Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Potret Kesehatan Perempuan Korban Kekerasan…(Annisa, Nurohma, Puspa )

POTRET KESEHATAN PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM


RUMAH TANGGA (STUDI KASUS DI PUSAT PELAYANAN TERPADU
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KALIMANTAN TIMUR)

A Potrait of Health of Women Who Are The Victims of Domestice Violence (A Case
Study from The Integrated Service of Women and Child Empowerment in East
Kalimantan)

Annisa Nurrachmawati*, Nurohma, Puspa Mustika Rini


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur
*Email: nasywa_mzi@yahoo.com

Abstract
Background:Violence against women is a global problem that has been widely discussed. Violence can result
in physical, mental, sexual, reproductive health and other health problems.
Objectives:This research aimed to collect information about health condition of women as victims of
domestic violence. This was a case study obtained from the P2TP2A (Integrated Service for women and
children empowerment) in East Kalimantan in 2011.
Methods: This was a qualitative study using theinterpretative phenomenological analysis. In-depth
interviews were conducted to collect information from informants. The main informants were six victims of
domestic violence, a key informant was the psychologist who treated victims, and a supporting informant
was the head of P2TP2A.
Results:Some victims also suffered from reproductive tract infections as a result of domestic violence. The
prominent consequence was the mental aspect such asdepressions and suicide attempts Some victims were
even admitted to the psychiatric hospital. Children frequently witnessed and experienced the negative effects
of violence.
Conclusions: Victims had experiencedmultiple forms of violence, including physical, economic, sexual,
psychological violence and family neglect. Physical violence left some scars, some were permanent.

Key words: Domestic violence, violence against women, P2TP2A

Abstrak
Latar Belakang: Kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah global yang banyak dibicarakan saat
ini. Berbagai masalah kesehatan meliputi dampak fisik,mental dan kesehatan reproduksi dapat muncul
sebagai dampak kekerasan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi yang mendalam mengenai potret kesehatan
perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga studi kasus di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak Provinsi Kalimantan Timur 2011.
Metode:Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretive Fenomenologi.
Wawancara mendalam digunakan untuk menggali data. Informan utama terdiri dari 6 korban KDRT, 1
orang psikolog yang menangani korban sebagai informan kunci dan kepala P2TP2A sebagai informan
pendukung.
Hasil: Kekerasan fisik menimbulkan bekas luka bahkan ada yang sifatnya permanen. Korban mengalami
infeksi pada saluran reproduksi. Dampak menonjol terutama pada aspek mental, depresi,percobaan bunuh
diri hingga ada yang dirawat di rumah sakit jiwa. Anak juga kerapkali meyaksikan dan menerima dampak
yang buruk dari kekerasan.
Kesimpulan: Korban telah menerima lebih dari satu bentuk kekerasan dari suaminya yang meliputi bentuk
kekerasan fisik, ekonomi, seksual, psikis dan penelantaran rumah tangga.

Kata kunci: KDRT, kekerasan terhadap perempuan, P2TP2A

Naskah masuk: 18 Januari 2012, Review: 15 Februari 2012, Disetujui terbit: 18 April 2012

PENDAHULUAN masalah global yang banyak dibicarakan saat


ini. Diperkirakan paling sedikit satu diantara
Kekerasan terhadap perempuan merupakan lima penduduk perempuan di dunia pernah
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 1, April 2013 : 24 – 37

mengalami kekerasan yang dilakukan oleh mental, perilaku tidak sehat serta gangguan
pria1. Akhir-akhir ini, KDRT makin marak di kesehatan reproduksi. Baik dampak fatal
masyarakat, terutama KDRT yang terjadi maupun non fatal, semuanya menurunkan
pada istri. Komnas perempuan menyatakan kualitas hidup perempuan.7
bahwa bentuk kekerasan terhadap perempuan
yang paling sering terjadi adalah Kekerasan Dengan melihat serangkaian fakta diatas,
Dalam Rumah Tangga (KDRT).2 maka tidak berlebihan jika dikatakan KDRT
merupakan bagian dari isu kesehatan
Laporan WHO tahun 2002 mengenai masyarakat yang patut diperhatikan.
“Violence and Health” (Kekerasan dan Diperlukan studi tentang kesehatan wanita
Kesehatan) menunjukkan kualitas kesehatan dan KDRT terhadap wanita, merekomendasi-
perempuan menurun drastis akibat kekerasan kan dan meminta langkah nyata dari pembuat
yang dialaminya. Hal tersebut dibuktikan kebijakan serta sektor kesehatan masyarakat
bahwa antara 40-70 persen perempuan yang untuk menambah anggaran kesehatan dan
meninggal karena pembunuhan, umumnya kemanusiaan, termasuk mengikutsertakan
dilakukan oleh mantan atau pasangannya program pencegahan kekerasan dalam
sendiri.3 Studi yang dilakukan WHO di 10 lingkup kegiatan social.8
negara menunjukkan 15-71 persen wanita
mengalami kekerasan fisik atau seksual yang Provinsi Kalimantan Timur yang merupakan
dilakukan oleh suami atau pasangannya.4 provinsi sedang berkembang, dengan
Hingga saat ini Indonesia belum mempunyai didukung oleh masyarakat yang memiliki
statistik nasional untuk tindak ritme hidup yang cukup tinggi, ini ternyata
KDRT. Pencatatan data kasus KDRT dapat berdampak terhadap rentannya tindak
ditelusuri dari sejumlah institusi yang kekerasan dalam rumah tangga. Jumlah
layanannya terkait sebagaimana diatur dalam tindak kekerasan terhadap perempuan di
UU Penghapusan KDRT dan Peraturan Provinsi Kalimantan Timur sepanjang tahun
Pemerintah No. 4 tahun 2006 tentang 2007 tercatat sebanyak 478 kasus dari 13
Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan kota diantaranya: Samarinda, Balikpapan,
Korban kekerasan Dalam Rumah Tangga. Kutai Kartanegara, Bontang, Kutai Timur,
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Pasir, Bulungan, Kutai Barat, Penajam Paser
Perempuan atau disebut Komnas Perempuan, Utara, Malinau, Nunukan, Tarakan dan Berau.
mencatat bahwa di tahun 2006 sebanyak Samarinda yang merupakan bagian dan Ibu
22.512 kasus kekerasan terhadap perempuan Kota dari Kalimantan Timur memiliki jumlah
dilayani oleh 258 lembaga di 32 propinsi di kasus kekerasan tertinggi, dengan jumlah 114
Indonesia 74 persen diantaranya kasus KDRT kasus.9 Hal ini menunjukkan dari 100 persen
dan terbanyak dilayani di Jakarta (7.020 kasus kekerasan terhadap perempuan di
kasus) dan Jawa tengah (4.878 kasus).5 Kalimantan Timur sebanyak 23,85 persen
terjadi di Samarinda. Pada tahun 2008 jumlah
Data tahun 2007 Mitra Perempuan Women’s kekerasan di Samarinda meningkat menjadi
Crisis Center (WCC) 6 mencatat 87 persen 164 kasus dan tahun 2009 menjadi 172 kasus
dari perempuan korban kekerasan yang kekerasan terhadap perempuan.9 Data
mengakses layanannya mengalami KDRT, tersebut tentu belum dapat mewakilkan
dimana pelaku kekerasan terbanyak adalah keberadaan seluruh perempuan yang pernah
suami dan mantan suaminya (82,75%). Fakta mengalami kekerasan. Karena seperti yang
tersebut juga menunjukkan 9 dari 10 kita ketahui, sebagian perempuan
perempuan korban kekerasan yang menganggap kekerasan sebagai aib, sehingga
didampingi WCC mengalami gangguan lebih memilih untuk berdiam diri dengan
kesehatan jiwa, 12 orang pernah mencoba kekerasan dari pada membongkar masalah
bunuh diri; dan 13,12 persen dari mereka rumah tangga mereka ke masalah umum.
menderita gangguan kesehatan reproduksinya.
Kekerasan terhadap perempuan dapat Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
berdampak fatal berupa kematian, upaya Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi
bunuh diri dan terinfeksi HIV/AIDS. Selain Kalimantan Timur merupakan pusat kegiatan
itu, kekerasan terhadap perempuan juga terpadu yang menyediakan pelayanan bagi
dapat berdampak non fatal seperti gangguan perempuan dan anak korban kekerasan di
kesehatan fisik, kondisi kronis, gangguan Provinsi Kalimantan Timur yang meliputi :
Potret Kesehatan Perempuan Korban Kekerasan…(Annisa, Nurohma, Puspa )

