Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),

Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS FUNGSI MANAJEMEN BIDAN KOORDINATOR PUSKESMAS


DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF
DI KABUPATEN MAGELANG
Riski Malimpa*), Ayun Sriatmi**), Putri Asmita Wigati**)
*)
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, **)Dosen
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang
Email :riskimalimpa29@yahoo.com

ABSTRACT
Infant and children mortality caused by infectious disease can be prevented with
exclusive breastfeeding among 6 month. The Government has made the
regulation and program to support exclusive breastfeeding implementation. But in
the reality, trend of exclusive breastfeeding in Magelang from 2010 until 2012 has
fluctuative condition that are 10,9%; 9,79%; and 11,72% still low from the target
which is 80%. Exclusive breastfeeding achievement is not far from the
managerial skill of the midwife in Public Health Center. The goal of research is to
analyse the Midwife Coordinator’s management function on Public Health Center
at breastfeeding program in Magelang. This is a qualitative research use
descriptive method. Data collected from indepth interview uses question role.
Subject of research are 15 people that consist of 6 Midwife Coordinator in 6
Public Health Center as Mayor informan, and 6 Midwife in 6 Public Health Center,
1 people of Kasie. Kesga Dinkes, also 2 people breastfeeding mother as
triangulation informant. Subjects of the research put by purposive method that
are from 3 Public Health Center with highest level of exclusive breastfeeding and
3 Public Health Center with lowest level of exclusive breastfeeding average
among 3 years. Data analysis use content analyse. Output of the research shows
that planning, organizing, actuating, and controlling by Midwifes Coordinator are
not optimal. Suggestions for Midwifes Coordinator are making activity plan/plan of
action for breastfeeding program, staffing the program, increasing its cooperation
with professional organizations, and implementing interventions pattern.

Keyword : Management Function, Midwife Coordinator, Breastfeeding


Program
Literature : 39 (year 1984-2013)

PENDAHULUAN
Angka Kematian Bayi (AKB) ASEAN. Pemerintah menaruh
dan Angka Kematian Balita (AKABA) perhatian khusus untuk mengurangi
mencerminkan derajat kesehatan jumlah Angka Kematian Bayi yakni
masyarakat suatu negara. Angka dengan pencapaian target
tersebut dapat digunakan sebagai Millennium Development Goals
indikator dalam penilaian (MDGs) tahun 2015 dalam tujuan
keberhasilan pelayanan kesehatan MDGs ke-4 yakni menurunkan
dan program pembangunan angka kematian anak.1,2
kesehatan. AKB di Indonesia masih Kematian bayi dan balita
tergolong tinggi jika dibandingkan secara umum merupakan hasil dari
dengan negara-negara anggota berbagai pengalaman morbiditas

75
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dan jarang karena serangan tersebut mengatur tugas dan


