Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Jurnal

AnalisisTeknologi
PenerapanIndustri Pertanian
Produksi Bersih 27 (2):182-191 (2017) Terakreditasi DIKTI No
ISSN:
………… 0216-3160 EISSN: 2252-3901 32a/E/KPT/2017 Tersedia online
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnaltin Nomor DOI:
10.24961/j.tek.ind.pert.2017.27.2.182

ANALISIS ANALISIS PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA BATIK PRINTING


IKM BATIK PUSPA KENCANA LAWEYAN SURAKARTA

ANALYSIS OF CLEANER PRODUCTION IMPLEMENTATION IN PRINTED BATIK


AT BATIK PUSPA KENCANA SME IN LAWEYAN SURAKARTA

Bambang Suhardi*), Pringgo Widyo Laksono, dan Nabila Nur Fadhilah

Program Studi Sarjana Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas


Maret Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Surakarta, Indonesia
Email: bambangsuhardi_ugm@yahoo.co.id

Makalah: Diterima 23 Februari 2017; Diperbaiki 2 Agustus 2017; Disetujui 10 Agustus 2017

ABSTRACT

Cleaner production is a strategy to reduce environmental pollution and also reducing resources
consumption. The aim of this research was to choose alternative solutions for the implementation of cleaner
production in printed batik in Batik Puspa Kencana Small Medium Enterprise (SME) using Analytic Hierarchy
Process (AHP) method. Printed batik production in Batik Puspa Kencana SME produces environmental waste in
the form of over consumption of energy, water and raw materials; disposal of wastewater directly into the river;
and the use of chemical dyes that are harmful to human health and the environment. Identification of the
problem used Ergonomic Checklist for Cleaner Production, which consisted of energy usage in general, water
usage in general, material and chemical substance usage in general, and also prevention of pollution and waste
in general. Then, determination of the causes of the problem used Fishbone diagram and 5W1H Method (What,
Where, Who, When, Why, and How), so obtained several alternative solutions. The next step wasAHP to
determine and assess alternative solutions based on technical, economical and environmental aspects. The result
shows that "Just buying dyes are always used" was the best alternative solution to implement cleaner production
that can be implemented by the company. Cleaner production can be done by buying raw materials as needed
and at the right time.
Keywords: batik, cleaner production, ergonomic checklist, analytic hierarchy process (AHP)

ABSTRAK

Produksi bersih merupakan strategi untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan secara bersamaan
mengurangi konsumsi sumber daya. Penelitian ini bertujuan untuk memilih alternatif solusi penerapan produksi
bersih pada batik printing IKM Batik Puspa Kencana dengan menggunakan metode AHP. Proses produksi pada
batik printing IKM Batik Puspa Kencana menghasilkan limbah lingkungan berupa konsumsi energi, air, dan
bahan baku yang berlebihan; pembuangan limbah cair langsung ke sungai; dan penggunaan zat pewarna kimia
yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Identifikasi masalah menggunakan daftar periksa
ergonomi khusus produksi bersih, meliputi penggunaan energi secara umum, penggunaan air secara umum,
penggunaan material dan bahan kimia secara umum, serta pencegahan polusi dan limbah secara umum.
Kemudian pemecahan masalah dengan fishbone diagram dan Metode 5W1H (Apa, Dimana, Siapa, Kapan,
Mengapa, dan Bagaimana) sehingga diperoleh beberapa alternatif solusi. Selanjutnya Analytic Hierarchy
Process (AHP) menilai bobot alternatif solusi berdasarkan aspek teknis, ekonomis, dan lingkungan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa “Membeli zat pewarna yang sering digunakan saja” merupakan alternatif solusi
penerapan produksi bersih yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan. Produksi bersih bisa dilakukan dengan
cara membeli bahan baku sesuai kebutuhan dan pada saat yang tepat.
Kata kunci: batik, produksi bersih, daftar periksa ergonomi, analytic hierarchy process (AHP)
PENDAHULUAN
beratkan pada pengolahan dan pembuangan limbah.
Produksi bersih merupakan strategi Konsep ini tidak sepenuhnya mampu memecahkan
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan masalah lingkungan yang ada, sehingga pencemaran
terpadu, yang perlu diterapkan secara dan kerusakan lingkungan terus terjadi. Konsep end-
berkesinambungan pada proses produksi dan daur of-pipe-treatment memerlukan biaya yang besar,
hidup produk dengan tujuan untuk mengurangi sehingga faktor biaya menjadi kendala bagi industri
dampak terhadap manusia dan lingkungan (UNEP, skala kecil dan menengah. Permasalahan ini yang
2003). Idealnya setiap kegiatan industri berusaha mengakibatkan terjadinya pencemaran dan
untuk mencegah pencemaran sebelum pencemaran perusakan lingkungan yang kondisinya semakin
itu terjadi. Konsep end-of-pipe-treatment menitik parah apabila dibarengi dengan lemahnya penegakan
hukum.

