Pengganti Norris 2002

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

PENGARUH INTERVENSI PENDIDIKAN

KESEHATAN DAN SELF EFFICACY TERHADAP


PERUBAHAN PERILAKU KESEHATAN DAN
KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM DI
KABUPATEN MANGGARAI, NTT

Oliva Suyen Ningsih


Prodi S-1 Keperawatan STIKes St. Paulus Ruteng, Jl.Jend. Ahmad Yani, No.10, Ruteng-Flores 86508
Email: osningsih@gmail.com

Abstract: Effect of Health Education Intervention and Self Efficacy on the Behavioral Changes and
Blood Glucose Levels of Patients with Diabetes Mellitus in Manggarai, East Nusa Tenggara. Diabetes
mellitus (DM) is a common chronic disease requiring lifelong behavioral and lifestyle changes. According
to Nola J Pender, education for patients with DM aims to facilitate behavioral changes thus will impact
on glycemic control and prevent complications in diabetic patients. The purpose of this research was to
determine the effect of health education intervention and self efficacy to health behavioral changes and
blood glucose levels in diabetic patients in Manggarai, East Nusa Tenggara. The research design used
quasi-experimental pretest and posttest with purposive sampling technique. There were 73 patients
who selected from all patients with diabetes mellitus (55 interventions and 18 controls). From univariate
analysis, it was showed that 37.0% were aged 56-65 years, 54.8% were female, 45% were farmed which
was income <1,000,000, 34.2% had high school education, 47.9% had normal BMI, 63% had diabetes ≥ 1
year and 60.3% were taking antidiabetic medication. From the multivariate analysis with statistical t test
showed that there was a significant difference between health education intervention and self efficacy to
health behavior changes (knowledge, diet, physical activity, blood glucose monitoring, foot care) with
p value of <0.05. There was a significant difference between health education interventions on blood
sugar levels (p value 0.027). Based on paired t-test statistical analysis, it was showed that there was
significant difference in knowledge, attitudes, diet, physical activity, blood glucose monitoring, foot care
and blood glucose levels before and after intervention, with p value 0.000. Based on the independent
t-test statistical analysis, there was significant difference between two group in terms of knowledge,
diet, physical activity, blood glucose, foot care and blood glucose levels with p value of <0.05.

Health education must be planned, directed, sustained and focused on behavioral change and
it should become routine activity in the community health center (PROLANIS). It was suggested to
develop peer group on DM, support home visits by health workers and conduct health education
by involving the family thus can motivate patients with DM in the self-management and behavioral
changes.

Keywords: Diabetes mellitus,behavioral changes, blood glucose levels health education intervention
and self efficacy.

107
108 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 2, Desember 2016

Abstrak: Pengaruh Intervensi Pendidikan Kesehatan Dan Self Efficacy Terhadap Perubahan
Perilaku Kesehatan Dan Kadar Gula Darah Pada Pasien Dm Di Kabupaten Manggarai, NTT.
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang membutuhkan perubahan perilaku dan gaya
hidup sepanjang rentang kehidupan. Menurut Nola J Pender, pendidikan yang diberikan pada pasien
DM bertujuan memfasilitasi perubahan perilaku yang berdampak pada pengontrolan kadar glikemik
dan mencegah komplikasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh intervensi pendidikan
kesehatan dan selfefficacy terhadap perubahan perilaku kesehatan dan kadar gula darah sewaktu pada
pasien DM di Kab. Manggarai. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental pretest dan
posttest dengan purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 73 responden (55 intervensi dan 18 kontrol).
Hasil analisis univariat yaitu 37.0 % usia 56-65 tahun, 54.8 % berjenis kelamin wanita, 45 % bekerja
sebagai petani dengan penghasilan < 1.000.000, 34.2% pendidikan terakhir SMA, 47.9 % memiliki
IMT normal, 63 % menderita DM ≥ 1 tahun dan 60.3 % mengkonsumsi obat antidiabetik. Hasil
analisis multivariat dengan uji statistik menunjukan bahwa terdapat pengaruh intervensi pendidikan
kesehatan dan self efficacy terhadap perubahan perilaku kesehatan (pengetahuan, pola makan, aktivitas
fisik, pemeriksaan gula darah, perawatan kaki) dengan p value <0.05. Intervensi pendidikan kesehatan
berpengaruh terhadap kadar gula darah sewaktu, p value 0.027. Berdasarkan uji paired t-test pada
kelompok intervensi terdapat perbedaan pengetahuan,sikap, pola makan, aktivitas fisik, pemeriksaan
gula darah, perawatan kaki dan kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah intervensi dengan p
value 0.000. Berdasarkan uji independent t-test terdapat perbedaan pengetahuan, pola makan, aktivitas
fisik, pemeriksaan gula darah,perawatan kaki dan kadar gula darah sewaktu pada kelompok intervensi
dan kontrol dengan p value< 0.05. Pendidikan kesehatan harus terencana, terarah, berkelanjutan serta
berfokus pada perubahan perilaku dan menjadi kegiatan rutin di puskesmas (PROLANIS). Disarankan
agar dilakukan pembentukan peer group khusus DM, dukungan petugas kesehatan melalui kunjungan
rumah dan pemberian pendidikan kesehatan dengan melibatkan keluarga dapat memotivasi pasien
DM dalam manajemen penyakit DM dan perubahan perilaku kesehatan.

Kata kunci: Diabetes mellitus,kadar gula darah, pendidikan kesehatan,perilaku kesehatan dan self
efficacy,

PENDAHULUAN Pendidikan kesehatan adalah salah


satu manajemen penyakit DM (Hinkle, 2014).
Diabetes mellitus merupakan penyakit
Perawat memiliki peranan penting dalam
kronik yang membutuhkan perubahan
manajemen pasien yaitu membantu pasien
perilaku dan gaya hidup sepanjang menerima dan melakukan perubahan gaya
seluruh rentang kehidupan (Ignatavicius hidup (perubahan perilaku) untuk mencegah
& Workman, 2010). Menurut WHO (2015), komplikasi dalam waktu yang lama dengan
pada tahun 2012 sebanyak 1.5 juta penduduk menjaga kadar gula darah dan kolesterol
di dunia yang meninggal karena DM dan dalam tingkat yang normal (Ignatavicius
sebanyak 80 % berasal dari negara dengan & Workman, 2010; Hinkle & Cheever, 2014
pendapatan rendah sampai menengah. Di ; Craven & Hirnle, 2009,). Pernyataan ini
Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas (Riset didukungoleh Nola J Pender dalam teori
Kesehatan Dasar) tahun 2013 sebanyak 12 keperawatan“ Health Promotion Model” yang
juta atau sebanyak 6.9 % penduduk Indonesia menyatakan bahwa perawat merupakan
yang menderita penyakit DM (Kementerian sumber yang dapat berpengaruh terhadap
Kesehatan Republik Indonesia , 2015) interpersonal yang dapat meningkatkan
Ningsih, Pengaruh Intervensi Pendidikan Kesehatan dan … (hlm. 107-125) 109