3
penyakit tunggal. Di Kabupaten tanggung jawab Pemerintah dan
Magelang, sebagian besar kematian Pemerintah Daerah dalam
bayi dan balita yang disebabkan pengembangan program ASI
oleh morbiditas yakni karena ISPA diantaranya menetapkan kebijakan
dan diare.4Hal ini sesuai dengan nasional dan daerah, melaksanakan
hasil Survei Demografi dan advokasi dan sosialisasi serta
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, melakukan pengawasan terkait
tiga penyebab utama kematian bayi program pemberian ASI Eksklusif. Di
adalah Infeksi Saluran Pernapasan Kabupaten Magelang, telah
Akut (ISPA), demam, dan diare.5 diperkuat dengan adanya Peraturan
Morbiditas balita tersebut erat Bupati (Perbup) No. 56 tahun 2013
kaitannya dengan sistem kekebalan tentang Peningkatan Pemberian ASI
tubuh atau daya tahan tubuh, (PP-ASI). 7
mengingat kondisi balita masih Cakupan pemberian ASI
rentan terhadap paparan suatu Ekslusif di Indonesia mengalami
penyakit. penurunan tren, sedangkan cakupan
ASI Eksklusif dapat ASI Eksklusif Jawa Tengah
meningkatkan daya tahan tubuh mengalami tren yang berfluktuatif di
terhadap penyakit infeksi. Hal tiga tahun terakhir dan masih jauh
tersebut sesuai dengan pernyataan dari target yang ditentukan yakni
United Nations Childrens Fund 80%. 2
(UNICEF),bahwa sebanyak 30.000 Seperti halnya dengan
kematian bayi di Indonesia dan 10 cakupan ASI Eksklusif di Jawa
juta kematiananak balita di dunia Tengah, capaian ASI Eksklusif di
pada tiap tahunnya, bisa dicegah Kabupaten Magelang juga
melalui pemberianASI secara mengalami tren fluktuatif. Capaian
eksklusif selama enam bulan sejak tersebut berturut-turut dari tahun
kelahirannya dengan mendahulukan 2010 hingga 2012 yakni 10,9%;
inisiasi menyusui dini,tanpa harus 9,79%; dan 11,72%. Capaian
memberikan makanan serta tersebut masih jauh dari target yang
minuman tambahan kepadabayi.6 ditentukan yakni 80%. 3,8,9
Upaya peningkatan cakupan Keberhasilan pemberian ASI
pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif tak lepas dari peran Bidan
Eksklusif dilakukan dengan berbagai di Puskesmas. Tenaga bidan
strategi, mulai dari penyusunan sebagai pelaksana teknis dan
kerangka regulasi, peningkatan manajemen pelayanan KIA dan KB
kapasitas petugas dan promosi ASI memerlukan kemampuan manajerial
Eksklusif.Pemerintah mengeluarkan agar cakupan dan kualitas
kebijakan baru melalui Menteri pelayanan dapat ditingkatkan dan
Kesehatan RI No. dipertahankan. Supaya kinerja bidan
450/Menkes/SK/IV/2004 mengenai berjalan dengan baik, maka
pemberian ASI Eksklusif sampai dibutuhkan peran koordinasi supaya
bayi berusia 6 bulan dan dianjurkan target dapat tercapai secara
untuk dilanjutkan sampai anak maksimal. Koordinasi antar bidan
berusia 2 tahun dengan pemberian tersebut dikendalikan oleh seorang
makanan tambahan yang sesuai. bidan koordinator yang berada di
Peraturan tersebut didukung oleh Puskesmas.10
adanya PP No.33 tahun 2012 Bidan Koordinator (Bikor)
tentang pemberian ASI Eksklusif. PP Puskesmas adalah bidan yang

76
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

bertugas membantu Kepala Berdasarkan hal tersebut,


Puskesmas dalam pengelolaan KIA seharusnya Bidan memberikan
serta membawahi beberapa bidan di konseling dan membantu ibu untuk
wilayah kerjanya sebagai pelaksana dapat memberikan ASI kepada bayi.
program.Tugas pokok Bikor Penyuluhan dan pemantauan oleh
diantaranya melaksanakan tenaga kesehatan yang kurang juga
penyeliaan, pemantauan, dan turut menjadi alasan ibu
evaluasi kinerja bidan di wilayah tidakmemberikan ASI secara
kerjanya terhadap aspek klinis eksklusif hingga 6 bulan. Jawaban
profesi dan manajemen program dari 4 Bidan terkait peran Bidan
KIA, melakukan koordinasi lintas Koordinator dalam manajemen
program dan lintas sektor baik pelaksanaan Program ASI Eksklusif
secara horisontal dan vertikal ke di wilayah Kabupaten Magelang
dinas kesehatan Kabupaten/Kota dapat disimpulkan antara lain tim
maupun pihak lain yang terlibat, pembagian tugas untuk Program ASI
serta bertugas membina hubungan Eksklusif belum
kerja bidan dalam tatanan organisasi terbentuk,pengelolaan Program ASI
puskesmas maupun hubungannya Eksklusif oleh Bidan Desa kurang
dengan organisasi Dinas Kesehatan optimalkarena cakupan ASI
Kabupaten/Kota, serta organisasi Eksklusif masihdibawah target,
profesi yang berkaitan dengan tugas Pemantauan, penyeliaan, dan
pokok dan fungsi bidan. Oleh karena evaluasi program ASI Eksklusif
Bikor bertanggung jawab atas belum berkala, kerjasama lintas
pembinaan bidan dalam manajemen sektor belum terjalin secara
program KIA, dimana program ASI maksimal,tindakan/strategi
Eksklusif termasuk di dalamnya, berdasarkan identifikasi dan analisis
maka Bikor memegang peranan masalah belum efektif meningkatkan
penting dalam manajerial program cakupan, serta terdapat Bidan
dengan menjalankan fungsi Koordinator yang merangkap
manajemen meliputi perencanaan, tugasuntuk mendampingi desa
pengorganisasian, penggerakan, sehinggatugas manajerial bidan
dan pengawasan pada program ASI koordinator sendiri dapat menjadi
Eksklusif di wilayah kerjanya.10 kurang optimal. Walaupun demikian,
Dari survei pendahuluan terkait sumber daya dari Dinas
yang dilakukan melaui wawancara Kesehatan Kabupaten Magelang
pada 10 ibu menyusui di wilayah tidak terdapat kendala yang crucial.
Kabupaten Magelang, didapatkan Peneliti ingin melihat
informasi bahwa dari 10 ibu dengan kegiatan Bikor dalam menjalankan
umur bayi lebih dari 6 bulan ternyata fungsi manajemen yakni
hanya 3 orang yang memberikan perencanaan, pengorganisasian,
ASI Eksklusif hingga bayinya penggerakan dan pengawasan pada
berumur 6 bulan. Sebagian besar Program ASI Eksklusif di wilayah
ibu mulai memberikan makanan atau kerjanya.
minuman selain ASI pada bayinya
ketika berumur 2-4 bulan. Alasan ibu METODE PENELITIAN
tidak memberikan ASI Eksklusif Penelitian ini menggunakan
hingga bayi 6 bulan terutama faktor penelitian kualitatif dengan
kebiasaan dan karena air susu ibu pendekatan deskriptif analitik.
tidak keluar/sulit keluar sehingga Informan penelitian ditetapkan
bayi menjadi mudah rewel. dengan menggunakan metode

