Professional Documents
Culture Documents
Abstrak 1
Abstrak 1
*Moch. Achwandi
*AKPER Bina Sehat PPNI Mojokerto
Abstract
Rheumatoid arthritis in the elderly can lead to an increase in the intensity of
pain caused by inflammation. One non-pharmacologic therapies are used to reduce
the intensity of pain using a combination of warm and cold compresses. Warm
compresses and cold compresses can be trusted increase the pain threshold. The
purpose of this study was to prove whether or not the intensity changes Rheumatoid
Arthritis Pain in the Elderly. The method used is a pre-experimental design with one
group pretest-posttest design. The sample in this study was the total population of
elderly with rheumatoid arthritis were taken with total sampling with 20 respondents.
The instrument used in this study is a fixed procedure granting of warm and cold
compresses. Results presented descriptively and presented in the form of the
frequency distribution table. Known pain scale respondents before and after
treatment showed a decrease given pain scale. It shows, there Rheumatoid Arthritis
Pain Intensity Changes in the Elderly by Providing Combination Warm and cold
compresses. Said gate control theory of cutaneous stimulation warm and cold
compresses nerve fibers activate the sensor A-beta big where when stimulus tactile
(feeling) that dominates in the gelatinous substance to be met so that the pain gate
closes the gate synapses transmission / unobstructed pain stimulus resulted in a
decrease in pain intensity. Based on the above results, it is expected the combination
of warm and cold compresses can be used by respondent to reduce the intensity of
joint pain in addition to pharmacological therapy.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian besar 7 responden atau 35%
seluruh jumlah populasi lansia dengan apabila merasakan nyeri sendi dibawa
rhematoid artritis yang di ambil dengan ke puskesmas. Berdasarkan Hasil
teknik total sampling dengan 20 analisis, perubahan skala nyeri
responden. Instrumen yang digunakan sebelum dan sesudah diberikan
kompres hangat dan dingin yang nosiseptif, baik perifer maupun
disajikan dalam tabel di bawah ini : sentral. Dalam keadaan normal,
reseptor tersebut tidak aktif. Dalam
Tabel Distribusi Frekuensi skala
keadaan patologis, misalnya inflamasi,
nyeri sebelum dan sesudah diberikan
kombinasi kompres hangat dan dingin pada nosiseptor menjadi sensitive bahkan
lansia dengan rheumatoid arthritis di Dusun
Janti Desa Janti Kecamatan Jogoroto hipersensitif. Adanya pencederaan
Kabupaten Jombang, tanggal 26 Mei–24
Juni 2014. jaringan akan membebaskan berbagai
Sebelum Sesudah
Klasifikasi Frekuen Prosen Frekuen Prosen jenis mediator inflamasi, seperti
si (F) tase (%) si (F) tase (%)
Tidak nyeri 0 0 1 5 prostaglandin, bradikinin, histamin
Nyeri Ringan 2 10 10 50
Nyeri dan sebagainya. Mediator inflamasi
10 50 6 30
Sedang
Nyeri Berat 5 25 3 15 dapat mengaktivasi nosiseptor yang
Nyeri Sangat
3 15 0 0 menyebabkan munculnya nyeri
Berat
Total 20 100 20 100
(Lelo,2004)
Tabel di atas menunjukkan bahwa Rasa nyeri timbul dapat juga
frekuensi skala nyeri yang dialami dipengaruhi oleh faktor usia dan jenis
responden sebelum diberikan perlakuan kelamin. Hal tersebut wajar, karena
dengan setelah diberikan perlakuan, respon nyeri antara satu individu
terdapat penurunan nyeri yang signifikan. dengan individu yang lainnya tidak
sama atau berbeda-beda. Nyeri
PEMBAHASAN
merupakan suatu kondisi yang lebih
Pemberian kompres kombinasi hangat
dari sekedar sensasi tunggal yang
dan dingin berhasil menurunkan
disebabkan oleh stimulus tertentu.
