Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 20

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK SEREH WANGI TERHADAP PENGENDALIAN

SITOPHILUS ZEAMAIS PADA BENIH JAGUNG

EFFECTIVENESS TEST OF CITRONELLA GRASS EXTRACT IN


CONTROLLING SITOPHILUS ZEAMAIS ON CORN SEED

Endang Mariyani1), Dian Astriani2) Wafit Dinarto3) 1Mahasiswa Program Studi


Agroteknologi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Yogyakarta 2)Dosen Ir.
Dian Astriani dan 3)Ir. Wafit Dinarto Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu
Buana Yogyakarta, Yogyakarta

Email: emariyani7@gmail.com

ABSTRACT

Post-harvest pests can be categorized into primary pest, which pest is


able to eat overall healthy seed and cause damage. Maize weevil is included in
this category. One of organic ingredients that can be utilized as biopesticide is
citronella grass (Cymbopogon nardus). The study was aimed to find out the
toxicity, determine its best concentration and influence of citronella grass extract
against Sitophilus zeamais and quality of corn seed during 4 months in storage.
This research was conducted in Agronomy Laboratory, Agrotechnology Study
Program, Faculty of Agroindustry, Yogyakarta Mercu Buana University. The study
had been done from August to December 2019. The method used in this
research was a single-factor experiment which was compiled in Completely
Randomized Design (CRD) and consisted of 4 concentrations of citronella grass
extract and replicated 4 times, thus there were 20 experiment units obtained. The
treatments of the research were 0%, 20%, 30%, 40% concentrations of critonella
grass extract and without extract as a control. The results of the research
indicated that the critonella grass extract had insect reppelent, could increase
adult mortality, decrease the population of eggs and adults, had contact and feed
toxicity to S. zeamais, with LC50 value 18.0409% and 24.9644% respectively.
Citronella grass extract at concentrations of 40% was the most effective to
decrease the eggs and adults population of S. zeamais, suppress the weight
decrease of seed powder which was caused by S. zeamais attactks, but did not
affect the quality of corn seeds, until 4 months in storage.

Keywords: corn seed, Sitophilus zeamais, citronella grass

I. PENDAHULUAN
Di Indonesia jagung sebagai bahan baku industri biofuel
merupakan komoditas tanaman atau bioetanol (KEMENTAN 2016).
pangan penting kedua setelah padi. Diperkirakan lebih dari 55%
Jagung selain dimanfaatkan sebagai kebutuhan jagung dalam negeri
bahan pangan, pakan ternak dan dimanfaatkan untuk kebutuhan
pakan ternak, sedangkan untuk Hama gudang dapat
konsumsi pangan hanya sekitar dikategorikan ke dalam hama utama
30%, selebihnya untuk kebutuhan (primary pest) yaitu hama yang
industri dan benih (Kasryno, 2010). mampu makan keseluruhan biji yang
sehat dan menyebabkan kerusakan.
Berdasarkan data Badan Kumbang bubuk S. zeamais.
Pusat Statistika (2015), produksi termasuk ke dalam kategori ini.
jagung pada tahun 2014 sebesar Selain itu, dikenal hama sekunder
19.008.426 ton dan meningkat pada yaitu hama yang menyerang dan
tahun 2015 menjadi 19611704 ton. bertahan pada biji yang telah rusak,
Di indonesa kebutuhan pakan misalnya Tribolium sp. (Bergvinson
ternak rata-rata mencapai 950.000 2002).
ton per bulan yang terdiri dari
Di Indonesia, kehilangan
700.000 untuk industri pakan dan
hasil akibat serangan oleh kumbang
250.000 untuk perternak mandiri.
bubuk diperkirakan mencapai 26 –
Adapun produksi jagung tercatat
29% (Semple, 1985 dalam
meningkat signifikan dari 19,6 juta
Surtikanti, 2004). Menurut
ton pada tahun 2015 menjadi 23,5
(Tandiabang dkk, 1998 dalam
juta ton pada tahun 2016.
Surtikanti, 2004) kerusakan biji yang
Sementara itu, untuk tahun 2017
disimpan selama 6 bulan di Maros
diprediksi produksi mencapai 27,9
(Sulawesi Selatan) mencapai 85 %
juta ton.
yang menyebabkan penyusutan
Peningkatan produksi jagung bobot 17 %. Sedangkan menurut
harus disertai dengan usaha (Bergvinson 2002) Kehilangan hasil
penyelamatan dan penanganan oleh kumbang bubuk ditempat
hasil untuk menghindari kerusakan penyimpanan dapat mencapai 30%.
dan penyusutan hasil baik susut Biji rusak mencapai 100% bila
kualitas maupun susut kuantitas disimpan selama 6 bulan di daerah
(Surtikanti, 2004). Usaha tropis Meksiko.
peningkatan produksi jagung di Kerusakan biji jagung akibat
Indonesa dihadapkan pada berbagai serangan S.zeamais. dapat
permasalahan, salah satunya mencapai 45,91% (Surtikanti dan
serangan hama gudang. Suherman, 2003). Selain
Penyimpanan jagung oleh petani, mengakibatkan kerusakan biji dan
pedagang, produsen benih susut bobot, serangan S. zeamais
dilakukan untuk berbagai juga menyebabkan penurunan mutu
kepentingan, antara lain untuk benih jagung sehingga daya
keamanan pangan, kebutuhan benih berkecambah benih jagung tinggal
untuk musim berikutnya, didistribusi 43% pada penyimpanan benih
ke tempat lain atau menunggu jagung selama 3 bulan (Dinarto dan
harga yang lebih baik. Selama Astriani, 2008).
penyimpanan biji jagung dapat Pengendalian hama
terserang oleh berbagai spesies S.zeamais biasannya dilakukan
serangga hama gudang. dengan menggunakan pestisida
sintetik, penggunaan pestisida sehingga dapat dibuat dalam skala
sintetik yang terus menerus dapat rumah tangga, 2) tidak menimbulkan
menimbulkan berbagai dampak efek negatif bagi lingkungan
negatif, seperti terjadinya resistensi maupun makhluk hidup sehingga
dan ikut terbunuh mahluk hidup relatif aman untuk digunakan, 3)
yang bukan sasaran dan tidak berisiko menimbulkan
pencemaran terhadap lingkungan keracunan pada tanaman sehingga
serta dapat membahayakan tanaman lebih sehat dan aman dari
kesehatan manusia (Nasahi, 2009). cemaran zat kimia berbahaya, 4)
Untuk mengatasi masalah tidak menimbulkan resistensi
tersebut perlu dicari teknik (kekebalan) pada hama sehingga
pengendalian lain yang lebih ramah aman bagi keseimbangan
lingkungan. Pengendalian ekosistem, dan 5) hasil pertanian
Organisme Penggaggu Tanaman lebih sehat dan bebas dari residu
(OPT), seperti disebutkan dalam UU pestisida kimiawi (Suriana, 2012
No. 12 tahun 1992 tentang Sistem dalam Hidayanti dan Ambarwati,
Budidaya Tanaman, PP No. 6 tahun 2016). Tanaman ini mampu
1995 tentang Perlindungan mengendalikan dan menekan
Tanaman dan Kepmentan No. 887 perkembangan S. zeamais serta
tahun 1997 tentang Pedoman mempertahankan viabilitas benih
Pengendalian OPT, dilaksanakan jagung tetap baik (Dinarto dan
dengan menerapkan Pengendalian Astriani, 2005).
Hama Terpadu (PHT), yaitu suatu Sereh wangi mempunyai
cara pengendalian yang mekanisme pengendalian anti
memperhatikan kelestarian serangga, insektisida, antifeedan,
lingkungan hidup dengan repelen, anti jamur dan anti bakteri.
mempertimbangkan antara lain Daun dan batangnya mengandung
secara teknis dapat dilaksanakan, saponin, flavonoid dan polifenol,
secara ekonomi menguntungkan, selain itu daunnya juga
secara sosial budaya diterima mengandung minyak atsiri. Minyak
masyarakat dan secara ekologi atsiri mengandung komponen
dapat dipertanggung jawabkan sitronela, sitral, geraniol,
(Nurmansyah, 2010). metilheptenon, eugenol-metilester,
Biopestisida adalah bahan dipenten, eugenol, kadinen, kadinol
yang berasal dari alam seperti dan limonen. Bagian tanaman yang
tumbuh-tumbuhan yang digunakan berpotensi mengendalikan hama
untuk mengendalikan Organisme adalah daun dan minyak atsirinya.
Pengganggu Tanaman (OPT). Salah Kandungan senyawa sereh wangi
satu bahan organik yang dapat antara lain geraniol 55-65% dan
dimanfaatkan sebagai biopestisida sitronela 7-15% (Grainge dan
adalah sereh wangi (Cymbopogon Ahmed 1988 dalam Saenong 2016).
nardus). Keunggulan dari Kajian ini bertujuan untuk
biopestisida ini yaitu: 1) teknologi mengetahui pengaruh biopestisida
pembuatannya mudah dan murah sereh wangi terhadap mortalitas
hama bubuk S.zeamais dan benih jagung dalam penyimpanan.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh untuk pengendalian hama pada
ekstrak sereh wangi terhadap penyimpanan benih jagung.
hama S. zeamais pada 3. Untuk mengetahui pengaruh
penyimpanan benih jagung. ekstrak sereh wangi terhadap
2. Untuk mengetahui konsentrasi kualitas
ekstrak sereh wangi yang tepat
4. benih jagung pada penyimpanan
selama 4 bulan.

