Penurunan Kadar Sianida Limbah Cair Industri Tapioka Dengan Larutan Kapur Tohor (Ca (Oh) ) Di Desa Ngemplak Kidul, Margoyoso, Pati

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENURUNAN KADAR SIANIDA LIMBAH CAIR INDUSTRI TAPIOKA


DENGAN LARUTAN KAPUR TOHOR (Ca(OH)2) DI DESA NGEMPLAK
KIDUL, MARGOYOSO, PATI

Sharadifa Putika Apsari *, Onny Setiani **, Hanan Lanang Dangiran **


*) Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Diponegoro
**) Dosen Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro
Jalan Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Kota Semarang 50239, Indonesia
*) Email: difaputika@gmail.com

ABSTRACT
Based on the preliminary studies, cyanide level of tapioca industry waste water in
UD SM was 44,40 mg/l. This level exceeds standart quality of cyanide in tapioca
industry waste water is 0,3 mg/l. Therefore, it was necessary to waste water
treatment, one of them with coagulation-flocculation system using quicklime solution
(Ca(OH2)). The purpose of this study was to determined the effect of the addition of
quicklime soluiton (Ca(OH)2) on various doses to reduced cyanide level in tapioca
industry waste water. The type of research was quasi experimental research with
pretest-postest with control group design. The sample in this research was part of
waste water from UD SM that taken directly through the waste water tank outlet pipe.
Total sample for 4 treatment (2,5%; 5%; 7,5%; and 10%) with 6 replication was 36
samples. Data analysis used One Way Anova test showed that there was difference
in cyanide (CN) levels of tapioca industry waste water in various groups variations in
the concentration of quicklime solution (Ca(OH2)) with p-value = 0,000 (p≤0,05). The
result of Post Hoc test, showed that groups between variations in dose that has a
significant difference with cyanide level reduction is 7,5% dose which has a
significant difference to all groups of dose treatment. The average cyanide level after
treatment has decreased gradually as more doses of tohor lime solution (Ca(OH2)).
The largest decrease occurred at a dose concentration of 7,5%, which decreased
cyanide level to 16,32 mg/l with a percentage decrease was 66,88%. These results
still exceed standard, so further research is needed to reduce cyanide level of
tapioca waste water to below the quality standard.

Keywords : tapioca industry waste water, cyanide, (Ca(OH)2)

PENDAHULUAN dalam kelompok industri kecil (home


industry).(1) Industri tapioka terbesar di
Industri tapioka merupakan Desa Ngemplak Kidul salah satunya
salah satu komoditi yang akan terus adalah UD SM. UD SM memiliki
berkembang. Desa Ngemplak Kidul, kapasitas produksi 10-100 ton ketela
Margoyoso, Pati merupakan sentra per hari. Kegiatan produksi di UD SM
industri tapioka yang digolongkan berlangsung setiap hari dengan bahan

