Penatalaksanaan Glaukoma Kongenital Dengan Glaukoma Neovaskularisasi - Elvita Marer

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 14
adr, Lockman .P, Sp.M ‘BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA AKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG a ne Laporan Kasus + Penatalaksanaan Glaukoma Kongenital dengan Glaukoma Neovaskularisasi Penyaji : Elvita Marer Pembimbing : Dr. dr. Andika Prahasta, Sp. M (K), MKes Telah dikoreksi dan dis Pembimbing Unit Dr, dr. Andika Prahasta, Sp. M (K), MKes Selasa, 6 september 2011 ABSTRACT Objective: To report a case of congenital glaucoma with neovascular glaucoma and its ‘management. Case Report: 21 years-old man came to glaucoma unit Cicendo Eye Hospital with chief complain of blind in RE since 1 years ago and blurred vision in LE since 2 years ‘ago, tearing, pain in BE and headached. He had buphthalmos in BE after his birth, which LE less bigger than RE. Visual acuity light perception on the RE and counting finger in 3 meters on the LE, the intraocular pressure on his RE was 48 mmbtg and his LE was 44 mmHg. From anterior segment examination revealed ciliary injection, edema cornea with 14 mm in diameters, neovascularisasi iris, middilated pupil was 5 mm in diameters on the RE and cornea diameters was 13 ‘mm, anterior chamber depth von herrick grade IV on the LE. Gonioscopy showed schwalbe line in four quadrant on the RE, sclera spur in superior quadrant and posterior trabecular mashwork in three quadrant on the LE. Cup and dise ratio 0,8-0,9 on the LE and difficult to examination on the RE caused by corneal haze. Patients was diagnosed with congenital glaucoma on the BE and neovascular glaucoma on the RE. He got medical and surgical therapy with mitomycin C on the BE. After surgery there were choroidal detachment complication on the RE. Patients referred 10 retinal unit, He got oral methyl prednisolone therapy 1 mg/kgBB. Conclusion: Medications have limited long term value for congenital glaucoma, and surgery is often regarded as the preferred therapy. The application of antifibrotic agents such mitomycin C (MMC) results in greater success and lower IOP. following trabeculectomy, Apaplication of MMC was originally advocated for young patients and neovascular glaucoma, however the rate of serious postoperative ‘complications may increase such hypotony. Pendahuluan Glaukoma kongenital primer terjadi setelah lahir atau dalam tahun pertama kehidupan yang disebabkan abnormalitas perkembangan sudut bilik mata depan sehingga menyebabkan hambatan aliran cairan akuos, tidak dijumpai kelainan sistemik atau kelainan okular lain. Gambaran Klinis glaukoma kongenital primer adanya trias gejala epifora, fotofobia, dan bleparospasme. Diagnosis glaukoma Kongenital tergantung penilaian Klinis yaitu pemeriksaan tekanan intraokular, diameter korea, panjang bola mata (dengan ultrasonografi), gonioskopi, ‘optalmoskopi dan fotografi saraf optik untuk follow up selanjutnya.'2°+*7 ‘Terapi medikasi pada glaukoma kongenital primer memiliki keterbatasan dalam jangka panjang dan operasi merupakan terapi yang paling baik. Medikasi berperan menurunkan tekanan intraokular sebelum operasi untuk mengurangi edema kornea dan memperbaiki visualisasi selama operasi, Prosedur operasi yang dipilih adalah goniotomi atau trabekulotomi jika komea jernih, dan trabekulotomi ab externo jika kornea keruh. Jika gagal dapat dilakukan trabekulektomi dan shunt procedure. Siklofotokoagulasi diperlukan pada kasus yang intractable, tetapi sebisa mungkin dihindari karena efek merugikan pada lensa dan retina.'