Vol. 8 No.1 Juni 2012 Hal. 107 - 121: Jurnal Infestasi

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Jurnal InFestasi

Vol. 8 No.1 Juni 2012


Hal. 107 - 121

SISTEM ANTI KORUPSI: SUATU STUDI KOMPARATIF DI INDONESIA,


HONGKONG, SINGAPURA DAN THAILAND

Anita Carolina
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang Po.Box. 02 Kamal, Bangkalan-Madura
Email: nietaff@yahoo.com

Abstract

This study is designed to cast light on the issue of corruption from diverse
viewpoints, which is so deeply rooted in every aspect of life these days. Anti-
corruption approaches on the part of the government are not expected to be so
successful because the problem is too complicated. That is why appropriate
comprehension of the issue is required first. This study explores the anti-corruption
and corruption-preventive systems in Asia, especially in Singapore, Hong Kong,
Thailand and Indonesia. Moreover, this study compares how those countries
combat corruption with the aim of ascertaining why Singapore and Hong Kong are
more effective in curbing corruption than Thailand and Indonesia. Singapore, Hong
Kong, Thailand and Indonesia have relied on a single anti-corruption agency (ACA)
to implement the anti-corruption laws.
This study concludes that the critical difference between success and failure in
combating corruption in Asian countries is the political will of the government.
Singapore and Hong Kong are more effective in corruption control because their
governments have demonstrated their commitment by enforcing the comprehensive
anticorruption laws impartially and providing the CPIB and ICAC with adequate
personnel and budget to enable them to perform their functions effectively. In
contrast, Thailand and Indonesia are less effective in curbing corruption because
their governments lack the political will as reflected in the higher staff-population
ratios and lower per capita expenditures of their ACAs and the selective
enforcement of the anti-corruption laws. In addition to political will, the favourable
policy contexts of Singapore and Hong Kong have enhanced the effectiveness of the
CPIB and ICAC. On the other hand, the unfavourable policy contexts of Thailand
and Indonesia have hindered the effectiveness of their ACAs.

Key words: Corruption, Anti Corruption Agency, System Anti Corruption, Political
Will.

PENDAHULUAN Risk Consultancy’s (PERC’s) dan


Korupsi merupakan masalah serius Transparency International’s Corruption
yang dihadapi banyak negara di Asia. Perceptions Index (CPI). Walaupun
Namun, di Singapura dan Hong Kong survei ini dilakukan oleh lembaga
korupsi bukanlah menjadi suatu hal yang berbeda dengan variabel dan
yang besar. Sebagai salah satu negara metode pengukuran yang berbeda,
yang dikenal paling makmur di Asia namun hasil yang ada menunjukkan
dengan GDP menyamai negara-negara konsistensi peringkat korupsi suatu
Eropa Barat, Singapura dinilai sangat negara. Tabel 1 menunjukkan secara
berhasil dalam memerangi korupsi (Lee, terperinci peringkat korupsi negara
2000). Hal ini tercermin dalam 2 (dua) Indonesia, Hong Kong, Singapura
survei yang dilakukan oleh lembaga dan Thailand dari tahun 1995
independen yaitu: Political and Economic sampai 2010.

107
108

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012

Tabel 1
Indikator peringkat korupsi di Indonesia, Hong Kong, Singapura dan Thailand
berdasarkan PERC dan CPI tahun 1995-2010.
Indikator PERC CPI
Tahun Indonesia Hong Kong Singapura Thailand Indonesia Hong KongSingapura Thailand
1995 7.30 2.8 1.2 5.90 1.94 7.12 9.26 2.79
1996 7.69 2.79 1.09 6.55 2.65 7.01 8.80 3.33
1997 8.67 3.03 1.05 7.49 2.72 7.28 8.66 3.06
1998 8.95 2.74 1.43 8.29 2.0 7.8 9.1 3.0
1999 9.91 4.06 1.55 7.57 1.72 7.7 9.1 3.2
2000 9.88 2.49 0.71 8.20 1.72 7.7 9.1 3.2
2001 9.67 3.77 0.83 8.55 1.9 7.9 9.2 3.2
2002 9.92 3.33 0.90 8.89 1.9 8.2 9.3 3.2
2003 9.33 3.61 0.38 8.75 1.9 8.0 9.4 3.3
2004 9.25 3.60 0.50 7.80 2.0 8.0 9.3 3.6
2005 9.10 3.50 0.65 7.20 2.2 8.3 9.4 3.8
2006 8.16 3.13 1.30 7.64 2.4 8.3 9.4 3.6
2007 8.03 1.87 1.20 8.03 2.3 8.3 9.3 3.3
2008 7.98 1.80 1.13 8.00 2.6 8.1 9.2 3.5
2009 8.32 1.89 1.07 7.63 2.8 8.2 9.2 3.4
2010 9.27 2.67 1.42 7.60 2.8 8.4 9.3 3.5
Sumber: CPI (2010); World Bank (2010)

PERC menggunakan rentang rendahnya praktik korupsi di kedua


skor mulai dari nol sampai 10, di Negara tersebut, sedangkan skor yang
mana skor nol mewakili posisi didapat Indonesia dan Thailand
terbaik, sedangkan skor 10 mencerminkan tingginya praktik
merupakan posisi skor terburuk. korupsi.
Sebaliknya, CPI menggunakan skor nol Studi ini bertujuan untuk
untuk menunjukkan posisi terburuk membandingkan sistem anti korupsi
dan skor 10 untuk posisi terbaik. yang ada di Indonesia, Hong Kong,
Berdasarkan tabel 1 di atas, tampak Singapura dan Thailand. Pemilihan
bahwa Singapura dan Hong Kong beberapa negara tersebut untuk
merupakan negara yang rendah tingkat diperbandingkan dengan Indonesia
korupsinya. Berdasarkan PERC pada mempunyai alasan yang cukup
tahun 2003 nilai Singapura mendekati signifikan. Singapura dan Hong Kong
nilai mutlak yaitu 0,38 yang merupakan contoh Negara yang sukses
menunjukkan nilai hampir sempurna. dalam pemberantasan korupsi. Kedua
Berlanjut sampai pada tahun 2010 negara ini dinilai sebagai negara yang
posisi Singapura masih menempati terbersih dari korupsi di Asia Pasifik,
posisi yang baik. Demikian juga halnya sehingga dapat dijadikan role model
dengan Hong Kong, nilai yang didapat dalam pemberantasn korupsi (Quah,
Hong Kong masih tinggi dengan skor 2007). Thailand, walaupun tidak
kisaran 1,87 sampai 1.89 pada tahun seberhasil Singapura dan Hong Kong
2007 sampai tahun 2010. Di sisi lain dalam pemberantasan korupsi, namun
justru Thailand dan Indonesia Thailand mampu merubah reputasinya
mendapatkan skor yang tinggi yang dari negara dengan tingkat korupsi
mengindikasikan tingkat korupsi yang yang tinggi menjadi negara yang cukup
tinggi. Pada tahun 2010 skor yang rendah korupsinya. Selain itu, keempat
didapat Indonesia yaitu 9.27 mendekati negara ini memiliki persamaan yaitu
nilai sempurna 10. Kondisi Thailand terdapatnya sebuah lembaga anti
masih lebih baik dibandingkan dengan korupsi yang independen yang
Indonesia, yaitu dengan skor 7.63 pada didukung dengan beberapa peraturan
tahun 2009 dan 7.60 pada tahun 2010. atau undang-undang tentang korupsi.
Konsisten dengan hasil PERC, kondisi
Singapura dan Hong Kong terlihat
109