atau mengurangi komitmen pasien untuk Di Kabupaten Manggarai, penyakit


terlibat dalam peningkatan perilaku kronik yang berada pada urutan pertama
kesehatan. Hal ini dapat dilakukan oleh adalah hipertensi, diikuti dengan penyakit
perawat melalui pemberian pendidikan DM. Di Puskesmas Kota pada tahun 2015
kepada pasien (Alligood, 2014). Menurut sebanyak 461 pasien yang menderita DM.
Beyazit & Mollaouglu (2009), pendidikan Berdasarkan studi awal yang dilakukan
pada pasien DM berpengaruh terhadap pada bulan Agustus 2015, puskesmas
kontrol metabolik . Dalam penelitiannya bekerjasama dengan BPJS membentuk
yang berjudul “ Influence of diabetic education kelompok Program Pengelolaan Penyakit
on patient metabolic control” terhadap 50 Kronis (PROLANIS) yang mencakup
pasien DM tipe 2, ditemukan pengaruh yang penyakit DM dan hipertensi. Salah satu
signifikan setelah diberikan pendidikan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok ini
kesehatan terhadap kadar gula darah adalah penyuluhan kesehatan. Penyuluhan
sewaktu, gula darah postparandial, glukosa kesehatan yang diberikan hanya mencakup
urin, HbA1C, trigliserida, kolesterol total pengetahuan dasar tentang DM, dan
dan tingkat low density lipoprotein dengan p dampak merokok, sementara pendidikan
value< 0,05. kesehatan mengenai pola makan, aktivitas
fisik, pemeriksaan gula darah dan perawatan
Perilaku seseorang dalam menanggapi
kaki belum menjadi bagian dari penyuluhan
penyakit dapat berupa respon pasif
kesehatan yang diberikan. Namun, dari hasil
yaitu pengetahuan, persepsi dan sikap
wawancara terhadap 10 anggota PROLANIS
maupun respon aktif yaitu tindakan yang
di salah satu puskesmas , sebanyak 80 %
berhubungan dengan penyakit (pola makan,
belum mengetahui pengetahuan dasar
aktivitas fisik, pemeriksaan gula darah,
mengenai DM, diet dan aktivitas yang tepat.
perawatan kaki dan kebiasaan merokok)
Hal ini disebabkan karena keterbatasan
(Saam & Wahyuni, 2014; AADE, 2014
pasien dalam menangkap informasi karena
).Faktor lain yang mempengaruhi perubahan
perbedaan bahasa dan minimnya media
perilaku pada pasien dengan DM adalah
yang digunakan.Selain itu masih ada anggota
self efficacy. Self efficacy merupakan persepsi
PROLANIS yang memiliki kadar gula darah
individu tentang dirinya dankemampuan
500 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa
yang dimilikinya untuk mengatasi kesulitan
tingkat pengetahuan pasien tentang DM
dalam melaksanakan tugas tertentu
masih rendah dan pendidikan kesehatan
yang berhubungan dengan perubahan
yang berfokus pada perubahan perilaku
perilaku (Mishali, Omer, & Heyman, 2011).
belum menjadi bagian dari kegiatan yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
dilakukan oleh puskesmas. Berdasarkan
Mishali, Omer, & Heyman ( 2011) untuk
fenomena tersebut diatas, penulis tertarik
mengukur self efficacy pada 119 pasien DM
untuk melakukan penelitian yang berjudul :
terhadap monitoring diri gula darah, latihan
“Pengaruh intervensi pendidikan kesehatan
, diet dan ketaatan pengobatan ditemukan
dan self efficacy terhadap perubahan perilaku
korelasi yang signifikanantara self efficacy
kesehatan dan kadar gula darah pada pasien
dengan diet dan aktivitasi fisik dengan nilai
DM di Kabupaten Manggarai”.
korelasi Pearson 0,5 dan 0,67.
110 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 2, Desember 2016

Adapun Tujuan dari penelitian ini pendidikan terakhir dan status perkawinan),
adalah untuk menjelaskan pengaruh tinggi badan, berat badan, IMT, penghasilan
intervensi pendidikan kesehatan dan per bulan, lama menderita DM, jenis obat
self efficacy terhadap perubahan perilaku yang dikonsumsi, riwayat penyakit lain dan
kesehatan (pengetahuan, sikap, tindakan riwayat keluarga yang menderita penyakit
(pola makan, aktivitas fisik, pemeriksaan DM; 2) Kuisioner Pengetahuan tentang
gula darah, perawatan kaki, kebiasaan DM berjumlah 20 pertanyaan yang berisi
merokok) dan kadar gula darah pada pasien mengenai pengetahuan DM secara umum.
DM di Kabupaten Manggarai. Setiap item memiliki tiga pilihan jawaban
yaitu : benar, salah , dan tidak tahu. Setiap
METODE PENELITIAN pertanyaan yang dijawab benar diberikan
skor 1 dan pertanyaan dijawab salah dan
tidak tahu diberikan skor 0. Skor tertinggi
Populasi dalam penelitian ini
mengindikasikan tingkat pengetahuan DM
adalah semua pasien DM yang terdapat
yang tinggi dan sebalikanya; 3) Kuisioner
di kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara
Sikap yang digunakan dalam penelitian
Timur (NTT). Teknik pengambilan sampel
ini berjumlah 11 pertanyaan. Setiap item
dengan purposive sampling. Kriteria inklusi
memiliki 5 pilihan jawaban yaitu : sangat
yaitu : pernah didiagnosa DM, usia 35-
setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak
75 tahun, sukarela ingin terlibat dalam
setuju.Untuk pilihan sangat setuju, skornya=
penelitian. Kriteria eksklusi yaitu : tidak
5, setuju skornya =4, netral skornya 3, tidak
menyelesaikan seluruh tahapan prosedur
setuju skornya 2 dan sangat tidak setuju
intervensi, mengalami amputasi pada
skornya 1. Skor yang tinggi menunjukkan
kedua kakinya, mengalami komplikasi
sikap yang positif terhadap DM, sedangkan
yang serius seperti stroke, diabetic
skor yang rendah menunjukkan sikap yang
retinopathy, gangren diabetik, gangguan
negatif terhadap DM; 4) Kuisioner self care
penglihatan dan pendengaran dan pasien
behavior yang digunakan oleh peneliti yaitu
yang mengundurkan diri dari penelitian.
The Summary of Diabetes Self Care Activities
Jumlah responden yang mengikuti seluruh
/SDSCA (Toobert, Hampson,& Glasgow,
proses penelitian sebanyak 73 responden
2000). Peneliti mendapatkan izin untuk
(55 kelompok intervensi dan 18 kelompok
penggunaan SDSCA dalam versi Bahasa
kontrol).
Indonesia. SDSCA yang telah direvisi terdiri
Penelitian ini dilakukan di kabupaten dari 11 item inti dan dikembangkan dalam
Manggarai mulai tanggal 26 Maret s/d 11 14 pertanyaan tambahan. Untuk skormean
Juni 2016.Penelitian ini dilaksanakan di tiga tertinggi mengindikasikan perilaku self
puskesmas yang terdapat di kab. Manggarai care(pola makan, aktivitas fisik, pemeriksaan
yaitu puskesmas Kota, puskesmas gula darah, perawatan kaki) sangat baik;
Cancar dan puskesmas La’o. Instrumen 5) Kuisioner self efficacy yang digunakan
pengumpulan data menggunakan beberapa pada penelitian ini adalah self-efficacy for
jenis kuesioner yakni: 1) kuisioner demografi diabetes scale . Kuisioner ini dapat digunakan
yang berisi tentang identitas responden secara bebas tanpa terlebih dahulu meminta
(nama, jenis kelamin, usia, status pekerjaan, izin(Beckerle & Lavin, 2013).Kuisioner self-
Ningsih, Pengaruh Intervensi Pendidikan Kesehatan dan … (hlm. 107-125) 111

efficacy for diabetes scale berjumlah 8 item pertanyaan. Setiap item pertanyaan terdiri dari
10 poin skala Likert dengan poin 1 = tidak memiliki keyakinan secara penuh dan poin 10 =
memiliki keyakinan secara penuh. Skor yang tinggi mengindikasikan self efficacy yang tinggi

HASIL PENELITIAN

Tabel 3.1
Distribusi Karakteristik Sosiodemografi dan klinik pada Pasien DM (n = 73)

