Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

BIOSFER 8 (2), 2015 / ISSN : 0853 2451

PERBEDAAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA DENGAN GAYA KOGNITIF FIELD


INDEPENDENT DAN FIELD DEPDENDENT

The Difference Scientific Literacy ability of Student having Field Independent and Field
Dependent Cognitive style

Septi Rahmania, Mieke Miarsyah, dan Nurmasari Sartono


Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun, Jakarta
Timur. 13220. Indonesia
Email: Septinia93@gmail.com

Abstract
Scientific Literacy refers to an individual scientific knowledge and use it to identifiy question,
aquire new knowledge, explain scientific phenomena, and draw evidence based conclusion
about science related issues. Scientific literacy is the final purpose of learning science
for 15 years students. In learning process, students have different modal to achieve the
science learning purpose. One of modal that student have named cognitive style. Different
cognitive style assumed to be different scientific literacy ability. Cognitive style in this
research is according to Witkin and Goodenough (1981) in Altun and Cakan (2006) i.e Field
Independent (FI) and Field Dependent (FD). Purpose of this research is to know the difference
scientific literacy ability of students having Field Independent and Field Dependent cognitive
style. This research was conducted at SMAN 68 Jakarta in April until Mei 2015. Method
use in this research was Ex Post Facto. The sample were 135 X grade High School Students
( 21 FD and 114 FI). The result of prerequisite test use Kolmogorov-smirnov (α = 0,05) and
Levene test (α = 0,05) showed the data normally distributed and homogenous. Result of
Independent t-test (α = 0,05) showed p value 0,002<0,05 thereby there is the differences
between FI and FD on scientific literacy score and level. Students with FI cognitive style
obtain higher score than students with FD cognitive style with mean difference 9,849.

Key word : Cognitive syle, Field Dependent, Field Independent, Scientific literacy ability

Pendahuluan ubahan yang dilakukan terhadap alam melalui


Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan aktivas manusia (OECD, 2009a). Secara
menggunakan pengetahuan sains untuk sederhana literasi sains diartikan sebagai
meng-identifikasi pertanyaan, memperoleh kemampuan untuk memahami sains dan
pengetahuan baru, menjelaskan feno-mena aplikasinya (Philips,2003 dalam Dani, 2009).
ilmiah dan menyimpulkan ber-dasarkan Literasi sains sangat penting dimiliki oleh
bukti-bukti ilmiah. Kemam-puan tersebut siswa. Siswa yang memiliki kemampuan literasi
dibutuhkan dalam rangka memahami serta sains akan dapat menerapkan pengetahuan
membuat keputusan mengenai alam dan per- mereka untuk memecahkan per-masalahan

