Penyesuaian Diri Remaja Pesantren

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Penyesuaian Diri Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren

Modern Nurul Izzah Gresik Pada Tahun Pertama

Meidiana Pritaningrum
Wiwin Hendriani
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Abstract.
This study aims to determine how adolescent adjustment living in a modern boarding school Nurul
Izzah Gresik in the first year. Besides, this study also aims to find out: The forms of adolescent
adjustment behavior of living in a modern boarding school Nurul Izzah Gresik in the first year and
the factors that influence the behavior of adolescent adjustment living in a modern boarding school
Nurul Izzah in the first year. The term adjustment refers to the notion Schneiders (1964), which is
a process that includes mental and behavioral responses , in this case the individual will attempt to
resolve the tension, frustration, needs, and conflicts that come from within himself well and produce
the degree of fit between the demands of the comes from within himself the objective world where
people live. This study focuses on how new adolescent adjustment was educated at boarding school
Nurul Izzah modern Gresik in the first year and previously was educated in regular public school
where there are significant differences between the characteristics, and environmental conditions.
This study is associated with two forms of adjustment proposed by Gunarsa (Sobur, 2003), namely
adaptive adjustment and adjustif and 5 adjustment factors proposed by Schneiders (1964), namely
the physical condition, personality, education, or education, the environment, religion and culture.
Researchers conducted the study at boarding school Nurul Izzah Modern Gresik to determine
adolescent adjustment living in a modern boarding school Nurul Izzah Gresik in the first year. Data
collection techniques done by interview. Data collection tool used was a digital recorder. Interview
data analysis techniques used in thematic analysis. The results showed that the two subjects in this
study demonstrated the adaptation of behavior adjustment, which is to change the behavior to suit
the environment. The factors that distinguish the processes that affect adolescent adjustment living
in a modern boarding school Nurul Izzah Gresik in the first year of the second subject is the subject
1 did not reveal any factor education and education (learning), while on the subject of 2 found any
education and educational factors (learning).

Keyword: Adjusment; Adolescent; Boarding Islamic school

Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyesuaian diri remaja yang tinggal di
pondok pesantren modern Nurul Izzah Gresik pada tahun pertama. Disamping itu juga penelitian
ini bertujuan untuk mengetahuI: Bentuk-bentuk perilaku penyesuaian diri remaja yang tinggal

Korespondensi :
Meidiana Pritaningrum, email : meidideta@yahoo.com
Wiwin Hendriani, email : wiwin.hendriani@psikologi.unair.ac.id
Fakultas Psikologi. Universitas Airlangga, Jalan Airlangga 4-6, Surabaya - 60286

134 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial


Vol.02 No. 03, Desember 2013
Meidiana Pritaningrum ,, Wiwin Hendriani

di pondok pesantren modern Nurul Izzah Gresik pada tahun pertama dan Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses perilaku penyesuaian diri remaja yang tinggal di pondok pesantren modern
Nurul Izzah pada tahun pertama. Istilah penyesuaian diri merujuk pada pengertian Schneiders
(1964), yaitu suatu proses yang meliputi respon mental dan perilaku, dalam hal ini individu akan
berusaha mengatasi ketegangan, frustasi, kebutuhan, dan konflik yang berasal dari dalam dirinya
dengan baik dan menghasilkan derajat kesesuaian antara tuntutan yang berasal dari dalam dirinya
dengan dunia yang obyektif tempat individu hidup. Penelitian ini berfokus kepada bagaimana
penyesuaian diri remaja yang baru menempuh pendidikan di pondok pesantren modern Nurul Izzah
Gresik pada tahun pertama dan sebelumnya menempuh pendidikan di sekolah umum biasa dimana
terdapat perbedaan yang signifikan diantara karakteristik, kondisi dan lingkungan. Penelitian ini
dikaitkan dengan 2 bentuk penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Gunarsa (Sobur, 2003), yaitu
penyesuaian yang bersifat adaptif dan adjustif serta 5 faktor penyesuaian diri yang dikemukakan
oleh Schneiders (1964), yaitu kondisi fisik, kepribadian, edukasi atau pendidikan, lingkungan, agama
dan budaya. Peneliti melakukan penelitian di Pondok Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik untuk
mengetahui penyesuaian diri remaja yang tinggal di pondok pesantren modern Nurul Izzah Gresik
pada tahun pertama. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara. Alat pengumpul
data yang digunakan adalah alat perekam digital. Analisis data wawancara digunakan dengan
teknik analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek pada penelitian ini
menunjukkan bentuk perilaku penyesuaian diri adaptasi, yaitu mengubah tingkah laku agar sesuai
dengan lingkungan. Faktor-faktor yang membedakan proses yang mempengaruhi penyesuaian diri
remaja yang tinggal di pondok pesantren modern Nurul Izzah Gresik pada tahun pertama terhadap
kedua subjek adalah pada subjek 1 tidak ditemukan adanya faktor edukasi dan pendidikan (belajar)
sedangkan pada subjek 2 ditemukan adanya faktor edukasi dan pendidikan (belajar).

