Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Psikologi Psibernetika

Vol. 9 No. 2 Oktober 2016

PENGARUH HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP


RESILIENSI MAHASISWA DENGAN PENGALAMAN BULLYING DI
PERGURUAN TINGGI
Sonia Alvina1
Alumnus Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara.
Fransisca Iriani R. Dewi2
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
fransiscar@fpsi.untar.ac.id

ABSTRACT

The aim of Study orientation and College Introduction (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus/Ospek) is to
give early introduction for new students about a various aspects of college life. Orientation activity divided
into university, faculty, and majoring orientation. The main university orientation activity which is held for
three days would be extended in faculty and majoring for about 3 months or 1 year and should be attended by
all of the new students. Orientation activity usually characterized by mentally challenging activitiy and strong
stigma of harshness or violence. Orientation phenomenon is called hazing or bullying. Bullying is described
as an oppression, bullying, hazing, extortion, exclusion, and intimidation. Bullying which is happen during
orientation tend to valued as stressful situation, therefore each student have to have resilience. Resilience is
one’s ability to deal with and to overcome life stressor and perceiving negative experiences as a valuable
experience so that one can change to a better life. Resilient people has a several determining factors,
included self-esteem and social support. The aim of this research is to examine the significant effect of self-
esteem and social support to student’s resilience to deal with bullying experience in college. Sample in this
research is 180 participants, using the snowball sampling technique and given measurement instrument such
as questionnaires using a Likert scale to measure self-esteem, social support, and resilience. Data analysis in
this research using Multiple Regression Analysis with a significance level 0.05. Based on data analysis
obtained score R = 0,669, R2 = 0,448. The result of this research concluded that there is a significant effect of
self-esteem and social support to resilience. The result showed the proportion of variance explained by all the
resilience independent variable is equal to 44.8%, while 55.2% is influenced by other variables outside of
research.

Keywords: self-esteem; social support; resilience; student

ABSTRAK

Orientasi pengenalan kampus (ospek) merupakan tradisi di perguruan tinggi. Ospek umumnya digunakan
sebagai sarana pengenalan kampus. Kegiatan ospek biasanya identik dengan kegiatan yang menantang mental
dan kuat akan stigmanya penuh dengan kekerasan. Fenomena ospek sering disebut sebagai perpeloncoan atau
bullying.Individu yang memiliki kemampuan bertahan dan tidak menyerah pada keadaan sulit dalam
hidupnya, serta berusaha untuk mengatasi dan melewati kesulitan tersebut, akan bangkit dan menjadi lebih
baik, disebut sebagai individu yang resilient. Faktor penentu resiliensi antara lain adalah harga diri dan
dukungan sosial. Penelitian bertujuan menguji pengaruh harga diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi
pada mahasiswa dengan pengalaman bullying di perguruan tinggi. Sample yang berjumlah 180 orang diambil
dengan teknik snowball sampling. Alat ukur menggunakan skala harga diri, dukungan sosial dan resiliensi.
Analisis data menggunakan Multiple Regression Analysis pada taraf signifikan 0,05. Hasil penelitian
menyatakan ada pengaruh signifikan antara harga diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi. Hasil
penelitian menunjukan proporsi varians dari resiliensi yang jelaskan oleh semua independet variabel adalah
sebesar 66,9%, sedangkan 33,1% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.