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012


nepotisme (KKN). Berlandaskan
PEMBAHASAN ketetapan ini, maka dibentuklah Komisi
Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara
Perbandingan sistem anti korupsi di Negara dan kemudian terbentuk Komisi
Indonesia, Hong Kong, Singapura dan Pemberantasan Korupsi (KPK).
Thailand. Kemunculan KPK berdasarkan UU No
Indonesia 30/2002 dipandang sebagai langkah
Korupsi merupakan fenomena yang alternatif yang membawa angin segar
tidak terelakkan lagi keberadaannya di dalam pemberantasan korupsi di
banyak negara di Asia, termasuk Indonesia. Namun, sangat disayangkan,
Indonesia. Hampir di seluruh pelosok di keberadaan KPK yang dibentuk pada
Indonesia disinyalir telah terjadi masa pemerintahan Megawati ini,
korupsi, baik di sektor publik maupun justru menghadapi banyak rintangan,
sektor swasta, dari pemerintahan baik dari luar maupun dari dalam KPK.
tingkat pusat sampai tingkat daerah Banyak pihak yang berusaha menjegal
bahkan tingkat terendah sekalipun. keberadaan KPK karena dalam
Berbagai strategi telah diterapkan oleh perjalanannya KPK mampu
pemerintah Indonesia untuk membuktikan kinerjanya dengan
memberantas korupsi. Namun, praktik mengungkap kasus-kasus korupsi
korupsi justru semakin meningkat dan besar yang melibatkan elit politik.
merajalela. Keberanian KPK ini menjadi bumerang
Di Indonesia, korupsi sudah ada bagi eksistensi KPK. Beberapa anggota
sejak era orde lama. Praktik korupsi KPK menjadi tersangka kasus korupsi,
yang cukup dikenal pada masa itu dengan indikasi yang tidak jelas. Selain
adalah korupsi oleh Ruslan Abdulgani itu, adanya kepentingan dan konspirasi
pada tahun 1951-1956. Berlanjut pada politik di pemerintahan, kepolisian,
era orde baru yaitu pada masa maupun kejaksaan menghambat
pemerintahan Soeharto, praktik korupsi efiktivitas KPK. Banyaknya ancaman
semakin merajalela. Pada saat itu, yang mampu melemahkan kedudukan
korupsi yang dilakukan Soeharto dan KPK ini membuktikan kurangnya
kroni-kroninya semakin menjadi-jadi di dukungan, komitmen atau itikad baik
seluruh aspek bisnis baik di pemerintahan atau kekuasaaan politik
pemerintahan maupun swasta. Sampai terhadap keberadaan KPK. Secara garis
pada akhirnya kekuasaan Soeharto besar KPK mempunyai tugas (KPK,
tumbang dan diawali dengan era 2009):
reformasi pada tahun 1997. Namun a. Koordinasi dengan instansi yang
tampaknya praktik korupsi ini belum berwenang melakukan
mampu diberantas oleh pemerintah era pemberantasan tindak pidana
reformasi, karena semakin korupsi;
kompleksnya karakteristik korupsi yang b. Supervisi terhadap instansi yang
didukung dengan transformasi berwenang melakukan
kekuasaan politik. Hingga saat ini pemberantasan tindak pidana
pemberantasan korupsi di Indonesia korupsi;
belum menunjukkan titik terang dan c. Melakukan penyelidikan, penyidikan,
masih terkesan jalan di tempat. dan penuntutan terhadap tindak
Pemberantasan korupsi di Indonesia pidana korupsi;
dilakukan oleh beberapa lembaga anti d. Melakukan tindakan-tindakan
korupsi, yaitu: Komisi Pemberantasan pencegahan tindak pidana korupsi;
Korupsi (KPK), Tim Tastipikor (Tindak e. Melakukan monitor terhadap
Pidana Korupsi), Kepolisian, Kejaksaan, penyelenggaraan pemerintahan
BPK, Lembaga non-pemerintah: media negara.
masa dan organisasi masa. Indonesia telah memiliki cukup
Pembentukan lembaga anti korupsi banyak peraturan perundangan
di Indonesia diawali dengan Ketetapan berkaitan dengan korupsi. Peraturan
MPR No XI/1998 untuk segera perundangan tersebut antara lain
memberantas korupsi, kolusi, dan adalah:
110

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012


1. TAP MPR No XI Tahun 1998 e. Inpres 1/1971 tentang koordinasi
tentang penyelenggaraan Negara pemberantasan uang palsu.
yang bebas KKN. 5. Keputusan Presiden (Keppres):
2. Undang-Undang (UU): a. Keppres 11/2005 tentang
a. UU 20/2001 tentang Timtastipikor.
pemberantasan tindak pidana b. Keppres 12/1970 tentang "Komisi
korupsi. 4".
b. UU 30/2002 tentang komisi anti c. Keppres 80/2003 tentang
korupsi. pedoman pengadaan barang jasa
c. UU 31/1999 tentang di instansi pemerintah.
pemberantasan korupsi. UU ini d. Keppres 16/2004 tentang
telah diperbaharui menjadi UU perubahan Keppres 80/2003
No.20 tahun 2001. tentang pedoman pengadaan
d. UU 11/1980 tentang antisuap. barang jasa di instansi pemerintah.
e. UU 15/2002 tentang tindak 6. Surat Edaran:
pidana anti pencucian uang. UU a. Surat Edaran Jaksa Agung
ini telah dirubah menjadi UU tentang percepatan penanganan
25/2003. kasus korupsi tahun 2004.
f. UU 25/2003 tentang perubahan b. Surat Edaran Dirtipikor Mabes
UU 15/2002 tentang tindak Polri tentang pengutamaan
pidana anti pencucian uang. penanganan kasus korupsi.
g. UU 28/1999 tentang c. Surat Keputusan Jaksa Agung
penyelenggaraan negara yang tentang pembentukanntim
bersih dan bebas dari KKN. gabungan pemberantasan tindak
h. UU 7/2006 tentang pengesahan pidana korupsi tahun 2000.
konvensi perserikatan bangsa- d. Keputusan Bersama KPK-
bangsa anti korupsi Kejaksaan Agung dalam
i. UU 1/2006 tentang bantuan kerjasama pemberantasan
timbal balik masalah pidana. korupsi.
3. Peraturan Pemerintah (PP): 7. PERDA: Perda Kabupaten Solok
a. PP 71/2000 tentang peran serta No.5 tahun 2004 tentang
masyarakat dalam transparansi penyelenggaraan
pemberantasan korupsi. pemerintahan.
b. PP 110/2000 tentang kedudukan Untuk mendukung UU anti
keuangan DPRD. korupsi yang ada, Indonesia
c. Penjelasan PP 110/2000 tentang menerapkan 3 (tiga) strategi
kedudukan keuangan DPRD. pemberantasan korupsi, yaitu: (KPK,
d. PP 24/2004 tentang protokoler 2009)
dan keuangan pimpinan dan 1. Strategi sistem, mencakup
anggota DPRD. pencegahan, penegakan hukum dan
e. PP 25/2004 tentang pedoman kerjasama.
penyusunan tata tertib DPRD. 2. Strategi regulasi, mencakup
f. PP 19/2000 tentang tim pengesahan Undang-Undang
gabungan pemberantasan tindak Pemberantasan Tindak Pidana
pidana korupsi. Korupsi (Tipikor); Undang-Undang
4. Instruksi Presiden (Inpres): Komisi Pemberantasan Korupsi
a. Inpres 5/2004 tentang percepatan (KPK); penyusunan Rancangan
pemberantasan korupsi. Undang-Undang Pengadilan Tipikor;
b. Inpres 4/1971 tentang dan ratifikasi United Nations
pengawasan tertib administrasi Convention Against Corruption
di lembaga pemerintah. (UNCAC).
c. Inpres 9/1977 tentang operasi 3. Strategi institusional, terdiri dari:
tertib. pembentukan institusi independen;
d. Inpres 7/1999 tentang pembentukan institusi yang bersifat
akuntabilitas kinerja instansi koordinatif; dan pembentukan
pemerintah. pengadilan khusus.
111