Kata kunci: Penyesuaian diri, Remaja, Pondok pesantren


PENDAHULUAN
keagamaan pasal 30. Pondok pesantren merupakan
Pondok pesantren menawarkan kurikulum salah satu bentuk dari pendidikan keagamaan
yang berbeda dibandingkan dengan sekolah umum. yang diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau
Beberapa pondok pesantren memadukan kurikulum kelompok masyarakat
pemerintah dengan kurikulum yang dibuat sendiri dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan
oleh pesantren, sehingga selain dibekali ilmu umum perundang-undangan (ayat 1), serta dapat
para santri juga dapat memperdalam ilmu agama. diselenggarakan pada jalur formal, nonformal dan
Para santri yang menimba ilmu di pondok pesantren informal (ayat 3). Sedangkan perbedaan sistem
diharapkan dapat menguasai ilmu pengetahuan pendidikan pesantren dengan yang lainnya yaitu di
juga memiliki iman dan taqwa yang sebagai bekal pondok pesantren selama 24 jam para siswa/santri
untuk hidup bermasyarakat. Santri hidup dalam wajib tinggal di asrama.
suatu komunitas khas, dengan kyai, ustadz, santri Kewajiban untuk tinggal di pondok
dan pengurus pesantren, berlandaskan nilai-nilai pesantren menuntut santri untuk menyesuaikan
agama Islam lengkap dengan norma-norma dan diri terhadap segala aktivitas, budaya dan kebiasaan
kebiasannya tersendiri, yang tidak jarang berbeda yang ada di lingkungan pesantren, demi terciptanya
dengan masyarakat umum yang mengitarinya lingkungan pesantren yang harmonis dan kondusif,
(Bashori, 2003) pengurus pondok pesantren mewajibkan kepada
Kedudukan pondok pesantren dalam sistem para remaja yang tinggal di pondok pesantren
pendidikan Indonesia telah diatur dalam UU untuk menaati seluruh kegiatan dan peraturan yang
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan berlaku di dalam pondok. Remaja dengan dinamika

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 135


Vol.02 No. 03, Desember 2013
Penyesuaian Diri Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik pada Tahun Pertama

khas pertumbuhan dan tugas perkembangannya SMP dulunya lebih sedikit mendapatkan pendidikan
dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap agama jika dibandingkan dengan yang diperoleh
berbagai kondisi dan pengalaman yang akan mereka siswa MTs. Siswa SMP hanya mendapatkan dua jam
alami dalam lingkup kehidupan pondok pesantren. pelajaran agama dalam satu minggu, hal ini berbeda
Santri atau siswa pondok pesantren jauh dengan siswa MTs. Santri yang berasal dari
memiliki heterogenitas yang tinggi. Santri memiliki MTs akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan
latar belakang yang berbeda, baik daerah asal, lingkungan di Pondok Pesantren Modern Nurul
bahasa, ekonomi, serta tingkatan umur, termasuk Izzah Gresik jika dibandingkan dengan siswa SMP,
santri yang berusia remaja. Diungkapkan oleh karena mata pelajaran yang mereka terima mayoritas
Rachman (2010) bahwa secara umum usia santri sama seperti pada saat mereka duduk dibangku
berada pada rentang usia 12/13 sampai dengan 18/19 MTs. Para santri yang berasal dari sekolah umum,
tahun adalah satu periode dalam rentang kehidupan biasanya memerlukan waktu untuk menyesuaikan
santri yang tergolong masa remaja. diri dengan pelajaran yang baru mereka terima
Terdapat dua jenis pondok pesantren di seperti Bahasa Arab, Qur an Hadist, Fiqih, Aqidah
Indonesia, yaitu yang masih bersifat tradisional atau akhlaq, dan Sejarah Kebudayaan Islam yang mana
semi modern dengan pengajaran salaf (pengajaran mata pelajaran ini tidak pernah mereka dapatkan
Al-Qur’an sepenuhnya) dan pondok pesantren pada waktu mereka masih duduk dibangku SMP.
modern yang menggabungkan pengajaran agama Pengurus Pondok Pesantren Modern Nurul
dengan pengetahuan umum dan menggunakan Izzah Gresik menjelaskan bahwa pihak pesantren
sistem pengajaran modern. Pondok pesantren mengupayakan dengan berbagai cara untuk
modern telah memakai sistem pembelajaran membantu santri agar mampu menyesuaikan diri
modern dengan menggunakan kelas-kelas dan dengan baik di lingkungan pesantren, antara lain
jadwal yang teratur. dengan memberikan kesempatan bagi calon santri
Peneliti melakukan penelitian di Pondok baru untuk melihat kondisi dan suasana pesantren,
Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik untuk dan berusaha menciptakan asrama yang cukup
mengetahui penyesuaian diri remaja yang tinggal nyaman serta program kegiatan yang bertahap.
di pondok pesantren modern Nurul Izzah Gresik Masih banyak santri yang mengalami masalah
pada tahun pertama. Santri di Pondok Pesantren dalam menyesuaikan diri terutama pada tahun
Modern Nurul Izzah Gresik berada pada usia remaja pertama, sehingga hampir setiap tahun selalu ada
setiap harinya diwajibkan untuk tinggal di asrama. santri yang keluar sebelum lulus atau tetap bertahan
Memasuki lingkungan baru bagi santri menjadi namun dalam kondisi terpaksa sehingga sering
sebuah stimulus yang terkadang menjadi penyebab mengakibatkan santri menunjukkan perilaku yang
munculnya berbagai permasalahan, salah satunya tidak terarah dan prestasi akademik yang buruk.
adalah penyesuaian diri. Santri yang baru mengenal Hasil penelitian Yuniar dkk (2005 dalam
lingkungan pesantren, dimana lingkungan ini Hidayat, 2009) menunjukkan bahwa setiap tahunnya
memiliki karakteristik yang berbeda dengan 5-10% dari santri baru di Pondok Pesantren Modern
lingkungan yang ditemui santri sebelumnya. Hal Islam (PPMI) Assala Surakarta mengalami masalah
ini membuat santri harus mampu menyesuaikan dalam melakukan proses penyesuaian diri, seperti
diri agar dapat bertahan dan dapat menyelesaikan tidak mampu mengikuti pelajaran, tidak bisa
pendidikannya di Pondok Pesantren Modern Nurul tinggal di asrama karena tidak bisa hidup terpisah
Izzah Gresik. dengan orang tua, melakukan tindakan-tindakan
Santri baru Pondok Pesantren Modern yang melanggar aturan pondok dan sebagainya.
Nurul Izzah Gresik sebagian besar masih berada Penelitian lain yang mengkaji penyesuaian
dalam tahap remaja awal, para santri baru ini diri di lingkungan pondok pesantren adalah yang
dulunya ada yang berasal dari SMP ada juga yang dilakukan di pesantren Ma`had Al-ittihad Al-
berasal dari MTs. Dilihat dari latar belakang mereka islami Camplong Sampang Madura, seperti yang
masing-masing, yaitu para siswa yang berasal dari dituturkan oleh pengurus pesantren mengenai

