Perpaduan Serat Daun Nanas (Ananas Comosus) Dan Kitosan Sebagai Material Alat Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Marine Fisheries ISSN 2087-4235

Vol. 7, No. 2, November 2016


Hal: 149-159

PERPADUAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COMOSUS)


DAN KITOSAN SEBAGAI MATERIAL ALAT PENANGKAPAN IKAN
RAMAH LINGKUNGAN

Combination of Pineapple Leaf Fiber and Chitosan


for Eco-Friendly Fishing Gear Materials

Oleh:

Muth Mainnah1*, Diniah2, Budhi Hascaryo Iskandar2

1Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
2 Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

* Korespondensi: muthmainnah@yahoo.com

Diterima: 27 Mei 2016; Disetujui: 5 September 2016

ABSTRACT
The utilization of pineapple leaf materialfiber for an alternative fishing gear is a step of
development to create eco-friendly fishing gear material. The pineapple leaf fiber was observed
based on mechanical (breaking strength and elongation value) and physical characteristics (water
contents and specific weight) to learn about force of its fiber as natural material for the fishing gear.
There were two methods used in this study, such as concentrates factor and soaking time in
chitosan. Chitosan concentrates and soaking times in respectively were 1, 1.5, 2% and 15, 30, 45
minutes. The test of mechanical and physical characteristic had been done in Engineering and
Design of Wood Building Laboratory, Department of Engineering, Forest Product, Forestry Faculty,
Bogor Agricultural University, then for the breaking strength and elongation value used Universal
Testing Machine (UTM). The data were analyzed by Completely Randomize Factorial Design
(CRFD). The results showed that pineapple leaf fiber consist of 1.095% of water contents and
1.005 for specific weight. Statistical analysis proved that breaking strength value of pineapple leaf
fibers was affected by soaking time in chitosan. The best result of the breaking strength test was
when the fiber soaked in chitosan with concentrate 1 % during 45 minutes with amount of breaking
strength and elongation 34.84 kgf and 0.60 mm.
Keywords: breaking strength, chitosan, elongation, pineapple leaf fiber

ABSTRAK
Pemanfaatan serat daun nanas untuk bahan alat penangkapan ikan merupakan langkah
pengembangan material yang ramah lingkungan. Serat daun nanas tersebutdiamati berdasarkan
sifat fisis (kadar air dan berat jenis) dan mekanis (kekuatan putus dan kemuluran serat) yang
ditujukan untuk mengetahui kekuatan serat sebagai material alami untuk alat penangkapan ikan.
Metode yang digunakan terdiri dari dua faktor, yaitu faktor konsentrasi dan lama pencelupan dalam
kitosan. Konsentrasi kitosan yang digunakan yaitu 1, 1,5 dan 2% dan lama pencelupan dalam
kitosan 15, 30 dan 45 menit.Pengujian sifat fisis dan mekanis dilakukan di Laboratorium Rekayasa
dan Desain Bangunan Kayu, Departemen Teknik Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor, lalu untuk kekuatan putus dan kemuluran serat menggunakan Universal Testing
Machine (UTM). Data dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF). Hasil
menunjukan bahwa serat daun nanas memiliki kadar air dan berat jenis rata-rata 1,095% dan
1,005. Analisis statistik membuktikan bahwa terdapat pengaruh lama pencelupan serat di dalam
150 Marine Fisheries 7(2): 149-159 November 2016

kitosan terhadap kekuatan putus serat daun nanas, uji kekuatan putus dengan perlakuan terbaik
yang diberikan terhadap serat daun nanas, yaitu serat nanas yang direndam dalam kitosan 1%
selama 45 menit dengan nilai kekuatan putus sebesar 34,84 kgf dan kemuluran 0,60 mm.
Kata kunci: kekuatan putus, kitosan, kemuluran, serat daun nanas