27
Tanggal publikasi online
dalam situasi kehidupan sehari-hari baik Goodenough ,1981 dalam Altun dan Cakan ,
dalam lingkup pribadi, sosial atau pun global 2006).
(OECD, 2009a). Multu dan Temiz (2013) menyatakan
Holton (1998) dalam Bybee et al. (2009) bahwa terdapat perbedaan keterampilan
menyebutkan bahwa literasi sains merupakan proses sains antara siswa Field Independent
tujuan akhir dari pendidikan sains, dengan dengan siswa Field Dependent. keterampilan
kata lain pembelajaran sains yang diberikan proses sains mempunyai keterkaitan dengan
kepada siswa bertujuan untuk me-wujudkan Literasi sains dan keduanya me-rupakan
siswa yang berliterasi sains. tujuan akhir pendidikan sains (Harlen, 2001
Siswa dalam proses pem-belajaran dalam Tinajero et al.,2011).
mempunyai modal yang berbeda untuk Literasi sains merupakan tujuan
mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu akhir dalam pembelajaran sains bagi siswa
modal siswa dalam belajar yaitu gaya kognitif berusia 15 tahun (Holton, 1998 dalam Bybee
yang dimiliki siswa. Armstrong, et al. (2012) et al.,2009). Dalam proses pembelajaran,
dalam Bakar dan Ali (2013) mendefinisikan siswa mempu-nyai perbedaan dalam
gaya kognitif sebagai perbedaan individual cara menerima informasi, memproses,
pada cara yang cenderung digunakan menganalisis informasi. Perbedaan itu disebut
seseorang untuk memproses (menerima, gaya kognitif. Berdasarkan hal tersebut, maka
mengor-ganisasikan, dan menganalisis) infor- perlu dilakukan kajian mengenai perbedaan
masi. kemampuan literasi sains siswa dengan
Witkin dan Goodenough (1981) gaya kognitif Field Independent dan Field
dalam Altun dan Cakan (2006) menyatakan Dependent.
bahwa berdasarkan ke-mampuan individu
untuk memisahkan atau menganalisis suatu Metode Penelitian
komponen dari konteksnya, maka gaya kognitif Penelitian ini dilakukan di SMAN 68
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Field Jakarta pada bulan April-Mei Tahun Ajaran
Dependent (FD) dan Field Independent (FI). 2014-2015. Me-tode penelitian yang
Siswa Field Independent dan Field digunakan adalah Ex Post Facto dengan
Dependent memiliki perbedaan dalam cara gaya kognitif (Field Independent dan Field
pemecahan masalah. Siswa yang tergolong Depen-dent) sebagai variabel bebas (X) dan
Field Independent (FI) lebih analitis dan kemampuan literasi sebagai variabel terikat
menggunakan cara yang analitis dalam (Y).
memecahkan masalah, sedangkan siswa Data gaya kognitif diperoleh dengan
dengan gaya kognitif Field Depedendent menyebarkan instrumen Group Embedded
menyelesaikan masalah melalui pendekatan Figure Test (GEFT) yang dikembangkan
secara menyeluruh dan menerima gambaran oleh Witkin dan Good-enough (1981) dan
utuh dari sebuah informasi (Witkin dan data kemampuan literasi sains dengan
Tabel 1. Independent t-Test

Gaya kog-nitif N Mean SD p


Literasi sains
FI 114 66.087 12.669 0.002*
FD 21 56.238 14.518
*P <0.05

28
menyebarkan tes kemampuan literasi sains siswa dengan gaya kognitif FD berada pada
yang dibuat PISA (Programme International level 2 literasi sains PISA.
of Student Assessment) tahun 2009.
SMAN 68 dipilih secara Purposive
Sampling. Populasi target penelitian ini
adalah seluruh siswa SMAN 68. Populasi
terjangkau adalah siswa kelas X MIA SMAN 68
yang berusia 15 sampai 16 tahun 2 bulan. Dari
158 siswa yang memenuhi kri-teria usia, 135
didapatkan secara Simple Random Sampling
dan diguna-kan sebagai sampel penelitian.
Gambar 2. Persentase pencapaian level literasi sains
Hasil siswa dengan gaya kognitif FD
Dari 135 siswa. 21 (16%) teridenti-fikasi
Aspek konteks literasi sains didesain
bergaya kognitif Field Depden-dent dan 114
untuk mengukur pemahaman siswa
(84 %) bergaya kognitif Field Independent.
mengenai situasi kehidupan sehari-hari yang
Tabel 1. menunjukkan terdapat
berhubunan dengan bidang-bidang sains
perbedaan kemampuan literasi sains antara
(OECD,2009a). Berdasar-kan Gambar 3 siswa
siswa dengan gaya kognitif Fie-ld Indepdendent
Field Independent mencapai persentase lebih
dan Field Dependent. Siswa FI memperoleh
tinggi dibanding siswa Field Depdendent.
skor literasi sains lebih tinggi dari FD. Hal
tersebut diukung oleh pencapaian level dan
aspek literasi sains dari masing-masing gaya
kognitif.

Gambar 3. Persentase pencapaian aspek konteks


dari setiap gaya kognitif

Aspek konsep literasi sains terdiri dari


Gambar 1. Persentase pencapaian level literasi sains
pengetahuan sains dan pengetahuan tentang
siswa bergaya kognitif FI sains yang dibuat untuk mengukur pemahaman
konsep siswa tentang sains. berdasarkan
Berdasarkan Gambar 1, Level dengan
Gambar 4. Siswa Field Independent mencapai
persentase jumlah siswa ter-besar diperoleh
persentase yang sedikit lebih tinggi dari siswa
pada level 5.Hal tersebut menandakan bahwa
Field Dependent.
siswa FI menduduki level 5 literasi sains PISA.
Aspek kompetensi literasi sains dibuat
Bersdasarkan gambar 2, level dengan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam
persentase jumlah siswa terbesar diperoleh
mengidentifikasi isu ber-orientasi sains,
pada level 2. Hal tersebut menandakan bahwa