136 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial


Vol.02 No. 03, Desember 2013
Meidiana Pritaningrum ,, Wiwin Hendriani

siswa yang kurang mampu menyesuaikan diri dapat menyebabkan stres. Akibat buruk stres
biasanya, memperlihatkan beberapa perilaku adalah kelelahan hingga mengakibatkan turunnya
tertentu seperti, sering di kamar dan jarang produktivitas dalam belajar maupun aktivitas
bergaul, lebih suka menyendiri, sering melamun pribadi (Rumiani dalam Naily, 2010). Hal tersebut
dan terkadang menangis, sering tidak makan, diam sesuai dengan ungkapan salah satu pengajar B.N.S
dan kurang merespon orang lain baik guru maupun di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 3
teman, tidak mengikuti pelajaran di kelas atau tidak Karangbanyu Widodaren Ngawi bahwa pada santri
memperhatikan penjelasan guru, tidak punya minat, kelas satu dan sebagian kelas dua tidak betah pada
tidak berpartisipasi dalam kelompok, perasaan tahun-tahun pertama masuk pondok.
rindu yang sangat terhadap rumah dan keluarga dan Beberapa permasalahan yang sering
tidak mengerjakan tanggung jawabnya. dialami oleh santri pada tahun pertama tinggal di
Dijelaskan juga oleh Arifin (1993) bahwa pondok pesantren adalah ketika santri rindu dengan
kecenderungan masalah yang dihadapi santri orang tua, keluarga, dan teman-teman mereka yang
adalah: tidak tahan dengan disiplin pondok berada di rumah, ada juga yang tidak betah tinggal
pesantren yang terlalu ketat, merasa jenuh dengan di pondok. Permasalahan yang dialami santri
aktifitas di pondok pesantren, konflik dengan teman tersebut merupakan contoh permasalahan dalam
atau ustadz, tidak betah, tidak mampu membayar penyesuaian diri remaja yang tinggal di pondok
sekolah atau asrama, sering sakit dan sebagainya. pesantren modern Nurul Izzah Gresik pada tahun
Beberapa penelitian mengenai penyesuaian pertama.
diri santri yang baru tinggal di pondok pesantren Menurut Schneiders (1964) penyesuaian
maka dapat disimpulkan adanya perubahan- diri adalah suatu proses yang meliputi respon
perubahan yang dialami santri ketika sebelum mental dan perilaku, dalam hal ini individu
tinggal di pondok dan setelah tinggal di pondok, akan berusaha mengatasi ketegangan, frustasi,
yaitu: 1. Aturan yang berbeda ketika di rumah dan kebutuhan, dan konflik yang berasal dari dalam
di pondok. Santri di rumah tidak terikat oleh aturan dirinya dengan baik dan menghasilkan derajat
yang harus ditaati, dapat bebas untuk melakukan kesesuaian antara tuntutan yang berasal dari dalam
apa saja yang diinginkan. Tetapi saat di pondok dirinya dengan dunia yang obyektif tempat individu
santri wajib untuk menaati aturan yang ada, tidak hidup. Kemampuan setiap individu tidaklah selalu
dapat bebas sesuai keinginannya. 2. Mandiri. Santri sama. Ada yang mampu menyesuaikan diri tetapi
tidak selalu mengerjakan semua tugasnya sendiri ada juga individu yang tidak mampu menyesuaikan
ketika di rumah, misalnya membersihkan kamar, diri.
mencuci baju, menyetrika, mencuci piring setelah Berhasil tidaknya remaja melakukan
makan tidak selalu dilakukan santri sendiri karena penyesuaian diri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
mungkin ada pembantu tetapi saat di pondok semua faktor dari dalam diri (internal) dan faktor dari
itu harus dilakukan oleh santri. Oleh karena itu luar (eksternal). Faktor dari dalam diri misalnya
santri dituntut untuk mandiri. 3. Jadwal yang padat keadaan fisik, herediter, dan kematangan (misal
setiap harinya di pondok tentu saja berbeda dengan meliputi: emosional, intelektual, sosial) sedangkan
saat di rumah. Setiap hari di pondok setiap santri faktor dari luar misalnya dukungan sosial dan
harus mengikuti jadwal rutin dari pagi bangun budaya (Schneiders, dalam Friedlander, Laura,
hingga malam tidur kembali, sedangkan saat di Reid, Graham, Naomi, & Cribbie, 2007).
rumah jadwal yang ada tidak sepadat di pondok. Menurut Schneiders (1964 dalam Ali &
Perubahan-perubahan yang terjadi di Asrori, 2004) ada lima faktor yang mempengaruhi
lingkungan pondok pesantren dapat menimbulkan proses penyesuaian diri pada remaja, diantaranya
stres pada masa awal sekolah (Widiastono, yaitu:
2001). Keadaan di asrama dengan peraturan dan 1. Kondisi fisik
kondisi yang berbeda dengan di rumah dapat Kondisi fisik berpengaruh kuat terhadap
menjadi sumber tekanan (stressor) sehingga proses penyesuaian diri remaja. Aspek-aspek