PENDAHULUAN dan daerah subtropik, serta daerah yang ber-


iklim basah maupun kering (Setyawan et al.
Sebagian besar nelayan menggunakan 2012). Di daerah Subang terdapat perkebunan
material sintesis untuk bahan jaring dan tali te- nanas yang secara berkala menghasilkan lim-
mali pada alat penangkapan ikan yang mereka bah daun nanas. Sasaran pemanfaatan dari
gunakan. Ketika jaring rusak dan tali temali perkebunan tersebut hanyalah buah nanas,
putus pada saat alat tangkap dioperasikan, sementara bagian tumbuhan nanas lainnya,
nelayan seringkali langsung membuang po- seperti daunnya dibuang. Daun tanaman nanas
tongan jaring yang rusak atau tali temali yang mengandung banyak serat yang memiliki ba-
putus tersebut ke laut. Ini membuat penum- nyak manfaat.
pukan sampah plastik di laut semakin me-
ningkat. Indonesia menempati peringkat kedua Salah satu kekurangan serat alami
dengan produksi sampah plastik mencapai 3,2 adalah sangat mudah menyerap air dan rentan
juta ton, dimana jumlah sampah plastik di laut terhadap pembusukan. Oleh sebab itu, perlu
mencapai 1,29 juta ton. Dijelaskan dalam bahan pelapis serat, diantaranya kitosan
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia ke-5, (chitosan) yang berfungsi menghambat tum-
bahwa polimer material sintetis berbahan dasar buhnya bakteri yang menyebabkan pembusuk-
minyak bumi memiliki ikatan yang kompleks, an. Penggunaan kitosan dipilih karena kemam-
sehingga sulit terdegradasi secara biologis oleh puannya dalam menekan pertumbuhan bakteri,
bakteri. Penggunaan material sintesis pada alat kitosan memiliki polikation bermuatan positif
penangkapan ikan ini dapat memicu terjadinya yang mampu menghambat pertumbuhan bak-
penumpukan sampah plastik yang menyebab- teri dan kapang (Wardaniati 2008). Kurita
kan pencemaran lingkungan yang cukup serius. (2001) menambahkan bahwa kitosan mudah
Sehingga, perlu dilakukan kajian terhadap mengalami degradasi secara biologis, tidak
peluang penggunaan material alami yang lebih beracun, tidak larut dalam air dan hanya larut
mudah terdegradasi untuk meminimalisir oleh asam anorganik encer. Kitosan berasal
penggunaan serat sintesis. dari limbah perikanan yang mudah diperoleh
(Younes dan Rinaudo 2015), seperti dari limbah
Serat sintetis berbahan kimia untuk cangkang udang (Hargono et al. 2008; Purwanti
bahan baku alat penangkapan ikan yang 2014; Hossain dan Iqbal 2014), limbah
umumnya dipakai oleh nelayan antara lain cangkang kepiting (Trisnawati et al. 2013;
adalah polyamide, polyethylene danpolyvinyl Lesbani et al. 2011; Sakthivel et al. 2015; Arbia
chloride. Bahan-bahan tersebut berasal dari et al. 2013), maupun limbah cangkang kerang
plastik jenis low density polyethylene (LDPE), (Wahyuni et al. 2008).
yang juga sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari (Susilawati et al. 2011). Low density Penelitian mengenai serat alami untuk
polyethylene (LDPE) merupakan salah satu bahan alat penangkapan ikan pernah dilakukan
jenis plastik sintetik yang bersifat non-biodeg- oleh Nofrizal et al. (2008) yang memanfaatkan
radable atau tidak dapat terdegradasi oleh rumput teki (Fimbristylis sp.), linggi (Penicum
mikroorganisme, sehingga menyebabkan ma- sp.) dan sianik (Carex sp.) sebagai serat alami
salah lingkungan (Darni et al. 2013). Hal ini untuk material alat penangkapan ikan; Vanson
mendorong perlunya bahan alat tangkap yang et al. (2014) yang memanfaatkan tanaman
bersifat complementary dari serat sintetis eceng gondok (Eichhornia crassipes) untuk
berbahan kimia. material alat penangkapan ikan. Penelitian
mengenai serat daun nanas sebagai bahan alat
Serat alami memiliki banyak keunggulan, penangkapan ikan masih dianggap baru, kare-
diantaranya mudah diperoleh, tahan korosi dan na belum pernah dilakukan. Oleh karena itu,
ramah lingkungan (Azwar 2009). Serat alami penelitian-penelitian bahan alat penangkapan
mudah hancur oleh mikroorganisme sehingga ikan sejenisnya akan dijadikan masukan dalam
tidak membutuhkan waktu lama untuk terurai di membahas hasil penelitian ini.
alam. Penggunaan serat daun nanas merupa-
kan salah satu langkah pengembangan materi- Berdasarkan uraian di atas maka penulis
al bahan alat penangkapan ikan ramah lingku- terputus untuk meneliti mengenai pengaruh
ngan. Tumbuhan ini sangat luas penyebaran- pencelupan serat daun nanas (Ananas
nya, sehingga dapat ditemukan di daerah tropik comosus) di dalam kitosan terhadap kekuatan
Mainnah et al. – Perpaduan Serat Daun Nanas dan Kitosan Sebagai Material API Ramah Lingkungan 151

putus dan kemulurannya. Penelitian ini bertuju- Penjemuran


an untuk mengetahui kekuatan putus serat da- Penjemuran serat dilakukan dengan cara
un nanas (Ananas comosus) dan nilai kemu- digantung pada tali jemuran di bawah sinar
lurannya sebagai alternatif bahan alat penang- matahari selama kurang lebih dua jam (Gambar
kapan ikan yang ramah lingkungan. Selain itu, 1.b);
penelitian ini bertujuan untuk menentukan
pengaruh kitosan terhadap kekuatan putus dan Pemilinan sampel serat daun nanas
kemuluran serat daun nanas. berkitosan
Pemilinan serat daun nanas dilakukan
pada 60 helai serat dengan proses satu pilinan.
METODE Benang pilinan dari serat nanas disiapkan
Penelitian berlangsung selama 2 bulan, sepanjang 70-80 cm dengan diameter 0,04-
antara Januari–Februari 2016. Sampel yang 0,05 cm. Setelah dipilin, ukuran diameter serat
digunakan adalah tanaman nanas yang berasal menjadi 0,50-0,55 cm dengan panjang masing-
dari Kabupaten Subang, Jawa Barat. Adapun masing 25 cm. Serat nanas dipilin secara
metode yang digunakan dalam penelitian ini manual oleh pengrajin dengan arah pilinan S.
adalah metode ekperimen berupa data Benang berpilin dari serat daun nanas disimpan
kekuatan putus dan kemuluran serat daun di dalam plastik kecil yang telah diberi label
nanas berpilin. Bahan yang digunakan dalam sesuai perlakuan (Gambar 1.c);
penelitian ini meliputi, serat daun nanas
(Ananas comosus) berpilin sebagai bahan uji Penentuan kadar air dan berat jenis serat
dan larutan kitosan asetat konsentrasi 1%, a. Menentukan berat awal contoh uji serat
1,5% dan 2%. Peralatan yang digunakan dalam daun nanas sepanjang 1 cm dengan cara
penelitian ini meliputi, wadah plastik, pembung- ditimbang menggunakan timbangan digital;
kus plastik, kamera, alat pengukur panjang, alat b. Menentukan volume serat contoh uji dengan
pemotong bahan, mikroskop digital, gelas ki- memasukkan potongan serat ke dalam
mia, timbangan digital, oven listrik, desikator gelas kimia berisi air yang diletakkan di atas
dan universal Testing Machine (UTM) untuk timbangan digital dan telah dikalibrasi. Berat
mengukur kekuatan putus serat. serat setelah terendam merupakan volume
Penelitian dilakukan di Laboratorium Re- serat contoh uji. Perhitungannya berdasar-
kayasa dan Desain Bangunan Kayu, Departe- kan Hukum Archimedes, dimana sebuah
men Teknik Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, benda yang tercelup sebagian atau seluruh-
Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menguji nya ke dalam zat cair akan mengalami gaya
kekuatan putus serat. Prosedur penelitian seba- ke atas yang besarnya sama dengan berat
gai berikut: zat cair yang dipindahkannya; dan
c. Menentukan berat kering tanur contoh uji
dengan mengeringkan serat di dalam oven
Persiapan listrik pada suhu 100o-104oC selama 24 jam,
Menyiapkan tiga wadah plastik yang lalu ditimbang.
telah disterilisasi menggunakan cairan akua- Kadar air contoh uji dihitung meng-
des. Masing-masing wadah diberi label sesuai gunakan rumus (Arinana 1997 diacu dalam
perlakuan. Diniah 2010):

