Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Vol 11 No 2 Desember: 9-25 ISSN : 1978-4562

STUDI TENTANG KOPERASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT RAKYAT BERPRESTASI


DI INDONESIA

Study of the Achievement Cooperative on Smallholder Oil Palm Plantation in Indonesia

Suharno, Yuprin A.D dan Trisna Anggreini


Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya
e-mail: suharno_unpar@yahoo.com

ABSTRACT

The existence of cooperatives is proven to increase the success of smallholders' palm plantations
through the application of good agricultural practices (GAP) and good management practices (GAP).
The purpose of this study is to examine the factors that determine the success of cooperatives and the
role of cooperatives in improving the welfare of its members and communities around. The research
was conducted in three palm oil plantation cooperatives in Indonesia: (1) KUD Dwi Tunggal in Tania
Makmur Village, Ogan Komering Ilir Regency, South Sumatera; (2) KUD Tani Subur in Pangkalan Tiga
Village, West Kotawaringin Regency, Central Kalimantan; (3) KUD Jaya Makmur in Kumbara Utama
Village, Siak Regency. The selection of the sample cooperative is deliberately determined on the basis
that the cooperatives are a nationally achieving cooperative based on a credible source of information.
This study found that the factors that determine the success of these cooperatives are: (1) Background
history of establishment of cooperatives; (2) Trust members to cooperative management; (3)
Cooperative partnership between cooperatives with plantation companies and companies providing
agricultural production facilities; (4) Implementation of GAP and GMP. The research also found that the
existence of the palm oil plantation cooperatives proved able to improve the welfare of its members
through the increase of their household income from the plantation activity, which ranged from Rp 29.5
million/ year to Rp 33.6 million / year. The existence of cooperatives also have a positive impact on the
socio-economic life of the community through: (1) improvement of infrastructure supporting economic
and socio-cultural activities; (2) improvement of housing condition of the population; (3) all households
of oil palm plantations have two-wheeled vehicles and some of them have four-wheeled vehicles
(cars); (4) about 10% of farmers' children are able to finish their education until university; (5) for the
many Moslem farmers have performed the pilgrimage or umroh, or already recorded in the waiting list
to perform the pilgrimage.
Key words: palm oil plantations; national achievement cooperatives; socio-economic impact

ABSTRAK

Keberadaan koperasi terbukti mampu meningkatkan keberhasilan perkebunan kelapa sawit rakyat
melalui penerapan praktik pertanian yang baik dan praktik manajemen yang baik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang menentukan keberhasilan koperasi dan peran koperasi
dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya serta masyarakat di sekitranya. Penelitian dilakukan
di tiga koperasi perkebunan kelapa sawit rakyat berprestasi di Indonesia, yaitu: (1) KUD Dwi Tunggal
di Desa Tania Makmur Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan; (2) KUD Tani Subur
di Desa Pangkalan Tiga Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah; (3) KUD Jaya
Makmur di Desa Kumbara Utama Kabupaten Siak Provinsi Riau. Pemilihan koperasi sampel
ditetapkan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa koperasi-koperasi tersebut merupakan
koperasi berprestasi tingkat nasioanl berdasarkan sumber informasi yang kredibel. Penelitian ini

9
Suharno dkk. Menggali Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit
Rakyat Berprestasi di Indonesia

menemukan bahwa faktor-faktor yang menentukan keberhasilan koperasi-koperasi tersebut antara


lain: (1) Latar belakang sejarah berdirinya koperasi; (2) Kepercayaan anggota kepada pengurus
koperasi; (3) Kerjasama kemitraan antara koperasi dengan perusahaan perkebunan dan perusahaan
penyedia sarana produksi pertanian; (4) Praktik pertanian yang baik dan praktik manajemen yang baik.
Penelitian juga menemukan bahwa keberadaan koperasi perkebunan kelapa sawit rakyat terbukti
mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya melalui peningkatan pendapatanya, yaitu berkisar
antara Rp 29,5 juta/tahun sampai dengan Rp 33,6 juta/tahun. Keberadaan koperasi juga memberikan
dampak positif bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat melalui: (1) peningkatan infrastruktur
penunjang kegiatan ekonomi maupun sosial budaya; (2) peningkatan kondisi perumahan penduduk;
(3) semua rumah tangga petani perkebunan kelapa sawit memiliki kendaraan bermotor roda dua dan
sebagian kecil memiliki kendaraan bermotor roda empat (mobil); (4) sekitar 10% anak-anak petani
perkebunan mampu menamatkan pendidikannya sampai perguruan tinggi; (5) bagi petani yang
beragama islam sudah banyak yang menunaikan ibadah haji atau umroh, atau sudah tercatat dalam
daftar tunggu untuk menunaikan ibadah haji.
Kata-kata kunci: perkebunan kelapa sawit rakyat; koperasi berprestasi nasional; dampak sosial
ekonomi

PENDAHULUAN TBS/ha/tahun. Sementara menurut Kiswanto


dkk.(2008), dengan penerapan teknologi
Kelapa sawit merupakan salah satu budidaya yang baik dan benar potensi
komoditas terpenting dalam perekonomian di produktivitas tanaman kelapa sawit dapat
Indonesia. Berdasarkan data dari Badan mencapai 22 ton TBS/ha/tahun atau setara
Pusat Statitik (2016), nilai ekspor minyak dengan 4.80 ton CPO/ha/tahun. Rendahnya
kelapa sawit pada tahun 2015 sebesar USD produktivitas tanaman perkebunan kelapa
15,4 juta, atau sekitar 11,67% dari total nilai sawit rakyat ini diduga disebabkan oleh tidak
ekspor non-migas yang mencapai USD 131,8 dilaksanakannya praktik pertanian yang baik
juta (Kementerian Perdagangan, 2016). Luas (GAP) dan praktik manajemen yang baik
perkebunan kelapa sawit di Indoinesia tahun (GMP) akibat kurangnya pengetahuan petani
2015 sebesar 11,3 juta ha yang terdiri atas dan keterbatasan permodalan yang dimiliki.
perkebunan besar seluas 6,7 juta ha (59.51%) Implementasi konsep GAP dan GMP
dan perkebunan rakyat seluas 4,6 juta ha dalam upaya untuk meningkatkan
(40,49%). Berdasarkan Sensus Pertanian produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat
2013, jumlah rumah tangga petani dapat ditempuh dengan menerapkan konsep
perkebunan kelapa sawit adalah sebanyak 1,5 kemitraan antara perkebunan besar dan
juta Kepala Keluarga, ini meunjukkan bahwa perkebunaaan rakyat dengan prinsip saling
perkebunan kelapa sawit rakyat menjadi membutuhkan dan saling menguntungkan.
bagian penting dalam pengembangan Dalam Undang Undang Nomor 39 tahun
perkebunan kelapa sawit di negeri ini. 20141 Tetang Perkebunan, Pemerintah
Permasalahan yang dihadapi dalam mewajibkan kepada setiap perusahaan
pengembangan perkebunan kelapa sawit, perkebunan untuk melakukan kemitraan
khususnya perkebunan rakyat di Indonesia usaha perkebunan antara perusahaan
adalah masih rendahnya produktivitas perkebunan dengan petani pekebun dengan
tanaman yang dihasilkan. Berdasarkan data prinsip saling menguntungkan, saling
dari Direktorat Jenderal Perkebunan (2015), menghargai, saling bertanggung jawab, serta
produktivitas rata-rata perkebunan rakyat
kelapa sawit pada tahun 2015 hanya sebesar
1Pasal 57 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2014
3,32 ton CPO/ha/tahun, atau sekitar 16,56 ton
Tentang Perkebunan