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012


terbentuknya sistem kerjasama
Namun, pemberantasan korupsi penegak hukum yang terkait dengan
di Indonesia lebih mengutamakan pada penanganan korupsi.
aspek penindakan (ex post facto) 2) Strategi regulasi: belum
dibandingkan dengan aspek pencegahan terciptanya harmonisasi
(ex ante). perundang-undangan yang
Di samping beberapa strategi komprehensif, dan tidak adanya
utama tersebut di atas, pemerintah realisasi atas Inpres No 5 Tahun
Indonesia juga melakukan upaya- 2004 tentang Percepatan
upaya khusus untuk memberantas Pemberantasan Korupsi. Walaupun
korupsi antara lain melalui: 1) telah terdapat Rencana Aksi
reformasi birokrasi yang menekankan Nasional (RAN) Pemberantasan
keterbukaan, kesempatan yang sama Korupsi di sejumlah daerah di
dan transparansi dalam rekrutmen Indonesia yang disusun oleh Badan
pegawai negeri, kontrak, retensi dan Perencanaan Pembangunan
proses promosi termasuk Nasional (Bappenas), namun tindak
remunerasi dan diklat; 2) reformasi lanjutnya masih belum terwujud.
sektor pengadaan barang dan jasa 3) Strategi institusional: terjadinya
yang merupakan sektor yang paling tumpang tindih (overlapping)
rentan dengan praktik-praktik korupsi; kewenangan penanganan kasus
3) menetepkan peraturan perundang- korupsi, belum optimalnya koordinasi
undangan mengenai anti pencucian antara institusi-institusi yang
uang; 4) Perjanjian ekstradisi dengan menangani kasus korupsi, dan tidak
beberapa negara Malaysia (tahun adanya prioritas penanganan kasus-
1975), Filipina (tahun 1976), Thailand kasus korupsi.
(tahun 1978), dan terakhir Singapura Terlepas dari semua kelemahan
(tahun 2007) (Assegal. dkk, 2002). tersebut di atas, komitmen atau
Walaupun berbagai upaya telah kemauan politik (political will) dari
dilakukan pemerintah untuk pimpinan politik terutama Presiden
memberantas korupsi, Namun adalah hal mutlak yang diperlukan
pemberantasan korupsi di Indonesia Indonesia untuk meningkatkan
seperti tidak tahu arah dan jalan di efektivitas pemberantsan korupsi.
tempat. Yang menjadi pertanyaan
besar adalah mengapa pemerintah Hong Kong
Indonesia tidak mampu memberantas Sebagaimana negara-negara lain di
korupsi yang justru semakin Asia, korupsi juga merupakan masalah
merajalela? Mengapa banyak kasus yang serius di Hong Kong sebelum
korupsi yang merugikan Negara dalam berdirinya Independent Commission
jumlah besar justru tidak tersentuh Against Corruption (ICAC) pada Februari
hukum? Lebih dalam, Faktor-faktor 1974. Sebagai negara koloni Inggris,
apakah yang menyebabkan terjadinya istilah black money, tea money atau
hal ini? bahkan hell money yang merupakan
Dalam penelitiannya, Masyarakat bentuk-bentuk dari praktik korupsi
Transparansi Indonesia (MTI) (2007), telah menjadi keseharian kehidupan
menyimpulkan bahwa kegagalan masyarakat Hong Kong (Li, 2009).
pemerintah dalam memberantas Quah (2011), berpendapat bahwa
korupsi dikarenakan beberapa penyebab korupsi di Hong Kong
kelemahan yang terdapat dalam sebelum pembentukan ICAC
strategi yang diterapkan pemerintah, dikarenakan 4 (empat) faktor utama,
antara lain: yaitu: 1) tidak terdapatnya kemauan
1) Strategi sistem: belum politik yang kuat dari pemerintah
terbentuknya sistem penanganan kolonial Inggris dalam usaha
korupsi yang terintegrasi, belum pemberantasan korupsi. Lembaga anti
terwujudnya sistem pengembalian korupsi yang ada pada saat itu (ACB)
aset (asset recovery) atas hasil-hasil (dari 1948 sampai April 1971) dan
kejahatan korupsi, belum (ACO) (dari Mei 1971 sampai
112

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012


Januari 1974) belum mampu properti untuk mencegah tersangka
memberantas korupsi; 2) ACB dan ACO menghilangkan barang bukti dari
tidak efektif karena keterlibatan polisi proses investigasi, serta pemberian
dalam kasus korupsi, yang perlindungan bagi pelapor
dapat dikaitkan dengan rendahnya gaji (whistleblowers).
polisi; 3) birokrasi yang berbelit 3. The Elections (Corrupt and Illegal
sehingga harus membayar uang suap Conduct) Ordinance yang
mempercepat pengurusan dokumen 4) menekankan upaya pencegahan
penduduk Cina di Hong Kong telah praktik pemilihan yang ilegal dan
terbiasa dengan praktik suap menyuap korup, dan tuduhan spesifik yang
(tea money) dengan tujuan untuk melibatkan proses pemilihan umum
menjaga hubungan (guanxi) dengan untuk memilih Chief Minister, Dewan
pegawai pemerintah untuk Legislatif (Legislative Council), Dewan
mempercepat pengurusan lisensi atau Distrik (District Council), serta Kepala,
izin. Wakil Kepala atau Komisis
Pembentukan ICAC ini bersumber Eksekutif pada Rural Committee
dari sebuah kasus korupsi yang dan dewan desa (Village
dilakukan oleh seorang Jendral Polisi Representative).
yang bernama Peter Fitzroy Gobder Pemerintah Hong Kong sangat
yang terkait dengan kepemilikan aset mendukung keberadaan ICAC dalam
HK$ 4,3 juta. Gejolak yang terjadi di pemberantasan korupsi. ICAC
masyarakat menuntut pemerintah menerima anggaran yang cukup besar
untuk menunjuk Sir Alastair Blair-Kerr, dari pemerintah. Anggaran ICAC
seorang Haim Senior Puisne, memimpin meningkat secara signifikan yaitu
Komisi Penyelidikan pelarian Gobder. Ia sekitar 15 kali dari HK$12.9 juta pada
menuntut ketegasan dan keseriusan tahun 1974 menjadi HK$ 193 juta.
dari pemerintah untuk memisahkan Kemudian anggaran ini meningkat
kantor anti korupsi dengan Kepolisian. secara periodik, menjadi HK$ 824.1
Kemudian ICAC dibentuk, Jenderal pada tahun 2011 [ICAC, 2011).
Polisi Peter Fitzroy Gobder ditangkap Peningkatan anggaran ICAC yang besar
dan harta kekayaannya dirampas. ini menunjukkan kesungguhan dan
Hong Kong mempunyai 3 komitmen (political will) dari pemerintah
instrumen perundangan yaitu: dalam pemberantasan korupsi melalui
1. The Independent Commission Against pemberian dukungan penuh kepada
Corruption Ordinance, membahas ICAC.
secara terperinci mengenai korupsi ICAC mempunyai 3 strategi utama
(receiving any advantage), peran- yang dipandang berhasil dalam
peran atau tugas ICAC, prosedur memberantas korupsi yaitu: prevention,
untuk menangani tersangka, investigation dan education (ICAC,
kewenangan untuk menangkap, 2011). Ketiga strategi ini mempunyai
menahan dan memberikan jaminan, tujuan yang berbeda. Strategi
mencari dan menyita, kemampuan pencegahan (prevention), yaitu
mengambil sampel forensik dari terdapatnya prosedur atau peraturan
seorang tersangka, dan kemampuan yang secara tegas dan detil membahas
menginvestigasi setiap tuduhan mengenai definisi dan sanksi korupsi.
korupsi oleh pegawai negeri. Strategi kedua, penyelidikan
2. The Prevention of Bribery Ordinance, (investigation) merupakan penindakan
menjelaskan secara terperinci: yang tegas terhadap pelaku korupsi
kategori penyuapan, kewenangan untuk memberikan efek jera. Strategi
ICAC untuk menelusuri rekening education mempunyai tujuan untuk
bank, menelaah dokumen bisnis meningkatkan kesadaran masyarakat
dan pribadi, tersangka yang harus akan bahaya dan dampak negative dari
menyatakan pendapatan secara korupsi.
detail, aset-aset dan pengeluaran, Bertrand de Speville (1997),
kemampuan untuk menahan berpendapat bahwa keberhasilan ICAC
dokumen perjalaan dan menyegel didukung oleh lima faktor utama.
113