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 137


Vol.02 No. 03, Desember 2013
Penyesuaian Diri Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik pada Tahun Pertama

yang berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat kemampuan penyesuaian dirinya akan berkembang
mempengaruhi penyesuaian diri remaja adalah: juga.
a. Hereditas dan konstitusi fisik b. Pengaturan diri (self regulation)
Mengidentifikasi pengaruh hereditas Pengaturan diri sama pentingnya dengan
(keturunan) terhadap penyesuaian diri, lebih proses penyesuaian diri dan pemeliharaan stabilitas
digunakan pendekatan fisik karena hereditas mental, kemampuan ungtuk mengatur diri, dan
dipandang lebih dekat dan tidak terpisahkan dari mengarahkan diri. Kemampuan mengatur diri
mekanisme fisik. Berkembang prinsip umum dapat mencegah penyimpangan kepribadian.
bahwa semakin dekat kapasitas pribadi, sifat, atau Kemampuan pengaturan diri dapat mengarahkan
kecenderungan berkaitan dengan konstitusi fisik kepribadian normal mencapai pengendalian diri
maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap dan realisasi diri.
penyesuaian diri. c. Realisasi diri (self realization)
b. Sistem utama tubuh Pengaturan diri mengimplimasikan
Termasuk ke dalam sistem utama tubuh potensi dan kemampuan ke arah realisasi diri.
yang memiliki pengaruh terhadap penyesuaian Proses penyesuaian diri dan pencapaian hasilnya
diri adalah sistem saraf, kelenjar, dan otot. Sistem secara bertahap sangat erat hubungannya dengan
saraf yang berkembang dengan normal dan sehat perkembangan kepribadian. Perkembangan
merupakan syarat mutlak bagi fungsi-fungsi kepribadian berjalan normal sepanjang masa kanak-
psikologis agar dapat berfungsi secara maksimal kanak dan remaja, didalamnya tersirat potensi laten
dan yang akhirnya berpengaruh secara baik pula dalam bentuk sikap, tanggung jawab, penghayatan
pada penyesuaian diri individu. nilai-nilai, penghargaan diri dan lingkungan,
c. Kesehatan fisik serta karakteristik lainnya menuju pembentukan
Penyesuaian diri seseorang akan lebih kepribadian dewasa, dari situlah unsur-unsur yang
mudah dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisik mendasari realisasi diri.
yang sehat dari pada yang tidak sehat. Kondisi fisik d. Intelegensi
yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, Kemampuan pengaturan diri sesungguhnya
percaya diri, harga diri, dan sejenisnya yang akan muncul tergantung pada kualitas dasar lainnya
menjadikan kondisi yang sangat menguntungkan yang penting peranannya dalam penyesuaian
bagi proses penyesuaian diri. diri, yaitu kualitas intelegensi. Tidak sedikit baik
buruknya penyesuaian diri seseorang ditentukan
2. Kepribadian oleh kapasitas intelektualnya. Intelegensi sangat
a. Kemamuan dan kemampuan untuk berubah penting bagi perolehan perkembangan gagasan,
(modifiability) prinsip, dan tujuan memainkan peranan penting
Kemauan dan kemampuan untuk berubah dalam proses penyesuaian diri.
merupakan karakteristik kepribadian yang 3. Proses belajar
pengaruhnya sangat menonjol terhadap proses a. Belajar
penyesuaian diri. Sebagai suatu proses yang dinamis Kemampuan belajar merupakan unsur
dan berkelanjutan, penyesuaian diri membutuhkan penting dalam penyesuaian diri individu karena
kecenderungan untuk berubah dalam bentuk pada umumnya respon-respon dan sifat-sifat
kemampuan, perilaku, sikap, dan karakteristik kepribadian yang diperlukan bagi penyesuaian
sejenis lainnya. Semakin kaku dan tidak ada diri diperoleh dan menyerap ke alam individu
kemauan dan kemampuan untuk merespon melalui proses belajar. Kemauan belajar menjadi
lingkungan, semakin besar kemungkinannya sangat penting karena proses belajar akan terjadi
untuk mengalami kesulitan dalam penyesuaian dan berlangsung dengan baik dan berkelanjutan
diri. Kemauan dan kemampuan itu muncul dan manakala individu yang bersangkutan memiliki
berkembang melalui proses belajar. Individu yang kemauan yang kuat untuk belajar.
bersungguh-sungguh belajar untuk dapat berubah, b. Pengalaman