Kata kunci: harga diri; dukungan sosial; resiliensi

156
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 9 No. 2 Oktober 2016

I. PENDAHULUAN Resiliensi sebagai konstruk psikologi


1.1 Latar Belakang mencoba menggambarkan bagaimana individu
Mahasiswa adalah sebutan untuk dapat keluar dari tekanan untuk menjadi
individu yang sedang menjalani masa individu yang resilient. Dalam hal ini banyak
pendidikan tinggi di sebuah universitas atau faktor yang mempengaruhi resiliensi, namun
perguruan tinggi. Ketika mahasiswa setidaknya ada dua faktor dan faktor
memasuki perguruan tinggi diadakanlah masa tersebutlah yang kemudian penulis jadikan
orientasi atau yang lebih dikenal dengan variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu
orientasi pengenalan kampus (ospek). Ospek harga diri dan dukungan sosial.
biasanya untuk menyambut mahasiswa baru Harga Diri menurut Rosenberg (dalam
sebagai sarana pengenalan kampus. Tujuan Steinberg, 1993) adalah suatu sikap yang
ospek adalah untuk mengenalkan mahasiswa mengacu pada objek yang spesifik, yaitu diri
baru tentang kehidupan di universitas atau (self). Harga diri juga diacu sebagai nilai diri
perguruan tinggi tersebut, seperti visi, misi, atau citra diri. Seorang individu dapat merasa
kurikulum, akademik dan lain lainnya. bahwa ia tidak hanya sebagai seorang manusia
Kegiatan orientasi studi dan pengenalan tetapi juga sebagai seorang manusia yang
kampus (ospek) terbagi atas ospek universitas, berharga. Sedangkan social support menurut
fakultas, dan jurusan. Kegiatan utama ospek Cohen et al. (dalam Sarafino 2002) bersumber
dari universitas yang hanya tiga hari akan dari tempat kerja, keluarga, pasangan suami
berkelanjutan di fakultas dan jurusan menjadi istri, teman di lingkungan sekitar. Dukungan
tiga bulan bahkan setahun dan itu wajib diikuti sosial secara efektif dapat mengurangi
oleh mahasiswa baru. penyebab timbulnya stres psikologis ketika
Beberapa tahun terakhir esensi dari menghadapi masa-masa yang sulit.
ospek yang dilaksanakan mulai dipertanyakan. Kerangka hubungan harga diri dan
Kegiatan ospek identik dengan kegiatan yang dukungan sosial sebagai faktor bagi resiliensi
menantang mental dan kuat akan stigmanya dijelaskan Resnick et al. (2011), terdapat
penuh dengan kekerasan (Resyalia, 2012). empat faktor yang memengaruhi resiliensi
Kasus ospek dengan kegiatan perpeloncoan pada individu, yaitu: harga diri, dukungan
yang berkedok masa orientasi juga kini marak sosial, spiritualitas atau keberagamaan dan
terjadi. Di beberapa kampus, masa orientasi emosi positif. Menurut Holahan, Moos,
dimanfaatkan oleh mahasiswa senior untuk Schiaffino dan Revenson (dalam Reich et al.,
mengerjai dan menindas juniornya. Tidak 2010), individu dengan harga diri yang tinggi
selalu berupa tindakan fisik, tapi juga melalui diketahui memiliki penilaian yang lebih positif
tugas-tugas yang tidak lazim dengan tujuan atas kejadian stress. Diharapkan dengan harga
mempersulit mahasiswa baru dan menjatuhkan diri yang tinggi juga memiliki resiliensi yang
mental mereka. tinggi. Hal senada juga yang diharapkan
Tindakan perpeloncoan yang terjadi terhadap dukungan sosial. Dengan adanya
dalam masa ospek serupa dengan bullying, dukungan sosial yang tinggi, baik itu dari
dalam penelitian Yayasan Semai Jiwa Amini teman, keluarga ataupun lingkungan sekitar
(2008) menyatakan bahwa bullying adalah maka resiliensi seseorang juga tinggi.
sebuah situasi di mana terjadinya
penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang 1.2. Tujuan Penelitian
dilakukan oleh seseorang/sekelompok. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
Bullying dapat memberikan dampak negatif apakah pengaruh harga diri dan dukungan
kepada seseorang seperti gejala fisik, sosial terhadap resiliensi pada mahasiswa
mempengaruhi perilaku serta merasa memiliki dengan pengalaman bullying di perguruan
gambaran terhadap dirinya sebagai pribadi tinggi
yang negatif. Akan tetapi tidak semua korban
bullying memiliki gambaran pribadi yang II. TINJAUAN PUSTAKA
negatif. Korban bullying yang tangguh 2.1 Harga Diri
terhadap tekanan yang dialaminya dapat Myers (2013) mendefinisikan harga
dikatakan memiliki resiliensi. diri sebagai keseluruhan dari diri untuk
menilai sifat dan kemampuan yang dimiliki.