Pelayanan informasi, konsultasi, psikologis, mengambil data di lapangan) dengan


hukum, pendampingan dan advokasi, serta pendekatan interpretive fenomenologydimana
pelayanan medis dan rumah aman (Shelter). peneliti berusaha memahami arti peristiwa
Lembaga yang pada tahun 2009 baru dan kaitannya terhadap orang-orang biasa
didirikan di Samarinda ini, bisa merupakan dalam situasi-situasi tertentu. Waktu
tempat teraman bagi para korban kekerasan penelitian dilakukan yaitu bulan Maret 2011.
dalam rumah tangga. Selain tempat untuk Sedangkan lokasi penelitian adalah wilayah
mengadu, mereka dapat perlindungan hak cakupan korban kekerasan dalam rumah
penuh dari lembaga tersebut.Walaupun baru tangga yang berada dalam penanganan Pusat
saat ini keberadaannya telah menjadi Shelter Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
untuk 27 korban kekerasan diantaranya kasus Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kalimantan
KDRT di Kalimantan Timur termasuk Timur.
Samarinda. Kasus KDRT yang ditangani
pada tahun 2009 sebanyak 4 korban yang Pada penelitian fenomenologi sampel yang
terlapor dan di tahun 2010 meningkat diambil adalah sampel yang pernah
menjadi 17 korban terlapor. Dengan adanya mengalami substansi yang akan diteliti
data yang dimiliki tersebut akan (Cresswell, 1998). Dengan melalui
mempermudah mencari dan menggali wawancara yang mendalam (intensive
informasi secara langsung kepada korban interview, in-depth interview) dan berhenti
yang mengalami kekerasan dalam rumah ketika tidak ada informasi baru lagi (Hamidi,
tangga. 2008).

Tulisan ini adalah bagian dari penelitian Jumlah informan dalam penelitian ini
tentang potret kesehatan perempuan korban berjumlah 8 orang yang terdiri dari 6 korban
kekerasan dalam rumah tangga yang KDRT sebagai informan utama, 1 orang
bertujuan memberikan informasi mendalam psikolog yang menangani korban di P2TP2A
mengenai potret kesehatan perempuan sebagai informan kunci dan 1 petugas yang
korban kekerasan dalam rumah tangga hasil bekerja di P2TP2A sebagai informan
studi kasus di Pusat Pelayanan Terpadu pendukung. Berdasarkan data yang ada untuk
Pemberdayaan Perempuan dan Anak Propinsi kasus kekerasan secara umum yang data
Kalimantan Timur tahun 2011. kasusnya masih menjadi penanganan di
P2TP2A berjumlah 37 kasus. Tahun 2009
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebanyak 4 kasus, 2010 sebanyak 17 kasus
yaitu sebagai berikut: dan 2011 sampai Maret terdapat 6 kasus
1. Memperoleh informasi mengenai dan ini didominasi oleh kasus KDRT
pengalaman korban kekerasan dalam sebanyak 27 kasus. Data kasus tahun 2010
rumah tangga yang meliputi bentuk, menjadi pilihan peneliti karena pada tahun
frekuensi, tempat terjadinya dan tersebut dianggap terbanyak.
penyebab kekerasan dalam rumah
tangga studi kasus di Pusat Pelayanan HASIL
Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Informan pada penelitian ini telah menikah
Anak (P2TP2A) Provinsi Kalimantan dengan umur pernikahan yang beragam, ada
Timur 2011. yang relatif cukup lama, yaitu selama 21
2. Memperoleh informasi mengenai tahun dan 10 tahun kemudian bercerai
dampak dari sisi kesehatan fisik,mental dikarenakan kasus KDRT. Adapula yang usia
dan kesehatan reproduksi korban pernikahannya masih tergolong muda yaitu 1
kekerasan dalam rumah tangga studi tahun dan 3 tahun. Semua informan
kasus di Pusat Pelayanan Terpadu menjalani masa pacaran sebelum menikah,
Pemberdayaan Perempuan dan Anak baik untuk waktu satu tahun atau kurang dari
(P2TP2A) Provinsi Kalimantan Timur satu tahun masa pacaran. Lama atau
2011. singkatnya masa pacaran memang tidak
dapat dijadikan tolak ukur pasangan tersebut
METODE telah saling mengenal kepribadian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang masing-masing. Kekerasan yang terjadi sejak
bersifat cross sectional study (1 kali masa pacaran dapat dijadikan pertanda
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 1, April 2013 : 24 – 37

bahwa kekerasan tersebut dapat berlanjut di korbannya, seperti diungkapkan oleh


dalam masa perkawinan. Saat ditanya informan berikut ini:
mengenai apakah mereka mengalami “...ditutup semua ini pintu jendela ga
kekerasan saat masa pacaran, semua boleh keluar saya...dia ambil uang saya
informan menjawab mereka tidak pernah itu 600 ribu untuk main judi, 600 ribu
mengalami kekerasan saat pacaran. Ada yang saya untuk masukkan TK anakku
menyatakan bahwa masa pacaran mereka sekalinya dia ambil untuk main judi
hanya berjalan dalam waktu singkat atau sampe saya nangis...ya saya ndak
hubungan jarak jauh sehingga intensitas dibolehkan tidur di rumah itu tidur di
pertemuan rendah, karena itu mereka tidak emperan sama anakku...”(SK: 30 Maret
mengalami kekerasan dalam bentuk apapun. 2011)
Selain itu, terdapat informan yang
menyatakan mereka sebenarnya telah Pengakuan diatas menunjukkan ada korban
mengetahui bahwa calon suami merupakan yang mengalami kekerasan ekonomi dan
pengguna narkoba, tetapi tetap menikah penelantaran rumah tangga, adapula yang
karena orang tua meyakinkannya bahwa mengalami kekerasan seksual yang diiringi
perilaku buruk tersebut akan berubah setelah dengan kekerasan fisik. Setiap kali suami
perkawinan. Keyakinan yang di kemudian meminta berhubungan intim korban selalu
hari tidak terbukti karena justru penggunaan mengalami kekerasan seksual.
narkoba berlanjut dan memicu terjadinya
KDRT. "seksual iya...setiap anu itu dia
kepengen kayak gitu kebanyakan mukul
Bentuk Kekerasan Domestik yang Dialami dalam keadaan nangis digitukan, dalam
Informan keadaan haid digitukan." (gitu:
Dari hasil wawancara mendalam diketahui berhubungan intim) (MK: 1 April 2011)
bahwa korban telah menerima lebih dari satu
bentuk kekerasan dari suaminya selama Kekerasan seksual dalam bentuk apapun
hidup berumah tangga. Kekerasan yang yang dialami perempuan akan
diterima merupakan gabungan bentuk mempengaruhi sistem organ reproduksinya.
kekerasan yang meliputi bentuk kekerasan Dari hasil wawancara ada informan utama
fisik, ekonomi, seksual, psikis dan yang dengan terbuka menceritakan bahwa
penelantaran rumah tangga. Berikut telah mengalami kekerasan seksual. Berikut
ungkapan mengenai bentuk-bentuk kekerasan ungkapan mengenai kekerasan seksual yang
yang mereka alami: dialaminya:

"dipukul sama tangan kosong aja sih… “kalo menyimpang ada sih mba cuman
Paling kalau dia jengkel ngelempar ya mungkin anu kali ya seperti kalo saya
barang atau ngancurkan barang cape dipaksa gitu maksudnya terus iya
dirumah ya tergantung kalo aku bisa sih itu sambil jualan-jualan itu kan mba
hindar ya ga kena." (RR: 6 April 2011) jadi kalo saya apa saya bilang ga enak
badan gitu kan, karna saking
"dipukul dengan tangan mba tapi juga kecapeannya dia sering memaksa
kadang dengan apa yang dipegang itu walaupun saya sampe badan saya
dia lempar ke saya mba… Pernah mba meriang”(PA: 4 April 2011)
tapi lebih seringnya tidak mba karena
saya lebih sering cepat menghindar mba Pemaksaan dalam hubungan intim yang
kalo dipukul kan saya tidak tau kapan diterima informan tidak bisa dihindari karena
dia ingin memukul jadi saya lebih bisa kekuasaan akan tubuh istrinya kadang
untuk mengindar mba, tapi dilempar disalahartikan suami tanpa memperdulikan
saya masih bisa mba." (SH:12 April kondisi istri dan informan utama hanya bisa
2011) pasrah. Seperti pernyataan informan utama
berikut:
Selain kekerasan fisik, informan mengalami
pula kekerasan ekonomi dan penelantaran “ya kadang anu ai pasrah aja kayak
yang bahkan melibatkan anak sebagai gitu…paling jawabnya sembarang
Potret Kesehatan Perempuan Korban Kekerasan…(Annisa, Nurohma, Puspa )

kalo…dia malah bilang kayak gini Ungkapan-ungkapan informan di atas


“ tempemu itu untuk siapa?” katanya mengindikasikan pengalaman korban
kayak gitu kalo, “ada cowokmu kah, mengenai bentuk kekerasan ganda yang
kamu simpankan kalo bukan untuk dialami berbeda-beda namun apapun bentuk
suami” ndak ngerti gitu.” (Tempe : kekerasan tersebut jelas pada akhirnya sangat
Vagina) (MK: 1 April 2011) mempengaruhi psikis korban apalagi
kekerasan yang diterima lebih dari satu
Untuk kekerasan psikis biasanya dialami
bentuk kekerasan.
informan utama sebagai akibat dari
kekerasan yang dialami sebelumnya seperti
Frekuensi Mengalami Kekerasan
pernyataan informan berikut:
Tidak ada kekerasan yang hanya terjadi satu
“yang paling sering diterima ya ga
kali. Kekerasan itu berulang, bila semakin
dinafkahi, dia itu nyakitin batin itu nah
sering faktor pemicu tersebut muncul maka
mba, iya dia itu diam-diam main
semakin sering kekerasan terjadi. Seperti
perempuan, make obat-obatan kayak
pernyataannya sebagai berikut:
gitu itu, shabu-shabulah apalah.”
(BW:29 Maret 2011)
“oh itu sudah sering mba…biasanya
Kekerasan yang dialami informan seringkali kalo dia lagi emosi tinggi…karna ndak
lebih dari satu jenis kekerasan. Kekerasan ada pekerjaan…mabuk-mabukan.”(PA:
psikis juga sering menyertai kekerasan 4 April 2011)
seksual dan kekerasan fisik. Kekerasan psikis
yang kerap diterima adalah para informan Namun ada pula korban yang mengalami
dipanggil dengan sebutan yang tidak layak. frekuensi kekerasan fisik hanya 2 kali selama
Sebagaimana pernyataan informan berikut pernikahan tetapi untuk kekerasan ekonomi
ini: bahkan diterimanya setiap hari.
"Seksual iya, kadang kalo pulang mabok Pernyataan-pernyataan informan bahwa
itu ya kadang dipukul… Pernah nampar, frekuensi kekerasan berulang didukung oleh
nampar pernah… Tempeleng, banting… informan kunci yaitu kepala P2TP2A.
Kalo misalnya narik baju gitu ditariknya Berikut hasil wawancara mendalam
ya dibanting gitu sih…Anjing, lonte
gitu… kebanyakan dibilangi anjing." “tahun 2005 sekali tahun 2008 sekali,
(MK: 1 April 2011) cuman 2 kali aja dia pukul, iya itu aja
"Saya biasa ditampar, dipukul, kalo masalah pukulnya…ya misalnya
ditendang, dihina… Oh, banyak mba kalo minta uang itu tiap hari, untuk
saya kadang sering banget saya dikatain main judi kalo ndak dikasih marah
lonte, anjing begitu mba… Pukulan mba, dia.”(SK: 30 Maret 2011)
pukulan dipipi ditampar." (lonte: pelacur)
(SH: 12 April 2011) Tempat Terjadinya KDRT
Tempat terjadinya KDRT adalah di
Kekerasan berganda yang dialami para lingkungan biasanya istri mendapat
korban tersebut juga dinyatakan oleh kekerasan yaitu di rumah sendiri, rumah
informan kunci yaitu kepala P2TP2A sebagai kerabat, tempat kerja maupun tempat umum.
berikut: Dari hasil wawancara informan utama yaitu
korban menyebutkan bahwa kekerasan yang
“jadi umumnya itu mereka terkena fisik mereka alami utamanya terjadi di rumah
dan psikis yah jadi tidak pernah terjadi mereka sendiri dengan pernyataan yang sama
hanya fisik saja gitu ya atau psikis saja seperti dibawah ini:
jadi akan menjadi satu gabungan
apabila telah terjadi kekerasan secara “ini di ini di kamar ini dirumahku ini
psikis pada akhirnya ke fisik yah atau sampai saya siup, keluar darah itu
sebaliknya mulai dengan fisik dulu mungkin ada setengah gelas itu ngalir di
kemudian nanti berlanjut dengan psikis, karpet ini…ndak ada orang liat cuma dia
penelantaran dibawah dari ee..kasus sendiri yang anu itu yang ngelap itu…”
itu.”(KPL: 18 April 2011) (SK : 30 Maret 2011)
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 1, April 2013 : 24 – 37