Kelompok
Intervensi pendi- Total
Karakteristik Responden Kontrol Mean
dikan kesehatan
n % n % n %
Usia :
Dewasa awal (26-35) 2 3.6 0 0 2 2.7 55.34
Dewasa akhir (36-45) 11 2.0 1 5.6 12 16.4
Lansia awal (46-55) 12 21.8 7 38.9 19 26.0
Lansia akhir (56-65) 19 34.5 8 44.4 27 37.0
Manula (>65) 11 20.0 2 11.1 13 17.8
Jenis Kelamin :
Laki-laki 26 47.3 7 38.9 33 45.2
Wanita 29 52.7 11 61.1 40 54.8
Status Pekerjaan
Petani 21 38.2 12 66.7 33 45.2
Wiraswasta 11 20.0 2 11.1 13 17.8
PNS 23 41.8 4 22.2 27 37.0
Pendidikan Terakhir
SD 13 23.6 10 55.6 23 21.5
SMP 5 9.1 2 11.1 7 9.6
SMA 22 40.0 3 16.7 25 34.2
Perguruan Tinggi (PT) 15 23.7 3 16.7 18 24.7
Penghasilan/bulan :
< 1.000.000 21 38.2 12 66.7 33 45.2
1.000.000-2.000.000 12 21.8 1 5.6 13 17.8
> 2.000.000 22 40.0 5 27.8 27 37.0
< 1.000.000 21 38.2 12 66.7 33 45.2
Indeks Massa Tubuh (IMT) :
Berat badan kurang 2 3.6 1 5.6 3 4.1
Berat badan normal 29 52.7 6 33.3 35 47.9
Risiko Obese 11 20.0 7 38.9 18 24.7
Obese I 13 23.6 4 22.2 17 23.3
112 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 2, Desember 2016

Kelompok
Intervensi pendi- Total
Karakteristik Responden Kontrol Mean
dikan kesehatan
n % n % n %
Lama Menderita DM
< 1 tahun 20 36.4 7 38.9 27 37
≥ 1 tahun 35 63.6 11 61.1 46 63
Obat yang dikonsumsi
Obat tradisional 10 18.2 2 11.2 12 16.4
Obat penurun kadar gula darah 34 61.8 10 55.6 44 60.3
Suntik insulin 2 3.6 0 0 2 2.7
Tidak mengkonsumsi obat 9 16.4 6 33.3 15 20.5

(Sumber : Data primer, 2016)

Tabel 3.2
Distribusi frekuensi variabel pengetahuan, sikap dan kebiasaan merokok

Kelompok
Intervensi Pendidikan
Tingkat Pengetahuan Kesehatan Kontrol
Mean
Sebelum Sesudah
n % n % n %
Pengetahuan rendah (< mean) 34 61.8 14 25.5 13 72.2
15.2
Pengetahuan tinggi (≥ mean) 21 38.2 41 74.5 5 27.8
Sikap negative (<mean) 32 58.2 23 41.8 10 55.6 45
Sikap positif (≥mean) 23 41.8 32 58.2 8 44.4
Merokok 12 21.8 10 18.2 2 11.1
Tidak Merokok 43 78.2 45 81.8 16 88.9
(Sumber : Data primer, 2016)

Tabel 3.3
Distribusi Skor Mean Pola Makan, Aktivitas Fisik, Pemeriksaan Gula Darah dan
Perawatan Kaki pada Kelompok Intervensi Pendidikan Kesehatan dan Kontrol
Kelompok
The Summary of Diabetes Intervensi Pendidikan Kesehatan Kontrol
No
Self-Care Activities (SDSCA) Mean
Mean
Sebelum Sesudah
1 Pola Makan
General diet 3.24 6,18 2.72
Specific diet 3.87 5,92 3,98
2 Aktivitas fisik 2.81 5.84 3,30
3 Pemeriksaan Gula Darah 1,33 2.53 0.69
4 Perawatan Kaki 2,85 5.45 2.63
(Sumber : Data primer, 2016)
Ningsih, Pengaruh Intervensi Pendidikan Kesehatan dan … (hlm. 107-125) 113

Tabel 3.4
Distribusi Frekuensi Gula Darah Sewaktu pada Kelompok Intervensi
Pendidikan Kesehatan dan Kontrol

(Sumber : Data primer, 2016)

Tabel 3.5
Uji Beda berpasangan pada kelompok intervensi dan uji beda independen
(Intervensi dan Kontrol )
Paired t test Independent Uji Wilcoxon Uji Mann-Whit-
Variabel Variabel
(intervensi) t-test (Intervensi) ney
Pengetahuan 0.000 0.002 Merokok 0.157 0.485
Sikap 0.000 0.752
Pola Makan 0.000 0.000
Aktivitas fisik 0.000 0.000
Pemeriksaan 0.000 0.000
Gula Darah
Perawatan Kaki 0.000 0.000
GDS 0.000 0.029
(Sumber : Data primer, 2016
Tabel 3.6
Uji Regresi Linear Berganda
114 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 2, Desember 2016

(Sumber : Data primer, 2016)

PEMBAHASAN (Lewis, 2011; Ignatavicius & Workman,


2010). Menurut Ekpenyong (2012), resistensi
Berdasarkan analisis univariat pada insulin semakin memburuk dengan
tabel 3.1, sebanyak 37.0 % responden bertambahnya usia sehingga pervalensi
usia 56-65 tahun, 54.8 % berjenis kelamin penyakit diabetes melitus tipe 2 meningkat
wanita, 45 % bekerja sebagai petani dengan dengan bertambahnya usia. Walaupun
penghasilan < 1.000.000, 34.2% pendidikan demikian hal ini tidak berarti bahwa
terakhir SMA, 47.9 % memiliki IMT normal, secara umum usia berhubungan dengan
24.7 % resiko obese, 23.3 % obese I, 63 meningkatnya resistensi insulin. Faktor lain
% menderita DM ≥ 1 tahun dan 60.3 % yang mempengaruhi individu dengan usia
mengkonsumsi obat antidiabetik. Diabetes lanjut berisiko terkena penyakit DM adalah
mellitus merupakan penyakit kronik yang pada usia lanjut terjadi penurunan status
mempengaruhi individu sepanjang rentang kesehatan secara umum, berkurangnya
kehidupan dan lebih sering terjadi pada aktivitas fisik dan tertundanya penyerapan
individu yang berusia lebih dari 30 tahun karbohidrat (Ekpenyong, 2012).
Ningsih, Pengaruh Intervensi Pendidikan Kesehatan dan … (hlm. 107-125) 115

