijakan reloaksi adalah
Kebijakan yang diambil oleh Pemeritah lemahnya pengawasan dan monitoring tehadap
Kota dengan mengijinkan PKL berjualan pelaksanaan kebijakan tersebut. Bahkan ada
di kawasan pasar 45 yang ditertibkan pembiaran terhadap penyimpangan yang
sebelumnya, dengan alasan dhari-hari besar terjadi di tempat relokas.
keagamaan, tentu saja membuka peluang bagi
Faktor Kinerja dan Kesejahteraan Aparat,
PKL untuk tetap perjualan di sana walaupun
juga sangat menentukan dan memengaruhi
sudah tidak lagi adanya har-hari besar
Implementasi kebijakan relokasi tersebut.
tersebut. Hal ini dapat dilihat sampai saat ini
Banyak aparat yang cenderung pragmatis
(pengamatan peneliti). Kebijakan seperti ini
dalam melaksanakan kebijakan relokasi di kota
menunjukan ketidak tegasan Pemerintah yang
Manado tersebut baik dari tingkat pelaksana
cenderung “bermain aman” dan tidak secara
(Staf Pol PP) sampai kepada pimpinan
analitik melihat dampak dari kebijakan yang
(Komandan di lapangan dan pimpinan instansi
kompromistis tersebut. Keseriusan Satpol PP
yang dinilai tidak konsistensi demi keuntungan
untuk melaksanakan sering termentahkan
pribadi).
dengan keputusan pimpinan Pol PP untuk
mengijinkan para PKL berjualan di tempat yang
sudah dilarang dikarenakan alasan kurang
DAFTAR PUSTAKA
koordinasi yang tidak terjadi antara petugas Agustino Leo, 2008. Politik dan Kebijakan Publik.
dengan pimpinan. Bandung: AIPI
Dari kebijakan yang tidak tegas seperti Edward III, George C. 1980. Implementing Public
ini juga telah mendorong oknum-oknum yang Policy. Washington, DC, Congressional
berpengaruh mendapatkan keuntungan pribadi. Quarterly Press
Bahkan kewibawaan Pemerintah Kota melalui Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,
petugas - petugasnya dilapangan (Satpol PP) Kualitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
sudah tidak ada lagi oleh karena tindakan- Bandung
tindakan transasksional yang dilakukan oleh
Wahab, Solichin Abdul, 2004, Analisis Kebijakan
oknum pimpinan Satpol PP dan wakil rakyat.
– Dari Formulasi ke Implementasi
Dalam melaksanakan kebijakan soal Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi
penataan kota, Pemerintah Kota Manado Aksara.
cenderung mengabaikan komponen penting Winarno, Budi, 2002. Kebijakan Publik: Teori dan
dalam implemetasinya yaitu pelaksana di Proses. Yogyakarta Media Pressindo.
lapangan yaitu petugas Satpol PP. Hal ini juga
menjadi sumber kegagalan dalam melaksnakan
Peraturan Perundang-Undangan
kebijakan perelokasian PKL selama ini.
Faktor Ketegasan Pemerintah Kota sangat SK Walikota Manado No. 160 Tahun 2010 tentang
dibutuhkan dalam membuat suatu kebijakan Pemberian Izin Berjualan Kepada PKL
tentang PKL. Hal ini menunjukan tentang di Kompleks Pasar 45 Menjelang Hari-
kewibawaan pemerintah seagai pemegang Hari Besar Keagamaan.
kewenangan berdasarkan undang-undang SK Walikota No. 123 Tahun 2011 tentang
yang berlaku. Pemberian Izin Berjualan Kepada PKL

187
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 177 – 188

di Lokasi Kalimas Kelurahan Calaca Peraturan Presiden Republik Indonesia No.


Kecamatan Wenang Menjelang Hari 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi
Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Penataan dan Pemberdayaan Pedagang
Kaki Lima.
Peraturan Daerah Kota Manado No. 18
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Tahun 2002 tentang Meningkatkan
Indonesia No. 41 Tahun 21012 tentang
Ketentraman dan Ketertiban di Kota Pedoman Penataan dan Pemberdayaan
Manado Pedagang Kaki Lima.

188

You might also like