Professional Documents
Culture Documents
2594 1 5138 1 10 20160403
2594 1 5138 1 10 20160403
Abstract
Sempu Public Health Centre (PHC) where the IDP of NCD activity was only applied
under 1% in 2014 which the fact remains that Sempu PHC ironically is the first PHC
which has IDP of NCD in Banyuwangi regency. This research aimed to find out how
Posbindu PTM Al-Mubarok activity worked in Sempu PHC. This research used
descriptive study with qualitative data supported. The informants of this research were
purposively taken which included coordinator surveillance of Health Department in
Banyuwangi regency, coordinator IDP of NCD, midwife, nurse, two cadres, the work
partners and two IDP of NCD members. This research collected the data by doing
interview, attentive observation and triangulation technique. Then, the data gathered
were analyzed descriptively. The result showed that activity process of Posbindu PTM
Al-Mubarok in Sempu PHC was different with IDP of NCD guidelines. The process did
not go well because of the input which included the insufficient of human resources,
incomprehensive and minimal training, insufficient of equipments, the lack of public
awareness, the financial dependence and the implementation method which was not
regularly conducted every month.
Abstrak
Puskesmas Sempu mempunyai Posbindu PTM yang pertama di Kabupaten
Banyuwangi, namun mempunyai cakupan kegiatan Posbindu PTM yang jauh dari target
yang telah ditetapkan (10%) yaitu berada di bawah 1% pada tahun 2014. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui proses kegiatan Posbindu PTM Al-Mubarok di
Puskesmas Sempu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang didukung oleh
data kualitatif. Informan penelitian diambil secara purposive terdiri dari koordinator
surveilans Dinkes Kabupaten Banyuwangi, koordinator Posbindu PTM, bidan, perawat,
dua kader, mitra kerja dan dua sasaran kegiatan. Teknik pengumpulan data meliputi
wawancara mendalam, observasi dan teknik triangulasi. Data yang terkumpul dianalisis
secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses kegiatan Posbindu PTM
Al-Mubarok di Puskesmas Sempu berbeda dengan juknis dan pedoman umum
Posbindu PTM. Hal tersebut dipengaruhi oleh input yang meliputi kurangnya
ketersediaan SDM, pelatihan belum maksimal, kurangnya sarana dan peralatan,
kurangnya kesadaran masyarakat, pembiayaan yang belum mandiri dan cara
penyelenggaraan yang tidak rutin setiap bulannya.
sasaran kegiatan masuk, dua kader Posbindu Fasyankes), kegiatan ini merupakan kelanjutan
PTM yang bertugas di meja satu mengisi daftar tahap empat yaitu sasaran kegiatan dikonseling
hadir dan memberikan nomor urut untuk lagi, pemberian obat kepada sasaran kegiatan
sasaran kegiatan baru kemudian memberikan sesuai catatan dokter, rekomendasi ulang untuk
KMS. Sarana dan peralatan yang digunakan sasaran kegiatan dengan kondisi faktor risiko
adalah sebuah meja, alat tulis, buku daftar hadir PTM positif agar rujuk ke Fasyankes yaitu
dan KMS. Sasaran kegiatan Posbindu PTM AL- Puskesmas Sempu. Tahapan lima dilakukan
Mubarok adalah wali murid TK Al-Mubarok dan oleh petugas puskesmas yaitu seorang petugas
warga di sekitar TK. Hasil studi dokumentasi gizi/petugas surveilans. Sarana, peralatan dan
dan wawancara mendalam menunjukkan bahwa logistik yang digunakan adalah sebuah meja,
jumlah kunjungan fluktuatif setiap bulannya alat tulis, obat-obatan, alat penunjang kesehatan
dengan rata-rata kunjungan bulan Januari- (misal pembagian masker tetapi tidak selalu
Agustus 2015 adalah 22 orang sedangkan ada/conditional) dan KMS.