10
Vol 11 No 2 Desember: 9-25 ISSN : 1978-4562

saling memperkuat dan saling ketergantungan geografis; kondisi sosial ekonomi dan budaya;
dengan pekebun, karyawan, dan masyarakat dan sejarah perkembangan koperasi; (b)
sekitar perkebunan. Kemitraan usaha Operasional koperasi yang meliputi:
perkebunan tersebut dapat berupa pola manajemen koperasi; unit usaha dan kondisi
kerjasama penyediaan sarana produksi; finansial koperasi; rantai pasok sarana
kegiatan produksi; pengolahan dan produksi dan pemasaran hasil; dan
pemasaran; kepemilikan saham; dan jasa manajemen risiko; (c) Sistem penunjang yang
pendukung lainnya. meliputi: infrastruktur; kemitraan, dan jejaring
Hasil penelitian dari Tim Peneliti usaha; (2) Menganalisis dampak sosial
PILAR dan CPI di Kalimantan Tengah (2015) ekonomi (kesejahteraan) anggota koperasi
menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit dan masyarakat sekitar, yang meliputi
rakyat mandiri yang tidak menjalin kemitraan pendapatan petani, kondisi perumahan,
dengan perusahaan perkebunan memiliki pemilikan aset rumah tangga, tingkat
produktivitas dan pendapatan yang lebih pendidikan anak, dan indikator kesejahteraan
rendah dibanding dengan perkebunan kelapa sosial lainnya.
sawit rakyat yang menjalin kemitraan. Hal ini
disebabkan oleh adanya keterbatasan akses METODOLOGI
yang dihadapi oleh petani swadaya, seperti
keterbatasan akses terhadap penyediaan Objek Penelitian
sarana produksi pertanian, keterbatasan
akses finansial dan akses pasar, serta Penelitian ini merupakan studi kasus
kurangnya pengetahuan petani tentang atas3 (tiga) koperasi perkebunan kelapa sawit
praktik pertanian yang baik. Hasil penelitian rakyat berpretasi di Indonesia. Koperasi-
ini juga menemukan bahwa di Kalimantan koperasi sampel dipilih secara sengaja
Tengah terdapat tiga model kemitraan (purposive sampling) berdasarkan
perkebunan kelapa sawit rakyat dengan rekomendasi dari perusahaan-perusahaan
perusahaan perkebunan besar, yaitu: (1) mitra/pembina dan sumber lain yang kredibel.
Skema kemitraan dimana usaha perkebunan Ketiga koperasi tersebut adalah:
dikelola oleh koperasi; (2) Skema kemitraan 1. KUD Dwi Tunggal di Desa Tania
individual; dan (3) Skema kemitraan dimana Makmur Kecamatan Lempuing Jaya
usaha perkebunan dikelola sepenuhnya oleh Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi
perusahaan. Dari ketiga model/skema Sumatera Selatan dibawah binaan PT.
kemitraan tersebut, skema kemitraan yang Tania Selatan (Wilmar Group), yang
dikelola oleh koperasi menunjukkan performa telah memperoleh Serifikat RSPO tahun
yang lebih baik dari segi produktivitas 2015.
tanaman, pendapatan petani dan manajemen 2. KUD Tani Subur di Desa Pangkalan
risiko. Tiga Kecamatan Pangkalan Lada
Berdasarkan latar belakang di atas, Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi
perlu dilakukan suatu kajian lebih lanjut Kalimantan Tengah dengan perusahaan
tentang skema koperasi petani perkebunan mitra PT. Meta Epsi Agro (MEA) dan
kelapa sawit rakyat yang berpretasi, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Sabut
khususnya untuk mengetahui faktor-faktor Mas Abadi (SMA) yang merupakan anak
utama yang menentukan keberhasilan perusahaan dari MEDCO group. KUD
koperasi-koperasi tersebut. Tujuan dari Tani Subur mendapatkan penghargaan
peneilitian adalah: (1) Mengkaji faktor-faktor sebagai koperasi terbaik nasional tahun
yang menentukan keberhasilan koperasi 2014 dan memiliki unit usaha yang
perkebunan kelapa sawit rakyat yang meliputi: cukup banyak, serta telah menerapkan
(a) Pra-kondisi koperasi yang meliputi: kodisi konsep Integrasi Sawit-Sapi.

11
Suharno dkk. Menggali Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit
Rakyat Berprestasi di Indonesia

3. KUD Jaya Makmur di Desa Kumbara yang mewakili Pengurus Koperasi, Badan
Utama Kecamatan Kerinci Kanan Pengawas, perwakilan dari perusahaan
Kabupaten Siak Provinsi Riau dibawah mitra/pembina, perwakilan dari aparat
binaan PT. Inti Indosawit Subur (IIS), pemerintah desa, tokoh masyarakat dan
anak perusahaan dari Asian Agri, perwakilan petani/anggota koperasi.
mendapatkan penghargaan sebagai Sedangkan in-depth intervew dilakukan
koperasi terbaik nasional tahun 2013, terhadap pengelola unit usaha, anggota
danmelalui kerjasama kemitraan dengan badan pengawas dan perwakilan petani, yaitu
PT. Inti Indosawit Subur, KUD Jaya ketua kelompok tani. Data sekunder diperoleh
Makmur telah memperoleh sertifikat dari bagian administrasi koperasi, kelompok
International Sustainability And Carbon tani dan sumber lain yang sesuai, termasuk
Certification (ISCC), serta memperoleh dari perpustakaan dan internet.
sertifikat Roundtable on Sustainable
Palm Oil (RSPO) pada tahun 2015. HASIL PENEITIAN DAN PEMBAHASAN

