Professional Documents
Culture Documents
Perencanaan Pltu Biomassa Berbahan Bakar Tanaman Kaliandra Merah Di Kalimantan Timur
Perencanaan Pltu Biomassa Berbahan Bakar Tanaman Kaliandra Merah Di Kalimantan Timur
Perencanaan Pltu Biomassa Berbahan Bakar Tanaman Kaliandra Merah Di Kalimantan Timur
Abstract
The use of wood as an energy source for biomass-fueled electricity generation is one alternative for the
implementation of new and renewable energy. A company in Samarinda has a plan to build Biomass
Power Plant to supply the electricity demand of the pellet mill and sell electricity to PT. PLN for the next
step. The raw material for the pellet mill and the PLTBm fuel is Caliandra Callothyrsus, which is planted in
two different production forest locations. Electric energy for pellet plants is supplied from 1 x 7 MW
Biomass Power Plant built adjacent to the pellet plant. PLTBm uses a local stoker boiler to reduce
investment costs and operating costs. Electricity sales to the grid network of PT. PLN is experiencing
difficulties, because the Mahakam System condition has enough reserve margins, due to the fast track
program, so that the construction of new plants is no longer needed at this time in the Mahakam System,
East Kalimantan. This paper discusses the review and analysis of the sustainability of biomass fuel
supply, including the area of calliandra plantations, transportation routes, heat and mass balance of
biomass power plant and evaluation of the current PLN regulations, also carried out. Based on the study
result, biomass power plant has difficulties to sell the generated electricity due to the low selling price of
electricity and sufficient reserve margin of Mahakam system. So that, in the economic assessment, IRR
(Internal Rate Return) is not used. The difference between the biomass power plant production costs and
the cost of purchasing electricity to PT. PLN in the same power is implemented to analyses the feasibility
of the biomass power plant development. As a result, a high reserve margins and a high reliability of
Mahakam electrical system, the construction of the biomass power plant requires further evaluation,
considering that the development benefits achieved from the difference in costs are very small.
Abstrak
Pemanfaatan kayu sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik berbahan bakar biomassa
merupakan salah satu alternative implementasi energi baru dan terbarukan. Studi ini dilakukan untuk
melihat prospek pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) untuk mensuplai
kebutuhan listrik pabrik pelet dan menjual listrik ke PT. PLN pada tahap selanjutnya. Bahan baku
pabrik pelet dan bahan bakar PLTBm berasal dari tanaman kaliandra merah (Caliandra Callothyrsus),
yang ditanam di dua lokasi hutan produksi yang berbeda. Energi listrik untuk pabrik pelet disuplai dari
PLTBm 1 x 7 MW yang dibangun berdekatan dengan pabrik pelet. PLTBm menggunakan stoker boiler
local untuk menekan biaya investasi dan biaya operasi. Listrik yang dibangkitkan akan dijual ke
jaringan grid PT. PLN mengalami kesulitan dikarenakan kondisi sistem Mahakam telah mempunyai
reserve margin yang mencukupi, akibat fast track program (program percepatan pembangunan),
sehingga pembangunan pembangkit baru tidak dibutuhkan lagi saat ini di Sistem Mahakam,
Kalimantan Timur. Makalah ini membahas tinjauan serta analisis terhadap keberlanjutan suplai bahan
bakar biomassa, meliputi luas perkebunan kaliandra, rute transprotasi, heat and mass balance dari
PLTBm serta evaluasi terhadap aturan PLN yang berlaku saat ini. Dari hasil studi, PLTBm tidak bisa
menjual listrik dikarenakan rendahnya harga jual listrik dan reserve margin yang telah mencukupi,
sehingga penilaian keekonomian tidak menggunakan IRR (Internal Rate Return), tetapi memakai
selisih antara biaya produksi PLTBm dengan biaya pembelian listrik ke PT. PLN pada daya yang sama.
Dari hasil analisis diketahui bahwa dengan meningkatnya reserve margin dan keandalan suplai sistem
kelistrikan Mahakam, pembangunan PLTBm membutuhkan evaluasi lebih lanjut, mengingat
keuntungan pembangunan yang dicapai dari selisih biaya tersebut sangat kecil.