29
menjelaskan dan memprediksi fenomena 5 dapat mengidentifikasi komponen ilmiah
ilmiah (OECD,2009a). Berdasarkan Gambar pada situasi ke-hidupan yang kompleks,
5 Persentase pencapaian aspek kompe-tensi menerapkan konsep sains dan pengetahuan
yang dicapai siswa Field Inde-pendent lebih tentang sains pada situasi tersebut. Siswa
tinggi dari siswa Field Indepdendent. dapat membandingkan, memilih dan meng-
evaluasi bukti ilmiah yang sesuai untuk
menanggapi situasi kehidupan. Siswa
pada level ini juga dapat meng-gunakan
kemampuan penyelidikan yang baik dan
menghubungkan pengetahuan dengan tepat,
membawa wawasan kritis terhadap situasi.
Siswa dapat membangun penjelasan ber-
dasarkan bukti dan argumen yang didapatkan
dari analisisnya (OECD, 2009a).
Hal tersebut sangat sesuai dengan
karekteristik siswa Field Independent
Gambar 4. Persentase pencapaian aspek konsep yaitu memiliki kemam-puan analisis dan
literasi sains dari setiap gaya kognitif menggunakan cara-cara yang analitis
dalam memecahkan masalah (Witkin dan
Goodenough ,1981dalam Altun dan Cakan
,2006). Selain itu siswa Field Independent
juga lebih kritis dan hanya menerima ide dan
gagasan yang diperkuat dengan analisisnya
(Chen dan Macre die,2002). Hal tersebut juga
sesuai dengan soal-soal literasi sains yang
membutuhkan pemahaman dan ke-mampuan
analisis (Saavera dan Opver, 2012).
Berdasarkan Gambar 2. Siswa Field
Gambar 5. Persentase pencapaian aspek kompetensi Dependent menempati level 2 literasi sains
literasi sains dari setiap gaya kognitif PISA. Siswa pada level 2 memiliki pengetahuan
yang memadai untuk mmeberikan penjelasan
Pembahasan yang masuk akal dalam menarik kesimpulan
Berdasarkan hasil Independent t-Test, berdasarkan penyelidikan sederhana. Siswa
terdapat perbedaan skor kemampuan juga mampu melakukan pe-nalaran langsung
literasi sains siswa dengan gaya kognitif Field dan membuat inter-pretasi secara harfiah dari
Independent dan Field Depdendent. Data hasil penye-lidikan ilmiah ataupun pemecahan
tersebut juga di-dukung oleh data pencapaian masalah teknologi.
level literasi sains PISA dan data persentase Hal tersebut sejalan dengan karakteristik
aspek literasi sains yaitu aspek konteks, siswa Field Dependent yaitu cenderung untuk
konsep dan kompetensi. menimpulkan sesuatu dan berfikir deduktif.
Berdasarkan Gambar 1. Siswa Field (Slameto,2003). Siswa Field Depen-dent
Independent berada pada level 5 literasi cenderung untuk berfikir secara menyeluruh
sains. siswa pada level 5 Siswa pada level dan lebih baik melihat situasi umum yang