325
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

baku utama singkong KSP 4 atau Hasil penelitian Santi Ariyanti


yang sering dikenal dengan nama (2010) menunjukkan bahwa air sumur
singkong daplang. gali disekitar industri tapioka di Desa
Ngemplak Kidul terkontaminasi oleh
Selain memberikan senyawa sianida. Hal ini dikarenakan
keuntungan dari sektor ekonomi, oleh air limbah tapioka yang dibuang
industri tapioka juga memberikan secara langsung ke perairan
kerugian yaitu dari limbah yang mengalami proses infiltrasi dan
dihasilkan. Proses pengolahan tapioka perkolasi sehingga air tanah menjadi
menghasilkan produk utama tepung tercemar.(7) Kandungan sianida dalam
dan menghasilkan limbah berupa air tidak hilang meskipun air sudah
limbah padat dan cair.(2) Limbah yang dimasak. Sianida yang masuk
dibuang ke badan perairan dapat kedalam tubuh manusia akan
mencemari sumber baku air minum menyebabkan keracunan dikarenakan
yang berada di kawasan industri.(3) sianida diabsorbsi oleh lambung dan
Limbah cair yang dihasilkan industri akan menghambat terbentuknya
tapioka berjumlah besar selain itu juga enzim pernafasan yaitu cytochrome
mengandung bahan organik yang oxidase dan menyebabkan anoxia
tinggi. Bahan organik berupa (gangguan metabolisme oksigen)
karbohidrat, gula, protein fraksi pada sel-sel tubuh. Paparan HCN
rendah, persenyawaan asam dan pada waktu yang lama dalam
garam seperti asam sianida (HCN).(4) konsentrasi tinggi dapat menstimulasi
sistem saraf pusat yang kemudian
Hasil studi pendahuluan yang diikuti oleh depresi, kejang, lumpuh
telah dilakukan didapat hasil bahwa dan kematian. HCN dapat terserap
mayoritas industri tapioka di Desa cepat ke dalam tubuh dan terbawa
Ngemplak Kidul, Margoyoso, Pati hingga ke dalam plasma.(8)
belum melakukan pengolahan limbah
cair dan limbah cair langsung dibuang Air limbah dengan kadar
ke badan air. Limbah cair tapioka sianida yang berada diatas nilai baku
yang dihasilkan oleh UD SM adalah mutu, perlu dilakukan pengolahan
14,4 m3 per hari. Hasil pengukuran agar tidak mencemari lingkungan dan
kadar sianida limbah tapioka di outlet aman bagi kesehatan masyarakat.
limbah cair industri tapioka UD SM di Bahan yang digunakan untuk
Laboratorium Balai Besar Teknologi pengolahan limbah diharapkan
Pencegahan Pencemaran Industri merupakan bahan yang mudah
didapatkan hasil sebesar 44,40 mg/L. diperoleh dan bahan yang murah
Nilai tersebut masih sangat jauh sehingga industri kecil juga dapat
melebihi ambang batas baku mutu menjangkau biayanya.(7) Salah satu
limbah yang tercantum dalam cara untuk menurunkan kadar sianida
Peraturan Daerah Provinsi Jawa adalah dengan metode koagulasi dan
Tengah Nomor 5 Tahun 2012 dengan flokulasi dengan penambahan
kadar maksimal sianida 0,3 mg/L.(5) koagulan larutan kapur. Kapur
Sedangkan menurut Permenkes No. bereaksi hebat dengan berbagai
32 Tahun 2017 kadar maksimum asam, dan bereaksi dengan banyak
kandungan sianida yang logam dengan adanya air. Karena
diperkenankan dalam air baku air kekuatan sifat basanya tersebut,
minum adalah 0,1 mg/L.(6) kapur banyak digunakan sebagai

326
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

flokulan pada air, pengolahan limbah, Ngemplak Kidul. Pengambilan sampel


serta pengolahan tanah asam.(9) dilakukan dengan cara sampel sesaat
Larutan kapur (Ca(OH)2) dapat (grap sampling). Berdasarkan rumus
menetralkan limbah yang bersifat pengulangan sampel, sampel
asam dan dapat mereduksi diberikan perlakuan 4 dosis, 1 kontrol
kandungan sianida. Hal ini didukung dan 1 pretest dengan 6 kali
oleh hasil penelitian Dhono pengulangan sehingga jumlah
Apriansyah dkk. (2014) yang keseluruhan sampel adalah 36 sampel
menyatakan bahwa 2,5% air kapur untuk masing-masing perlakuan
dapat menurunkan kadar sianida dengan volume 1,5 liter air sampel.
hingga 86%. Variasi konsentrasi dosis yang
digunakan adalah 2,5%; 5%; 7,5%;
Berdasarkan uraian tersebut, dan 10%.
maka penelitian dilakukan dengan
tujuan untuk membuktikan Pengambilan sampel setiap
kemampuan larutan kapur tohor pengulangan dilakukan di hari yang
(Ca(OH)2) sebagai koagulan dalam berbeda dengan menggunakan
proses pengolahan air limbah industri jerigen plastik kemudian sampel
tapioka dengan parameter uji sianida dibawa ke Laboratorium Kesehatan
Lingkungan FKM Undip untuk
METODE PENELITIAN dilakukan perlakuan. Sampel juga
dilakukan pengukuran pH dan suhu
Penelitian ini termasuk dalam jenis dengan indikator pH dan suhu dengan
penelitian quasi eksperimen, yaitu thermometer. Pengukuran kadar
penelitian yang bertujuan untuk sianida sampel dilakukan di
mengungkapkan hubungan sebab Laboratorium Balai Besar Teknologi
akibat dengan cara melibatkan Pengendalian Pencemaran Industri
kelompok kontrol dan kelompok Semarang dengan metode
eksperimen. Rancangan penelitian spektofotometri.
yang digunakan adalah rancangan
eksperimen ulang (pretest and Uji statistik yang digunakan untuk
posttest with control group design). analisis data yaitu uji One Way Anova
dan Post Hoc Tukey. Uji One Way
Populasi pada penelitian ini adalah Anova digunakan untuk menguji
seluruh limbah cair tapioka yang apakah ada perbedaan penurunan
dihasilkan oleh UD SM di Desa kadar sianida dengan menggunakan
Ngemplak Kidul, Kecamatan perlakuan variasi konsentrasi dosis
Margoyoso, Kabupaten Pati. larutan kapur tohor. Sedangakan uji
Sedangkan sampel pada penelitian ini Post Hoc Tukey untuk mengetahui
adalah limbah cair di penampungan perbedaan yang signifikan pada
akhir air limbah Industri tepung penurunan kadar sianida antar variasi
tapioka sebelum dialirkan ke badan air konsentrasi dosis.
melalui pipa di UD SM Desa