77
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

purposive (bertujuan) yakni pada 3 Puskesmas Ngablak. Umur informan


Puskesmas berdasarkan angka triangulasi Bidan Desa antara 29-40
cakupan ASI Eksklusif tertinggidan 3 tahun, dengan rata-rata 36 tahun.
Puskesmas dengan cakupanASI Masa kerja Bidan Desa rata-rata 15
Eksklusif terendah di Kabupaten tahun. Semua informan triangulasi
Magelang dari rata-rata tahun 2010, Bidan Desa berpendidikan terakhir
2011, dan 2012.Penelitian dilakukan D3 Kebidanan. Untuk status
melalui wawancara mendalam pekerjaan, dari 6 Bidan Desa
(indepth interview) terhadap sejumlah 2 orang sebagai Bidan
informan utama dan informan PTT dan 4 orang sebagai PNS.Kasie
triangulasi dengan pedoman Kesga Dinkes Kabupaten Magelang
wawancara. Analisis data penelitian pada tahun 2014 berumur 54 tahun
dengan menggunakan content dengan masa kerja 32 tahun. Untuk
analysis (analisis isi). pendidikan terakhir yakni D3
Kebidanan. Informan triangulasi ibu
HASIL PENELITIAN menyusui dalam penelitian ini
Karakteristik informan merupakan lulusan SMP dan SMA
Informan utama yakni Bidan dengan pekerjaan sebagai ibu
Koordinator dari Puskesmas Dukun, rumah tangga. Umur informan
Puskesmas Salaman 1 dan triangulasi ibu menyusui rata-rata 30
Puskesmas Kajoran 1 (Cakupan ASI tahun.
Eksklusif tinggi) serta Puskesmas Cakupan Program Pemberian ASI
Ngablak, Puskesmas Sawangan I Eksklusif
dan Puskesmas Pakis (Cakupan ASI Tabel 1. Jumlah bayi dengan ASI Eksklusif di
Puskesmas Penelitian
Eksklusif rendah). Informan utama
Rata-
rata-rata berusia 43 tahun.Rata-rata No Puskesmas
ASI eksklusif (%)
rata
masa kerja sebagai Bikor selama 10 2010 2011 2012 (%)
tahun. Sebagian Bikor merupakan 1. Dukun 100 100 12,1 70,7
lulusan D3 dan sebagian lain lulusan
2. Salaman 1 89,77 52,6 47,2 63,19
D4 Kebidanan. Sebagian besar
3. Kajoran 1 100 29,6 28,9 52,83
Informan utama padaPuskesmas
dengan ASI Eksklusif tertinggi tidak 4. Pakis 0,4 1,5 0,1 0,66
merangkap tugas sedangkan 5. Sawangan 1 0 0,8 0 0,27
sebagian besar informan utama 6. Ngablak 0 0 0,6 0,2
pada Puskesmas dengan capaian Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Magelang
tahun 2010, 2011, dan 2012.
rendah menyatakan merangkap
tugas mengampu desa. Hal tersebut
Berdasarkan tabel 1 di atas,
dikarenakan masih belum terdapat
diketahui bahwa rata-rata capaian
bidan desa yang bertugas dan
ASI Eksklusif di semua Puskesmas
berdomisili di desa tersebut. Oleh
Penelitian masih di bawah
sebab itu, tugas Bikor Puskesmas
80%.Puskesmas Dukun pada tahun
menjadi bertambah selain dalam
2010 dan 2011 mencapai 100%
tugas manajerial di Puskesmas.
namun tahun 2012 hanya mencapai
Informan triangulasi terdiri
12,1%, Puskesmas Salaman 1
dari masing-masing 1 (satu) Bidan
pernah mencapai target di tahun
Desa Puskesmas terpilih, Kepala
2010 (89,77) namun mengalami
Seksi Kesehatan Keluarga (Kasie.
penurunan tren di tahun 2011
Kesga) Dinkes Kabupaten
(52,6%) dan 2012 (47,2%), serta
Magelang, dan ibu menyusui dari
Puskesmas Kajoran 1 di tahun 2010
wilayah Puskesmas Dukun dan
mencapai 100% namun menurun