157
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 9 No. 2 Oktober 2016

Sedangkan Baron et al. (2009) berpendapat merupakan penyediaan materi yang dapat
bahwa harga diri adalah sejauh mana kita memberikan pertolongan langsung seperti
memandang diri kita sendiri secara positif atau pinjaman uang, pemberian barang, makanan
negatif dan sikap kita terhadap diri kita sendiri serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat
secara keseluruhan. Menurut Rosenberg Teori mengurangi kecemasan karena individu dapat
harga diri bersandarkan pada dua faktor langsung memecahkan masalahnya yang
(dalam Flynn, 2003), yaitu: (1) Pujian dari berhubungan dengan materi.
orang lain (reflected appraisal), komponen Kategori keempat yaitu informational
pujian menjelaskan bahwa perasaan orang support, bentuk dukungan ini melibatkan
terhadap diri mereka sendiri dipengaruhi pemberian informasi, pengetahuan, petunjuk,
dengan kuat oleh pemikiran orang lain saran atau umpan balik tentang situasi dan
terhadap diri mereka. maka, harga diri kondisi individu. Jenis informasi seperti ini
dianggap sebagai sebuah produk dari interaksi dapat menolong individu untuk mengenali dan
sosial, (2) Perbandingan sosial (sosial mengatasi masalah dengan lebih mudah.
comparison), perbandingan sosial menyatakan Kategori kelima yaitu network
bahwa apabila pemikiran orang lain terhadap support, bentuk dukungan ini akan membuat
diri pribadi tidak tersedia, orang akan menilai individu merasa menjadi anggota dari suatu
diri mereka sendiri melalui perbandingan kelompok yang memiliki kesamaan minat dan
dengan orang lain. aktivitas sosial dengan kelompok. Dengan
begitu individu akan memiliki perasaan
2.2. Dukungan Sosial senasib.
Menurut Uchino (dalam Sarafino,
2010) mendefiniskan dukungan sosial sebagai
perasaan nyaman, penghargaan, perhatian atau 2.3. Resiliensi
bantuan yang diperoleh seseorang dari orang Menurut Reivich dan Shatte (2002),
lain atau kelompoknya. Sedangkan menurut bahwa resiliensi adalah kapasitas untuk
Ogden (2007) dukungan sosial didefinisikan merespon secara sehat dan produktif ketika
dalam beberapa cara, pertama kali menghadapi kesulitan atau trauma, dimana hal
didefinisikan dengan jumlah teman yang itu penting untuk mengelola tekanan hidup
individu miliki. Menurut Cohen et al. (dalam sehari-hari. Sedangkan Connor dan Davidson
Sarafino, 2002) mengklasifikasikan dukungan (2003) mengatakan bahwa resiliensi
sosial dalam 5 kategori yaitu : emotional merupakan kualitas seseorang dalam hal
support, esteem support, tangible or kemampuan untuk menghadapi penderitaan.
instrumental support, informational support, Menurut Grotberg (1995) ada beberapa
dan network support. sumber dari resiliensi yaitu: (1) I Am, (2) I
Kategori pertama yaitu emotional Have, dan (3) I Can.
support, yang meliputi ekspresi empati, peduli Sumber pertama yaitu faktor I Am
dan perhatian terhadap orang lain. misalnya merupakan kekuatan yang berasal dari dalam
mendengarkan, bersikap terbuka, diri sendiri. Faktor ini meliputi perasaan,
menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang sikap, dan keyakinan di dalam diri Individu.
dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih Ada beberapa bagian-bagian dari faktor dari I
sayang dan perhatian. Dukungan emosional Am yaitu: (a) perasaan dicintai dan perilaku
akan membuat si penerima merasa berharga, yang menarik, (b) mencintai, empati, dan
nyaman, aman, terjamin, dan disayangi. peduli, (c) bangga pada diri sendiri,
Kategori kedua yaitu esteem support, (d) mandiri dan bertanggung jawab serta
bentuk dukungan ini berupa penghargaan menerima konsekuensi dari perilakunya dan
positif pada individu, pemberian semangat, (e) kepercayaan diri, optimis, harapan, dan
persetujuan pada pendapat individu dan keyakinan.
perbandingan yang positif dengan individu Sumber kedua yaitu I Have, faktor I
lain. Bentuk dukungan ini membantu individu Have merupakan dukungan eksternal dan
dalam membangun harga diri dan kompetensi. sumber dalam meningkatkan daya lentur.
Kategori ketiga yaitu tangible or Sebelum individu menyadari akan siapa
instrumental support, bentuk dukungan ini dirinya (I Am) atau apa yang bisa dia lakukan