Waktu dan Tempat Penelitian wangi (A. nardus), pasir, aseton, Air,
Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Agronomi, Program COOH, Fuchsin Acid (C.I.
Studi Agroteknologi, Fakultas
42685).
Agroindustri, Universitas Mercu
Buana Yogyakarta. Penelitian ini Alat yang digunakan dalam
dilaksanakan pada bulan Agustus penelitian ini meliputi cawan petri
sampai dengan Desember 2019. diameter 15 cm, oven, gelas plastik,
toples, plastik 200 g dengan
Bahan dan Alat
ketebalan 0,8 mm, kamera
Bahan penelitian yang
handphone, blender, Camera hama,
digunakan terdiri dari benih jagung
pinset, sealer, botol kaca 100 ml,
varietas Bisma yang diperoleh dari
corong, kain saring, pisau,
UPTD Balai Pengembangan
saringgan tepung ukuran 30 mesh,
Perbenihan Tanaman Pangan dan
gunting, beaker glass 100 ml, gelas
Hortikultura (BPPTPH) Jalan
ukur 10 ml, batang pengaduk,
Yogyakarta-Wonosari km 33 Gading
timbangan, bak perkecambahan 30
Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta.
x 50 cm, Olfaktometer dan hand
Imago S. zeamais, ekstrak sereh
sprayer.