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012


Faktor pertama dan yang paling penting pemerintahan untuk memberantas
adalah pengakuan pemerintah terhadap korupsi. Selain itu letak geografis dan
keseriusan atau kesungguhan dalam luas wilayah Hong Kong yang kecil
pemberantasan korupsi serta merupakan factor yang menguntungkan
terdapatnya tenaga ahli yang kompeten bagi pemerintah Hong Kong untuk
dalam lembaga anti korupsi. Faktor meminimalisir peluang terjadinya
kedua adalah kemampuan ICAC untuk risiko.
mendapatkan kepercayaan publik.
Untuk mendapatkan kepercayaan dari Singapura
publik, ICAC harus tanpa cela dan Pada jaman pemerintahan kolonial
stafnya harus mempunyai integritas Inggris, korupsi merupakan hal yang
yang tinggi (“unblemished integrity”) dan sangat lumrah terjadi atau bisa
menjadi pemberantas korupsi yang dikatakan sebagai “way of life”
berdedikasi tinggi dan efektif pemerintahan di Singapura. Hal ini
(“dedicated and effective graft fighters”). dikarenakan rendahnya kemauan dan
Faktor ketiga, ICAC memformulasikan komitmen yang kuat dari pemerintah
dan mengimplementasikan tiga strategi untuk memberantas korupsi didukung
utama yang berfokus pada dengan tidak efektifnya aturan atau
penyelidikan, pencegahan dan standar yang diterapkan (Quah, 2010).
pendidikan. Faktor keempat, Pada saat itu pemerintah kolonial
keberhasilan ICAC dalam mendapatkan Inggris telah membentuk suatu unit
kepercayaan publik dengan khusus dalam kesatuan polisi
memastikan bahwa semua laporan Singapura untuk menangani semua
korupsi, tidak memandang jumlah baik kasus korupsi yang dikenal sebagai Anti
besar ataupun kecil akan diselidiki. Corruption Branch (ACB). Di samping
Sedangkan faktor kelima adalah itu, pada Desember 1937, Singapura
kemampuan ICAC dalam menjaga mengesahkan Undang-Undang anti
kerahasiaan pihak-pihak yang korupsi yang disebut dengan Prevention
melaporkan tindak pidana korupsi. of Corruption Ordinance (POCO).
Secara singkat dapat disimpulkan Namun, keberadaan lembaga dan
bahwa keberhasilan ICAC dikarenakan undang-undang anti korupsi ini tidak
kombinasi antara faktor-faktor yang mampu mengahalangi terjadinya
mampu menghasilkan lingkungan yang korupsi terutama di lembaga kepolisian.
kondusif atau baik untuk memberantas Korupsi di lembaga kepolisian menjadi
korupsi. sangat tidak terkontrol pada masa itu.
Lebih lanjut, Fanny Law, mantan Quah (2007), dalam penelitiannya
Komisaris ICAC, dalam Quah (2007), meyakini bahwa rendahnya gaji pegawai
mengaitkan keberhasilan pemerintahan, banyaknya kesempatan
pemberantasan korupsi di Hong Kong untuk praktik korupsi, tidak efektifnya
dengan empat unsur utama, yaitu: 1) kinerja ACB, tidak efektifnya POCO
kemauan politik yang kuat untuk merupakan faktor utama penyebab
memberantas korupsi; 2) integritas merajalelanya korupsi pada masa itu.
kerangka kerja yang memiliki integritas POCO dipandang tidak mampu
tinggi untuk pegawai negeri sipil, memberantas korupsi karena aturan
politisi, petugas pengadilan, dan yang terkandung di dalamnya
staf lembaga pengawas (watchdog membatasi kekuasaan ACB dalam
agency); 3) masyarakat sipil yang menyelidiki, menginvestigasi, dan
dinamis dengan media independen dan menahan tersangka korupsi, serta
lembaga swadayamasyarakat (NGO), rendahnya hukuman yang diberikan
dan terdapatnya lembaga anti korupsi kepada koruptor. Sedangkan ACB
(ICAC) yang independen yang didukung sendiri yang diharapkan mampu untuk
dengan program anti-korupsi yang memberantas korupsi justru telah
komprehensif. menjadi tempat yang sangat rawan
Secara singkat, kunci utama dengan praktik korupsi. Hal ini
keberhasilan ICAC adalah terdapatnya diperkuat dengan ditemukannya bukti
kemauan politik yang kuat dari pada Oktober 1951, yaitu tiga orang
114

