Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

ISSN 2088-5415 (Print)

ISSN 2355-5777 (Online)


DOI 10.22146/kawistara.30379
https://jurnal.ugm.ac.id/kawistara

KAWISTARA
VOLUME 8 No. 2, 22 Agustus 2018 Halaman 111-212

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LINGKUNGAN HIDUP


DI DESA MARGALAKSANA KABUPATEN BANDUNG BARAT

Priyo Subekti, Yanti Setianti, dan Hanny Hafiar


Program Studi Hubungan Masyarakat
Universitas Padjadjaran
Email: priyo.subekti@unpad.ac.id

ABSTRACT
The empowerment approach becomes the main base of West Bandung Regency Government in the
development of society to welcome the development of industrial estate. Empowerment has the meaning
of generating resources, opportunities, knowledge, and skills to increase capacity in determining the
future. Researchers are interested in conducting initial mapping in advance about environmental
conditions, socio-economic conditions, government policies, responses, and community needs related
to the development of industrial parks. The community empowerment conducted by the working group
working together with the agriculture department, Disperindag, and BPWC and getting full support
from the village of Margalaksana itself. There are many activities conducted by the working group by
utilizing the natural potential that exist in Margalaksana Village. Some potentials of the Community
Empowerment Program in Margalaksana Village: 1) The potency of fish using floating net pond in
Cirata reservoir; 2) The potency of batik; 3) The potency of water hyacinth waste; and 4) The potency of
tourism. Human capital plays a major role in as a modifying factor of community resources in achieving
the success of the empowerment process. Good human capital is characterized by the level of education
that able to provide motivation so as to develop independence in the community.

Keywords: Community empowerment; Environmental communication; Natural potential; Social


capital; Social potential.

ABSTRAK
Pendekatan pemberdayaan menjadi basis utama Pemerintah Kabupaten Bandung Barat dalam
pengembangan masyarakat untuk menyongsong pembangunan kawasan industri. Pemberdayaan
memiliki makna membangkitkan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk
meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan. Peneliti tertarik untuk melakukan pemetaan
awal terlebih dahulu mengenai kondisi lingkungan hidup, kondisi sosial-ekonomi, kebijakan
pemerintah, tanggapan, dan kebutuhan masyarakat terkait dengan pembangunan kawasan industri.
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh kelompok kerja bekerjasama dengan dinas pertanian,
disperindag, dan BPWC serta mendapatkan dukungan penuh dari Desa Margalaksana sendiri. Sudah
banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok kerja dengan memanfaatkan potensi
alam yang ada di Desa Margalaksana. Beberapa potensi Program Pemberdayaan masyarakat di Desa
Margalaksana: 1) Potensi Ikan menggunakan Kolam Jaring Apung di Waduk Cirata; 2) Potensi Batik;
3) Potensi Limbah Eceng Gondok; dan 4) Potensi Wisata. Modal manusia berperan besar sebagai faktor
pengubah sumber daya masyarakat dalam meraih kesuksesan proses pemberdayaan. Modal manusia
yang baik ditandai dengan tingkat pendidikan yang dapat memberikan motivasi sehingga mampu
mengembangkan kemandirian di dalam komunitas.

Kata Kunci: Komunikasi lingkungan; Modal sosial; Pemberdayaan masyarakat; Potensi alam; Potensi
sosial.

148
Priyo Subekti -- Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Lingkungan Hidup
di Desa Margalaksana Kabupaten Bandung Barat

PENGANTAR Barat memikirkan model pemberdayaan


Kabupaten Bandung Barat merupakan masyarakat berbasis lingkungan yang akan
kabupaten baru yang memiliki luas wilayah diterapkan jika kawasan industri dibangun.
1.305,77 km2 atau 130.577,40 ha yang terbagi Pendekatan pemberdayaan masyarakat
menjadi 16 wilayah administrasi kecamatan, menjadi salah satu cara dalam pengembangan
yaitu Lembang, Parongpong, Cisarua, Cikalong­ masyarakat mandiri. Pemberdayaan mem­
wetan, Cipeundeuy, Ngamprah, Cipatat, punyai arti membangkitkan sumber daya,
Pada­larang, Batujajar, Cihampelas, Cililin, ke­sempatan, pengetahuan, dan keterampilan
Cipongkor, Rongga, Sindangkerta, Gunung­ untuk meningkatkan kapasitas masyarakat
halu, dan Saguling (Kuring, 2017). dalam menentukan dan mengembangkan
Kecamatan Cipeundeuy merupakan dirinya secara ekonomis. Pemberdayaan
kecamatan yang berada di Kabupaten Bandung masya­rakat merupakan usaha yang dilakukan
Barat. Sebagian besar masyarakat Cipeundeuy oleh sekelompok orang (aktivis) atau organisasi
berprofesi sebagai pengusaha dan petani. Salah atau lembaga melalui pendidikan nonformal
satu komoditi yang dihasilkan adalah ikan dari dengan berbagai bentuk. Salah satunya adalah
hasil jaring terapung dengan memanfaatkan melalui pembentukan kelompok kerja yang
Waduk Cirata yang seluruh airnya digunakan kemudian dilatih agar mempunyai kemauan,
untuk pembangkit tenaga listrik (PLTA) Cirata. pengetahuan, dan kemampuan untuk ber­
Salah satu yang terkenal adalah Jaring Apung wira­usaha. Pemberdayaan merupakan haki­
Citatah. kat pendidikan karena apa yang disebut
Apung Hadiat Purwoko selaku Kepala dengan pendidikan adalah usaha untuk
Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten mem­berdayakan individu, meningkatkan ke­
Bandung Barat mengemukakan bahwa Peme­ mampuan individu, dan mengembangkan
rintah Kabupaten (Pemkab) Bandung Barat potensi yang ada pada diri individu tersebut.
akan membangun kawasan industri terpadu di Indikator dari pemberdayaan masyarakat
Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat. Dalam adalah kemampuan dan kebebasan untuk
pengembangan kawasan industri tersebut, membuat pilihan yang terbaik dalam me­
Pemkab berperan sebagai penyedia Rencana nentukan atau memperbaiki kehidupannya.
Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang berlaku Konsep pemberdayaan mencakup pengertian
sampai 2025. Berdasarkan RTRW yang sudah pembangunan masyarakat (community develop­
rampung sejak 2009 dan jadi peraturan daerah ment) dan pembangunan yang bertumpu pada
(perda) pada 2012, enam desa di Kecamatan masyarakat (community based development).
Cipeundeuy akan dijadikan sebagai kawasan Artinya masyarakat dibina dan dilatih agar
industri. Tujuan dari dibentuknya kawasan mem­ punyai pengetahuan, keahlian, dan
industri antara lain untuk mengembangkan keterampilan yang dapat dimanfaatkan secara
sektor Industri/Usaha Kecil Menengah (UKM) ekonomis sehingga masyarakat dapat maju dan
yang diharapkan dapat memberikan lapangan memberdayakan dirinya melalaui usaha-usaha
pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Kawasan ekonomi yang produktif (Vidhandika, 2006).
industri yang direncanakan oleh Pemerintah Proses pemberdayaan masyarakat berarti
Kabupaten Bandung Barat berupa sebuah kemampuan seseorang untuk memahami
kawasan yang dapat ditempati oleh para dan mengendalikan keadaan sosial dan
pemilik industri dengan catatan disediakan ekonomi serta lingkungan yang sangat di­
akses jalan yang memadai sehingga dapat per­lukan dalam upaya meningkatkan ke­
dijangkau dengan mudah. sejah­terannya di masyarakat, dengan kata
Keberadaan sebuah kawasan industri mau lain proses pemberdayaan adalah setiap
tidak mau akan memberikan dampak berupa usaha pendidikan yang bertujuan untuk
perubahan ekosistem lingkungan hidup dan mem­ bangkitkan kesadaran dan keinginan
perubahan perilaku sosial dan budaya karena untuk memiliki pengetahuan, keterampilan,
itu sebaiknya pemerintah kabupaten Bandung dan kemampuan yang pada akhirnya akan