Menurut Ekpenyong (2012), laki-laki penurunan berat badan setiap bulan. Selain
memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi itu petugas kesehatan selalu mengingatkan
dari pada wanita sehingga berpengaruh anggota untuk menjaga berat badan dalam
terhadap perbaikan sensitivitas insulin. batas normal. Berdasarkan hasil wawancara
Selain itu, hormon yang dihasilkan oleh terhadap beberapa anggota PROLANIS
ovarium berpengaruh terhadap sensitivitas didapatkan data bahwa sebelumnya mereka
insulin selama siklus menstruasi, kehamilan memiliki riwayat obese, namun setelah
dan masa transisi. Oleh karena itu wanita mengikuti kegiatan PROLANIS termotivasi
memiliki risiko lebih tinggi terkena DM untuk mengontrol berat badan.
daripada laki-laki. Di kabupaten Manggarai
Pendidikan sangat diperlukan
berdasarkan pengamatan peneliti yang
oleh pasien DM untuk dapat melakukan
bekerja untuk mencari nafkah adalah laki-
manajemen diri, mengontrol kadar gula
laki sedangkan wanita bekerja sebagai ibu
darah yang normal dan mencegah terjadinya
rumah tangga. Mata pencaharian utama
komplikasi. Diabetes self manajement eduaction
masyarakat Manggarai, NTT (Nusa Tenggara
adalah suatu proses yang memfasilitasi
Timur) adalah sebagai petani sehingga laki-
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
laki lebih banyak menghabiskan waktunya
yang dibutuhkan oleh pasien dengan DM
di kebun atau ditempat mereka bekerja. Oleh
untuk dapat melakukan perawatan diri.
karena itu laki-laki di kabupaten Manggarai
Menurut American Assosiation of Diabetes
memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi
Educator (2014), pendidikan yang diberikan
daripada wanita.
pada pasien DM harus berfokus pada
Obesitas adalah salah satu faktor perubahan perilaku self care (pola makan,
risiko terjadinya diabetes mellitus.Obesitas aktivitas fisik, pemeriksaan gula darah,
dan akumulasi lemak pada abdominal mengurangi risiko komplikasi dengan
menyebabakan meningkatnya resistensi perawatan kaki dan tidak merokok).
terhadap insulin.Resistensi terhadap Pernyatan ini didukung oleh Nola J Pender
insulin menyebabkan sensitivitas insulin dalam teori keperawatan “Health Promotion
terhadap jaringan semakin menurun dan Model” yang menyatakan bahwa pendidikan
mengakibatkan glukosa tidak dapat masuk kesehatan yang diberikan oleh perawat
ke dalam sel (ADA, 2011).Berdasarkan tabel dapat meningkatkan komitmen pasien
3.1, pada kelompok intervensi pendidikan untuk terlibat dalam peningkatan perilaku
kesehatan sebanyak 29 responden (52.7 kesehatan.
%) yang memiliki berat badan normal.
Intervensi pendidikan kesehatan yang
Responden yang tergabung dalam kelompok
diberikan dalam penelitian ini mencakup
intervensi merupakan anggota PROLANIS.
pengetahuan umum mengenai DM, diet
Salah satu kegiatan PROLANIS adalah
bagi pasien DM, aktivitas fisik, monitoring
memantau berat badan anggota setiap bulan.
gula darah dan perawatan kaki dan terbukti
Berdasarkan pengamatan dari peneliti
secara signifikan berpengaruh terhadap
selama kegiatan PROLANIS, ada satu
perubahan perilaku pada Pasien DM. Hasil
kelompok PROLANIS yang memiliki buku
penelitian ini juga didukung oleh analytic
pemantauan kegiatan selama PROLANIS.
framework for diabetes manajement education
Dengan adanya buku tersebut, pasien DM
interventionsseperti gambar dibawah ini :
akan selalu memantau peningkatan atau
116 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 2, Desember 2016

Gambar 5.1
Analytic framework for diabetes self- manajement education interventions
(Norris & Nichols, 2002)

Kerangka intervensi pendidikan self yang rendah yaitu sebanyak 13 responden


manajement diatas memberikan gambaran (72.2 %).Hasil penelitian ini didukung oleh
mengenai pengaruh self manajement education penelitian yang dilakukan oleh Beiranvand,
terhadap perubahan perilaku (pengetahuan, Fayazi, & Asadizaker (2015) terhadap
sikap, diet , aktivitas fisik, pemeriksaan gula 69 pasien DM di Iranian, dengan judul
darah, dan merokok. “Effect of educational program on knowledge,
attitude and footcare in patients with DM.
(1) Pengetahuan Hasil penelitiannya menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan pengetahuan
Berdasarkan uji signifikansi
pada kelompok intervensi pendidikan
parameter individual (Uji Statistik
kesehatan dan kontrol dengan p value 0.015
t) pada tabel 3.6 terdapat pengaruh
< 0.05
intervensi pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan pada pasien DM (p value Sebelum melakukan intervensi
0.002 <0.05). Dari hasil uji paired samples pendidikan kesehatan, terlebih dahulu
test pada tabel 3.5 terdapat perbedaan peneliti mengkaji kesiapan responden dalam
sebelum dan sesudah intervensi pendidikan perencanaan pendidikan kesehatan yang
kesehatan dengan p value 0.000. Dari hasil akan diberikan. Pasien yang mengalami
uji independent samples test pada tabel 3.5 gangguan penglihatan dan pendengaran
terdapat perbedaan pengetahuan tentang termasuk dalam kriteria eksklusi. Pengkajian
DM pada kelompok intervensi pendidikan yang dilakukan oleh peneliti meliputi
kesehatan dan kontrol dengan p value 0.002. pengetahuan dasar pasien mengenai DM,
Berdasarkan analisis univariat pada tabel 3.2, kebutuhan informasi yang ingin diperoleh
kelompok intervensi pendidikan kesehatan oleh pasien, kebiasaan pola makan dan
memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi aktivitas yang dilakukan serta situasi sosial
setelah dilakukan intervensi pendidikan yang dapat mempengaruhi perencanaan
kesehatan yaitu sebanyak 41 responden pendidikan yang diberikan. Peneliti
(74.5 %), sedangkan pada kelompok kontrol juga mengkaji nilai-nilai budaya yang
mayoritas memiliki tingkat pengetahuan mempengaruhi perencanaan pendidikan.
Ningsih, Pengaruh Intervensi Pendidikan Kesehatan dan … (hlm. 107-125) 117

Setelah melakukan pengkajian terhadap pengetahuan pasien DM dengan


peneliti memberikan intervensi pendidikan p value 0.000. Hasil penelitian ini didukung
kesehatan yang berfokus pada kebutuhan oleh teori self efficacy menurut Bandura
pasien. Peneliti lebih menekankan pada (1994) dalam Mishali, Omer &Heyman
pengetahuan yang belum diketahui (2015).Self efficacymerupakan keyakinan
oleh responden seperti faktor risiko individu mengenai kemampuanya yang
, tipe penyakit DM, tanda dan gejala ditunjukkan dengan tingkat penampilan
yang khas, komplikasi dan tanda-tanda yang produktif sehingga berpengaruh
hipoglikemia. Dalam penelitian ini peneliti terhadap kehidupannya. Individu dengan
juga memperhatikan budaya setempat. self efficacy yang tinggi memiliki keyakinan
Peneliti memberikan intervensi pendidikan akan kemampuan yang dimiliki, sehingga
kesehatan dengan menggunakan bahasa memiliki motivasi untuk belajar terhadap
lokal sehingga informasi yang diterima lebih sesuatu hal yang berpengaruh terhadap
mudah dipahami oleh pasien.Hal ini juga kehidupannya. Self efficacy berpengaruh
mendorong keaktifan dari pasien DM dalam terhadap pengetahuan pasien DM, dimana
bertanya. Untuk membantu efektivitas individu yang memiliki self efficacy yang
proses pembelajaran, peneliti menggunakan tinggi atau positif memiliki keyakinan
alat bantu LCD, leaflet dan pengeras suara . akan kemampuan yang dimiliki sehingga
Hal ini sangat membantu dalam merangsang memiliki motivasi untuk belajar mengenai
proses kognitif, afektif dan psikomotor pada manajemen penyakit DM yang berdampak
pasien DM. pada meningkatnya pengetahuan
.Pernyataan ini didukung oleh Nola J Pender
Dari hasil penelitian ini menunjukkan
dalam teori keperawatan “Health Promotion
bahwa intervensi pendidikan kesehatan
Model” yang menyatakan bahwa salah
dengan memperhatikan latar belakang
satu faktor yang mempengaruhi seseorang
sosial budaya dan kesiapan pasien dalam
dalam meningkatkan perilaku kesehatan
menerima pendidikan yang diberikan
(pengetahuan) adalah self efficacy, dimana
berpengaruh terhadap pengetahuan pasien
self efficacy yang tinggi mendorong seseorang
tentang DM. Hasil penelitian ini didukung
untuk memiliki komitmen terhadap
oleh penelitian yang dilakukan oleh Taha,
perencanan tindakan untuk meningkatkan
Zaton, & Elaziz (2016) terhadap 50 pasien DM
pengetahuan.
tipe 2, dengan judul Impact of health education
guidelines on the knowledge and self manajement
(2) Sikap
practice and self efficacy of patients with type 2
diabetes. Hasil penelitiannya menunjukkan Berdasarkan uji paired sample test
bahwa dari hasil uji multipel regresi linear pada tabel 3.5, terdapat perbedaan sikap
terdapat pengaruh intervensi pendidikan sebelum dan sesudah intervensi pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan pada kesehatan dengan p value 0.000.Walgito
pasien DM dengan p value <0.001. (2001) dalam Saam& Wahyuni (2014)
Berdasarkan uji signifikansi menyatakan bahwa pembentukan sikap
parameter individual (Uji Statistik t) seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor
padatabel 3.6, self efficacyjuga berpengaruh yaitu baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal seperti keadaan
118 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 2, Desember 2016

