Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

19

TINJAUAN SYARAT KEADILAN VERTIKAL


DAN HORIZONTAL WAJIB PAJAK

Agus Bandiyono dan Daniel Josua Simbolon


Politeknik Keuangan Negara STAN Jakarta

Abstract: This study aims to review whether the principle of justice has been fully fulfilled for
the application of Government Regulation No. 46 of 2013 if viewed from the terms of the principle
of vertical justice and horizontal justice requirements at the West Medan Primary KPP. The
research method used to obtain and analyze data is a field research method consisting of interview
techniques and observation techniques and library research methods. Judging from the principle
of vertical justice principle, the authors conclude that Government Regulation Number 46 of
2013 has not fulfilled all the requirements of the principle of vertical justice. The unequal treatment
for the unequals and progression requirements are not well reflected in this rule because the
concept of presumptive tax ignores the concept of taxpayers’ ability to pay. Judging from the
horizontal justice principle, the authors conclude that Government Regulation Number 46 of
2013 also does not meet the requirements of justice. In this paper the author focuses on one of
the five horizontal justice principle requirements, namely equal treatment requirements for the
equals. This requirement has not been fulfilled properly because based on the existing
understanding horizontally, it does not mean that taxpayers who have the same gross circulation
will be charged the same tax payable, but horizontally fair means that taxpayers who have the
same taxable income will be subject to the same tax . Judging from the relationship of fulfillment
of the principle of justice with the level of formal compliance of Taxpayers, the West Medan
Pratama KPP has not been fully said to be fair.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meninjau apakah asas keadilan telah dipenuhi seluruhnya
atas penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 jika ditinjau dari syarat asas keadilan vertikal
dan syarat keadilan horizontal di KPP Pratama Medan Barat. Metode penelitian yang digunakan
untuk memperoleh dan menganalisis data adalah metode penelitian lapangan yang terdiri atas teknik
wawancara dan teknik observasi serta metode penelitian kepustakaan. Ditinjau dari syarat asas keadilan
vertikal, penulis menyimpulkan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 belum memenuhi
seluruh syarat asas keadilan vertikal. Syarat unequal treatment for the unequals serta syarat
progression belum tercermin dengan baik dalam aturan ini karena konsep presumptive tax
menghiraukan konsep ability to pay Wajib Pajak. Ditinjau dari syarat asas keadilan horizontal, penulis
menyimpulkan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 juga belum memenuhi syarat
keadilan. Dalam tulisan ini penulis berfokus pada satu dari lima syarat asas keadilan horizontal yaitu
syarat equal treatment for the equals. Syarat ini belum terpenuhi dengan baik karena berdasarkan
pengertian yang ada adil secara horizontal bukan berarti Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto
sama akan dikenakan pajak terutang yang sama, tetapi adil secara horizontal artinya adalah Wajib
Pajak yang mempunyai penghasilan kena pajak yang sama akan dikenakan pajak yang sama. Ditinjau
dari hubungan pemenuhan asas keadilan dengan tingkat kepatuhan formal Wajib Pajak, KPP Pratama
Medan Barat belum sepenuhnya dapat dikatakan adil.
Kata Kunci: administrasi publik, keuangan negara, akuntansi pemerintah, perpajakan

PENDAHULUAN rangi kemiskinan serta pengangguran yang


Akibat krisis ekonomi yang melanda ada. Hal ini mungkin dikarenakan fokus dari
Indonesia di tahun 1998 dan 2008, membuat UMKM itu sendiri yang berorientasi pada ke-
banyak sektor usaha yang ada di Indonesia giatan ekspor, sehingga meskipun nilai rupiah
mengalami penurunan pendapatan atau bahkan anjlok karena krisis ekonomi, tidak akan ber-
mengalami kebangkrutan. Namun, hal ini tidak dampak signifikan terhadap penghasilan UMKM
berlaku bagi Usaha Mikro Kecil Menengah atau karena mendapatkan penghasilan dalam bentuk
yang biasa disingkat UMKM. UMKM justru dolar.
tampil sebagai salah satu solusi yang diguna- Menurut data dari Kementerian Kope-
kan oleh pemerintah untuk tetap menjaga per- rasi dan Usaha Kecil Menengah, kontribusi
putaran roda perekonomian di Indonesia dan sektor UMKM terhadap produk domestik
juga memiliki peran strategis dalam meme- bruto (PDB) semakin meningkat dalam kurun

