Professional Documents
Culture Documents
ID Peranan para Pihak Dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan Hutan Untuk P
ID Peranan para Pihak Dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan Hutan Untuk P
ID Peranan para Pihak Dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan Hutan Untuk P
Manifas Zubayr1, Dudung Darusman2, Bramasto Nugroho2 & Dodik Ridho Nurrohmat2
1
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Jl. Ir. H. Juanda 100 Bogor, Indonesia;
e-mail: manifas_zaf@yahoo.co.id
2
Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga,
Kampus IPB Dramaga, Bogor, Indonesia; e-mail: ddarusman@yahoo.com,
bramasto2001@yahoo.co.id, dnrochmat@yahoo.com
ABSTRACT
This study aimed to find the role and relationships among stakeholders in the policy implementation.
Descriptive qualitative approach with indepth interview method, document and literature review and
unstructured observations used in this study. Stakeholder analysis has been done by identifying the interests and
influence of stakeholders, also an analysis of the rights, responsibility, revenues and relationship (4R's) of
stakeholders. The study results showed that there are nineteen stakeholders related to the policy implementation
of the use of forest area. Ministry of Forestry is the main stakeholders while the leasehold of forest area license's
holder become stakeholders' key in the policy implementation of the use of forest area. The role of both become a
main factor of the successful implementation of policy. There is a good balance between the rights, responsibility
and revenues for each stakeholder. While the relationships among stakeholders existed in various levels, from
collaboration to conflict. Ministry of Forestry is expected to allocate deconcentration budget to implement the use
of forest area policy. The regional government is also expected to prepare adequate human resources to conduct
monitoring and evaluation activities such the leasehold of the forest area license.
Keywords: The use of forest area, stakeholders, policy implementation.
ABSTRAK
Studi ini bertujuan mengetahui peranan dan hubungan antara para pihak dalam implementasi
kebijakan penggunaan kawasan hutan (PKH). Pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode indepth
interview, document and literature review dan observasi tak terstruktur digunakan dalam studi ini. Analisis
para pihak dilakukan dengan mengidentifikasi kepentingan dan pengaruh para pihak serta analisis
terhadap rights, responsibility, revenues dan relationship (4R's) para pihak. Hasil studi menunjukkan bahwa
terdapat 19 pihak yang terkait dengan implementasi kebijakan PKH. Kementerian Kehutanan menjadi
pihak utama sedangkan pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) menjadi pihak kunci dalam
implementasi kebijakan PKH. Peranan keduanya menjadi tolok ukur keberhasilan implementasi
kebijakan ini. Terdapat keseimbangan yang cukup baik antara rights, responsibility dan revenues untuk
masing-masing pihak. Hubungan di antara para pihak terjalin dalam berbagai tingkat, dari bekerjasama
sampai dengan adanya konflik. Kementerian Kehutanan perlu mengalokasikan anggaran yang cukup
untuk mengurangi kendala implementasi kebijakan PKH, sedangkan pemerintah daerah juga perlu
menyiapkan sumber daya manusia yang memadai untuk melaksanakan kegiatan pemantauan dan evaluasi
IPPKH.
Kata kunci: Penggunaan kawasan hutan, implementasi kebijakan, para pihak.
239
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 239 - 259
240
Peranan Para Pihak dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan . . .
Manifas Zubayr, Dudung Darusman, Bramasto Nugroho & Dodik Ridho Nurrohmat
kasus tertentu. Metode ini bukan karena suatu Pengumpulan data dilakukan di Bogor,
kasus mewakili kasus-kasus lain atau karena Jakarta, Samarinda, Banjarbaru, Kendari,
menggambarkan sifat atau problem tertentu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Tanah Bumbu,
namun karena dalam seluruh aspek kekhu- Konawe Utara dan Kolaka. Pengumpulan data
susan dan kesederhanaannya, kasus itu sendiri dan informasi dilakukan pada bulan Juli-
menarik minat (Stake, 2009). Desember 2013.