sasaran kegiatan yaitu wali murid TK Al- Konseling/motivasi/penyuluhan individu
Mubarok berjumlah ±140 orang belum termasuk diberikan pada sasaran kegiatan yang tidak
warga sekitar. memiliki kondisi parah atau kondisi faktor risiko
Tahapan layanan kedua adalah normal untuk meningkatkan kesadaran sasaran
pemeriksaan tekanan darah oleh petugas kegiatan terutama mengenai perilaku hidup
puskesmas dan hasilnya dicatat pada KMS. sehat terutama terkait pola makan dan aktivitas
Petugas puskesmas yang bertugas di meja dua fisik. Tindak lanjut dibedakan menjadi dua,
sebanyak dua orang dan berganti-ganti yaitu pertama adalah pemberian obat yang dilakukan
antara lain perawat/bidan/asisten bidan. Sarana secara selektif terhadap sasaran kegiatan yang
dan peralatan yang digunakan adalah sebuah mengalami keluhan seperti pusing atau nyeri,
meja, alat tulis, tensimeter digital dan KMS. obat yang diberikan bervariasi antara lain obat
Selanjutnya sasaran kegiatan memasuki anti pusing dan vitamin kalsium laktat/ B
tahapan pelayanan tiga untuk pengukuran. kompleks dan lain sebagainya. Tindak lanjut
Tahapan layanan ketiga adalah kedua adalah rujukan dilakukan kepada sasaran
pengukuran tinggi badan, berat badan dan kegiatan dengan kriteria antara lain menderita
lingkar perut serta hasilnya dicatat di KMS oleh kasus parah misalkan hipertensi, memerlukan
petugas puskesmas. Petugas puskesmas yang pengobatan dan pemeriksaan lebih lanjut,
bertugas di meja tiga berjumlah satu atau dua membutuhkan konseling lebih lanjut dan
orang dan berganti-ganti antara lain sasaran kegiatan mengalami cedera atau luka.
perawat/Tenaga Latihan Kerja (TLK)/petugas Rujukan di Posbindu PTM Al-Mubarok
surveilans. Sarana dan peralatan yang disampaikan langsung secara lisan dengan
digunakan adalah sebuah meja, alat tulis, memberikan saran agar sasaran kegiatan rujuk
timbangan berat badan (bukan digital), pita ukur ke pelayanan kesehatan dan tidak
lingkar perut dan microtoice. Selain melakukan menggunakan formulir rujukan khusus. Kasus
pengukuran, petugas puskesmas di meja tiga rujukan terbanyak adalah hipertensi. Beberapa
menghitung IMT masing-masing sasaran hambatan yang dialami mengenai rujukan
kegiatan. antara lain tidak ada keluarga yang mengantar
Tahapan layanan keempat adalah ke puskesmas, jarak rumah sasaran kegiatan
pelayanan dokter internship meliputi anamnesa dengan puskesmas jauh, malas untuk datang ke
keluhan pada sasaran kegiatan, konseling dan puskesmas dan sasaran memilih membeli obat
pencatatan pada KMS (keluhan sasaran di apotek.
kegiatan dicatat beserta tindakan yang
diperlukan misalkan pemberian saran-saran, Pencatatan dan Pelaporan Posbindu PTM
obat ataupun rekomendasi rujuk ke Fasyankes). Hasil kegiatan Posbindu PTM meliputi
Dokter internship di meja empat sebanyak dua data pemeriksaan tekanan darah dan
orang, dokter yang bertugas diganti setiap pengukuran faktor risiko PTM dicatat di KMS,
empat bulan sekali. Sarana dan peralatan yang kemudian KMS direkap dan datanya
digunakan adalah sebuah meja, alat tulis, dimasukkan kedalam form pelaporan manual
stethoscope dan KMS. Setelah pelayanan Posbindu PTM. Laporan hasil dikirim melalui
dokter selesai, sasaran kegiatan melanjutkan email ke dinas kesehatan kabupaten. Petugas
pelayanan ke meja lima. yang melaporkan hasil kegiatan Posbindu PTM
Tahapan layanan kelima adalah konseling adalah koordinator Posbindu PTM Puskesmas
dan tindak lanjut (pemberian obat/rujukan ke
Sempu. Pelaporan hasil kegiatan Posbindu PTM dengan alasan sasaran kegiatan tidak rutin
di Puskesmas Sempu dilakukan setiap ada memeriksakan diri, jumlah kunjungan sedikit,
kegiatan Posbindu PTM. Apabila pelaksanaan kurangnya tenaga pelaksana terutama kader
Posbindu PTM bertepatan dengan hari libur untuk memasukkan data ke buku pencatatan
sekolah maka tidak ada pelaksanaan Posbindu serta enggan untuk memasukkan data satu
PTM dan pencatatan dan pelaporannya pun persatu sasaran kegiatan karena terlalu detail
kosong. Pencatatan dan pelaporan Posbindu sedangkan petugas pelaksana mempunyai
PTM di Puskesmas Sempu menggunakan versi kesibukan lain.