𝐵𝐴−𝐵𝐾𝑇
Pencelupan contoh uji serat nanas ke dalam 𝐾𝐴 = × 100% ………………………. (1)
𝐵𝐾𝑇
larutan kitosan
Larutan kitosan dituang ke dalam ma- Keterangan:
sing-masing wadah plastik yang berbeda untuk KA = kadar air (%);
konsentrasi yang berbeda, yaitu 1%, 1,5% dan BA = berat awal (g); dan
2%. Pemilihan konsentrasi kitosan yang digu- BKT = berat kering tanur (g).
nakan dalam penelitian ini merupakan peneli-
Berat jenis contoh uji dihitung meng-
tian awal yang belum pernah dilakukan, sehing-
gunakan rumus (Arinana 1997 diacu dalam
ga hasilnya dapat digunakan sebagai patokan
Diniah 2010):
untuk penelitian–penelitian selanjutnya. Pence-
lupan serat nanas di dalam kitosan dilakukan 𝑀𝑘𝑡/𝑉
𝐵𝐽 = ……………………………….....… (2)
selama 15 menit, 30 menit dan 45 menit (Gam- 𝜌air

bar 1.a). Rancangan percobaan sebagaimana Keterangan:


tercantum dalam Tabel 1. BJ = berat jenis;
152 Marine Fisheries 7(2): 149-159 November 2016

Mkt = berat kering tanur (g); normal menggunakan Rancangan Acak


V = volume (cm3); dan Lengkap Faktorial (RALF). Model linear untuk
ρair = kerapatan air (1 g/cm3). rancangan faktorial dua faktor dengan
rancangan lingkungannya adalah:
Proses uji putus (Gambar 1.d).
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
a. Menyiapkan breaking strength tester dan
keterangan:
monitornya;
Yijk = Pengamatan pada satuan percobaan
b. Mengikatkan kedua ujung contoh uji
ke-k yang memperoleh kombinasi
masing-masing pada grib atas dan
perlakuan taraf ke-i dari konsentrasi
bawah. Jarak antar grib diatur sebesar
kitosan dan taraf ke-j dari lama
25 cm, sesuai standar uji kekuatan putus
pencelupan serat dalam kitosan;
benang dalam Standar Nasional
μ = Nilai tengah populasi;
Indonesia (SNI);
αi = Pengaruh faktor lama pencelupan
c. Menyambungkan grib atas pada mesin
kitosan pada level ke-i;
uji dengan sensor tegangan lewat engsel
βj = pengaruh faktor konsentrasi kitosan
(joint); dan
pada level ke-j;
d. Merekam data nilai kekuatan putus dan
(αβ)ij = pengaruh interaksi faktor lama
kemuluran contoh uji. Pengujian
pencelupan kitosan dan faktor
dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.
konsentrasi kitosan pada level a ke-i
Data kekuatan putus dan kemuluran dan level b ke-j; dan
serat daun nanas yang diperoleh diuji terlebih εijk = pengaruh acak dari satuan ke-k yang
dahulu kenormalannya, yaitu menggunakan uji memperoleh kombinasi perlakuan ij.
normalitas Kolmogorov–Smirnov. Nilai taraf uji εij~ N(0,σ2).
yang digunakan adalah 0,05. Jika p-value yang
dihasilkan lebih besar dari taraf uji (α) yang Jika p-value kurang dari 0,05 maka tolak
digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa H0 atau perlakuan memberikan pengaruh nyata.
data menyebar normal. Sebaliknya jika p-value Sebaliknya, jika p-value lebih dari 0,05 maka
kurang dari α, maka data tidak menyebar gagal tolak H0 atau perlakuan tidak memberikan
normal. Selanjutnya data yang menyebar pengaruh nyata.

a. Perendaman dalam kitosan b. Penjemuran

c. Pemberian label d. Uji putus

Gambar 1 Tahapan penelitian


Mainnah et al. – Perpaduan Serat Daun Nanas dan Kitosan Sebagai Material API Ramah Lingkungan 153