19
20 Jurnal Demokrasi & Otonomi Daerah, Volume 17, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 1-84

waktu lima tahun terakhir. Kementerian Ko- Hal ini kemudian mendorong pemerintah
perasi dan Usaha Kecil Menengah mencatat untuk mengeluarkan suatu aturan baru, terkait
kontribusi sektor UMKM per Desember 2017 dasar pemajakan untuk UMKM yang lebih
meningkat dari 60,34% menjadi 62,57%. mengutamakan asas kemudahan dalam pelak-
Tidak hanya itu, dalam kurun lima tahun ter- sanaannya. Oleh karena itu, pada tangal 13
akhir sektor UMKM juga telah membantu pe- Juni 2013, terbitlah peraturan perundang-
nyerapan tenaga kerja di dalam negeri. Sera- undangan dalam bentuk Peraturan Pemerintah
pan tenaga kerja pada sektor UMKM tumbuh (PP) Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Pe-
dari 96,99% menjadi 97,22%. Namun apabila nghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang
kita melihat dari sisi perpajakan, UMKM be- Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
lum dapat memberikan kontribusi yang sepadan Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Secara
untuk penerimaan negara. UMKM yang hampir ringkas, peraturan ini mengatur bahwa seluruh
mendominasi perekonomian di Indonesia ter- UMKM atas usahanya akan dikenakan pajak
catat hanya memberikan kontribusi kurang final dengan tarif 1% dari peredaran bruto
lebih 0,7% dari total penerimaan negara tahun setiap bulan dalam suatu tahun pajak.
2016. Seiring lima tahun berlakunya PP 46 Ta-
Sejatinya pengenaan pajak untuk UMKM hun 2013, muncul dualisme atau pro kontra di
telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tengah masyarakat. Menurut pendapat penulis,
Tahun 2008 yaitu di Pasal 31 E, namun aturan ada dua hal yang menjadi penyebab aturan ini
ini dikhususkan bagi pelaku usaha yang sudah menimbulkan permasalahan. Yang pertama,
berbentuk badan usaha. Dijelaskan di Pasal jika ditinjau dari asas kemudahan memang
31 E bahwa Wajib Pajak badan dalam negeri penerapan PP 46 Tahun 2013 ini sudah sangat
dengan peredaran bruto sampai dengan Rp tepat. Pengenaan pajak final dengan tarif 1%
50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah) langsung dari penghasilan bruto semakin
mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif mempermudah wajib pajak dalam menghitung
sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif kewajiban perpajakannya. Namun, apabila di-
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat tinjau dari asas keadilan (equity principle),
(1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas pengenaan PPh Final tidak sesuai dengan asas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran keadilan karena tidak mencerminkan teori
bruto sampai dengan Rp4.800.000.000 (empat gaya pikul dan kemampuan membayar (ability
miliar delapan ratus juta rupiah). Salah satu to pay) Wajib Pajak. Kedua, objek pajak
syarat untuk menggunakan fasilitas ini adalah dalam PP 46 tahun 2013 ini adalah peredaran
Wajib Pajak badan diwajibkan untuk menyele- bruto UMKM setiap bulan. Hal ini mengindi-
nggarakan pembukuan sesuai pasal 28 ayat 1 kasikan bahwa pengenaan langsung atas pere-
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007. Namun daran bruto akan menyebabkan berapa pun
dalam kenyataannya, banyak sekali UMKM penghasilan netto UMKM tidak akan mempe-
yang kesulitan untuk menyelenggarakan pem- ngaruhi penghitungan pajaknya, atau dengan
bukuan atas transaksi usahanya. Pembukuan kata lain aturan ini mengindikasikan bahwa
yang lengkap dan administrasi perpajakan UMKM akan selalu untung setiap bulannya.
yang memadai sering dianggap sebagai beban Kondisi permasalahan di atas hampir
tambahan yang harus dikeluarkan oleh UMKM, terjadi di seluruh wilayah kerja kantor pelayanan
apalagi pada saat belum menghasilkan atau pajak (KPP) yang memiliki Wajib Pajak UMKM
produksi. Akibatnya, UMKM semakin kesu- terdaftar, tak terkecuali di wilayah kerja KPP
litan dalam memperhitungkan kewajiban per- Pratama Medan Barat. Kantor Pelayanan Pajak
pajakan yang harus dipenuhi dan berdampak yang mempunyai wilayah kerja satu kecamatan
pada rendahnya kepatuhan dan kontribusi di Kota Medan ini juga dihadapkan dengan
UMKM terhadap penerimaan negara dari sisi kondisi yang sama. Ada Wajib Pajak yang me-
pajak. rasa keberatan apabila dikenakan pajak atas
Tinjauan Syarat Keadilan Vertikal dan Horizontal Wajib Pajak (Bandiyono dan Simbolon) 21