manual bukan sistem online melalui SIM Sasaran kegiatan tidak memeriksakan diri
PTM/Portal Web. secara rutin antara lain dikarenakan takut
mengetahui penyakit yang diderita, malas,
Surveilans Faktor Risiko PTM Berbasis merasa sehat, tidak mau jika dirujuk ke
Posbindu PTM puskesmas dan lain sebagainya. Sesuai dengan
Pelaksanaan surveilans faktor risiko PTM penelitian Sunartyasih et al. (2012) bahwa
berbasis Posbindu PTM Al-Mubarok di kendala pelaksanaan Posbindu diantaranya
Puskesmas Sempu meliputi pengumpulan data adalah pengetahuan yang rendah tetang
melalui rekapan KMS, pengolahan data secara manfaat Posbindu dan merasa kondisi
manual dengan memasukkan hasil kegiatan ke kesehatan baik sehingga tidak datang ke
form laporan sampai pelaporan melalui email ke Posbindu [7]. Septriliyana et al. (2011), hasil
dinas kesehatan kabupaten. Kegiatan surveilans penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian
faktor risiko PTM berbasis Posbindu PTM sama besar lansia kurang mengetahui Posbindu dan
dengan alur pencatatan dan pelaporan. besikap negatif atau tidak mendukung adanya
Kegiatan surveilans faktor risiko PTM belum Posbindu [8]. Banyaknya masyarakat yang
menggunakan portal web serta belum ada belum memanfaatkan pelayanan Posbindu PTM
analisis data dan tidak lanjut karena hasil dikarenakan kurangnya pemahaman dan
kegiatan hanya dilaporkan saja. kesadaran sasaran kegiatan Posbindu PTM AL-
Hasil wawancara dengan informan Mubarok.
penelitian membuktikan bahwa pelaksanaan Posbindu PTM Al-Mubarok mempunyai
Posbindu PTM di Puskesmas Sempu tidak rutin dua kader Posbindu PTM yang aktif dari lima
setiap bulannya. Kegiatan Posbindu PTM tidak kader yang telah dibentuk, kedua kader tersebut
dilakukan pada hari libur sekolah misalkan libur bertugas di meja satu. Menurut juknis Posbindu
Bulan Ramadhan atau Hari Raya. Oleh karena PTM Posbindu PTM dilakukan oleh petugas
itu kegiatan surveilans faktor risiko PTM juga pelaksana Posbindu PTM yaitu kader yang
tidak berjalan secara terus-menerus setiap sudah ada atau kader baru kemudian dilatih
bulannya. secara khusus, dibina dan difasilitasi oleh dinas
kesehatan dan puskesmas untuk melakukan
pemantauan FR PTM serta satu Posbindu PTM
Pembahasan
setidaknya mempunyai 5 kader Posbindu [9].