Indikator-Indikator yang Dikaji Faktor-Faktor Utama yang Menetukan


Keberhasilan Koperasi
Indikator-indikator yang dikaji dalam
penelitian ini meliputi: (1) Latar Belakang Sejarah Bedirinya
1) Pra-kondisi koperasi yang meliputi: Koperasi
kodisi geografis; kondisi sosial ekonomi Pendirian ketiga koperasi sampel
dan budaya; dan sejarah perkembangan tersebut, yaitu: KUD Dwi Tunggal, KUD Tani
koperasi. Subur dan KUD Jaya Makmur, tidak terlepas
2) Operasional koperasi yang meliputi: dari keberadaan Program Pengembangan
manajemen koperasi; unit usaha dan Perkebunan Rakyat dengan Pola Perkebunan
kondisi finansial koperasi; rantai pasok Inti Rakyat yang dikaitkan dengan Program
sarana produksi dan pemasaran hasil; Transmigrasi, atau biasa disebut Program
dan manajemen risiko. PIR-Trans. Khusus untuk KUD Tani Subur,
3) Sistem penunjang yang meliputi: proyek PIR-Trans yang dikembangkan di
infrastruktur; kemitraan, dan jejaring daerah tersebut pada tahun 1984 adalah
usaha. perkebunan lada, namun mengalami
4) Dampak sosial ekonomi (kesejahteraan) kegagalan, sehingga KUD Tani Subur dalam
anggota koperasi dan masyarakat kondisi tidak aktif. Sejalan dengan
sekitar, seperti kondisi perumahan, dilaksanakan proyek PIR-Trans Kelapa Sawit
pemilikan aset rumah tangga, tingkat tahun 1996 di daerah ini, maka keberadaan
pendidikan anak, dan indikator KUD Tani Subur diaktifkan kembali dengan
kesejahteraan sosial lainnya. Akta Perubahan baru Nomor:
395/PAD/KWK.15/X/1996, tanggal 16 Oktober
Pengumpulan Data dan Informasi 1996. Selain itu, pembentukan koperasi-
koperasi tersebut didasari oleh kebutuhan
Pengumpulan data dan informasi bersama oleh para anggota karena mereka
primer dilakukan dengan metode diskusi merasa perlu bekerja sama untuk mengelola
kelompok terfokus (Focused Group kebun dan tanaman kelapa sawit yang di awal
Discussion/FGD) dan wawancara mendalam pembangunannya secara umum masih
(in-depth interview) dengan beberapa merupakan komoditas baru yang belum
responden terpilih. FGD diikuti oleh peserta pernah mereka usahakan sebelumnya.
sekitar 14-15 orang di setiap koperasi sampel

12
Vol 11 No 2 Desember: 9-25 ISSN : 1978-4562

Perkembangan koperasi-koperasi di KUD Tani Subur tidak dibatasi hanya petani


tersebut berbeda-beda tergantung dari plasma, melainkan anggota masyarakat lain
manajemen pengurus koperasi dan yang bukan petani plasma juga boleh menjadi
kesepakan anggota. Misalnya tentang anggota koperasi. Deskripsi perkembangan
keanggotaan koperasi, di KUD Dwi Tunggal koperasi sampel selengkapnya terlihat pada
dan KUD Jaya Makmur anggota koperasi Tabel 1.
dibatasi pada petani plasma saja, sedangkan

Tabel 1. Deskripsi Perkembangan Koperasi Sampel

Kriteria KUD Dwi Tunggal KUD Tani Subur KUD Jaya Makmur
Tahun Didirikan 1997 1984/1996 1992
Lokasi DesaTania Makmur Desa Pangkalan Tiga Desa Kumbara Utama
Kecamatan Kecamatan Pangkalan Kecamatan Kerinci
Lempuing Jaya Lada Kabupaten Kanan Kabupaten Kerinci
Kabupaten Ogan Kotawaringin Barat Provinsi Riau
Komering Ilir Kalimantan Tengah
Sumatera Selatan
Jumlah Petani
Plasma saat 650 435 460
pendirian (orang)
Jumlah Kelompok
28 18 20
Tani (kelompok)
Total Luas Kebun
1,300 870 920
Plasma (ha)
Jumlah Anggota
KUD di Tahun 650 821 460
2016 (orang)
Jumlah Unit Usaha 4 6 3
Tahun 2015 (Unit)
Prestasi Terbaik Bersama-sama 1. Penghargaan dari 1. Penghargaan atas
dengan koperasi lain Menteri Negara koperasi berprestasi
yang tergabung Koperasi dan Usaha jenis jasa tahun 2013
dalam Perhimpunan Kecil dan Menengah dari Menteri Negara
Sapta Tunggal Republik Indonesia Koperasi dan Usaha
Mandiri, KUD Dwi tahun 2012 sebagai Kecil dan Menengah RI.
Tunggal telah Koperasi Berprestasi 2. Bersama dengan PT Inti
memperoleh Nasional untuk Indosawit Subur (Asian
sertifikat RSPO Kelompok Produsen; Agri Group) sebagai
untuk skema petani 2. Penghargaan Adhikarya Perusahaan Pembinan.
kecil mandiri tahun Pangan Nusantara dari KUD Jaya Makmur
2015 (Certified as Presiden Republik memperoleh sertifikat
Independent Indonesia tahun 2014. International Sustaina-
Smallholder Scheme bility and Carbon
in 2015). Certification (ISCC) dan
sertifikat RSPO

13
Suharno dkk. Menggali Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit
Rakyat Berprestasi di Indonesia

(2) Kondisi Geografis, Infrastruktur dan dll. Gambaran umum Pra-kondisi geografi
Sosial Ekonomi dan sosial ekonomi di ketiga koperasi sampel
Berdasarkan kondisi geografis dan seperti terlihat pada Tabel 2.
klimatologis, semua wilayah kerja koperasi-
koperasi sampel berada di dataran rendah Manajemen Operasional Koperasi
dengan ketinggian wilayah berkisar antara 14-
44 meter dia atas permukaan laut, dengan (1) Struktur Tata Kelola Koperasi
kontur tanah secara umum datar dan Dalam manajemen koperasi,
bergelombang, sedangkan kondisi klimatologi pemegang kekuasaan tertinggi pada KUD
berupa iklim tropis basah dengan yang terletak pada Rapat Anggota sebagaimana
seacara umum sesuai untuk pertumbuhan diatur dalam Undang-Undang Koperasi3.
tanaman kepala sawit, serta jenis tanah Susunan organisasi koperasi pada level Top
berupa tanah meineral yang sesuai untuk Manajemen terdiri atas Ketua, Badan
kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Pengawas dan Pembina/Pelindung. Pada
Dari segi sosio-kultural, sebagian level Middle Management terdapat Kepala-
besar petani yang tergabung dalam KUD kepala Unit atau bidang usaha yang
merupakan penduduk pendatang bertanggung jawab atas operasional masing-
(transmigran) dan juga melibatkan sekitar 10- masing unit usaha, dan khusus untuk Unit
20% penduduk lokal. Hal ini merupakan Usaha Plasma, pada level Low Management
bagian dari Program Pengembangan terdapat Ketua Kelompok Tani yang
Perkebunan Rakyat dengan Pola Perkebunan bertanggung jawab atas operasional kebun
Inti Rakyat yang dikaitkan dengan Program plasma di lapangan.
Transmigrasi, sebagaimana diatur dalam Faktor kepercayaan anggota kepada
Instruksi Presiden No.2 tahun 19842, dimana pengurus koperasi merupakan faktor penting
Program PIR-Trans wajib melibatkan dalam mendukung keberhasilan koperasi. Hal
penduduk lokal ditujukan untuk meminimalisir ini terbukti dari ketiga koperasi (KUD) sampel
potensi konflik sosial yang disebabkan oleh yang menjadi objek penelitian ini, bahwa
kecemburuan sosial. pengurus koperasi, khususnya ketua koperasi
Dari segi sosial ekonomi, khususnya dalam pemilihan pengurus yang dilaksanakan
yang terkait dengan sumber penghasilan atau secara demokratis pada forum Rapat
mata pencaraharian penduduk, sumber Anggota, dipercaya oleh anggota untuk
penghasilan anggota KUD selain dari memimpin koperasinya lebih dari satu
pengelolaan kebun plasma yang dimilikinya periode.
juga bersumber dari kegiatan-kegiatan (2) Operasional Kebun Plasma
produktif lainnya, yaitu: berusahatani kebun Pananggung jawab pengelolaan
karet; berusahatani tanaman pangan dan kebun plasma di lapangan adalah Ketua
hortikultura; bekerja sebagai buruh kelompok tani, sedangkan pelaksanaannya
perkebunan kelapa sawit, baik sebagai buruh untuk masing-masing KUD berbeda-beda.
perusahaan perkebunan atau sebagai buruh Kelompok Tani adalah gabungan petani
perkebunan yang dikelola oleh KUD, dan sehamparan yang anggotanya adalah para
berwirausaha, seperti berdagang atau petani plasma. Pada usaha perkebunan,
membuka usaha jasa, misalnya bengkel, ojek wilayah kerja kelompok tani dapat disamakan
dengan satu afdeling. Pada KUD Dwi Tunggal
2
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor: dan KUD Tani Subur, pengelolaan
1 Tahun 1986, Tentang Pengembangan
Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti
Rakyat yang Dikaitkan dengan Program 3 Pasal 22Undang-undang Nomor: 25Tahun 1992
Transmigrasi (PIR-Trans), Tentang Koperasi