HASIL DAN PEMBAHASAN Limbah cair industri tapioka


bersumber dari rangkaian
a. Kadar Sianida Limbah Cair kegiatan pengolahan tapioka yaitu
Tapioka Sebelum Pengolahan proses pencucian singkong,

327
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pencucian alat, dan pemisahan suhu 28,17 oC dan pH 6.


larutan pati. Penambahan larutan kapur tohor
Hasil studi awal kadar sianida dapat mengendapkan bahan-
limbah tapioka di outlet limbah bahan tersuspensi di dalam air
cair industri tapioka UD SM yang limbah tapioka. Setelah diberi
dilakukan di Laboratorium di Balai penambahan larutan kapur tohor
Besar Teknologi Pengendalian warna air limbah mengalami
Pencemaran Industri Semarang perubahan. Air limbah yang
menunjukkan bahwa kadar semula berwarna kuning keruh
sianida sebesar 44,40 mg/l. Nilai berubah menjadi lebih jernih
tersebut masih jauh melebihi setelah penambahan larutan
ambang batas baku mutu limbah kapur tohor.
yang tercantum dalam Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah b. Penurunan Kadar Sianida Limbah
Nomor 5 Tahun 2012 dengan Cair Tapioka
kadar maksimal sianida 0,3 mg/l. Hasil pemeriksaan kadar
Kondisi awal air limbah sianida sesudah perlakuan
industri tapioka ini berwarna sebagai berikut:
kuning, sedikit berbuih dengan

Tabel 1. Kadar CN dengan berbagai variasi konsentrasi dosis Ca(OH)2


Pengu- Pretest Kontrol Posttest (mg/l)
langan (mg/l) (mg/l) 2,5% 5% 7,5% 10%
1 52,60 39,40 36,20 29,50 17,80 28,10
2 55,90 43,50 37,70 30,20 18,80 28,60
3 46,80 34,90 29,30 22,10 10,40 19,20
4 49,30 39,10 32,60 25,10 12,70 23,60
5 44,60 34,70 33,10 26,30 18,90 24,00
6 47,20 36,90 31,40 24,90 19,30 24,10
Rata- 49,40 38,08 33,38 26,35 16,32 24,60
rata

senyawa HCN bila direaksikan


dengan (Ca(OH)2)(10)
Kondisi pH yang rendah atau
asam, sianida bebas mudah 2HCN(aq) + Ca(OH)2(aq)  Ca(CN)2(s) + H2O(l)
terurai menjadi asam sianida Penurunan HCN terjadi
(HCN). Salah satu alternatif karena rekasi antara hidrogen
pengolahan yang dapat dilakukan sianida (HCN) dan kalsium
untuk menurunkan kadar sianida hidroksida ((Ca(OH)2). Kalsium
adalah dengan proses netralisasi hidroksida ((Ca(OH)2) dilarutkan
dengan menambahkan zat yang dalam air akan terurai menjadi
bersifat basa. Larutan kapur tohor Ca2+ dan (OH)-. Ion-ion tersebut
Ca(OH)2 yang bersifat basa dapat bersifat seperti magnet. Ion Ca2+
dimanfaatkan untuk menetralkan menarik ion-ion yang bermuatan
asam sianida yang akhirnya akan negatif dan ion (OH)- menarik ion-
membentuk kalsium sianida ion yang bermuatan positif.
(Ca(CN)2). Berikut reaksi dari Sedangkan hidrogen sianida
(HCN) akan terurai menjadi ion-