Pelayanan Posbindu PTM Al-Mubarok Kader yang sudah tidak aktif mengikuti
dilaksanakan dengan tahapan layanan 5 meja. Posbindu PTM dikarenakan kesibukan kader,
Tahapan layanan pertama, dua kader Posbindu ada kader yang melahirkan dan pindah tempat
PTM mengisi daftar hadir, memberikan nomor tinggal. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
urut untuk sasaran kegiatan baru kemudian Nirmalasari (2009), menyatakan bahwa
memberikan KMS. Menurut buku pelaksanaa Posbindu belum berjalan dengan
penyelenggaraan Posbindu PTM menyebutkan baik salah satunya dikarenakan oleh kesibukan
bahwa pelayanan tahap satu adalah registrasi, kader dan kurangnya petugas [10]. Kader yang
pemberian nomor urut dan pencatatan ulang sudah tidak aktif adalah ibu-ibu rumah tangga
hasil pengisian KMS ke buku usia produktif dan mempunyai kesibukan
pencatatan/register oleh petugas pelaksana mengurus rumah tangga, sehingga tidak
Posbindu PTM/kader [6]. Layanan tahap satu menyempatkan diri untuk datang ke Posbindu
berbeda dengan pedoman seharusnya terdapat PTM. Selain itu berdasarkan hasil wawancara
pencatatan pada buku register/pencatatan untuk menunjukkan bahwa tidak ada uang transport
mempermudah pengolahan data dan sebagai untuk kader, hal tersebut dapat mempengaruhi
sumber data awal bagi penelitian. Hal tersebut keaktifan kader.
dikarenakan oleh petugas pelaksana enggan Tahapan layanan kedua adalah
melakukan pencatatan pada buku pencatatan pemeriksaan tekanan darah oleh petugas
puskesmas dan hasilnya dicatat pada KMS. observasi dan wawancara mendalam dengan
Tahapan layanan kedua berbeda dengan informan membuktikan bahwa banyaknya
pedoman umum Posbindu PTM, seharusnya peralatan Posbindu PTM yang rusak/error, alat
ada wawancara untuk menelusuri informasi tersebut antara lain, body fat scale analyzer, alat
faktor risiko perilaku dan riwayat PTM pada ukur gula darah dan alat ukur kolesterol total.
keluarga dan sasaran kegiatan [5]. Pemeriksaan Tahapan kelima adalah konseling dan
tekanan darah seharusnya pada tahap layanan tindak lanjut (pemberian obat/rujuk), kegiatan ini
keempat. Wawancara faktor risiko perilaku pada merupakan kelanjutan tahap empat yaitu
sasaran kegiatan tidak dilakukan karena sasaran kegiatan dikonseling lagi, pemberian
petugas pelaksana enggan melakukan obat kepada sasaran kegiatan sesuai catatan
wawancara dengan alasan sasaran kegiatan dokter, rekomendasi rujuk ke Fasyankes.
tidak memeriksakan diri secara rutin, Posbindu Berdasarkan buku pedoman tahapan kelima
PTM AL-Mubarok masih menggunakan formulir adalah konseling dan tindak lanjut [6]. Tahapan
pelaporan manual yang tidak mencantumkan kelima Posbindu PTM Al-Mubarok merupakan
data hasil wawancara sehingga petugas tidak pengulangan tahap keempat yaitu tindakan
melakukan wawancara dan sasaran kegiatan konseling, oleh karena itu tahapan kelima ini
tidak perlu diwawancarai karena langsung tidak efektif. Konseling/motivasi/ penyuluhan
dikonseling di meja lima. individu diberikan pada sasaran kegiatan yang
Tahapan layanan ketiga adalah tidak memiliki kondisi parah atau kondisi faktor
pengukuran tinggi badan, berat badan dan risiko normal. Peserta yang ditemukan
lingkar perut serta hasilnya dicatat di KMS oleh mempunyai FR PTM harus mendapatkan
petugas puskesmas. Berdasarkan buku penyuluhan dan konseling untuk membantu
pedoman umum, layanan ketiga adalah sasaran menemukan masalah yang berkaitan
pengukuran tinggi badan, berat badan dan dengan FR PTM yang dimiliki dan membantu
lingkar perut [5]. Pelayanan tahapan ketiga mencari solusi mengendalikannya [11].
sudah sesuai dengan buku pedoman Pelaksanaan penyuluhan dan konseling sudah
dikarenakan peralatan yang mendukung yaitu sesuai dengan teori, akan tetapi Konseling yang
alat ukur berat badan, tinggi badan dan pita ukur diberikan hanya sekedar informasi umum
lingkar perut tersedia. Walaupun Posbindu PTM tentang apa yang dapat dikonsumsi atau tidak
AL-Mubarok menggunakan timbangan berat sesuai kondisi sasaran, belum secara mendetail
badan yang bukan standar Posbindu PTM menghitung kebutuhan gizi yang sudah
dikarenakan alat standar berat badan yaitu body dicontohkan dalam juknis. Hal tersebut
fat scale analyzer sudah rusak. disebabkan oleh tahapan pelayanan dua yaitu
Tahapan layanan keempat adalah wawancara faktor risiko perilaku PTM yang tidak
pelayanan dokter internship meliputi anamnesa dilakukan sehingga konseling/ penyuluhan
keluhan pada sasaran kegiatan, konseling dan individu belum maksimal.