241
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 239 - 259
pihak yang memiliki kewenangan legal dalam kajian peranan para pihak ini akan digunakan
hal pengambilan keputusan. pendekatan analisis 4R (rights, responsibilities,
Langkah selanjutnya adalah mengelom- revenues, dan relationship) (Dubois, 1998;
pokkan dan membedakan para pihak. Me- IIED, 2005; Salam & Noguchi, 2006).
nurut Eden & Ackermann (1998) yang dikutip Pendekatan 4R merupakan perangkat yang
oleh Bryson (2004) dan Reed et al. (2009) dapat digunakan untuk mengklarifikasi
metode analisis yang digunakan yaitu matriks peranan (roles) yang dimainkan oleh para
pengaruh dan kepentingan dengan meng- pihak yang berbeda dan sifat hubungan
klasifikasikan para pihak ke dalam key players, (relationship) di antara mereka. Kerangka 4R
context setters, subjects dan crowd (Gambar 1). membongkar peranan dari para pihak ke
Pengaruh (influence) merujuk pada kekuatan dalam rights, responsibilities, revenues serta
(power) yang dimiliki para pihak untuk menilai relationship di antara para pihak yang
mengontrol proses dan hasil dari suatu terlibat (IIED, 2005).
keputusan. Kepentingan (importance) merujuk Identifikasi 3R (right, responsibilities dan
pada kebutuhan para pihak di dalam revenues) dilakukan dengan menginventarisasi
pencapaian hasil dan tujuan. dan menganalisis ketiga peranan para pihak
tersebut dalam peraturan perundangan yang
2. Peranan Para Pihak ada (desk study) terkait dengan implementasi
kebijakan PKH. Selanjutnya dilakukan
Analisis ini bertujuan untuk menganalisis
crosscheck di lapangan dengan interview,
hubungan dan dinamika di antara berbagai
observasi dan penelaahan terhadap dokumen-
pihak di tingkat lokal, nasional maupun
dokumen yang mendukung seperti laporan
internasional yang mempunyai ikatan
kegiatan terkait dengan IPPKH. Untuk
kepentingan terhadap sumber daya hutan dan
menilai tingkatan masing-masing peranan para
tambang. Salah satu cara dalam mempelajari
pihak dilakukan scoring berdasarkan inter-
karakteristik para pihak adalah melalui analisis
pretasi terhadap data dan informasi yang diper-
kekuatan para pihak yang bertujuan untuk
oleh dengan cara menghubungkan dan/atau
menjelaskan peran para pihak yang sifat dan
membandingkan antara hasil desk study dengan
hubungannya berbeda satu sama lain. Pada
Tinggi (High)
Kepentingan (Importance)
242
Peranan Para Pihak dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan . . .
Manifas Zubayr, Dudung Darusman, Bramasto Nugroho & Dodik Ridho Nurrohmat
hasil crosscheck tersebut. Masing-masing langsung yang timbul sebagai akibat dari
tingkatan diberikan bobot nilai (skor) untuk dilaksanakannya kebijakan PKH, baik yang
memudahkan sebesar apa peranan para pihak telah diperhitungan (by design) maupun
tersebut dalam implementasi kebijakan PKH. tidak diperhitungkan.
Untuk memudahkan dalam memberikan Dengan batasan-batasan tersebut maka
bobot nilai pada setiap pihak, dalam penelitian pemberian bobot nilai untuk ketiga unsur ter-
ini, 3R dibatasi sebagai berikut: sebut adalah seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2.
- Rights: hak yang dimiliki oleh para pihak
terkait dengan pengambilan keputusan, 3. Hubungan Antar Pihak
perumusan kebijakan dan implementasi-
Sebagaimana dalam mengidentifikasi 3R,
nya, hak yang timbul sebagai akibat di-
untuk mengidentifikasi hubungan antar pihak
laksanakannya kebijakan PKH, akses da-
juga menggunakan cara yang sama, hanya
lam penggunaan kawasan hutan, serta
sedikit berbeda dalam memberikan bobot nilai
besarnya pengaruh yang ditimbulkan.
(skor) untuk menilai hubungan yang meliputi:
- Responsibilities: meliputi kewenangan, ke-
interaksi, sinergi, keberlanjutan (kontinuitas)
wajiban dan tugas-tugas yang berkaitan
dan kekuatan hubungan bahkan untuk
dengan PKH dan pelaksanakan kebijakan/
mengetahui ada-tidaknya konflik atau peluang
aturan/keputusan yang telah ditetapkan.
terjadinya konflik akibat hubungan tersebut.