138 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial


Vol.02 No. 03, Desember 2013
Meidiana Pritaningrum ,, Wiwin Hendriani

Terdapat dua pengalaman yang mengatasi penolakan diri tesebut maupun pengaruh
mempengaruhi penyesuaian diri, diantaranya buruk lainnya.
adalah pengalaman yang sehat dan pengalaman 4. Lingkungan
yang traumatik. Pengalaman yang menyehatkan a. Lingkungan keluarga
adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Lingkungn keluarga merupakan
individu dan dirasakan mengenakan, mengasikan, lingkungan utama yang sangat penting atau bahkan
dan bahkan ingin mengulanginya kembali. tidak ada yang lebih penting dalam kaitanya dengan
Pengalaman seperti ini akan dijadikan dasar untuk penyesuaian diri individu. Unsur-unsur di dalam
ditransfer oleh individu ketika harus menyesuaikan keluarga, seperti konsntelasi keluarga, interaksi
diri dengan lingkungan yang baru. Pengalaman orang tua dengan anak, interaksi antar anggota
traumatik adalah peristiwa-peristiwa yang dialami keluarga, peran sosial dalam keluarga, karakteristik
oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang anggota kelurga, koefesien keluarga, dan gangguan
sangat tidak mengenakan, menyedihkan, dan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap
bahkan menyakitkan sehingga individu tersebut penyesuaian diri individu anggotanya.
sangat tidak ingin mengulang kembali pengalaman b. Lingkungan sekolah
tersebut. Individu yang mengalami pengalaman Sebagaimana lingkungan kelurga,
traumatik akan cenderung ragu-ragu, kurang lingkungan sekolah juga dapat menjadi kondisi
percaya diri, gampang rendah diri, atau bahkan yang memungkinkan berkembangnya atau
merasa takut ketika harus menyesuaikan diri terhambatnya proses perkembangan penyesuaian
dengan lingkungan barunya. diri. Pada umumnya, sekolah dipandang sebagai
c. Latihan media yang sangat berguna untuk mempengaruhi
Latihan merupakan proses belajar yang kehidupan dan perkembnagan intelektual, sosial,
diorientasikan kepada perolehan keterampilan nilai-nilai, sikap, dan moral siswa. Anak-anak SD
atau kebiasaan. Penyesuaian diri sebagai suatu lebih seringkali menganggap guru sangat disegani,
proses yang kompleks yang mencakup di dalamnya dikagumi, dan dituruti. Tidak jarang anak-anak
proses psikologis dan sosiologis maka memerlukan SD lebih mendengarkan dan menuruti apa yang
latihan yang sungguh-sungguh agar mencapai hasil dikatakan oleh guru dari pada orang tuanya.
penyesuaian diri yang baik. Tidak jarang orang yang c. Lingkungan masyarakat
dulunya memiliki kemampuan penyesuaian diri Kelurga dan sekolah berada di dalam
yang kurang baik dan kaku, tetapi karena melakukan lingkungan masyarakat, lingkungan masyarakat juga
latihan secara sungguh-sungguh, akhirnya lambat menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap
laun menjadi baik dalam setiap penyesuaian diri perkembangan penyesuaian diri. Konsistensi nilai-
dengan lingkungan baru. nilai, aturan-aturan, norma, moral, dan perilaku
d. Determinasi diri masyarakat akan didentifikasikan oleh individu
Sesungguhnya individu itu sendiri harus yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga
mampu menentukan dirinya sendiri untuk akan berpengaruh terhadap proses perkembangan
melakukan proses penyesuaian diri. Ini menjadi dirinya. Kenyataan menunjukan bahwa tidak
penting karena determinasi diri merupakan faktor sedikit kecenderungan ke arah penyimpangan
yang sangat kuat yang digunakan untuk kebaikan perilaku dan kenakalan remaja, sebagai salah satu
atau keburukan, untuk mencapai penyesuaian diri bentuk penyesuaian diri yang tidak baik, berasal
secara tuntas, atau bahkan untuk merusak diri dari pengaruh lingkungan masyarakat.
sendiri. Contohnya, perlakuan orang tua dimasa 5. Agama serta budaya
kecil yang menolak kahadiran anaknya akan Agama berkaitan dengan faktor budaya.
menyebabkan anak tersebut menganggap dirinya Agama memberikan sumbangan nilai-nilai,
akan ditolak di lingkungan manapun tempat keyakinan, praktek-praktek yang memberi makna
dirinya melakukan penyesuaian diri. Determinasi yang sangat mendalam, tujuan serta kestabilan
diri seseorang sebenarnya dapat secara bertahan dan keseimbangan hidup individu. Selain agama,