pencatatan pada KMS (keluhan sasaran Rujukan di Posbindu PTM Al-Mubarok
kegiatan dicatat beserta tindakan yang dilakukan kepada sasaran kegiatan dengan
diperlukan misalkan pemberian saran-saran, kriteria antara lain menderita kasus parah
obat ataupun rekomendasi rujuk ke Fasyankes). misalkan hipertensi, memerlukan pengobatan
Pelayanan dokter tidak ada dalam Posbindu dan pemeriksaan lebih lanjut, membutuhkan
PTM, tahapan layanan keempat adalah konseling lebih lanjut dan sasaran kegiatan
pemeriksaan faktor risiko PTM (tekanan darah, mengalami cedera atau luka. Rujukan
gula darah, kolesterol total, trigliserida, disampaikan langsung secara lisan dengan
pemeriksaan APE, CBE, IVA dan lain memberikan saran agar sasaran kegiatan rujuk
sebagainya [6]. Pelayanan dokter seharusnya ke pelayanan kesehatan dan tidak
tidak ada dalam pelayanan Posbindu PTM menggunakan formulir rujukan khusus. Rujukan
dikarenakan tujuan dari kegiatan Posbindu PTM dapat dilaksanakan bila hasil pengukuran dan
lebih diutamakan untuk pencegahan, apabila pemeriksaan menunjukkan kesesuaian dengan
kondisi sasaran kegiatan yang parah dan perlu kriteria rujukan serta sasaran kegiatan yang
obat maka seharusnya dirujuk di Fasyankes. dirujuk membawa KMS dan lembar rujukan/
Selain itu kegiatan konseling seharusnya pada form rujukan saat merujuk ke Fasyankes [9].
tahap lima, tahap empat hanya untuk Rujukan Posbindu PTM sudah dilakukan sesuai
pemeriksaan. Pemeriksaan laboratorium tidak kriteria rujukan, akan tetapi perlu perbaikan
dilakukan karena kurangnya ketersediaan terkait lembar rujukan yang seharusnya dibuat
sarana dan peralatan Posbindu PTM. Hasil
dan kemudian dibawa saat rujuk ke Fasyankes tidak diisi dan belum menggunakan Portal Web
sebagai media informasi rujukan. dikarenakan kurangnya SDM dan kurangnya
Tahapan layanan meja 1 sampai 5 sarana dan prasarana seperti komputer serta
sebagian besar dilaksanakan oleh petugas jaringan internet yang kurang bagus. Oleh
Puskesmas. Menurut juknis Posbindu PTM, karena itu disarankan agar Posbindu PTM Al-
puskesmas memiliki tanggung jawab pembinaan Mubarok menambah kader dan menggunakan
Posbindu PTM di wilayahnya misal dengan Portal web dikarenakan terdapat kelebihan
memberikan bimbingan teknis kepada kader antara lain tidak ada pencatatan ganda
sebagai petugas pelaksana [9]. Petugas (pencatatan dengan NIK), analisis data lebih
puskesmas turut menjadi petugas pelaksana mudah, surveilans faktor risiko PTM lebih
dikarenakan Posbindu PTM AL-Mubarok mendetail dan mutakhir serta dapat dipantau
kekurangan kader serta pelatihan kader belum setiap bulannya sampai ke Kemenkes RI.
berjalan maksimal sehingga kader belum bisa Penggunaan SIM PTM dapat secara offline
melakukan pengukuran dan pemeriksaan. untuk entry data, ketika pelaporan
Pembahasan sebelumnya menjelaskan bahwa menggunakan sistem online yang tidak jauh
terdapat beberapa peralatan yang rusak dan berbeda dengan email.