182 Korespodensi
*Penulis Jurnal Teknologi Industri Pertanian 27 (2): 182-
191
Bambang Suhardi, Pringgo Widyo Laksono, dan Nabila Nur Fadhilah

Industri batik mempunyai peranan penting meliputi energi, air, atau bahan baku yang
bagi perekonomian di Kota Surakarta, berdasarkan dikonsumsi berlebihan dari apa yang dibutuhkan;
nilai ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Industri polutan dan limbah material yang dilepaskan ke
batik di Kota Surakarta menjadi salah satu lingkungan seperti emisi udara, pembuangan air
penyumbang devisa ekspor tertinggi kedua setelah limbah, limbah berbahaya, dan limbah padat; zat
industri tekstil dan produk tekstil (TPT), dimana berbahaya yang mempengaruhi kesehatan manusia
nilai ekspor pada tahun 2014 sebesar US$ atau lingkungan hidup. Pengamatan langsung pada
9.450.508,89 (BPS Kota Surakarta, 2015). Industri aktivitas proses produksi maupun pada kondisi
TPT (tekstil, batik, dan garmen) menyerap tenaga lingkungan kerja di IKM Batik Puspa Kencana
kerja sebanyak 51,67% (7.341 orang) dari menunjukkan bahwa industri ini belum mengelola
keseluruhan jumlah tenaga kerja industri pengolahan proses produksi dengan baik, dibuktikan dengan
di Kota Surakarta 7.341 (BPS Kota Surakarta, 2016). tingkat pemakaian air pada stasiun kerja pencucian
Keberadaan industri batik di Kota Surakarta kain batik printing kurang terkendali; proses
menarik untuk dikaji. Satu sisi menguntungkan dari penyablonan batik printing menghasilkan sisa zat
sudut pandang ekonomi tetapi tidak menguntungkan pewarna yang terbuang sia-sia; zat pewarna
dari dampak yang ditimbulkan oleh industri batik. berceceran di lantai produksi; dan tingginya produk
Suhardi (2012) menyatakan keberadaan industri TPT defect. Data produksi batik printing IKM Batik
(termasuk di dalamnya industri batik) di Kota Puspa Kencana pada April 2015 menunjukkan
Surakarta dan Kabupaten Karanganyar bahwa 19% atau sebanyak 217 produk defect
menyebabkan pencemaran terhadap air, udara, dihasilkan dari total produksi 1.165 potong kain
selokan, dan sungai. batik (Mutiarahadi, 2015). Selain itu, pembuangan
Batik berdasarkan teknik pembuatannya limbah cair langsung ke sungai tanpa adanya
dibagi menjadi tiga, yaitu: batik tulis, batik cap, dan pengolahan limbah. Tidak mengikuti program
batik printing (batikkirani.blogspot.co.id). Batik tulis Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang
adalah batik yang dibuat dengan menggunakan dikelola oleh warga Kampoeng Batik Laweyan,
canting dengan lama proses pembuatan sekitar 2-3 sehingga limbah cair yang dihasilkan menyebabkan
bulan. Batik cap adalah corak batik yang dibentuk pencemaran sungai. Menurut Wardani (2015),
dengan cap/stempel dengan lama proses pembuatan industri yang menggunakan pewarna buatan di
sekitar 2-3 hari. Batik tulis dan batik cap Kampung Batik Laweyan sebesar 61%, sedangkan
menggunakan malam (lilin yang dipanaskan). Batik yang menggunakan pewarna alami 39%. Dimana
printing adalah batik yang proses pembuatannya batik printing IKM Batik Puspa Kencana ini
dicetak melalui proses sablon dengan lama proses tergolong pada industri yang menggunakan zat
pembuatan sekitar 5 menit. Batik printing tidak pewarna buatan. Pemakaian zat warna buatan oleh
menggunakan lilin/malam. industri batik printing mengakibatkan dampak
Batik printing banyak beredar di pasaran pencemaran terhadap lingkungan menjadi. Batik
dibandingkan batik tulis dan batik cap dengan alasan printing menjadi obyek penelitian dengan alasan
sebagai berikut: 1) corak batik printing cenderung pemakaian zat pewarna buatan lebih berbahaya
sempurna dibandingkan batik tulis dan batik cap, 2) dibandingkan pemakaian zat warna alami
pengerjaan lebih cepat, 3) secara umum harga lebih (Kurniawan et al., 2013). Proses produksi batik
murah. Fenomena ini yang menjadi daya tarik bagi printing lebih cepat dibandingkan proses produksi
konsumen untuk memilih batik printing batik tulis dan batik cap, sehingga limbah yang
dibandingkan batik tulis dan batik cap. Batik dihasilkan juga lebih banyak.
printing bukan hanya sebagai produk yang dijual ke Limbah yang dihasilkan oleh industri batik
pasar, tetapi juga sebagai hasil dari pemanfaatan ini harus dikelola dengan baik. Metode AMDAL
teknologi. Teknologi yang terkait dalam produksi tidak bisa diterapkan untuk mengelola limbah yang
batik printing adalah alat cetak dan pewarna sintetis. dihasilkan IKM Batik Puspa Kencana. AMDAL
Batik printing unggul dalam kecepatan proses, maka merupakan kajian dampak besar dan penting
pewarna yang digunakan adalah pewarna sintetis. terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap
Pewarna alami menghasilkan warna yang tidak perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan
terlalu terang dan membutuhkan waktu lama keputusan (Kristanto, 2004). demikian juga dengan
(dimulai dari pengumpulan bahan pewarna yang metode PROPER. PROPER dikembangkan dengan
makin sulit, sampai membuat ekstrak warna). Warna beberapa prinsip dasar, yakni peserta PROPER
sintetis tidak bersahabat pada alam, sebab limbah bersifat selektif, yaitu diperuntukan bagi industri
yang dihasilkan bersifat merusak dan tidak mudah yang menimbulkan dampak besar dan meluas
diurai oleh alam. terhadap lingkungan dan industri peduli dengan citra
Industri Kecil Menengah (IKM) Batik atau reputasi perusahaannya (PROPER, 2015).
Puspa Kencana merupakan produsen batik printing Untuk mengatasi masalah limbah yang
di Kota Surakarta. Setiap aktivitas proses produksi dihasilkan IKM Batik Puspa Kencana maka perlu
selain menghasilkan produk/jasa juga menghasilkan diterapkan metode produksi bersih.Untuk itu perlu
limbah. ILO (2013) menyatakan limbah lingkungan dikembangkan metode pengelolaan limbah dengan