32 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 14, No. 1, Juni 2018 Hlm. 31-36
Mahakam yang mensuplai 4 kota, yaitu
Balikpapan, Samarinda, Tenggarong dan Bontang,
dengan rasio suplai tertinggi, 48% ke kota
Samarinda. Dalam gambar jaringan eksisting 150
kV ditunjukkan dengan garis lurus merah, dan
jaringan yang masih dalam perencanaan garis
putus-putus warna kuning. Daya mampu sistem
Mahakam adalah 570,22 MW, dengan beban
puncak rata rata 398,52 MW. Beban puncak
tertinggi pernah tercapai pada 11 Oktober 2017,
pukul 19:00 adalah 417,23 MW. Dampak dari daya
mampu yang mencukupi ini, beberapa pem-
bangunan pembangkit listrik baru mengalami
penyesuaian jadwal pembangunan. Seperti
pengunduran rencana pembangunan PLTU Kaltim
dan PLTU Tanah Grogot, dari tahun 2017
diundurkan ke 2018. Kemudian PLTG Kaltim 4,
diundur dari tahun 2018 ke 2020, PLTU Kaltim
Embalut diundur dari tahun 2019 ke 2020 dan
PLTU Kaltim Bontang diundur dari tahun 2020 ke
2012, dan beberapa rencana pembangkit lainnya
diundurkan 3-4 tahun ke belakang.
34 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 14, No. 1, Juni 2018 Hlm. 31-36
MW x 8760 jam/thn x 85% = 45.268 MWh/thn. karena kekurangan suplai adalah tidak mungkin.
Kebutuhan kayu tersebut dapat dipenuhi dari dua Dari sisi PLN pembangunan PLTBm ini kurang
lokasi Batu Ampar dan Long Nah pada tahun ke-3 menarik, karena sistem Mahakam telah kelebihan
dimana produksi sudah mencapai 70.546 kton/thn. daya 172 MW (atau kelebihan 43% terhadap
eksitung daya). Dari segi pemilik/pengembang
PLTBm, karena penjualan listrik ke PT. PLN tidak
memungkinkan, dengan alasan:
Ÿ karena sistem kelistrikan terdekat yaitu sistem
Mahakam memiliki reserve margin (cadangan
daya) yang mencukupi, sehingga PT. PLN
sudah tidak memerlukan suplai listrik dari IPP
lagi.
Ÿ harga jual listrik ke PT. PLN berdasarkan
(Permen ESDM: 1772 K/20/MEM/2018/2017 ) tidak
menguntungkan untuk energi terbarukan,
terutama biomasa, untuk daerah Indonesia
Barat. (Irhan:2018).
Gambar 4. Heat and mass balance PLTBm Maka keuntungan finansial yang didapat dari
pengoperasian PLTBm, adalah selisih antara
Stoker boiler berasal dari pabrikan lokal biaya pengoperasian PLTBm dengan biaya
sedangkan turbin dari pabrikan luar negeri. pembelian listrik ke PT. PLN dengan daya yang
Dengan menggunakan boiler lokal diharapkan nilai sama. Keuntungan ini dipakai sebagai pem-
TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) PLTBm banding secara finansial untuk menentukan
ini mencapai maksimal. Data investasi PLTBm kelayakan pembangunan PLTBm.
didapat langsung dari vendor lokal. Nilai investasi Dari tabel 4, biaya operasional PLTBm dalam
adalah Rp. 227.507.099.687 (atau USD satu tahun adalah total biaya tetap dan biaya
2.407,5/kW dengan kurs1 USD=Rp.13.500). Nilai variabel dibagi dengan jumlah listrik yang
ini masih dalam kisaran nilai investasi PLTBm dibangkitkan dalam satu tahun, yaitu Rp.
teknologi stoker boiler yang berkisar antara 1.880- 1.035/kWh (=Rp 47.175.785.160/ (6100 kWx 8760
4.260 USD/kW (IRENA:2012) dan masih lebih jamx 85%).
rendah dibanding nilai yang diajukan Kementerian Sedangkan biaya pembelian listrik dari PT. PLN
ESDM, yaitu 4.060 USD/kW (Pusat Data ESDM, 2017). pada golongan I-3/TM (Tegangan Menengah)
Perbedaan ini dikarenakan, semakin kecil dihitung dengan persamaan (1), (2) dan (3). Pada
kapasitas PLTBm maka nilai investasi akan perhitungan ini, diasumsikan pabrik pelet telah
meningkat (Irhan, 2011) (IRENA, 2012). menggunakan kapasitor, sehingga (daya reaktif)
Rincian biaya operasi PLTBm ditunjukkan kVar=0, karena faktor dayanya lebih besar dari
dalam Tabel 4. 0,85. Nilai k=1,4. Hasil perhitungan adalah seperti
di bawah.
Tabel 4. Biaya operasi PLTBm 7MW Biaya WBP = 4jam x 6100 kW x 85% x 1,4 x
Rp.1.035,78
= Rp. 25.731.303
Biaya LWBP = 20jam x 45.268 MW x 85% x
Rp.1.035,78
= Rp. 91.897.509
PPJ = 10%x Biaya (WBP+LWBP)
=10% x (25.731.303+91.897.509)
= Rp. 10.647
36 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 14, No. 1, Juni 2018 Hlm. 31-36