149
Kawistara, Vol. 8, No. 2, 22 Agustus 2018: 148-159

memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan kurang lebih 500 ha, hal tersebut merupakan
meningkatkan kesejahteraannya. sebuah potensi yang dapat dimanfaatkan oleh
Masyarakat merupakan kelompok sosial masyarakat desa. Salah satunya yaitu dengan
yang memiliki potensi yang dapat meng­ bermunculannya kelompok-kelompok kerja
gunakan kemampuan dirinya dalam me­ mulai dari kelompok kolam jaring apung,
ngem­ bangkan berbagai potensi yang dapat kelompok pengrajin kue dari bahan baku
memberikan nilai tambah dalam kehidupannya. ikan, kelompok pengrajin eceng gondok, dan
Permasalahannya adalah peran masyarakat kelompok yang memanfaatkan hasil ikan
seringkali tidak tanggap dan mengetahui menjadi abon nila. Pemberdayaan masyarakat
mengenai masalah kehidupannya sendiri. yang dilakukan oleh kelompok-kelompok
Oleh karena itu, diperlukan sebuah strategi kerja bekerjasama dengan dinas pertanian,
program pendidikan luar sekolah yang tepat disperindag, dan BPWC serta mendapatkan
agar dapat membangun kesadaran masyarakat dukungan penuh dari Pemerintah Desa
untuk terlibat dalam proses pemberdayaan Margalaksana sendiri.
masyarakat yang efektif dan efisien (Kartika, Pemberdayaan masyarakat sebagai se­
2015). buah strategi pembangunan banyak dilaku­
Salah satu potensi besar dalam program kan dan bahkan telah berkembang berbagai
pemberdayaan masyarakat adalah adanya pemikiran yang dituangkan dalam pustaka
modal sosial. Modal sosial dapat diartikan seperti jurnal dan buku teks. Meskipun dalam
sebagai sebuah kepercayaan, norma-norma, pelaksanaannya strategi ini masih belum
dan jaringan-jaringan sosial yang dapat mem­ dapat sepenuhnya diaplikasikan dalam ke­
fasilitasi tindakan kolektif. Modal sosial di sini hidupan masyarakat. Dengan Pemberdayaan
ditekankan pada kebersamaan masyarakat masyarakat, perekonomian dapat ditingkatkan
untuk memperbaiki kualitas hidup dan me­ yang nantinya akan berimbas pada tingkat
laku­kan perubahan yang lebih baik serta kesejahteraan, dan pendidikan yang juga akan
pe­nyesuaian secara terus menerus. Dalam meningkat.
kegiatan implementasi CSR, peran pemerintah Community Development dapat diarti­
desa dalam hal ini sebagai fasilitator antara kan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
industri dengan masyarakat terkait dengan masyarakat, dimana mereka dapat meng­iden­
kebutuhan-kebutuhan yang akan dijadikan tifi­kasikan kebutuhan dan masalah secara
program CSR. Selain itu pemerintah juga mandiri. Kebutuhan dalam hal ini adalah
berperan sebagai pengawas jalannya pelak­ “needs” bukan “wants”, artinya kebutuhan yang
sanaan program CSR agar sesuai dengan benar-benar dibutuhkan bukan hanya sekadar
aturan perundang-undangan yang terkait keinginan. Pembangunan masyarakat adalah
(Bakti, 2016). kegiatan yang terencana untuk menciptakan
Menurut Kusumastuti (2015), modal sosial kondisi-kondisi bagi kemajuan sosial ekonomi
meng­hasilkan kapasitas adaptasi, antara lain masyarakat dengan meningkatkan partisipasi
berupa: kerja sama, partisipasi semua elemen masyarakat (Nugraha, 2009). Konsep “pem­
masyarakat, pemanfaatan teknologi yang sesuai bangunan masyarakat oleh masyarakat dan
kebutuhan masyarakat, prinsip saling menjaga, untuk masyarakat” merupakan sebuah konsep
dan kemampuan memobilisasi sumber daya ideal untuk memajukan masyarakat pedesaan
kolektif dalam anggota kelompok. Bentuk- dalam hal pemerataan pembangunan dan
bentuk kapasitas adaptasi yang dikembangkan perekonomian.
adalah sebuah daya lenting dan fleksibilitas Program Community Development disiap­
untuk menjaga stabilitas pembangunan dan kan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
pengelolaan infratsruktur perdesaan. Dalam perencanan penyusunan program
Desa Margalaksana merupakan salah pembangunan atau industri yang dapat mem­
satu desa di Kecamatan Cipendeuy yang bangun kegiatan usahanya secara eko­nomi
lahan­nya terendam Waduk Cirata sampai di suatu daerah harus dilakukan analisis