“kalo ndak salah dia mukul aku pas di Tingginya kebutuhan rumah tangga dan
samping kulkas oah…pokoknya dicekek tuntutan gaya hidup hedonis, serta rendahnya
sudah aku tu dihajar sekuat-kuatnya nah kemampuan suami sebagai kepala rumah
aku mikir dalam hatiku kalo aku ndak tangga memenuhinya menjadi stresor
ngelawan ini mati aku, ku tendang lari tersendiri yang memicu terjadinya kekerasan.
aku ke luar, menghindar ku tendang Sebagaimana diungkap berikut:
jatoh, lari aku ke luar…ke tempat
tetangga…” (RR : 6 April 2011) “karena uang…ya kerjanya itu
serabutan mba, waktu awal nikah itu dia
Tetapi adapula korban yang selain masih ada lah kerjaan- kerjaan
menerima kekerasan di rumah mereka panggilan, tapi belakangan ini sudah
sendiri juga menerima kekerasan di tidak ada jadi dia ya gitu…” (SH: 12
tempat umum dan rumah kerabat. Berikut April 2011)
pernyataannya:
“anjing, lonte gitu…itu paling anu kalo
“di pasar malam di atas itu sekali, di
kadang ko gajinya tinggal segini 500
sini sekali di dalam rumah.”(SK: 30 padahal gajinya ndak kayak gini kalo,
Maret 2011) kalo kurang katanya jual diri aja gitu.”
“kalau di tempat temennya pernah tapi (MK: 1 April 2011)
temennya ndak tau…”(MK: 1 April
2011) Faktor perselingkuhan juga diakui informan
dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan.
Informan pendukung juga mempertegas
Seperti inilah ungkapannya:
pernyataan informan-informan utama dengan
pernyataan seperti berikut: “…dia teleponan terus sama cewe, sms
an terus sama cewe pake
“yang jelas di dalam rumah…“ kalo sayang-sayang.” (BW : 29 Maret 2011)
misalkan tindakan KDRT itu dilakukan
misalkan di luar akhirnya di sana banyak Hal ini juga disampaikan oleh informan
orang yang jelas kan ga sevulgar seperti pendukung yaitu psikolog korban dimana
pada saat dilihat orang kan ya itu aja.” perselingkuhan menjadi penyebab kekerasan
(PSI: 18 April 2011) dengan ungkapan sebagai berikut:
Rumah memang menjadi tempat yang
„aman‟untuk melakukan tindak kekerasan “si istri ini ee…dituduh gitu ya dituduh
karena merupakan wilayah privasi bagi macem-macem ee…sama si suami,
keluarga . kecuali di dalam rumah terdapat sedangkan si suami sendiri dia memang
anggota keluarga di luar anggota keluarga inti punya niat untuk menceraikan istri itu
seperti ibu mertua atau kakak ipar maka sendiri karena dia punya yang lain…”
pelaku tidak berani untuk bertindak kasar. Hal (PSI: 18 April 2011)
ini sesuai pernyataan informan kunci yaitu
kepala P2TP2A. Faktor dominasi suami juga ditemukan dalam
penelitian menjadi penyebab timbulnya
“...umumnya tidak berani si suami itu
kekerasan. Seperti pengakuan informan
katakanlah misalnya di rumah itu ada
utama berikut ini:
kakaknya atau ada mamanya ya itu tidak
terjadi atau tak kala keluarga lainnya
“…kalo misalnya itu disuruh anu
datang bertamu itu tidak berani tapi
misalnya kayak pecemburuan juga sih
begitu ga ada ya hanya anak-anak saja
mba, kalo negur gitu ato ada cowok
itu keberanian untuk menganiaya itu
yang negur dia marah gitu pulang
timbul berani dia” (KPL: 18 April 2011)
paling nendang kayak gitu sampe
panjang gitu sampe mukul kadang kayak
Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan
gitu… keluar dari rumah untuk beli aja
Dalam Rumah Tangga
ndak boleh.” (MK: 1 April 2011)
Faktor ekonomi merupakan faktor yang
paling sering diungkap oleh informan. Perilaku buruk suami seperti berjudi dan
Potret Kesehatan Perempuan Korban Kekerasan…(Annisa, Nurohma, Puspa )

menggunakan narkoba turut menjadi pemicu didorong dengan keras, penempelengan dan
dari terjadinya kekerasan. Hal ini tendangan. Berikut pernyataan informan:
diungkapkan hampir semua informan, seperti
pernyataan berikut: “…dipukul, ditendang…” (SH: 12 April
2011)
“biasanya kalo dia lagi emosi
tinggi…karna ndak ada pekerjaan… “tempeleng, banting…”(MK: 1 April
mabuk-mabukan.”(PA: 4 April 2011) 2011)

“dia main judi…” (SK: 30 Maret 2011) Bagian tubuh yang sering menjadi sasaran
kekerasan fisik adalah punggung, pelipis
Dominasi suami yang ditunjukkan dalam kepala, pipi, dan bibir. Berikut hasil
kepemimpinan di rumah tangga yang tidak wawancara mendalam :
boleh dibantah oleh istri terungkap pula
“…langsung ditendang saya mba dari
menjadi salah satu pencetus timbulnya
belakang itu saya langsung jatoh ke
kekerasan, seperti pernyataan informan
depan ke dekat kompor itu mba, saya
berikut ini:
langsung ini jidat saya langsung luka itu
mba kena…” (SH: 12 April 2011)
"Pokoknya membuat dia terpancing itu
1 aja sih kalo kita ngelawan emosi itu
“…pokoknya bibir ni pecah…babak
aja tinggi darah sudah dia langsung."
belur, biru kan…” (RR: 6 April 2011)
(RR: 6 April 2011)
“iya pernah merah-merah…di punggung
Semua penyebab di atas dipertegas oleh
sama pipi.” (PA : 4 April 2011)
informan kunci yaitu kepala P2TP2A yang
menguraikan kenyataan-kenyataan penyebab
Terdapat pula informan yang menyatakan
kekerasan. Berikut ungkapannya:
seluruh tubuhnya pernah menjadi sasaran
kekerasan fisik, sebagaimana pernyataan
“…kalau dilihat permasalahannya
berikut:
kenapa dia mabuk, kenapa dia main
perempuan ya memang selain daripada
"ya kayak apa kalau orang emosi itu ga
moralnya dia sudah tidak baik si suami
menampar di pipi aja sih ya sembarang
itu jadi eee..masalah ekonomi itu
di seluruh tubuh aja kan ibaratnya ga
ternyata yang mengadu kesini paling
terkontrol. Kayak apa ya ibaratnya
besar, ada juga yang bukan karena
semuanyalah kalo udah nampar itu."
ekonomi, misalnya karena eee..masalah
(RR : 6 April 2011)
gengsi dari suami tapi itu hanya sedikit
saja ada juga ee…masalah terlalu
protektif ya terhadap istrinya jadi Informasi mengenai bentuk kekerasan fisik
cemburu…” (KPL : 18 April 2011) yang mereka alami di atas tentu dapat
meninggalkan bekas luka atau memar di
Dari pernyataan di atas dapat ditarik analisis bagian anggota tubuh informan utama.ada
bekas luka yang tidak meninggalkan bekas
makna yaitu faktor utama penyebab
terjadinya kekerasan pada korban permanen namun ada pula informan yang
kekerasan yang dtangani P2TP2A adalah memiliki bekas luka permanen akibat
masalah ekonomi akan tetapi ada pula faktor penganiayaan fisik dari suaminya. Berikut
lain yang dapat menjadi penyebab ungkapannya:
diantaranya kebiasaan buruk seperti “ini na ini pelipis sebelah kanan…robek
mabuk-mabukan, perselingkuhan dan ini ada 3 bulan baru bisa sembuh…saya
kekuasaan suami terhadap istri atau korban. memang ga mau dijahit supaya ada
bekasnya…visum itu saya…” (SK : 30
Dampak Dari Sisi Kesehatan Fisik Maret 2011)