fisiologis, emosi, motif, minat dan asek- 180 pasien DM di beberapa rumah sakit di
aspek psikologis lainnya. Faktor eksternal kota Srinagar dengan judul “self efficacy and
seperti pengalaman, norma-norma nilai dan proaktive attitude among patients with diabetes”.
pendidikan. Intervensi pendidikan kesehatan Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
merupakan salah satu faktor eskternal yang terdapat hubungan yang signifikann antara
mempengaruhi sikap pada pasien DM. self efficacy dengan sikap yang proaktif pada
Intervensi pendidikan kesehatan mengenai pasien DM dengan p value 0.01
DM telah meningkatkan pengetahuan pada
pasien DM sehingga berpengaruh terhadap (3) Pola makan
sikap positif pasien terhadap DM . Hasil
Berdasarkan uji signifikansi parameter
penelitian ini didukung oleh penelitian
individual (Uji Statistik t) pada tabel 3.6,
yang dilakukan oleh Beiranvand, Fayazi, &
terdapat pengaruh intervensi pendidikan
Asadizaker (2015) terhadap 69 pasien DM
kesehatan terhadap pola makan pada pasien
di Iran, dengan Judul “ Effect of Education
DM (p value 0.000 <0.05). Dari hasil ujibeda
Programs on the Knowledge, Attitude, and
paired sampel test pada tabel 3.5 terdapat
Practice of Foot Care in Patients With Diabetes”.
perbedaan pola makan sebelum dan sesudah
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
intervensi pendidikan kesehatan (p value
dari hasil uji paired sample test terdapat 0.000 <0.05). Berdasarkan uji independent
perbedaansikap sebelum dan sesudah sampel test pada tabel 3.5, terdapat
intervensi pendidikan dengan p value 0.001 perbedaan yang signifikan pola makan pada
Faktor lain yang berpengaruh terhadap kelompok intervensi pendidikan kesehatan
sikap adalah self efficacy. Berdasarkan uji dan kontrol dengan p value 0.000 <0.05.
signifikansi parameter individual (Uji Dari hasil analisis univariat pada tabel 3.3,
Statistik t) pada tabel 3.6, terdapat pengaruh meanpola makan pada kelompok intervensi
self efficacy terhadap sikap pasien terhadap pendidikan kesehatan lebih tinggi dari
DM (p value 0.000 <0.05).Tingkat self efficacy kelompok kontrol. Pola makan (general diet
individu sangat berpengaruh terhadap sikap. :mean 6.18; 2.72 , specific diet : mean 5.92; 3.98).
Menurut Bandura (1994) dalam Mishali, Pola makan atau diet sangat
Omer &Heyman (2015), individu yang diperlukan oleh pasien DM untuk dapat
memiliki self efficacy yang tinggi diyakini mengontrol gula darah dalam batas normal
memiliki sikap yang positif dibandingkan dan mengurangi risiko komplikasi (Hinkle,
dengan individu yang memiliki self efficacy 2014).Pengaturan makanan yang sehat
yang rendah. Individu dengan self efficacy pada pasien dengan DM telah terbukti
yang tinggi secara umum berpendapat menunjukkan adanya manfaat pada pasien
bahwa mereka dapat mengontrol DM yang meliputi pengontrolan glikemik
kehidupannya dan tindakan serta keputusan dan lipid, pengaturan tekanan darah dan
yang diambil membentuk kehidupannya. berat badan. AADE (2009) menyakini bahwa
Sedangkan individu dengan self efficacy yang perlu dilakukan pengkajian mengenai
rendah memandang kehidupannya sebagai kebiasaan dan kecenderungan pemilihan
sesuata yang diluar dirinya (Najar, 2013). makanan pada pasien DM, karena tidak
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian ada satu rekomendasi nutrisi yang dapat
yang dilakukan oleh Najar (2013) terhadap digunakan untuk semua pasien dengan DM.
Ningsih, Pengaruh Intervensi Pendidikan Kesehatan dan … (hlm. 107-125) 119

Sebelum diberikan intervensi terhadap pola makan pasien. Dari hasil


pendidikan kesehatan mengenai diet pada evaluasi, kelompok intervensi pendidikan
pasien DM, peneliti mengkaji riwayat pola kesehatan mengalami peningkatan mean
makan untuk mengidentifikasi kebiasan pola makan yang baik dalam 7 hari ( general
makan dan budaya pola makan pada pasien diet : mean 3.24 ;6.18, specific diet : mean 3.87
DM. Dari hasil pengkajian, sebagian besar ; 5,92). Hal ini membuktikan bahwa setelah
responden dalam kelompok intervensi sudah diberikan intervensi pendidikan kesehatan,
mematuhi aturan makan yang sehat yang pasien DM memiliki pengetahuan mengenai
terdiri dari karbohirat, protein, lemak, buah diet yang tepat dan melakukan perubahan
dan sayuran, namun secara kuantitas atau perilaku terhadap pola makan yang lebih
jumlah belum tepat. Kebanyakan responden baik.
mengkonsumsi jumlah karbohidrat lebih
banyak dari ukuran yang seharusnya.Selain (4) Aktivitas fisik
itu beberapa responden tidak memiliki
Berdasarkan uji signifikansi parameter
kebiasaan makan teratur setiap hari.Faktor
individual (Uji Statistik t) pada tabel 3.6,
budaya juga turut mempengaruhi kebiasaan
terdapat pengaruh intervensi pendidikan
pola makan. Di kabupaten Manggarai
kesehatan terhadap aktivitas fisik pada
pada bulan-bulan tertentu banyak upacara-
pasien DM (p value 0.000 <0.05). Dari
upacara yang berlangsung dalam waktu
hasil ujibeda paired sampel test pada tabel
yang bersamaan yang membuat pasien DM
3.5 terdapat perbedaan aktivitas fisik
tidak taat terhadap dietnya .Dalam upacara-
sebelum dan sesudah intervensi pendidikan
upacara itu berbagai jenis makanan yang
kesehatan (p value 0.000 <0.05). Berdasarkan
mengandung karbohidrat, protein dan
uji independent sampel test pada tabel 3.5 ,
lemak yang disajikan secara bersamaan
terdapat perbedaan yang signifikan aktivitas
dan kecendrungan masyarakat memilih
fisik pada kelompok intervensi pendidikan
lebih dari satu jenis karbohidrat (nasi + mie)
kesehatan dan kontrol dengan p value 0.000
dan makanan yang mengandung lemak
<0.05. Berdasarkan hasil analisis univariat
(daging babi dengan berbagai jenis olahan),
pada tabel 3.3, mean aktivitas fisik pada
sedangkan pemilihan terhadap sayur hanya
kelompok intervensi pendidikan kesehatan
sedikit.
lebih tinggi dari kelompok kontrol (mean
Setelah mengetahui kebiasaan pola 5.84; 3.30 )
makan dan budaya pola makan pada
Aktivitas fisik merupakan manajemen
pasien DM, peneliti kemudian mendorong
penyakit DM yang sangat penting yang
pasien untuk memiliki komitmen terhadap
berpengaruh terhadap kadar gula darah
pengaturan pola makan yang baik.
dan mengurangi risiko penyakit jantung
Peneliti kemudian memberikan intervensi
dan pembuluh darah. Aktivitas fisik
pendidikan kesehatan yang mencakup
yang teratur dapat memperbaiki kontrol
tujuan pengaturan makanan, panduan
glikemik, mengurangi risiko komplikasi
diet sederhana, makanan seimbang untuk
mikrovaskuler dan makrovaskuler,
diabetes, jadwal makan, pengukuran porsi
meningkatkan sensitivitas insulin,
makan dan tips pengaturan makanan. Pada
mengurangi stres dan depresi serta
minggu ke -5 peneliti melakukan evaluasi
120 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 2, Desember 2016