78
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

menjadi 29,6% (2011) dan 28,9% keterlambatan hingga awal bulan


(2012). sekitar tanggal 1-5.
Perencanaan pada Program ASI Sebagian besar
Eksklusif menyatakan pembinaan oleh Bikor
Pengumpulan informasi terkait pengelolaan program
dalam proses perencanaan (analisis dilaksanakan saat rapat,
situasi) oleh semua Bikor dilakukan disampaikansecara langsung baik
dengan cara menghimpun data pelaporan maupunadanya informasi
laporan bulanan KIA dari Bidan baru. Sebagian besar menerapkan
Desadidalamnya mencakup jumlah sanksi keterlambatan dengan alasan
ASI 0 bulan (A0), 1 bulan (A1), 2 supaya disiplin. Namun, terdapat
bulan (A2), 3 bulan (A3), 4 bulan informanutama yang meninggalkan
(A4), 5 bulan (A5), 6 bulan (A6) dan Bidan apabila pelaporan terlambat
ASI Eksklusif (Total ASI dari 0-6 sehingga mempengaruhi hasil data.
bulan). Sumber informasi tersebut Sebagian informan
dari kohort, buku partes, dan mengidentifikasi masalah ASI
masukan masyarakat. Alasan Eksklusif melalui rapat untuk
menghimpun data laporan adalah selanjutnya melihat fakta langsung di
karena tidak terdapat bentuk lain masyarakat.Sebagian besar
dan data laporanlahyang bisa informan menyatakan masalah ASI
didapatkan secara rutin setiap bulan. Eksklusif yang teridentifikasi antara
Penghitungan bayi ASI Eksklusif lain kesadaran yang kurang, faktor
oleh sebagian besar informan ekonomi,dan tradisi. Sebagian
dengan mengkumulatifkan A0-A6 melaporkan masalah ke Dinkes
dengan alasan penetapan dari Dinas namun tidak terfokus pada ASI
Kesehatan yakni persentase dari Eksklusif, sebagian lain tidak
data A0 hingga A6 yang dijumlahkan melaporkan. Feedback ke Bidan
selanjutnya dibagi jumlah bayi 0-6 sebagian berupa himbauan,
bulan dalam periode waktu 1 tahun. sebagian lain tidak ada feedback
Namun, masih ditemukan petugas karena tidak ada dana khusus ASI
kesehatan terutama Bidan yang Eksklusif.
mengalami kebingungan dalam Sebagian besar analisis
menelaah pendataan ASI Eksklusif masalah dilakukan melalui diskusi di
di hampir semua puskesmas pertemuan setiap bulan dengan
penelitian, karena pendataan ASI bidan namun terdapat Bikor yang
Eksklusif berbeda dengan definisi tidak melakukan analisis masalah
operasional dari pengertian ASI karena data tidak mendukung.
Eksklusif 6 bulan itu sendiri. Sebagian besar informan
Semua informan menyatakan penyebab masalah ASI
menyatakan batas akhir Eksklusif bervariasi antara lain
pengumpulan laporan ASI Eksklusif kesadaran, SDM rendah, dan
ke Puskesmas berkisar antara pengaruh lingkungan terutama
tanggal 25-31 setiap bulan. Tiga nenek yang masih memberikan
informan utama menyatakan pernah makanan selain ASI. Prioritas
terjadi keterlambatan pelaporan dari masalah yakni kesadaran
Bidan Desa sehingga masyarakat yang kurang
mempengaruhi kegiatan Sebagian besar informan
penghimpunan data. Untuk menyatakan alternatif solusi untuk
Puskesmas yang terlambat rata-rata masalah ASI Eksklusif tersebut ialah
dengan penyuluhan pada kelas ibu

79
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

hamil dan Inisiasi Menyusui Dini piket, apel, dan koordinasi.