328
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ion H+ dan CN-. H+ mengikat ion yang dimaksud disini adalah CN-.
OH- membentuk H2O. Ion Ca2+ Kemudian dalam proses
mengikat CN- membentuk garam pengadukan akan berikatan
yang sangat kompleks yaitu dengan koloid bermuatan positif
endapan putih kalsium sianida yang berasal dari larutan kapur
(Ca(CN)2).(51) Ion sianida tohor Ca2+. Koloid tersebut
merupakan ion yang sangat terbentuk dari gaya tarik menarik
reaktif, bila berikatan dengan antar partikel yang disebut
logam akan membentuk garam dengan gaya Van der Walls yang
kompleks yang stabil. Garam cenderung membentuk agregat
sianida dan larutan sianida yang lebih besar. Hal ini
memiliki toksisitas yang lebih menjadikan partikel yang ada di
rendah dibanding hidrogen dalam limbah cair tapioka menjadi
sianida. Hal ini disebabkan netral atau stabil. Setelah itu
karena garam sianida dan larutan terjadi proses flokulasi yang
sianida dapat masuk ke dalam merupakan proses penyisihan
tubuh hanya melalui ingesti. kekeruhan air dengan cara
Kompleks sianida yang stabil jika penggumpalan partikel-partikel
tidak melepaskan sianida bebas kecil menjadi partikel-partikel
tidak akan bersifat toksik.(11) yang lebih besar.Pada proses ini
akan terjadi penggumpalan flok
Proses koagulasi-flokulasi kecil menjadi flok besar pada
merupakan proses yang sangat limbah cair tapioka yang sudah
berpengaruh dalam menurunkan terbentuk sebelumnya saat
kadar sianida pada limbah cair proses koagulasi kemudian flok
tapioka. Partikel koloid yang yang telah menggumpal tadi akan
terdapat pada limbah tapioka mengendap dikarenakan adanya
bermuatan negatif, partikel koloid gaya gravitasi.

Tabel 2. Rata-rata Penurunan Kadar Sianida


Konsentrasi Rata-rata kadar CN Penurunan Presentase
Dosis (%) (mg/l) CN (mg/l) Penurunan
Pretest Postest (%)
Kontrol 49,40 38,08 11,32 22,9
2,5 49,40 33,38 16,02 32,38
5 49,40 26,35 23,05 46,67
7,5 49,40 16,32 33,08 66,88
10 49,40 24,60 24,80 50,27

sebesar 66,88% namun pada


Dapat dilihat pada Tabel 2 konsentrasi dosis 10% penurunan
bahwa sejalan dengan kadar sianida menjadi lebih
bertambahnya konsentrasi dosis rendah dari konsentrasi dosis
larutan kapur tohor (Ca(OH)2) 7,5% yaitu 50,27%. Hal ini
yang diberikan, maka penurunan disebabkan karena penambahan
kadar sianida semakin meningkat. Ca(OH)2 yang lebih besar
Penurunan tertinggi terjadi pada menyebabkan larutan semakin
konsentrasi dosis 7,5% yaitu keruh, sehingga menghalangi

329
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kontak antara Ca(OH)2 dengan penurunan kadar sianida (CN)