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012


detektif dan beberapa senior staf di ACB atas hukuman yang dikenakan di
terlibat dalam penyelundupan opium pengadilan; dan 3) memberikan
senilai S$400,000 atau setara dengan kewenangan atau kekuasaan lebih
US $ 133,333. Terkuaknya kasus kepada CPIB untuk menangani kasus
penyelundupan opium oleh staf ACB ini korupsi (CPIB, 2011).
telah membuktikan lemahnya kinerja Untuk menjaga efektifitas
ACB. Sejak saat itu, tepatnya pada keberadaan POCA, pemerintahan PAP
Oktober 1952 Singapura membentuk melakukan beberapa amandemen
unit anti korupsi Corrupt Practices Undang-Undang atau bahkan membuat
Investigation Bureau (CPIB) peraturan baru dengan tujuan menutup
menggantikan ACB. CPIB merupakan celah atau mengatisipasi kekurangan
lembaga yang independen yang terpisah atau kelemahan peraturan yang ada.
dari kepolisian yang bertanggungjawab POCA mengalami beberapa
untuk menangani semua kasus amandemen, misalnya pada tahun
korupsi. 1966, yang menegaskan bahwa
Tekad kuat mantan Perdana seseorang dapat dinyatakan bersalah
Menteri Lee Kuan Yew merupakan atas kasus korupsi walaupun tanpa
kunci sukses pemberantasan korupsi di secara nyata menerima suap selama
Singapura. Di bawah kekuasaan orang tersebut memiliki niat untuk
People’s Action Party (PAP) dengan melakukan korupsi. Pada tahun 1989
kepemimpinan Perdana Menteri Lee pemerintah Singapura mengesahkan
Kuan Yew, pemerintah Singapura Corruption (Confiscation of Benefits) Act
menunjukkan komitmennya dalam untuk melengkapi undang-undang yang
pemberantasan korupsi dengan sudah ada. Keberadaan Undang-
mengesahkan undang-undang anti undang ini memungkinkan pengadilan
korupsi yang disebut dengan untuk membekukan dan menyita aset
“Prevention of Corruption Act” (POCA) maupun properti seseorang yang
pada tahun 1960 menggantikan POCO diperoleh dari praktik-praktik korupsi.
yang tidak efektif. Dalam POCA definisi Kemudian pada tahun 1999
korupsi diperluas dan diperjelas Pemerintah Singapura kembali
menjadi ”The asking, receiving or mengesahkan undang-undang lain
agreeing to receive, giving, promising or yaitu Corruption, Drug Trafficking and
offering of any gratification as an Other Serious Crimes (Confiscation of
inducement or reward to a person to do Benefits) yang mengatur prakti-kpraktik
or not to do any act, with a corrupt pencucian uang (money laundering)
intention” (CPIB, 2011). Pengertian sebagai pelengkap dalam memperluas
korupsi ini diartikan sebagai upaya kewenangan pengadilan untuk
meminta, menerima atau menyetujui membekukan dan menyita aset
untuk meminta, memberi, menjanjikan maupun properti seseorang yang
atau menawarkan gratifikasi sebagai diperoleh dari praktik-praktik korupsi.
inducement atau hadiah (reward) Kesungguhan pemerintahan PAP
kepada orang untuk melakukan atau dalam memberantas korupsi tidak
tidak melakukan suatu hal, dengan hanya diwujudkan dalam bentuk
sebuah maksud yang korup. pemberian kewenangan hukum kepada
Keberadaan POCA mampu CPIB serta penguatan undang-undang
memperkuat kedudukan CPIB dengan anti korupsi saja, namun juga dalam
memberikan kewenangan hukum yang penyediaan tenaga ahli yang kompeten
lebih besar dan independen. Pada dan dana yang besar untuk mendukung
hakikatnya POCA mempunyai 3 (tiga) CPIB. Pada tahun 2011 tercatat 138
karakteristik utama yang mampu orang pegawai CPIB, angka ini
mengoreksi kelemahan POCO yaitu: 1) meningkat 17 kali lipat dibandingkan
Meningkatkan hukuman bagi pelaku pada tahun 1959 (CPIB, 2011).
tindak pidana korupsi; 2) Pelaku yang Sedangkan anggaran yang diberikan
terbukti menerima gratifikasi secara kepada CPIB juga meningkat sangat
ilegal harus membayar kembali suap besar sekitar 33 kali dari S$1,024,370
yang diterimanya sebagai tambahan pada tahun 1978 menjadi
115

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012


S$34,073,400 pada tahun 2011 kekuasaan yang cukup dan integritas
(Republic of Singapore, 2011). Dalam yang tinggi. Selain itu keberadaan
melaksanakan fungsinya, CPIB undang-undang yang tegas dan jelas
mengadopsi pendekatan “total approach mengenai korupsi, adanya keadilan
to enforcement” yang menangani semua yang ditegakkan oleh lembaga peradilan
kasus korupsi baik kasus besar dalam pemberian sangsi atau hukuman
maupun kecil di dalam sektor publik kepada koruptor, dan terdapatnya
maupun swasta, baik pemberi suap administrasi pemerintahan yang efektif
maupun penerima suap dan segala juga merupakan factor pendukung
bentuk kecurangan lainnya yang tidak keberhasilan strategi pemberantasan
terungkap course dalam investigasi korupsi di Singapura.
korupsi (Soh, 2008). Secara garis besar Konsistensi dan kesungguhan
CPIB mempunyai fungsi utama yaitu: pemerintah Singapura dalam
(CPIB, 2011) pemberantasan korupsi tidak hanya
1) Menyelidiki kasus korupsi/berindikasi ditunjukkan dalam kegiatan
korupsi untuk menciptakan iklim dan penindakan saja, namun juga
etos anti korupsi yang kuat. pencegahan dan pendidikan. Langkah-
2) Mencegah terjadinya korupsi untuk langkah riil yang dilakukan pemerintah
menciptakan iklim dan etos anti Singapura dalam pencegahan korupsi
korupsi yang kuat, menciptakan antara lain adalah: 1) Reformasi
kepedulian diantara pegawai negeri administrasi pemerintahan untuk
tentang perlunya menjaga birokrasi menutup celah praktik korupsi antara
yang bebas korupsi, menciptakan lain melalui: pemangkasan birokrasi,
lingkungan yang bebas resiko pencapaian visi Integrity, Service,
dengan mengurangi peluang Excellence oleh seluruh instansi
korupsi, menciptakan birokrasi yang pemerintah, pendayagunaan teknologi
bebas korupsi. informasi secara elektronik untuk
3) Kombinasi antara menyelidiki dan mengurangi kontak langsung antara
mencegah tindakan korupsi untuk penyedia layanan publik dengan
menjaga kepercayaan publik. masyarakat; 2) Penerapan Government
Dengan kemauan politik yang kuat Instruction Manual yang berisi aturan
sebagai pondasinya, strategi/kerangka perilaku dan disiplin pegawai negeri
pemberantasan korupsi terdiri dari yang mencakup larangan menerima
empat pilar utama yang dapat disebut hadiah, melakukan investasi di sektor
dengan 4As, yaitu: (CPIB, 2011) swasta, dan membuat pernyataan bebas
1. Efektif Undang-Undang Anti Korupsi hutang budi dengan siapa pun.
(Effective Anti Corruption Acts) Selain itu aturan ini juga melarang
2. Efektif Komisi Anti Korupsi (Effective keterlibatan kontraktor yang
Anti Corruption Agency) terbukti korupsi dalam proyek-
3. Efektif Peradilan Effective proyek pemerintah, serta
Adjudication (or punishment) memutuskan kontrak dengan pihak
4. Efektif Administrasi Pemerintahan ketiga apabila terbukti terjadi praktik-
(Effective Government Administration) praktik korupsi; 3) Meningkatkan
Strategi yang diimplementasikan kesejahteraan pegawai pemerintah
pemerintah Singapura ini dipandang dengan memberikan gaji yang
sangat efektif. Kemauan atau komitmen memadai atau tinggi setara dengan
pemerintah yang kuat untuk pegawai swasta; 4) Melakukan kajian
memberantas korupsi merupakan atau review secara periodik terhadap
modal utama keberhasilan pemerintah peraturan perundang-undangan untuk
Singapura dalam membersihkan menutup peluang terjadinya korupsi
negaranya dari praktik korupsi yang berkembang seiring dengan
(Heilbrunn, 2004; Quah, 2010). perubahan situasi dan kondisi
Komitmen pemerintah ini didukung Singapura.
dengan keberadaan lembaga anti
korupsi yang independen, efektif,
mempunyai kewenangan atau
116