- Revenues: merupakan manfaat atau ke-
Tabel 2 memberikan batasan verifier terhadap
untungan yang diperoleh para pihak, baik
pembobotan yang dilakukan terhadap
berupa manfaat langsung maupun tidak
hubungan antar pihak.
Tabel 1. Bobot nilai (skor) dan verifier untuk mengetahui hak (rights) para pihak dalam imple-
mentasi kebijakan PKH.
Table 1. Scores and verifiers to identify the stakeholder's rights, responsibilites and revenues in the
policy implementation of the use of forest area.
243
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 239 - 259
Tabel 2. Bobot nilai dan ukuran untuk mengidentifikasi hubungan antar pihak dalam imple-
mentasi kebijakan PKH.
Table 2. Scores and verifiers to identify the stakeholder's relationships in implementation policy of the
use of forest area.
244
Peranan Para Pihak dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan . . .
Manifas Zubayr, Dudung Darusman, Bramasto Nugroho & Dodik Ridho Nurrohmat
Tabel 3. Nilai rataan skor dan tingkat kepentingan dan pengaruh para pihak dalam imple-
mentasi kebijakan PKH.
Table 3. The average score of stakeholders importance and influence in policy implementation of the
use of forest area.
PEMEGANG IPPKH
20
(Importance)
Kepentingan
BPKH
BPDAS
15 DISHUT KAB DISHUT PROV
PEMEGANG IUPHHK
10
BP2HP
BLHD KAB
DISESDM PROV
DISESDM KAB Crowd Context Setter
5
5 10 15 20 25
Pengaruh
(Influence)
245
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 239 - 259
Key player merupakan para pihak yang dan pengaruh yang besar seperti pada kuadran
aktif karena mereka mempunyai kepentingan key players. BP2HP meskipun sebagai UPT
dan pengaruh yang tinggi terhadap imple- pemerintah pusat, namun kepentingan dan
mentasi kebijakan PKH. Subjects memiliki pengaruhnya tidak terlalu besar. Hal itu terkait
kepentingan yang tinggi tetapi pengaruhnya dengan peranan BP2HP yang juga tidak terlalu
rendah dan walaupun mereka mendukung besar terhadap keberhasilan implementasi
kegiatan, kapasitasnya terhadap dampak kebijakan PKH. Peranan BP2HP hanya
mungkin tidak ada. Para pihak dalam kategori sebagai pendukung dalam pelaksanaan
ini akan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan PKH di lapangan. Sementara
implementasi kebijakan jika mempunyai pemegang IUPHHK, BLHD dan DisESDM
modal dan aksi bersama yang kuat. Context Prov juga tidak mempunyai kepentingan dan
setter memiliki pengaruh yang tinggi tetapi pengaruh yang besar. Hal itu sesuai dengan
sedikit kepentingan, sedangkan Crowd hasil identifikasi bahwa ketiga institusi ter-
merupakan para pihak yang memiliki sedikit sebut merupakan para pihak pendukung
kepentingan dan pengaruh terhadap hasil yang (secondary stakeholders).
diinginkan dan hal ini menjadi pertimbangan Dishutprov maupun Dishutkab mem-
untuk mengikutsertakannya dalam pengam- punyai tingkat kepentingan yang sama, na-
bilan keputusan. mun mempunyai tingkat pengaruh yang
Hasil pemetaan posisi para pihak me- berbeda. Dishutprov mempunyai pengaruh
nunjukkan bahwa para pihak yang masuk yang lebih besar dibanding Dishutkab yang
dalam kuadran key players adalah pemegang disebabkan oleh peranan Dishutprov dalam
IPPKH, BPKH dan BPDAS. Ketiganya implementasi kebijakan PKH juga lebih besar.
mempunyai kepentingan dan pengaruh yang Peranan tersebut terkait dengan pemberian
besar terhadap keberhasilan implementasi pertimbangan teknis dalam rangka penerbitan
kebijakan PKH. Pemegang IPPKH merupa- rekomendasi Gubernur untuk calon pemegang
kan pihak utama dalam implementasi IPPKH dan koordinator tim evaluasi IPPKH
kebijakan PKH, keberhasilan implementasi dalam rangka persetujuan prinsip IPPKH, per-
sangat ditentukan oleh kinerja pemegang panjangan IPPKH (eksplorasi maupun eks-
IPPKH. Baik-buruknya respon pemegang ploitasi), pengembalian lahan IPPKH maupun
IPPKH terhadap kebijakan PKH sangat evaluasi IPPKH periodik. Sementara peranan
menentukan keberhasilan implementasi Dishutkab adalah dalam kegiatan pemantauan
kebijakan tersebut, sedangkan BPKH dan IPPKH secara periodik.