?°4* Untuk mengontrol tekanan intraokular dan kejernihan kornea, terapi sementara sebelum operasi dapat diberikan antagonis fi adrenergik atau carbonic anhydrase inhibitors (CAIs). '2°#* Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai penatalaksanaan glaukoma kongenital dengan glaukoma neovaskularisasi. T. —_Laporan Kasus Seorang laki-laki umur 21 tahun datang ke poli glaukoma Rumah Sakit Mata Cicendo (RSMC) Bandung pada tanggal 28 Juni 2011 dengan keluhan penglihatan berangsur-angsur menurun, mata kanan tidak bisa melihat sejak 1 tahun yang lalu, mata kiri mulai kabur sejak 2 tahun yang lalu, saat lahir mata kanan lebih besar dan lebih menonjol dari mata kiri, dan bertambah menonjol sejak usia 5 tahun, dijumpai keluhan sakit kepala, mata berair, dan nyeri pada mata, tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya, tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit sama, pasien anak ke-4 dari 6 bersaudara. Pemeriksaan status oftalmologi didapatkan tajam penglihatan mata kanan 1/-dengan proyeksi positif arah superomedial dan negatif inferotemporal, tajam penglihatan mata kiri 4/60 pinhole 5/12, posisi dan pergerakan bola mata normal ke segala arah, tekanan intraokular (TIO) dengan aplanasi tonometri (ATN) Goldman OD: 48 mmHg dan OS: 44 mmHg. Pemeriksaan segmen anterior OD dengan lampu celah biomikroskopi dijumpai injeksi silier pada konjungtiva bulbi, edema kornea, buftalmos dengan diameter kornea + 14 mm (megalokornes), tidak dijumpai haab striae, bilik mata depan dalam, tidak dijumpai flare dan sel, pupil bulat middilatasi diameter 5 mm, relative afferent pupillary defect (RAPD) tidak dapat dinilai, refleks cahaya negatif, terdapat neovaskularisasi iris (NVI), tidak didapat sinekia dan lensa jemih. Segmen anterior OS: konjungtiva bulbi dalam batas normal, kornea jernih diameter + 13 mm, kedalaman bilik mata depan van herrick (VH) grade IV, tidak didapati flare dan sel, pupil bulat diameter 3 mm, refleks cahaya positif, RAPD tidak dapat dinilai. Pemeriksaan sudut bilik mata depan dengan gonioskopi menunjukkan schwalbe line pada keempat kuadran mata kanan, scleral spur pada kuadran superior mata kiri dan anyaman trabekula posterior pada ketiga kuadran mata kiri. Pemeriksaan segmen posterior OD sulit dinilai karena kekeruhan media dan OS didapatkan gambaran papil pucat dengan perbandingan cawan/diskus 0,8-0,9. Pasien didiagnosis dengan glaukoma kongenital ODS + glaukoma neovaskularisasi (NVG) OD. Pasien diterapi dengan timolol maleat 0,5% tetes mata diberikan 2 x | ODS, Acetazolamide tablet 3 x 250 mg, aspak K tablet | x 1 dan gliserol 50% 50 cc 1 x 1 untuk 2 hari, sebelumnya dilakukan pemerikasaan kadar gula darah sewaktu dengan hasil 85 mg/dl, pasien diminta kontrol 1 minggu ‘yang akan datang, rencana dilakukan tindakan trabekulektomi OS, baru kemudian OD