Menimbang berat Menimbang volume Menimbang berat kering


awal serat uji serat uji tanur serat uji

Memasukkan hasil penimbangan serat uji ke


dalam rumus hitung kadar air dan berat jenis

Nilai kadar air dan berat jenis


serat uji

Gambar 2 Proses pengujian kadar air dan berat jenis contoh uji

Tabel 1 Rancangan percobaan pencelupan serat daun nanas dalam kitosan


Konsentrasi larutan kitosan asetat Lama pencelupan (menit)
(%)
15 30 45
X.1.1.1 X.1.2.1 X.1.3.1
1 X.1.1.2 X.1.2.2 X.1.3.2
X.1.1.3 X.1.2.3 X.1.3.3
X.2.1.1 X.2.2.1 X.2.3.1
1,5 X.2.1.2 X.2.2.2 X.2.3.2
X.2.1.3 X.2.2.3 X.2.3.3
X.3.1.1 X.3.2.1 X.3.3.1
2 X.3.1.2 X.3.2.2 X.3.3.2
X.3.1.3 X.3.2.3 X.3.3.3
Keterangan: X.1.1.1 = pencelupan 15 menit, kitosan 1%, ulangan 1;
X.2.1.2 = pencelupan 15 menit, kitosan 1,5%, ulangan 2;
X.3.1.3 = pencelupan 15 menit, kitosan 2%, ulangan 3;
X.1.2.1 = pencelupan 30 menit, kitosan 1%, ulangan 1;
X.2.2.2 = pencelupan 30 menit, kitosan 1,5%, ulangan 2;
X.3.2.3 = pencelupan 30 menit, kitosan 2%, ulangan 3;
X.1.3.1 = pencelupan 45 menit, kitosan 1%, ulangan 1;
X.2.3.2 = pencelupan 45 menit, kitosan 1,5%, ulangan 2; dan
X.3.3.3 = pencelupan 45 menit, kitosan 2%, ulangan 3.

HASIL Nilai kadar air serat uji berkisar antara


1,045-1,138% dengan nilai rata-rata sebesar
Sifat fisis pada serat uji yang dapat 1,095%. Berat jenis contoh uji berkisar antara
terlihat secara visual sangat sedikit bahkan 0,958-1,111 dengan rata-rata 1,005. Nilai kadar
hampir tidak terlihat. Ini dikarenakan diameter air dan berat jenis contoh uji dapat dilihat pada
serat yang sangat tipis yaitu 0,4-0,5 mm. Sifat Tabel 2.
yang dapat terlihat antara lain pada kehalusan
dan warna serat. Serat yang telah dicelupkan Nilai kekuatan putus contoh uji dari se-
ke dalam kitosan memiliki tekstur benang yang luruh perlakuan berkisar antara 1,0181-1,8285
lebih kasar namun tidak kaku, sedangkan kg/mm2. Kekuatan putus maksimum benang
warnanya berubah menjadi sedikit gelap. Sifat rata-rata berdasarkan lama pencelupan dan
fisis yang lain dapat diukur yaitu nilai kadar air konsentrasi kitosan adalah 1,8285 kg/mm2, de-
dan berat jenis serat uji. ngan perlakuan terbaik adalah pada pence-
154 Marine Fisheries 7(2): 149-159 November 2016

Tabel 2 Sifat fisis serat daun nanas


KA (%) BJ
1,114 0,975
1,045 0,958
1,111 1,000
1,048 1,000
1,095 1,045
1,095 0,958
1,065 0,971
1,111 1,111
1,129 1,029
1,138 1,000
Rata-rata 1,095 1,005

Tabel 3 Hasil uji nilai kekuatan putus(breaking stregth) serat daun nanas
Konsentrasi Kekuatan putusrata-rata (kg/mm2)
kitosan 0 menit 15 menit 30 menit 45 menit
1% 1,2500 1,5475 1,2557 1,8285
1,50% 1,2098 1,5196 1,3684 1,7539
2% 1,1929 1,4716 1,0181 1,1672

2,0000
Kekuatan putus rata-rata
(kg/mm^2)

1%
1,0000
1,50%
2%

0,0000
0 menit 15 menit 30 menit 45 menit

Gambar 3 Nilai rata-rata kekuatan putus serat tiap perlakuan

lupan dan besar konsentrasi kitosan adalah duanya adalah gagal tolak H0, artinya bahwa
1,0181 kg/mm2, dengan perlakuan pencelupan perbedaan lama pencelupan serat nanas di
benang selama 30 menit dalam larutan kitosan dalam kitosan dengan konsentrasi kitosan yang
2%. Nilai kekuatan putus rata-rata contoh uji berbeda–beda tidak memberikan pengaruh
dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3. yang nyata terhadap nilai kekuatan putus yang
diperoleh.
Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov me-
nunjukkan data kekuatan putus tersebar normal Nilai kemuluran contoh uji dari seluruh
dengan nilai signifikansi 0,056 > 0,05. Analisis perlakuan berkisar antara 15,82-47 %. Kemu-
statistik untuk perbedaan lama pencelupan luran maksimum benang rata-rata berdasarkan
serat di dalam kitosan dan perbedaan konsen- lama pencelupan dan besar konsentrasi kitosan
trasi kitosan menghasilkan nilai F hitung < F adalah 53,95%, dengan perlakuan terbaik ada-
tabel, dimana 3,4864 < 4,7571 untuk perbe- lah pada pencelupan benang selama 45 menit
daan lama pencelupan serat nanas di dalam dalam larutan kitosan 1%. Kemuluran minimum
kitosan dan 0,6886 < 5,1432 untuk perbedaan benang rata-rata berdasarkan lama pencelupan
konsentrasi kitosan. Hasil analisis statistik ke- dan besar konsentrasi kitosan adalah 15,82%,
Mainnah et al. – Perpaduan Serat Daun Nanas dan Kitosan Sebagai Material API Ramah Lingkungan 155