(IMD). Komunikasi antar Bidan dengan
Untuk penyusunan tujuan tindakan lintas sektor belum terjalin karena
program ASI Eksklusif, secara belum terinisisasi.
umum sasaran dari program yakni Dalam hal kepemimpinan Bikor,
ibu hamil dan ibu menyusui dengan Sebagian besar Bikor memberi
target ASI Eksklusif 80%.Namun arahan dan kewenangan kepada
sebagian besar Bidan Desa tidak bidan. Bidan menerima gaya
tahu/tidak ada target untuk ASI kepemimpinan Bikor yang
Eksklusif. demokratis dan santai.
Pada indikator penyusunan rencana Pengawasan pada Program ASI
tindakan/strategi, sebagian besar Eksklusif
informan belum menyusunan Sebagian besar Bikor mamantau
rencana tindakan/strategi. Selama kegiatan melalui laporan bulanan
ini hanya berupa kegiatan antara lain dan datang langsung wawancara ke
penyuluhan di kelas ibu hamil, ibu menyusui.
posyandu, dan kunjungan neonatal. Evaluasi kegiatan oleh sebagian
Berdasarkan informasi dari informan besar informan yakni melalui
triangulasi diketahui bahwa tidak evaluasi data cakupan bulanan
semua kelas ibu berjalan di semua sedangkan informasi dari informan
wilayah di Kabupaten Magelang. triangulasi diketahui bahwa tidak ada
Pengorganisasian pada Program peningkatan yang dirasakan setelah
ASI Eksklusif dilakukannya evaluasi.
Sebagian besar Puskesmas belum Tindakan koreksi dari sebagian
ada pembentukan tim ASI Eksklusif besar Bikor kepada Bidan Desa
karena belum ada fokus untuk ASI yang menyimpang dari standar
Eksklusif. Sebagian besar koordinasi Program ASI Eksklusif yakni
program selama ini yakni antara berupateguran dan nasihat.
Bikor, Bidan Desa dan petugas gizi
di Puskesmas. Kerjasama lintas PEMBAHASAN
program dan sektor selama ini Perencanaan
sebagian besar lintas program Perencanaan yang
antara Bidan, petugas gizi, dan dilakukan oleh sebagian Bidan
kader. Sedangkan sebagian besar Koordinator pada Program ASI
lintas sektor dengan perangkat desa Eksklusif tidak melalui tahapan
dan PKK pada waktu kelas ibu hamil siklus yang umumnya menggunakan
dan pertemuan PKK. pendekatan problem solving cycledi
Penggerakan/pelaksanaan pada bidang kesehatan. Analisis situasi
Program ASI Eksklusif terutama dalam mengumpulkan
Dalam hal motivasi, informasi masih cenderung kurang
sebagian Bikor menyampaikan maksimal.Analisis situasi berurusan
capaian yang diraih sehingga Bidan dengan informasi yang
lebih semangat. Semua informan mencerminkan masalah-masalah
menyatakan belum ada reward yang ada di lapangan.Pada Bikor
untuk capaian ASI Eksklusif dan ASI yang melakukan analisis
Eksklusif tidak menjadi situasi,masalah yang kerap terjadi di
fokus/prioritas di masing-masing sini adalah Bikor terbiasa dengan
Puskesmas. informasi rutin untuk pelaporan. Data
Untuk hal komunikasi, selama ini ASI Eksklusif dari Bidan Desa
komunikasi berupa pertemuan rapat, terbiasa dipakai untuk mengukur