Jurnal Teknologi Industri Pertanian 27 (2): 182-191 18


strategi pollution preventif. Produksi bersih adalah wawancara secara mendalam untuk mendapatkan
strategi untuk mengurangi pencemaran lingkungan informasi yang dibutuhkan seperti proses produksi,
dan secara bersamaan mengurangi konsumsi sumber bahan baku yang digunakan, penggunaan energi
daya (ILO, 2013). Keuntungan yang diperoleh oleh secara umum, penggunaan air secara umum,
suatu industri apabila menerapkan konsep produksi penggunaan materian dan bahan kimia secara umum,
bersih diantaranya adalah memperbaiki efisiensi, dan pencegahan limbah dan polusi secara umum.
meningkatkan performansi lingkungan, dan Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
meningkatkan keuntungan kompetitif (Indrasti dan IKM Batik Puspa Kencana terutama data jumlah
Fauzi, 2009). produksi dan jenis produk. Dalam penelitian ini
Metode Analytical Hierarchy Process digunakan beberapa metode analisis data yang terdiri
(AHP) digunakan untuk memilih alternatif solusi dari:
penerapan produksi bersih. Pemilihan alternatif
solusi ini untuk menentukan alternatif solusi yang Penilaian Penerapan Produksi Bersih
tepat agar dapat diterapkan pada IKM Batik Puspa Penilaian penerapan produksi bersih
Kencana. Penelitian ini bertujuan untuk memilih menggunakan daftar periksa produksi bersih. Daftar
alternatif solusi penerapan produksi bersih di IKM periksa produksi bersih merupakan panduan yang
Batik Puspa Kencana dengan menggunakan metode diterbitkan oleh International Labour Organization
AHP. (ILO). Tools ini menyajikan tabel yang berisi aspek
utama dan aktivitas yang berkaitan dengan
METODE PENELITIAN penerapan produksi bersih di perusahaan. Aspek
utama dalam tools ini meliputi “Penggunaan energi
Tanhapan Penelitian secara umum”, “Penggunaan air secara umum”,
Penelitian ini dilakukan pada IKM Batik “Penggunaan material dan bahan kimia secara
Puspa Kencana di Kota Surakarta. Tahapan umum”, dan “Pencegahan polusi dan limbah secara
Penelitian disajikan dalam Gambar 1. umum”. Pengisian checklist dilakukan pada kolom
“YA” dan “TIDAK” tiap baris aktivitas. Checklist
Mulai pada kolom “YA” menunjukkan bahwa aktivitas
tersebut yang sudah menerapkan konsep produksi
bersih, sedangkan checklist pada kolom “TIDAK”
Penilaian penerapan produksi bersih menunjukkan bahwa belum diterapkannya konsep
(daftar periksa produksi bersih) produksi bersih pada aktivitas tersebut. Jumlah
checklist masing-masing kolom dijumlahkan dan
dihitung persentasenya per aspek, sehingga diketahui
Penentuan penyebab masalah limbah aspek mana yang memberikan kontribusi terbesar
lingkungan (fishbone diagram) dalam permasalahan limbah lingkungan di
perusahaan.