derajat nyeri, dari nyeri sangat berat
Nyeri bersifat subjektif dan sangat
menjadi berat, dari berat menjadi
bersifat individual. Responden dalam
sedang dan seterusnya seperti terlihat
menangani nyeri, sangat kurang
pada tabel di atas. Nyeri sedang pada 2
mengerti dikarenakan sangat
pasien, satu pasien berhasil turun
minimnya pengetahuan tentang
menjadi tidak nyeri dan 1 pasien lagi
penatalaksanaan nyeri. Sehingga
tetap pada ambang nyeri tersebut.
kebanyakan responden, dalam
Nyeri timbul oleh karena
menghilangkan nyeri sendi hanya
aktivasi dan sensitisasi sistem
menggunakan obat gosok atau
memeriksakan ke puskesmas terdekat. Jika dibandingkan dengan
Sehingga dalam pemberian tindakan nyeri yang dirasakan responden pada
farmakologi atau pun non kelompok sebelum diberikan
farmakologis lebih awal itu bisa perlakuan, maka terdapat perubahan
mengurangi bahkan bisa mencegah intensitas nyeri sendi yang dirasakan
rasa nyeri yang dirasakan responden responden sesudah diberikan
salah satunya dengan pemberian perlakuan. Perubahan intensitas nyeri
kompres kombinasi hangat dan dingin tersebut dapat terjadi karena pengaruh
yang merupakan tindakan non pemberian kompres kombinasi hangat
farmakologis. dan dingin. Kompres hangat membuat
Terdapat berbagai tindakan pembuluh darah yang mengalami
yang dapat dilakukan untuk inflamasi akan terjadi vasodilatasi
mengurangi rasa nyeri yang diderita. (pelebaran pembuluh darah) sehingga
Tindakan-tindakan tersebut mencakup asupan oksigen yang menuju ke
tindakan non-farmakologis dan jaringan akan semakin meningkat,
tindakan farmakologis. Salah satu sedangkan kompres dingin dipecaya
tindakan non-farmakologis yang untuk efek anastesi lokal,
dipakai adalah teknik relaksasi dengan memperlambat pertumbuhan bakteri,
pemberian kompres hangat dan dingin. mengurangi inflamasi, meredakan
Prasetyo (2010), menjelaskan bahwa nyeri dengan membuat area menjadi
relaksasi adalah suatu tindakan untuk mati rasa, memperlambat aliran
“membebaskan” mental dan fisik dari impuls nyeri dan meningkatkan
ketegangan dan stres, sehingga dapat ambang nyeri.
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Hasil diketahui bahwa, skala
Berbagai metode digunakan untuk nyeri responden sebelum dan setelah
menurunkan kecemasan dan diberikan perlakuan menunjukkan
ketegangan otot sehingga didapatkan penurunan skala nyeri dari nyeri
penurunan denyut jantung, penurunan sangat berat menjadi berat, dari nyeri
respirasi serta penurunan ketegangan berat menjadi nyeri sedang, dari nyeri
otot. sedang menjadi nyeri ringan. Hal
tersebut menunjukan, terdapat
Perubahan Intensitas Nyeri yang dihasilkan oleh stimulus taktil
Rheumatoid Artritis pada Lansia (perabaan/sentuhan). Di dalam
dengan Pemberian Kompres substansia gelatinosa impuls ini akan
Kombinasi Hangat dan dingin. bertemu dengan suatu “gerbang” yang
Pemberian kompres hangat dan membuka dan menutup berdasarkan
dingin sangat bermanfaat prinsip siapa yang lebih mendominasi.