dan pemberian mitomycin C (MMC) ODS dalam neuropleptika. Pada saat kontrol kembali tanggal 4 Juli 2011 didapatkan TIO OD: 42 mmHg, OS: 18 ‘mmHg, pasien disarankan rawat inap. Pemeriksaan humphrey visual field (HVF) 30-2 OS didapatkan hasil sensitifitas fovea 30 dB, mean deviation -30.79 dB dengan P < 0,5%, pattern standard deviation 8.60 dB dengan P <0,5 %. Gambar 2.1, Pemeriksaan perimetri Humphrey mata kiri Pemeriksaan OCT tanggal 28 Juni 2011 OS didapatkan — rasio cawan/diskus 0,8-0,9 dan didapatkan penipisan retinal nerve fiber layer (RNEL) pada semua kuadran. Pemeriksaan OCT OD sulit dinilai karena kekeruhan media. Gambar 2.2. Pemeriksaan OCT mata kiti Gambar 2.4. Foto fundus mata kanan dan kiri sebelum operasi Pemeriksaan sebelum operasi pada tanggal 5 Juli 2011 tajam penglihatan hanya ke arah medial, OS: 4/60 ph 5/12. Dengan tonometer schiotz TIO OD: 54,7 mmHg, OS: 31,8 mmHg, pemeriksaan segmen OD: 1/-dengan proyeksi p. anterior hasilnya sama dengan sebelumnya. Pasien menjalani operasi dengan laporan operasi sebagai berikut: pasien dalam posisi terlentang, dilakukan anestesi neuroleptika, dilakukan aseptik dan antiseptik, pemasangan duk steril dan spekulum palpebra, anestesi subtenon dengan lidocain 2%, pemasangan kendali rektus, dibuat peritomi dari jam 10 sampai jam 2, perdarahan dihentikan dengan kauter. Diaplikasikan mitomycin C 0,2 mg/ml selama 2 menit. Dibuat flap sklera ukuran 4 x 3 mm menggunakan pisau no. 15. Kornea ditembus selebar 1 mm dengan side port pada arah jam 10. Dilakukan sklerotomi 2 x 2 mm dengan menggunakan alat trepine, dilakukan iridektomi, flap sklera dijahit sebanyak 3 jahitan dengan benang ethylon 10.0. Dilakukan hidrasi kornea, dilakukan penjahitan Konjungtiva sebanyak 4 jahitan dengan benang ethylon 10.0. diberikan sikloplegik tetes atropine 1%. Disuntikkan ‘garamicyn dan dexamethason subkonjungtiva, kendali rektus dilepas, diberi salap antibiotik, luka operasi ditutup dan operasi selesai. Setelah operasi diberi terapi antibiotik dan steroid topical (polypred) 6 x | tetes OS, timolol maleat 0,5% 2 x 1 fetes OD. Gambar 2.4, Segmen anterior mata kiri setelah operasi Pemeriksaan satu hari setelah operasi. Tajam penglihatan ODS sama dengan sebelum operasi, dengan tonometer schiotz didapat TIO OD: 64 mmHg, OS: 12,6 mmHg. Segmen anterior OD sama dengan sebelumnya, segmen anterior OS dijumpai perdarahan subkonjungtiva, bleb belum terbentuk, Korea jemnih, kedalaman bilik mata depan VH grade IV tidak didapati flare dan sel, pupil bulat midilatasi farmakologis diameter 4 mm, refleks cahaya positif, tampak iridektomi pada jam 12 dan lensa jemi. Pasien didiagnosis dengan glaukoma kongenital ODS (post trabekulektomi + MMC OS) + NVG OD. Pasien diterapi sama dengan setelah operasi, dapat berobat jalan dan disarankan kontrol satu minggu lagi. Pemeriksaan saat kontrol satu minggu pasca operasi mata kiri didapatkan tajam penglihatan OD: 1/-, OS: 0,25 ph 0,3. Dengan ATN Goldman didapat TIO OD: 65 mmHg, OS: 18 mmHg dan bleb OS sudah terbentuk. Terapi dilanjutkan dengan tambahan acetazolamide 3 x 250 mg, dan dirawat kembali untuk tindakan trabekulektomi + MMC OD dalam neuroleptika. Pemeriksaan sebelum operasi OD dengan schiotz TIO OD: 