omset, tetapi ada juga yang merasa dimudahkan 3. Metode Penelitian Wawancara
dalam penghitungan pajaknya melalui pera- Dalam menambah informasi yang dibutuhkan
turan ini. KPP Pratama Medan Barat mempu- untuk memperdalam pembahasan yang di-
nyai jumlah Wajib Pajak terdaftar di tahun lakukan penulis terutama yang berhubungan
2017 sebanyak 34.446 (tiga puluh empat ribu dengan tingkat kepatuhan Wajib Pajak UMKM
empat ratus empat puluh enam) dengan jumlah di KPP Pratama Medan Barat, penulis me-
Wajib Pajak UMKM terdaftar sebanyak 6.638 lakukan wawancara kepada Bapak Rudi
(enam ribu enam ratus tiga puluh delapan). Hartono Tarigan selaku kepala seksi Waskon
Yang menarik adalah, berdasarkan data dan IV di KPP Pratama Medan Barat.
informasi yang diperoleh, KPP Pratama Me-
dan Barat mempunyai jumlah Wajib Pajak HASIL DAN PEMBAHASAN
UMKM terdaftar yang cukup mendominasi. Berlakunya PP 46 tahun 2013, memun-
Wajib Pajak UMKM orang pribadi berjumlah culkan dualisme atau pro kontra di tengah Wa-
1.905 (seribu sembilan ratus lima) atau sekitar jib Pajak. Bagi sebagian pihak yang mendu-
6,5% dari keseluruhan Wajib Pajak orang pri- kung peraturan ini mengatakan bahwa PP 46
badi. Sementara itu, Wajib Pajak UMKM badan tahun 2013 telah banyak membantu perkem-
berjumlah 4.733 (empat ribu tujuh ratus tiga
bangan UMKM terutama dalam hal keseder-
puluh tiga) atau sekitar 97% dari keseluruhan
hanaan administrasi perpajakan. Namun masih
Wajib Pajak badan terdaftar.
ada sebagian Wajib Pajak yang tidak men-
Tujuan penelitian ini adalah meninjau
dukung aturan ini karena terkesan tidak adil.
apakah asas keadilan telah dipenuhi seluruhnya
Berdasarkan hal tersebut, dapat diindikasikan
atas penerapan Peraturan Pemerintah No. 46
Tahun 2013 jika ditinjau dari syarat asas keadilan bahwa pemerintah sebenarnya dalam mener-
vertikal dan syarat keadilan horizontal di KPP bitkan aturan PP 46 Tahun 2013 atas peredaran
Pratama Medan Barat. bruto dengan tarif final 1% ini bertujuan untuk
melindungi Wajib Pajak yang mempunyai pe-
METODE redaran bruto yang rendah, bukan melindungi
Metode yang digunakan untuk mem- Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan
peroleh dan menganalisis data yang men- kena pajak yang rendah.
dukung penulisan ini, yaitu:
1. Metode Penelitian Kepustakaan Ditinjau dari Syarat Keadilan Vertikal
Metode penelitian kepustakaan merupakan Asas keadilan vertikal menyatakan bahwa
metode pengumpulan data dengan mempe- apabila Wajib Pajak mempunyai kemampuan
lajari sumber-sumber tertulis seperti undang- membayar (ability to pay) yang semakin besar,
undang, peraturan pemerintah, buku, maka- maka jumlah pajak terutang yang dibebankan
lah, materi perkuliahan, artikel, internet, kepada Wajib Pajak tersebut juga akan semakin
dan tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan besar. Menurut Prof. R. Mansury, PhD. di dalam
dengan topik yang diangkat. Dengan metode bukunya yang berjudul Pajak Penghasilan
ini, penulis akan mendapatkan data sebagai Lanjutan, terdapat dua syarat yang harus di-
referensi bahan penulisan sekaligus mem- penuhi untuk mewujudkan keadilan vertikal,
peroleh dasar hukum untuk penulisan ini. yaitu syarat unequal treatment for the une-
2. Metode Studi Lapangan quals dan progression.
Metode ini dilakukan dengan cara mengum- 1. Unequal treatment for the unequals
pulkan data dan informasi yang ada di la- Syarat pertama menyatakan bahwa Wajib
pangan, dalam hal ini data diambil dari KPP Pajak dalam hal ini pelaku UMKM akan dibe-
Pratama Medan Barat. Penulis juga akan bani jumlah pajak terutang yang berbeda apa-
melakukan wawancara dengan pihak yang bila berada pada kondisi yang berbeda atau
terkait dan kompeten yang berhubungan memiliki jumlah penghasilan kena pajak (PKP)
dengan penulisan ini. yang berbeda. Untuk memperjelas pengertian
22 Jurnal Demokrasi & Otonomi Daerah, Volume 17, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 1-84