150
Priyo Subekti -- Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Lingkungan Hidup
di Desa Margalaksana Kabupaten Bandung Barat

kebutuhan masyarakat. Analisis kebutuhan Pemberdayaan masyarakat berbasis


masyarakat harus benar-benar dapat me­ ling­
kungan hidup merupakan konsep pem­
metakan apa saja kebutuhan (need analysis) berdayaan yang memanfaatkan potensi alam
dan bukan sekadar membuat daftar belanja yang ada disekitar masyarakat. Masyarakat
(wants) yang tidak memiliki manfaat secara diberi pemahaman dan pelatihan agar memiliki
berkelanjutan. kemampuan untuk meningkatkan kemampuan
Esensi dari program pemberdayaan dalam memanfaatkan potensi alam yang dapat
masyarakat adalah melibatkan masyarakat bernilai ekonomi. Sebagai contoh adalah
dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber pemanfaatan Waduk Cirata untuk kolam jaring
daya sosial, lingkungan alam, dan sumber apung, pemanfaatan limbah eceng gondok
daya manusia dalam kegiatan peningkatan yang banyak menyebar di Waduk Cirata,
kesejahteraan masyarakat secara ekonomi. pemanfaatan pohon bambu untuk kerajinan,
Program pemberdayaan masyarakat Desa dan membuat kuliner yang berbahan dasar
Margalaksana diwujudkan dalam bentuk ikan hasil dari kolam jaring apung.
partisipasi atau keterlibatan mereka dalam Berdasarkan dari fenomena tersebut,
setiap tahap implementasi program mulai maka peneliti tertarik untuk melakukan pe­
tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan metaan awal terlebih dahulu mengenai
hasil usaha sampai dengan monitoring, dan kondisi lingkungan hidup, kondisi sosial-
evaluasi. ekonomi, kebijakan pemerintah, tanggapan,
Sutoro (2002) mengemukakan bahwa dan kebutuhan masyarakat terkait dengan
pemberdayaan merupakan proses me­ ngem­ pembangunan kawasan industri. Peneliti
bangkan, memandirikan, men­swadayakan, dan menggunakan metode deskriptif dengan data
memperkuat posisi tawar-menawar masyarakat kualitatif untuk dapat menggambarkan kondisi
lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan awal lingkungan hidup, peran pemerintah, dan
penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. kondisi masyarakat itu sendiri. Data pemetaan
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa tersebut nantinya akan menjadi dasar untuk
masalah utama dalam community development merancang bangun model pemberdayaan
adalah sosial ekonomi. Tujuan dari community masyarakat (community development) berbasis
development adalah membangkitkan partisipasi lingkungan hidup di Kecamatan Cipeundeuy
penuh warga masyarakat yang mewujudkan Kabupaten Bandung Barat.
kemampuan dan integrasi masyarakat untuk Metode yang digunakan dalam penelitian
dapat membangun dirinya sendiri. ini adalah metode deskriptif dengan data
Keberhasilan program pemberdayaan kualitatif. Penelitian deskriptif ini bertujuan
masyarakat memerlukan kecakapan, keteram­ untuk mendeskripsikan fenomena yang saat
pilan, dan kepiawaian seorang penggagas dalam ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya
memotivasi peserta program pemberdayaan menggambarkan, mencatat, menganalisis, dan
(Wawira dan Susan, 2017). Peran kemampuan menginterpretasikan kondisi yang sekarang
pelaku pemberdayaan akan efektif dalam ini terjadi atau ada (Mardalis, 1999). Alasan
meningkatkan keberdayaan masyarakat jika peneliti manggunakan jenis penelitian deskripsi
masyarakat sebelumnya meningkatkan ke­ adalah karena dengan penelitian ini mampu
mampuannya melalui program pember­ memberikan gambaran yang menyeluruh
dayaannya. Pelaku pemberdayaan tidak dapat dan jelas terhadap situasi sosial satu dengan
langsung berpengaruh terhadap keberdayaan yang lainnya atau dari waktu tertentu dengan
masyarakat, tetapi harus diiringi dengan proses waktu yang lainnya. Adapun informan yang
yang mengiringi pemberdayaan. Pening­katan terpilih dalam penelitian ini meliputi: (1)
pemberdayaan merupakan penentu keber­ Aparat Pemerintahan (Kecamatan, Desa, dan
hasilan pelaku dalam upaya peningkatan Keamanan); (2) Opinion Leader (pemuka agama,
keberdayaan masyarakat. tokoh sosial, dan tokoh organisasi); dan (3)

151
Kawistara, Vol. 8, No. 2, 22 Agustus 2018: 148-159

Kelompok kerja (Masyarakat Peduli Cirata, dilakukan oleh orang yang dapat memutuskan
Cinta Cirata, dan Kolam Jaring Apung). sendiri apa kebutuhan dan pengalaman yang
Validitas data menggunakan pemban­ penting baginya. Ini berarti dapat mengambil
ding­an antara data hasil wawancara, data hasil tindakan sendiri. Dengan kesadaran kritis itu,
observasi, dan data sekunder yang telah ada. masyarakat mampu mengenali potensi dan
Selain itu peneliti juga menggunakan teknik posisi mereka dalam komunitasnya. Kesadaran
triangulasi untuk mendapatkan data dengan tentunya tidak datang dengan sendirinya,
teknik pengumpulan data yang berbeda untuk tetapi melalui pengetahuan masyarakat
mendapatkan data dari sumber yang sama. dengan tidak mengabaikan local knowledge dan
Teknik pengumpulan data yang dilakukan local geniuses, sehingga dapat mengoptimalkan
peneliti meliputi: observasi partisipatif, potensi SDM, kelembagaan, dan sumber daya
wawan­cara mendalam, dan dokumentasi lokal dengan optimal.
untuk sumber data yang sama secara serempak. Berbicara mengenai pemberdayaan
masya­rakat berarti berbicara tentang pem­
PEMBAHASAN bangunan masyarakat oleh masyarakat dan
Dari hasil pemetaan sosial di Desa untuk masyarakat itu sendiri, masyarakat
Margalaksana diketahui bahwa desa tersebut dituntut untuk dapat mandiri dan berusaha
memiliki potensi yang sangat besar, baik dengan memanfaatkan potensi di sekitarnya
dari sumber daya manusia maupun sumber yang akan membawa dampak ekonomi bagi
daya alam. Pemetaan sosial dilakukan untuk dirinya. Menurut Dirjen Bangdes dalam
mengetahui potensi yang dapat diberdayakan. (Zamhariri, 2008), pada hakekatnya community
Pemetaan sosial (social mapping) merupakan development merupakan proses dinamis yang
upaya mengidentifikasi dan memahami berkelanjutan dari masyarakat untuk masya­
struktur sosial (sistem kelembagaan dan rakat untuk mewujudkan keinginan dan
individu) tata hubungan antar lembaga dan harapan hidup yang lebih sejahtera dengan
atau individu pada lingkungan sosial tertentu. strategi memanfaatkan potensi lingkungan
Pemetaan sosial dapat juga diartikan sebagai alam, sosial, dan budaya. Pengertian tersebut
social profiling atau “pembuatan profil suatu mengandung makna betapa pentingnya
masyarakat“. inisiatif masyarakat dan partisipatif masya­
Pemetaan sosial merupakan proses peng­ rakat sebagai bagian dari pembangunan yang
gambaran masyarakat yang sistemik serta dapat menyejahterakan masyarakat yang
melibatkan pengumpulan data dan informasi berpusat pada masyarakat atau komunitasnya
mengenai masyarakat termasuk di dalamnya sendiri. Community Development bertujuan
profil (riwayat) dan masalah sosial yang ada untuk menciptakan kemandirian masyarakat
pada masyarakat tersebut. Hasil akhir dari yang merupakan kondisi yang dialami masya­
pemetaan sosial ini berupa suatu peta spasial/ rakat ditandai dengan kemampuan dalam
wilayah yang menggambarkan secara fokus memikirkan, mengambil keputusan serta
karakteristik dan masalah sosial seperti jumlah melakukan tindakan yang dipandang tepat
dan lokasi orang miskin, rumah kumuh, rawan demi mencapai pemecahan masalah yang
bencana, dan lain sebagainya yang ditandai di­
hadapi dengan mempergunakan daya
dengan kode tertentu sesuai dengan tingkatan kemampuan yang ada.
pemusatannya. Dari pemetaan sosial ini akan Daya kemampuan yang dimaksud adalah
terlihat masalah apa yang terdapat di suatu kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik,
daerah atau kebutuhan apa saja yang akan dan afektif serta sumber daya lainnya yang
dibutuhkan pada suatu daerah. bersifat fisik/ material. Kemandirian masya­
Masyarakat dapat menganalisis sendiri rakat dapat dicapai tentu memerlukan sebuah
masalah mereka, mengidentifikasi penyebab­ proses belajar. Masyarakat yang mengikuti
nya, menetapkan prioritas, dan memperoleh proses belajar yang baik, secara bertahap akan
pengetahuan baru. Analisis realitas harus memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan

152
Priyo Subekti -- Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Lingkungan Hidup
di Desa Margalaksana Kabupaten Bandung Barat

yang bermanfaat dalam proses pengambilan saat ini Desa Margalaksana mencoba membuat
keputusan secara mandiri. Berkaitan dengan program kesejahteraan masyarakat melalui
hal ini, Sumodiningrat (2000) menjelaskan Badan Usaha Milik Desa (BUMD).
bahwa keberdayaan masyarakat yang ditandai Beberapa potensi Program Pemberdayaan
dengan adanya kemandirian dapat dicapai masyarakat di Desa Margalaksana:
melalui proses pemberdayaan masyarakat.
Senada dengan yang dikemukakan oleh Ahfan Potensi Ikan menggunakan Kolam
et al ., (2015) bahwa pemberdayaan masyarakat Jaring Apung di Waduk Cirata
desa menekankan pada aspek: keterlibatan Potensi yang diunggulkan di Desa
aktor penyelenggara pemberdayaan masya­ Margalaksana adalah hasil budidaya
rakat, arah pemberdayaan masyarakat, ikan menggunakan Kolam Jaring Apung
aspek kolaboratif pembangunan desa dalam (KJA) di Waduk Cirata. Ikan yang populer
pemberdayaan masyarakat, pelaksana pember­ dibudidayakan adalah ikan emas dan nila.
dayaan masyarakat, pelembagaan percepatan Program tersebut sudah berjalan dari tahun
pemberdayaan masyarakat, dan etika/ norma 1986 sampai sekarang dan bekerjasama
pemberdayaan masyarakat. dengan pengelola Waduk Cirata. Lahan Desa
Margalaksana yang terendam Waduk Cirata
Potensi Lingkungan Desa cukup luas mencapai 500 ha.
Margalaksana Produksi ikan nila di Desa Margalaksana
Desa Margalaksana untuk tahun 2017- difokuskan pada telur ikan bukan pada daging
2018 fokus pada pembangunan infrastruktur ikannya, jadi kekhasannya ada pada telur
dan fasilitas umum desa. Desa-desa lain ikan. 99% merupakan betina jadi nilem itu
di Kecamatan Cipeundeuy sudah hampir dibesarkan khusus untuk menghasilkan telur,
90% pembangunannya, sedangkan Desa bukan ikannya.
Margalaksana baru 45% sehingga secara infra­ Masyarakat bekerjasama dengan dinas
struktur masih tertinggal dari desa desa lain perikanan baik kabupaten maupun provinsi
di Kecamatan Cipeundeuy. Program pember­ juga dengan BPWC (Badan Pengelola Waduk
dayaan masyarakat akan ditingkatkan jika Cirata). Hasil produksi ikan dapat menyuplai
pembangunan infrastruktur sudah mencapai kebutuhan ikan sekitar 60% wilayah Jawa Barat
80%. karena produksinya bisa 80-100 ton per hari .
Infrastruktur seperti jalan yang masih Keberadaan Waduk Cirata mendatangkan
rusak dan cukup mengganggu aktivitas ke­ berkah bagi masyarakat Desa Margalaksana.
seharian masyarakat masih sering ditemui Banyak sekali potensi yang dapat dikembangkan
di Desa Margalaksana. Selain masalah infra­ selain memelihara ikan, yaitu banyak didirikan
struktur jalan, warga Desa Margalaksana juga warung-warung makan di sekitar Waduk
mengeluhkan masalah lampu penerangan Cirata sehingga para konsumen dapat makan
jalan yang sangat mengganggu saat malam ikan dengan pemandangan Waduk Cirata yang
hari dimana jalan menjadi sangat gelap. Hal indah. Program pengelolaan kelompok KJA
tersebut membuat mobilitas dan aktivitas ini di prakarsai oleh Pak Yoyo untuk mencari
warga di malam hari menjadi terhambat. tambahan perekonomian masyarakat dengan
Program pemberdayaan masyarakat memanfaatkan Waduk Cirata.
yang sudah berjalan di Desa Margalaksana Kesadaran masyarakat Desa Margalaksana
yaitu program pembuatan batik, pembuatan dalam hal bersosial atau gotong royong
abon nila, dan jaring apung. Program tersebut dalam membantu sesamanya masih terbilang
mendapat bantuan dari kabupaten dan ada, tetapi sekarang ini mulai berkurang
pihak desa berperan sebagai fasilitator serta tidak seperti dulu. Masyarakat masih mau
melakukan pendampingan agar program membantu ketika hal tersebut menyangkut
dapat terawasi dan terarah. Selain fokus kepentingan umum misalnya pembangunan
kepada program pemberdayaan masyarakat, jalan/mesjid. Hal ini dapat dijadikan salah satu

153
Kawistara, Vol. 8, No. 2, 22 Agustus 2018: 148-159

modal sosial yang dapat mendukung kegiatan (kreativitas) dan juga modal, maka dari itu
pemberdayaan masyarakat. kelompok tersebut mengalami kemunduran.
Beberapa pemanfaatan eceng gondok,
Potensi Hutan Bambu yaitu: limbah eceng gondok dijadikan pakan
Terdapat potensi hutan bambu yang ikan dan pakan sapi, tetapi program ini baru
luas di Desa Margalaksana. Hal tersebut juga pada tahap rencana belum terealisasi. Selain
dimanfaatkan oleh beberapa masyarakat untuk untuk pakan, eceng gondok juga dimanfaatkan
kemudian dijadikan kerajinan tangan yang untuk kerajinan yaitu anyaman topi dan tas.
menghasilkan sebuah peralatan rumah tangga
seperti kipas (hihid), boboko, nyiru, dan lain Potensi Wisata
sebagainya. Kelompok ini terbentuk turun Rencananya, daerah Desa Margalaksana
temurun dan diajarkan nenek moyang. Akan akan dijadikan daerah metropolitan perikanan
tetapi, masalah modernitas mengakibatkan dengan bekerjasama bersama dinas perikanan.
usaha ini menjadi kurang menjanjikan sehingga Desa Margalaksana berbatasan langsung
beberapa generasi berikutnya kurang tertarik dengan Waduk Cirata. Hal tersebut memiliki
dalam pengerjaan kerajinan ini. potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah
Permasalahnya lainnya adalah pemasaran pariwisata alam dan membuka lapangan
barang, selama ini hasil kerajinan mereka dibeli pekerjaan bagi masyarakatnya. Sebelumnya
oleh bandar dengan harga yang kurang pas. pernah dikembangkan, tetapi terhalang
Mereka menginginkan bahwa ada koperasi oleh kebijakan dari BPWC yang merupakan
desa yang bisa menampung dan membeli pemilik resmi Waduk Cirata dengan alasan
modal terhadap hasil produksi mereka. Untuk lahan yang mereka gunakan merupakan lahan
bahan bambu sendiri mereka membeli bambu penghijauan dan berada pada garis terdepan
dengan harga 15 ribu per bambu ( satu bambu dengan bendungan.
dapat dibuat empat sampai lima kerajinan Potensi sumber daya alam ini nantinya
bambu). dapat dijadikan sebuah program wisata.
Potensi pengembangan wisata tersebut
Potensi Batik berlokasi di sepanjang bibir Waduk Cirata.
Usaha batik di Desa Margalaksana sudah Dengan hamparan luas waduk dan dataran
men­dapatkan penghargaan tingkat kabupaten tanah yang indah, masyarakat menilai bahwa
pada tahun 2013 dengan mengalahkan lokasi tersebut dapat dijadikan sebuah
peserta dari beberapa kecamatan di Bandung tempat kreasi dan wisata. Hal tersebut dinilai
Barat dan meraih juara pertama. Pelatihan masyarakat, bahwa di tempat lain sudah ada
pembuatan batik tersebut dikelola dengan baik tempat wisata waduk, dan hal tersebut besar
bahkan sampai mendatangkan ahli sebagai pengaruhnya dalam menyokong pertumbuhan
pendamping. perekonomian masyarakat.

Potensi Limbah Eceng Gondok Potensi Sumber Daya Manusia


Potensi sumber daya alam ini merupakan Sumber daya manusia usia produktif
salah satu sumber daya alam yang banyak dan baik laki-laki ataupun perempuan cukup
mudah untuk ditemui. Eceng Gondok yang banyak yang dibekali kemampuan bertani
dapat dikatakan tidak berguna dan bahkan secara tradisional karena mereka masih
mengganggu pemandangan Waduk Cirata mempertahankan kebiasaan tani secara turun
dinilai masyarakat dapat dimaksimalkan temurun. Desa Margalaksana juga didukung
untuk menjadi sebuah sumber daya alam oleh unsur kelembagaan yang lengkap terdiri
yang menghasilkan atau berpotensi untuk me­ dari: Pemerintah Desa (Pemdes), Badan Per­
numbuhkan perekonomian masyarakat. Sudah musyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pem­
ada sebuah kelompok pengrajin eceng gondok, berdayaan Masyarakat (LPM), Majelis Ulama
tetapi dikarenakan minimnya pengetahuan Desa, Dewan Kemakmuran Mesjid (BKM),

154
Priyo Subekti -- Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Lingkungan Hidup
di Desa Margalaksana Kabupaten Bandung Barat

Karang Taruna, Pemberdayaan Kesejahteraan Proses pemberdayaan masyarakat melalui


Keluarga (PKK), Kelompok Tani (Poktan), pemberdayaan masyarakat Desa Marga­
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Rukun laksana terdiri dari tiga tahapan meliputi
Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Organisasi tahap penyadaran, tahap pembentukan pokja
Olah Raga, Organisasi Kesenian, dan Lembaga (kelompok kerja), dan tahap pelaksanaan
Pendidikan. program pemberdayaan. Pemberdayaan me­
Sebagaimana telah disebutkan bahwa nunjuk pada kemampuan orang, khususnya
mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa kelompok rentan dan lemah untuk memiliki
Margalaksana adalah petani dan buruh tani. akses terhadap sumber-sumber produktif yang
Maka kegiatan bercocok tanam adalah faktor memungkinkan mereka dapat meningkatkan
vital penunjang perekonomian desa. Akan pendapatannya dan memperoleh barang-
tetapi, kekurangannya adalah sawah-sawah barang dan jasa-jasa yang mereka perlu­
di Desa Margalaksana ketika kemarau tidak kan serta berpartisipasi dalam proses
memiliki sumber air, hanya memanfaatkan pembangunan dan keputusan-keputusan yang
curah hujan saja, dikarenakan desa belum mem­ pengaruhinya. Partisipasi merupakan
memiliki sistem irigasi yang baik. suatu proses yang melibatkan seluruh pihak
Sumber daya manusia merupakan salah terkait dalam rangkaian kegiatan, mulai dari
satu potensi yang cukup penting dalam hal kehadiran petani dalam rapat kelompok hutan,
pemberdayaan masyarakat yang meliputi kehadiran dalam rapat perencanaan, dan
tingkat pendidikan, tingkat partisipasi, sumbangan pemikiran dalam perencanaan
tingkat motivasi, dan kemauan untuk me­ (Winata dan Yuliana, 2008).
rubah nasib. Selain itu didukung juga oleh Pemberdayaan adalah terjemahan dari
kesadaran masyarakat Desa Margalaksana empowerment, sedang memberdayakan adalah
dalam hal bersosial atau gotong royong dalam terjemahan dari empower. Menurut Merriam
membantu sesamanya yang masih terbilang Webster dan Oxford English Dictionary dalam
ada. Masyarakat masih mau membantu ketika Hutomo (2000), kata empower mengandung dua
hal tersebut menyangkut kepentingan umum pengertian, yaitu : (1) to give power atau authority
misalnya pembangunan jalan/mesjid. Hal ini to atau memberi kekuasaan, mengalihkan
dapat dijadikan salah satu modal sosial yang kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke
dapat mendukung kegiatan pemberdayaan pihak lain. (2) to give ability to atau enable
masyarakat. atau usaha untuk memberi kemampuan atau
Pelatihan pemberdayaan tidak akan efektif keperdayaan.
jika tidak didukung oleh sumber daya manusia Sesuai yang dikemukakan oleh
yang baik, salah satu faktor yaitu motivasi atau Mardikanto (1998), terdapat empat upaya
kemauan masyarakat untuk merubah nasib pokok dalam setiap kegiatan pemberdayaan
dalam hal ini menyangkut perekonomian. Oleh masyarakat sebagai berikut:
karena itu, sumber daya manusia merupakan Pertama, bina manusia yaitu tahap
salah satu modal sosial yang sangat penting pertama yang dilakukan oleh tim penggerak
dalam mewujudkan masyarakat yang berdaya. kelompok kerja adalah sosialisasi mengenai
potensi alam yang ada kepada masyarakat
Program Pemberdayaan Masyarakat desa, potensi alam yang dapat diberdayakan
Desa Margalaksana agar menghasilkan fungsi ekonomi bagi
Konsep pemberdayaan masyarakat di masya­ rakat. Proses sosialisasi dilakukan
Desa Margalaksana Cipeundeuy Kabupaten oleh tim penggerak melalui rapat-rapat desa,
Bandung Barat berlandaskan pada lingkungan kemen­terian perikanan, dan pertanian dengan
hidup, kebetulan posisi desa dekat dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat
Waduk Cirata sehingga masyarakat Desa tentang program pemberdayaan masyarakat
Margalaksana banyak memanfaatkan waduk di lingkungan tempat tinggal mereka. Proses
tersebut sebagai salah satu mata pencaharian. ini memerlukan usaha yang cukup besar