HCN. Penurunan kadar sianida pada limbah cair tapioka yang
dengan penambahan larutan terjadi antar variasi konsentrasi
kapur akan terhenti jika sudah dosis larutan kapur tohor. Pada
mencapai titik kesetimbangan Tabel 4.11 menunjukkan bahwa
tertentu sehingga tidak ada lagi hasil uji kelompok antar variasi
pengikatan kalsium terhadap dosis yang memiliki perbedaan
sianida. Sejalan dengan yang signifikan p-value ≤ 0,05
penelitian Ratih Indrawati, dkk. yaitu kelompok kontrol dengan
(2017) dan Ngasifudin (2006) kelompok variasi konsentrasi
semakin banyak penambahan dosis 5%, 7,5%, dan 10%.
Ca(OH)2 semakin banyak pula Kelompok dosis 2,5% dengan
kalsium yang mengikat sianida. kelompok variasi konsentrasi
Namun bila penambahan dosis 5%, 7,5%, dan 10%.
Ca(OH)2 terlalu tinggi akan terjadi Kelompok dosis 5% dengan
titik kejenuhan pengikatan kelompok kontrol dan kelompok
kalsium terhadap sianida variasi konsentrasi dosis 7,5%.
sehingga menyebabkan semakin Kelompok dosis 7,5% dengan
lamban bahkan tidak ada lagi CN semua kelompok variasi
yang berikatan dengan Ca2+.(12) konsentrasi dosis serta kelompok
Uji normalitas data dengan dosis 10% dengan kelompok
Shapiro Wilk didapatkan nilai p- kontrol, kelompok variasi
value 0,099 (p>0,05), yang berarti konsentrasi dosis 2,5% dan 7,5%.
H0 diterima atau data penurunan Perbedaan yang signifikan ini
kadar sianida (CN) pada limbah terjadi karena kemampuan
tapioka berdistribusi normal. Uji konsentrasi koagulan dalam
homogenitas data dengan test melakukan pengikatan terhadap
homogenity of variances asam sianida air limbah tapioka
didapatkan nilai probabilitas p- berbeda-beda. Konsentrasi dosis
value= 0,018 (p≤0,05). Maka Ho terbaik yang dapat menurunkan
diterima, yang artinya data kadar sianida (CN) pada limbah
penurunan kadar sianida pada tapioka paling signifikan adalah
limbah tapioka berdistribusi 7,5% karena mengalami
normal atau memiliki variasi yang penurunan CN terbesar dibanding
homogen. Oleh karena itu, dosis yang lain yaitu sebesar
pengujian selanjutnya yang akan 66,88%.
dilakukan menggunakan uji One
Way Anova didapatkan hasil p- Hasil akhir pengolahan
value 0,000 (p≤0,05) sehingga H0 menggunakan larutan kapur tohor
ditolak yang berarti ada yang masih berada diatas nilai
perbedaan penurunan kadar ambang batas (NAB) yaitu 16,32
sianida (CN) limbah cair tapioka mg/l sedangkan baku mutu yang
pada berbagai kelompok variasi diperbolehkan menurut Peraturan
konsentrasi dosis larutan kapur Daerah Provinsi Jawa Tengah
tohor (Ca(OH)2). Selanjutnya Nomor 5 Tahun 2012 tentang
dilakukan uji lanjutan dengan uji baku mutu air limbah tapioka
Post Hoc Tukey. Uji ini dilakukan adalah 0,3 mg/l. Hasil akhir
untuk mengetahui perbedaan pengolahan menggunakan larutan

330
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kapur tohor yang masih berada larutan kapur tohor dan asam
diatas nilai ambang batas (NAB) sianida menjadi terganggu karena
menurut Peraturan Daerah Jawa kemungkinan ion pada larutan
Tengah No. 5 Tahun 2012 dapat kapur tohor mengikat partikel
disebabkan karena perkiraan suspensi yang lain pada air
dosis efektif untuk menurunkan limbah sehingga ikatan antara
kadar sianida dibawah baku mutu asam sianida dan Ca(OH)2 tidak
kurang tepat dan tingkat terbentuk. Maka dari itu perlu
kejenuhan larutan tidak dapat dilakukan pengendapan padatan
diprediksi sehingga dalam tersuspensi dahulu sebelum diberi
penelitian ini tidak ditemukan perlakuan dan memaksimalkan
dosis yang efektif dalam penggunaan larutan kapur tohor
menurunkan kadar sianida limbah 7,5% dengan mengkombinasikan
tapioka hingga dibawah baku pengolahan kimia ini dengan
mutu. Selain itu juga disebabkan metode pengolahan lainnya untuk
karena peneliti menghomogenkan menurunkan kadar sianida hingga
air limbah terlebih dahulu memenuhi baku mutu.
sebelum penambahan larutan
kapur tohor sehingga partikel
tersuspensi yang awalnya c. Pemeriksaan pH
mengendap menjadi tercampur Hasil pemeriksaan pH air
kembali. Partikel terlarut dalam air limbah tapioka sebelum dan
limbah tapioka yang terlalu sesudah perlakuan disajikan pada
banyak menyebabkan ikatan ion tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Pengukuran pH Sebelum dan Sesudah Perlakuan