Penelitian ini merupakan S0= 0% S1= 20%, S2=30% dan S3=


percobaan faktor tunggal yang 40% dan Kontrol.
disusun dalam Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 1 Pelaksana Penelitian
perlakuan dengan 4 taraf 1. Pembiakan Hama S. zeamais.
konsentrasi larutan ekstrak sereh 2. Pembuatan larutan ekstrak
wangi dan setiap perlakuan diulang sereh wangi
4 kali sehingga diperoleh 20 3. Uji pendahuluan ekstrak larutan
percobaan. Perlakuan tersebut yaitu sereh wangi
4. Uji utama
Variabel Pengamatan Range Test (DMRT) dengan taraf
1. Uji Toksisitas 5%.
2. Populasi hama S. zeamais.
3. Uji Repelensi HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Presentase Bobot Bubuk A. HASIL
Jagung Berdasarkan hasil penelitian
5. Presentase penyusutan terdiri atas dua tahap, yaitu uji
bobot benih pendahuluan dan uji utama.
6. Uji Kadar Air Variabel yang dianalisis pada
7. Daya berkecambah penelitian ini adalah uji toksisitas
8. Waktu rata-rata kontak setelah 24 jam, uji toksisitas
berkecambah pakan setelah 7 hari, populasi hama
Sitophilus zeamais, uji kadar air, uji
Analisis Data daya kecambah, uji waktu rata-rata
Data yang diperoleh berkecambah, uji replensi,
dianalisis secara statistik presentase bubuk, presentase
menggunakan uji F pada jenjang penyusutan bobot benih.
nyata 5 % dan Jika uji F
menunjukan pengaruh nyata maka 1. Uji toksisitas ekstrak sereh
dilanjutkan uji Duncan Multiple wangi terhadap S. zeamais.
Tingkat mortalitas S. persamaan regresi tersebut dapat
zeamais pada uji kontak dan uji dilakukan penghitungan nilai LC50
pakan dengan formulasi ekstrak formulasi ekstrak sereh wangi
sereh wangi ditunjukkan pada Tabel terhadap kumbang bubuk jagung.
2. Tingkat mortalitas pada uji kontak Nilai LC50 pada uji kontak dan uji
tersebut digunakan untuk pakan masing-masing sebesar
melakukan analisis probit sehingga 18,0409 % dan 24,9644 %. Semakin
diperoleh persamaan regresi 5=- kecil nilai LC50 menunjukkan bahwa
22,6062x+5,2521, dan pada uji formulasi semakin tinggi
pakan diperoleh persamaan regresi toksisitasnya terhadap S. zeamais.
5=-30.9065x+6.6527. Berdasarkan

Tabel 2. Mortalitas S. zeamais (%) pada penyimpanan benih jagung selama 4


bulan penyimpanan.

Perlakuan
Rata-rata Mortalitas
Ekstrak Sereh
Wangi % Kontak (%) Pakan (%)
Mortalitas S. zeamais.
0% 17,50 d 3,75 c
20% 63,75 c 36,25 b
30% 76,25 b 57,50 b
40% 92,50 a 87,50 a
K 2,50 e 2,50 c
Keterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple Range
Test (DMRT) taraf 5%.

2. Populasi hama S. zeamais.


Hasil analisis dengan sidik meningkatkan mortalitas imago,
ragam pada populasi hama S. menurunkan populasi imago hidup
zeamais setelah penyimpanan dan telur S. zeamais namun jumlah
empat bulan menunjukkan bahwa larva dan jumlah pupa tidak berbeda
ekstrak sereh wangi pada dengan kontrol (Tabel 3).
konsentrasi 30% dan 40% dapat
Tabel 3. Populasi hama S.zeamais pada benih jagung dengan berbagai
konsentrasi ekstrak sereh wangi setelah penyimpanan 4 bulan.

Imago
konsentrasi
ekstrak sereh Hidup Mati Telur Larva Pupa
wangi (%) Total
(%) (%)

37,86 641ab 20,21


0% 62,14b 25,75a 20,05a
c c a

63,54 10,02
20% 36,46c 24,00a 896a 20,038a
b a

76,00
30% 24,00c 25,00a 435bc 9,95a 0a
a

76,29
40% 23,71c 24,25a 281c 0a 0a
a

27,27 29,81
K 72,73a 27,50a 735ab 9,98a
c a

Keterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple Range
Test (DMRT) taraf 5%.

3. Uji Repelensi
Hasil penelitian menunjukan ekstrak sereh wangi 40%
bahwa perlakuan konsentrasi mempunyai daya replensi (tolak)
ekstrak sereh wangi dapat menolak yang sangat tinggi dibandingkan
(repelensi) terhadap S. zeamais dengan konsentrasi 30%, 20% dan
(Tabel 4). 0%, serta dapat mengendalikan
Tabel 4. menunjukkan hama S.zeamais.
bahwa perlakuan konsentrasi
Tablel 4. Daya repelensi (%) benih jagung dengan perlakuan berbagai
kosentrasin ekstrak sereh wangi pada S.zeamais.

Daya Replensi
KONSENTRASI
Kontrol (%) Perlakuan (%)
0% 18,75 b 81,25 a p

20% 13,75 b 86,25 a p

30% 22,5 b 77,5 a p

40% 11,25 b 86,25 a p

Keterangan : Nilai purata diikuti huruf sama pada baris yang sama (a,b)
menunjukan tidak beda nyata menurut uji T taraf 5% dan nilai
yang diikuti huruf sama pada satu kolom menunjukan tidak beda
nyata (p,q) menurut uji DMRT taraf 5%.

4. Persentase Bobot Bubuk


Hasil analisis dengan sidik bulan menunjukkan tidak berbeda
ragam pengaruh perlakuan nyata (Tabel 5).
konsentrasi ekstrak sereh wangi Tabel 5 menunjukkan bahwa
terhadap mutu benih jagung perlakuan konsentrasi ekstrak sereh
persentase penyusutan bobot bubuk wangi 40% mampu menekan
setelah penyimpanan selama empat persentase bobot bubuk benih
sehingga menjadi paling kecil.

Tablel 5. Persentase bobot bubuk (%) benih jagung pada berbagai konsentrasi
ekstrak sereh wangi pada penyimpanan benih jagung.

Perlakuan Persentase Bobot Bubuk (%)

0% 0,044 a
20% 0,043 a
30% 0,046 a
40% 0,022 b
K 0,047 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple Range
Test (DMRT) taraf 5%.

5. Persentase Penyusutan Bobot Benih


Hasil analisis sidik ragam benih jagung setelah penyimpanan
pada persentase penyusutan bobot empat bulan menunjukkan
berpengaruh nyata dan konsentrasi 40% mampu menekan penyusutan
ekstrak sereh wangi 20, 30 ataupun bobot benih (Tabel 6).