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012


korupsi ini disebut korupsi kebijakan,
Thailand yang terkait dengan konflik
Korupsi di Thailand menjadi kepentingan. Konflik kepentingan
masalah krusial yang harus muncul dari politisi yang berpengaruh
diselesaikan dan karakteristiknya yang memiliki kekuasaan untuk
konsisten dengan situasi korupsi di membuat keputusan dan melibatkan
beberapa negara di Asia. Secara umum, kerjasama diantara politisi, pegawai
tingkat pemberantasan korupsi di negeri tingkat tinggi dan pengusaha.
Thailand masih lebih baik jika Salah satu contoh kasus korupsi
dibandingkan dengan beberapa negara kebijakan adalah kasus korupsi
di Asia termasuk Indonesia. Di pembelian tanah di Ratchada yang
Thailand korupsi dikenal dengan istilah melibatkan Perdana Menteri
gin muong, yang berarti nation eating. Thaksin Shinawatra. Korupsi kebijakan
Istilah ini mengandung pengertian yang ini diperlakukan secara berbeda karena
sangat mendalam yang menunjukkan dianggap berada dalam aturan hukum,
betapa besar dampak dari korupsi sehingga pelakunya tidak bisa langsung
sehingga mampu merusak kehidupan dihukum.
berbangsa dan bernegara. Pasuk, dkk Pemerintah mengklasifikasikan
(1997), mengemukakan 4 alasan utama korupsi dalam 2 (dua) skala, yaitu
penyebab korupsi di Thailand, yaitu: korupsi dalam skala besar (grand
1) Banyaknya pengusaha yang corruption) dan korupsi dalam skala
berusaha untuk menghindari pajak kecil (petty corruption). Grand corruption
dengan cara bekerjasama dengan biasanya dilakukan oleh pegawai
pejabat publik untuk memalsukan pemerintahan tingkat tinggi dengan
dokumen. menyalahgunakan kekuasaan yang
2) Pejabat publik tidak memiliki dimiliki untuk kepentingan pribadi.
pengalaman yang cukup untuk Korupsi jenis ini disebut grand
mengendalikan praktik-praktik corruption karena pelakunya
korupsi yang dilakukan oleh mendapatkan keuntungan yang besar
pengusaha. yang dapat menyebabkan kerugian
3) Banyak lembaga-lembaga publik yang besar bagi masyarakat dan
yang terlibat dalam budaya korupsi. negara. Sedangkan petty corruption
4) Perubahan dalam bidang hukum dan biasanya melibatkan pegawai
peraturan sering menimbulkan pemerintahan level bawah yang
kebingungan di kalangan pejabat melakukan pekerjaan rutin dan
publik di tingkat operasional. keuntungan yang diperoleh pelakunya
Lebih lanjut, Pasuk (1997), tidak besar.
menegaskan bahwa rendahnya tingkat Sebelum tahun 1975 kasus korupsi
kejujuran atau loyalitas anggota di Thailand ditangani sepenuhnya oleh
parlemen dan kepolisian Royal Thai pihak kepolisian dengan didasarkan
juga merupakan faktor yang dapat pada undang-undang hukum pidana
menyebabkan korupsi semakin dan undang-undang lain yang
merajalela. Selain itu, banyak mengatur tentang pejabat publik.
pengusaha merasa bahwa suap kepada Kinerja kepolisian yang buruk
pegawai sektor publik merupakan kunci menyebabkan korupsi semakin
dari keberhasilan bisnis mereka. merajalela. Sampai pada akhirnya
Setelah tahun 2001 pola korupsi di tahun 1975, pemerintah mengeluarkan
Thailand telah berubah. Para politisi peraturan mengenai Penanganan
menggunakan metode korupsi baru Korupsi dan mendirikan Kantor
untuk kepentingan pribadi. Mereka Penanganan Korupsi (Office of the
menyalahgunakan kekuasaan dan Commission of Counter Corruption).
posisi mereka untuk menciptakan Namun keterbatasan wewenang yang
peluang korupsi. Undang-undang dan dimiliki OCCC membuat OCCC tidak
peraturan direvisi untuk meningkatkan mampu untuk memberantas korupsi.
kepentingan pribadi untuk melakukan Pada tahun 1996 lembaga pembuat
kolusi dan nepotisme. Pola baru undang-undang terbentuk, yang mana
117

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012


anggotanya adalah anggota masyarakat Thailand mempunyai berbagai
yang dipilih langsung dari masing- undang-undang dan peraturan untuk
masing propinsi. Lembaga inilah yang mencegah dan memberantas korupsi.
kemudian melegalisasi UU Undang-undang dan peraturan ini
pemberantasan korupsi di tahun 1999. dibagi menjadi 2 kategori yaitu: hukum
UU ini kemudian menjadi landasan bagi substantif dan hukum prosedural.
berdirinya NCCC (National Counter Hukum substantive terdiri dari: Thai
Corruption Commision). Penal Code dan Organic Act on Counter
Pemerintah membentuk beberapa Corruption (OACC) B.E. 2542 (1999).
lembaga yang bertugas untuk Thai Penal Code menjelaskan secara
memonitor, mencegah dan secara detil hukuman bagi pegawai
efisien menekan kasus korupsi, antara pemerintahan yang melakukan korupsi
lain yaitu: National Anti-Corruption yaitu hukuman penjara antara 5
Commission (NACC), Office of Public sampai seumur hidup. Di samping itu
Sector Anti-Corruption Commission pelaku korupsi juga dikenai hukuman
(PACC), Office of the Attorney General denda dan harus mengembalikan harta
(OAG), Ombudsman, Office of the Auditor hasil korupsinya. OACC membahas
General, Royal Thai Police, Anti-Money secara rinci keberadaan NCCC.
Laundering Office (AMLO), Department Terpisah dari Thai Penal Act, OACC
of Special Investigation (DSI), Supreme membahas beberapa hal terkait
Court’s Criminal Division for Persons conflictof interest dan kasus suap
Holding Political Positions. Lembaga- menyuap. Sedangkan hukum
lembaga ini mempunyai tujuan yang prosedural terdiri dari 5 undang-
saling berkaitan dalam menjamin undang utama, yaitu: Thai Criminal
transparansi, keadilan, akuntabilitas Procedure Code; Organic Act on Counter
dan menjamin hak-hak warga negara. Corruption (OACC) B.E. 2542 (1999);
Dalam melaksanakan fungsinya, Anti-Money Laundering Act B.E. 2542
NCCC diberikan wewenang yang sangat (1999); Act of Mutual Legal Assistance in
besar untuk mengusut dan menuntut Criminal Matters B.E.2535 (1992;) dan
politisi maupun pejabat. NCCC diberi Extradition Act B.E. 2551 (2008). Thai
kekuasaan yang besar untuk Criminal Procedure Code diterapkan
mengajukan pemecatan terhadap untuk semua kasus criminal; OACC
politisi, memeriksa kekayaan pejabat, tidak hanya membahas pembentukan
mendapatkan dokumen, menangkap NCCC tetapi juga menekankan
dan menahan tertuduh atas permintaan wewenang atau kekuasaan unutk
pengadilan. NCCC menerapkan menginvestigasi kasus korupsi; Anti-
beberapa strategi untuk memberantas Money Laundering Act B.E. 2542 (1999)
korupsi antara lain: tindakan represif membahas lebih detil mengenai aset
melalui penuntutan, tindakan preventif, hasil korupsi yang dialihkan melalui
upaya-upaya penyadaran masyarakat pencucian uang; Act of Mutual Legal
anti korupsi dengan melibatkan media Assistance in Criminal Matters B.E.2535
dan LSM melalui berbagai pendekatan, (1992;) memberikan kerangka
strategi transparansi dalam konseptual kerjasama internasional
pemeriksaan kekayaan pejabat dan dalam proses litigasi pidana dari
politisi, mendapatkan laopran kasus awal penyelidikan sampai akhir
korupsi, danprogram perlindungan persidangan; dan Extradition Act B.E.
saksi. 2551 (2008) yang berisi kewenangan
Komitmen atau dukungan Thailand untuk dapat mengekstradisi
pemerintah Thailand juga telah seseorang ke negara peminta, dan juga
memberikan dukungan kepada NCCC membuat permintaan ke negara-negara
untuk memberantas korupsi. Pada asing untuk mengekstradisi buronan ke
tahun 2008 NCCC mendapat dukungan Thailand.
anggaran dari pemerintah sebesar US$
21, 3 juta. Di tahun yang sama total
tenaga ahli yang dimiliki NCCC
sebanyak 740 orang (UNDP, 2010).
118