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 139


Vol.02 No. 03, Desember 2013
Penyesuaian Diri Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik pada Tahun Pertama

budaya juga memberikan faktor yang berpengaruh dengan usia 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun
terhadap kehidupan individu ( Ali dan Asrori, 2004). hingga 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini
Menurut Gunarsa (Sobur, 2003) bentuk- dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau
bentuk penyesuaian diri itu dapat diklasifikasikan 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah
dalam dua kelompok, yaitu adaptive dan adjustive. remaja awal, dan usia 17 atau 18 tahun sampai
a. Adaptive dengan 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir (Ali
Bentuk penyesuaian diri yang adaptive dan Asori, 2005). Konopka, Pikunas 1976 (Yusuf,
sering dikenal dengan istilah adaptasi. Bentuk 2000) mengemukakan usia remaja awal 12-15 tahun,
penyesuaian diri ini lebih bersifat badani. Artinya, remaja madya 15-18 tahun dan remaja akhir ada
perubahan-perubahan dalam proses badani untuk diantara usia 19-22 tahun.
menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Menurut Dhofier (1985) pondok pesantren
Pengertian luas mengenai proses penyesuaian modern adalah pondok pesantren modern yang
itu terbentuk sesuai dengan hubungan individu pengajarannya memasukkan pengetahuan umum
dengan lingkungan sosialnya, yang dituntut dari dalam madrasah-madrasah yang dikembangkan
individu, tidak hanya mengubah kelakuannya atau membuka tipe-tipe sekolah umum di
dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan dirinya dalam lingkungan pesantren, dengan metode
dari dalam dan keadaan di luar, dalam lingkungan pembelajaran menggunakan sistem klasikal.
tempat ia hidup, tetapi ia juga dituntut untuk Hubungan antara santri dengan kiai di pondok
menyesuaikan diri dengan adanya orang lain dan pesantren modern lebih bersifat fungsional.
macam-macam kegiatan mereka. Orang yang ingin Pengelolaan pesantren diserahkan kepada pengurus
menjadi anggota dari suatu kelompok, ia berada dan para santrinya lebih terbuka terhadap dunia
dalam posisi dituntut untuk menyesuaikan luar. Pola hubungan sosial dan komukasi di
diri dengan kelompok itu. lingkungan pondok pesantren modern ada dua
b. Adjustive macam yaitu pola hubungan yang memberikan
Bentuk penyesuaian yang lain, yang ruang kepada para santrinya untuk berinteraksi
tersangkut kehidupan psikis kita, biasanya disebut sosial dan berkomunikasi secara proporsional dan
sebagai bentuk penyesuaian yang adjustive. pola hubungan yang membatasi ruang komunikasi
Tersangkutnya kehidupan psikis dalam penyesuaian para santrinya. Pola-pola hubungan sosial dan
yang adjustive ini, dengan sendirinya penyesuaian komunikasi di pondok pesantren Modern ini juga
ini berhubungan dengan tingkah laku. Tingkah mempunyai ciri dan kekhasan tersendiri.
laku manusia sebagian besar dilatar belakangi oleh
hal-hal psikis ini, kecuali tingkah laku tertentu METODE PENELITIAN
dalam bentuk gerakan-gerakan yang sudah
menjadi kebiasaan atau gerakan-gerakan refleks. Penulis menggunakan desain penelitian
Penyesuaian ini adalah penyesuaian diri tingkah kualitatif pada penelitian ini. Metode penelitian
laku terhadap lingkungan yang dalam lingkungan kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
ini terdapat aturan-aturan atau norma-norma. untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
Singkatnya, penyesuaian terhadap norma-norma. dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
(Sobur, 2003). teknik pengumpulan data dilakukan secara
Remaja adalah masa transisi dalam rentang triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak- induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
kanak dan masa dewasa. Menurut Hurlock (1991) menekankan makna dari pada generalisasi
rentang usia remaja dibagi dalam dua bagian, yaitu (Sugiyono, 2009).
masa remaja awal, yaitu usia sekitar 13 atau 14 tahun Metode penelitian yang digunakan dalam
sampai 17 tahun dan masa remaja akhir dengan usia penelitian ini adalah studi kasus. Kasus dimaknai
sekitar 17-21 tahun. Menurut Mappiare (1982), masa sebagai suatu fenomena khusus yang hadir dalam
remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai suatu konteks yang terbatasi (bounded context),

140 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial


Vol.02 No. 03, Desember 2013
Meidiana Pritaningrum ,, Wiwin Hendriani

meski batas-batas antara fenomena dan konteks ini.