Tablel 6. Persentase penyusutan bobot benih jagung pada berbagai konsentrasi


ekstrak sereh wangi pada penyimpanan benih jagung.

Presentase Penyusutan Bobot Benih


Perlakuan
(%)

0% 0,757 a
20% 0,501 b
30% 0,399 b
40% 0,385 b
K 0,822 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple Range
Test (DMRT) taraf 5%.

6. Uji Kadar Air


Hasil analisis sidik ragam empat bulan menunjukkan tidak
pada kadar air benih jagung awal berbeda nyata ( Tabel 7 ).
dan akhir penyimpanan selama

Tabel 7. Kadar air (%) benih jagung pada berbagai konsentrasi sereh wangi
pada penyimpanan benih jagung.

Pengamatan Kadar Air (%)


Perlakuan Kadar Air
Awal Kadar Air Akhir
0% 11,00 a 11,00 a
20% 11,00 a 11,00 a
30% 11,00 a 10,75 a
40% 11,25 a 11,25 a
K 10,75 a 11,00 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%.

7. Uji Daya Berkecambah


Hasil analisis dengan sidik penyimpanan selama empat bulan
ragam terhadap daya kecambah menunjukkan tidak berbeda nyata
benih jagung awal sebelum (Tabel 8).
penyimpanan dan akhir sesudah
Tablel 8. Daya berkecambah benih jagung pada berbagai konsentrasi ekstrak
sereh wangi pada penyimpanan benih jagung.

Daya Bercambah (%)


Perlakuan
Daya Kecambah Awal Daya Kecambah Akhir
0% 82,50 a 83,00 a
20% 88,00 a 85,00 a
30% 90,50 a 83,00 a
40% 89,00 a 82,00 a
K 90,50 a 86,00 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%.

8. Uji Waktu Rata-rata Berkecambah


Hasil analisis dengan sidik pada semua perlakuan. Namun
ragam terhadap waktu rata-rata setelah penyimpanan selama 4
berkecambah benih jagung pada bulan seluruh perlakuan konsentrasi
awal sebelum penyimpanan ekstrak sereh wangi mempunyai
menunjukkan waktu rata-rata waktu rata-rata berkecambah yang
berkecambah yang tidak signifikan lebih lama daripada kontrol.

Tabel 9. Waktu rata-rata berkecambah benih jagung pada berbagai konsentrasi


ekstrak sereh wangi pada penyimpanan benih jagung.

Rata-rata Waktu Berkecambah (hari)


Perlakuan
Awal Akhir
0% 3,470 a 3,591 a
20% 3,379 a 3,565 a
30% 3,471 a 3,573 a
40% 3,558 a 3,621 a
K 3,298 a 3,320 b
Keterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple Range
Test (DMRT) taraf 5%.