14
Vol 11 No 2 Desember: 9-25 ISSN : 1978-4562

operasional kebun di lapangan dilaksanakan bertanggung jawab dalam pengadaan sarana


oleh kelompok tani, sedangkan di KUD Jaya produksi, penjadwalan rotasi panen dan
Makmur, operasional pengelolaan kebun oleh pemasaran TBS dari kebun plasma yang
masing-masing individu petani palsma dikelolanya. Deskripsi manajemen koperasi
dibawah koordinasi Ketua kelompok tani. dan pengelolaan kebun plasma untuk ketiga
Dalam pengelolaan kebun plasma, KUD koperasi sampel seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Penilaian Pra-Kondisi Koperasi Sampel

Kriteria KUD Dwi Tunggal KUD Tani Subur KUD Jaya Makmur
Topografi Bergelombang Bergelombang Bergelombang
- Ketinggian Tempat (m) 15 20 44
- Iklim tropik basah tropik basah tropik basah
- Rata-rata Curah Hujan 2,906 2,310 1,971
Tahunan (mm)
- Jumlah Hari Hujan (hari) 116 181 191
- Temperatur (0C) 21-36 20-36 25-37
Kelembapan (%) 69-98 61- 66 82-95
Jenis Tanah tanah mineral tanah mineral tanah mineral
Tingkat Keseuaian untuk Sesuai Sesuai Sesuai
Tanaman Kelapa Sawit
Kondisi Sosial-Ekonomi Anggota Koperasi Anggota Koperasi Anggota Koperasi
dan Kultural melibatkan 80% melibatkan80% melibatkan90%
penduduk pendudukpendatang penduduk pendatang
pendatang (transmigransi) dan (transmigransi) dan
(transmigransi)dan 20%penduduk lokal. 10% penduduk lokal.
20% penduduk Sumber pendapatan Sumber pendapatan
lokal. anggota koperasi: anggota koperasi:
Sumber - Usahatani kebun - Usahatani kebun
pendapatan kelapa sawit kelapa sawit
anggota koperasi: - Usahatani kebun - Usahatani ternak
- Usahatani karet sapi
kebun kelapa - Usahatani tanaman - Buruh perkebunan
sawit pangan dan kelapa sawit.
- Usahatani hortikultura - Berwirausaha
kebun karet - Usahatani ternak (dagang dan usaha
- Buruh - Buruh perkebunan jasa).
perkebunan kelapa sawit.
kelapa sawit. - Berwirausaha
- Berwirausaha (dagang dan usaha
(dagang dan jasa).
usaha jasa).

15
Suharno dkk. Menggali Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit
Rakyat Berprestasi di Indonesia

Tabel 3. Deskripsi Manajemen Koperasi dan Pengelolaan Kebun Plasma

Kriteria KUD Dwi Tunggal KUD Tani Subur KUD Jaya Makmur
Manajemen Koperasi
- Pemegang Rapat Anggota Rapat Anggota Rapat Anggota
Kekuasaan
Tertinggi
- Manajemen Ketua, Badan Pengawas Ketua, Badan Ketua, Badan
Tingkat Atas dan Pembina/Pelindung Pengawas dan Pengawas dan
Pelindung Pelindung
- Manajemen Sekretaris , Bendahara Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara,
Tingkat dan Kepala Bidang yang Sekretaris , Karani dan Kepala Unit
Menengah menangani unit-unit usaha Bendahara dan Usaha
Kepala Bidang yang
menangani unit-unit
usaha
- Manajemen Ketua Kelompok Tani Ketua Kelompok Ketua Kelompok Tani
Tingkat Bawah Tani
- Masa Kerja 4 3 3
Pengurus
(tahun)
- Masa 2 periode 3 periode 3 periode
Kepeminpinan
Ketua KUD yang
menjabat
sekarang
Pengelolaan Kebun - Petani plasma secara - Petani plasma - Petani plasma secara
Palsma di Lapangan individu tidak mengelola secara individu individu bertanggung
kebun plasma yang tidak mengelola untuk mengelola
dimilikinya. kebun plasma kebun plasma yang
- Teknis pengelolaan yang dimilikinya. dimilikinya.
kebun di lapangan - Teknis - Teknis pengelolaam
dilaksanakan oleh pengelolaan kebun plasma di
kelompok tani. kebun di lapangan dilakukan
- Pengadaan sarana lapangan oleh petani plasma
produksi, pembiayaan dilaksanakan secara individu.
kebun, penjadwalan oleh kelompok - Pengadaan saranan
panen dan penjualan tani. produksi pertanian
TBS dilakukan oleh - Pengadaan (pupuk dan pestisida)
KUD. sarana produksi, dilakukan oleh KUD.
- Besarnya pendapatan pembiayaan Apabila petani
petani plasma dari kebun, membutuhkan sarana
pengelolaan kebun penjadwalan produksi, petani
mereka untuk petani panen dan mengajukan
dalam satu kelompok penjualan TBS amprahan ke KUD
sama besar, sedangkan dilakukan oleh dan dicatat sebagai
antar petani lain KUD. hutang petani yang

16
Vol 11 No 2 Desember: 9-25 ISSN : 1978-4562

kelompok tidak sama - Besarnya akan dibayar oleh


tergantung dari pendapatan petani melalui
besarnya produksi TBS petani plasma pemotongan nilai
dari masing-masing dari pengelolaan penjulanan TBS dari
kelompok taninya. kebun mereka masing-masing
untuk seuruh petani.
anggota koperasi - Pengaturan jadwal
sama, tidak panen dan penjualan
tergantung TBS dilakukan oleh
besarnya KUD, tetapi
produksi dari pelaksanaan panen
masing-masing dilakukan oleh petani
kelompok tani. sendiri.