pH
Ulangan
Posttest
ke- Pretest
Kontrol 2,5% 5% 7,5% 10%
1 5 5 7 8 9 10
2 5 5 7 8 10 10
3 6 6 8 8 10 11
4 6 6 8 9 9 11
5 6 6 8 9 10 11
6 6 6 8 9 10 11
Rata-
6 6 8 9 10 11
rata
Dalam penelitian ini, rata-rata kapur tohor pada limbah cair
nilai pH sebelum dilakukan tapioka, nilai pH akan semakin
pengolahan menggunakan larutan naik (basa). Hal ini sejalan
kapur tohor adalah 6 kemudian dengan penelitian yang dilakukan
setelah dilakukan penambahan Zikri Rahimah, dkk. (2016) nilai
larutan kapur tohor pH nya pH tergantung dari koagulan yang
mengalami kenaikan secara digunakan karena kapur bersifat
bertingkat (linier) dengan nilai 6, basa maka pH menjadi naik yaitu
8, 9,10, dan 11. Hal ini pada limbah deterjen buatan
menunjukkan bahwa seiring 10,39 menjadi 12,64 pada massa
dengan penambahan larutan koagulan 5 gram.(13)

331
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

d. Pemeriksaan Suhu sesudah perlakuan disajikan pada


Hasil pemeriksaan suhu air tabel berikut:
limbah tapioka sebelum dan

Tabel 4. 10 Hasil Pengukuran Suhu Sebelum dan Sesudah Perlakuan


Suhu
Ulangan
Posttest
ke- Pretest
Kontrol 2,5% 5% 7,5% 10%
1 28,00 28,30 28,50 28,50 28,50 28,50
2 28,50 28,70 28,80 29,00 29,00 29,00
3 27,70 28,00 28,00 28,20 28,50 28,50
4 27,50 27,70 28,00 28,00 28,00 28,50
5 28,70 28,80 29,00 29,00 29,00 29,30
6 28,30 28,50 28,50 28,50 28,60 29,00
Rata-rata 28,17 28,33 28,47 28,53 28,60 28,80
Pengukuran suhu juga Ngemplak Kidul, Kecamatan
dilakukan pada penelitian ini, Margoyoso, Kabupaten Pati
dimana rata-rata suhu sebelum sebelum pengolahan yaitu
dilakukan pengolahan adalah sebesar 44,40 mg/l, 52,60
28,17 ⁰C kemudian setelah mg/l, 55,90mg/l, 46,80 mg/l,
dilakukan perlakuan dengan 49,30 mg/l, 44,60 mg/l, dan
penambahan larutan kapur tohor 47,20 mg/l.
rata-rata suhu berturut-turut 28,33 2. Rata-rata kadar sianida pada
⁰C, 28,47 ⁰C, 28,53 ⁰C, dan 28,80 air limbah cair industri tapioka
⁰C. Hal ini menunjukkan bahwa di Desa Ngemplak Kidul,
seiring dengan penambahan Margoyoso, Pati setelah
larutan kapur tohor pada limbah penambahan larutan kapur
cair tapioka maka semakin naik tohor (Ca(OH)2) dengan
suhu yang dihasilkan karena konsentrasi dosis 2,5%, 5%,
kapur jika dilarutkan dalam air 7,5%, 10% secara berturut-
akan mengalami reaksi hidrolisis turut adalah 33,38 mg/l, 26,35
yang menghasilkan reaksi mg/l, 16,32 mg/l, dan 24,60
eksotermis (menghasilkan mg/l.
panas).(14) Hal ini sejalan dengan 3. Penurunan atau selisih kadar
penelitian yang dilakukan oleh sianida sebelum dan setelah
Neni Saswita pada tahun 2017 diberi perlakuan berbagai
yang menyatakan bahwa penambahan larutan kapur
penambahan kapur tohor tohor (Ca(OH)2) sebesar
mempengaruhi suhu air limbah 2,5%, 5%, 7,5%, 10% secara
cair pewarnaan ulang jeans.(15) berturut-turut adalah 11,32
mg/l, 16,02 mg/l, 23,05 mg/l,
33,05 mg/l, dan 24,80 mg/l.
4. Penurunan kadar sianida
KESIMPULAN DAN SARAN limbah cair industri tapioka
setelah penambahan
a. Kesimpulan berbagai variasi konsentrasi
1. Kadar sianida pada air limbah dosis larutan kapur tohor
cair industri tapioka di Desa (Ca(OH)2) terbesar terjadi