Penentuan Penyebab Masalah Limbah


Penentuan akar penyebab masalah limbah Lingkungan
lingkungan (Metode 5W1H)
Hasil penilaian dari daftar periksa produksi
bersih akan diolah dengan menggunakan fishbone
Penentuan alternatif solusi yang dapat diagram. Fishbone diagram digunakan untuk
diterapkan mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah
dan terutama ketika sebuah tim cenderung jatuh
berpikir pada rutinitas (Tague, 2005). Fishbone
Pemilihan alternatif solusi penerapan diagram merupakan sebuah alat analisis yang
produksi bersih (AHP) sistematis, bertujuan untuk melihat sebab dan akibat
yang ditimbulkan dari masalah-masalah tersebut,
maka dari itu Fishbone Diagram disebut juga
Selesai dengan Cause and Effect Diagram (Watson dalam
Ilie dan Ciocoiu, 2010). Penentuan penyebab
permasalahan dilakukan melalui diskusi dan
Gambar 1. Tahapan Penelitian brainstorming dengan pemilik dan operator produksi
batik printing IKM Batik Puspa Kencana.
Data yang dibutuhkan terdiri dari data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan Penentuan Akar Penyebab Masalah Limbah
data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang Lingkungan
diteliti menggunakan alat bantu kuesioner dan Metode 5W1H (What, Where, Who, When,
Why, dan How) digunakan untuk menjabarkan
kelima faktor penyebab pada fishbone diagram 6. Menghitung nilai eigenvector, diawali dengan
secara rinci. Metode 5W1H merupakan metode yang menghitung kuadrat matriks perbandingan
efektif untuk mengumpulkan informasi (Quan, berpasangan dengan operasi perkalian matriks.
2013). Informasi mengenai 5W1H ini diperoleh 7. Menjumlahkan setiap baris dan melakukan
berdasarkan sesi diskusi dengan pemilik dan normalisasi matriks. Menormalkan data yaitu
operator produksi pada batik printing IKM Batik dengan membagi nilai dari setiap elemen di
Puspa Kencana. dalam matriks yang berpasangan dengan nilai
What mengacu pada pertanyaan apa total dari setiap kolom.
permasalahan yang dialami pada perusahaan. Where 8. Menghitung selisih eigenvector antara iterasi
merupakan pertanyaan dimana permasalahan ini pertama dan kedua, apabila selisih kedua iterasi
terjadi. Who merujuk pada siapa yang bertanggung lebih dari 0,0001 maka perhitungan eigenvector
jawab terhadap permasalahan ini. When merupakan dilanjutkan hingga mencapai hasil optimal (Haas
pertanyaan kapan biasanya permasalahan ini terjadi. dan Meixner, 2009).
Why mengacu pada pertanyaan mengapa 9. Menghitung nilai eigenvector maksimal (λmax),
permasalahan tersebut dapat terjadi atau penyebab dengan menjumlahkan baris hasil perkalian
dari permasalahan. How merujuk pada pertanyaan matriks perbandingan berpasangan dengan
bagaimana mengatasi permasalahan tersebut atau eigenvector iterasi optimal.
solusi dari permasalahan. 10.Menguji konsistensi dari penilaian responden
dengan menghitung nilai CI (Consistency Index)
Penentuan Alternatif Solusi dan CR (Consistency Ratio). Nilai CR
Penentuan alternatif solusi berdasarkan dipengaruhi oleh nilai CI dan RI (Random Index).
hasil diskusi pada metode 5W1H, khususnya Jika tidak memenuhi dengan CR ≤ 0,100 maka
pertanyaan How. Alternatif solusi didiskusikan pengambilan data (preferensi) perlu diulangi.
kembali sehingga menghasilkan alternatif solusi 11.Mengulangi langkah ke-4 hingga 10 untuk
yang memungkinkan jika diterapkan oleh IKM Batik seluruh tingkat hierarki (tingkat alternatif).
Puspa Kencana. 12.Menghitung bobot akhir dari alternatif, yaitu
dengan mengalikan bobot kriteria dengan bobot
Pemilihan Alternatif Solusi Produksi Bersih alternatif, sehingga diketahui masing-masing
Pemilihan alternatif solusi produksi bersih bobot alternatif.
pada IKM Batik Puspa Kencana menggunakan
metode AHP. AHP merupakan pendekatan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
pengambilan keputusan multikriteria dengan
merumuskan kriteria dan alternatif dalam struktur Penilaian Penerapan Produksi Bersih
hierarkis. Perumusan kriteria, tujuan, dan alternatif Aspek utama pada daftar periksa produksi
sebagai pohon hirarki menggambarkan secara bersih meliputi “penggunaan energi secara umum”,
menyeluruh mengenai hubungan yang kompleks. “penggunaan air secara umum”, “penggunaan
Metode AHP berperan dalam membantu melakukan material dan bahan kimia secara umum”, dan
penilaian melalui perbandingan secara berpasangan “pencegahan polusi dan limbah secara umum”.
antar elemen secara akurat (Srdevic et al., 2011). rekapitulasi daftar periksa ergonomi khusus produksi
Tahapan pemilihan alternatif solusi bersih pada IKM Batik Puspa Kencana disajikan
penerapan produksi bersih menggunakan AHP pada Tabel 1.
adalah sebagai berikut.
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi
yang diinginkan. Tabel 1. Rekapitulasi daftar periksa produksi bersih
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan Jumlah Persentase
Aspek Kolom
tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria Checklis t
dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin Penggunaan energi Ya 7 78
diperingkatkan. secara umum Tidak 2 22
3. Melakukan penilaian menggunakan skala Saaty Penggunaan air Ya 2 33
secara umum Tidak 4 67
(2008) berdasarkan pilihan atau judgement dari Ya 3 25
Penggunaan
pembuat keputusan dengan menilai tingkat material dan bahan Tidak 9 75
kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen kimia secara
lainnya umum
4. Menghitung rataan geometrik jika jumlah Pencegahan polusi Ya 5 50
responden ataupun pembuat keputusan berjumlah dan limbah secara Tidak 5
lebih dari satu orang (Ishizaka dan Nemery, 2013). umum
5. Membentuk matriks perbandingan berpasangan
yang menggambarkan kontribusi relatif atau Aspek “penggunaan energi secara umum”
pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing memiliki persentase “ya” lebih banyak dibandingkan
tujuan atau kriteria yang setingkat diatas. aspek lainnya, yaitu sebesar 78%. artinya industri
batik telah menerapkan konsep produksi bersih.
Aspek “penggunaan material dan bahan kimia secara Hasil diskusi menunjukkan bahwa penyebab
umum” memiliki persentase “tidak” lebih banyak permasalahan penggunaan zat pewarna meliputi
dibandingkan aspek lainnya, yaitu sebesar 75%. faktor manusia, metode, mesin, material, dan
artinya industri batik belum menerapkan konsep lingkungan. Hasil diskusi ini disajikan pada Gambar
produksi bersih untuk aspek “penggunaan material 2.
dan bahan kimia secara umum”. Aspek “penggunaan Fishbone diagram menunjukkan bahwa
material dan bahan kimia secara umum” karena permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan zat
memiliki persentase jawaban “tidak” terbesar akan pewarna disebabkan faktor berikut ini:
menjadi masukan pada tahap berikutnya.
Manusia
Penentuan Penyebab Masalah Limbah Operator mengukur takaran zat pewarna
Lingkungan dengan perkiraan.
Poin-poin aktivitas pada aspek
“penggunaan material dan bahan kimia secara Metode
umum” yang belum menerapkan konsep produksi Sisa zat pewarna tidak dapat didaur ulang,
bersih dibahas dalam sesi diskusi dan dicari belum menerapkan penyimpanan zat pewarna
penyebabnya. Peserta diskusi adalah peneliti, dengan azas FIFO (First In First Out), dan tidak
pemilik perusahaan, dan operator produksi. Pemilik dapat menerapkan pembelian zat pewarna secara
perusahaan dan operator produksi dilibatkan dalam “just in time”.
diskusi dengan pertimbangan mereka mengetahui
prosedur kerja dan paham terhadap proses produksi Mesin
di IKM Batik Puspa Kencana. Tidak ada sendok dengan ukuran khusus
Pelaksanaan diskusi sebagai berikut. untuk menakar zat pewarna, tidak ada label
Peserta diskusi masuk dalam sebuah ruangan, keterangan pada toples, dan kurangnya jumlah toples
kemudian peneliti akan bertanya terkait penyimpanan.
permasalahan pemakaian zat pewarna di IKM Batik
Puspa Kencana. Semua jawaban akan ditulis di Material
whiteboard oleh peneliti. Hasil diskusi sebagai Ditemukan zat pewarna yang jarang
berikut: 1) pemilik perusahaan menyatakan bahwa digunakan, tidak dapat membeli zat pewarna dengan
zat pewarna merupakan bahan baku dengan biaya ukuran tertentu, dan menggunakan zat pewarna
pembelian paling tinggi diantara bahan baku lainnya, kimia (material).
sehingga jika penggunaannya tidak efisien, maka
perusahaan akan mengalami kerugian; 2) operator Lingkungan
produksi menyatakan proses produksi selalu Sisa zat pewarna dibuang tanpa pengolahan
menghasilkan sisa zat pewarna, dimana sisa zat terlebih dahulu dan zat pewarna tumpah atau
pewarna belum dapat digunakan kembali atau didaur berceceran di area kerja.
ulang, sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut
mengenai sisa zat pewarna hasil proses produksi ini.