dengan perlakuan pencelupan benang selama yang dapat bersifat sebagai penghalang
0 menit dalam larutan kitosan 1,50%.Nilai ke- (barrier) yang baik. Secara umum, pelapis yang
muluran rata-rata contoh uji dapat dilihat pada tersusun dari polisakarida dan turunannya
Tabel 4 dan Gambar 4. hanya sedikit menahan penguapan air, sehing-
ga pencelupan serat uji di dalam kitosan mem-
Analisis statistik untuk lama pencelupan
serat dalam kitosan menghasilkan P-value= berikan pengaruh signifikan terhadap kandung-
0,321>0,05 atau gagal tolak H0 dan perbedaan an kadar air serat uji setelah pencelupan dilaku-
konsentrasi kitosan menghasilkan nilai P- kan.
value= 0,065>0,05 atau gagal tolak H0. Ini Nilai berat jenis suatu material perlu
berarti, bahwa perbedaan lama pencelupan diketahui, karena akan berpengaruh terhadap
serat di dalam kitosan maupun perbedaan performa alat penangkapan ikan ketika diopera-
konsentrasi kitosan tidak memberikan pengaruh sikan. Seperti diketahui bahwa secara teori, jika
terhadap kemuluran serat daun nanas. Analisis berat jenis suatu benda lebih besar (>) dari
statistik untuk interaksi antara kedua perlakuan berat jenis air maka benda tersebut akan
menghasilkan nilai P-value=0,201>0,05 atau tenggelam. Jika berat jenis benda sama
gagal tolak H0. Ini berarti bahwa antara per- dengan (=) berat jenis air, maka benda tersebut
bedaan lama pencelupan serat daun nanas di akan melayang. Jika berat jenis benda kurang
dalam kitosan dan konsentrasi kitosan tidak dari (<) berat jenis air, maka benda tersebut
saling mempengaruhi terhadap nilai kemuluran akan mengapung. Analisis tersebut penting
serat. dalam menentukan material alat penangkapan
ikan. Berdasarkan nilai berat jenis serat daun
nanas yang diperoleh dalam penelitian ini,
PEMBAHASAN maka serat ini cenderung melayang di dalam
air tawar (1,005>1,00) dan mengapung di
Kadar Air dan Berat Jenis Serat Daun Nanas
dalam air laut (1,005>1,025).
Dey and Satapathy (2011) menjelaskan
bahwa kadar air serat daun nanas hasil Kadar air dan berat jenis suatu material
ekstraksi adalah 5%. Nilai ini lebih besar dari saling berkaitan satu sama lainnya dan sifatnya
kadar air serat yang diperoleh pada penelitian berbanding lurus. Nilai berat jenis suatu mate-
ini, yaitu sebesar 1,095%. Hal tersebut dapat rial alat penangkapan ikan akan membantu da-
disebabkan oleh perbedaan jenis tanaman lam merancang atau modifikasi alat penang-
nanas dan lokasi penanaman tanaman terse- kapan ikan yang baik, antara lain dalam hal
but. Intensitas matahari, curah hujan maupun penentuan jumlah pemberat dan pelampung.
kelembaban lingkungan di negara India dan
Indonesia yang berbeda akan berpengaruh Kekuatan Putus Serat Daun Nanas
terhadap kondisi tanaman nanas, termasuk nilai
kadar airnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi
nilai kekuatan putus suatu material adalah
Nilai kadar air penting untuk diketahui kekakuannya (stiffnes). Jika serat yang diuji
karena akan berpengaruh terhadap daya lekat memiliki sifat kaku, maka akan menyebabkan
pengawet yang digunakan. Menurut Klust serat semakin mudah putus (Klust 1987). Pada
(1987), pengaruh bahan pengawet bergantung saat pengujian menggunakan beban akan
pada kemampuan melekat antara zat pengawet menghasilkan ketegangan pada serat uji. Saat
dengan serabut yang diawetkan. Daya lekat ketegangan tersebut tidak dapat ditahan lagi
pengawet terhadap serat bergantung pada oleh serat, maka serat tersebut akan putus.
kadar air serat tersebut. Kandungan air mem- Penambahan kitosan pada serat daun nanas
berikan pengaruh terhadap daya serap serat diharapkan dapat mengurangi sifat kekakuan
dalam menyerap zat pengawet. Selain itu, tersebut. Ini terbukti pada saat pemilinan serat
semakin besar kadar air suatu material maka berkitosan lebih mudah dibentuk.
material tersebut akan mudah rusak. Nilai kadar
air dari serat daun nanas yang telah diuji dalam Hasil yang diperoleh saat ini masih seba-
penelitian ini termasuk wajar dan nilainya ter- tas pengujian pada serat daun nanas tanpa
masuk kecil. Hasil tersebut positif karena jika perlakuan pencelupan di dalam air, sehingga
nilai kadar air serat besar, maka semakin masih perlu pengujian lanjutan. Adapun hasil
mudah merangsang pertumbuhan mikro orga- pengujian dalam penelitian ini menunjukkan
nisme yang akan menyebabkan serat tidak bahwa kitosan bersifat menguatkan serat. Hal
awet. Kitosan dapat berfungsi mengurangi nilai tersebut ditunjukkan oleh nilai kekuatan putus
kadar air pada serat, sehingga serat dapat lebih serat nanas dengan perlakuan pencelupan
awet. Holipah et al. (2010) menjelaskan bahwa serat nanas dalam kitosan, dimana nilai
kitosan termasuk salah satu jenis polisakarida kekuatan putusnya lebih tinggi dibandingkan
156 Marine Fisheries 7(2): 149-159 November 2016