pengaturan berat badan (AADE, 2009). (5) Pemeriksaan gula darah


Sebelum intervensi pendidikan kesehatan
mengenai aktivitas fisik, peneliti melakukan Berdasarkan uji signifikansi parameter
pengkajian terhadap kebiasaan aktivitas individual (Uji Statistik t) pada tabel 5.27,
fisik yang dilakukan pasien DM. Dari hasil terdapat pengaruh intervensi pendidikan
pengkajian hampir sebagian besar pasien kesehatan terhadap pemeriksaan gula
DM yang termasuk kelompok intervensi pada pasien DM (p value 0.000 <0.05). Dari
sudah melakukan aktivitas sehari-hari yang hasil uji beda paired sampel test pada tabel
ekstra yaitu aktivitas yang lebih banyak 5.18 terdapat perbedaan pemeriksaan
bergerak dari aktivitas normal seperti gula sebelum dan sesudah intervensi
bekerja dikebun, namun belum pernah pendidikan kesehatan (p value 0.000 <0.05).
melakukan akitivitas fisik yang sesuai Berdasarkan uji independent sampel test
dengan syarat aktivitas fisik pada pasien DM pada tabel 5.20, terdapat perbedaan yang
yaitu CRIPE (Continuous, Rhythmic, Interval, signifikan pemeriksaan gula darah pada
Progressive, Endurance).Melalui intervensi kelompok intervensi pendidikan kesehatan
pendidikan kesehatan, peneliti menjelaskan dan kontrol dengan p value 0.000 <0.05. Dari
pentingnya aktivitas fisik bagi pasien DM, hasil analisis univariat pada tabel 5.12, mean
syarat aktivitas fisik dan manfaat aktivitas pemeriksaan gula darah pada kelompok
fisik yang dilakukan secara teratur untuk intervensi pendidikan kesehatan lebih tinggi
merangsang kerja jantung dan paru-paru. dari kelompok kontrol (mean 2.53: 0.69 ).

Aktivitas Fisik yang dianjurkan Pemeriksaan gula darah merupakan


pada pasien DM harus memenuhi syarat salah satu perubahan perilaku yang
CRIPE (Continuous, Rhythmic, Interval, diharapakan setelah diberikan intervensi
Progressive, Endurance) (PERKENI, 2011). pendidikan kesehatan. Pemeriksaan gula
Peneliti menawarkan beberapa aktivitas darah sangat membantu dalam strategi
yang memenuhi syarat CRIPE seperti jalan, manajemen glikemik dan pengambilan
jogging dan bersepeda.Hampir sebagian keputusan pada pasien DM. Pemeriksaan
besar responden memilih aktivitas jalan gula darah yang dilakukan secara mandiri
pagi selama 30 menit.Setelah mengetahui maupun oleh petugas kesehatan dapat
manfaat dari aktivitas fisik, pasien yang meningkatkan pemahaman, aktivitas fisik
tergabung dalam kelomok intervensi dan pengobatan terhadap kadar gula darah
mempunyai komitmen untuk melakukan (AADE, 2009, p.13). Pada penelitian ini,
aktivitas jalan pagi selama 30 menit. Hal ini sebelum diberikan intervensi pendidikan
terlihat dari mean aktivitas fisik dalam 7 hari kesehatan, pasien DM yang tergabung dalam
sebelum dan sesudah intervensi pendidikan kelompok intervensi memiliki kebiasan
kesehatan mengalami peningkatan (mean melakukan pemeriksaan gula darah satu
2.81 ; 5.84). Data ini didukung oleh hasil bulan sekali di kelompok PROLANIS.
obeservasi dan wawancara peneliti terhadap Pada saat memberikan intervensi
keluarga pasien dimana pasien melakukan pendidikan kesehatan, peneliti memberikan
akitivitas fisik jalan pagi selama 30 menit penekanan tentang pentingnya mengetahui
setelah diberikan intervensi pendidikan kadar gula darah dan kondisi-kondisi
kesehatan. yang mewajibkan pasien utuk melakukan
Ningsih, Pengaruh Intervensi Pendidikan Kesehatan dan … (hlm. 107-125) 121

pemeriksaan gula darah. Kondisi –kondisi mempunyai kebiasan mencuci kaki setiap
tersebut seperti pada saat mengalami hari.Namun, beberapa hal yang belum
hiperglikemia dan hipoglikemia.Selain itu dilakukan seperti kebiasaan memeriksa kaki
jika mengkonsumsi obat antidiabetik oral setiap hari, memeriksa sepatu bagian dalam
yang dikombinasi dengan injeksi insulin. sebelum digunakan serta menggunakan alas
Peneliti juga memberikan kesempatan kaki saat beraktivitas.Intervensi pendidikan
kepada responden selama penelitian dapat yang diberikan pada penelitian ini adalah
menghubungi peneliti jika ingin melakukan tujuan perawatan kaki, langkah- langkah
pemeriksaan gula darah. Hal ini terlihat dari perawatan kaki dan senam kaki.Pada
mean hasil pemeriksaan gula darah dalam 7 intervensi pendidikan kesehatan, peneliti
hari pada tabel 3.3 (mean 1.33 ;2.53) terjadi juga menekankan pentingnya menggunakan
peningkatan, walaupun hanya sedikit. alas kaki pada pasien DM, karena beberapa
pasien DM sering tidak menggunakan alas
Menurut peneliti, hal ini terjadi karena
kaki saat mereka beraktivitas, khususnya
sebanyak 21 responden (38.2 % ) dengan
saat ke kebun. Dengan mengetahui
pendapatan rendah (< 1.000.000/bulan) yang
pentingnya perawatan kaki dan hal-hal
tidak memungkinkan untuk melakukan
yang harus diperhatikan, pasien DM yang
pemeriksaan gula darah setiap hari.
termasuk dalam kelompok intervensi
(6) Perawatan kaki memiliki komitmen untuk melakukan
perawatan kaki setiap hari antara lain
Berdasarkan uji signifikansi parameter mencuci kaki, memeriksaa kaki setiap hari ,
individual (Uji Statistik t) pada tabel 3.6, mengenakan alas kaki saat berkativitas dan
terdapat pengaruh intervensi pendidikan memakai sepatu yang sesuai dengan ukuran.
kesehatan terhadap perawatan kaki pada Hal ini terlihat dari mean pemeriksaan kaki
pasien DM (p value 0.000 <0.05). Dari hasil uji sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
beda paired sampel test pada tabel 3.5 terdapat mengalami peningkatan (mean 2,85 ; 5.45).
perbedaan perawatan kaki sebelum dan Menurut Ernawati (2014), beberap
sesudah intervensi pendidikan kesehatan (p faktor yang mempengaruhi perawatan
value 0.000 <0.05). Berdasarkan uji independent kaki adalah pengetahuan pasien tentang
sampel test pada tabel 3.5, terdapat perbedaan perawatan kaki, kemampuan perawatan
yang signifikan perawatan kaki pada kaki dan kemampuan mengidentifikasi
kelompok intervensi pendidikan kesehatan masalah pada kaki. Pasien yang termasuk
dan kontrol dengan p value 0.000 <0.05. dalam kelompok intervensi telah memiliki
Perawatan kaki merupakan perilaku yang pengetahuan mengenai perawatan kaki
efektif untuk mengurangi risiko terjadinya sehingga dapat melakukan perawatan
gangren diabetikum, memperbaiki sirkulasi kaki secara mandiri. Sedangkan pasien
darah dan mencegah kelainan bentuk kaki yang termasuk dalam kelompok kontrol
(AADE, 2009, p.14; Ernawati 2013). tidak memiliki pengetahuan mengenai
perawatan kaki sehingga tidak mampu
Sebelum intervensi pendidikan
melakukan perawatan kaki secara mandiri.
kesehatan, peneliti mengkaji kebiasan
Hal ini terlihat dari perbedaan rata-rata
perawatan kaki pada pasien DM. Dari hasil perawatan kaki pada kelompok intervensi
pengkajian sebagian besar pasien DM telah dan kelompok kontrol (mean 5.45 : 2.63)
122 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 2, Desember 2016