MESIN METODE MANUSIA

Tidak ada sendok dengan ukuran khusus untuk menakar zatSisa


pewarna
zat pewarna tidak dapat didaur ulang
Tidak ada label keterangan pada toples
Belum menerapkan penyimpanan zat pewarna
Operator dengan
mengukur azaszat
takaran FIFO
pewarna dengan perkira

Tidak dapat menerapkan


Kurangnya jumlah toples penyimpanan
pembelian zat pewarna secara
“just in time” Permasalahan pada penggunaan z

Ditemukan zat
pewarna yangSisa zat pewarna dibuang jarang digunakantanpa pengolahan terlebih
Tidak dapat membeli zat pewarna dengan ukuran tertentu dahulu

Menggunakan zat Zat pewarna tumpah atau


pewarna kimiaberceceran di area kerja

MATERIAL LINGKUNGAN

Gambar 2. Fishbone Diagram


Penentuan Akar Penyebab Masalah Limbah diperoleh solusi perbaikan yang lebih terarah dan
Lingkungan terperinci. Informasi mengenai 5W1H ini diperoleh
Masing-masing penyebab dari faktor berdasarkan sesi diskusi antara peneliti dengan
manusia, metode, mesin, material, dan lingkungan pemilik dan operator produksi pada IKM Batik
dijabarkan lebih detail menggunakan metode Puspa Kencana. Hasil diskusi disajikan pada Tabel
5W1H. Penggunaan metode 5W1H supaya 2.