Dari hasil wawancara, kekerasan fisik yang Tentunya ada alasan tersendiri bagi informan
sering terjadi berupa berupa pukulan, utama yang begitu menerima kekerasan fisik
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 1, April 2013 : 24 – 37

langsung mengadu dan melakukan perawatan tangganya walaupun telah mengalami


medis seperti visum, karena menganggap kekerasan, disebabkan masih berharap
bisa menjadi bukti telah menerima kekerasan suaminya akan berubah, seperti pernyataan
dari suami. Hal ini juga dipertegas oleh informan berikut ini.
pernyataan informan kunci yaitu kepala
P2TP2A sebagai berikut: "pertama sih saya ga berani untuk lari
dari rumah kan karna saya berharap
“…ya jadi kita juga bekerjasama dengan
suami saya masih bisa berubah dengan
rumah sakit umum ya dengan puskesmas
nasehat-nasehat saya kan, sampe waktu
andaikata ada korban yang memerlukan
bulan puasa itu kan puncaknya, bulan
perawatan medis yang memerlukan
puasa itu saya langsung ini pergi aja
visum misalnya ya itu juga kita
dari rumah minggat." (PA: 4 April 2011)
bekerjasama dengan pihak rumah sakit
dan komunikasi kita baik…ada yang
Seluruh informan bereaksi terhadap
masih babak belur ada sehingga kami
kekerasan yang mereka alami dalam diam,
dengan cepat membawa ke polisi
tidak pula menceritakan keadaan mereka
kemudian minta divisum kemudian.”
kepada teman atau keluarga, seperti
(KPL : 18 April 2011)
ungkapan infoman berikut ini:
Kesulitan yang dihadapi pihak P2TP2A
"ya.. tekanan apa ya, ya gimana ya
adalah bila korban kekerasan datang
misalkan saya mau menceritakan ke
terlambat yang mana luka, memar atau tanda
keluarga saya ya saya ndak berani,
kekerasan lainnya telah sembuh sendirinya
mau cerita ke tetangga ke teman juga
karena terlambat melapor sehingga tidak ada
rasanya malu gitu kan." (PA: 4 April
bukti visum. Sebagaimana pernyataan
2011)
informan P2TP2A:
Dampak dari Kesehatan Alat Reproduksi
"ada juga yang sudah terlambat sekali
ya ee..mereka mengadunya sehingga Kekerasan seksual berupa pemaksaan
sulit untuk kita melakukan visum jadi hubungan seks di saat istri sedang tidak sehat
hanya berdasarkan keterangan- atau sedang haid akan berdampak buruk bagi
keterangan dan biasanya kita cari kalau kesehatan reproduksi sang istri. Sebagaimana
memang ee..sudah suami istri kita cari hasil wawancara mendalam menunjukkan
unsur-unsur yang bisa memberatkan ke wanita korban KDRT rentan terhadap infeksi
arah KDRT ya…”(KPL: 18 April 2011) kandungan termasuk infeksi:
“…pernah infeksi juga sih, infeksi
Terlambatnya para informan mencari dan
kandungan saluran kencing pertama
mendapatkan pertolongan, disebabkan
saluran kencing, kedua ini
mereka cenderung diam dan pasrah
kandungan…bilangnya anu sih infeksi
menerima kejadian tersebut sebagai bagian
terus diperiksa anu ada kista” (MK : 1
dari yang mereka yakini sebagai takdir.
April 2011)
Diamnya para informan didorong pula oleh
rasa takut terhadap pelaku kekerasan.
Dampak Dari Sisi Kesehatan Mental
Sebagaimana pernyataan informan berikut
ini: Dampak Kesehatan Mental adalah kondisi
yang ditimbulkan menyangkut psikis korban
"Biasa aja sudah dia mau kayak apa
diantaranya stress pasca trauma, depresi,
pasrah aja sama yang diatas…" (BW:
kecemasan, rendah diri, dan gangguan pola
29 Maret 2011)
makan. Dari hasil wawancara sebagian besar
"Ya saya tidak mau melawan dia lagi
informan utama mengatakan bahwa mereka
mba jadi kalo dia marah-marah saya
sempat merasakan dampak secara psikis atau
diam aja di kamar kunci pintu mba, tidak
mental berupa stress, trauma, rendah diri,
berani keluar kamar saya jadi biarkan
tertekan, depresi dan lain-lain dari kekerasan
dia marah diluar."(SH: 12 April 2011)
yang mereka terima. Berikut ungkapannya:
Informan yang masih bertahan dalam rumah “di dapur mba, jadi setiap ke dapur saya
Potret Kesehatan Perempuan Korban Kekerasan…(Annisa, Nurohma, Puspa )

melihat ada orang masuk saya sudah tahan lagi dengan kekerasan yang dialaminya.
trauma mba saya takut dipukul…jadi Berikut ungkapannya:
saya takut sekali jadi ada rasa was-was
dari saya itu kalo dia datang buka pintu “pernah di depan dia pernah minum
saya langsung sudah takut pengennya baygon pernah cuma ndak sampe aja,
saya lari ke kamar mba, kunci pintu pas ditumpahkannya dihalangin.” (MK:
kamar saya” (SH : 12 April 2011) 1 April 2011)

"Ya sakit hatilah, sakit hati karena Bentuk trauma yang lain adalah ketakutan
dibohongi, dipermainkan" (BW: 29 untuk melanjutkan hidup setelah mengalami
Maret 2011) peristiwa kekerasan, seperti diungkapkan
berikut ini:
Ada pula informan utama yang merasa
rendah diri dan malu terhadap orang lain "Ya itu mba saya jadi trauma buat
akibat kata-kata kasar yang diucapkan suami. menikah lagi nantinya saya jadi takut
Berikut ungkapannya: anak-anak saya nantinya." (SH:12 April
2011)
“…ya sedih, malu juga, malu sama
tetangga pastinya kan karna tetangga Bukan hanya informan utama saja yang dapat
tau dengan kadang juga kan ada merasakan dampak secara mental. Anak-anak
tetangga anu apa istilahnya gossip lah juga tidak lepas menjadi sasaran dari
itu saya tau kayak gitu-gitu” (PA : 4 kekerasan yang berujung ke psikis mereka.
April 2011) Berikut ini pernyataannya:

Hal yang cukup fatal dari kekerasan dalam “kalo anakku dia ngajar anakku yang
rumah tangga adalah karena perasaan depresi gede kah yang kecil kah pokoknya lipat
yang berkepanjangan akhirnya informan dua ini, anakku dilipat dua…kan duduk
harus dirawat di salah satu rumah sakit jiwa. diginikan (sambil memperagakan),
Berikut pernyataannya: dilipatnya badannya… makanya anakku
bilang bapak ga usah repot-repot mukul
“iya pikiran ndak bisa dikendalikan mendingan bunuh aja kami” (RR: 6
akhirnya sampe masuk rumah sakit jiwa April 2011)
saya…di Samarinda situ…saya itu
rasanya mau ku makan lakiku itu saking Selain mendapat kekerasan fisik anak juga
ndak tahan emosiku itu…saya kalau ku menderita trauma dikarenakan menyaksikan
lihat lakiku itu marah kalau ndak ada peristiwa kekerasan. Sebagaimana diungkap-
lakiku itu diam aja gitu.” (SK: 30 Maret kan informan berikut ini:
2011)
“iya diancam, “kalo kamu ndak kasih
Depresi timbul sebagai ketidakmampuan uang kubunuh kamu pokoknya kasihkan
korban beradaptasi dengan kondisi yang ada, uang aku” dia ancamnya kayak gitu
demikian disampaikan oleh psikolog yang iya…sering itu apalagi anaknya dipukul
menangani korban. Berikut ungkapannya: pake sapu itu sampe patah…sampe
anaknya itu kayak orang apa itu kalo liat
“itu biasanya ada faktor trauma ya, syok bapaknya itu takut betul itu trauma dia”
kaget, syok kemudian dia ada stress juga (SK: 30 Maret 2011)
macem-macem akhirnya dia depresi
artinya ee... si korban ini ee…tidak PEMBAHASAN
mampu ya untuk menetralisir kondisi
seperti itu jadi sehingga muncul trauma, Kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga
depresi dan lain-lainnya.” (PSI: 18 April merupakan salah satu bentuk kekerasan yang
2011) seringkali terjadi pada perempuan dan terjadi
di balik pintu tertutup. Tindakan ini
Adapun informan yang pernah melakukan seringkali dikaitkan dengan penyiksaan baik
percobaan bunuh diri karena merasa tidak fisik maupun psikis yang dilakukan terhadap
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 1, April 2013 : 24 – 37