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012


kepolisian dalam pemberantasan
Mungkinkah Indonesia mengadopsi korupsi dengan justru menjadi
keberhasilan sistem anti korupsi kelemahan strategi pemberantasan
negara lain? korupsi itu sendiri. Hal ini dikarenakan
Sukses yang diraih oleh Singapura lemahnya lembaga kepolisian yang
dan Hong Kong dalam memberantas justru menjadi sarang praktik korupsi.
korupsi menunjukkan bahwa Dengan populasi yang lebih
pemberantasan korupsi bukanlah hal kecil, dan GDP yang lebih besar,
yang mustahil untuk dilakukan Singapura dan Hong Kong dapat
selama terdapat kesungguhan dan mengoptimalkan dukungan kepada
kemauan politik (political will) dari CPIB atau ICAC dalam bentuk
pemerintah khususnya pimpinan sumberdaya baik anggaran maupun
politik. Baik Singapura, Hong Kong, tenaga ahli. Di samping itu kedua
Thailand dan Indonesia telah negara ini mampu membayar gaji yang
mengandalkan lembaga anti korupsi tinggi dan kompetitif kepada pegawai
yang independen untuk melaksanakan negeri dan pemimpin politik. Namun
undang-undang anti korupsi. dalam jumlah tenaga ahli yang dimiliki
Sebagaimana telah dibahas dalam lembaga anti korupsi, Singapura
sebelumnya, Singapura dan Hong Kong dan Hong Kong mempunyai pendekatan
telah mampu mencatatkan negaranya yang berbeda. Walaupun tidak memiliki
dengan reputasi sebagai negara yang tenaga ahli sebanyak ICAC Hong Kong,
bersih dari praktik korupsi. CPIB Singapura mampu melaksankan
Pembentukan CPIB sebagai lembaga tugasnya dengan optimal dikarenakan
independen anti korupsi pada tahun kantor CPIB yang terletak di dalam
1952 didukung dengan POCA pada kantor Perdana Menteri dan
tahun1960 telah terbukti efektif dalam kewenangan hukum yang dimiliki CPIB
meminimalkan korupsi di Singapura. yang memungkinkan CPIB untuk dapat
Demikian pula dengan pembentukan bekerjasama dengan sektor publik dan
ICAC pada tahun 1974 mampu swasta.
mengendalikan korupsi di Hong Kong. Di Indonesia, rendahnya kemauan
Sedangkan Thailand dengan NCCC politik (political will) dalam
sebagai lembaga anti korupsinya, memberantas korupsi sangat jelas
secara perlahan mampu tercermin dalam anggaran belanja
mengoptimalkan sistem anti korupsinya untuk KPK. Dalam tahun 2009, KPK
sehingga tujuan untuk mewujudkan hanya mendapatkan anggaran sebesar
negaranya sebagai negara yang bersih US$ 51.3 (KPK, 2009). Jumlah ini
dari korupsi secara perlahan mulai terhitung kecil apabila dibandingkan
tercapai. Di sisi lain, pemberantasan dengan banyaknya kasus korupsi yang
korupsi di Indonesia masih terkesan ditangani KPK. Terlebih lagi Presiden
jalan di tempat. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang
Di antara keempat negara yang terpilih pada tahun 2004 dan terpilih
dibahas, Singapura dan Hong Kong lagi pada tahun 2009 pada mulanya
merupakan negara yang terkecil dalam tampak seperti mendukung keberadaan
hal luas lahan dan jumlah penduduk. KPK. Tetapi pada Mei 2005, SBY
Namun kedua negara ini merupakan terkesan ingin membatasi atau
negara terkaya dalam hal GDP per memangkas kewenangan KPK dalam
kapita. Sebaliknya, Thailand dan pemberantasan korupsi dengan
Indonesia dalam luas negara dan membentuk kekuasaan atau
jumlah populasi lebih besar. Singapura kewenangan lain dalam pemberantasan
dan Hong Kong mendapatkan korupsi, yang terdiri dari kejaksaan,
keuntungan sebagai negara koloni kepolisian, pengadilan dan lembaga
Inggris. Pemerintahan yang bersih auditor (Badan Pemeriksa
merupakan keunggulan yang diperoleh Keuangan/BPK). Yang dilakukan SBY
Singapura dan Hong Kong. Namun di ini justru dapat menghambat efektivitas
satu sisi, metode yang digunakan koloni KPK, karena terjadinya tumpang tindih
Inggris yang mengandalkan lembaga (over lapping) kewenangan antar
119