nilai kekuatan putus serat nanas tanpa pence- tuan material alat penangkapan ikan. Serat
lupan. Semakin tinggi nilai kekuatan putus daun pandan memiliki panjang seratyang jauh
serat, maka semakin kuat serat tersebut. lebih pendek, yaitu 20 cm dari panjang serat
daun nanas, yang berkisar antara 70-80 cm.
Mahaputra (2004) menyatakan bahwa Klust (1987) menjelaskan mengenai serat
kekuatan putus benang PA 210 D/9 adalah pendek (staple fibres) pada benang jaring yang
4,766 kgf dan benang PE 380 D/9 adalah memiliki permukaan kasar disebabkan
10,588 kgf. Kedua jenis benang tersebut dipa- munculnya ujung-ujung serat pada benang.
kai sebagai material alat tangkap payang. Nilai Staple fibres tersebut dapat menyebabkan
kekuatan putus serat daun nanas dalam pene- terjadinya slip pada simpul serat (Klust 1987).
litian ini, jauh lebih besar dibandingkan dengan Selain itu, nilai kekuatan putus yang dihasilkan
nilai kekuatan putus benang PE tersebut. dari pintalan staple fibres memiliki nilai yang
Berdasarkan nilai kekuatan putus tersebut, se- rendah dengan kemuluran yang tinggi jika
rat daun nanas memiliki potensi untuk dijadikan dibandingkan dengan jenis serat panjang
sebagai material alat penangkapan ikan. (continous filaments). Jika serat tersebut
Penelitian-penelitian mengenai kekuatan digunakan pada alat penangkapan ikan sebagai
putus dan kemuluran serat alami untuk material bahan jaring maupun tali temali, maka tidak
alat penangkapan ikan yang sudah dilakukan, akan efisien bagi nelayan. Nelayan akan
antara lain pada seratrami, daun pandan dan membutuhkan biaya tambahan untuk memper-
katun. Perbedaan jenis serat alami tersebut baiki jaring atau tali-temali yang mudah putus.
berdasarkan beberapa hasil penelitian dapat Oleh sebab itu, serat daun nanas yang memiliki
dilihat pada Tabel 5. panjang rata-rata 70-80 cm dan kekuatan putus
maksimum sebesar 1,8285 kg/mm2, memiliki
Selain kekuatan putus, ukuran panjang potensi untuk dijadikan material alat penang-
serat juga menjadi pertimbangan dalam penen- kapan ikan alami.
Tabel 4 Hasil uji nilai kemuluran (elongation) serat daun nanas (Ananas comosus)
Kemuluran rata-rata (%)
Konsentrasi kitosan
0 menit 15 menit 30 menit 45 menit
1% 23,72 30,86 20,55 53,95
1,50% 15,82 34,08 29,79 16,81
2% 27,58 27,58 20,73 47,10

60
Kemuluran rata-rata (%)

50

40
1%
30
1,50%
20 2%

10

0
0 menit 15 menit 30 menit 45 menit

Gambar 4 Nilai rata-rata kemuluran serat ujitiap perlakuan


Tabel 5 Perbedaan nilai kekuatan putus dan kemuluran beberapa serat alami, berdasarkan jenis
dan diameter seratnya
Kekuatan Putus
Jenis Serat Diameter (mm) Kemuluran (mm)
(kgf)
Daun nanas 5,0 - 5,5 34,84 55,5
Daun pandan** 0,2 - 2,5 4,00 20,1
Rami* 0,77 2,98 11,9
Katun* 0,77 2,52 17,2
Sumber: *Lenkosmanerri (1998) dan **Rachmah et al. (2015).
Mainnah et al. – Perpaduan Serat Daun Nanas dan Kitosan Sebagai Material API Ramah Lingkungan 157