155
Kawistara, Vol. 8, No. 2, 22 Agustus 2018: 148-159

karena masyarakat lebih suka bekerja di kota untuk mengatasi persoalannya pada masa kini
dibandingkan dengan di desa. guna mencapai kehidupan yang lebih baik
Pada awalnya Ketua Penggerak Kelompok pada masa mendatang. Partisipasi merupakan
Masyarakat peduli Cirata melihat potensi redistribusi kekuatan yang memungkinkan
Desa Margalaksana yang cukup besar dengan kaum terpinggirkan secara ekonomi dan
kondisi masyarakatnya tidak berkembang, politik untuk dilibatkan dalam perencanaan
sementara masyarakat yang dari luar daerah pembangunan masa depan (Dewi dkk, 2013).
datang untuk memanfaatkan lahan sehingga Makna partisipasi yang mengacu adalah
bisa lebih berkembang bahkan bisa lebih kaya kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat untuk
dari yang punya wilayah sendiri. mengatasi persoalannya pada masa kini guna
Tahap pertama ini bertujuan untuk me­ mencapai kehidupan yang lebih baik pada
numbuhkan motivasi di dalam diri masyarakat masa mendatang.
desa, bahwa mencari uang tidak selamanya Kedua, bina usaha, yaitu pemberdayaan
bekerja di orang lain, tidak selamanya bekerja masyarakat dapat sukses perlu meng­ ikut­
di kota, tetapi uang itu dapat di cari di desa sertakan semua potensi yang ada pada
sendiri yang begitu kaya akan potensi yang masyarakat dan pihak-pihak terkait. Kelompok
dapat dikembangkan. Sebagian peserta Masyarakat Peduli Cirata menjalin kerjasama
kelompok kerja adalah wanita, karena suami dengan Pemerintah Desa dan Dinas Pertanian,
mereka bekerja sebagai nelayan kolam jaring dan disperindag yang berperan untuk
apung, petani, tukang ojek, dan wirasawasta. memberikan dukungan kepada kelompok
Sehingga hal ini biasa mempengaruhi pola dalam kegiatan. Bantuan yang diperoleh oleh
pikir mereka untuk menerima suatu inovasi kelompok kerja tersebut berupa peralatan
baru maupun melakukan suatu pembaharuan. produksi dan gedung untuk operasional pro­
Motivasi mereka untuk maju sangat duksi. Peningkatan keberdayaan masya­rakat
kurang sehingga diperlukan waktu untuk dapat dicapai melalui proses pemberdayaan
menanamkan kesadaran pada masyarakat. karena adanya peran modal manusia dan
Kemudian pembinaan kepada masyarakat modal fisik. Modal usaha yang meliputi modal
ditujukan untuk memberikan wawasan bahwa fisik dan modal manusia tidak secara otomatis
Desa Margalaksana mempunyai potensi yang menghasilkan keberdayaan masyarakat.
sangat besar dan tentunya masyarakat di Pengembangan modal fisik akan mem­
desa tersebut bisa lebih berkembang. Dari berikan stimulasi yang mendukung proses
situ muncullah motivasi dari masyarakat pemberdayaan sehingga pada akhirnya akan
untuk maju, setelah merubah pola pikir yang meningkatkan keberdayaan masyarakat.
tradisional melalui berbagai sosialisasi dan Bantuan modal fisik seperti gedung rumah
pelatihan. Peran pelaku pemberdayaan akan produksi dan peralatan produksi akan
efektif dalam meningkatkan keberdayaan membantu mempercepat pemberdayaan
masyarakat jika masyarakat sebelumnya me­ masya­rakat meskipun tidak terlalu siginifikan
ningkatkan pemberdayaannya. Pelaku pember­ karena yang memegang peranan penting dalam
dayaan tidak dapat langsung berpengaruh pemberdayaan masyarakat adalah faktor
terhadap keberdayaan masyarakat, tetapi manusia itu sendiri. Tindakan kolektif yang
harus diiringi dengan proses yang mengiringi tinggi dalam menyelesaikan pembangunan
pemberdayaan. Peningkatan pemberdayaan bersama pada masyarakat desa tidak hadir
merupakan penentu keberhasilan pelaku dalam begitu saja.
upaya peningkatan keberdayaan masyarakat. Partisipasi dan kerja sama yang secara
Salah satu indikator keberhasilan program nyata terlihat pada masyarakat desa nyatanya
pemberdayaan adalah tingginya tingkat timbul dalam kondisi modal sosial yang
partisipasi masyarakat dalam mengikuti pro­ kuat terlebih dahulu dalam masyarakat
gram yang ada. Makna partisipasi adalah desa. Modal sosial ini kemudian lebih
sebagai kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat dikenal dengan modal sosial bonding yaitu