30
disbabkan oleh berbagai situasi dibandingkan Field Independent dan Field Dependent.
hanya melihat satu peristiwa saja. Siswa Field Hal tersebut karena dalam memperoleh
Dependent fokus pada keselu-ruhan dalam pengetahuan, siswa Field Independent tidak
ketika melihat dunia luar dan terlebih dahulu mudah untuk menerima konsep-konsep
melihat gambaran besar dari sebuah informasi dengan be-gitu saja tanpa menyelidikinya
(Wiktin dan Goodenough,1982 dalam Multu terlebih dahulu. (Canas, 2001 dalam Multu
dan Temiz,2013). dan Temiz, 2013). Sebaliknya siswa Field
Pencapaian aspek konteks literasi sains Depen-dent lebih menyukai informasi dalam
antara siswa Field Independent dan Field bentuk siap pakai, hal ini disebabkan karena
Dependent berbeda. Siswa Field Independent siswa Field Dependent kurang kritis dan
memperoleh persentase lebih tinggi (Gambar tidak suka menyelidiki untuk mendapatkan
3). Hal ini sejalan dengan karekateristik siswa pengetahuan selama belajar (Riding dan
Field Independent yaitu dapat memecahkan Chema (1991) ;Altun ,2003 dalam Multu dan
permasalahan seperti situasi yang tidak biasa Temiz, 2013).
dihadapinya. Siswa Field Independent lebih Terdapat perbedaan pengua-saan
baik dalam hal membaca dan berfikir induktif. aspek kompetensi literasi sains antara siswa
Dibandingakan siswa Field Dependent Siswa Field Independent dan Field Dependent.
Field Inde-pendent juga lebih fleksibel dalam Hal tersebut dikare-nakan siswa Field
menghadapi situasi baru (Slameto ,2003). Independent memiliki keterampilan proses
Situasi baru yang dimaksud dalam hal ini sains (Science Process Skill) yang lebih
adalah situasi dalam aspek konteks literasi tinggi jika dibandingkan dengan siswa Field
sains PISA. Dependent. Keterampilan proses sains
Di sisi lain siswa FD mem-perolehan mempunyai keterkaitan erat dengan aspek
persentase lebih rendah pada aspek konteks, kompetensi literasi sains PISA. Keterampilan
hal tersbut disebabkan karena siswa FD sulit proses sains men-cakup kemampuan untuk
untuk mengatur ulang informasi baru dan meng-identifikasi variabel bebas, terikat dan
menjalin hubungan dengan pengetahuan variabel kontrol, memformulasikan hipotesis,
sebelumnya serta sedikit mengalami kesulitan dan menginterpretasikan data (Multu dan
untuk meng-hadapi situasi yang tidak biasa Temiz, 2013). Baik keterampilan proses sains
dihadapi ( Daniels,1996 dalam Altun dan dan kemam-puan literasi sains merupakan
Cakan, 2006). tujuan utama dari pendidikan sains (Harlen
Dalam penguasaan aspek konsep (2001) dalam Tinajero et al., 2011).
sains, siswa Field Independent memperoleh Pencapaian siswa Field Inde-pendent
persentase yang sedikit lebih tinggi dari yang lebih tinggi pada aspek kompetensi ini
Field Dependent (Gambar5). Hal tersebut juga didasari oleh beberapa perbedaan cara
disebabkan karena sebagian konsep-konsep pemecahan masalah antara siswa dengan
sains bersifat abstrak. Siswa Field Inde- gaya kognitif Field Independent dengan
pendent lebih menguasai materi bersifat Field Dependent. Siswa dengan gaya kognitif
abstrak, sedangkan siswa Field Dependent Field Independent menerima informasi
lebih cenderung meng-uasai materi bersifat secara terpisah dari kontek-snya, komponen-
konkret (Chen dan Macredie,2002). komponennya dan gambaran keseluruhan
Dalam hal pengetahuan tentang sains informasi, hal tersebut membuat mereka
juga siswa terdapat perbedaan antara siswa mem-punyai kemampuan untuk mendekati