158
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 9 No. 2 Oktober 2016

(I Can), individu membutuhkan dukungan Bullying sesungguhnya sebuah situasi


eksternal dan sumberdaya untuk yang tercipta ketika tiga karakter bertemu di
mengembangkan perasaan keselamatan dan satu tempat. Situasi ini tidak berubah-ubah
keamanan yang meletakkan fondasi, yaitu inti bagaikan pentas pertunjukan dengan tiga aktor
untuk mengembangkan resilience. Aspek ini yang memainkan perannya masing-masing.
merupakan bantuan dan sumber dari luar yang Perilaku bullying dapat terjadi dengan adanya
meningkatkan resiliensi. Sumber-sumbernya tiga aktor ini (Tim Yayasan Semai Jiwa
adalah adalah sebagai berikut: (a) trusting Amini, 2008), yaitu: (1) Pelaku Bullying
relationships atau memiliki orang yang dapat adalah merupakan aktor utama. Mereka adalah
dipercaya, (b) memiliki batasan dalam aggressor, provokator, dan juga inisiator
berprilaku dan aturan, (c) role model atau dalam terjadinya bullying. (2) Korban Bullying
memiliki panutan yang baik, (d) mempunyai adalah mereka yang menjadi sasaran
orang yang mendorong untuk menjadi mandiri penganiayaan dan penindasan dan (3) Saksi
dan (e) mendapatkan Akses pada kesehatan. bullying adalah penonton sekaligus pemeran,
Sumber ketiga yaitu I Can, merupakan saksi berperan serta dianggap dua cara: aktif
kompetensi sosial dan interpersonal seseorang. berseru dan mendukung pelaku atau diam dan
Ada beberapa aspek yang mempengaruhi bersikap acuh tak acuh.
faktor I can yaitu: (a) Berkomunikasi,
(b) Pemecahan masalah, (c) kemampuan
mengelola berbagai perasaan, (d) kemampuan III. METODE PENELITIAN
mengendalikan perilaku, (e) Mencari Subyek penelitian berjumlah 180
hubungan yang dapat dipercaya, (f) mampu orang dan memiliki karakteristik, yaitu
mengerjakan pekerjaan hingga selesai dan (g) mahasiswa berjenis kelamin pria dan wanita
dapat menghasilkan ide-ide dan cara-cara baru yang berada pada rentang usia 19-22 tahun
untuk melakukan sesuatu yang juga dapat dengan pengalaman bullying selama ospek
membantu dalam menghadapi kesulitan. fakultas. Penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel nonprobabilitas
2.4. Bullying sampling. Jenis penarikan sampel yang
Bullying adalah situasi dimana digunakan adalah jenis penarikan sampel
terjadinya penyalahgunaan kekuatan/ dengan teknik snowball sampling. Instrumen
kekuasaan yang dilakukan oleh yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seseorang/sekelompok orang sehingga korban kuesioner. Alat ukur pertama mengukur harga
merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya diri dengan menggunakan kuesioner yang
(Tim Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008). diadaptasi dari The Rosenberg Self-Esteem
Olweus (dalam Handbook of Bullying In Scale berjumlah 20 butir yang terdiri dari 10
School, 2009) bullying adalah suatu tindakan butir positif dan 10 butir negatif. Alat ukur
negatif atau agresif yang dilakukan secara kedua mengukur dukungan sosial
berulang dan dalam periode waktu ke waktu. menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari
Terdapat beberapa jenis dan wujud International Support Evaluation List
bullying, tapi secara umum, praktik-praktik Shortened Version berjumlah 20 butir yang
bullying dapat dikelompokan ke dalam tiga terdiri dari 10 butir positif dan 10 butir
kategori yaitu (Tim Yayasan Semai Jiwa negatif. Alat ukur ketiga mengukur resiliensi
Amini, 2008), yaitu: (1) bullying fisik adalah yang peneliti rancang berdasarkan telaah
jenis bullying kasat mata, (2) bullying verbal pustaka. Analisis yang digunakan adalah
adalah bullying yang terdeteksi karena bisa dengan menggunakan teknik regresi yaitu
tertangkap dengan indra pendengaran kita dan multiple linier regression.
(3) bullying mental/psikologis adalah jenis
bullying yang paling berbahaya karena tidak
tertangkap mata atau telinga kita jika kita
tidak cukup awas mendeteksinya. Praktik
bullying ini terjadi diam-diam dan di luar
radar pemantauan kita.