Kemuluran serat daun nanas Berdasarkan hasil penelitian ini, perla-


kuan terbaik untuk serat daun nanas sebagai
Safitri et al. (2006) menjelaskan bahwa
material alat penangkapan ikan dari segi keku-
benang jaring yang paling baik digunakan untuk
atan putus dan nilai kemuluran serat adalah
alat penangkapan ikan adalah benang dengan
serat nanas yang direndam dalam larutan kito-
nilai kemuluran yang rendah namun memiliki
kekuatan putus yang tinggi. Alasannya, kemulu- san 1% dengan lama pencelupan 45 menit.
ran terlalu tinggi dapat mengakibatkan perubah- Nilai berat jenis dan kadar air pada penelitian
ini hanya merupakan informasi tambahan untuk
an konstruksi jaring, dalam hal ini ukuran mata
mengetahui sifat fisis dari serat daun nanas
jaring dapat berubah, sehingga menyebabkan
sendiri. Belum ada penelitian khusus yang
ikan tangkapan dapat lolos dari jaring dengan
menjelaskan mengenai nilai kekuatan putus,
mudah.
kemuluran, kadar air dan berat jenis suatu
Hidayat (2008) menjelaskan bahwa serat material alat penangkapan ikan yang sebaiknya
daun nanas pada umumnya diambil dari tana- digunakan. Sehingga, perlu penelitian lanjutan
man nanas dengan usia tanaman berkisar an- lagi untuk menjawab pertanyaan tersebut dan
tara 1-1,5 tahun. Serat daun nanas yang ber- hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan
asal dari daun nanas yang masih muda pada agar dilakukan penelitian lanjutan lainnya.
umumnya tidak panjang dan kurang kuat. Salah satu penelitian lanjutan yang perlu
Sementara serat yang dihasilkan terlalu tua, dilakukan adalah pencelupan material dalam
terutama tanaman yang pertumbuhannya di air.
alam terbuka dengan intensitas matahari cukup
tinggi tanpa pelindung, akan menghasilkan Pada dasarnya nilai kemuluran serat
serat yang kasar, pendek dan getas atau rapuh. daun nanas yang dibutuhkan bergantung pada
Perbedaan umur dan terpaan sinar matahari penggunaannya. Seperti yang telah diketahui
pada pohon nanas akan berpengaruh terhadap bahwa terdapat beberapa kelompok alat
kualitas serat yang dihasilkan. Pada penelitian tangkap yang dibedakan berdasarkan prinsip
ini, serat uji diperoleh dari industri pengolah kerjanya. Oleh sebab itu, nilai kemuluran ini
limbah, yang mengolah daun nanas dari pohon bersifat opsional. Puspito (2009) menginfor-
nanas berumur 1-1,5 tahun. Jumlah daun yang masikan bahwa kemuluran maksimal untuk
diambil berkisar antara 4-6 helai per pohon, dan benang jaring nilon polyamide antara 18%-
tiap daun diambil dari beberapa pohon yang 45% dari panjang awal. Jika penggunaan serat
berbeda untuk diolah menjadi serat. Hal inilah daun nanas sebagai material tali temali pada
yang ikut memberikan pengaruh adanya perbe- tali ris dan tali pelampung untuk alat penang-
daan sifat fisis dan mekanis pada tiap helaian kapan ikan yang berprinsip kerja pasif, maka
serat daun nanas yang digunakan sebagai tidak begitu perlu untuk memperhatikan kemu-
serat uji dalam penelitian ini. luran seratnya. Berbeda halnya dengan peng-
gunaan serat untuk bahan jaring yang memiliki
Menurut Klust (1987), besarnya kemulu- prinsip kerja menghadang atau menjerat ikan
ran bergantung pada tingkat kekerasan pintalan dan alat tangkap yang berkantong. Pada alat
atau kerapatan dari masing-masing anyaman tangkap yang memiliki kantong jaring, semua
benang. Hal ini juga dapat berlaku pada nilai hasil tangkapan berkumpul pada bagian
kekuatan putus benang. Konsentrasi dan jenis kantong. Oleh sebab itu, nilai kemuluran dan
bahan suatu pengawet dalam hal ini menjadi kekuatan putusnya lebih dihubungkan pada
berpengaruh terhadap penurunan dan pening- kekuatan jaring dalam menahan beban dan
katan kekuatan putus serta kemuluran serat. Ini rontaan ikan hasil tangkapan. Benang jaring
dibuktikan pada penelitian Safitri et al. (2006) yang terlalu mulurakan membuat benang jaring
yang melihat pengaruh konsentrasi uba (Adi- mudah rusak (Safitri et al. 2006). Penggunaan
nandar acuminate korth) yang berbeda terha- serat daun nanas sebagai pengganti material
dap nilai kekuatan putus dan kemuluran pada alat tangkap sintesis dan kitosan sebagai
benang tetoron. Menurutnya, apabila benang pengawet alami diharapkan tidak hanya berpe-
semakin kaku disebabkan karena jumlah ngaruh pada sifat fisik dan mekanik serat. Man-
konsentrasi pengawet yang menyerap pada faat lain yang diharapkan yaitu dapat memberi-
benang, maka akan menyebabkan menurunnya kan dampak baik terhadap lingkungan, salah
nilai kemuluran. Sehingga, berakibat benang satunya adalah menghasilkan alat penangkap-
mudah putus. Sebaliknya, jika konsentrasi an ikan yang ramah lingkungan.
pengawet tidak seimbang, maka dapat meng-
akibatkan peningkatan nilai kemuluran. Ini me- Ketika jaring atau tali temali alat tangkap
nunjukkan bahwa konsentrasi dan jenis bahan rusak di tengah laut, nelayan seringkali membu-
suatu pengawet harus benar-benar tepat ang potongan jaring dan tali temali tersebut
sehingga menghasilkan daya awet yang baik langsung ke laut. Jika nelayan menggunakan
terhadap serat uji. jaring atau tali temali yang berasal dari bahan
158 Marine Fisheries 7(2): 149-159 November 2016

sintesis, maka sampah tersebut akan menum- Diniah. 2010. Sifat Mekanis Bambu Betung
puk di dalam laut. Butuh waktu yang lama agar Sebagai Bahan Alat Penangkapan Ikan
sampah ini terurai di alam. Namun, jika peng- [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian
gunaan material alat penangkapan ikan meng- Bogor.
gunakan material alami seperti serat daun
Hargono, Abdullah, Sumantri I. 2008. Pem-
nanas, maka akan lebih ramah lingkungan. Ini
buatan Kitosan dari Limbah Cangkang
disebabkan serat alami mudah terurai di alam,
Udang serta Aplikasinya dalam
sehingga bersifat biodegradable.
Mereduksi Kolesterol Lemak Kambing.
Jurnal Reaktor. 12(1): 53-57.
KESIMPULAN Hidayat P. 2008. Teknologi Pemanfaatan Serat
Daun Nanas Sebagai Alternatif Bahan
Serat daun nanas (Ananas comosus) da- Baku Tekstil. Jurnal Teknoin. 13(2): 31-
pat digunakan sebagai material alat penang- 35.
kapan ikan alami yang ramah lingkungan. Serat
daun nanas memiliki kadar air sebesar 1,095% Holipah SN, Wijayanti E, Saputra V. 2010.
dan berat jenis 1,005. Uji kekuatan putus serat Aplikasi Kitosan sebagai Pengawet
daun nanas tertinggi diperoleh pada perlakuan Alami dalam Meningkatkan Mutu Simpan
pencelupan 45 menit menggunakan kitosan Produk Pasca Panen [internet]. Jurnal
1%. Nilai kekuatan putus terbaik yaitu 1,8285 program kreativitas mahasiswa gagasan
kg/mm2 dengan nilai kemuluran sebesar tertulis.
53,95%. Pencelupan serat daun nanas dalam Hossain MS, Iqbal A. 2014. Production and
kitosan meningkatkan nilai kekuatan putus dan Characterization of Chitosan from
kemuluran serat. Shrimp Waste. Journal Bangladesh
Agricultural University. 12(1): 153–160.