BPDAS merupakan pihak kunci yang Pihak lainnya yang teridentifikasi yaitu
merupakan perpanjangan tangan pemerintah LSM, ormas dan masyarakat di sekitar ka-
pusat (Kementerian Kehutanan) di daerah. wasan hutan tidak mempunyai kepentingan
Keduanya merupakan ujung tombak dalam maupun pengaruh terhadap tingkat keber-
pelaksanaan kegiatan IPPKH di lapangan hasilan implementasi kebijakan PKH. Na-
sehingga keduanya mempunyai kepentingan mun demikian, dalam realitanya ketiga pihak
dan pengaruh yang besar terhadap keber- tersebut mempengaruhi kinerja pemegang
hasilan implementasi kebijakan PKH. IPPKH. Masyarakat memanfaatkan keber-
Adapun pada kuadran crowd terdapat adaan perusahaan tambang dengan melakukan
pemegang IUPHHK, BP2HP, BLHD dan tuntutan atas kawasan hutan dengan harapan
DisESDM Prov. Pada kuadran ini setiap pihak mendapatkan ganti rugi atau kompensasi,
dikategorikan tidak mempunyai kepentingan sedangkan LSM dan ormas berharap
246
Peranan Para Pihak dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan . . .
Manifas Zubayr, Dudung Darusman, Bramasto Nugroho & Dodik Ridho Nurrohmat
mendapatkan keuntungan dari adanya konflik mikian juga dengan pengaruhnya terhadap
tersebut dengan berperan sebagai mediator. implementasi kebijakan PKH.
Pada akhirnya LSM dan ormas juga meminta
imbalan atas peranannya sebagai mediator B. Peranan Para Pihak
tersebut.
Keberhasilan implementasi kebijakan salah
Kondisi tersebut umum terjadi hampir di
satunya ditentukan oleh berfungsinya institusi
seluruh kawasan hutan di Indonesia, di mana
yang dibangun. Aturan main dijalankan
keterlibatan atau akses masyarakat yang sangat
dengan baik, para pihak yang berkompeten
rendah terhadap sumber daya hutan dan lahan
dapat menjalankan peranannya sesuai dengan
serta hasil-hasilnya. Pemerintah seolah tidak
hak, tugas, tanggungjawab serta mendapatkan
memperdulikan keberadaan masyarakat di
manfaat yang diharapkan. Dalam proses
sekitar kawasan hutan. Bagaimanapun masya-
perumusan dan imple-mentasi kebijakan PKH,
rakat di sekitar kawasan hutan mempunyai
Kementerian Kehutanan berusaha membagi
kepentingan terhadap sumber daya hutan habis tugas kepada para pihak yang ber-
maupun lahan sebagai sumber pemenuhan kompeten, baik di institusi pusat di daerah
kebutuhan dalam aspek ekonomi, sosial maupun institusi pemerintah daerah. Namun
maupun budaya (Roslinda et al., 2012; demikian, masih terdapat berbagai kendala
Kusumedi & Rizal, 2010). dalam pelaksanaannya. Keterbatasan sumber
Kepentingan dan pengaruh institusi ke- daya manusia pelaksana, minimnya anggaran
hutanan, baik UPT maupun institusi daerah dan lemahnya koordinasi menjadi per-
dipengaruhi oleh peranan mereka yang telah masalahan klasik dalam implementasi
digariskan dalam peraturan perundangan. kebijakan. Hasil identifikasi terhadap peranan
Kepentingan dan pengaruh pemegang IPPKH para pihak dalam implementasi kebijakan
dipengaruhi oleh hak dan kewajiban pemegang PKH disajikan dalam Tabel 4.