156
Priyo Subekti -- Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Lingkungan Hidup
di Desa Margalaksana Kabupaten Bandung Barat

modal sosial antara individu dalam sebuah pe­laksanaan organisasi yang baik akan
kelompok dengan melihat orientasi ke dalam. mengakibatkan usaha pencapaian sasaran
Kerja sama dan partisipasi ini terus dinamis tidak berlangsung lama. Pemberdayaan
menyesuaikan modal sosial bonding yang masyarakat dapat diartikan sebagai tindakan
hadir di masyarakat (Kusumastuti, 2015). sosial dimana masyarakat atau komunitas
Peran kemampuan pelaku pemberdayaan mem­ bentuk kelompok (organisasi) dalam
akan efektif dalam meningkatkan keberdayaan mem­buat perencanaan dan tindakan kolektif
masyarakat jika masyarakat sebelumnya untuk memecahkan masalah sosial atau me­
meningkatkan pemberdayaannya. Peningkatan menuhi kebutuhan sosial ekonomi sesuai
pemberdayaan merupakan penentu keber­ dengan kemampuan dan sumber daya yang
hasilan pelaku dalam upaya peningkatan di­milikinya. Dalam pelaksanaannya, proses ini
keber­dayaan masyarakat. Beberapa pelatihan tidak otomatis berjalan, melainkan tumbuh dan
yang telah diberikan kepada masyarakat Desa berkembang berdasarkan interaksi masyarakat
Margalaksana, yaitu (1) Pelatihan pengolahan setempat dengan pihak luar baik yang bekerja
limbah eceng gondok untuk pakan sapi dan berdasarkan dorongan karitatif maupun
pakan ikan; (2) Pelatihan pengolahan limbah perspektif profesional. Para pekerja sosial ini
eceng gondok untuk kerajinan tangan (topi, ber­peran sebagai pendamping komunitas
tas, dan lain-lain); (3) Pelatihan pemasaran atau organisasi dalam melakukan kegiatannya
bekerjasama dengan disperindag; dan (4) dalam konteks pemberdayaan masyarakat.
Pelatihan budidaya ikan nilem yang berfokus Dalam praktiknya, pendampingan sosial
pada telur ikan bukan pada daging ikan. menentukan keberhasilan program pem­ ber­
Ketiga, bina lingkungan yaitu pemahaman dayaan masyarakat untuk meningkatkan ke­
masyarakat Desa Margalaksana terhadap mampuan secara ekonomi. Menurut Nugraha
manfaat sumber daya alam berupa Waduk (2009), peran pendamping umumnya mencakup
Cirata dan juga legalitas pengelolaan me­ empat peran utama yaitu fasilitator, pendidik,
rupakan bukti implementasi program pem­ perwakilan masyarakat, dan peran teknis bagi
berdayaan masyarakat untuk dapat me­ning­ masyarakat miskin yang didampinginya.
katkan kesejahteraannya yang diwujudkan Pemberdayaan menekankan pada pe­
dalam berbagai bentuk kegiatan. rubah­an perilaku masyarakat dari objek pem­
Keempat, bina kelembagaan yaitu hal ini bangun­ an menjadi subjek pem­ bangunan.
ditandai dengan terbentuknya kelompok kerja Pendekatan utama dalam konsep pember­
mulai dari Kelompok Kolam Jaring Apung, daya­ an bahwa masyarakat bukanlah objek
Kelompok Cinta Cirata, dan Kelompok Cirata dari berbagai proyek pembangunan, tetapi
Mulia. Peranan kelembagaan merupakan salah merupakan subjek dari upaya pengem­
satu faktor yang menentukan keberhasilan bangannya itu sendiri (Cahyaningrum, 2017).
suatu organisasi. Faktor yang mempengaruhi Modal manusia dalam hal ini berperan dalam
peranan suatu lembaga adalah tujuan yang jelas, memanfaatkan sumber daya masyarakat untuk
struktur organisasi, dukungan atau partisipasi meraih kesuksesan proses pemberdayaan.
masyarakat, dan sistem nilai yang dianut. Modal manusia ditandai dengan adanya
Menurut Hutapea (2008), peranan tingkat pendidikan yang mampu memberikan
organi­sasi dapat dievaluasi dengan dua hal, motivasi sehingga dapat mengembangkan
yaitu pencapaian sasaran dan proses pelak­ pemberdayaannya dan akan berdampak secara
sanaan organisasi yang tercermin dalam signifikan pada kemandirian masyarakat.
perilaku organisasi ketika berinteraksi dengan Penelitian ini menegaskan bahwa masya­
lingkungan internal dan lingkungan eks­ rakat dalam meningkatkan pemberdayaannya
ternal. Baik pencapaian sasaran maupun didasari atas pertimbangan sumber daya
proses pelaksanaan organisasi memiliki yang ada. Untuk dapat menyesuaikan di
peran yang sangat penting karena pencapaian era-reformasi ini, masyarakat harus dapat
sasaran yang tidak disertai dengan proses melakukan perubahan yang lebih kompetitif