B. Pembahasan Hasil penelitian


1. Efektivitas ekstrak menunjukan bahwa
sereh wangi terhadap perlakuan ekstrak sereh
S. zeamais. wangi dengan konsentrasi 40
% mengakibatkan mortalitas
yang sangat tinggi selama atsiri yang bersifat racun dan
penyimpanan. Mortalitas mengurangi kemampuan
hama S. zeamais tertingggi reproduksi serangga. Minyak
yaitu sebesar 92,5 % pada atsiri serai terdiri dari
uji kontak dan sebesar 87,5 senyawa sitral, sitronela,
% pada uji pakan (Tabel 1). geraniol, mirsena, nerol,
. Adanya mortalitas farmesol methil heptenol dan
diakibatkan oleh kandungan dipentena. Kandungan yang
yang terdapat pada ekstrak paling besar adalah sitronela
sereh wangi yaitu saponin, yaitu sebesar 35 % dan
flavonoid, dan polifenol, geraniol sebesar 35-40%.
selain itu daunnya juga Senyawa sitronela
mengandung minyak atsiri. merupakan racun kontak dan
Menurut Astriani (2012) yang menyebabkan dehidrasi
telah mengkaji bioaktivitas sehingga serangga
formulasi serai (sereh) dan kehilangan cairan terus
akar wangi (serai wangi) menerus dan mengakibatkan
terhadap hama kumbang kematian (Setiawati dkk.,
bubuk pada benih jagung, 2008) dalam (Shahabuddin
akar wangi dan serai wangi dan Anshary, 2010) .
dosis 520% dalam Hasil penelitian
formulasi larutan (ekstrak) menunjukkan bahwa
mempunyai toksisitas kontak pengaruh perlakuan ekstrak
dan pakan terhadap hama sereh wangi terhadap jumlah
kumbang bubuk pada benih imago hidup, jumlah imago
jagung selama penyimpanan mati dan jumlah telur per unit
9 minggu. Pada hasil ( 1 unit 200 g). menunjukkan
penelitian menunjukan adanya beda nyata
bahwa Nilai LC50 kontak (Lampiran 4). Sedangkan
sebesar 18,0409% dan pada jumlah imago total,
sebesar sebesar 24,9644% jumlah larva dan jumlah
pada LC50 pakan. Semakin pupa tidak ada beda nyata
kecil nilai LC50 menunjukkan (Tabel 2), (Lampiran 4). Hal
bahwa formulasi yang ini disebabkan karena sereh
digunakan semakin bersifat wangi mengandung 3
toksik terhadap S. zeamais. komponen utama yaitu
Kematian hama S. sitronelol, sitronelal dan
zeamais disebabkan oleh geraniol yang dapat
adanya senyawa toksik menyebabkan mortalitas
dalam daun serai. Menurut yang cukup tinggi. Dapat
Roger dan Hamraqui (1996) dilihat pada konsentrasi 40
dalam Shahabuddin dan % dan 30 % mengakibatkan
Anshary (2010) tanaman mortalitas imago yang
serai mengandung minyak sangat tinggi, ditunjukkan
pada jumlah imago mati terdapat pada tanaman
sebesar 76,29 % dan sereh wangi dapat bersifat
76,00% berbeda nyata sebagai penyebab desikasi
terhadap perlakuan pada tubuh serangga,
konsentrasi 20%, 0% dan apabila serangga terluka
kontrol. maka serangga tersebut
Menurut penelitian akan terus menerus
Wiratno dkk. (2011), sereh kehilangan cairan tubuhnya
wangi sangat baik untuk dan selanjutnya mengalami
menekan populasi hama S. kematian dan juga
zeamais yang terus merupakan bahan beracun
meningkat selama waktu yang dapat bekerja sebagai
penyimpanan benih jagung. racun perut dan fumigan
Hal ini berkaitan dengan yang akan menguap dan
hama yang terus menembus secara langsung
berkembang biak selama ke integument serangga.
penyimpanan benih, Kandungan senyawa dalam
Kartasapoetra (1987) dalam tanaman sereh wangi selain
Ismana (2018) juga sifat kerjanya sebagai racun
menyebutkan bahwa kontak yang dapat
populasi hama S .zeamais menyebabkan desikasi pada
akan terus meningkat seiring tubuh serangga dan
bertambahnya waktu. Siklus mengakibatkan mortalitas,
S. zeamais dari stadia telur senyawa ini juga mempunyai
hingga stadia imago sifat sebagai racun perut,
membutuhkan waktu ± 36 dimana senyawa aktif
hari. Hal ini membuktikan tersebut masuk ke tubuh
semakin lama penyimpanan serangga melalui mulut (oral)
benih menyebabkan populasi dan dapat menimbulkan
hama semakin meningkat mortalitas lebih tinggi karena
karena siklus hidup hama kandungan senyawa yang
akan terus berlangsung terdapat dalam minyak atsiri
selama waktu penyimpanan. sereh wangi bersifat
Hama S. zeamais insektisidal yang masuk
yang mati karena melalui sistem pencernaan
diperlakukan dengan ekstrak S. zeamais.
sereh wangi mengalami Selain sebagai racun
keracunan perut akibat perut, senyawa yang
memakan benih jagung yang terkandung dalam sereh
telah tercampur ekstrak wangi juga berpengaruh
sereh wangi. Menurut terhadap mortalitas hama
Kardinan (2010) dalam S.zeamais sesuai dengan
Soekamto dkk., (2019), pernyataan Santoso (2007)
kandungan senyawa yang dalam Soekamto dkk.,
(2019) senyawa aktif yang Menurut Solichah dan
terkandung dalam ekstrak Menurut Cremlyn (1991)
sereh wangi sebagai racun dalam Soekamto dkk.,
kontak, racun perut dan (2019), menyatakan bahwa
racun pernapasan, senyawa senyawa minyak atsiri dari
ini pula dapat bersifat tanaman sereh wangi dapat
antifeedan (menghambat bekerja sebagai racun syaraf
aktivitas makan) sehingga pada serangga. Hal ini dapat
dapat mengakibatkan hama dilihat dari gejala
S. zeamais tidak makan dan keracunannya seperti terjadi
berakibat kepada kematian eksitasi, kejang, tubuh
hama tersebut. Diduga menjadi lemah dan akhirnya
kandungan bahan aktif dari mati. Senyawa minyak atsiri
ekstrak sereh wangi yaitu sereh wangi dapat
senyawa silikal, sitral, menyerang syaraf serangga
sitronella, geraniol, mirsenal, khususnya saraf otot yang
nerol, farsenol, mehtal menyebabkan saraf ini tidak