meningkatkan permeabilitas kapiler, Serabut taktil A-Beta atau serabut
meningkatkan metabolisme seluler, nyeri yang berdiameter kecil. Apabila
merelaksasikan otot, meredakan nyeri impuls yang dibawa serabut nyeri
dengan membuat area mati rasa, yang berdiameter kecil melebihi
memperlambat aliran impuls nyeri dan impuls yang dibawa oleh serabut taktil
meningkatkan ambang nyeri. A-beta maka “gerbang” akan terbuka
Stimulasi kutaneus adalah sehingga perjalanan impuls nyeri tidak
stimulasi kulit yang digunakan untuk terhalangi dan impuls akan sampai
menghilangkan nyeri. Seperti masase, otak. Sebaliknya, apabila impuls yang
mandi air hangat dan kompres dingin dibawa oleh serabut taktil lebih
merupakan langkah sederhana dalam mendominasi, “gerbang” akan
upaya menurunkan nyeri. Cara kerja menutup sehingga impuls nyeri akan
stimulasi kutaneus adalah adanya terhalangi. Alasan inilah yang
pemikiran bahwa pelepasan endorfrin mendasari mengapa dengan
sehingga transmisi stimulasi nyeri melakukan kombinasi kompres hangat
terblokade. Tindakan stimulasi kulit dan dingin dapat mengurangi durasi
seperti kompres hangat dan dingin ini dan intensitas nyeri.
disebutkan dapat menurunkan tingkat Penelitian ini menunjukkan
nyeri (Crisp&Taylor, 2005). adanya efektifitas pemberian kompres
Serabut A-delta berdiameter kombinasi hangat dan dingin pada
kecil membawa impuls nyeri cepat lansia dengan rheumatoid arthritis di
sedangkan serabut C membawa impuls dusun Janti desa Janti kecamatan
nyeri lambat. Sebagai tambahan Jogoroto kabupaten Jombang.
bahwa serabut A-Beta yang Pemberian kombinasi kompres hangat
berdiameter lebar membawa impuls dan dingin yang sesuai dengan
prosedur tetap, maka akan didapatkan 3. Pemberian kompres kombinasi
hasil yang maksimal serta bisa hangat dan dingin efektif dalam
mencegah terjadinya inflamasi pada merubah intensitas nyeri rheumtoid
daerah sendi yang terkena rheumatoid arthritis pada lansia di dusun Janti
arthritis. Oleh sebab itu pemberian desa Janti kecamatan Jogoroto
terapi kompres kombinasi hangat dan kabupaten Jombang.
dingin dapat digunakan untuk
menurunkan intensitas nyeri pada SARAN
responden dengan rheumatoid 1. Bagi Lanjut Usia
arthritis. Diharapkan lansia untuk lebih
sering dan teratur melaksanakan
KESIMPULAN pemberian kompres kombinasi
1. Intensitas nyeri sendi sebelum hangat dan dingin yang mempunyai
pemberian kompres kombinasi efek menguntungkan terhadap
hangat dan dingin pada lansia penurunan intensitas nyeri sendi
dengan nyeri rheumatoid arthritis akibat rheumatoid arthritis.
di dusun Janti desa Janti kecamatan Perlakuan tersebut tidak
Jogoroto kabupaten Jombang, memerlukan biaya, mudah
sebagian besar (50%) mengalami dilakukan dan tidak menimbulkan
nyeri sedang. resiko jika dilakukan.
2. Intensitas nyeri sesudah pemberian 2. Bagi Petugas Kesehatan
kompres kombinasi hangat dan Diharapkan teknik pemberian
dingin pada lansia dengan nyeri kompres kombinasi hangat dan
rheumatoid arthritis di dusun Janti dingin dijadikan salah satu alternatif
desa Janti kecamatan Jogoroto tindakan keperawatan mandiri yang
kabupaten Jombang, menunjukkan dapat digunakan oleh perawat untuk
sebagian besar mengalami menurunkan intensitas nyeri sendi
penurunan nyeri, menjadi nyeri pada lansia penderita rheumatoid
sedang sebanyak 10 responden arthritis.
(50%).