157
Kawistara, Vol. 8, No. 2, 22 Agustus 2018: 148-159

dengan melakukan peningkatan pendidikan Faktor-faktor tersebut menjadikan Desa


dan keterampilannya untuk menjadi masya­ Margalaksana sulit berkembang karena
rakat yang tajam dalam menangkap peluang warganya lebih memilih bekerja di kota diban­
yang berorientasi pada masa depan. ding bekerja di desa sendiri untuk membangun
desa. Menurut sekretaris desa yang peneliti
Hambatan dalam Pelaksanaan wawancarai bahwa solusi untuk menangani
Program Pemberdayaan Masyarakat permasalahan tersebut adalah dengan sering
Bagian pertama adalah hambatan internal. di­
adakannya pelatihan atau kursus-kursus
Hambatan yang terjadi pada awal mula yang dapat meningkatkan keahlian dari
pembentukan kelompok kerja ada pada pola masyarakat desa. Untuk mengadakan pelatihan
pikir masyarakatnya. Masyarakat desa yang atau kursus-kursus tersebut perlu mendapat
tingkat pendidikannya rendah sulit untuk dukungan dari pihak pemerintah ataupun
diajak berkreasi dan berusaha membuat sebuah pihak swasta. Diharapkan nantinya ada
kegiatan baru. Sekarang sudah terbentuk bantuan dari pihak desa ataupun pihak luar
beberapa kelompok kerja di Cirata mulai dari yang memberikan pelatihan-pelatihan sehingga
Kelompok Cinta Cirata, Cirata Mulya, dan Cirata dapat meningkatkan kualitas sumber daya
lestari. Selain itu, hambatan yang terjadi adalah manusia di desa. Selain pelatihan-pelatihan,
memperoleh izin dari suami-suami mereka ketika solusi lain untuk meningkatkan kualitas SDM
ikut pelatihan dalam kelompok kerja. Akan adalah dengan diperbanyaknya sekolah-
tetapi, dengan semakin banyak percontohan sekolah menengah kejuruan dari pemerintah.
kelompok kerja yang sukses maka keanggotan Sampai pada saat ini masih terbilang minim
kelompok kerja tersebut semakin banyak. untuk jumlah sekolah kejuruan yang ada di
Bagian kedua adalah hambatan internal. sekitar desa Margalaksana.
Pembiayaan program pemberdayaan masya­
rakat selama ini masih mengandalkan bantuan SIMPULAN
dari desa dan dinas perikanan serta swadaya Program pemberdayaan masyarakat
masyarakat itu sendiri. Dinas memberikan berbasis lingkungan hidup di Desa Marga­
bantuan berupa peralatan produksi, sedangkan laksana mulai memperlihatkan hasil yang
modal produksi menggunakan dana patungan positif. Hal ini terlihat dari bermunculannya
dari masyarakat. kelompok-kelompok kerja mulai dari
Publikasi dan promosi hasil produksi kelompok kolam jaring apung, kelompok
di Desa Margalaksana masih kurang karena pengrajin kue, kelompok pengrajin eceng
pemasarannya masih kurang yang menye­ gondok, dan kelompok yang memanfaatkan
babkan hasil produksi abon nila juga kurang. hasil ikan menjadi abon nila. Kelompok kerja
Selain itu, kerajinan eceng gondok belum (Pokja) tersebut memanfaatkan sumber daya
dikenal oleh masyarakat banyak, sehingga lingkungan sebagai faktor utama mereka
dalam hal ini disperindag akan memberikan dalam pelaksanaannya, yaitu memanfaatkan
pelatihan pemasaran kepada para kelompok sumber daya alam dari Waduk Cirata.
kerja untuk dapat memasarkan produknya Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
dengan maksimal. oleh kelompok-kelompok kerja bekerjasama
Berdasarkan uraikan di atas, dapat dengan dinas pertanian, disperindag, dan
dikatakan bahwa masih banyak masyarakat BPWC serta mendapatkan dukungan penuh
desa yang berpendidikan rendah dan kurang dari Desa Margalaksana sendiri. Beberapa
memiliki keterampilan. Hal tersebut menye­ potensi Program Pemberdayaan masyarakat
babkan banyaknya masyarakat yang memilih di Desa Margalaksana, yaitu (1) Potensi Ikan
pekerjaan sebagai buruh tani, juga banyak menggunakan Kolam Jaring Apung di Waduk
masyarakat desa yang berusia produktif lebih Cirata; (2) Potensi Batik; (3) Potensi Limbah
memilih mencari pekerjaan di kota, terutama Eceng Gondok; dan (4) Potensi Wisata.
di Jakarta.

158
Priyo Subekti -- Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Lingkungan Hidup
di Desa Margalaksana Kabupaten Bandung Barat

Modal manusia merupakan hal yang Kuring, L. 2017. Lembur Kuring Seputar
sangat penting dalam memanfaatkan sumber Bandung Barat. Retrieved from Lembur
daya masyarakat untuk meraih kesuksesan Kuring Seputar Bandung Barat:
proses pemberdayaan. Modal manusia ditandai Diakses pada tanggal 11 Januari
dengan adanya tingkat pendidikan yang tinggi 2017. <https://leumburkuring.
sehingga mampu memberikan motivasi dan wordpress.com/>.
dapat mengembangkan pemberdayaannya Kusumastuti, A. 2015. “Modal Sosial dan
serta berdampak secara signifikan pada Mekanisme Adaptasi Masyarakat
kemandirian masyarakat. Pedesaan dalam Pengelolaan dan
Pembangunan Infrastruktur”. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Sosiologi, 1(20): 81–97.
Ahfan, R., Asrori, dan H. Sipahutar. 2015.
Mardalis. 1999. Metode Penelitian Suatu
“Pemberdayaan Masyarakat pada
Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Program PNPM MP, Desa Peradaban,
Aksara.
CSR dan Posdaya (Konteks Lahirnya
UU No. 6 Tahun 2014)”. Jurnal Bina Mardikanto, T. 1998. Komunikasi Pembangun­
Praja, 7(1): 89–100. an. Surakarta: UNS Press.
Bakti, I. 2016. Identifikasi Potensi Modal Sosial Nugraha, A. 2009. Pengembangan Masya­
Dalam Perancangan Model CSR Di rakat Pembangunan Melalui Pen­
Kabupaten Bandung Barat. Jatinangor: dampingan Sosial Dalam Konsep
Fikom Unpad. Pem­berdayaan Di Bidang Ekonomi.
Jurnal Ekonomi MODERNISASI,
Cahyaningrum, D. 2017. “Community Em­
5(2):117-126.
po­wer­ment Based Local Wisdom
In Tourism Of Bajo Community, Sumodiningrat, G. 2000. Visi dan Misi
Wakatobi”. International Journal Of Pembangunan Pertanian Berbasis
Scientific & Technology Research, 6(11): Pemberdayaan. Yogyakarta: IDEA.
196–201. Sutoro, E. 2002. Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Dewi, M. H. U., C. Fandeli, dan M. Baiquni. Samarinda: Diklat Pemberdayaan
2013. “Pengembangan Desa Wisata Masyarakat Badan Diklat Provinsi
Berbasis Partisipasi Masyarakat Kaltim.
Lokal Di Desa Wisata Jatiluwih Vidhandika. 2006. Pemberdayaan (Empower­
Tabanan, Bali”. Jurnal Kawistara, ment). Jakarta: CSIS.
3(2): 129–139.
Wawira, C., dan W. Susan. 2017. “Impact
Hutomo, M. Y. 2000. Pemberdayaan Masya­ of Project Management Practices
rkat dalam Bidang Ekonomi:
on”. International Journal of Project
Tinjauan Teoritik dan Implementasi,
Management, 1(9): 153–166.
Naskah No.20 Juni-Juli.
Winata, A., dan E. Yuliana. 2008. “Tingkat
Hutapea P, T. N. 2008. Kompetensi Plus: Teori, Partisipasi Petani Hutan dalam
Desain, Kasus dan Penerapan untuk
Program Pengelolaan Hutan
HR serta Organisasi yang Dinamis.
Jakarta: Gramedia Pustaka.
Bersama Masyarakat (PHBM)
Perhutani”. Jurnal Mimbar, 28(1):
Kartika, P. 2015. “Optimalisasi Peran Masya­
65-76.
rakat Dalam Pemberdayaan Masya­
Zamhariri. 2008. “Pengembangan Masya­
rakat Melalui Pendidikan Luar
Sekolah”. Jurnal Empowerment, 2(5): rakat: Perspektif Pemberdayaan
15–23. dan Pembangunan”. Jurnal
Pemberdayaan Masyarakat.

159

You might also like