heptenon dan diptena, yang aktif akibatnya serangga
banyak terdapat pada mati. Mekanisme penetrasi
konsentrasi 40% ekstrak senyawa tersebut diawali
sereh wangi dapat bersifat dengan penembusan
antifeedan sehingga dapat membran sel oleh nikotin,
menghambat aktivitas makan kemudian mengikat reseptor
dari hama, sehingga dapat acetycoline pada sambungan
mengakibatkan mortalitas saraf otot akibatnya terjadi
lebih besar. tarikan saraf sehingga saraf
Hasil penelitian ini rusak atau tidak berfungsi
menunjukkan bahwa yang menyebabkan
perlakuan ekstrak sereh kematian dan menekan
wangi konsentrasi 40% pada populasi telur,larva dan
benih jagung menyebabkan pupa.
jumlah populasi imago dan Hasil penelitian
telur S. zeamais yang paling menunjukkan beda nyata
kecil, serta larva dan pupa pada variabel uji replensi,
yang cenderung lebih sedikit dimana pada perlakuan
(Tabel 2). Hal ini yang diberi konsentrasi 40%
menunjukkan bahwa lebih banyak memiliki daya
konsentrasi 40% adalah tolak (replensi) terhadap
konsentrasi yang paling benih jagung yang sudah
efektif menekan populasi S. diberi perlakuan,
zeamais dan menghambat dibandingkan dengan
perkembangan hama konsentrasi 30%, 20% dan
tersebut. 0% yang hanya sedikit
memberikan daya tolak
(replensi) terhadap benih populasi dimana populasi
yang diberi perlakuan. imago paling kecil dan
Pada Tabel 3. mortalitas paling besar
menunjukan bahwa ekstrak sehingga kerusakan akibat
sereh wangi dengan S. zeamais juga akan lebih
konsentrasi 40 % adalah rendah.
konsentrasi yang paling Harinta (2013),
bagus untuk menolak menyatakan besarnya
memakan benih jagung kerusakan dan penyusutan
sebagai pakan utama bobot benih di tempat
selama penyimpanan benih penyimpanan tergantung dari
jagung. Dengan begitu tinggi rendahnya kepadatan
populasi hama S. zeamais populasi hama (Tabel 2).
semakin kecil bahkan Pada populasi yang semakin
mengakibatkan kematian sedikit, maka kerusakan dan
yang cukup tinggi. Menurut penyusutan bobot benih
Rizal (2009), ekstrak semakin sedikit.
tanaman sereh wangi dapat 2. Efektivitas ekstrak
bersifat penolak (reppelent) sereh wangi terhadap
hama. mutu benih jagung
Hasil penelitian setelah penyimpanan
menunjukkan bedan yata benih.
pada variabel persentase Penyimpanan benih
bobot bubuk dan penyusutan merupakan bagian penting
bobot benih. Dimana pada dari usaha memproduksi
perlakuan yang diberi benih bermutu. Sutopo,
konsentrasi 40% lebih sedikit (2004) mengatakan bahwa
menghasilkan bubuk benih tujuan utama penyimpanan
dan lebih kecil penyusutan benih adalah
bobot benih setelah mempertahankan viabilitas
penyimpanan, dibandingkan benih yang maksimal untuk
dengan konsentrasi 30%, mendapatkan mutu fisiologis
20%, 0% dan kontrol. benih yang telah diperoleh
Pada Tabel 4. dan dengan menekan laju
Tabel 5. menunjukkan kemunduran benih
bahwa ekstrak sereh wangi seminimal mungkin sehingga
dengan konsentrasi 40 % pada saat benih akan
adalah konsentrasi yang ditanam dapat diperoleh
paling efektif untuk menekan keseragaman tanaman.
persentase bobot bubuk dan Namun sebaik apapun
penyusutan bobot benih peroses penyimpanan,
selama empat bulan kemunduran benih tetap
penyimpanan. Hal tersebut terjadi. Hal tersebut dapat
selaras dengan data dicegah dengan mengontrol
faktor-faktor yang meningkat, sebaliknya pada
mengurangi laju kemunduran saat kadar air benih lebih
benih selama penyimpanan. tinggi dari pada kelembaban
Factor tersebut yaitu faktor relatif sekitarnya maka benih
dalam (internal) dan faktor akan melepaskan sebagian
luar (eksternal). kandungan airnya (desorbsi).
Hasil penelitian
selama penyimpanan empat Hasil penelitian
bulan menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa daya
perlakuan ekstrak sereh berkecambah benih setelah
wangi tidak berbeda nyata penyimpanan 4 bulan dan
terhadap semua variabel diberikan perlakuan
mutu benih kecuali waktu konsetrasi tertiggi yaitu 40
rata-rata berkecambah ahir, % sebesar 82% tetapi tidak
presentase penyusutan menunjukan penurunan mutu
bobot benih dan presentase benih yang signifikan. Pada
bubuk . dasarnya benih yang
Hasil penelitian digunakan masih cukup
menunjukkan bahwa kadar baik , hal tersebut dapat
air benih pada konsentrasi dilihat pada perlakuan yang
40 % tidak berbeda nyata tidak diberi perlakuan
dengan konsentrasi (kontrol) sebesar 86 % .
30%,20%,0% dan kontrol. (Tabel 7).
Hal tersebut menunjukan Artinya benih-benih
bahwa perlakuan konsentrasi tersebut masih memiliki mutu
yang diberikan tidak yang baik . Daya
berpengaruh terhadap mutu berkecambah dan indeks
benih jagung setelah 4 bulan vigor benih jagung setelah
peyimpanan. Tetapi pada penyimpanan selama empat
perlakuan kontrol kadar air bulan penyimpanan. Menurut
benih meningkat setelah 4 Saenong dkk, (2006) dalam
bulan penyimpanan.. (Tabel Astriani & Dinarto (2010)
6). Menurut Saenong dkk. mengatakan bahwa
(2006), Kadar air benih penyimpanan benih jagung
merupakan suatu fungsi dari dapat dilakukan pada kadar
kelembaban relatif udara air yang rendah (di bawah
sekitarnya sampai dicapai 10%) maka daya
titik keseimbangan. Pada berkecambahnya masih
saat nilai kadar air benih cukup tinggi (lebih dari 90%)
lebih rendah dari pada nilai walaupun telah disimpan
kelembaban relatif udara selama satu tahun pada
sekitarnya, benih akan suhu kamar. Penyimpanan
menyerap uap air (absorbsi) pada kadar air 11,6% daya