(7) Merokok (8) Gula Darah Sewaktu (GDS)

Dari hasil uji Mann Whitney pada Berdasarkan uji signifikansi parameter
tabel 3.5, tidak terdapat perbedaan individual (Uji Statistik t) pada tabel 3.6,
kebiasaan merokok pada kelompok terdapat pengaruh intervensi pendidikan
intervensi pendidikan kesehatan dan kesehatan terhadap kadar gula darah
kontrol dengan p value 0.485 > 0.05 Hasil sewaktu pada pasien DM dengan p value 0.027
penelitian ini juga didukung oleh penelitian < 0.05). Dari uji paired samples test terdapat
yang dilakukan oleh Shackibazadeh, perbedaan kadar gula darah sewaktu pada
Bartholomew, Rashidian, & Larijani, (2015) pasien DM sebelum dan sesudah intervensi
dimana pendidikan self manajement tidak pendidikan kesehatan dengan p value 0.000.
berpengaruh terhadap kebiasaan merokok Berdasarkan uji independent sampel test
pada pasien DM (p value 0.10 >0.05) pada tabel 3.5, terdapat perbedaan yang
signifikan kadar gula darah sewaktu pada
Pasien DM yang memiliki kebiasaan
kelompok intervensi pendidikan kesehatan
merokok memiliki risiko lebih besar
dan kelompok kontrol, dengan p value 0.029
terjadinya komplikasi mikrovaskuler
<0.05. Dari analisis univariat mean kadar gula
dan makrovaskuler. Sejumlah studi
darah sewaktu pada kelompok kontrol lebih
eksperimental dan klinik berpendapat
tinggi dari pada kelompok intervensi setelah
bahwa merokok mengurangi sensitivitas
intervensi pendidikan kesehatan (mean 231;
terhadap insulin sehingga terjadi gangguan
119). Hasil penelitian ini didukung oleh
metabolisme glukosa dan lipid yang
penelitian yang dilakukan oleh Chao (2012)
berdampak pada kondisi hiperglikemia dan
terhadap 500 pasien DM tipe 2 di Taiwan
dyslipidemia (Xie, Liu, & Wu, 2009). Menurut
dengan judul “Cluster randomised controlled
Victoria & Kremers (2006), beberapa faktor
trial : Education self-care intervention with
yang mempengaruhi kebiasan merokok
older Taiwanese patients with type 2 diabetes
antara lain, faktor prilaku, faktor psikologi,
mellitus impact on blood gucose levels and
faktor biologi faktor sosial budaya dan
diabetic complication. Hasil penelitiannya
pengetahuan. Pada penelitian ini, peneliti
menunjukkan bahwa dari hasil regresi
hanya fokus pada intervensi pendidikan
logistik multivariat terdapat pengaruh
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan
intervensi pendidikan self care terhadap
pasien mengenai dampak dari merokok.
perubahan kadar gula darah pada pasie DM
Peneliti belum melakukan pengkajian
tipe 2 dengan p value 0.002 <0.05.
terlebih dahulu terhadap faktor-faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebiasaan Menurut American Association of
merokok seperti faktor perilaku, faktor Diabetes Eduator (2014), pendidikan yang
psikologi, faktor biologi dan faktor sosial diberikan pada pasien berfokus pada pasien
budaya. Oleh karena itu pada penelitian ini untuk memfasilitas perubahan perilaku.
tidak ada pengaruh intervensi pendidikan Perubahan perilaku mencakup diet yang
kesehatan terhadap kebiasan merokok, sehat, aktivitas fisik, pemeriksaan gula
karena ada faktor lain yang mempengaruhi darah, ketaatan pengobatan, pemecahan
kebiasaan merokok yang tidak dikutsertakan masalah, mengurangi risiko kompilkasi.
dalam penelitian . Perubahan perilaku akan berdampak pada
Ningsih, Pengaruh Intervensi Pendidikan Kesehatan dan … (hlm. 107-125) 123

perbaikan kesehatan individu secara klinik korelasi yang signifikan antara self efficaccy
(tekanan darah , lipid, berat badan dan dengan diet dan aktivitasi fisik dengan nilai
kontrol glikemik dalam batas normal. korelasi Pearson 0,5 dan 0,67.
Dalam penelitian ini, intervensi pendidikan
Self efficacy sangat penting dalam
kesehatan yang diberikan telah berfokus
manajemen penyakit DM. Individu dengan
terhadap perubahan perilaku (diet,
self efficacy yang tinggi memiliki keyakinanan
aktivitas fisik, pemeriksaan gula darah dan
akan kemampuan yang dimilikinya yang
perawatan kaki). Responden yang termasuk
berpengaruh terhadap pemilihan perilaku.
dalam kelompok intervensi pendidikan
Self efficacy berpengaruh terhadap fungsi
kesehatan telah melakukan manajemen diri
manusia melalui beberapa cara antara lain
yang baik meliputi terapi nutrisi, aktivitas
pemilihan terhadap perilaku, pola pikir dan
fisik dan pemeriksaan gula darah sehingga
respon, ide atau gagasan. Individu dengan
berdampak pada kontrol glikemik dalam
selfefficacy yang rendah secara umum
batas normal.
memiliki kecendrungan mengghindari
Berdasarkan uji signifikansi tugas, sementara individu dengan self efficacy
parameter individual (Uji Statistik t) yang tinggi biasanya melaksanakan tugas
pada tabel 5.27 terdapat pengaruh self yang mempengaruhi kehidupannya.Selain
efficacyterhadap diet (p value 0.000 <0.05), itu individu dengan self efficacy yang tinggi
aktivitas fisik (p value 0.002 < 0.05) , menggunakan seluruh kemampuannya
pemeriksaan gula darah (p value 0.000<0.05 untuk melaksanakan tugas dan bertahan
) dan perawatan kaki ( p value 0.000< 0.05). lebih lama dibandingkan dengan individu
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang memiliki self efficacy yang rendah.
yang dilakukan oleh Sarkar, Lawrence, & Individu dengan self efficacy yang rendah
Schillinger (2006) terhadap 408 pasien DM memandang tugas sebagai sesuatu yang
di rumah sakit umun San Fransisco, dengan sulit untuk dikerjakan sehingga tidak
judul “Is Self-Efficay Associated with Diabetes bertahan dalam melaksanakan tugas.
Self Manajement Across Race/Ethnicity Hal ini disebabkan karena perencanaan
and Health Literacy. Hasil Penelitiannya tugas yang buruk sehingga meningkatkan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan stres. Sementara individu yang self efficacy
self efficacy terhadap diet, aktivitas fisik, tinggi akan menghadapi segala rintangan
pemeriksaan gula darah dan perawatan kaki yang berkaitan dengan tugas yang dapat
dengan p value <0.001. mempengaruhi kehidupannya (Najar, 2013)