ini, penulis memberikan contoh simulasi per- di KPP Pratama Medan Barat. Untuk Wajib
hitungan syarat unequal treatment for the Pajaknya sendiri, penulis memperoleh data
unequals. peredaran usaha Wajib Pajak dengan nama PT
Contoh simulasi penghitungannya adalah Kadosh Anugerah Cemerlang dan CV Tiga
sebagai berikut. Pada tahun 2017, Wajib Pajak Bintang Sukses. Namun, ada sedikit perbedaan
UMKM XYZ yang bergerak dalam bidang dengan contoh hitungan yang telah dijelaskan
usaha industri makanan memiliki peredaran di atas, dimana jumlah peredaran usaha kedua
bruto (omset) sebesar 3 miliar setahun dengan Wajib Pajak tidak sama persis karena penulis
PKP sebesar 1 miliar. Sementara itu, Wajib Pajak tidak menemukan dua UMKM memiliki pe-
UMKM ABC yang bergerak dalam bidang redaran usaha yang sama jumlahnya. Berdasar-
usaha industri minuman memiliki peredaran kan informasi dari KPP Pratama Medan Barat,
bruto (omset) sebesar 3 miliar setahun dengan penulis memperoleh data sebagai berikut.
PKP sebesar 2 miliar. Dari contoh hitungan Pada tahun 2016, PT Kadosh Anugerah Cemer-
ini dapat diindikasikan bahwa kedua Wajib lang memiliki peredaran usaha sebesar Rp1.
Pajak tersebut masuk ke dalam kategori subjek 352.363.490,00 dengan PKP sebesar -Rp241.
pajak yang menggunakan PP 46 Tahun 2013 525.305. Sementara itu, CV Tiga Bintang Sukses
karena peredaran usaha yang diperoleh masih memiliki peredaran usaha (omset) sebesar
berada di bawah batasan 4,8 miliar setahun. Rp1.212.046.880,00 dengan PKP sebesar
Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh Rp96.963.750,00.
jumlah pajak terutang bagi masing-masing Berdasarkan hasil penghitungan yang di-
Wajib Pajak adalah sama yaitu sebesar 30 juta dapat, kedua UMKM tersebut membayar jum-
(1% x 3 miliar). Ini disebabkan karena baik lah pajak terutang yang hampir sama yaitu
Wajib Pajak XYZ dan Wajib Pajak ABC me- Rp13.523.634 dan Rp12.120.468 hanya
miliki peredaran usaha yang sama dan dasar berbeda sekitar 1 jutaan saja. Padahal, kedua
penghitungan pajak untuk aturan ini dihitung UMKM memiliki perbedaan penghasilan kena