Tabel 4. DeskripsiPengelolaan Kebun Plasma

Uraian KUD Dwi Tunggal KUD Tani Subur KUD Jaya Makmur
Varietas Bibit Marihat Marihat Marihat
Luas kebun (ha) 1,300 870 920
Jumlah petani plasma (orang) 650 435 460
Luas Kebun/petani plasma (ha) 2 2 2
Populasi tanaman/ha (pohon) 135 135 128
Rata-rata Umur tanaman (tahun) 22 18 26
Produktivitas (ton TBS/ha/tahun) 17.88 22.76 25.31
Produktivitas referensi 19 21 17
berdasarkan umur tanaman (ton
TBS/ha/tahun)
Penggunaan pupuk anorganik 425 725 1129
(kg/ha)
Penggunaan pupuk organik 0 4104 0
(kg/ha)
Penggunaan Amelioran (kg/ha) 0 2705 0
Pengunaan Pestisida(lt/ha)6 1.00 1.67 1,00

4KUD Tani Subur menggunakan pupuk anorganik berupa kompos sebagai pupuk
substitusi yang merupakan dampak positif dari implementasi integrasi sawit-
sapi.
5
Amelioran adalah material yang digunakan untuk meningkatkan pH tanah.
Jenis amelioran yang digunakan oleh KUD Tani Subur adalah kapur
pertanian (dolomit).
6Jenis pestisida yang digunakan di ketiga KUD pada waktu dilakukan penelitian

hanyalah herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma di antara baris


tanaman dan sekitarnya.

17
Suharno dkk. Menggali Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit
Rakyat Berprestasi di Indonesia

Manajemen Risiko plasmadi masing-masing kelompok tani.Untuk


meminimalisir risiko finansial, KUD Dwi
(1) Risiko Teknis Tunggal melakukan beberapa hal berikut:
Risiko teknis (jika terjadi) yang a) Mengembangkan unit-unit usaha
berdampak pada menurunnya hasil panen sebagai diversifikasi sumber pendapatan
yang disebabkan oleh faktor alam atau koperasi.
serangan orgnisme pengganggu tanaman b) KUD telah memiliki cadangan dana
(OPT) ditanggung bersama oleh petani yang replanting yang dikumpulkan melalui
tergabung pada masing-masing kelompok pemotongan hasil penjualan TBS
tani. Untuk meminimalisir risiko teknis, KUD sebesar 3% sejak tanaman mulai
melakukan upaya berikut: menghasilkan. Cadangan dana
a) Menerapkan konsep praktik pertanian replanting digunakan sebagai modal
yang baik (GAP), yaitu: (1) pemupukan pada unit simpan pinjam.
tanaman dengan tepat melalui analisis c) Menjalin hubungan kerjasama dengan
daun berdasarkan hasil uji laboratorium bank komersial.
milik PT. Tania Selatan; (2) Khusus di KUD Tani Subur pada
pengendalian OPT melalui pemantauan tahun 2015 telah menetapkan kebijakan zero
intensitas serangan, (3) pemeliharaan grading, yaitu menetapkan agar ketika
kebun dan tanaman secara berkala dan penjualan TBS ke PKS diperoleh persentase
terjadwal, seperti: pruning, pembersihan grading 0%, yang berarti tidak ada lagi
bokoran, dan pembersihan jalan potongan berat TBS oleh pihak perusahaan
usahatani. Khusus di KUD Jaya Makmur atau pabrik pengolah TBS.
pada pengendalian organisme tanaman (3) Risiko Sosial
melalui pemantauan intensitas serangan Risiko sosial merupakan risiko yang
OPT, dengan membentuk Tim Unit berkaitan dengan terjadinya konflik yang
Semprot (TUS). ditimbulkan oleh hubungan sosial maupun
b) Menerapkan konsep praktik manajemen klaim kepemilikan lahan antara anggota,
yang baik (GMP), antara lain; (1) pengurus dan pihak-pihak eksternal. Pada
penyusunan rencana kegiatan dengan umumnya konflik yang terjadi berbeda-beda
baik untuk tahun berikutnya dalam rapat sesuai dengan keadaan dan budaya
anggota tahunan (RAT), (2) masyarakat pada daerah masing-masing di
pendelegasian wewenang pengelolaan KUD Sampel.
kebun kepada kelompok tani, (3) a) Menurut Ketua-ketua KUD sampel, sejak
penjadwalan rotasi panen untuk setiap koperasi ini berdiri sampai sekarang
kelompok tani, (4) menyusun rencana belum pernah terjadi konflik yang berkait
replanting mulai tahun 2018 secara dengan klaim kepemilikan lahan. Selain
bertahap, (5) menjalin kemitraan itu, keanggotaan koperasi juga
denganstakeholders terkait, misalnya melibatkan masyarakat lokal sejak
dalam pengadaan sarana produksi Progam PIR-Trans ini dibuka, sehingga
pertanian, pemasaran hasil, dan potensi konflik sosial dapat diminimalisir.
perbankan. b) Khusus KUD Tani Subur, dalam forum
(2) Risiko Finansial FGD disampaikan memang pernah ada
Risiko finansial pada usahatani kelapa konflik sosial yang bersumber dari
sawit terutama berkait dengan fluktuasi harga ketidakpercayaan anggota KUD terhadap
dan fluktuasi produksi TBS dan keperluan pengurusnya. Upaya untuk meminimalisir
dana untuk pembiayaan kebun. Risiko risiko sosial yaitu dengan cara: (1)
finansial ditanggung bersama oleh petani berpartisipasi dalam pembangunan di

18
Vol 11 No 2 Desember: 9-25 ISSN : 1978-4562

desa sekitar, memberikan sumbangan antara penduduk lokal dan penduduk


pendidikan, dan memberikan pendatang (transmigrasi), sejak KUD ini
kesempatan kerja kepada masyarakat, dibentuk yang tidak terlepas dari
baik anggota KUD maupun yang bukan Program PIR-Trans di wilayah ini telah
anggota; (2) memelihara unsur melibatkan penduduk lokal sebagai
kepercayaan anggota kepada pengurus peserta proyek.
KUD, melalui berusaha menerapkan (4) Risiko Hukum
transparansi dalam pengelolaan Risiko hukum berkaitan dengan tidak
keuangan dan rapat berkala ataupun dipenuhinya tanggung jawab hukum oleh
insidentil sesuai dengan keperluan. koperasi serta pengurus dan anggotanya,
c) Di KUD Jaya Makmur, KUD bekerjasama atau sengketa hukum yang melibatkan pihak-
dengan PT. Inti Indosawit Subur pihak tersebut. Risiko ini tidak pernah terjadi
melakukan koordinasi dan komunikasi di KUD sampel. Koperasi berdiri secara resmi
secara intensif dengan seluruh anggota dengan Badan Hukum yang dikeluarkan oleh
dalam bentuk pelatihan-pelatihan, rapat Inatansi terkait. Selain itu, semua lahan petani
koordinasi, penyuluhan teknis untuk plasma telah memiliki sertifikat resmi berupa
memecahkan masalah yang diikuti oleh Hak Milik.
seluruh petani. Untuk meminimalisir
potensi konflik yang mungkin timbul
Manajemen Pengadaan Sarana dan pemasaran hasil tersebut didasarkan pada
Prasarana Perkebunan aspek kepercayaan, tidak ada perjanjian
tertulis terbaru setelah pelunasan kredit petani
Untuk menjamin tersedianya sarana plasma tersebut. Menurut pengakuan para
produksi pertanian khususnya pupuk dan Ketua KUD, meskipun tidak ada perjanjian
pestisida, masing-masing KUD sampel tertulis, KUD tidak pernah menjual TBS-nya
menjalin kerja sama dengan perusahaan kepada perusahaan lain.
pemasok sarana produksi pertanian, yaitu: (1)
KUD Dwi Tunggal menjalin kerja sama Kinerja Operasional dan Keuangan
dengan CV Rahma Tani yang berada di Koperasi serta Dampak Sosial
Lempuing Jaya Kabupaten OKI Sumatera Ekonomi
Selatan; (2) KUD Tani Subur menjalin kerja
sama dengan PT. Selomas di Kabupaten (1) Kinerja Operasional
Kebumen Jawa Tengah; (3) KUD Jaya Jika dilihat dari rata-rata umur
Makmur menjalin kerja sama dengan PT. Asia tanaman dan rata-rata produktivitas yang
Kimindo Prima di Medan, Sumatera Utara. dicapai, tampak bahwa kinerja dari ketiga
Untuk pemasaran hasil, masing-masing KUD KUD sampel dalam mengelola perkebunan
menjalin kerja sama dengan Perusahaan plasma perkebunan kelapa sawit rakyat
Mitra yang dulunya merupakan Perusahaan termasuk kategori baik dengan indikasi
Inti. Untuk saat ini, sebenarnya sudah tidak sebagai berikut: (1) di KUD Dwi Tunggal
ada kewajiban KUD untuk menjual hasil TBS- dengan rata-rata umur tanaman 22 tahun
nya kepada Perusahaan Inti, karena mampu mencapai produktivitas rata-rata
kewajiban KUD untuk menjual TBS-nya sebesar 17,88 ton TBS/ha/tahun, memang
kepada perusahaan inti sudah berakhir pada lebih rendah dari tingkat produktivitas idealnya
saat pembayaran angsuran kredit petani sebesar 19 ton TBS/ha/tahun (Kiswanto, dkkk
plasma telah lunas, sekitar tahun 1998-2011. 2008), tetapi lebih tinggi dibanding
Hubungan kemitraan antara KUD produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat
dengan perusahaan mitra, baik yang terkait nasional sebesar 16,56 ton TBS/ha/tahun
dengan pasokan sarana produksi maupun (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015); (2) di