Tabel 2. 5W1H pada permasalahan penggunaan zat


pewarna
Faktor What Where Who When
Manusia Operator Stasiun kerja Operator Saat
kurang hati- pengukuran stasiun kerja menuan
hati dan pengukuran zat
pencampuran dan pewarn
zat pewarna pencampuran
zat pewarna

Metode Sisa zat Stasiun kerja Pemilik Setelah


pewarna penyablonan perusahaan selesai
tidak dapat dan seluruh penyabl
di daur ulang operator an kain
produksi

Tidak dapat Inventori Pemilik Saat ak


menerapkan perusahaan perusahaan membe
pembelian dan operator zat
zat pewarna stasiun kerja pewarn
secara just in pengukuran
time dan
pencampuran
zat pewarna

Belum Stasiun kerja Pemilik Saat


menerapkan pengukuran perusahaan menyim
penyimpanan dan dan operator n zat
zat pewarna pencampuran stasiun kerja pewarn
dengan azas zat pewarna pengukuran pada
FIFO dan toples
pencampuran
zat pewarna

Mesin Tidak ada Stasiun kerja Operator Saat


sendok pengukuran stasiun kerja Proses

Jurnal Teknologi Industri Pertanian 27 (2): 182-191 18


Faktor What Where Who When Why How
dengan dan pengukuran pengukura berbeda-beda ar mengukur
ukuran pencampuran dan n zat sesuai dengan zat pewarna
khusus untuk zat pewarna pencampuran pewarna warna yang
menakar zat zat pewarna dipesan
pewarna
Kurangnya Stasiun kerja Pemilik Ketika 1. Perusahaan 1. Menambah
jumlah toples pengukuran perusahaan menyimpa memiliki zat jumlah toples
penyimpanan dan n zat pewarna dengan penyimpanan
pencampuran pewarna warna yang 2. Menyediakan
zat pewarna bervariasi rak
2. Tidak ada rak penyimpanan
khusus toples zat pewarna
penyimpanan
Tidak ada Stasiun kerja Pemilik Ketika Tidak ada 1. Membuat
label pengukuran perusahaan menyimpa prosedur/standar prosedur/stan
keterangan dan dan operator n zat penyimpanan zat dar
pada toples pencampuran stasiun kerja pewarna pewarna penyimpanan
zat pewarna pengukuran zat pewarna
dan 2. Memberi
pencampuran label tanggal
zat pewarna pembelian
Material Tidak dapat Inventori Pemilik Saat akan Produsen menjual 1. Membeli zat
membeli zat perusahaan perusahaan membeli zat pewarna dalam pewarna
pewarna zat satuan kilogram dengan
dengan pewarna warna yang
ukuran sering
tertentu digunakan
saja
2. Lebih kreatif
dalam
mencampurk
an zat
pewarna
yang dimiliki
Ditemukan Stasiun kerja Pemilik Saat akan 1. Menggunakan zat 1. Membuat
zat pewarna pengukuran perusahaan membeli pewarna dengan prosedur/stan
yang jarang dan dan operator zat azas LIFO dar
digunakan pencampuran stasiun kerja pewarna 2. Tidak ada penyimpanan
zat pewarna pengukuran label tanggal zat pewarna
dan pembelian zat 2. Memberi
pencampuran pewarna label tanggal
zat pewarna 3. Tidak ada pembelian
prosedur/standar
penyimpanan
zat pewarna
Menggunaka Inventori Pemilik Setiap Zat pewarna alami Menjalin
n zat perusahaan perusahaan proses tidak mampu kerjasama
pewarna produksi memenuhi dengan pihak
kimia kebutuhan terkait
perusahaan mengenai
substitusi
material zat
pewarna
Lingkungan Sisa zat Stasiun kerja Pemilik etelah 1. Kurangnya Mempelajari
pewarna pencucian perusahaan selesai pelatihan dan teknologi
dibuang plangkan/scr dan seluruh proses pengetahuan sederhana
tanpa een operator penyablon mengenai dalam
pengolahan produksi an kain pengolahan pengolahan
lebih dahulu limbah limbah zat
2. Tidak mengikuti pewarna
Faktor What Where Who When Why How
program IPAL
komunal
Zat pewarna Stasiun kerja Operator Saat 1. Operator kurang 1. Membuat
tumpah atau pengukuran stasiun kerja menuang berhati-hati prosedur/stan
berceceran di dan pengukuran zat 2. Tidak ada dar
area kerja pencampuran dan pewarna prosedur/standar mencampurk
zat pewarna pencampuran kerja an zat
zat pewarna pewarna
2. Merapikan
meja kerja