berdasarkan peredaran usaha mereka. Padahal pajak yang jauh berbeda yaitu sebesar Rp338.
PKP kedua Wajib Pajak berbeda. Penghasilan 489.055. Seharusnya apabila mengacu pada
Kena Pajak yang berbeda mencerminkan tingkat syarat unequal treatment for the unequals,
kemampuan membayar (ability to pay) yang kedua UMKM tersebut akan menanggung beban
berbeda, sehingga seharusnya dikenakan beban pajak yang berbeda jauh karena kemampuan
pajak yang berbeda pula. Namun dalam contoh membayar (ability to pay) masing-masing
hitungan tersebut terlihat bahwa WP XYZ de- Wajib Pajak juga berbeda jauh. Bahkan dalam
ngan PKP 1 miliar terutang pajak sebesar 30 kondisi di atas, PT Kadosh Anugerah Cemer-
juta, sedangkan WP ABC dengan PKP 2 miliar lang sebenarnya mengalami kerugian dalam
juga terutang pajak sebesar 30 juta. Hal inilah usahanya di tahun 2016 tetapi tetap harus
kemudian yang menurut penulis menyebabkan membayar pajak terutang atas PP 46 Tahun
PP 46 Tahun 2013 terkesan tidak mencermin- 2013. Sehingga berdasarkan penjelasan diatas,
kan asas keadilan sepenuhnya. Karena sekali penulis berpendapat bahwa syarat unequal
lagi, penekanan dalam konsep syarat unequal treatment for the unequals sebagai salah satu
treatment for the unequals ini adalah Wajib Pajak syarat keadilan vertikal menurut Prof. R.
dengan penghasilan kena pajak lebih besar Mansury, PhD. dalam bukunya yang berjudul
harus dibebani utang pajak yang lebih besar Pajak Penghasilan Lanjutan tidak tercapai
karena penghasilan kena pajak lebih besar dalam aturan ini. Hal ini juga didukung dengan
mengindikasikan Wajib Pajak mempunyai ke- penelitian yang dilakukan Al Hakim Aditra,
mampuan membayar yang lebih besar. dkk (2016) bahwa Peraturan Pemerintah No.
Berdasarkan contoh hitungan yang sudah 46/2013 masih memiliki celah karena tidak
dijelaskan di atas, penulis mencoba mengaitkan mampu mendeteksi kerugian dari subjek
contoh tersebut dengan kondisi nyata yang ada pajak.
Tinjauan Syarat Keadilan Vertikal dan Horizontal Wajib Pajak (Bandiyono dan Simbolon) 23