sehingga kadar air benih berkecambah benih masih
tinggi, berkisar antara 90,0- pemberian ekstrak sereh
98,7% dan penyimpanan wangi dapat menekan
pada kadar air 9,8% daya populasi hama S.zeamais
berkecambah benih 88,0- dan menjaga mutu benih
100%. Nampak perbedaan jagung pada saat
daya berkecambah pada penyimpanan.
masing-masing Rata-rata waktu
penyimpanan dengan kadar yang dibutuhkan oleh benih
air yang berbeda, namun untuk berkecambah selama
benih masih layak ditanam 3 hari atau dengan kata lain
ditinjau dari segi daya bahwa benih jagung tersebut
berkecambah. berkecambah rata-rata
Hasil penelitian berada pada hari ke tiga.
menunjukkan bahwa rata- AOSA (1983) dalam Ismana
rata waktu berkecambah (2018), mengatakan bahwa
benih jagung tumbuh pada semakin pendek waktu yang
hari ke tiga dan ke empat dibutuhkan oleh benih untuk
pada semua perlakuan. berkecambah maka semakin
Tetapi pada rata-rata waktu baik mutu benih, maka benih
berkecambah akhir tersebut masih memiliki mutu
menunjukan adanya yang baik ditinjau dari nilai
bedanyata pada perlakuan vigornya atau benih tersebut
Kontrol terhadap semua masih mempunyai potensi
perlakuan. Semakin lama berkecambah yang tinggi
jumlah hari yang diperlukan bilamana ditanam pada
untuk proses berkecambah lingkungan sub optimum.
maka hal tersebut dapat Arief., dkk (2010)
mempengaru mutu benih menambahkan kecepatan
jagung yang kurang baik. berkecambah benih
(Tabel 8).Hal ini disebabkan dikatakan tinggi apabila pada
karena perlakuan dengan hari ketiga atau keempat
benih sudah berkecambah.
KESIMPULAN imago S. zeamais, serta
Berdasarkan dari hasil mempunyai toksisitas kontak
penelitian dan pembahasan yang dan pakan masing-masing
telah dilaksanakan dapat dengan nilai LC50 sebesar
disimpulkan bahwa : 18,0409% dan 24,9644%.
2. Ekstrak sereh wangi pada
1. Ekstrak sereh wangi pada konsentrasi 40% paling efektif
perlakuan benih jagung untuk pengendalian S. zeamais
menunjukkan daya repelensi, tetapi tidak mempengaruhi mutu
meningkatkan mortalitas imago, benih jagung sampai
menekan populasi telur dan penyimpanan selama 4 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Astriani, D., & Dinarto, W. 2010. Uji Badan Pusat Statistika . 2015.
toksisitas beberapa gulma Produksi Jagung Menurut
sebagai pestisida nabati Provinsi (Ton) Tahun 1993-
hama bubuk pada 2015.
penyimpanan benih http//bps.go.id/linkTableDin
jagung. Jurnal amis/view/id/868.
Agrisains, 1(2).
Bergvinson, D. 2002. Postharvest
Astriani, D. 2012. Kajian Bioaktivitas Training Manual. Major
Formulasi Akar Wangi Dan Insect Pest Maize in
Sereh Wangi Terhadap Storage. CIMMYT, Mexico.
Hama Bubuk Jagung
Sitophilus Spp. Pada Dadang; J. Priyono; dan Sunjaya.
Penyimpanan Benih 2005. Penggunaan Ekstrak
Jagung. Jurnal Agrisains, Tumbuhan sebagai
1. Teknologi Alternatif yang
Ramah Lingkungan dalam
Astriani, D., Wafit Dinarto dan Reo Pengelolaan Hama
Sambodo. 2014. Pengaruh Gudang. Laporan
Jenis Pelarut dan Penelitian (Intisari).
Konsentrasi Ekstrak Kulit http://elib.pdii.lipi.go.id/kata
Biji Mete Terhadap log/index.php/searchkatalo
Sitophilus Zea mays pada g/byId/45428. Diunduh 15
Penyimpanan Benih Mei 2019.
Jagung. Prosiding SNKP
2014 ISBN: 978-602- Dinarto, W. dan D. Astriani.
71704-0-7. 2005. Pengendalian
Sitophilus spp. Dengan
ladadan cabai rawit dalam Matematika .Universitas
usaha mempertahankan Negeri Yogyakarta
viabilitas benih jagung
dalam penyimpanan. Harinta,Y.W.2013. Efektifitas
Proses ending Seminar Tepung Daun Sirsak
Nasional dan Workshop (Annonamuricata) Untuk
Perbenihan dan Mengendalikan Kumbang
Kelembagaan.11 Bubuk Kedelai
November 2008. Fakultas (Callosobruchusanalis F)
Pertanian UPN ”Veteran” Pada Biji Kedelai (Glycine
Yogyakarta. HalIII-74–80. maxL.) .Agrovigor, 6(2),
121-127.
Dinarto, W. Dan D. Astriani. 2008.
Pengaruh wadah Hidayanti, E. dan D. Ambarwati.
penyimpanan dan kadar air 2016. Pestisida nabati
terhadap kualitas benih sebagai alternative
jagung dan populasi hama pengendalian organisme
kumbang bubuk (Sitophilus pengganggu tumbuhan
zea mays Motsch). (OPT).
Proseeding Seminar Ilmiah http://ditjenbun.pertanian.g
Komunikasi Hasil-hasil o.id/bbpptpsurabaya/tinym
Penelitian. 27 Agustus cpuk/gambar/file/pesnab
2005. Fakultas Pertanian %20web.pdf.
Universitas Ismana,M.N. J. 2018. Pemanfaatan
Muhammadiyah ekstrak daun sirsak untuk
Yogyakarta. Hal 168-175. mengendalikan hama
Sitophilus SPP pada
Dinarto, W.2010. Pengaruh Kadar penyimpanan benih
Air dan Wadah Simpanter jagung. Fakultas
hadap Viabilitas Benih Agroindustri Universitas
Kacang Hijau dan Populasi Mercubuana Yogyakarta.
Hama Kumbang Bubuk
Kacang Hijau Calloso Karta sapoetra, A.G.1987. Hama
bruchus ChinensisL. Jurnal Hasil Tanaman Dalam
Agrisains, 1(1). Gudang. Bina Aksara
Jakarta.146 hlm.
Fajriani,E.R. 2017. Sintesis 4-(4ꞌ-
Hidroksi-3ꞌ-Metoksifenil)- Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of
3,4-Dihidrolsibutan2-On Crops in Indonesia. Ichtiar
Melalui Reaksi Oksidasi Baru-Van Hoeve, Jakarta.
Seyawa Hasil Sintesis
Antara Vanilin Dan Kasryno, F 2010. Perkembangan
Aseton.2017. Fakultas produksi dan konsumsi
jagung dunia selama
empat dekade yang lalu fromhttp://pustaka.unpad.a
dan implikasinya bagi c,id/wpcontent/uploads/201
indonesa. Badan litbang: 0/06/pengujian_lapangan_
Nsional Agribisnis Jagung. efikasi_fungisida.pdf.