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui Sedangkan akademisi menguasai metode produksi


penyebab dan solusi perbaikan secara rinci terkait bersih.
masalah limbah lingkungan di IKM Batik Puspa
Kencana, yakni pada kolom Why dan How. Solusi Tabel 3. Pengelompokkan alternatif solusi hasil
perbaikan hasil metode 5W1H lebih rinci dan metode 5W1H dan alternatif solusi
bervariasi, sehingga dapat dikelompokkan menjadi usulan
beberapa alternatif solusi yang sejenis dan dapat
mengatasi beberapa permasalahan sekaligus Alternatif Solusi Hasil Alternatif Solusi
berdasarkan stasiun kerjanya. 5W1H yang Diusulkan
Membuat
Penentuan Alternatif Solusi prosedur/standar Membuat
Penentuan alternatif solusi berdasarkan mencampurkan zat prosedur/standar
metode 5W1H pada awalnya ada 12 alternatif, pewarna mengukur dan
kemudian dikelompokkan menjadi 5 alternatif. Membuat mencampurkan zat
Pengelompokan 12 alternatif menjadi 5 alternatif prosedur/standar pewarna
disajikan pada Tabel 3. mengukur zat pewarn a
Kelima altenatif solusi sebagai berikut: 1) Mempelajari teknologi
membuat prosedur/standar mengukur dan sederhana dalam
mencampurkan zat pewarna; 2) menambah pengolahan limbah zat
pengetahuan dan pelatihan mengenai pengolahan pewarna
limbah; 3) menambah jumlah toples dan rak khusus Menjalin kerjasama
penyimpanan zat pewarna; 4) membeli zat pewarna Menambah
dengan pihak terkait
yang sering digunakan saja, dan 5) membuat pengetahuan dan
untuk pelatihan
prosedur/standar penyimpanan zat pewarna. pelatihan mengenai
pengolahan limbah zat
Alternatif-alternatif tersebut digunakan sebagai pengolahan limbah
pewarna
masukan pada tahap berikutnya yaitu dinilai dan Menjalin kerjasama
dipilih menggunakan metode AHP. dengan pihak terkait
mengenai substitusi
Pemilihan Alternatif Solusi Produksi Bersih material zat pewarna
Karena ada keterbatasan sumberdaya yang Menyediakan rak Menambah jumlah
dimiliki oleh IKM Batik Puspa Kencana, maka penyimpanan zat pewarna toples dan rak khusus
alternatif solusi hasil dari metode 5W1H tidak bisa Menambah jumlah toples penyimpanan zat
diterapkan dalam waktu yang bersamaan. Untuk itu penyimpana pewarna
perlu dilakukan pemeringkatan terhadap alternatif- Membeli zat pewarna
alternatif tersebut dengan menggunakan metode dengan warna yang sering
AHP. Membeli zat pewarna
digunakan saja
AHP digunakan untuk menilai alternatif- yang sering
Lebih kreatif dalam
alternatif yang akan dipilih berdasarkan kriteria digunakan saja
mencampurkan zat
teknis, ekonomis, dan lingkungan. Responden yang pewarna yang dimilik i
terlibat dalam penilaian dan pemberian bobot ada Membuat
empat orang, terdiri dari pemilik perusahaan, dua prosedur/standar Membuat
orang operator produksi, dan satu orang akademisi. penyimpanan zat pewarna prosedur/standar
Pemilihan responden sudah sesuai dengan tema Merapikan meja kerja penyimpanan zat
penelitian. Pemilik perusahaan menguasai aspek Memberi label tanggal pewarna
proses produksi dan aspek keuangan perusahaan. pembelia n
Operator produksi menguasai proses produksi.
Hasil penilaian dan pemberian bobot terhadap pada Tabel 4.
kriteria teknis, ekonomis, dan lingkungan disajikan
Tabel 4. Bobot dan peringkat kriteria teknis, Hasil penilaian dan perhitungan
ekonomis, dan lingkungan menggunakan AHP menunjukkan kriteria
Kriteria Bobot Peringkat lingkungan memiliki bobot tertinggi sebesar 35%.
Teknis 0,3338 33% 2 Sehingga dapat diketahui bahwa keempat responden
Ekonomis 0,3141 31% 3 lebih menitikberatkan alternatif solusi yang akan
Lingkungan 0,3522 35% 1 diterapkan pada perusahaan berdasarkan kriteria
Jumlah 1.0000 100% lingkungan. Kemudian setiap alternatif solusi dinilai
dan dihitung bobotnya berdasarkan masing-masing
kriteria. Hasil perhitungan bobot masing-masing
alternatif per kriteria disajikan pada Tabel 5.
Berdasarkan Tabel 5 digambarkan struktur hierarki
AHP yang terdiri atas tujuan, kriteria, dan alternatif,
Struktur hierarki AHP disajikan pada Gambar 2.