2. Progression dengan kebijakan pengenaan tarif datar, pelaku


Selanjutnya syarat kedua dalam keadilan UMKM yang memiliki penghasilan kena pajak
vertikal menurut Prof. R. Mansury, PhD. lebih besar belum tentu akan terutang pajak
adalah kebijakan pemilihan pengenaan tarif yang lebih besar dari UMKM lainnya yang
progresif. Kebijakan progresif ini menyebabkan sejenis.
apabila Wajib Pajak memiliki penghasilan atau
tambahan kemampuan ekonomis yang lebih besar, Ditinjau dari Syarat Keadilan Horizontal
maka dalam penghitungan pajak terutangnya, Asas keadilan horizontal menyatakan
Wajib Pajak tersebut akan dikenakan tarif yang bahwa dalam hal pemungutan pajak harus
berbeda tergantung di lapisan ke berapa jumlah dilaksanakan secara umum dan merata. Wajib
penghasilan tersebut berada, sehingga membuat Pajak yang mempunyai kemampuan ekonomis
beban pajak yang terutang semakin besar pula. atau yang mendapatkan tambahan kemampuan
Pemilihan kebijakan tarif progresif merupakan ekonomis atas jumlah penghasilan dan beban
salah satu indikator yang dapat mengindikasi- tanggungan yang sama harus dikenakan beban
kan apakah suatu aturan perpajakan sudah pajak yang sama tanpa membedakan jenis dan
mencerminkan kemampuan membayar (ability sumber penghasilan.
to pay) yang dimiliki oleh Wajib Pajak dengan Salah satu syarat keadilan horizontal
merata atau belum, karena dengan kebijakan yang dikemukakan Prof. R. Mansury, PhD.
ini membuat Wajib Pajak akan menanggung dalam bukunya yang berjudul Pajak Penghasilan
beban pajak yang lebih besar apabila memiliki Lanjutan adalah syarat equal treatment for
penghasilan yang semakin besar. the equals. Secara garis besar, konsep syarat
Dalam aturan PP 46 tahun 2013, peme- ini hampir sama dengan salah satu syarat
rintah memilih tidak menggunakan kebijakan keadilan vertikal menurut Prof. R. Mansury,
penerapan tarif progresif melainkan memilih PhD. yaitu unequal treatment for the unequals.
menggunakan tarif datar. Memang, terlihat Dalam syarat keadilan vertikal, kondisi yang
bahwa ada fasilitas penurunan tarif yang ingin terjadi adalah dua atau lebih Wajib Pajak yang
diberikan pemerintah melalui aturan ini yaitu memiliki penghasilan kena pajak berbeda
perubahan tarif PPh Pasal 17 Undang-Undang seharusnya dikenakan pajak terutang yang ber-
Nomor 36 Tahun 2008 menjadi tarif datar 1% beda, dimana Wajib Pajak yang memiliki pe-
dari peredaran bruto. Tarif datar juga mem- nghasilan lebih besar dibebankan pajak yang
berikan beberapa manfaat seperti asas kese- lebih besar. Sedangkan dalam keadilan hori-
derhanaan dan penurunan compliance cost. zontal yang ditekankan adalah apabila kondisi
Maksudnya adalah dengan adanya kesederha- dua atau lebih Wajib Pajak memiliki tingkat
naan dalam penerapan tarif datar membuat kemampuan membayar (ability to pay) yang
Wajib Pajak tidak perlu mengeluarkan biaya sama, maka akan dibebankan pajak terutang
tambahan. yang sama juga. Yang dimaksud adil secara
Wajib Pajak tidak perlu lagi menyewa horizontal bukan berarti Wajib Pajak yang
jasa akuntan, konsultan pajak, pengacara atau memiliki peredaran bruto sama akan dikenakan
sumber lainnya untuk membantunya memenuhi pajak terutang yang sama, tetapi adil secara
kewajiban perpajakan. Dengan penerapan tarif horizontal artinya adalah Wajib Pajak yang
datar, Wajib Pajak mulai dari golongan yang mempunyai penghasilan kena pajak yang sama
tidak terlalu paham administrasi perpajakan akan dikenakan beban pajak yang sama.
hingga yang sudah paham sekalipun dapat de- Untuk lebih memperjelas pembahasan
ngan mudah menghitung pajak terutang dalam ini, penulis memberikan contoh hitungan syarat
pelaporan SPT nya. Namun, kebijakan penuru- equal treatment for the equals. Pada tahun
nan tarif ini menyebabkan tidak terwujudnya 2018 Wajib Pajak UMKM XYZ memiliki
konsep progression atas pajak terutang yang peredaran bruto/omset sebesar 5 miliar setahun
harus dibayar UMKM. Hal ini dikarenakan dengan penghasilan kena pajak sebesar 2
24 Jurnal Demokrasi & Otonomi Daerah, Volume 17, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 1-84