IPPKH, keuntungan yang akan diperoleh, Kementerian Kehutanan sebagai key players
partisipasi dan komitmen pemegang IPPKH merupakan aktor dominan sejak perumusan
dalam implementasi kebijakan IPPKH. kebijakan PKH sampai dengan implemen-
Berbeda dengan pemegang IPPKH, kepen- tasinya. Dukungan UPT Kementerian
tingan dan pengaruh pemegang IUPHHK Kehutanan di daerah (BPKH, BPDAS, BP2HP
dipengaruhi oleh motivasinya terhadap dan BKSDA/TN) memudahkan dalam
keberadaan sumber daya tambang dan energi pelaksanaan kebijakan. Pemberian kewe-
di dalam areal konsesinya. Jika motivasi nangan memantau dan mengevaluasi IPPKH
pemegang IUPHHK adalah mengambil atau kepada pemerintah provinsi (mengevaluasi)
mencari keuntungan/rente (rent seeking) maka dan pemerintah kabupaten/kota (memantau)
akan semakin tinggi kepentingan pemegang pada dasarnya meringankan beban tugas dan
IUPHHK tersebut terhadap keberadaan tanggung-jawab pemerintah pusat. Meskipun
sumber daya tambang dan mineral atau pemerintah daerah hanya mendapatkan
perusahaan tambang yang berada di dalam sedikit porsi kewenangan dalam implementasi
konsesi IUPHHK-nya. Demikian juga jika kebijakan PKH, namun keterlibatan pemerin-
motivasi pemegang IUPHHK adalah ke- tah daerah dalam implementasi kebijakan
inginan untuk bisa bekerjasama atau ber- tersebut cukup besar. Hasil identifikasi
koordinasi dalam pengelolaan hutan. Jika terhadap keterlibatan para pihak dalam
pemegang IUPHHK bersikap tidak peduli implementasi kebijakan PKH menunjukkan
maka kepentingan mereka akan rendah, de- perbedaan yang tidak menyolok, yaitu 52,9%
247
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 239 - 259
Tabel 4. Hak, tanggung jawab dan manfaat yang diperoleh para pihak dalam implementasi
PKH.
Table 4. Stakeholder's rights, responsibilities and revenues in the policy implementation of the use of
forest area.
248
Peranan Para Pihak dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan . . .
Manifas Zubayr, Dudung Darusman, Bramasto Nugroho & Dodik Ridho Nurrohmat
Tabel 4. Lanjutan.
Table 4. Continued.
Pendukung:
1. Kemen- Menerbitkan 5 Bimbingan dan pembinaan 3 Pendapatan negara 5
terian PKP2B/KK pelaksanaan kegiatan
ESDM pertambangan (supporting)
2. Gubernur Menerbitkan 5 Pengawasan (supporting) 3 Pendapatan daerah 5
rekomendasi
3. Bupati Menerbitkan 5 Pengawasan (supporting) 3 Pendapatan daerah 5
IUP
4. Dinas Memberikan 4 - Tata batas dan inventarisasi 4 Pemberdayaan, 2
Kehu- pertimbangan - Verifikasi calon lokasi peningkatan
tanan teknis, evaluasi rehabilitasi DAS kualitas dan
Provinsi IPPKH - Penilaian hasil rehabilitasi kesejahteraan SDM
DAS
- Evaluasi dan atau monitoring
IPPKH
- Verifikasi PNBP
- Pemeriksaan lapangan lahan
kompensasi
5. Dinas Monitoring 4 - Tata batas dan inventarisasi 4 Pemberdayaan, 2
Kehu- IPPKH - Penilaian hasil revegetasi peningkatan
tanan - Verifikasi calon lokasi kualitas dan
Kabupa- rehabilitasi DAS kesejahteraan SDM
ten/Kota - Penilaian hasil rehabilitasi
DAS
- Evaluasi dan atau monitoring
IPPKH
- Verifikasi PNBP
- Pemeriksaan lapangan lahan
kompensasi
6. Dis- - 1 - Memberikan pertimbangan 3 1
ESDM teknis dalam rekomendasi
Provinsi Gubernur
- Penilaian hasil penanaman
revegetasi
7. Dis- - 1 Pemantauan pelaksanaan 1 1
ESDM kegiatan pertambangan
Kabupa- (supproting)
ten
249
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 239 - 259
Tabel 4. Lanjutan.
Table 4. Continued.