19
Suharno dkk. Menggali Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit
Rakyat Berprestasi di Indonesia

KUD Tani Subur, dengan rata-rata umur bahwa penerapan GAP memberikan dampak
tanamanan 18 tahun mampu mencapai positif dalam meningkatkan produktivitas
produktivitas rata-rata sebesar 22,76 ton perkebunan kelapa sawit rakyat, dengan
TBS/ha/tahun; (3) di KUD Jaya Makmur, tingkat produktivitas yang jauh di atas rata-
dengan rata-rata umur tanamanan 25 tahun rata produktivitas perkebunan kelapa sawit
mampu mencapai produktivitas rata-rata rakyat secara nasional.
sebesar 25.31 ton TBS/ha/tahun.
Tampak bahwa produktivitas tanaman (2) Kinerja Keuangan Koperasi dan Kebun
yang dicapai oleh KUD Jaya Makmur sangat Palsma
tinggi, karena pada umumnya pada umur
tanaman tersebut produktivitas tanaman Keberadaan koperasi petani
kelapa sawit telah menurun kurang dari 20 ton perkebunan kelapa sawit terbukti mampu
TBS/ha/tahun. Jika dikaitkan antara besarnya meningkatkan kesejahteraan anggotanya
produktivitas tanaman dengan jumlah pupuk melalui peningkatan pendapatan rumah
yang digunakan, tampaknya ada korelasi tangganya (Tabel 5). Di KUD Dwi Tunggal
positif antara banyaknya pupuk yang rata-rata petani memperoleh pendapatan dari
digunakan, terutama penggunaan pupuk kebun plasma sebesar IDR 29,5 juta/tahun
anorganik dengan besarnya produktivitas atau sebesar IDR2,5 juta /bulan, dan di KUD
yang dihasilkan. Tani Subur rata-rata petani memperoleh
Berdasarkan deskripsi pengelolaan pendapatan sebesar IDR 33,6juta/tahun, atau
kebun plasma sesuai dengan Tabel 4, terlihat sebesar IDR 2,8juta/bulan.
Pendapatan rumah tangga petani dari dikelola oleh KUD; (6) berwirausaha sebagai
kebun plasma tersebut merupakan pedagang dan usaha jasa.
pendapatan non-kerja7. Selain dari kebun Di KUD Jaya Makmur, karena
plasma, petani plasma anggota koperasi di pengelolaan teknis dan finansial kebun
kedua KUD tersebut masih mempunyai plasma dikelola sendiri oleh petani secara
kesempatan untuk memperoleh pendapatan individu, maka pendapatan petani merupakan
dari berbagai kegiatan produktif lainnya, keuntungan dari usahatani perkebunan kelapa
antara lain: (1) usahatani perkebunan kelapa sawitnya dan imbalan dari curahan tenaga
sawit mandiri; (2) usahatani perkebunan kerja yang dikeluarkan untuk mengelola
karet8; (3) usahatani tanaman pangan dan kebunya, sehingga rata-rata pendapatan
hortikultura; (4) berusahatani ternak; (5) petani dari usaha perkebunan plasma kelapa
bekerja sebagai buruh pada perkebunan- sawit di KUD Jaya Makmur paling tinggi yaitu
perkebunan kelapa sawit, baik di perusahaan mencapai Rp 59,3juta/tahun atau sebesar Rp
perkebunan atau di kebun kelapa sawit yang 4.9juta/bulan, dari rata-rata luas perkebunan
petani sebesar 2 ha. Namun, peluang petani
7 Petani plasma anggota KUD Dwi Tunggal dan untuk memperoleh pendapatan dari sumber
KUD Tani Subur tidak mengelola kebun plasma lain di luar perkebunan kelapa sawit relatif
yang mereka miliki. Pengelolaan kebun plasma terbatas karena sebagian besar waktunya
dilakukan oleh KUD. Oleh karenanya digunakan untuk mengelola kebun plasma
pendapatan yang mereka peroleh dari
pengelolaan kebun palsama disebut sebagai
yang dimilikinya.
pendapatan non-kerja, karena untuk Dengan berbagai unit usaha yang
memperoleh pendapatan tersebut petani tidak diusahakan oleh KUD sampel, diketahui
bekerja sama sekali. kondisi keuangan koperasi sampel seperti
terlihat pada Tabel 6. Keuntungan dalam
8 Khusus di KUD Dwi Tunggal, semua petani
plasma anggota KUD memiliki kebun karet
usaha koperasi di Indonesia disebut sebagai
dengan luas rata-rata 0,50 hektar, yang
Sisa Hasil Usaha (SHU). Dari ketiga KUD
diusahakan di lahan pekarangan.

20
Vol 11 No 2 Desember: 9-25 ISSN : 1978-4562

Sampel, ternyata SHU pada KUD Tani Subur kesejahteraan masyarakat, khususnya yang
paling besar, yaitu sebesar IDR 729,6 juta berstatus sebagai anggota KUD. Indikator-
dan terkecil pada KUD Jaya Makmur sebesar indikator kesejahteraan tersebut antara lain:
IDR 176,02 juta. Keuntungan atau SHU dari (1) Kondisi perumahan penduduk; (2)
KUD tidak semua dibagikan kepada anggota. Kepemilikan kendaraan bermotor; (3) Tingkat
Pendistribusian SHU adalah untuk: (1) Bagian pendidikan anak; dan (4) Indikator lainnya,
Anggota; (2) Dana cadangan koperasi; (3) khususnya bagi petani yang beragama Islam
Manajemen fee; (4)Gaji karyawan; (5) Dana telah mampu menunaikan ibadah haji atau
pendidikan; (6) Dana sosial; (7) Dana umrah, atau sudah tercatat dalam daftar
pembangunan daerah kerja. Persentasi tunggu sebagai calon jamaah haji. Secara
distribusi SHU untuk ketiga KUD sampel rinci indikator kesejateraan anggota KUD
seperti terlihat pada Gambar 1. sampel seperti terlihat pada Tabel 7.
(3) Kesejahteraan Petani
Keberadaan proyek PIR-Trans kelapa
sawit yang dikelola oleh koperasi di ketiga
KUD sampel terbukti mampu meningkatkan

Tabel 5. Analisis Pendapatan Petani dari Pengelolaan Kebun Plasma

Uraian KUD Dwi Tunggal KUD Tani Subur KUD Jaya Makmur
Luas Lahan (ha) 2.00 2.00 2.00
Produksi TBS(kg) 35,760 44,166 50,615
Harga TBS (IDR/kg) 1,121.29 1,382.00 1,454.00
Penerimaan (IDR) 40,097,330 61,037,412 73,594,520
Biaya Pemeliharaan (IDR)9 7,023,500 18,342,864 8,261,101
Biaya Pemasaran (IDR)10 3,570,240 9,094,851 6,015,340
Biaya Total (IDR) 10,593,740 27,435,715 14,276,441
Pendapatan (IDR) 29,503,590 33,601,697 59,318,078
MarjinKeuntungan (%) 73.58 55.05 80.60
Dana ditahan oleh KUD 1,571,950 5,760,342 607,636
untuk Cadangan Replanting
dan Simpanan Wajib (Rp)11

Tabel 6. Deskripsi Kondisi Finansial KUD dan Rantai Pasok

Kriteria KUD Dwi Tunggal KUD Tani Subur KUD Jaya Makmur
Omset KUD 4,904,448,481 1,462,008,939 2,188,506,750
Biaya Operasional 4,396,412,352 732,368,710 2,012,484,939
Sisa Hasil Usaha (SHU) 508,036,129 729,640,229 176,021,811
SHU Tidak Dibagikan 254,018,065 401,302,126 105,613,087
SHU Dibagikan 254,018,065 328,338,103 70,408,724

9Biaya pemeliharaan terdiri atas biaya input dan biaya teraga kerja, termasuk tenaga kerja untuk penen
10Biaya pemasaran terdiri atas biaya angkut, biaya timbang dan grading.
11Total potongan untuk setiap petani plasma berupa; simpanan wajib anggota sebesar Rp 10.000 per bulan, dan dana

cadaangan untuk replanting .

21
Suharno dkk. Menggali Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit
Rakyat Berprestasi di Indonesia

Distribusi SHU pada KUD Dwi Tunggal Distribusi SHU pada KUD Tani Subur

Distribusi SHU pada KUD Jaya Makmur


Gambar 1. Distribusi Pembagian SHU Ketiga KUD Sampel

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI kemitraan dengan supplier sarana


Kesimpulan produksi, koperasi dapat memperoleh
1. Keberadaan koperasi pada komunitas jaminan pasokan sarana produksi
petani perkebunan kelapa sawit terbukti pertanian (farm supplies), dan dengan
sangat penting. Dengan membentuk menjalin kemitraan dengan perusahaan
koperasi, petani dapat mengelola inti sebagai pembina, koperasi
perkebunannya lebih efisien dan mampu memperoleh pembinaan tentang GAP
menerapkan konsep GAP dan GMP dan GMP serta ada jaminan pemasaran
yang pada gilirannya dapat hasil dari kebunnya.
meningkatkan produktivitas kebunnya 3. Pola pengelolaan kebun di lapangan
lebih tinggi dibanding rata-rata sebagaimana diterapkan oleh KUD Dwi
produktivitas perkebunan kelapa sawit Tunggal di Kabupaten Ogan Komering
rakyat secara nasional. Ilir Sumatera Selatan, dimana
2. Kemitraan (partnership) merupakan pengelolaan kebun di lapangan menjadi
salah satu kunci utama bagi tanggung jawab ketua kelompok tani
keberhasilan koperasi petani dan pembagian hasil dibagi sama rata
perkebunan kelapa sawit dalam untuk seluruh anggota kelompok tani,
mengelola kebun plasma petani dan Pola pengelolaan kebun di
anggotanya. Dengan menjalin lapangan di KUD Tani Subur di

22
Vol 11 No 2 Desember: 9-25 ISSN : 1978-4562

Kabupaten Kotawaringin Barat terbuka untukanggota masyarakat


Kalimantan Tengah, dimana lainnya yang bukan petani plasma.
pengelolaan kebun menjadi tanggung c. KUD Tani subur mampu
jawab ketua kelompok tani, tetapi mengembangkan banyak unit usaha
pembagian hasil kebun dibagi sama rata yang mempunyai prospek bisnis
untuk seluruh anggota koperasi, dengan memanfaatkan potensi
tampaknya lebih baik dibanding Pola sumberdaya yang ada dan mampu
pengelolaan kebun petani plasma di membaca peluang pasar.
Koperasi Jaya Makmur di Kabupaten d. Dengan menerapkan konsep
Siak Provinsi Riau, dimana pengelolaan Integrated Farming yang berupa
kebun menjadi tanggung jawab petani Integrasi Sawit-Sapi, KUD Tani
anggota KUD secara individu. Subur selain telah melaksanakan
Kelemahan utama dari pola pengelolaan bisnis dengan mempertimbangakan
kebun di KUD Jaya Makmur adalah prinsip pro-job (menciptakan
rendahnya kekompakan dan lapangan pekerjaan), pro- poor
kebersamaan yang menjadi roh dalam (meningkatkan kesejahteraan
berkoperasi. anggota koperasi dan anggota
4. Dengan bergabung dalam koperasi, masyarakat lainnya), juga telah
petani perkebunan kelapa sawit rakyat menerapkan prinsip pro-green,
dapat mengajukan sertifikasi untuk dimana KUD Tani Subur mampu
memperoleh sertifikat berkait dengan memanfaatkan limbah dari usaha
keberlanjutan usaha perkebunan kelapa perkebunan kelapa sawit untuk
sawitnya yang ramah pada lingkungan, dimanfaatkan sebagai pakan ternak
baik secara nasional (ISPO) maupun dan pakan ikan, dan memanfaatkan
internasional (RSPO) dan ISCC, yang limbah peternakan untuk
pada gilirannya akan meminimalisir perkebunan kelapa sawitnya
hambatan bagi penjualan hasil sebagai pupuk substitusi. Dengan
perkebunan kelapa sawit rakyat pada konsep integrated farming Sawit-
pasar internasional. Sapi ini KUD Tani Subur telah
berusaha untuk melakukan upaya
Rekomendasi minimize wastedan membuktikan
1. Pola pengelolaann koperasi untuk petani bahwa perkebunan kelapa sawit
kecil seperti yang diterapkan oleh KUD yang dikelolanya ramah lingkungan
Tani Subur di Provinsi Kalimantan dan berkelanjutan.
Tengah dapat dijadikan sebagai model e. KUD Tani subur tercatat sebagai
pengembangan koperasi petani kecil salah satu koperasi terbaik nasional
secara nasional. Beberapa kelebihan pada tahun 2014.
KUD Tani Subur dibanding KUD lainnya 2. Keberhasilan KUD Dwi Tunggal bersama
adalah: enam KUD lainnya yang tergabung
a. KUD Tani Subur telah dalam Perhimpunan Sapta Tunggal
melaksanakan fungsi bisnisnya Mandiri dibawah binaan dari PT Tania
secara profesional layaknya sebuah Selatan (Wilmar Group) di Kabupaten
perseroan, dimana anggota koperasi Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera
bertindak sebagai pemegang saham Selatan dalam memperoleh sertifikat
utama. RSPO dapat dijadikan sebagai model
b. Keanggotaan koperasi tidak terbatas untuk pelaksanaan sertifikasi
pada petani plasma saja tetapi juga sustainabiliy pada perkebunan kelapa