80
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

hasil,sedangkan tentang proses ASI Eksklusif. Tidak adanya rencana


dalam program tidak tersedia dalam kerja juga mengakibatkan
datasehingga Bikor kurang pelaksanaan program tidak dapat
mendalam untuk menggali informasi diukur kemajuan dan
permasalahan ASI Eksklusif di ketercapaiannya. Dalam undang-
wilayah kerjanya. 11 undang telah diatur pendanaan
Identifikasi dan analisis untuk ASI Eksklusif namun dalam
masalah yang ditemukan pada praktiknya di Puskesmas dari hasil
Program ASI Eksklusif masih penelitian didapatkan bahwa selama
berasal dari masyarakat belum ini ASI Eksklusif belum ada
menganalisis dari petugas pendanaan khusus dan masih ikut
kesehatannya. Pada hampir seluruh kegiatan lain seperti Posyandu dan
Puskesmas penelitian, Program ASI Kelas ibu dan rata-rata masih
Eksklusif tidak menjadi Prioritas dan dilakukan dalam bentuk penyuluhan.
cakupannya selama ini tidak menjadi Pengorganisasian dalam Program
prioritas masalah Puskesmas ASI Eksklusif
masing-masing. Terkait capaian ASI Tidak adanya pembentukan
Eksklusif bukan menjadi prioritas tim Program ASI Eksklusif ini
masalah yang hendak diselesaikan mengakibatkantugas dan tanggung
Puskesmas, sesuai dengan hasil jawabpada program tidak jelas.
penelitian Murwati, Ipuk Dwiana Selain hal tersebut Koordinasi lintas
(2005) dimana menyebutkan bahwa program dan sektoryang menjadi
faktor yang menghambat pemberian tupoksi Bikor Puskesmasbelum
ASI Eksklusif di desa Paremono dilaksanakan dengan baik. Peran
Kecamatan Mungkid, Kabupaten petugas promosi kesehatan dan
magelang salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat dimana
program PP ASI Eksklusif bukan menurut Kasie Kesga Dinkes bagian
prioritas Puskesmas.12Selain hal tersebut berperan, masih belum
tersebut, penentuan tujuan program muncul di beberapa Puskesmas
tidak konkret, tidak terdapat yang diteliti.Hampir serupa dengan
penyusunan rencana kegiatan penelitian Putri, Pratiwi (2009)
karena selama ini ASI Eksklusif bahwa Program ASI Eksklusif di
sebagian besar dilakukan melalui Puskesmas srondol tidak dilakukan
penyuluhan dan pada saat pembentukan tim karena sudah
kunjungan neonatal.Hal tersebut kewajiban bidan sebagai tenaga
dapat dikarenakan tidak adanya kesehatan dalam pelaksanaan ASI
dana dan belum ada pembahasan Eksklusif. 13
lebih lanjut di tingkat Dinas Penggerakan dalam Program ASI
Kesehatan. Intervensi ASI Eksklusif Eksklusif
dari tahun ke tahun hanya dalam Motivasi yang dimiliki oleh
bentuk penyuluhan, sehingga Bidan Koordinator dan Bidan desa
penyuluhan sudah dirasa tidak dapat berupa motivasi intrinsic dan
optimal lagi untuk pemberian ekstrinsic. Hal tersebut dapat dilihat
informasi ASI Eksklusif karena dari tanggung jawab bidan dalam
terkendala oleh adat-istriadat memberikan penyuluhan ASI
masyarakat yang masih tidak Eksklusif ke masyarakat sebagai
percaya untuk memberikan ASI tugas profesinya selain itu dengan
Eksklusif hingga 6 bulan. Jadi disampaikannya cakupan dari
dibutuhkan suatu terobosan dalam masing-masing desa akan membuat
peningkatan kesadaran memberikan Bidan termotivasi untuk