tidak sepenuhnya jelas. Kasus itu dapat berupa Teknik penggalian data yang digunakan
kasus individu, peran, kelompok kecil, organisasi, pada penelitian ini berupa wawancara mendalam
komunitas, atau bahkan suatu bangsa. Metode (depth interview). Wawancara adalah pertemuan
studi kasus dipilih karena mampu menggali dan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
memahami pandangan subjek secara mendalam tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam konteks alamiah. dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2009).
Tipe studi kasus yang digunakan pada Penelitian ini menggunakan wawancara
penelitian ini adalah tipe sudi kasus intrinsik, dengan pedoman umum yang mencantumkan
yaitu penelitian dilakukan karena ketertarikan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan
atau kepedulian pada suatu kasus khusus. Alasan urutan pertanyaan. Isu-isu yang bersifat umum
peneliti menggunakan tipe studi kasus intrinsik tersebut ditetapkan untuk menjaga perkembangan
adalah penelitian ini didasarkan pada ketertarikan pembicaraan dalam wawancara sehingga tetap
peneliti mengenai penyesuaian diri remaja yang dalam fokus penelitian. Wawancara dengan
tinggal di pondok pesantren modern Nurul Izzah pedoman umum yang digunakan ini berbentuk
Gresik pada tahun pertama. wawancara terfokus, dimana wawancara yang
Unit analisis yang digunakan dalam mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau
penelitian ini adalah: Penyesuaian diri pada remaja aspek-aspek tertentu dari kehidupan atau
yang tinggal di pondok pesantren modern Nurul pengalaman subjek. Wawancara juga dapat
Izzah Gresik pada tahun pertama. berbentuk wawancara mendalam, dimana peneliti
Penyesuaian diri dalam penelitian ini mengajukan pertanyaan mengenai berbagai segi
didefinisikan sebagai upaya individu untuk mencari kehidupan subjek, secara utuh dan mendalam. Alat
titik temu antara kondisi dirinya dengan konflik dan yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
perubahan yang terjadi dalam hidupnya sehingga tape recorder, kaset, kertas, serta pensil.
terjadi hubungan yang menyenangkan antara Penelitian ini menggunakan analisis
keadaan dirinya dengan keadaan lingkungan luar tematik. Penggunaan analisis tematik
dimanapun dirinya berada (Schneider, 1964, dalam memungkinkan peneliti menemukan ‘pola’ yang
Marulianasari, 1195, Hurlock, 1984). pihak lain tidak melihatnya secara jelas.
Sehingga dalam penelitian ini unit Triangulasi dalam pengujian kredibilitas
analisisnya adalah penyesuaian diri remaja yang ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
tinggal di pondok pesantren modern Nurul Izzah sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu
Gresik pada tahun pertama Pada penelitian ini akan (Sugiyono, 2009). Triangulasi mengacu pada upaya
digali bentuk-bentuk penyesuaian diri remaja yang mengambil sumber-sumber data yang berbeda
tinggal di pondok pesantren modern Nurul Izzah dengan cara yang berbeda untuk memperoleh
Gresik pada tahun pertama serta faktor-faktor yang kejelasan mengenai suatu hal tertentu. Triangulasi
mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja yang yang digunakan dalam penelitian ini ialah
tinggal di pondok pesantren Nurul Izzah Gresik triangulasi data. Triangulasi data menggunakan
pada tahun pertama. variasi sumber-sumber data yang berbeda. Data
Kriteria yang digunakan dalam pemilihan yang dimaksud diperoleh dari wawancara terhadap
subjek pada penelitian ini adalah remaja yang subjek serta significant others-nya.
berada pada rentang usia 15-20 tahun dan tinggal
di pondok pesantren modern Nurul Izzah Gresik
pada tahun pertama, tetapi belum pernah tinggal di HASIL DAN BAHASAN
pondok pesantren sebelumnya. Selain itu hal yang
penting dan mendasar dalam pemilihan subjek Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pada penelitian ini adalah subjek telah menyatakan penyesuaian diri remaja yang tinggal di pondok
kesediaannya untuk menjadi subjek pada penelitian pesantren modern Nurul Izzah Gresik pada tahun

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 141


Vol.02 No. 03, Desember 2013
Penyesuaian Diri Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik pada Tahun Pertama