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012


lembaga-lembaga tersebut. Bahkan, dikombinasi dengan pendekatan bottom
lembaga-lembaga tersebut justru up oleh masyarakat dan media.
terkesan bersaing untuk menyelesaikan Memberantas korupsi bukanlah
kasus korupsi. Terlebih lagi perkara yang mudah yang dapat
kriminalisasi 3 (tiga) pimpinan KPK diselesaikan dalam waktu singkat.
seperti Antasari Azhar, Bibit Samad Mengamati keberhasilan Singapura dan
Rianto dan Chandra Marta Hamzah Hong Kong serta usaha-usaha yang
oleh Kepolisian dan Kejaksaan dapat dilakukan Thailand dalam
dipandang sebagai konspirasi politik pemberantasan korupsi ada beberapa
tingkat tinggi untuk melemahkan KPK. hal yang dapat dijadikan pelajaran
Yang menjadi pertanyaan mendasar berharga bagi Indonesia, yaitu:
adalah “Mungkinkah Indonesia 1. Adanya komitmen dan kemauan
mengadopsi keberhasilan Singapura politik (political will) dari pimpinan
dan Hong Kong dalam memberantas politik untuk memberantas korupsi.
korupsi?” Sekurang-kurangnya ada 2 2. Pimpinan politik yang jujur, tegas
faktor yang harus diperhatikan sebelum dan adil.
mengimplementasikan system anti 3. Lembaga anti korupsi yang
korupsi yang diterapkan Singapura dan independen bebas dari intervensi
Hong Kong yaitu: 1) bagaimana sifat pihak atau kepentingan manapun.
konteks atau karakteristik kebijakan 4. Kewenangan penuh yang dimiliki
yang ada di Indonesia dan; 2) apakah lembaga anti korupsi baik dalam
Indonesia memiliki pemimpin politik peyelidikan, penyidikan maupun
dengan kemauan politik (political will) penuntutan.
yang kuat untuk melaksanakan 5. Lembaga anti korupsi memiliki
reformasi yang diperlukan. Kedua sumber daya yang memadai baik
faktor ini merupakan syarat utama dalam bentuk pendanaan/anggaran
yang harus dimiliki Indonesia sebelum maupun tenaga ahli atau staf.
mengadopsi strategi atau pendekatan 6. Peraturan atau perundangan yang
pemberantasan korupsi Singapura dan kondusif dan komprehensif yang
Hong Kong. Quah (2007, 2011) dan mendukung pemberantasan korupsi.
Senior (2006: 184,187) berpendapat 7. Reformasi birokrasi.
bahwa kemauan atau komitmen politik 8. Dukungan penuh dari masyarakat,
dari pimpinan politik merupakan faktor partai politik, LSM, dan media.
krusial dalam keberhasilan 9. Pendidikan mengenai dampak
pemberantasan korupsi. Tanpa political korupsi.
will, kemungkinan untuk mendeteksi Terlepas dari perbedaan-perbedaan
korupsi dan memberikan efek jera yang ada, syarat mutlak yang harus
kepada pelaku tidak dapat dimiliki oleh Indonesia sebelum
dioptimalkan. Di samping itu, tanpa mengadopsi keberhasilan Singapura
adanya political will pemerintah yang dan Hong Kong serta usaha-usaha yang
berkuasa tidak akan memberikan dilakukan Thailand adalah terdapatnya
dukungan sumber daya yang pimpinan politik yang mempunyai
dibutuhkan untuk memperkuat sistem kemauan atau komitmen politik
anti korupsi yang komprehensif. (political will) untuk memberantas
Untuk menumbuhkan political will korupsi, jujur, tegas, serta
dalam pemberantasan korupsi maka memperhatikan kepentingan rakyat.
harus dimilikinya pemimpin politik,
perwakilan rakyat dan pegawai sektor
publik yang mempunyai kemauan atau SIMPULAN DAN SARAN
komitmen yang tinggi dalam
pemberantasan korupsi, sehingga perlu Simpulan
dipilih orang-orang yang jujur, punya Korupsi di beberapa negara di Asia
komitmen, dan tegas. Berkaitan dengan seperti Indonesia, Hong Kong,
hal ini, UNDP (2010) Singapura dan Thailand merupakan
merekomendasikan pendekatan top fenomena yang tidak dapat terelakkan
down oleh pemerintah yang lagi keberadaannya. Namun, bagi
120

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012


Hong Kong dan Singapura korupsi CPIB. 2010. “Our History: Stamford
bukan merupakan masalah besar yang Road Days (1962-1984).”
harus diselesaikan. Berdasarkan hasil http://app.cpib.gov.sg/cpib_new/us
PERC dan CPI, Hong Kong dan er/default.aspx?pgID=126. Diakses 4
Singapura merupakan negara yang Mei 2011.
bersih dari korupsi, bahkan Singapura
CPIB. 2011. Report 2010: Singapore.
menunjukkan angka hampir
http://app.cpib.gov.sg/data/website
sempurna. Keberadaan lembaga anti
/doc/
korupsi seperti KPK di Indonesia, ICAC
ManagePage/1245/CPIB%20Report
di Hong Kong, CPIB di Singapura
%202010.pdf. Diakses 5 Mei 2011.
Singapura, dan NCCC di Thailand,
bukanlah solusi yang paling ampuh De Speville, Bertrand. 1997. Hong Kong:
dalam pemberantasan korupsi di Policy Initiatives against Corruption.
suatu negara. Paris: Organisation for Economic
Cooperation and Development.
Saran Heilbrunn, John, R. 2004. Anti
Keberadaan lembaga anti korupsi Corruption Commissions: Panacea or
ini merupakan langkah awal dari Real Medicine to Fight Corruption?.
keseriusan pemerintah dalam World Bank Institute.
pemberantsan korupsi. Lembaga anti
ICAC. 2011. Annual Report. Hong Kong:
korupsi harus didukung oleh
2010.
komitmen dari semua pihak tanpa
terkecuali terutama dari pemimpin ICAC. 2010. Annual Report. Hong Kong:
politik, anggaran serta SDM yang 2009.
memadai dan profesional, independen
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
bebas dari berbagai konflik
(2009). Annual Report 2008. Jakarta:
kepentingan, dan landasan hukum
KPK.http://www.kpk.go.id/uploads/
yang memberikan kewenangan penuh
PDdownloads/Laptah_KPK_2008.pdf.
bagi lembaga tersebut untuk
Diakses 4 Mei 2011.
melakukan langkah-langkah yang
dianggap perlu dalam menyelidiki kasus- Lee, Kuan Yew. 2000. From Third World
kasus korupsi. Dukungan dari berbagai to First, The Singapore Story: 1965-
lapisan masyarakat, LSM dan media 2000. Singapore: Times Media.
sebagai kendali sistem pemberantasan
korupsi juga merupakan salah satu Masyarakat Transparansi Indonesia.
faktor penunjang keberhasilan sistem 2007.
anti korupsi. http://www.transparansi.or.id.
Diakses 4 Mei 2011.
Phongpaichit, Pasuk, et. al. 1997.
DAFTAR PUSTAKA Corruption in the Thai Bureaucratic
System (Executive Summary).
Assegal, Ibrahim S. et al. 2002. A Bangkok: Office of the National Anti-
Gloomy Picture of the Attempts to Corruption Commission.
Eradicate Corruption: Reflection of Quah, Jon S.T. 2011. Curbing
the Policies, Laws and Institutions of Corruption in Asian Countries: An
Corruption Management in Impossible Dream? Bingley, UK:
Indonesia, 1969-2001. In Richard Emerald Group Publishing.
Holloway (Ed.), Stealing from the
People, hal.16 Quah, Jon S.T. 2007. Combating
Corruption Singapore-Style: Lessons
Corruption Perception Index. 2010. for Other Asian Countries. Baltimore:
http://www.transparency.org/policy School of Law, University of
_research/surveys_indices/cpi/2010 Maryland, 2007.
/results. Diakses 4 Mei 2011.
Quah, Jon S.T. 2010. Public
Administration Singapore-Style.
121

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012


Bingley, UK: Emerald Group
Publishing.
Republic of Singapore. 2011. Singapore
Budget 2011: Annex to the
Expenditure Estimates.
Singapore: Budget Division, Ministry of
Finance.
Senior, Ian. 2006. Corruption—the
World’s Big C: Cases, Causes,
Consequences, Cures. London:
Institute of Economic Affairs.
UNDP. 2010. Institutional Arrangement
to Combat Corruption: A comparative
Study.
World Bank. 2009. Doing Business
2010. Washington, D.C.: World
Bank.
http://www.doingbusiness.org/docu
ments/fullreport/2010/DB10-full-
report.pdf. Diakses 4 Mei 2011.
World Bank. 2010.
http://info.worldbank.org/governane
/wgi/sc_chart.asp. Diakses 4 Mei
2011.
122

Carolina Jurnal InFestasi Vol.8 No.1 2012

You might also like