81
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

meningkatkan capaiannya yang peningkatan kompetensi bidan


15,16
mungkin masih rendah. Namun desa.
Bidan setelah mengetahui ibu komunikasi internal sudah
menyusui tidak memberi ASI secara terjalin dengan baik namun
eksklusif hingga 6 bulan tidak ada komunikasi eksternal dengan lintas
tindakan dari Bidan Desa jadi hanya sektor belum terjalin dengan baik
selama tugasnya memberikan sehingga dapat mempengaruhi
informasi selesai merasa tidak pelaksanaan Program ASI Eksklusif
berhak memantau dan ngawasi ibu itu sendiri.
menyusui untuk memberikan ASI Kepemimpinan dalam konteks
Eksklusifnya hingga 6 bulan. Hal organisasi utamanya menekankan
tersebut dapat dipengaruhi oleh pada fungsi pengarahan yang
tidak adanya reward dan himbauan meliputi memberitahu, menunjukkan,
yang tegas kepada Bidan Desa dan memotivasi bawahan. Hal
untuk menyukseskan ASI Eksklusif tersebut telah diterapkan oleh Bikor
hingga 6 bulan. Selain itu, persepsi berupa arahan dengan memberitahu
adat istiadat yang kental menjadi dan menunjukkan serta memberikan
hambatan petugas kesehatan untuk semangat untuk memotivasi Bidan
menyukseskan ASI Eksklusif hingga Desa. Menurut informan triangulasi,
6 bulan. Dalam buku pedoman terdapat Bikor yang memiliki gaya
Bidan Koordinator Puskesmas, salah kepemimpinan demokratis dan
satu fungsi Bikor adalah santai. Dalam kepemimpinan
bekerjasama dengan pimpinan demokratis ditemukan peran serta
puskesmas mengusulkan pemberian bawahan dalam pengambilan
penghargaan terhadap bidan keputusan yang dilakukan secara
berprestasi, kesempatan untuk musyawarah. Hubungan dengan
peningkatan pendidikan dan bawahan dibangun dengan baik.
pengembangan karir bidan.14 Upaya Sedangkan pada Bikor dengan gaya
tersebut belum terlihat di hampir kepemimpinan santai peranan
semua puskesmas yang diteliti pimpinan hampir tidak terlihat karena
sehingga upaya motivasi dirasa segala keputusan diserahkan
masih kurang. Walaupun motivasi kepada bawahan, jadi setiap
penyuluhan sudah dirasa baik oleh anggota organisasi dapat melakukan
subjek penelitian ibu menyusui, kegiatan masing-masing sesuai
namun kenyataannya belum dapat kehendak masing-masing pula. Hal
mengubah perilaku ibu untuk tersebut terbukti bahwa masing-
menyusui bayinya hingga bayi masing Bidan Desa melaksanakan
berumur 6 bulan. Motivasi kegiatan ASI Eksklusif dengan cara
mempengaruhi kinerja bidan seperti yang berbeda-beda antara desa satu
penelitian Sukri Palutturi, Nurhayani, dengan desa lain karena kehendak
dan Nurhamsa Mandak (2006) masing-masing Bidan Desa. 14
bahwa motivasi mempunyai Pengawasan dalam Program ASI
hubungan dengan kinerja bidan di Eksklusif
Puskesmas. Selain itu dalam Pemantauan untuk program
penelitian Nirmala Ahmad Ma’ruf, seharusnya 3-4 bulan namun tidak
siswanto (2010) juga menyatakan dapat dilakukan berkala di semua
hasil penelitiannya bahwa motivasi desa karena kondisi geografis yang
bidan desa mempunyai pengaruh tidak memungkinkan.Pemantauan
yang sangat signifikan terhadap pada tugas dan tanggung jawab

82
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

para petugas belum benar-benar a. Data dan Informasi terkait ASI


dilakukan Bikor. Eksklusif dilakukan evaluasi dan
Evaluasi yang dilakukan belum direncanakan strategi
optimal untuk perbaikan mutu Peningkatannya.
sehingga strategi penyelesaian b. Sesuai Perbup Magelang no. 56
masalah kurang efektif. Evaluasi tahun 2013, ASI Eksklusif
dilakukan pada program KIA secara menjadi “program” yang wajib
umum tidak khusus untuk ASI bukan hanya “kegiatan” yang
Eksklusif oleh sebab itu setiap bulan selama ini dilakukan oleh semua
hanya disampaikan cakupannya dan Puskesmas.
dikembalikan lagi ke Bidan Desanya c.Mengusahakan pendanaan
bagaimana capaian bisa meningkat. Program ASI Eksklusif sesuai
Seperti penyelesaian masalah PP RI no. 33 tahun 2012 pasal
melalui penyuluhan dan tidak ada 38 yakni dari APBN, APBD, atau
upaya lain yang dilakukan guna sumber lain yang sah sesuai
memperbaiki Program ASI Eksklusif. ketentuan peraturan perundang-
Tindakan koreksi kepada Bidan undangan
karena membiarkan ibu tidak 2. Bagi Puskesmas
menyusui eksklusif belum dilakukan a.Meningkatkankerjasama lintas
sehingga tidak memberikan efek sektor dengan kecamatan,
jera. tokoh agama, tokoh
Jadi dapat disimpulkan dalam masyarakat, PKK dll.
pelaksanaan program ASI Eksklusif, b.Kerjasama dengan kelompok
pengawasan sangat mempengaruhi tani masing-masing desa untuk
keberhasilan namun pengawasan menyediakan semacam bilik
yang dilakukan oleh Bikor menyusui atau penyimpanan
Puskesmas belum maksimal. ASI perah.
c.Meningkatkan kualitas
SIMPULAN pelayanan dengan menguatkan
1. Bidan Koordinator Puskesmas kemampuan manajerial Bikor
merupakan Bidan Senior 3. Bagi Bidan Koordinator
dengan masa kerja rata-rata 10 a.Menyusun
tahun, sebagian Bikor perencanaankegiatan program
merangkap dampingi desa (Plan of Action) setiap awal
sehingga tugasnya bertambah tahun untuk program ASI
selain dalam manajerial. Eksklusif
2. Perencanaan Program ASI b. Meningkatkankerjasama
Eksklusif oleh Bikor belum dengan organisasi profesi seperti
optimal Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
3. Pengorganisasian dalam untuk meningkatkan Program
Program ASI Eksklusif oleh KIA khususnya ASI Eksklusif.
Bikor belum maksimal c.Menerapkan pola intervensi
4. Penggerakan dalam Program bekerjasama dengan tokoh
ASI Eksklusif oleh Bikor belum agama setempat melalui jalan
efektif dakwah surat Al Baqarah ayat
5. Pengawasan dalam Program 233 tentang menyusui.
ASI Eksklusif belum maksimal. 5. Bagi Mahasiswa
a.Perlu dilakukan penelitian lebih
SARAN lanjut mengenai upaya terobosan
1. Bagi Dinkes Kabupaten Magelang Program ASI Eksklusif