miliar. Sementara itu, Wajib Pajak UMKM ABC (ability to pay) yang lebih besar. Kondisi
memiliki peredaran bruto/omset sebesar 3 ini terjadi disebabkan karena dasar pengenaan
miliar setahun dan penghasilan kena pajak 2 pajak aturan Peraturan Pemerintah Nomor
miliar. Berdasarkan data, UMKM XYZ dan 46 Tahun 2013 ini adalah dari peredaran
UMKM ABC dikenakan beban pajak yang usaha bukan peredaran neto.
berbeda yaitu Rp290.000.000,00 dan 2. Ditinjau dari syarat asas keadilan horizontal
Rp30.000.000,00. Padahal, jika kita melihat Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
kondisi kedua UMKM tersebut memiliki peng- 2013 juga belum memenuhi syarat keadilan.
hasilan kena pajak yang sama yaitu sebesar Dalam karya tulis ini penulis berfokus pada
Rp2.000.000.000,00 artinya kedua Wajib Pa- satu dari lima syarat asas keadilan hori-
jak tersebut mempunyai tingkat kemampuan zontal yaitu syarat equal treatment for the
membayar (ability to pay) yang setara atas equals. Syarat ini belum terpenuhi dengan
tambahan kemampuan ekonomis sebesar baik karena berdasarkan pengertian yang
Rp2.000.000.000,00. Dalam kondisi yang di- ada adil secara horizontal bukan berarti
berikan di atas, terlihat bahwa aspek keadilan Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto
horizontal dari syarat equal treatment for the sama akan dikenakan pajak terutang yang
sama, tetapi adil secara horizontal artinya
equals tidak terpenuhi dengan baik, karena
adalah Wajib Pajak yang mempunyai peng-
Wajib Pajak yang mempunyai kemampuan
hasilan kena pajak yang sama akan dikenakan
membayar yang sama dibebankan pajak terutang
pajak yang sama. Aturan ini menyebabkan
yang berbeda jauh dengan selisih sebesar
berapapun penghasilan yang diterima UMKM
Rp260.000.000,00. Kondisi ini disebabkan
dapat mempengaruhi tarif pajak yang akan
karena kebijakan dasar pengenaan pajak aturan digunakannya.
PP 46 Tahun 2013 ini adalah dari peredaran
usaha/omset bukan penghasilan kena pajak. DAFTAR RUJUKAN
Selain itu, terdapat batasan peredaran usaha Aditra, A., Kertahadi., Siti, R. 2016. Implementasi
yang digolongkan untuk memakai aturan PP Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun
46 Tahun 2013 yaitu peredaran usaha yang 2013 Tentang Pajak Penghasilan Final
berjumlah maksimal 4,8 miliar setahun. Usaha Mikro Kecil Menengah. Jurnal
Perpajakan (JEJAK) Vol. 10 No. 1.
SIMPULAN Endrianto, W. 2015. Prinsip Keadilan dalam
Berdasarkan pembahasan yang telah Pajak Atas UMKM. BINUS BUSINESS
dibuat, maka dapat diambil beberapa simpulan REVIEW, Vol. 6 No. 2 Agustus.
sebagai berikut. Mansury, R. 2002. Pajak Penghasilan Lanjutan.
1. Ditinjau dari syarat asas keadilan vertikal Jakarta: Yayasan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun Mustofa, F. A., Kertahadi., Mirza, M. 2016.
2013 belum memenuhi seluruh syarat asas Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan,
keadilan vertikal. Syarat unequal treatment Tarif Pajak dan Asas Keadilan terhadap
for the unequals serta syarat progression Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Perpajakan
belum tercermin dengan baik dalam aturan (JEJAK), Vol. 8 No. 1.
ini karena konsep presumptive tax meng- Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia:
hiraukan konsep ability to pay Wajib Pajak. Konsep & Aspek Formal. Yogyakarta:
Seharusnya Wajib Pajak yang mempunyai Graha Ilmu.
penghasilan kena pajak lebih besar harus Wulandari, S. 2017. Pengaruh Persepsi Keadilan
dibebankan utang pajak yang lebih besar Pajak dalam Peraturan Pemerintah
dibandingkan dengan Wajib Pajak lainnya, Republik Indonesia No. 46 Tahun 2013
dikarenakan penghasilan kena pajak yang terhadap Kepatuhan dalam Memenuhi
lebih besar mengindikasikan Wajib Pajak Kewajiban Perpajakan. Jurnal Ekonomi
tersebut memiliki kemampuan membayar Islam, Volume 8 No. 2 Juli – Desember.

You might also like