istri dalam rumah tangga. Tindakan ini institusi sosial paling kecil dan bersifat
terjadi dikarenakan telah diyakini bahwa otonom, sehingga menjadi wilayah domestik
masyarakat atau budaya yang mendominasi yang tertutup dari jangkauan kekuasaan
saat ini adalah patriarki, dimana laki-laki publik. Istri memendam sendiri persoalan
adalah superior dan perempuan inferior tersebut, tidak tahu bagaimana menyelesaikan
sehingga laki-laki dibenarkan untuk dan semakin yakin pada anggapan yang keliru,
menguasai dan mengontrol perempuan. Hal bahwa suami dominan terhadap istri.
ini menjadikan perempuan tersubordinasi. Di
Faktor sosial budaya dan hubungan
samping itu, terdapat pendapat yang keliru
kekuasaan antara laki-laki dan perempuan
terhadap stereotipe jender yang tersosialisasi
merupakan faktor penting yang berperan
sangat lama dimana perempuan dianggap
dalam menciptakan pengaruh positif atau
lemah, sedangkan laki-laki, umumnya lebih
negatif pada kesehatan seseorang. Oleh
kuat.
karena itu hendaknya hubungan suami istri
Sesuai dengan yang dinyatakan oleh dilandasi penghargaan terhadap pasangan
Sciortino dan Smith, bahwa menguasai atau masing-masing, dilakukan dalam kondisi
memukul istri sebenarnya merupakan yang diinginkan bersama tanpa ada unsur
manifestasi dari sifat superior laki-laki paksaan, ancaman dan kekerasan.
terhadap perempuan. Selain budaya patriarki Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
yang masih sangat kuat, ada budaya yang terhadap istri telah menjadi permasalahan
juga menjadi kendala, yaitu “budaya diam”. yang kompleks karena tidak saja bersifat
11
Perempuan pada umumnya memilih untuk fisik, tetapi juga psikologis. Tidak juga
diam, tidak menceritakan kekerasan yang semata-mata bersifat ekonomi tetapi juga
dialaminya kepada orang lain. Sementara itu, penelantaran rumah tangga. Kekerasan
mereka umumnya masih berpegang pada meliputi pengabaian hak dan kepentingan
nilai-nilai ketergantungan, kurangnya yang pada tahap berikutnya dapat
kemandirian mereka, di balik kekuasaan membahayakan keselamatan, kesehatan dan
yang tidak seimbang karena budaya jiwanya.13 Begitu pula ditemukan pada
patriarkhi, sehingga status sosial, kelas dan penelitian ini para informan utama yaitu PA,
ekonomi mereka menjadi lemah.12 RR dan SH merupakan korban KDRT yang
Kecenderungan tindak kekerasan dalam awalnya menerima kekerasan fisik seperti
rumah tangga terjadinya karena faktor dipukul, ditampar,ditendang dan diiringi
dukungan sosial dan kultur (budaya) dimana dengan tindak kekerasan lain seperti seksual
istri di persepsikan orang nomor dua dan bisa berupa pemaksaan dalam hubungan intim
diperlakukan dengan cara apa saja. Hal ini meskipun dalam kondisi haid seperti yang
muncul karena transformasi pengetahuan dialami oleh PA, kekerasan ekonomi pada
yang diperoleh dari masa lalu, istri harus RR yaitu suami tidak memberi nafkah
mematuhi perintah suami, bila istri mendebat ekonomi kepadanya dan ditendang setiap
suami, maka ia pantas dipukul. Kultur di suami terpancing emosinya. Menurut
masyarakat suami lebih dominan pada istri, Dharmono kekerasan dalam rumah tangga
bila ada tindak kekerasan dalam rumah terdiri dari kekerasan fisik, emosional,
tangga dianggap masalah privasi, masyarakat seksual, sosial ekonomi dan penelantaran.
tidak boleh ikut campur.7 Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa
penganiayaan fisik. Bentuk kekerasan fisik
Sebagian besar perempuan sering bereaksi ada bermacam-macam, yaitu tindakan yang
pasif terhadap tindak kekerasan yang terjadi bertujuan melukai, menyiksa atau
padanya. Terbukti dengan adanya informan menganiaya orang lain dengan menggunakan
yang tidak segera mencari pertolongan dan anggota tubuh pelaku (tangan,kaki) mulai
cenderung menutupi tindak kekerasan. Ini dari pukulan, jambakan, cubitan, mendorong
memantapkan kondisi tersembunyi terjadinya secara kasar, penginjakan, pelemparan,
tindak kekerasan pada istri yang diperbuat cekikkan, tendangan, sampai penyiksaan
oleh suami. Kenyataan ini menyebabkan dengan menggunakan alat seperti pentungan,
rendahnya respon masyarakat terhadap pisau, ban pinggang, sterika, sundutan rokok,
tindakan kekerasan yang dilakukan suami. siraman air keras dan sebagainya.14 Menurut
Rumah tangga, keluarga merupakan suatu Jejeebhoy & Cook, penelitian di India ada 40 %
Potret Kesehatan Perempuan Korban Kekerasan…(Annisa, Nurohma, Puspa )