69,3 mmHg, QS: 7,1 mmHg, pemeriksaan segmen anterior ODS sama dengan satu hari sebelumnya. Pasien menjalani operasi dengan laporan operasi sama dengan pada OD didapatkan perdarahan subkonjungtiva, bleb belum terbentuk, edema komea, kedalaman bilik operasi sebelumnya. Pemeriksaan satu hari setelah oper mata depan dalam, terdapat koagulum dan udara diameter 3 mm, pupil bulat middilatasi diameter 6 mm, iridektomi tidak tampak, NVI positif, dan lensa jernih. Didiagnosa dengan glaukoma kongenital ODS + NVG OD ( post trabekulektomi + MMC ODS), diterapi dengan antibiotik oral (cefadroxil) 2 x 500 mg, antiinflamasi yang tidak mengandung steroid (natrium diklofenak) oral 3 x 50 mg, timotol maleat 0,5% 2 x 1 tetes OS, antibiotik dan steroid topikal (polypred) 6 x1 tetes ODS, salap antibiotik dan steroid (cendo-mycos) 3 x OD, sikloplegik tetes (cyelon 1%) 3 x OD. Pasien dapat berobat jalan, disarankan kontrol satu minggu_ yang akan datang. co Gambar 2.5. Segmen anterior mata kanan setelah operasi Pemeriksaan satu minggu pasca operasi mata kanan, pasien mengeluh mual, muntah dan pusing sejak dua hari yang lalu, tajam penglihatan ODS masih TIO OD: 9 mmHg, OS: 14 mmHg. Segmen anterior ODS didapati hasil yang sama dengan sebelumnya, dan bleb terbentuk sama, dengan ATN Goldman dida pada mata kanan, Pemeriksaan segmen posterior OD didapatkan media agak keruh, choroidal detachment, papil pucat dengan perbandingan cawan/diskus 1,0, detail sulit dinilai, Pasien didiagnosis dengan glaukoma kongenital ODS (post trabekulektomi + MMC ODS) + NVG OD + choroidal detachment OD. Pasien diterapi dengan antibiotik dan steroid topikal (polypred) 8 x | tetes OD, salap antibiotik dan steroid (cendo-mycos) 3 x OD, sikloplegik tetes (atropine 1%) 2 x OD, timolol maleat 0,5% dihentikan, pasien dikonsulkan ke unit retina, inda karena mual. Di unit retina didapatkan hasil pemeriksaan dan diagnosis yang sama, pasien seharusnya diberi methyl prednisolone | me/kg BB tapi dikonsulkan ke bagian ilmu penyakit dalam (IPD) untuk pemberian methyl prednisolone | mg/kg BB (BB: 47 kg: dosis methyl prednisolone oral | x 48 me), hasil konsul dari bagian IPD dapat diberikan methyl prednisole oral, disertai pemberian omeprazole 1 x 20 mg oral. Pemeriksaan dua minggu pasca operasi mata kanan, visus ODS mi sama dengan sebelumnya. Dengan ATN didapati TIO OD: 3 mmHg, OS: 12 mmHg, pemeriksaan segmen anterior, segmen posterior, diagnosis dan terapi sama dengan sebelumnya, dilanjutkan kontrol ke unit retina, pemeriksaan di unit retina didapati hasil yang sama, diterapi dengan methyl prednisolone 1 x 48 mg, ranitidin oral 2 x 150 mg, dan draag verban OD. Pasien disarankan kontrol 1 minggu lagi. Pemeriksaan tiga minggu pasca operasi mata kanan, visus OD: no light ‘perception, OS: 0.16 ph 0,4. Dengan ATN didapati TIO OD: 5 mmHg, OS: 9 mmHg. Pemeriksaan segmen anterior ODS sama dengan sebelumnya, pemeriksaan segmen posterior OD media agak keruh, papil bulat membayang, rasio cawan/diskus 0,9-1,0, choroidal detachment berkurang, refleks fovea negatif. Pasien diterapi dengan antibiotik dan steroid topikal (polypred) 4 x 1 tetes ODS. Disarankan foto fundus ulang dan kontrol unit retina. Di unit retina

You might also like