pertama terhadap subjek 1 adalah kondisi fisik, Kedua subjek pada penelitian ini
kepribadian (pengaturan diri, kemampuan dan menunjukkan bentuk perilaku penyesuaian diri
kemauan untuk berubah), edukasi dan pendidikan adaptasi, yaitu mengubah tingkah laku agar sesuai
(pengalaman, latihan), lingkungan (keluarga, dengan lingkungan.
sekolah, masyarakat), agama dan budaya. Subjek 1 faktor-faktor yang mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses proses penyesuaian diri remaja pada tahun pertama
penyesuaian diri remaja yang tinggal di pondok adalah kondisi fisik, kepribadian (pengaturan diri,
pesantren modern Nurul Izzah Gresik pada tahun kemampuan dan kemauan untuk berubah), edukasi
pertama terhadap subjek 2 adalah kondisi fisik, dan pendidikan (pengalaman, latihan), lingkungan
kepribadian (pengaturan diri, kemampuan dan (keluarga, sekolah, masyarakat), agama dan budaya.
kemauan untuk berunah), edukasi dan pendidikan Subjek 2 faktor-faktor yang mempengaruhi
(belajar, pengalaman, latihan), lingkungan proses penyesuaian diri remaja pada tahun pertama
(keluarga, sekolah, masyarakat), agama dan budaya. adalah kondisi fisik, kepribadian (pengaturan diri,
Perbedaan faktor-faktor yang kemampuan dan kemauan untuk berunah), edukasi
mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja yang dan pendidikan (belajar, pengalaman, latihan),
tinggal di pondok pesantren modern Nurul Izzah lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat), agama
Gresik pada tahun pertama terhadap kedua subjek dan budaya.
ini adalah pada subjek 1 tidak ditemukan adanya Faktor-faktor yang membedakan proses
faktor edukasi dan pendidikan (belajar) yang yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja yang
mempengaruhi proses penyesuaian diri. Subjek 2 tinggal di pondok pesantren modern Nurul Izzah
ditemukan adanya faktor edukasi dan pendidikan Gresik pada tahun pertama terhadap kedua subjek
(belajar) yang mempengaruhi proses penyesuaian adalah pada subjek 1 tidak ditemukan adanya faktor
diri. edukasi dan pendidikan (belajar) sedangkan pada
Hasil dari penelitian ini, peneliti subjek 2 ditemukan adanya faktor edukasi dan
menemukan bahwa bentuk penyesuaian diri pada pendidikan (belajar).
kedua subjek adalah adaptasi, yaitu mengubah
tingkah laku agar sesuai dengan lingkungan. Kedua
subjek pada penelitian ini mengubah tingkah laku
mereka agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Penelitian ini terdapat perbedaan antara
kedua subjek. Subjek 1 keinginan masuk pondok
adalah merupakan keinginan subjek sendiri tidak
ada paksaan dari orang tua. Subjek 2 masuk pondok
merupakan keinginan orang tua subjek, karena
ayah subjek sering berpindah tempat tugas dan
saat subjek lulus SMP ayah subjek dipindah tempat
tugas tetapi belum ada pemberitahuan resmi tempat
pindahnya maka orang tua subjek memutuskan
untuk memasukkan subjek ke pondok pesantren di
Gresik. Subjek 2 ini tentu saja terpaksa mengikuti
keinginan orang tuanya untuk masuk pondok.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari hasil penelitian adalah


sebagai berikut

142 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial


Vol.02 No. 03, Desember 2013
Meidiana Pritaningrum ,, Wiwin Hendriani

PUSTAKA ACUAN

Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.


Asrori, M., & Ali, M. (2006). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Atwater, E. (1979). Psychology of Adjustment 2nd Edition. New Jersey : Prentice- Hall Inc.
Blyth, D.A., Simmons, R.G., Ford, SC. (1983). The Adjustment of Early Adolescents to School Transitions.
Adolescent Behavior and Society, A Book of Readings 4th Edition. Singapore: McGraw-Hill
Publishing Company.
Boyatzis, R. (1998). Transforming Qualitative Information: Thematic Analysis and CodeDevelopment.
Thousand Oaks, CA: Sage.
Calhoun, J.F., Acocella, J.R. (1990). Psychology of Adjustment and Human Relationship 3rd Edition. New York
: Mac Graw-Hill. Inc.
Diah, F. (2009). Perbedaan Penyesuaian diri di Pesantren Tradisional dan Modern. Diakses pada tanggal 27
Maret 2013 diakses dari http://etd.eprints.ums.ac.id/4796/1/F100040088.pdf.
Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami
psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA). Bandung: PT. Rosda Karya.
Fahmi, M. (1982). Penyesuaian Diri. Jakarta: Bulan Bintang.
Fatimah, E. (2006). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta didik). Bandung: CV Pustaka Setia.
Hartinah, S. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama.
Hurlock, E.B. (1997). Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa Istiwidayanti dan
Soedjarwo. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Lazarus, R. (1976). Pattern of Adjustment 3rd Edition. New York : Mc Graw Hill Book Company.
Mappiere, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Melly, R. (1987). Psikologi Perkembangan Remaja Dari Segi Kehidupan Sosial. Jakarta: Bina Aksara.
Monks, K. (1999). Psikologi Perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Diterjemahkan oleh: Siti
Rahayu Haditomo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mu’tadin, Z. (2002). Diakses pada tanggal 27 Maret 2013 diakses dari http://www.e-psikologi.com/
remaja/160802.html.
Panuju, P. (1999). Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Sarwono, S. (1991). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Santrock. (2002). Life Span Development. Dallas: Brown and Benchmark Inc.
Schneiders. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt, Reinhart & Winston Inc.
Singgih, G. (1992). Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sofyan, W. (1994). Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung: Angkasa.
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Uharsputra. (2007). Diakses pada tanggal 27 Maret 2013 diakses dari http://uharsputra.wordpress.
com/2007/06/08/dunia-pesantren/.
Widiastono, T.D. (2001). Sekolah Berasrama, Ketika Jakarta Tak Lagi Dirasa Nyaman. Diakses pada tanggal
27 Maret 2013 diakses dari http://www..kompas.com/kompas cetak/0105/01/dikbud/calo035.html
Yuniar, M., Abidin, Z. & Astuti, T.P. (2005). Penyesuaian Diri Santri Putri TerhadapKehidupan Pesantren:
Studi Kualitatif pada Madrasah Takhasusiah Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta.
Jurnal Psikologi Undip, 2, 10-17.
Yusuf, S. (2006). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda karya.

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 143


Vol.02 No. 03, Desember 2013

You might also like