Keterangan (Remark): Supporting merupakan peranan sebuah institusi yang mendukung berjalannya implementasi
kebijakan PKH.
250
Peranan Para Pihak dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan . . .
Manifas Zubayr, Dudung Darusman, Bramasto Nugroho & Dodik Ridho Nurrohmat
251
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 239 - 259
252
Peranan Para Pihak dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan . . .
Manifas Zubayr, Dudung Darusman, Bramasto Nugroho & Dodik Ridho Nurrohmat
Masyarakat (Community)
BPKH (Agency for Forest
inDistrict Government)
of Natural Resources)
Management System)
Para pihak (Stakeholder)
apparatus)
Dishut Prov (Provincial
2 3 0 5 5 3 0 0 1 2 0 4 1 0 1
Forestry Service)
DisESDM Prov
(Provincial Mining Resour- 0 0 2 2 2 1 1 1 0 0 2 1 0 1
ces and Energy Service)
Dishut Kab (District
2 4 4 3 0 0 2 0 0 3 1 0 1
Forestry Service)
DisESDM Kab (District
Mining Resources and 1 1 1 1 1 2 0 0 4 1 0 1
Energy Service)
BPKH (Agency for Forest
4 3 2 2 1 0 0 4 1 0 1
Territory Establishment)
BPDAS (Agency for
Watershed Management 3 4 4 1 0 0 4 1 0 1
System)
BP2HP (Agency for
Monitoring of Production 1 1 1 0 0 2 1 0 1
Forest Utilization)
BKSDA (Agency for
Conservation of Natural 4 1 0 0 3 1 0 0
Resources)
BTN (National Park
1 0 0 3 1 0 0
Agency)
BLHD (Environmental
0 0 3 1 0 0
Agency in District Government
LSM (Non Government
4 -1 1 0 4
Organization)
Ormas (Community
-2 1 0 5
Organization)
Pemegang IPPKH (Leasehold
-1 -1 -2
of forest area license holder)
Pemegang IUPHHK (License
0 0
of forest production utilization)
Aparat Keamanan (Human
2
security apparatus)
Masyarakat (Community)
253
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 239 - 259
umumnya, konflik muncul karena pemegang Dengan berbagai modus yang dipakai, masya-
IUPHHK tidak menyetujui aktivitas peme- rakat berusaha untuk mendapatkan kom-
gang IPPKH yang dianggap mengganggu status pensasi (ganti rugi) terhadap lahan yang
kelestarian hutan pemegang IUPHHK. Alasan mereka klaim. Masyarakat menanami lahan
lainnya adalah tidak disepakatinya nilai ganti tersebut dengan berbagai jenis tanaman kayu
rugi tegakan dan sarana prasarana yang telah yang mempunyai nilai jual. Masyarakat juga
dibangun, sementara pemegang IPPKH me- berusaha mendapatkan surat keterangan
rasa telah memiliki izin dari Menteri Kehu- kepemilikan lahan tersebut dari aparat yang
tanan yang sah secara hukum untuk dapat berwenang, sementara pemegang IPPKH
melakukan kegiatan di kawasan hutan yang berusaha untuk membawa permasalahan
telah ditetapkan. Selain itu, banyak pemegang tersebut ke institusi yang berwenang namun
IPPKH mengeluhkan tuntutan nilai ganti rugi tidak mendapatkan respon positif, hingga pada
tegakan dan sarana prasarana yang tidak akhirnya melaporkannya kepada aparat
rasional dari pemegang IUPPHK. keamanan.
Konflik akan semakin tinggi ketika pe- Konflik pemegang IPPKH dengan ma-
megang IUPHHK memanfaatkan situasi syarakat tersebut dimanfaatkan oleh banyak
(rent seeking/opportunistic behavior) untuk ormas yang bermunculan dalam masyarakat
mencari keuntungan atas keberadaan per- yang mengatasnamakan masyarakat asli atau
usahaan tambang di dalam areal konsesi masyarakat adat. LSM juga memanfaatkan
IUPHHK-nya. Konflik tersebut menim- kondisi tersebut untuk mendapatkan keun-
bulkan permasalahan tersendiri dalam proses tungan dari pemegang IPPKH, sementara
implementasi kebijakan PKH. Pemerintah aparat mendapatkan keuntungan dari
perlu berperan aktif dalam menyelesaikan peranannya dalam memediasi konflik di antara
konflik-konflik tersebut yang sebenarnya mereka.