perempuan yang dipukul oleh suami mereka, Timur dan diperkuat dengan pernyataan
dan dari 40% perempuan tersebut setidaknya informan kunci dan informan pendukung
mengalami satu bentuk kekerasan fisik.15 bahwa informan utama BW, SK, MK, PA,
RR, SH telah menerima lebih dari satu
Suami memaksa isterinya berhubungan
bentuk kekerasan (berganda) selama hidup
seksual dengan cara yang menyakitkan
berumah tangga. Hal ini sesuai dengan hasil
(dengan alat atau perilaku sadomasochism)
penelitian yang dilakukan oleh Habsari dari
adalah contoh ekstrim kekerasan seksual
wawancara menunjukkan bahwa tidak ada
dalam rumah tangga. Contoh kekerasan
satupun informan yang mengalami kekerasan
seksual yang tersamar (sering dianggap
tunggal. Pada umumnya mereka mengalami
kewajaran) adalah suami mengharuskan isteri
kekerasan berganda, bahkan beberapa
melayani kebutuhan seksualnya setiap saat
responden mengalami semua jenis kekerasan
tanpa mempertimbangkan kemauan isteri,
baik fisik, psikologis, seksual dan ekonomi. 14
dengan kata lain isteri tidak boleh menolak
(marital rape). Hasil penelitian Habsari mengatakan
Bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh kesakitan perempuan baik fisik maupun fisik,
suami dengan cara membuat istri tergantung secara nyata menurunkan kualitas hidup
secara ekonomi dengan cara melarang istri perempuan. Secara fisik menimbulkan
bekerja, atau suami melarang istrinya bekerja kelainan bahkan kecacatan yang
mencari uang sementara ia juga tidak menghambat dalam melakukan kegiatan atau
memberikan nafkah kepada istrinya, suami pekerjaannya, bersosialisasi dengan
mengeksploitasi istri untuk mendapatkan lingkungan, bahkan tidak mampu
uang bagi kepentingannya, membatasi ruang menjalankan hobinya. Situasi ini
gerak (mengontrol setiap keputusan, mencerminkan dominasi laki-laki sebagai
mengontrol uang) atau mengawasi setiap kepala keluarga yang diakui kekuasaannya
gerakan isteri hingga mengisolasi korban dari dalam rumah tangga baik secara agama dan
kehidupan sosialnya. norma masyarakat. Juga menggambarkan
lemahnya kedudukan perempuan dalam
Penelitian Hakimi et al, di Purworejo Jawa masyarakat. Sikap pasrah dan menerima
Tengah, memiliki persamaan dengan merupakan sikap yang mendominasi kaum
penelitian ini dalam hal suami sebagai pelaku perempuan dari berbagai lapisan baik yang
kekerasan percaya bahwa mereka berhak tidak berpendidikan maupun yang
mengontrol semua aspek kehidupan istrinya berpendidikan tinggi. Situasi demikianlah
dan menggunakan kekerasan fisik dan yang menumbuhsuburkan tindak kekerasan
seksual sebagai cara untuk menunjukkan terhadap perempuan. 14
dominasinya di rumah tangga. Pengontrolan
itu dalam penelitian ini dapat berupa Menurut Luhulima fenomena kekerasan
kemarahan suami bila istri berbicara dengan sama sekali bukan merupakan masalah
pria lain, tidak ambil peduli dan kelainan individual. Akan tetapi merupakan
memperlakukan acuh tak acuh. 16 bagian dari masyarakat yang membentuk
ketimpangan relasi yang kemudian tercipta
Bentuk kekerasan emosional yang dilakukan pembagian kekuasaan yang lebih besar pada
dengan menyerang wilayah psikologis laki-laki dibandingkan perempuan.
korban, bertujuan untuk merendahkan citra Kenyataan ini kemudian menciptakan sebuah
seorang perempuan baik melalui kata-kata kondisi sosial, penggunaan kekuasaan yang
maupun perbuatan seperti mengumpat, berlebihan dilakukan oleh pihak laki-laki
membentak dengan kata-kata kasar, terhadap perempuan sehingga berperan
menghina, mengancam. Tindakan tersebut dalam pelestarian kondisi pembagian
mengakibatkan ketakutan, hilangannya kekuasaan yang tidak seimbang antara
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk laki-laki dan perempuan. 17
bertindak, rasa tidak berdaya dan penderitaan
psikis berat pada seseorang. Sebagian besar perempuan sering bereaksi
pasif terhadap tindak kekerasan yang terjadi
Berdasarkan hasil wawancara terhadap padanya. Terbukti dengan adanya informan
informan utama yaitu korban KDRT yang yang tidak segera mencari pertolongan dan
ditangani P2TP2A Provinsi Kalimantan cenderung menutupi tindak kekerasan. Ini
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 1, April 2013 : 24 – 37

memantapkan kondisi tersembunyi terjadinya Lawson tentang kaitan antara kerangka


tindak kekerasan pada istri yang diperbuat seksualitas atau gender dengan kesehatan
oleh suami. Kenyataan ini menyebabkan reproduksi; pemaksaan hubungan seksual
rendahnya respon masyarakat terhadap atau tindak kekerasan terhadap istri
tindakan kekerasan yang dilakukan suami. mempengaruhi kesehatan seksual istri. Jadi
Rumah tangga, keluarga merupakan suatu tindak kekerasan dalam konteks kesehatan
institusi sosial paling kecil dan bersifat reproduksi dapat dianggap tindakan yang
otonom, sehingga menjadi wilayah domestik mengancam kesehatan seksual istri, karena
yang tertutup dari jangkauan kekuasaan hal tersebut mengganggu psikologi istri baik
publik. Istri memendam sendiri persoalan pada saat melakukan hubungan seksual
tersebut, tidak tahu bagaimana menyelesaikan maupun tidak. 18
dan semakin yakin pada anggapan yang keliru,
bahwa suami dominan terhadap istri. WHO bahwa perempuan rentan di-
salahgunakan oleh pasangan mereka karena
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap adanya ketidaksetaraan antara laki-laki dan
korban KDRT di P2TP2A Provinsi perempuan, peran jender yang kaku, serta ada
Kalimantan Timur menunjukkan bahwa norma norma budaya dalam masyarakat yang
selain faktor dominasi laki-laki, yang sering mendukung hak seorang pria melakukan
menjadi penyebab terjadinya tindak hubungan seks tanpa memandang perasaan
kekerasan dalam kehidupan rumah tangga perempuan. 3
mereka adalah faktor ekonomi. Straus dan
Sweet dalam Lawson mengemukakan bahwa Heise mengelompokkan dampak dari
tindak kekerasan terhadap istri banyak kekerasan yang berujung pada kesehatan
dilakukan oleh suami yang biasa mental perempuan yaitu berupa stress
meminum-minuman keras dan menggunakan pascatrauma, depresi, kecemasan, phobia,
obat terlarang, pasangan suami istri yang gangguan pola makan, disfungsi seksual dan
berusia muda, mempunyai anak yang banyak rendah diri.7 Berdasarkan penelitian yang
dan berstatus sosial ekonomi yang rendah. 17 dilakukan terhadap informan utama yaitu
korban KDRT di P2TP2A Provinsi
Penelitian Hakimi et al di Purworejo Jawa Kalimantan Timur dan pernyataan-
Tengah, mendapatkan gambaran yang sama pernyataan yang diperkuat oleh informan
dengan penelitian ini yaitu para responden pendukung dan kunci bahwa mereka
ketika ditanya tentang kondisi seperti apa mengalami trauma, perasaan tertekan, sedih,
yang cenderung mengarah pada terjadinya rendah diri karena sebutan yang telah
kekerasan jawaban yang paling banyak menghina mereka bahkan depresi. Korban
adalah karena suami menganggur, suami merasa sangat marah, jengkel, merasa
menggunakan alkohol dan mempunyai bersalah, malu dan terhina apalagi bila
hubungan dengan wanita lain (WIL). 16 kekerasan disaksikan atau didengar orang
Kekerasan dalam berbagai bentuknya itu lain.
tentu saja menimbulkan dampak bagi
Dampak kesehatan mental karena kekerasan
kesehatan. Dampak yang difokuskan dalam
yang kerap terjadi dalam rumah tangga tidak
penelitian kekerasan ini adalah dampak yang
hanya berpengaruh pada salah satu pasangan
dilihat dari sisi kesehatan fisik, kesehatan
suami-istri tetapi juga berdampak pada
reproduksi dan kesehatan mental informan
perkembangan mental anak-anak. Seringkali
utama yang menjadi korban KDRT.
akibat dari tindak kekerasan dalam rumah
Berdasarkan hasil wawancara mendalam
tangga tidak hanya menimpa korban secara
dengan informan diperoleh hasil bahwa
langsung, tetapi juga anggota lain dalam
mereka telah mengalami lebih dari satu jenis
rumah tangga secara tidak langsung. Tindak
kekerasan. Perempuan yang menjadi korban
kekerasan seorang suami terhadap istri atau
kekerasan kemungkinan besar berpeluang
sebaliknya, misalnya dapat meninggalkan
dua kali lipat untuk mempunyai masalah
kesan negatif yang mendalam di hati mereka,
kesehatan fisik dan mental yang lemah
anak-anak dan anggota keluarga yang lain.
dibandingkan dengan perempuan yang bukan
Kesan negatif ini pada akhirnya dapat pula
korban kekerasan.
menimbulkan kebencian dan malah
Menurut model Dixon-Mudler dalam benih-benih dendam yang tak berkesudahan
Potret Kesehatan Perempuan Korban Kekerasan…(Annisa, Nurohma, Puspa )