83
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

b.Mahasiswa dapat mempelajari 9.Dinkes Kab.Magelang.Profil


lebih mendalam mengenai pola- Kesehatan Kabupaten Magelang
pola intervensi ASI Eksklusif 2011.Magelang: Dinkes Kabupaten
Magelang. 2011.
DAFTAR PUSTAKA 10.Departemen Kesehatan,
1.Pusat Komunikasi Publik, Direktorat JenderalBina Kesehatan
Sekretariat Jenderal Kementerian Masyarakat.Pedoman Bidan
Kesehatan RI. Bupati/Walikota Koordinator. Jakarta:Depkes RI.
Berperan Capai Target MDGs. 2010.
Jakarta: Kementerian Kesehatan 11.Kelompok Kerja Kebijakan dan
RI. 2011 Manajemen UGM. Analisis Situasi.
2.Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Online http://www.perencanaan-
Profil Kesehatan Jawa Tengah kmpk.ugm.ac.id/id/dtps/c05yu3.htm
2010. Semarang: Dinkes 12.Murwanti, Ipuk Dwiana. Beberapa
Provinsi Jawa Tengah. 2010. Faktor yang Mempengaruhi
3.Dinkes Kabupaten Magelang. Praktek Pemberian ASI Eksklusif
Profil Kesehatan Kabupaten pada Bayi Umur 0-4 bulan di Desa
Magelang 2012. Magelang: Dinkes Paremono Kecamatan Mungkid
Kabupaten Magelang. 2012. Kabupaten Magelang. Skripsi.
4.Dinkes Kabupaten Magelang. Data Semarang : Universitas
Dasar Kesehatan Anak Dinkes Diponegoro. 2005.
Kabupaten Magelang 2013. 13.Pratiwi, Putri. Analisis Fungsi-
Magelang: Dinkes Kabupaten fungsi manajemen pada Program
Magelang. 2013. Pemberian ASI Eksklusif di wilayah
5.Safrida Nurwihda, Ispriyanti Dwi, kerja Puskesmas Srondol
Widiharih Tatik. Aplikasi Model Semarang tahun 2008 (studi
Regresi Poisson Tergeneralisasi kualitatif). Semarang : Universitas
pada Kasus Angka Kematian Bayi Diponegoro. 2009.
di Jawa Tengah Tahun 2007. 14.Herlambang Susatyo, Murwani
Jurnal Gaussian, Volume 2, Arita. Cara Mudah Memahami
Nomor 4, Tahun 2013, Halaman Manajemen Kesehatan dan Rumah
361-368 Sakit. Yogyakarta : Gosyen
6.Aprilia, Yesie. Analisis Sosialisasi Publishing. 2012.
Program Inisiasi Menyusui Dini dan 15.Palutturi Sukri, Nurhayani,
Asi Eksklusif Kepada Bidan di Nurhamsa Mandak. Determinan
Kabupaten Klaten. Semarang: Kinerja Bidan di Puskesmas tahun
Pasca Sarjana UNDIP 2009. 2006. Jurnal Manajemen
7.Direktorat Jendral Bina Gizi dan Pelayanan Kesehatan, Volume 10,
KIA Kementrian Kesehatan RI. No. 04 Desember.2007, halaman
Rencana Kerja Pembinaan Gizi 195-200
Masyarakat Tahun 2013 dan 16.Ahmad Ma’ruf Nirmala, Siswanto.
Pekan ASI sedunia. Jakarta: Pengaruh Motivasi terhadap
Direktorat Jendral Bina Gizi dan peningkatan Kompetensi Bidan
KIA Kementrian Kesehatan RI. Desa di Kabupaten Malang.
2013. Jakarta: Pusat Penelitian Sistem
8. Dinkes Kab. Magelang. dan Pengembangan Kebijakan
ProfilKesehatan Kabupaten Kesehatan. 2010.
Magelang 2010. Magelang: Dinkes
Kab. Magelang. 2010

84

You might also like