31
perm-asalahan secara analitis. tahap per-kembangan kognitif terakhir.
Sebaliknya siswa dengan gaya Pada tahapan ini siswa dapat membuat
kognitif Field Dependent mendekati suatu keputusan berdasarkan pengalaman nyata
permasalahan secara umum. Siswa Field dan berpikir lebih abstrak, idealis, logis dan
Dependent menerima in-formasi dalam sistematis sehingga diharapkan sudah dapat
jangkauan yang lebih luas dan meyusun serta memecahkan permasa-lahan dan menarik
memahaminya secara lebih holistik atau kesim-pulan. Siswa pada tahapan ini juga
menyeluruh. Siswa Field Dependent kurang memiliki Hypotetical Deductive Reasoning
mam-pu untuk memisahkan komponen dan (Santrock,2008). Berdasar-kan hal tersebut
mem-bedakannya dari elemen infor-masi lain maka siswa sudah mampu untuk memahami
(Cakan, 2005 dalam Multu dan Temiz, 2013), dan mengerjakan soal-soal literasi sains PISA.
sedangkan dalam beberapa soal tes literasi Siswa lain yang hanya men-capai level
sains PISA siswa dituntut untuk memiliki daya literasi sains 1-4, mungkin disebabkan oleh
analisis yang tinggi khususnya pada soal level kurang terbiasa dengan bentuk dan tipe
5 dan 6 ( Saavera dan Opfer, 2012). soal seperti soal literasi sains PISA. Soal-soal
Diantara siswa Field Inde-pendent dan ter-sebut cukup berbeda jika dibandingkan
Field Dependent terda-pat perbedaan skor dengan soal-soal di buku teks sains siswa yang
dan pencapaian level, namun semua level ada di lingkungan sekolah.
literasi sains baik dari level 1-6 terisi oleh kedua Soal literais sains PISA me-miliki
gaya kognitif tersebut, meskipun persentase karakteristik khusus, diantara-nya tidak
jumlah siswanya berbeda. Hal ini dikarenakan terkait langsung dengan kurikulum negara
menurut Shymansky and Yore,1980 dalam manapun; soal-soal tersebut menyediakan
Tinajero et al. (2011), baik siswa Field berbagai bentuk penyajian data yang harus
Independent maupun siswa Field Dependent diolah terlebih dahulu oleh siswa sebelum
memiliki Hypotetical De-ductive Reasoning menjawabnya; Pertanyaannya pun harus dikaji
yang setara. Hypo-tetical Deductive Reasoning dan dianalisis terlebih dahulu serta diberi
adalah kemampuan untuk menyusun hipotesis alasan saat menjawab; soal-soal tersebut
tentang cara untuk memecahkan masalah disajikan dalam bentuk yang bervariasi mulai
dan mencapai kesimpulan secara sistematis dari pilihan ganda sederhana atau beralasan,
(Santrock,2008). isian singkat, dan uraian serta memuat konteks
Kemampuan Hypotetical De-ductive aplikasi dalam berbagai bidang kehidupan
Reasoning merupakan di-mensi dari Scientific (Rustaman, 2006).
Reasoning (Bao et al.,2009). Kemampuan
tersebut dibutuhkan dalam mengerjakan soal- Kesimpulan
soal literasi sains PISA. Kemampuan tersebut Terdapat perbedaan kemampuan
yang membuat perbedaan pencapaian level lite-rasi sains siswa dengan gaya kognitif
literasi sains antara siswa Field Independent Field Independent dan Field Depdendent.
tidak berbeda terlalu jauh dengan siswa Field Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan
Dependent. pendekatan dalam memecahkan
Apabila dikaitkan dengan perkembangan permasalahan.
kognitif Piaget, siswa dengan usia 15 tahun Siswa Field Independent memecahkan
telah memasuki tahapan perkembangan permasalahan secara analitis sedang-kan siswa
Operasional formal yang merupakan Field Dependent meme-cahkan permaslahan