Tabel 5. Bobot dan peringkat massing-masing alternatif


Bobot Alternatif Bobot
Alternatif Teknis Ekonomis Lingkungan Peringkat
Akhir
Membuat prosedur/standar mengukur
0,1156 0,1419 0,1187 0,1250 5
dan mencampurkan zat pewarna
Menambah pengetahuan dan pelatihan
0,1035 0,2785 0,3480 0,2446 2
mengenai pengolahan limbah
Menambah jumlah toples dan rak khusus
0,3476 0,1042 0,1037 0,1853 3
penyimpanan zat pewarna
Membeli zat pewarna yang sering
0,2370 0,3343 0,2392 0,2683 1
digunakan saja
Membuat prosedur/standar penyimpanan
zat pewarna 0,1962 0,1411 0,1904 0,1769 4
Jumlah 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000

Memilih Alternatif Solusi Penerapan Produksi Bersih pada Permasalahan Penggunaan Zat Pewarna (1,0000)
TUJUAN

Teknis Ekonomis Lingkungan KRITERIA


(0,3338) (0,3141) (0,3522)

Membuat prosedur/ Menambah pengetahuan Menambah jumlah toples


Membeli zat pewarna yang Membuat prosedur/standar
standar mengukur dan dan pelatihan mengenai dan rak khusus
sering digunakan saja penyimpanan zat pewarna
mencampurkan zat pewarna pengolahan limbah penyimpanan zat pewarna
(0,2683) (0,1769)
(0,1250) (0,2446) (0,1853)

ALTERNATIF
Gambar 2, Struktur hirarki AHP dengan bobot kriteria dan bobot
alternatif
Alternatif membeli zat pewarna yang sering Indrasti NS dan Fauzi AM. 2009. Produksi Bersih,
digunakan saja merupakan alternatif dengan prioritas Bogor: IPB Press.
tertinggi atau peringkat pertama dikaji berdasarkan International Labour Organization. 2013. Produksi
kriteria teknis, ekonomis, dan lingkungan, Bersih Meningkatkan Produktivitas. Jakarta:
Berdasarkan kriteria teknis, alternatif tersebut relatif International Labour Organization.
mudah untuk diterapkan oleh perusahaan karena Ishizaka A dan Nemery P. 2013. Multi-Criteria
pemilik batik printing membeli zat pewarna yang Decision Analysis: Methods and Software,
lebih sedikit dari sebelumnya, yaitu warna-warna United Kingdom: Wiley.
yang sering digunakan saja seperti warna-warna Kementerian Lingkungan Hidup Republik
primer, Operator produksi harus lebih kreatif dalam Indonesia. 2015 PROPER 2015. Jakarta,
mencampurkan warna, sehingga sesuai dengan Kementerian Lingkungan Hidup Republik
warna yang dipesan oleh konsumen, Selain itu, Indonesia.
alternatif tersebut dinilai paling ekonomis dan paling Kurniawan MW, Purwanto P, dan Sudarno S. 2013.
ramah lingkungan diantara alternatif lainnya, Strategi pengelolaan air limbah sentra
Karena dengan menerapkan pembelian zat pewarna UMKM batik yang berkelanjutan di
yang sering digunakan saja dapat mengurangi biaya kabupaten Sukoharjo. Jurnal Ilmu
pembelian zat pewarna yang kurang diperlukan Lingkungan. 11 (1): 62-72.
dalam proses produksi, Secara tidak langsung dapat Kristanto P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta:
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, Penerbit Andi.
karena jumlah limbah yang dihasilkan dapat Mutiarahadi R. 2015. Pendekatan metode lean six
dikurangi. sigma untuk menganalisis waste pada batik
printing di puspa kencana Laweyan. [Skripsi],
KESIMPULAN DAN SARAN Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Kesimpulan Quan DM. 2013. Minimizing translation mistakes in
Alternatif solusi yang terpilih dalam the writing process by using the question-
penerapan produksi bersih di IKM Batik Puspa making technique, The Journal of Asian
Kencana dengan menggunakan metode AHP dengan Critical Education 2: 13-29.
cara membeli zat pewarna yang sering digunakan Saaty T L. 2008. Decision making with the analytic
saja, Alternatif ini sudah mempertimbangkan kriteria hierarchy process. International Journal
teknis, ekonomi, dan lingkungan, Services Sciences. 1(1):83-98.
Srdevic Z, Blagojevic B dan Srdevic B. 2011. AHP
Saran based group decision makin in ranking loan
Perlu dilakukan pengembangan terhadap applicants for purchasing irrigation
kriteria yang akan dikaji, Sehingga alternatif solusi equipment: A case Study, Bulgarian. Journal
penerapan produksi bersih dapat mempertimbangkan Agri Sci. 17 (4): 531-543.
kriteria lainnya yang lebih menyeluruh. Suhardi B. 2012. Dinamika deindustrialisasi industri
tekstil dan produk tekstil (TPT) dan dampak
DAFTAR PUSTAKA keberadaannya terhadap lingkungan kasus di
Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar.
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2015. Kota [Disertasi]. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Surakarta Dalam Angka 2015, Surakarta: Mada.
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta. Tague NR. 2005. The Quality Toolbox 2nd Edition,
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2016. Kota Milwaukee, Wisconcin: ASQ Quality Press.
Surakarta Dalam Angka 2016, Surakarta: Wardani IK. 2015. Pemetaan pengadaan dan
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta. optimalisasi bahan baku batik sebagai industri
Ilie G dan Ciocoiu CN. 2010. Application of kreatif di kampung batik Laweyan. [Skripsi].
fishbone diagram to determine the risk of an Surakarta: Universitas Muhammadiyah
event with multiple causes, Management Surakarta.
Research and Practice. 2(1): 1-20.

You might also like