159
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 9 No. 2 Oktober 2016

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap resiliensi. Dari hasil pengolahan data
Berdasarkan data yang diperoleh ini menghasilkan dua hal utama. Pertama,
gambaran data untuk harga diri menggunakan terdapat pengaruh dari harga diri terhadap
skala 1 – 4 memiliki mean hipotetik (median) resiliensi. Dalam hal ini menunjukkan bahwa
alat ukur yaitu 2 sedangkan mean empirik semakin tinggi harga diri yang diperoleh
adalah 2.9957. Skor mean empirik lebih besar semakin tinggi pula resiliensi yang dimiliki.
dibandingkan dengan skor mean hipotetik Sebaliknya, semakin rendah harga diri
dengan demikian harga diri subyek dapat semakin rendah resiliensi subyek. Hasil
dikatakan tinggi. Dari data yang diperoleh, penelitian ini sejalan dengan pernyataan
Gambaran data untuk dukungan sosial Resnick et al. (2011), yang menyatakan
menggunakan skala 1 – 4 memiliki mean individu yang memiliki harga diri yang baik
hipotetik (median) alat ukur yaitu 2 sedangkan membantu individu tersebut dalam
mean empirik adalah 2.8668. Skor mean menghadapi keterpurukan. Hal senada juga
empirik lebih besar dibandingkan dengan skor diungkapkan oleh Michinton (dalam Luthfi et
mean hipotetik dengan demikian dukungan al., 2009), individu dengan harga diri yang
sosial subyek dapat dikatakan tinggi. tinggi adalah individu yang menerima dirinya
Berdasarkan data yang diperoleh, secara penuh tanpa syarat, ia juga mampu
dilakukan uji pengaruh antara variabel harga menghargai dirinya sebagai seorang manusia
diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi. yang memiliki nilai. Penerimaan tanpa syarat
Berdasarkan analisis data dengan perhitungan berarti penerimaan dan penghargaan pada diri
nilai regresi diperoleh nilai R = 0,669, sendiri yang tidak tergantung pada apapun,
koefisien determinasi R²=0,448, nilai ini menerima secara penuh diri sendiri apa
diperoleh dari pengkuadratan dari koefisien adanya, merasa nyaman dengan apa yang
korelasi (0,669 x 0,669). Hal ini juga dilakukan.
menujukkan bahwa 44,8% sumbangan X1, X2, Hal kedua yang bisa diperoleh yaitu
terhadap Y sedangkan sisanya sebesar 55,2% terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap
dipengaruhi faktor lain (100%-66,9%). resiliensi. Data dari hasil analisis menunjukan
Disimpulkan terdapat pengaruh harga diri dan bahwa dukungan sosial terhadap resiliensi
dukungan sosial terhadap resiliensi. memiliki hasil yang signifikan. Semakin tinggi
Selanjutnya diperoleh data harga diri dukungan sosial yang diterima maka semakin
memiliki nilai t = 7,186 dan p = 0.000 < 0.05 tinggi resiliensi. Sebaliknya, semakin rendah
artinya H0 tidak dapat diterima dan H1 dukungan sosial yang diterima individu maka
diterima. Jadi terdapat pengaruh yang semakin rendah pula resiliensinya. Hal ini
signifikan dari harga diri terhadap resiliensli. sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Selanjutnya juga diperoleh data dukungan Resnick et al. (2011), menyatakan bahwa
sosial memiliki nilai t = 4,234 dan p = 0.000 dukungan social dihubungkan dengan
artinya H0 tidak dapat diterima dan H1 resiliensi menghasilkan kualitas hidup yang
diterima. Jadi terdapat pengaruh yang lebih tinggi.
signifikan dari dukungan sosial terhadap Berdasarkan dari hasil uji yang
resiliensi. dilakukan per variabel antara variabel harga
Pengujian korelasi menggunakan diri terhadap resiliensi dan dukungan sosial
perhitungan korelasi Pearson. Hasil analisis terhadap resiliensi, menunjukan bahwa
data menunjukkan bahwa korelasi harga diri variabel yang paling memiliki pengaruh nilai
dengan resiliensi diperoleh r = 0,626 dan p = signifikan yang lebih tinggi melalui uji
0,000 < 0,01, dengan demikian H0 ditolak dan pengaruh (t) pada hasil adalah harga diri. Jadi
H1 diterima. Sedangkan Hasil analisis data resiliensi yang memberikan pengaruh adalah
menunjukkan bahwa korelasi dukungan sosial yang berasal dari dalam diri atau menurut teori
dengan resiliensi diperoleh r = 0,535 dan p = Rosenberg adalah faktor I am.
0,000 < 0,01, dengan demikian H0 ditolak dan Hasil selanjutnya pada uji korelasi
H1 diterima. harga diri terhadap resiliensi dan dukungan
Berdasarkan hasil analisis data sosial terhadap resiliensi. Pengujian korelasi
menunjukkan secara bersama-sama ada pada kedua variabel sama-sama menggunakan
pengaruh harga diri dan dukungan sosial perhitungan korelasi Pearson. Hasil data