telah diketahui sejak lama. Sementara ini, Hubungan konflik ini sangat merugikan
sebagian besar konflik diselesaikan dengan pemegang IPPKH. Selain harus mengeluarkan
kompromistis, di mana pemegang IPPKH biaya transaksi tambahan untuk penyelesaian
(dengan kekuatan modal) cenderung mengalah konflik, perusahaan juga mengalami kerugian
untuk mengikuti permintaan pemegang finansial atas biaya sewa peralatan dan waktu
IUPHHK. Kompromi juga terjadi dengan produksi. Selama penyelesaian konflik ter-
melakukan hubungan 'business to business'. sebut tidak jarang masyarakat melakukan
Beberapa masalah lanjutan akibat overlapping pemblokiran terhadap produksi perusahaan.
izin dalam areal yang sama tersebut adalah Dalam kurun waktu tersebut perusahaan harus
ketidakjelasan batas kewenangan pengelolaan menerima kerugian dari penyewaan alat-alat
hutan, terbukanya akses ke dalam wilayah berat dan alat-alat produksi tambang yang lain.
IUPHHK tanpa bisa dikontrol oleh kedua Keberadaan aparat keamanan juga mempunyai
belah pihak. kecenderungan yang merugikan bagi perusa-
Hubungan konflik yang terjadi antara haan. Aparat keamanan cenderung untuk
pemegang IPPKH dengan masyarakat, ormas mengulur-ulur waktu penyelesaian konflik
LSM maupun aparat keamanan terkait dengan bahkan lebih condong 'melindungi' masya-
klaim masyarakat terhadap kawasan hutan. rakat untuk mendapatkan kompensasi.
Sebagian besar kawasan hutan yang telah Terlebih terdapat beberapa oknum aparat
mendapatkan IPPKH telah diklaim oleh keamanan yang mempunyai klaim lahan di
masyarakat di sekitar wilayah tersebut. dalam kawasan hutan.
254
Peranan Para Pihak dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan . . .
Manifas Zubayr, Dudung Darusman, Bramasto Nugroho & Dodik Ridho Nurrohmat
255
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 239 - 259
Dubois, O. (1998). Capacity to manage role Pomeroy, R. & Guieb, R.R. (2006). Fishery co-
changes in forestry. London: International management. A practical handbook.
Institute for Environment and Develop- Cambridge, M.A.: CABI Publishing and
ment (IIED). Ottawa: International Development
Research Centre.
Freeman, R.E. (1984). Strategic management: a
stakeholder approach. Cambridge: Reed, M.S., Graves, A., Dandy, N., Posthu-
Ballinger. mus, H., Hubacek, K., Morris, J., &, &
Stringer, L.C. (2009). Who's in and why?
Grimble, R. & Wellard, K. (1997). Stake-
A typology of stakeholder analysis
holder methodologies in natural resource
methods for natural resource management.
management: a review of principles,
Journal of Environmental Management, 90,
context, experiences and opportunities.
1933-1949.
Agricultural System, 55(2), 173-193.
Roslinda, E., Darusman, D., Suhardjito, D., &
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1976
Nurrohmat, D.R. (2012). Stakeholders
tentang Sinkronisasi Pelaksanaan Tugas
analysis on the management of Danau
Bidang Keagrariaan dengan Bidang
Sentarum National Park Kapuas Hulu
Kehutanan, Pertambangan, Transmigrasi
Regency, West Kalimantan. Tropical Forest
dan Pekerjaan Umum.
Management Journal, 18(2), 78-85.
Kusumedi, P. & Rizal, A. (2010). Analisis
Salam, M.A. & Noguchi, T. (2006). Evaluating
stakeholder dan kebijakan pembangunan
capacity development for participatory
KPH Model Maros di Provinsi Sulawesi
forest management in Bangladesh's Sal
Selatan. Jurnal Analisis Kebijakan
forest based on '4Rs' stakeholder analysis.
Kehutanan, 7(3), 179-193.
Forest Po-licy and Economics, 8, 785-796.
McCracken, J.R. & Narayan, D. (1998).