terhadap pelaku.19 mengalami gangguan emosional maupun


perilaku yang signifikan pada kehidupan
Informan utama atau korban KDRT yaitu BW,
selanjutnya. 21
RR dan SK mengatakan bahwa setelah
melihat perlakuan kekerasan suaminya, tidak
KESIMPULAN DAN SARAN
jarang anak-anak menjadi takut, benci hingga
trauma kepada ayah mereka sendiri. Hal ini Kesimpulan
sangat mempengaruhi perkembangan mental
Informan utama yaitu korban KDRT telah
anak karena pada masa inilah mereka mudah
mengalami lebih dari satu bentuk kekerasan
mengingat apapun kejadian di sekitarnya.
dari suami yang meliputibentuk kekerasan
Dampak pribadi seperti anak-anak yang
fisik, ekonomi, seksual, psikis dan
hidup dalam lingkungan kekerasan
penelantaran rumah tangga.Faktor yang
berpeluang lebih besar bahwa hidupnya akan
mendorong terjadinya tindak kekerasan pada
dibimbing oleh kekerasan, anak yang
istri dalam rumah tangga yaitu dominasi
menjadi saksi kekerasan akan menjadi
suami, faktor ekonomi, perselingkuhan,
trauma termasuk didalamnya perilaku anti
suami kecanduan alkohol, judi dan narkoba.
sosial dan depresi, akhirnya menjadi pelaku
Dampak tindak kekerasan pada istri terhadap
kekerasan, mengalami trauma, figur terhadap
kesehatan fisik berupa bekas merah, babak
orang tua menjadi kabur juga dikhawatirkan
belur, luka dan robek di bagian yang menjadi
akan menimpa anak-anak tersebut. Jika
sasaran kekerasan sehingga menimbulkan
seorang anak laki-laki menyaksikan ayahnya
rasa kesakitan.
memukul ibunya, dia akan belajar bahwa hal
itu adalah jalan terbaik untuk Kekerasan seksual berupa penyiksaan,
memperlakukan perempuan, dan karena itu pemaksaan berhubungan intim pada masa
dia lebih besar kemungkinannya untuk menstruasi menyebabkan dispareuni, infeksi
kemudian menganiaya istrinya sendiri kelak. saluran kencing, infeksi saluran kandungan
Ini disebut sebagai penularan kekerasan antar dan kista. Kesehatan mental terganggu
generasi (intergenerational transmission of manifestasinya adalah trauma, stress, depresi
violence). Hal ini didapatkan penjelasannya sampai gangguan jiwa berat hingga dirawat
pada penelitian Dauvergne dan Johnson yang di rumah sakit jiwa.
menjelaskan bagaimana efek trauma terjadi
Saran
pada anak-anak yang menyaksikan KDRT.
Pengalaman KDRT dapat membuat Tindak kekerasan terhadap istri perlu
anak-anak saksi KDRT mengembangkan diungkap untuk mencari alternatif
persepsi yang salah tentang kekerasan; pemberdayaan bagi istri agar terhindar dari
bahwa kekerasan adalah salah satu cara yang tindak kekerasan yang tidak semestinya
tepat untuk menyelesaikan masalah. 20 terjadi demi terwujudnya hak perempuan
untuk memperoleh kesehatan reproduksi yang
Walaupun efek tersebut tidak dapat sehat.
dipastikan akan terjadi pada semua anak
yang menyaksikan KDRT. Reaksi anak
UCAPAN TERIMA KASIH
setelah menyaksikan KDRT dipengaruhi
beberapa faktor, sebagaimana dinyatakan Terima kasih atas kerjasama dari pihak
oleh Carlsonyang menyimpulkan bahwa P2TP2A Propinsi Kalimantan Timur, seluruh
reaksi anak-anak terhadap pengalaman informan yang telah bersedia membagikan
menyaksikan KDRT terbentang dalam suatu pengalamannya.
kontinum, dimana beberapa anak
menunjukkan ketahanan diri yang cukup DAFTAR PUSTAKA
tinggi, sedangkan beberapa anak 1. Sofyan, M. Bidan Menyongsong Masa Depan.
menunjukkan gangguan perilaku. Anak-anak 2006. Jakarta: PP IBL
yang memiliki ketahanan diri yang kuat 2. Komnas Perempuan. Peta Kekerasan
dapat mengembangkan pemahaman yang Pengalaman Perempuan Indonesia. 2002.
tepat atas peristiwa kekerasan yang Jakarta: Ameepro.
3. World Health Organisation. Violence and
disaksikannya dalam keluarga; dimana health Fact Sheet No.239. 2002. Diunduh dari
dengan dukungan lingkungan sekitar, anak http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs
akan dapat melanjutkan hidupnya tanpa 239/en/. Diakses pada tanggal 20 Mei 2011
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 1, April 2013 : 24 – 37

4. World Health Organisation.Violence Against 10. Sciortino, Rosalia. Menuju Kesehatan


Women Fact Sheet No. 239. 2009. Diunduh Madani. 1999.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dari http://www.who.int/mediacentre/fact 11. Subhan, Zaitunah. Kekerasan Terhadap
sheets/fs239/en/. Diakses tanggal 20 Mei 2011 Perempuan.2001. Yogyakarta: Pustaka
5. Kalibonso, R. S. Kejahatan Itu Bernama Pesantren
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jurnal 12. Yuarsi, Susi Eja. Tembok Tradisi dan Tindak
Perempuan, 2002; 25: 7-21 Kekerasan Terhadap Perempuan. 2002.
6. Tamtiari, Wini. Melindungi Perempuan dari Yogyakarta: Kerja sama Pusat Studi
Kekerasan dalam Rumah Tangga. 2005. Kependudukan dan Kebijakan Universitas
Yogyakarta: Kerjasama Ford Foundation Gadjah Mada dengan Ford Foundation.
dengan Pusat Studi Kependudukan dan 13. Dharmono, S. Kekerasan Dalam Rumah
Kebijakan Universitas Gadjah Mada. Tangga: Dampaknya Terhadap Kesehatan
7. Heise L.L., et al. Violence Against Women: Jiwa. 2008. Jakarta: Balai Penerbit UI
The Hidden Health Burden. 1994. 14. Habsari, R.Menguak Misteri Di Balik
Washington: World Bank Kesakitan Perempuan.2006.Jakarta: Penerbit
8. Awaliyah, Ayu Sofhatul. Dampak Serius Pustaka Sinar Harapan.
KDRT Bagi Kesehatan Masyarakat. Diunduh 15. Luhulima, Achie Sudiarti.Pemahaman
dari www.depkes.go.id. Diakses tanggal 5 Bentuk-Bentuk Tindak Kekerasan Terhadap
Februari 2011 Perempuan dan Alternatif Pemecahannya.
9. Pemprov Kaltim. Tercatat 133 Kasus KDRT 2000. Jakarta: PT. Alumni.
di Kaltim. Kaltim Post, 2011; Diunduh dari 16. Lawson, D.M. Incidence, Explanations, and
http://kaltimpost.co.id. Diakses pada tanggal Treatment of Partner Violence. Journal of
15 Mei 2011 Counseling and Development, 2003

You might also like