160
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 9 No. 2 Oktober 2016

menunjukan bahwa variabel harga diri ada multikolonieritas antar variabel


mempunyai hubungan positif dan signifikan independen dan tidak terdapat autokorelasi
dengan variabel resiliensi. Hal senada juga pada data penelitian.
dinyatakan pada hasil data dukungan sosial Saran yang berkaitan dengan manfaat
bahwa variabel dukungan sosial mempunyai teoretis bahwa penelitian ini dapat
hubungan positif dan signifikan dengan memberikan manfaat untuk bidang psikologi
variabel resiliensi. pendidikan, psikologi sosial, dan juga
Penelitian ini memiliki beberapa psikologi remaja. Untuk bidang psikologi
keterbatasan, yaitu mengenai proporsi remaja saran yang dapat diberikan adalah
pengambilan sampel penelitian. Peneliti pada memberikan pengawasan kepada anak-anak
awalnya ingin mencoba menggali fenomena remaja karena saat remaja merupakan masa
bullying yang terjadi pada ospek mahasiswa di kritis karena pada masa remaja merupakan
institut pemerintah dalam negeri dan masa di mana individu memiliki kontrol emosi
perguruan tinggi negeri. Namun demikian yang lemah. Pada saat remaja individu bukan
karena tidak diperolehnya ijin dari institut hanya dapat menjadi korban bullying karena
pemerintah dalam negeri maka akhirnya hanya memiliki kelemahan dalam dirinya tetapi bisa
diperoleh sampel dari perguruan tinggi negeri juga menjadi pelaku karena merasa dirinya
dan perguruan tinggi swasta. Dengan berkuasa. Bullying dapat terjadi dimana saja
demikian apabila ingin melakukan generalisasi dan kapan saja. Di perguruan tinggi pun kerap
maka penelitian ini hanya dapat mewakili terjadi bullying yang dilancarkan para senior
fenomena resiliensi pada perguruan tinggi ke juniornya. Padahal jika ditelaah lebih
negeri dan perguruan tinggi swasta. lanjut, seharusnya perguruan tinggi
merupakan sarana atau tempat untuk seorang,
individu dalam mengembangkan kemampuan
IV. SIMPULAN DAN SARAN intelektual. kepribadian, khususnya dalam
Berdasarkan analisis data yang telah melatih keterampilan verbal dan kuantitatif,
dilakukan mengenai pengaruh harga diri dan berpikir kritis dan moral reasoning bukan
dukungan sosial terhadap resiliensi mahasiswa untuk ajang bullying. Bullying juga
dengan pengalaman bullying di perguruan memberikan dampak negatif terhadap individu
tinggi maka dapat disimpulkan bahwa terdapat yang kurang memiliki resiliensi. Saran untuk
pengaruh yang signifikan pada harga diri dan bidang psikologi sosial dan psikologi
dukungan sosial terhadap resiliensi. Hal ini pendidikan. Pendidikan di lingkungan sosial
menunjukkan bahwa kedua variabel merupakan faktor penting bagi perkembangan
independen (harga diri dan dukungan sosial) kepribadian yang lebih baik. Dengan
memberikan pengaruh pada variabel dependen menciptakan suasana kondusif, sehingga
(resiliensi). terhindar dari perilaku bullying.
Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji Saran yang berkaitan dengan manfaat
F yang menguji seluruh independent variabel praktis adalah saran yang diberikan kepada
(IV) terhadap dependent variabel (DV). Maka instansi yang bergerak dalam dunia
hipotesis penelitian menyatakan ada pengaruh pendidikan seperti dosen, rektor, maupun
yang signifikan antara harga diri dan pemerintah yaitu Kementrian Pendidikan dan
dukungan sosial terhadap resiliensi mahasiswa Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
dengan pengalaman bullying di perguruan Tinggi. Masa orientasi tidak identik dengan
tinggi. kekerasan akan tetapi diganti dengan kegiatan-
Berdasarkan analisis mean empirik, kegiatan yang lebih bermanfaat seperti
kedua independent variable memiliki nilai seminar atau mengadakan kegiatan penelitian
mean empirik lebih besar dibandingkan sesuai jurusan masing-masing. Masa orientasi
dengan skor mean hipotetik dengan demikian yang terjadi saat ini memang memiliki
dukungan sosial dan harga diri subyek tinggi. dampak positif yaitu lebih mengakrabkan
Lalu dari lima uji asumsi yang dilakukan, antar sesama mahasiswa dan lebih
menunjukan bahwa keseluruhan data menghormati senior. Akan tetapi hal tersebut
terdistribusi normal, 2 variabel memiliki akan lebih baik jika di lakukan tanpa
hubungan linier, data bersifat homogen, tidak pemberian perilaku bullying sebelumnya.