Stake, R.E. (2009). Studi kasus. In N.K. Denzin
Participation and social assessment: tools and
& Y.S. Lincoln, Handbook of Qualitative
techniques. Washington, D.C.: The
Research (2th Ed.). (Dariyanto, Badrus S.F.,
International Bank for Reconstruction and
Abi, & John R, Penerjemah). Yogyakarta:
Development.
Penerbit Pustaka Pelajar.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.16/
Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehu-
Menhut-II/2014 tentang Pedoman Pinjam
tanan Nomor 64/Kpts/DJ/I/1978 tentang
Pakai Kawasan Hutan.
Pedoman Pinjam Pakai Tanah Kehutanan.
256
Lampiran 1. Matriks keterlibatan (peranan) para pihak dalam implementasi kebijakan penggunaan kawasan hutan.
Appendix 1. Matrix of stakeholder's roles in policy implementation of the use of forest area.
Keterlibatan para pihak (Stakeholders roles)
Jenis kegiatan
No.
(Activities)
1 Penerbitan izin Ö Ö Ö
tambang (Issuance of
mining license)
2 Penerbitan dokumen Ö Ö Ö Ö Ö Ö
lingkungan (Issuance of
environment document)
3 Pertimbangan teknis Ö Ö Ö Ö Ö Ö
wilayah pertambangan
(Technical consideration
of mining area)
4 Penerbitan Ö Ö
rekomendasi Gubernur
(Issuance of Governor
recommendation)
5 Proses dan analisis Ö
perizinan PPKH
(Leasehold of forest area
License process and
analysis)
6 Pertimbangan teknis Ö Ö
kawasan hutan (Technical
consideration of forest area)
257
Manifas Zubayr, Dudung Darusman, Bramasto Nugroho & Dodik Ridho Nurrohmat
Peranan Para Pihak dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan . . .
258
9
8
7
12
11
10
No.
area)
forest area)
watersheds
calon lahan
assesment of
(Assesment of
rehabilitasi DAS
Penetapan lokasi
rehabilitasi DAS
(Activities)
(Determination of
forest area license)
(Forest inventory)
kompensasi (Field
Jenis kegiatan
rehabilitation area)
compensation land)
Penerbitan IPPKH
hutan (Deliniation of
Inventarisasi tegakan
Appendix 1. Continued.
watersheds rehabilition
(Issuance of leasehold of
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
DisESDM Prov (Provincial Mining
Dishut Kab (Kota/District Forestry
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
DisESDM Kab (District Mining
BPKH (Agency for Forest Territory
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Keterlibatan para pihak (Stakeholders roles)
Ö
Ö
Ö
Management System)
BP2HP (Agency for Monitoring of
Ö
Ö
Ö
Ö
BKSDA (Agency for Conservation of
Ö
Ö
BTN (National Park Agency)
BLHD (Environmental Agency in
?
BPN (National Land Board)
Perhutani (Indonesian State Forestry
?
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 239 - 259
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
259
17
16
14
13
15
No.
replanting)
(Assesment of
Penilaian hasil
watersheds area
Evaluasi IPPKH
(Activities)
Verifikasi PNBP
Jenis kegiatan
DAS (Assesment of
revegetation results)
government non-tax
Monitoring IPPKH
the forest area license)
Lampiran 1. Lanjutan.
Ö
Ö
Ö
Ö
DisESDM Prov (Provincial Mining
Ö
Dishut Kab (Kota/District Forestry
Ö
Ö
Ö
Ö
Keterangan (Remarks): Keterlibatan pemerintah pusat 37 peran (52,9%), pemerintah daerah 33 peran (47,1%).
DisESDM Kab (District Mining
Ö
BPKH (Agency for Forest Territory
Ö
Ö
Ö
Ö
Keterlibatan para pihak (Stakeholders roles)
Ö
Ö
Ö
Ö
Management System)
BP2HP (Agency for Monitoring of
Ö
Ö
Ö
BKSDA (Agency for Conservation of
Ö
Ö
BTN (National Park Agency)
BLHD (Environmental Agency in
BPN (National Land Board)
Perhutani (Indonesian State Forestry
Ö
Manifas Zubayr, Dudung Darusman, Bramasto Nugroho & Dodik Ridho Nurrohmat
Peranan Para Pihak dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Kawasan . . .