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
1) Dikarenakan pada penelitian ini Penyakit Rheumatoid Arthritis Di
Panti Sosial Tresna Werdha
pemberian teknik kompres
(PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung
kombinasi hangat dan dingin Jakarta Tahun 2009. Skripsi
Sarjana Ilmu Keperawatan
hanya berlangsung selama 1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
bulan, diharapkan penelitian ini Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
dilakukan secara berkelanjutan,
Jakarta.http://perpus.fkik.uinjkt.a
sehingga efek dari teknik c.id/file_digital/SKRIPSI.pdf
diakses pada tanggal 1 Juni 2012.
kompres kombinasi hangat dan
dingin terhadap perubahan Andrea, S. C. 2002. Perbandingan
Efek Terapi Panas Dengan
intensitas nyeri sendi pada lansia
Terapi Dingin Terhadap
dengan rheumatoid arthritis Pengurangan Nyeri pada
Penderita Osteoarthritis Lutut di
dapat diketahui lebih jelas.
Instalasi Rehabilitasi Medik
2) Untuk penelitian selanjutnya RSUP Dr. Kariadi
Semarang.Tahun 2002.Program
yang terkait dengan judul
studi Rehabilitasi Medic Fakultas
penelitian ini, diharapkan Kedokteran Universitas
Dipenegoro
pengukuran intensitas nyeri
Semarang.http://eprints.undip.ac.
menggunakan dua metode, yaitu id/14725/1/2002FK541.pdfdiaks
espada tanggal 5 Juni 2013.
secara subjektif maupun
Churlish. (2009). Jawaban-Jawaban
objektif. Alternatif Untuk Arthritis Dan
Rheumatic. Yogyakarta: Citra
3) Untuk peneliti selanjutnya dalam
Adi Pratama.
melakukan kompres kombinasi Corwin, E. (2009). Buku Saku
Patofisiologi (3 ed.). Jakarta:
hangat dan dingin
EGC.
memperhatikan faktor Deslinda, G. 2011. Pelatihan Humor
Untuk Penanganan Depresi
penggunaan terapi farmakologis
Penderita Nyeri Sendi.Tesis
berupa obat analgesic agar hasil Magister Profesi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas
penelitian tidak terjadi bias yang
Muhammadiyah
tinggi. Surakarta.http://etd.eprints.ums.a
c.id/15051/3/Bab_1_.pdf diakses
pada tanggal 1 Juni 2012.
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha
Afriyanti, F. N. 2009. Tingkat
Ilmu.
Pengetahuan Lansia Tentang
Darmojo, B, dan Martono, H. (2000).
Buku Ajar Geriatri: Ilmu
Kesehatan Lanjut Usia (2 ed.).
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas
Indonesia.
Muhammad, I. (2010). Pengaruh
Pemberian Teknik Stimulasi
Kulit Kompres Dingin (Es)
terhadap Skala Nyeri
(Rheumatik) pada Lansia di
Dusun Pateboan Desa
Kebonwaris Kec.Pandaan-
Pasuruan.Skripsi Program Studi
S1 Keperawatan Stiker Bina
Sehat PPNI Mojokerto.
Potter, P. A. dan Perry, A. G. (2005).
Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses
Dan Praktis (4 ed.). Jakarta: EGC.
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep Dan
Proses Keperawatan Nyeri.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Purnomo, J. (2010). Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan tentang
Penyakit Reumatik dengan Sikap
Lansia dalam Mengatasi
Kekambuhan Penyakit Reumatik
di Posyandu Lansia Kelurahan
Karangasem Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta.Skripsi Sarjana
Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.http://etd.eprints.ums.ac.
id/10414/1/J210060078.pdf
Diakses pada Tanggal 5 Juni 2012.
Reeves, C. J. (2001). Buku Saku
Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: Salemba Medika.
Tamsuri, A. (2007). Konsep Dan
Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta:
EGC.