Kementrian Pertanian. 2016. Nonci, N.,&Muis,A.2015. Biologi,


Outlook Komoditas Gejala Serangan, Dan
Pertanian Sub Sektor Pengendalian Hama Bubuk
Tanaman Jagung Sitophilus Zea
Pangan.http://epublikasi.se mais Motschulsky
tjen.pertanian.go.id/arsip- (Coleoptera:
outlook/81-outlook Curculionidae). Jurnal
tanaman-pangan/432- Penelitian dan
outlook-jagung-2016. Pengembangan
Pertanian,34(2), 61-70.
Lesilolo, M.K., Riry, J., dan
Matatula, E.A. 2013 . Nurmansyah. 2010. Efektivitas serei
Pengujian Viabilitas dan wanggi terhadap hama
Vigor Benih Beberapa pengisap buah kakao
Jenis Tanaman Yang Helopeltis Anatonii. Bul.
Beredar Di Pasaran Kota Littro., 22(2), 205-213.
Ambon. Fakultas
Pertanian, Unpatti. Oktavia, V. 2017. Respon
pertumbuhan dan hasil
Margaretha dan Rahmawati, 2010. tanaman jagung manis
Evaluasi Mutu Benih (Zea mays saccharata
Jagung Tingkat Petani Di Sturt). Terhadap pengaruh
Provinsi Sulawesi Selatan. dosis dan waktu pemuukan
Balai Penelitian Tanaman pupuk cair bio-slurry.
Serealia Maros. Fakultas Pertanian
Universitas Bandar
Nasahi, C. 2009. Laporan hasil Lampung.
percobaan pengujian
lapangan efikasi fungisida Parker, S. 2014. Life cycle of the
Rizolex 50 WP (metil maize weevil Sitophilus
tolkofos 50%) zea mais.
(385/PPI/8/2008) www.Parker.com/about_53
Terhadap penyakit busuk 71323_life-maize-weevil
daun phytophthora sitophilus zea mais.html. [2
infestans pada tanaman December 2014].
kentang. Kerja sama: PT.
Sumitomo Indonesa. Peadt, R.C. 1978. Fundamental of
Bandung:Universitas Applied Entomology. 3rd
Padjajaran.Retrieved Edition. 595.Mac Millan
Publ, Co. Inc., New York. Tanaman Serealia, Maros,
pp. 591 Ha l29.

Rifai,G, Wayan,I.R.W dan Saenong, S.M. 2009. Kajian


Ayu,K.N.2018. Pengaruh aspektingkah laku
Jenis Pelarut dan Rasio serangga hama kumbang
Bahan dengan Pelarut bubuk Sitophilus zea mays
Terhadap Kandungan Motsch dilaboratorium.
Senyawa Fenolik dan Prosiding Nasional
Aktivitas Antioksidan Serealia Balai Penelitian
Ekstrak Biji Alpukat Tanaman Serealia, Maros.
(Persea americana
Mill.).Fakultas Teknologi Saenong, M. S. 2016. Tumbuhan
Pertanian, Universitas Indonesia Potensial
Udayana. Sebagai Insektisida Nabati
Untuk Mengendalikan
Rizal, Molide. 2009. Pemanfaatan Hama Kumbang Bubuk
Tanaman Atsiri sebagai Jagung (Sitophilus Spp.).
Pestisida Nabati. Balitro Jurnal Penelitian dan
Bogor. Pengembangan Pertanian,
35(3), 131-142.
Robi’in. 2007. Perbedaan Bahan
Kemasandan Periode Shahabuddin dan Anshary,A. 2010.
Simpan dan Pengaruhnya Uji Aktivitas Ekstrak Daun
Terhadap Kadar Air Benih Serai Terhadap Ulat Daun
Jagung Dalam Ruang Kubis (Plutella xylostella
Simpan Terbuka. Buletin L.). Di Laboratorium.
Teknik PertanianVol. 12. Fakultas Pertanian.
No. 1. Universitas Tadulako.

Santoso, H.B. 2007a. Akar Wangi – Subandi, M, Syam dan A.


Bertanam dan Widjono,1998. .Jagung.
Penyulingan. Cetakanke- Pusat Penelitian Tanaman
10. Penerbit Kanisius, Pangan,Bogor, 423 hal.
Yogyakarta. 55hal.
Sukarman dan Hasnah, M. 2003.
Perbaikan Mutu Benih
Santoso, H.B.2007b. Sereh Wangi –
Aneka Tanaman
Bertanam dan
Perkebunan Melalui Cara
Penyulingan. Cetakanke-
Panendan Penanganan
10. Penerbit Kanisius,
Benih.Jurnal Litbang
Yogyakarta. 70hal
Pertanian, 22(1).
Saenong, S, Azrai, M, Rahmawati.
2006. Pengelolaan Benih
Jagung. Balai Penelitian
Surtikanti dan Suherman. 2003.
Reaksi 52 galur/varietas Takahashi, N. 1981. Application
jagung terhadap serangan ofbiologically natural
kumbang bubuk. Berita product sinagri cultural
Pusat Penelitian dan fields. InProc. Regional
Pengembangan Pertanian Seminaron Recent Trendin
Tanaman Pangan. 26: 3-4. Chemistry of Natural
Product Research (pp.
Surtikanti. 2004. Kumbang Bubuk 110-132).
Sitophilus zea mays
Motsch. Jurnal Litbang Wirawan, B., & Wahyuni, S. 2002.
Pertanian. 23(4):123 –128. Memproduksi Benih
Bersertifikat: Padi, Jagung,
Sutopo, L., 2004. Teknologi Benih. Kedelai, Kacang Tanah,
CV Rajawali Pers, Jakarta. Kacang Hijau. Penebar
Swadaya, Jakarta, 120.
Soekamto, M.H, Ohorella, Z, dan Wiratno, Siswanto, Luluk, dan
Ijie, J.R. 2019. Perlakuan Suriati, S. 2011. Efektivitas
Benih Padi Yang Disimpan Beberapa Jenis Tanaman
Dengan Pestisida Nabati Obat dan Aromatik sebagai
Sereh Wangi Terhadap Insektisida Nabatiuntuk
Hama Bubuk Padi Mengendalikan
(Sitophilus oryzae L.) Diconocoris hewetti Dist.
Fakultas Pertanian Bul. Littro. 22 (2): 198-204.
Universitas
Muhammadiyah Sorong.

You might also like