161
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 9 No. 2 Oktober 2016

Mengakrabkan dan menghormati senior dapat Ogden, J. (2007). Health psychology: A


dengan cara menimbulkan respect ke sesama textbook (4th ed). New York: McGraw-
mahasiswa. Salah satu caranya adalah Hill.
membuat acara pertemuan seperti malam
keakraban yang di ikuti oleh senior dan junior, Ostvik, K & Rudmin, F (2001). Bullying and
dalam acara tersebut dibuat rangkaian hazing among norwegian army
kegiatan yang positif tanpa harus adanya
kegiatan bullying. soldiers: Two studies of prevalences,
context, and cognition. Military

DAFTAR PUSTAKA Psychology, 13(1), 17-39.

Reich, J.W., Alex J. Z & John, S. H. (2010).


Baron, R. A., Branscombe, N. R., & Byrne, D. Handbook of adult resilience. New
(2008). Social psychology (12th ed). York: The Guilford Press.
Boston: Pearson.
Reivick, K & Shatte, A. (2002). The resilience
Flynn, H. K. (2003). Self esteem theory and factor: 7 essential skills for overcoming
measurement: A critical review. Llfe’s inevitable obstacles. New York:
Thirdspace: A Journal of Feminist Broadway Books.
Theory & Culture, 3 (1), 164-181.
Resnick, B., Lisa P. G., & Karen A. R. (2011).
Greenberger, E., Chen, C., Dimitrieva, J., & Resilience in aging; concepts, research,
Farruggia, S. (2003). Item-wording and and outcomes. London: Springer
the dimensionality of the rosenberg self Science + Business Media, Inc.
esteem scale: do they matter?.
Personality and Individual Differences, Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2010). Health
35, 1241-1254. psychology biopsychosoial interaction
(7th ed). New York: John Wiley & Sons,
Grotberg, E. (1995). A guide to promoting Inc.
resilience in children:
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2002). Health
Strengthening the human spfid. psychology biopsychosoial interaction
Netherlands: Bernard van Leer (4th ed). New York: John Wiley & Sons,
Foundations. Inc.
Grothberg, E. (1999). Tapping your inner Sarason, I. G. (1983). Assessing social
strength. Oakland:New Harbinger support: The social support
Publication, Inc. questionnaire. Journal Of Personality
Grotberg, E. (2003). Resilience for today: And Social Psychology, 44 (1),127-139.
Gaining strength from adversity. Steinberg, L. (1993). Adolescence (3rd ed).
Westport: Preager Publisher. New York: McGraw-Hill.
Kamisa. (1997). Kamus lengkap bahasa Tim Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA).
Indonesia. Surabaya: PT. Pustaka (2008). Bullying: mengatasi kekerasan
Utama Grafindo di sekolah dan lingkungan sekitar anak.
Myers, D. G. (2013). Social psychology (11th Jakarta: Grasindo.
ed). New York: McGraw-Hill Utomo, P (2006). Ospek dan pengembangan
International Edition. budaya akademik: memberi bobot arah
Murk, J.C. (2006). Self-esteem research, orientasi pembinaan mahasiswa.
theory, and practice toward a positive Yogyakarta: Departemen Pendidikan
(3th ed). New York: Springer Publishing Nasional Universitas negeri Yogyakarta.
Company.

162

You might also like