Menurut Mishali, Omer, & Heyman Dalam penelitian ini sebagian besar
(2011) selfefficacy, memiliki hubungan kelompok intervensi pendidikan kesehatan
terhadap aktivitas, diet dan tingkat HbA1C memiliki self efficacy yang tinggi yaitu
pada pasien DM. Berdasarkan penelitiannya sebanyak 34 responden (61.8), sedangakan
untuk mengukur self eficaccy pada 119 pasien kelompok kontrol sebanyak 11 responden
DM terhadap monitoring diri gula darah, (61.6 %) memiliki self efficacy yang rendah.
latihan, diet dan ketaatan pengobatan Menurut Mishali, Omer & Heyman
ditemukan korelasi yang signifikan (2011), self efficacy yang meningkat dapat
berdasarkan korelasi Pearson yaitu adanya meningkatkan ketaatan individu terhadap
124 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 2, Desember 2016

regimen pengobatan penyakit kronik. Hal melibatkan keluarga dapat memotivasi


ini sesuai dengan hasil penelitian dimana pasien DM dalam manajemen penyakit DM
self efficacy sangat berpngaruh terhadap dan perubahan perilaku kesehatan
ketaatan pasien DM dalam melakukan diet
yang tepat, aktivitas fisik pemeriksaan gula DAFTAR RUJUKAN
darah dan perawatan kaki.
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their
KESIMPULAN Work (8nd ed.).St. Louis: Elsevier.
American Association of Diabetes Educator /
Distribusi responden dengan diabetes AADE .(Desember2014). AADE7tm
Self care Behavior. Diakses dari https://
mellitus pada penelitian ini adalah 37.0 %
www.diabeteseducator.org/docs/
usia 56-65 tahun, 54.8 % berjenis kelamin default source/legacydocs/ _resources/
wanita, 45 % bekerja sebagai petani dengan pdf/ publications /aade7position_
penghasilan < 1.000.000, 34.2% pendidikan statement_final.pdf?sfvrsn=4.
terakhir SMA, 47.9 % memiliki IMT Diperoleh 10 Agustus 2015
normal, 63 % menderita DM ≥ 1 tahun dan Diabetes Educator.(2009).AADE Guidelines
60.3 % mengkonsumsi obat antidiabetik. for the Practice of Diabetes Self-
Intervensi pendidikan kesehatan dan self Management Education and Training
(DSME/T).Diakses dari http://
efficacy berpengaruh terhadap perubahan
medicine.emory.edu/documents/
perilaku kesehatan (pengetahuan, pola endocrinology-diabetes-aadep-
makan, aktivitas fisik, pemeriksaan gula practiceguidelines2009.pdf. Diperoleh
darah, perawatan kaki) dengan p value 10 September 2015
<0.05. Intervensi pendidikan kesehatan American Diabetes Association.(2011). Standards
berpengaruh terhadap kadar gula darah of medical care in diabetes─2011.
sewaktu, p value 0.027. Terdapat perbedaan Diabetes Care,34,S11-S61. Diaksesdari
pengetahuan,sikap, pola makan, aktivitas file:///C:/Users/acer/Downloads/ADA_
2011 _DM_guidelines\.pdf. Diperoleh
fisik, pemeriksaan gula darah, perawatan
29 Desember 2015
kaki dan kadar gula darah sewaktu sebelum
Beckerle, C. M., & Lavin, M. A. (2013). Association
dan sesudah intervensi dengan p value
of Self Efficacy and Self-Care With
0.000. Terdapat perbedaan pengetahuan, Glycemic Control in Diabetes . Diabetes
pola makan, aktivitas fisik, pemeriksaan Spectrum , 26 (3), 172-178.
gula darah,perawatan kaki dan kadar Beiranvand, S., Fayazi, S., & Asadizaker, M.
gula darah sewaktu pada kelompok (2015). Effect of Education Program on the
intervensi dan kontrol dengan p value < Knowledge, Attitude, and Practice of Foot
0.05. Pendidikan kesehatan harus terencana, Care in Patients With Diabetic . Iranian
terarah, berkelanjutan serta berfokus : http://creativecommons.org/licenses/
by-nc/4.0. Diakses tanggal 06 Juli 2016.
pada perubahan perilaku dan menjadi
kegiatan rutin di puskesmas (PROLANIS). Beyazit, E., & Mollaouglu, M. (2009). Influence of
diabetic education on patient metabolic
Disarankan agar dilakukan pembentukan
control. Nursing Research , 183-190.
peer group khusus DM, dukungan petugas
Chao, Y. H., Kim, U., Buetther, P. G.,& Colin, H.
kesehatan melalui kunjungan rumah dan
(2014). Cluster randomised controlled
pemberian pendidikan kesehatan dengan
Ningsih, Pengaruh Intervensi Pendidikan Kesehatan dan … (hlm. 107-125) 125

trial: Educationalself-care intervention Najar, A. S. (2013). Self Efficacy and Proactive


with older Taiwanese patients with Attitude among Patients With Diabetes.
Type 2 diabetes mellitus -Impact Indian Journal of Health and Wellbeing,
on blood glucoselevels and diabetic 4(2), 333-338.
complications. collegian, 21, 45-51.
Norris, S. L., & Nichols, P. J. (2002). Increasing
Craven, R. F., & Hirnle, C. J. (2009). Fundamental Diabetes Self- Management Education
of nursing : Human health and function in Community setting. American Journal
(6th ed.). Philadelphia : Wolters Kluwer/ of Preventif Medicine, 22(48), 39-66
Lippincott Williams & Wilkins .
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi
Ekenpenyong, C. E. (2012). Gender and Age Indonesia).(2011). Pengelolaan dan
Specific Prevalence and Assocaition Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Risk Factors of Type 2 Daibetes Mellitus diIndonesia.
in UYO Metropolis, South Eastern
Saam, Z., & Wahyuni, S. (2014). Psikologi
Nigeria . Diabetologia Croatica , 17-28.
Keperawatan . Jakarta : Raja Grafindo
Ernawati. (2013). Penatalaksanaan Keperawatan Persada
Diabetes Mellitus Terpadu Dengan
Sarkar, U., Lawrence, F., & Schillinger, D. (2006).
Penerapan Teori Keperawatan Self Care
Is Self- Efficacy Associated with
Orem . Jakarta : Mitra Wacana Media.
Diabetes Self-Management Across
Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2014). Brunner & Race/Ethnicityand Health Literachy?
Suddarth’s textbook of medical-surgical Diabetes Care, 29(4), 823-829.
nursing (13th.ed). China : Wolters
Taha, N. M., Zaton, H. K., & Elaziz, N. A.
Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins
(2016). Impact of Health Educational
.
Guidelines on The Knowledge, Self
Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2010). Management Practice and Self effi cacy
Medical-surgical nursing : patient-centered of Patients with Type-2 Diabetes. Journal
collaborative care (6th ed.). St.Louis, of Nursing Educational and Practice, 6(9),
Missouri : Saunders/Elsevier. 46-55.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Toobert, D. J., Hampson, S. E., & Glasgow, R. E.
Diabetes mellitus penyebab kematian no (2000). The Summary of Diabetes Self-
6 di dunia: Kemenkes tawarkan solusi Care Activities Measure . Diabeter Care
cerdik melalui POSBIND. Diakses dari , 943-950.
http://www.depkes.go.id/article/
WHO.(2015).Factand Figures About Diabetes.
view/2383/diabetes-melitus-penyebab-
Diaksesdarihttp:// www.who.int
kematiannomor-6-di-dunia-kemenkes-
diabetes /facts/en/. Diakses 7Oktober
tawarkan-solusi-cerdikmelalui Diakses 2015
7 Oktober 2015
Victoria, P., & Kremers, S. P. (2006). Psychosocial
Lewis, S. L. (2011). Medical-surgical nursing: factors related with smoking behavior
assesment and management of clinical ini portuguese adolescents. Europan
problem (8th ed.). St.Louis, Missouri : Journal of Cancer Prevenstion, 15(6), 531-
Elsevier/Mosby. 540.
Mishali, M., Omer, H., & Heyman, A. D. (2011). Xie, X.-t., Liu, Q., & Wu, J. (2009). Impact
The Importance of Measuring self- Cigarrate smoking in type 2 diabetes.
efficacy patients with diabetes . Family Acta Pharmacologica Sinica, 784-787.
Pratice , 28, 82-87.

You might also like