Professional Documents
Culture Documents
ID Calculation of Health Service Unit Cost
ID Calculation of Health Service Unit Cost
ID Calculation of Health Service Unit Cost
Subirman
Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman Samarinda
ABSTRACT
Background : Recognizing the limited ability of the government to address the problem of health financing,
there should be effort to improve health care quality by calculating the unit costof health services to find out
the amount of total cost required by the Community Health Center which later can be used as a source of
information for the local government in rationalizing the rates of Community Health Centers in Samarinda.
This study aims to analyze and calculate the unit cost of health services at Palaran Community Health
Center in Samarinda.
Method : This research is a descriptive survey. For the unit cost analysis, the population used was all
financial transactions that occur in the Palaran Community Health Center in 2011. The samples were all
financial transactions related with investment costs, operational and maintenance costs at The Cost Center,
whether it is Supporting Cost Center or Production Cost Centerat the Palaran Community Health Center.
Result : Research shows that the Unit Cost of the Ambulatory Health Service at the PalaranCommunity
Health Center was Rp 8,338 and for Inpatient Service Unit Cost was Rp 24,708.
Conclusion : This Research suggests to the local goverment to consider the Unit Cost in the Health Service
Center before setting the amount of health financing subsidy.
Keywords : Unit Costs, Health Center
ABSTRAK
Latar Belakang : Menyadari kemampuan pemerintah yang terbatas untuk mengatasi masalah pembiayaan
kesehatan, maka perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan puskesmas dengan
menghitung biaya satuan pelayanan kesehatan sehingga diketahui total biaya yang dibutuhkan oleh
Puskesmas yang nantinya dapat dijadikan sumber informasi oleh pemerintah daerah dalam melakukan
rasionalisasi tarif pelayanan puskesmas di Samarinda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
menghitung biaya satuan pelayanan kesehatan di Puskesmas Palaran Kota Samarinda.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif. Untuk analisis unit cost, populasi yang dipakai adalah
seluruh transaksi keuangan yang terjadi di Puskesmas Palaran di Kota Samarinda pada tahun 2011. Sampel unit
cost, adalah semua transaksi keuangan yang berkaitan dengan biaya investasi, biaya operasional dan biaya
pemeliharaan pada pusat biaya, baik itu pusat biaya penunjang maupun pusat biaya produksi di Puskesmas
Palaran.
Hasil : Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Unit cost rawat jalan di Puskemas Palaran sebesar Rp 8.338 dan
untuk unit cost rawat inap sebesar Rp 24.708.
Kesimpulan : Penelitian ini menyarankan kepada Pemerintah Kota Samarinda untuk mempertimbangkan biaya
satuan pelayanan kesehatan di tingkat Puskesmas sebelum menetapkan besaran subsidi pembiayaan kesehatan.
Kata kunci : Biaya Satuan, Puskesmas
166
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Subirman, Perhitungan Biaya Satuan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas di Kota Samarinda ● 168
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Hasil Penelitian ini sejalan dengan dilakukan. Komponen biaya operasional tetap
penelitian yang dilakukan Intiasari AD dkk, dalam penelitian ini adalah biaya
2009, pada penetapan paket pelayanan pemeliharaan alat medis, pemeliharaan alat
kesehatan dan perhitungan premi program non medis, pemeliharaan gedung dan gaji
pemeliharaan kesehatan mahasiswa pegawai.
Universitas Soedirman, bahwa unit produksi Penelitian ini memberikan gambaran
berupa biaya investasi berupa gedung biaya operasional tetap pada Puskesmas
memberikan kontribusi terbesar terhadap total Palaran menunjukan komponen gaji
biaya. merupakan komponen biaya yang tertinggi
Demikian pula penelitian Hasna pada sebesar Rp. 1.273.533.600 (98%), dari total
unit rawat jalan Rumah Sakit Kusta Makassar biaya semi variable cost, sedangkan biaya
tahun 2001. Dimana AIC gedung sekitar 72% maintenance alat non medis dan kendaraan
dari keseluruhan investasi, disusul alat medis merupakan komponen biaya terendah yakni
dan non medis serta yang terkecil adalah masing-masing sebesar Rp. 5.000.000,.
investasi kendaraan. Besarnya komponen gaji pegawai
Namun dalam penelitian ini AIC sangat erat hubungannya dengan jumlah
kendaraan merupakan biaya investasi tertinggi pegawai yang bekerja, gaji pegawai yang
kedua setelah AIC gedung dan kemudian sifatnya semi variabel cost merupakan biaya
masing-masing Rp. 14.342.914 (14%), untuk biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh pihak
alat medis dan Rp. 14.586.620 (14%) untuk Puskesmas dengan jumlah yang
alat non medis. Hal ini disebabkan jumlah samawalaupun output layanan tidak sama atau
pegawai yang makin banyak pada pusat biaya, tidak dipengaruhi oleh kinerja Puskesmas. Hal
maka akan semakin besar pula nilai ditribusi ini disebabkan oleh sifat dari biaya gaji
AIC kendaraan yang digunakan pada pusat pegawai itu sendiri yang bersifat semi
biaya tersebut. Seperti diketahui bahwa nilai variable cost yakni biaya yang besarnya tidak
AIC dimasing-masing Puskesmas akan di signifikan dipengaruhi oleh output.