32
secara menye-luruh. Indonesia Inggris . Jakarta: PT
Gramedia.
Daftar Pustaka Hazen,R.1998. Why you should be scien
Altun, A., & Cakan, M., 2006. Undergraduate t i f i c a l l y l i te ra re ? : h tt p : / / w w w.
Students’ Academic Achievement, actionbioscience.org/newfrontiers/
Field Dependent/Independent Cog- hazen.html,diakses 28 februari 2015
nitive Styles and Attitude toward pukul 20.00 WIB
Computers. Educational Technology Hornby, A. S. 2003. Oxford Advance Learner’s
& Society.Vol 9 (1),pp.289-297. Dictionary. Oxford: Oxford University
Arikunto, S. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Press.
Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara. Impey, C., Buxner S., Antonellis, J.,Johnson
Bakar, A. Z., & Ali, R. 2013. Cognitive E., and King, C., 2011. A Twenty-Year
Styles in Students’ Learning and Survey of Science Literacy A-mong
Quality Education: An Exploration College Undergraduates. Journal
of the Fundamental Issues. 2nd of Collages Science Teaching. Vol.
International Seminar on Quality and 40(4),pp. 31-37.
Affordable Education. pp.536-541. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Bao, L et al., 2009. Supporting Online Material 2011. Survei Internasional PISA:
For Learning and Scientific Reasoning. http:/litbang.kemendikbud.go.id/
www.sciencemag.org/cgl/content/ indeks.php/survei-internasional pisa,
full/323/5914/586/DCI. diunduh diunduh pada 28 februari 2015 pukul
pada 12 Juni 2015. Pukul 20.00 WIB 20.00 WIB
Bybee, R., McCrae, B., & Barry, R. 2009. PISA Multu, M., & Temiz, B. K. 2013. Science
2006: An Assesment of Scientific process skills of students having field
Literacy. Journal of Research in dependent and field independent
Science Teaching. Vol.48(6),pp.862- cognitive styles. Educational Re-
883. search and Reviews.Vol 8(11),pp.766
-776.
Chen, S. Y., & Macredie, R. D. 2002. Cognitive
style and hypermedia navigation : Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam
Development of a learning model. Proses Belajar & mengajar. Jakarta:
journal of the American Society for Bumi Aksara.
Information Science and Technology. ---------, S. 2008.Metode Research.Edisi
Vol. 53(1),pp.3-15. pertama. cetakan ke 10. Jakarta
Dani, D.,2009. Scientific Literacy and Purposes :Bumi Aksara
for Teaching Science: A Case Study of NCES (National Center for Education Statistic).
Lebanese Private School Teachers. 2012. Programme International Of
Special Issue On Scientific Literacy Student Assessment: http://nces.
(Editors Richard K. Coll & Neil ed.gov/-surveys/-pisa/pisa2012/-
Taylor). International Journal of pisa2012highlights_4.a sp., diunduh
Environmental & Science Education. pada tanggal 25 Februari 2015 pukul
Vol. 4(3),pp.289-299. 15.00 WIB
Echols, J. M., & Shadily, H. 2005. Kamus OECD. 2007. PISA 2006 Science Competencies

33
for Tommorows World: Executive Tiat, C.T. 2007. Perbandingan Stail Kognitif
Summary. Paris: OECD Publishing. di Kalangan Guru Pelatih Berpeng-
---------.2009a. PISA 2009 Assessment khususan Matematik dan Implikasi
framework: Key Competencies in Terhadap Pemilihan Bakal Calon
Reading, Mathematic, and Science. Guru Pelatih. Seminar Penyelidikan
Paris: OECD publishing. Pendidikan Institut Perguruan Batu
---------.2009b. Take The Test: Sample Question Lintang Tahun 2007.pp,1-18.
from OECD’PISA Assesments.Paris: Tinajero, C., Castelo, A., Guisande, A.Páramo,
OECD Publishing. F. 2011. Adaptive Teaching and Field
---------.2010. Result: Executive Summary. Dependence-Independence: Instruc-
Paris: OECD Publishing. tional Implications. Revista Latino-
americana de Psicología.Vol 43(3)-.
---------.2014. PISA 2012 Result. What
pp,497-510
Students know and Can Do- Student
Performance in Mathematic Uno, H. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi
and Science (Volume I, Revised Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
edition,February 2014.Paris :OECD Yusuf, S. 2008. Perbandingan Gender dalam
Publishing Prestasi Literasi Siswa Indonesia.
Oktaviani, L., Dantes, N., & Sadia, W. 2014. Makalah Bandung Literacy Ins-
Pengaruh Model Problem Based titute.http://www.uninus.ac.id/
Learning Berbasis Asesmen Kinerja Suhendra/20/yusuf diakses pada 25
Terhadap Hasil Belajar IPA. e-Journal Februari 2015 pukul 21.30 WIB
Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha,1-11.
Rustaman,N. 2006. Literasi Sains Anak
Indonesia 2000 &2003. Jurnal
Puspendik.Vol.1(3).pp,31-34
Saavera, A.R. & Opfer, V. D. 2012. Teaching And
Learning 21st Century skills:Lessons
From The Learning Sciences. A Global
Cities Education Network Report.
Asia Society Partnership of Global
Learning: RANDCorporarion
Santrock, J. W. 2009. Psikologi Pendidikan
Edisi ketiga. Diterjemahkan oleh
Diana Angelika. Jakarta: Salemba
Humanika.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. E. 2008. Psikologi Pendidikan Teori
dan Praktek. Diterjemahkan oleh
Marianto. Jakarta: PT. Indeks.

34

You might also like