tidak diperbaiki dikarenakan masalah Surveilans faktor risiko PTM berbasis
pembiayaan yang belum memadai. Posbindu Posbindu PTM Al-Mubarok di Puskesmas
PTM AL-Mubarok masih bergantung kepada Sempu meliputi pengumpulan data melalui
Puskesmas Sempu untuk pengadaan alat dan rekapan KMS, pengolahan data secara manual
penggandaan KMS. Oleh karena itu perlu dengan memasukkan hasil kegiatan ke form
perbaikan perencanaan pembiayaan laporan sampai pelaporan melalui email ke
operasional Posbindu PTM agar Posbindu PTM dinas kesehatan kabupaten. Kegiatan surveilans
Al-Mubarok dapat berkembang dan faktor risiko PTM berbasis Posbindu PTM sama
berkelanjutan. dengan alur pencatatan dan pelaporan.
Alur pencatatan dan pelaporan Posbindu Kegiatan surveilans faktor risiko PTM belum
PTM Al-Mubarok antara lain hasil pemeriksaan menggunakan portal web serta belum ada
dan pengukuran FR PTM dicatat di KMS dan analisis data dan tidak lanjut karena hasil
direkap, datanya dimasukkan kedalam form kegiatan hanya dilaporkan saja. Surveilans
pelaporan manual, selanjutnya dikirim melalui faktor risiko PTM berbasis Posbindu adalah
email ke dinas kesehatan kabupaten bentuk kegiatan menganalisis secara sistematis
Banyuwangi. Petugas yang melaporkan hasil dan terus-menerus terhadap faktor risiko PTM
kegiatan Posbindu PTM adalah koordinator yang berbasis Posbindu PTM agar dapat
Posbindu PTM Puskesmas Sempu. Apabila melakukan tindakan penanggulangan secara
pelaksanaan Posbindu PTM bertepatan dengan efektif dan efisien melalui proses pengumpulan
hari libur sekolah maka tidak ada pelaksanaan data, pengolahan dan penyebaran informasi
Posbindu PTM dan pencatatan dan epidemiologi kepada penyelenggara program
pelaporannya pun kosong. Menurut pedoman kesehatan yang terkait, kegiatan surveilans
umum Posbindu PTM, pencatatan hasil kegiatan dilakukan dengan SIM PTM/Portal Web [12].
dapat dilakukan dengan cara manual maupun Kegiatan surveilans Posbindu PTM di
menggunakan SIM PTM oleh petugas Puskesmas Sempu belum berjalan terus-
pelaksana (kader) atau petugas puskesmas menerus sesuai dengan teori dikarenakan
dengan alur pencatatan meliputi hasil terdapat pelaksanaan Posbindu PTM yang
pencatatan di KMS disalin dalam buku kosong selama tahun 2015 yaitu terdapat 3
register/pencatatan, rekapitulasi oleh petugas Bulan (Januari, Juni dan Juli) tanpa
puskesmas dan pelaporan hasil rekapan ke pelaksanaan Posbindu PTM dikarenakan
dinas kesehatan kabupaten, kegiatan ini bertepatan dengan hari libur sekolah. Hal
dilakukan setiap bulan sekali [5]. tersebut dapat memutus kegiatan surveilans
Pencatatan dan pelaporan Posbindu PTM yang seharusnya berjalan rutin setiap bulan
tahun 2015 oleh koordinator surveilans Dinas sekali, pada akhirnya pencegahan dan
Kesehatan Kabupaten Banyuwangi diharuskan pengendalian PTM tidak berjalan optimal. Saran
menggunakan Portal web/SIM PTM bukan lagi untuk permasalahan ini adalah mengganti
manual. Pencatatan dan pelaporan hasil jadwal pelaksanaan di hari lain atau
kegiatan Posbindu PTM Al-Mubarok berbeda mengembangkan Posbindu PTM mobile
dengan pedoman umum dan peraturan baru bersama dengan program lain misalkan
dinas kesehatan kabupaten yaitu buku register puskesmas keliling.
[12] Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Risiko Penyakit Tidak Menular Berbasis
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Posbindu. Jakarta: Kementerian
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Kesehatan; 2014.
Menular. Petunjuk Teknis Surveilans Faktor