SARAN Klust. 1987. Bahan Jaring untuk Alat Penang-


kapan Ikan II. Terjemahan Tim BPPI.
Pengaruh pencelupan serat daun nanas Semarang: Fishing News Book Ltd.
di dalam air. Pengaruh jenis bahan pengawet
selain kitosan terhadap serat daun nanas. Kurita K. 2001. Controlled Functionalization of
the Polysaccharide Chitin. Journal of
Polimer Science. 26(19): 21-71.
DAFTAR PUSTAKA Lenkosmaneri. 1998. Daya Tahan Putus dan
Kemuluran Benang Polyamide (PA),
Arbia W, Adour L, Arbia L, Amrane A. 2013.
Katun dan Rami yang Direndam dalam
Chitin Extraction from Crustacean Shells
Ekstra Kulit Kayu Uba (adinandar
Using Biological Methods-A Review.
acuminate korth) [skripsi]. Riau: Univer-
Journal of Biotechology. 51(1): 12–25.
sitas Riau.
Arinana. 1997. Pengaruh Pengawetan Bambu
Lesbani A, Yusuf S, Meiviana RAM. 2011.
Betung (Dendrocalamus asper Schultes
Karakteristik Kitin dan Kitosan dari Cang-
f. Backer ex heyne) dengan Metode Bou-
kang Kepiting Bakau (Scylla serrata).
cherie terhadap Sifat Fisis dan Kete-
Jurnal Penelitian Sains. 14(3): 32-36.
guhan mekaniknya [tesis]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor. Mahaputra SM. 2004. Pengawetan dengan
Lateks dan Rui: Pengaruhnya terhadap
Azwar. 2009. Studi Perilaku Mekanik Komposit
Kekuatan Putus dan Sifat–sifat Fisik Be-
Berbasis Polyester yang Diperkuat de-
nang Polyamide dan Polyetylene [Skrip-
ngan Partikel Serbuk Kayu Keras dan
si]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Lunak. Jurnal Reaksi. 7(16): 1-8.
Nofrizal, Ahmad M, Syofyan I, Habibie I. 2008.
Darni Y, Chici A, Sri ID. 2013. Sintesa
Rumput Teki (Fimbristylis sp), Linggi
Bioplastik dari Pati Pisang dan Gelatin
(Penicum sp.) dan Sianik (Carex sp.)
dengan Plasticizer Gliserol [internet].
sebagai Serat Alami untuk Bahan Alat
Jurnal dalam Digital Library Institut
Penangkapan Ikan. Jurnal Natur Indone-
Teknologi Sepuluh Nopember.[diunduh
sia. 14(1): 100-106.
2016 April 28]. Tersedia pada:
digilib.its.ac.id/.../ITS-Undergraduate- Purwanti A. 2014. Evaluasi Proses Pengolahan
17047-2305100060-paperpdf.pdf. Limbah Kulit Udang untuk Meningkatkan
Collection ID: 23001120001092. Mutu Kitosan yang Dihasilkan. Jurnal
Teknologi. 7(1): 83-90.
Mainnah et al. – Perpaduan Serat Daun Nanas dan Kitosan Sebagai Material API Ramah Lingkungan 159

Puspito G. 2009. Perubahan Sifat-sifat Fisik Serat Daun Nanas (Ananas comosus)
Mata Jaring Insang Hanyut Setelah terhadap Kekuatan Putus Komposit Poly-
Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun. ester Tak Jenuh (UP). Jurnal Dinamika
Jurnal Penelitian Sains. 12(3): 1-6. Teknik Mesin. 2(1): 31-32.
Rachmah Y, Nofrizal, Syofyan I. 2015. Kajian Susilawati S, Mustafa I, Maulina D. 2011. Bio-
Pemanfaatan Daun Pandan Mengkuang degradable Plastics from a Mixture of
(Pandanus artocapus) sebagai Serat Low Density Polyethylene (LDPE) and
Alami untuk Bahan Alat Penangkapan Cassava Starch with the Addition of
Ikan [Internet]. [diunduh 2016 April 28]. Acrylic Acid. Jurnal Natural. 11(2): 69-73.
Tersedia pada: jom.unri.ac.id/index.php/ Trisnawati E, Andesti D, Saleh A. 2013.
JOMFAPERIKA/.../6550. ISSN: 2355- Pembuatan Kitosan dari Limbah
6900. Cangkang Kepiting sebagai Bahan
Younes I, Rinaudo M. 2015. Chitin and Pengawet Buah Duku dengan Variasi
Chitosan Preparation from Marine Lama Pengawetan. Jurnal Teknik Kimia.
Sources. Structure, Properties and 2(19): 17-26.
Applications. Journal of Marine Drugs. Vanson J, Isnaniah, Syofyan I. 2014. Studies of
13(10): 1133-1174. Water Hyacinth (Eichhornia crassipes) as
the Base of Fishing Gear Material
Safitri SR, Yuspardi A, Suardi ML. 2006. [internet]. [diunduh 2016 Juni 03].
Pengaruh Konsentrasi Uba (Adinandra Tersedia pada: http://www.http://ejournal.
acuminata KORTH) yang Berbeda unri.ac.id.
terhadap Kekuatan Putus dan Kemuluran
Benang Tetoron pada Alat Tangkap Wahyuni S, Asnani, Nur I. 2008. Kajian Analisis
Payang di Ulak Karang, Kota Padang. Limbah Hasil Deproteinasi dan Demine-
Jurnal Mangrove dan Pesisir. 6(1): 1-12. ralisasi pada Pembuatan Kitosan dari
Kerang Abalone (Haliotis asiniar) Lokal.
Sakthivel D, Vijaykumar N, Anandan V. 2015. Jurnal Warta-Wiptek. 16(2): 123-127.
Extraction of Chitin and Chitosan from Wardaniati AW, Setyaningsih. 2008. Pembuat-
Mangrove Crab Sesarmaplicatum from an Kitosan dari Kulit Udang dan Apli-
Thengaithittu Estuary Pondicherry South- kasinya untuk Pengawetan Bakso [Inter-
east Coast of India. Human Journals. net]. [diunduh 2016 November 09].
4(1): 12-24. Tersedia pada: http://www. eprints.undip.
Setyawan PD, Sari NH, Putra DGP. 2012. ac.id.
Pengaruh Orientasi dan Fraksi Volume

You might also like