23
Suharno dkk. Menggali Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit
Rakyat Berprestasi di Indonesia

sawit rakyat secara nasional dengan b. Prinsip dan kriteria (P & C) yang
alasan sebagai berikut: ditetapkan oleh lembaga sertifikasi
a. Melalui perhimpunan atau gabungan lebih mudah dilaksanakan oleh KUD
KUD tersebut skala usaha dan lebih mudah dalam
perkebunan kelapa sawit rakyat pengawasnya oleh perhimpunan
menjadi lebih besar sehingga lebih atau gabungan KUD tersebut, dan
efektif dan efisien bagi lembaga pembinaan oleh perusahaan mitra
sertifikasi untuk melaksanakan dalam rangka pengajuan sertifikasi
assessment di lapangan. dapat dilaksanakan lebih efektif dan
efisien.

Tabel 7. Indikator Kesejahteraan Anggota Koperasi Sampel

Kriteria KUD Dwi Tunggal KUD Tani Subur KUD Jaya Makmur
Kondisi perumahan(%)
- Permanen 90 90 99
- Semi-permanen 10 10 1
Kepemilikan kendaraan (%)
- Sepeda motor
- Mobil 100 100 100
7.60 10 8.70
Tingkat Pendidikan Anak (%)
- Lulus SD/Sederajat 100 100 100
- Lulus SMP/Sederajat 100 100 100
- Lulus SMA/Sederajat 60 70 70
- Lulus Perguruan Tinggi 10 10 10

Indikator kesejahteraan
lainnya (%) 30 10 45
- Petani yang beragama
Islam yang sudah
menunaikan Ibadah Haji
atau Umrah atau telah
terdaftar dalam daftar
tunggu sebagai calon
jemaah haji.

DAFTAR PUSTAKA Pangan, Hortikultura dan Tanaman


Perkebunan Rakayat 2015. Badan
Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik pusat Statistik. Jakarta.
Indonesia 2016 (Statistical Yearbook _____. 2014. Struktur Ongkos Usaha
of Indonesia 2016). Sub Direktorat Tanaman Kelapa Sawit, Karet, Dan
Publikasi dan Kompilasi Statistik. Tebu Tahun 2014. Berita Resmi
Badan pusat Statistik. Jakarta. Statistik No. 93/12/Th. XVII, 23
_____. 2016. Statistik Harga Produsen Desember 2014. Badan Pusat
Pertanian Subsektor Tanaman Statistik. Jakarta.

24
Vol 11 No 2 Desember: 9-25 ISSN : 1978-4562

_____. 2013. Laporan Hasil Sensus Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan
Pertanian 2013 (Pencacahan Pembinaan Pengusaha Kecil. 1996.
Lengkap). Badan Pusat Statistik. Keputusan Bersama Nomor:
Jakarta. 73/Kpts/OT.210/2/98 dan Nomor:
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. 01/Skb/M/II/1998 Tentang
Statistik Perkebunan Indonesia Pembinaan Dan Pengembangan
2013-2015 Kelapa Sawit. Koperasi Unit Desa Di Bidang
Kementerian Pertanian Republik Usaha Perkebunan Dengan Pola
Indonesia. Jakarta. Kemitraan Melalui Pemanfaatan
Glenday, Skye; Yusurum Jagau; Suharno, Kredit Kepada Koperasi Primer
Agnes Safford. 2015. Central Untuk Anggotanya. Jakarta.
Kalimantan’s Oil Palm Value Chain: Presiden Republik Indonesia. 1992. Undang
Opportunity for Productivity, Undang Republik Indonesia Nomor
Provitability and Sustainability 39 Tahun 2014 Tentang
Gains. Supported by: Cental Policy Perkebunan. Lembaran Negara
Initiatif (CPI), Fakultas Pertanian Republik Indonesia Tahun 2014
Universitas Palangka Raya and Nomor 308. Menteri Hukum dan Hak
Palangka Raya Institue for Land Use Azasi Manusia Republik Indonesia.
and Agricuktural Reserach (PILAR). Jakarta.
http://climatepolicyinitiative.org/publi _____. 1992. Undang Undang Republik
cation/ diakses tanggal 20 Agustus Indonesia Nomor 25 Tahun 1992
2016 Tentang Perkoperasian. Lembaran
Kementerian Perdagangan. 2016. Negara Republik Indonesia Tahun
Perkembangan Ekspor Non Migas 1992 Nomor 116.Menteri/Sekretaris
(Komoditi) Periode: 2011-2016. Negara Republik Indonesia.
http://www.kemendag.go.id/id/econo Jakarta.
mic-profile/ Indonesia-export-import _____. 1986. Instruksi Presiden Republik
Diakses tanggal 20 Agustus 2016. Indonesia Nomor: 1 Tahun 1986,
Kementerian Pertanian 2013. Peraturan Tentang Pengembangan
Menteri Pertanian Republik Perkebunan dengan Pola
Indonesia Nomor: Perusahaan Inti Rakyat yang
98/Permentan/OT.140/9/2013 Dikaitkan dengan Program
Tentang Pedoman Perizinan Transmigrasi. Jakarta.
Perkebunan. Jakarta. Suharno, Yuprin Abel Dehen, Betrixia Barbara
Kiswanto, Jamhari Hadi Purwanto dan and Juliarta Bramansa Ottay. 2015.
Bambang Wijayanto. 2008. Opportunities for Increasing
Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Productivity & Profitability of Oil
Balai Besar Pengkajian dan Palm Smallholder Farmers in
Pengembang Teknologi Central Kalimantan. Supported by:
Pertanian.Badan Penelitian dan Cental Policy Initiatif (CPI), Green
Pengembangan Pertanian. Bogor. Works Asia, Fakultas Pertanian
Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Universitas Palangka Raya and
Republik Indonesia. 2014. Undang Palangka Raya Institue for Land Use
Undang Nomor 29 Tahun 2014 and Agricuktural Reserach (PILAR).
Tentang Perkebunan. Lembaran http://climatepolicyinitiative.org/
Negara Republik Indonesia Tahun publication/ diakses tanggal 20
2014 Nomor 308. Agustus 2016

25

You might also like