332
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pada konsentrasi dosis 7,5%, industri tapioka di Desa


dimana dosis ini dapat Ngemplak Kidul, Margoyoso,
menurunkan kadar sianida Pati agar dibawah baku mutu
hingga 33,08 mg/l atau yang ditetapkan.
sebesar 66,88% dengan rata- 2. Bagi Pemilik Industri
rata sianida awal 49,40 mg/l Pemilik industri tapioka UD
menjadi 16,32 mg/l. Namun SM Desa Ngemplak Kidul,
angka ini masih berada diatas Margoyoso, Pati perlu
nilai ambang batas (NAB) melakukan pengolahan
menurut Peraturan Daerah terhadap limbah cair yang
Provinsi Jawa Tengah Nomor dihasilkan sebelum dibuang
5 Tahun 2012 Tentang Baku ke badan air hingga kadar
Mutu Air Limbah untuk sianida berada di bawah nilai
industri tapioka yaitu 0,3 mg/l. ambang batas (NAB), agar
tidak mencemari lingkungan
b. Saran dan kualitas badan air tetap
1. Bagi Peneliti Lain terjaga.
Perlu adanya penelitian lebih
lanjut untuk menurunkan
kadar sianida air limbah
tentang Baku Mutu Air Limbah.
Semarang; 2012.
DAFTAR PUSTAKA
6. Kementerian Kesehatan.
1. Pemerintah Desa Ngemplak Peraturan Menteri Kesehatan
Kidul. Data Profil dan Potensi Republik Indonesia No. 32 Tahun
Desa Ngemplak Kidul. 2017. 2017 tentang Standar Baku Mutu
2. Puspawiningtiyas E, Anwar Kesehatan Lingkungan dan
Ma’ruf. Kajian Awal Pemanfaatan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Limbah Tepung Tapioka Sebagai Keperluan Higiene Sanitasi,
Substrat Pembuatan Nata. J Kolam Renang, Solus per Aqua,
Techno. 2013;14(2):42–52. dan Pemandian Umum. 2017.
3. Djuwansah M R, Ade Suriadarma, 7. Riyanti F, Puji Lukitowati,
Dadan Suherman, Anna Fadliah Afrilianza. Proses Klorinasi untuk
Rusydi, Wilda Naily. Pencemaran Menurunkan Kandungan Sianida
Air Permukaan dan Air Tanah dan Nilai KOK pada Limbah Cair
Dangkal di Hilir Kota Cianjur. J Tepung Tapioka. J Penelit Sains.
Ris Geol dan Pertamb. 2010;13(3):34–9.
2009;19(2):109–21. 8. Ariyanti S, Bambang Budi
4. Widayatno T, Sriyani. Pengolahan Raharjo. Hubungan Jarak Sumur
Limbah Cair Industri Tapioka dari Sungai Tercemar Limbah
dengan Menggunakan Metode Tapioka dengan Kadar Sianida.
Elektroflokulasi. 2008;84–9. Kesehat Masy. 2010;5(2):106–11.
5. Gubernur Jawa Tengah. 9. Sugiharto. Dasar-Dasar
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Pengelolaan Air Limbah. Jakarta:
Tengah No. 5 Tahun 2012 UI Press; 2008.

333
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

10. Djaafar T F, Siti Rahayu, Murdijati 13. Rahimah Z, Heliyatur Heldawati,


Gardjito. Pengaruh Blanching dan Isna Syauqiah. Pengolahan
Waktu Perendaman dalam Limbah Detergen dengan Metode
Larutan Kapur terhadap Koagulasi-Flokulasi
Kandungan Racun pada Umbi Menggunakan Koagulan Kapur
dan Ceriping Gadung. Penelit dan PAC. J Konversi.
Pertan Tanam Pangan. 2016;5(2):13–9.
2009;28(3):192–8. 14. Kalsum S, Poppy K. Devi,
11. Pitoi M M. Sianida: Klasifikasi, Masmiani, Hasmiati Syahrul.
Toksisitas, Degradasi, Analisis Kimia 2: Kelas XI SMA dan MA.
(Studi Pustaka). Mipa Unsrat Jakarta: Pusat Perbukuan; 2009.
Online. 2015;4(1):1–4. 15. Saswita N, Sulistiyani, Onny
12. Indrawati R, Gervacia Jenny Setiani. Penggunaan Kapur Tohor
Ratnawati. Pengaruh (CaO) dalam Penurunan Kadar
Perendaman Larutan Kapur Sirih Logam Fe dan Mn pada Limbah
terhadap Kadar Asam Sianida Cair Pewarnaan Ulang Jeans
pada Biji Karet. J Lab Kabupaten Magelang Tahun
Khatulistiwa. 2017;1(1):59–66. 2007. J Kesehata. 2018;6(1):662–
9.

334

You might also like