distribusikan ke pusat biaya, yang Pihak Puskesmas dapat menekan
perditribusiannya berdasarkan persentase besarnya gaji pegawai dengan penempatan
jumlah unit pelayanan kesehatan yang tersedia pegawai yang lebih baik dengan
serta persentase jumlah pegawai pada masing- memperhatikan besarnya output dari suatu
masing pusat biaya. unit. Pada pusat biaya produksi, jumlah
Untuk AIC alat medis merupakan biaya pegawai harus mempertimbangkan besarnya
investasi yang perlu diperhitungkan karena beban kerja dari masing-masing unit produksi,
harga peralatan medis dibeberapa pusat biaya dengan penempatan dan besar pegawai yang
walaupun harganya cukup tinggi namun tetap sesuai dengan kebutuhan, maka belanja
disediakan oleh Puskesmas dan untuk alat non Puskesmas untuk gaji pegawai dapat lebih
medis yang ada di Puskesmas saat ini, efisien.
sebagian besar pengadaannya seumur dengan Hal ini sesuai dengan penelitian
gedung Puskesmas sehingga perhitungan AIC Munawar di RSUD Kabupaten Majene bahwa
alat tersebut akan lebih besar. biaya terbesar pada komponen biaya
operasional tetap adalah berupa gaji pegawai
Biaya Operasironal Tetap (Semi Variabel yakni sebesar 95%. Penelitian ini diperkuat
Cost) dengan penelitian Intiasari AD dkk, 2009
Penelitian ini memberikan gambaran bahwa total biaya di tiap unit produksi adalah
Biaya operasional tetap adalah biaya yang jumlah dari biaya investasi, biaya opersional
dapat berubah namun perubahannya tidak dan biaya pemeliharaan yang telah
tergantung pada volume kegiatan yang terdistribusi sesuai dasar pembobotan dengan
Subirman, Perhitungan Biaya Satuan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas di Kota Samarinda ● 170
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
mempertimbangkan biaya investasi dan gaji, berdasarkan data rekap terkahir laporan
dimana gaji merupakan komponen biaya yang kunjungan Puskesmas Dinas Kesehatan Kota
memberikan kontribusi terbesar terhadap total Samarinda, Februari 2012.
biaya. Berdasarkan data angka kunjungan
tersebut memberikan gambaran bahwa
Biaya Operasional Tidak Tetap (Variabel tingginya angka kunjungan di Puskesmas
Cost) Palaran, berbanding lurus dengan jenis
Biaya operasional tidak tetap adalah tindakan dan jenis pelayanan kesehatan yang
biaya yang jumlah totalnya berubah sesuai diterima pasien, sehingga memberikan beban
dengan perubahan volume kegiatan atau biaya pada komponen biaya BHP medis.
output. Hasil perhitungan terlihat bahwa biaya Hal yang sama diungkapkan Utami SB,
operasional tidak tetap terbesar pada biaya 2006, bahwa tingginya biaya pelayanan
bahan habis pakai (BHP), hal ini terjadi kesehatan, sebagian besar karena tingginya
karena adanya pengaruh output. biaya obat akibat tingginya pemakaian obat
Biaya ini berubah setiap tahun sesuai pada unit pelayanan kesehatan. Data ini juga
dengan perubahan volume kegiatan sehingga menunjukkan besarnya biaya operasional
dikatakan bahwa biaya operasional tidak tetap tidak tetap pada pembelian obat dan BHP
merupakan fungsi dari perubahan output. medis.
Variable cost selalu berhubungan dengan Hal ini terjadi karena harga alat
jumlah pasien yang mendapat pelayanan kesehatan terus meningkat, laju inflasi
kesehatan. Jika jumlah pasien meningkat, meningkat dan kecenderungan masyarakat
maka biaya variable cost akan meningkat. yang selalu menginginkan pelayanan yang
Hasil penelitian ini memberikan terbaik sehingga biaya opersional tidak tetap
gambaran bahwa pada pusat biaya bahan yang harus ditanggung terus meningkat.
habis pakai (BHP) medis merupakan
komponen biaya terbesar di Puskesmas Total Biaya (Total Cost)
Palaran sebesar Rp. 132.281.803 (83%) dari Dalam menghitung besarnya total cost
total biaya operasional tidak tetap yakni maka ada tiga komponen yang perlu
sebesar Rp. 159,381,803, sedangkan diperhatikan dimana total cost dapat di hitung
komponen biaya telepon dan air merupakan seberapa besar total biaya yang merupakan
komponen biaya terendah yakni masing- biaya asli masing-masing pusat biaya dengan
masing sebesar Rp. 3.000.000 (2%), dan Rp. menggunakan rumus (TC = FC + SM+ VC).
3.600.000 (2%) dari Total biaya operasional Terlihat bahwa biaya total dalam
tidak tetap. penelitian ini yang terdiri dari jumlah masing-
Besarnya komponen biaya operasional masing biaya yakni biaya tetap, biaya
tidak tetap ini dipengaruhi oleh banyaknya operasional tidak tetap, operasional tetap,
pemakaian, seperti obat dan bahan habis pakai setelah dilakukan Double Distribution, untuk
medis yang dipengaruhi oleh banyaknya melihat besarnya biaya riil yang dikeluarkan
pasien, telepon dan air dipengaruhi oleh oleh instalasi perawatan. Hasil ini
banyaknya pemakaian yang berhubungan menunjukkan bahwa total cost di Puskesmas
langsung dengan banyaknya pasien. Palaran sebesar Rp. 152,489,244 dengan
Hal ini terlihat dalam penelitian ini komponen biaya terbesar pada pusat biaya
dimana besarnya komponen biaya BHP medis poli umum sebesar Rp 89,963,370 (59%),
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sementara komponen biaya terendah pada
Puskesmas Palaran merupakan Puskesmas pusat biaya rawat inap sebesar Rp. 10,994,871
Rawat Inap dengan jumlah kunjungan (7%). Seperti diketahui bahwa rata-rata
tertinggi yakni 6.174 kunjungan hal ini
Subirman, Perhitungan Biaya Satuan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas di Kota Samarinda ● 172
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat