Professional Documents
Culture Documents
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi Masyarakat
Abstract
The Reseach problems are (1) How are the roles of the local communityin the management of
natural tourismobject, the spring and the waterfall, (2)How does the local community participate
in the management, (3) How are the roles of the local government in the management of the
tourism object. The research isqualitatif desciptive. The data were obtained from the observations,
interviews, and questioners. The data were analyzed by using data reduction, data presentation,
and verification. The research involved 30 local residents near the tourism object and some
informants including the local principals, the chairperson, the elders, the youth figures, the parking
men, the guards, and the sellers. The result shows that the local community roles in managing the
object are not maximum in some aspects such as economy, social, culture, law, and environmental
regulation. Their participation is not maximum shown by their jobs in which they work only as the
employee. In addition, the local government roles are not maximum because the accommodation
and regulation are not well provided. Theirroles and their participation in managing thenatural
tourismobject, the spring and the waterfall in Mantikole are not maximum in some aspects such as
economy, social, culture, law, and environmental regulation. The local community’s participation
is limited as workers around the area. The government roles are not maximum in providing some
accommodations and regulations in that tourism object.
Keywords: roles,participation, community, government, management, tourism object
Kabupaten Sigi memiliki keunikan alam Salah satu wilayah yang memiliki
baik ditinjau dari keadaan geografis maupun fenomena alam „keluarnya geiser (sumber
geologinya. Terdapat banyak pegunungan mata air panas) dan fenomena air terjun” di
yang ditumbuhi oleh hutan heterogen, dan Kabupaten Sigi, adalah yang terdapat “di Desa
hutan yang mengelilingi kawasan kabupaten Mantikole” Kecamatan Dolo Barat. Desa ini
sigi ini hampir 80% dikategorikan hutan telah memanfaatkan fenomena alam yang unik
“suaka alam”, dimana merupakan tempat tersebut, sebagai obyek wisata alam walaupun
berlindungnya fauna dan tempat penataan sarana dan prasarananya belum
pembudidayaan flora yang hampir punah, memadai. Disamping itu partisipasi
disamping itu berfungsi untuk menyimpan masyarakat dalam pengelolaan obyek wisata
cadangan air dan penyangga tanah longsor. tersebut masih rendah.
Wilayah ini secara geologi berada pada sesar Elemen sumber daya alam seperti
(patahan) “palu koro” pada segmen Balane, pepohonan, udara, hamparan pegunungan,
Mantikole Pulu, Palolo dan Pipikoro (Kulawi). pantai, bentang alam dan sebagainya. Semua
Patahan-patahan di wilayah ini secara alamiah elemen diatas merupakan sumber daya yang
mengeluarkan geiser (sumber air panas) dan berguna bagi pariwisata, memuaskan
air terjun yang memiliki keunikan tersendiri. wisatawan dan dapat dikelola oleh masyarakat
Keunikan wilayah di atas, mendapat campur disekitar lokasi pariwisata untuk memenuhi
tangan manusia, sehingga menimbulkan daya kebutuhan. Semua itu memerlukan partisipasi
tarik dan layak dikategorikan “obyek wisata dari elemen masyarakat juga, seperti;
gejala alam atau fenomena alam”. bagaimana partisipasi pemerintah melalui
1
2 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 8, Agustus 2017 hlm 1-8 ISSN: 2302-2019
dinas yang terkait dengan pariwisata, kesejahteraan sosial, ekonomi dan budaya
partisipasi masyarakat ditinjau dari mata masyarakat lokal
pencaharian dan penghasilan, partisipasi Menurut Pendit (1994:108) Wisata
masyarakat ditinjau sosial budaya (keragaman merupakan segala hal dan kejadian yang diatur
etnis) dan partisipasi masyarakat ditinjau dari dan disediakan sehingga dapat dimanfaatkan
tingkat pendidikan yang mereka miliki untuk pengembangan pariwisata baik berupa
Hampir semua elemen tersebut dimiliki suasana, kejadian, benda, maupun jasa.
oleh Kabupaten Sigi yang mempunyai jenis Sedangkan menurut Fandeli (2001:48) Potensi
obyek wisata alam yang beragam, kecuali wisata dapat berupa sumber daya alam yang
obyek wisata pantai dan sumber daya manusia beraneka ragam dari aspek fisik dan hayati,
dalam menggelola obyek wisata yang belum serta kekayaan budaya manusia yang dapat
memadai. Hal ini dapat dilihat dari masih dikembangakan untuk pariwisata. Sedangkan
minimnya pemahaman masyarakat terhadap sumberdaya pariwisata diartikan sebagai
arti pariwisata bagi kehidupan khususnya unsur-unsur lingkungan alam atau yang telah
pelestarian lingkungan alam dan perbaikan diubah oleh manusia yang dapat memenuhi
ekonomi masyarakat. Sampai saat ini apapun keinginan wisatawan
yang terjadi dilokasi (obyek) wisata yang Sebagai suatu kesatuan dan bagian-
berkaitan dengan pengelolaannya, masyarakat bagian dari sistem yang mempunyai fungsi,
menyerahkan penuh tanggung jawab itu masyarakat membuat sistem menjadi seimbang
kepada pemerintah. dan melakukan kegiatan tersebut saling
Pariwisata tentunya tak terlepas dengan berhubungan dalam kelompok dan menjaga
yang namanya peran masyarakat, karena selain keseimbangan seluruh sistem sosial.
pemerintah, masyarakat pun turut serta andil Sementara pariwisata menyangkut semua
didalam berkembangnya suatu objek wisata. aspek kehidupan, maka jelaslah kegiatan ini
Menurut Sunaryo (2013:5) proses peningkatan sangat membutuhkan masyarakat untuk
peran serta aktif masyarakat dalam mengatur seluruh aspek kehidupan agar terjadi
pembangunan kepariwisataan dapat dijelaskan keseimbangan antara lingkungan sosial budaya
sebagai berikut: dan keseimbangan lingkungan alam. Peran
1. Tahap perencanaan keterlibatan masyarakat masyarakat dalam pengelolaan obyek wisata
lokal terutama berkaitan dengan identifikasi memiliki beberapa aspek-aspek di antaranya
masalah atau persoalan, identifikasi potensi aspek ekonomi, sosial, budaya, hukum dan
pengembangan, analisis dan peramalan geografi.
terhadap kondisi lingkungan dimasa Pengelolaan objek wisata alam tanpa
mendatang, pengembangan alternatif adanya partisipasi dari masyarakat maka
rencana dan fasilitas, dan sebagainya. mustahil akan tercapai tujuannya. Oleh karena
2. Tahap implementasi bentuk keterlibatan itu, diperlukan keterlibatan, dan kesadaran
masyarakat terutama terkait dengan dari setiap masyarakat, sehingga objek wisata
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan dapat terpelihara dengan baik dan dapat
program pengembangan/pembangunan, mempromosikan daerah tersebut merupakan
pengelolaan objek atau usaha yang terkait daerah wisata yang perlu di kunjungi.
dengan kegiatan kepariwisataan. Menurut Paul (1991:87) “Partisipasi
3. Monitoring dan evaluasi bentuk partisipasi adalah adanya keterlibatan mental dan
masyarakat terwujud dalam peran dan emosional, keterlibatan secara fisik dalam
posisi masyarakat pada tahap monitoring/ suatu aktifitas, turut memberikan kontribusi
evaluasi serta memperoleh nilai manfaat dana, material serta peralatan dan lain-lainnya
secara ekonomi maupun sosial budaya, yang berguna untuk mencapai suatu tujuan”.
yang berdampak pada peningkatan Sedangkan Coralie Bryant dan Louise G.
Rahmah H. Abd. Hay Dg. Materru, Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Obyek Wisata ....................................3
White dalam Hadinoto (1996:7) memandang dalam hal ini pihak pemerintah tetap
partisipasi atau peran serta masyarakat sebagai bertanggung jawab dan harus akuntabel bagi
kemampuan dalam proses pembangunan. penyediaan jasa publik dan tetap menjaga
Dikatakan bahwa peran serta merupakan sikap kelangsungan kepentingan publik. PPP adalah
keterbukaan terhadap partisipasi dan peran salah satu cara yang sangat efektif dalam
pihak lain. peran serta berarti perhatian menggerakkan roda perekonomian, dalam PPP
mendalam terhadap perbedaan dan perubahan diharapkan semua pihak (pemerintah,
yang akan dihasilkan suatu proyek sehubungan masyarakat dan swasta) menjalin kerjasama
dengan kehidupan masyarakat. Peran serta yang solid, adil dan transparan.
adalah kontribusi yang dapat oleh pihak lain
lakukan untuk suatu kegiatan. Tjokroamidjojo METODE
(1995: 48) Partisipasi dapat dilakukan dalam
beberapa demensi, yaitu; (1) Sumbangan Menurut Sugiyono (2005:166)
pikiran (ide atau gagasan). (2) Sumbangan memperoleh data yang akurat di lapangan, di
meteri (dana,barang dan alat). (3) Sumbangan perlukan berbagai macam teknik pengumpulan
tenaga (berkerja atau memberi kerja). (4) yang relevan dengan tujuan penelitian.
Memanfaatkan atau melaksanakan pelayanan . Penelitian ini kualitatif deskriptif dengan
Peraturan Menteri dalam Negeri teknik pengumpulan data observasi,
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 wawancara dan angket. Teknik analis data
tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat menggunakan rekdusi data, penyajian data,
(Pasal 1, ayat (8), dinyatakan bahwa verifikasi. Subyek penelitian yaitu masyarakat
“pemberdayaan masyarakat adalah suatu biasa berjumlah 30 orang dan yang menjadi
strategi yang digunakan dalam pembangunan informan yaitu Camat, Kepala Desa, Ketua
masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan Destinasi, Ketua Adat, Ketua PKK, Toko
kemampuan dan kemandirian dalam Pemuda, Tukang Parkir, Penjaga Pintu Masuk,
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan dan Pedagang.
bernegara.”
Menurut Sunaryo (2013:81) bahwa HASIL DAN PEMBAHASAN
pemahaman mengenai penyelengaraan
pemerintahan yang baik (good governance) 1. Deskripsi Lokasi Penelitian
harus mengacu pada pemahaman bahwa bukan Penelitian ini dilaksanakan di Desa
hanya apa yang dilakukan oleh lembaga Mantikole Kecamatan Dolo Barat Kabupaten
pemerintah saja yang harus baik, akan tetapi Sigi dipusatkan pada wisata alam air panas dan
keseluruhan stakeholders atau para pemangku air terjun di Desa Mantikole. Luas obyek
kepentingan dalam penyelenggaraan urusan wisata di desa Mantikole yang terdiri dari; luas
yang terkait dengan masalah dan kepetingan wisata alam air panas dikaki pegunungan Rio
publik harus juga mempunyai kapasitas yang Pakava 3 ha, sedangkan luas obyek wisata air
memadai. Disini diharapkan adanya kerjasama terjun 7 ha. Kedua obyek wisata ini
yang baik dari berbagai pihak yang terkait dihubungkan oleh jalan setapak sepanjang
tidak terkecuali kerjasama dari masyarakat kurang lebih 500 m, ditempuh dengan berjalan
lokal. Menurut Sunaryo (2013:88), kaki dan kenderaan roda dua.
meyebutkan konstruksi strategi Public-Private Desa Mantikole merupakan pecahan dari
Partnership (PPP) atau kemitraan pemerintah- desa Bobo pegunungan. Menurut penuturan
swasta dalam proses pembangunan Kepala desa yang sekarang menjabat (Rasyit)
kepariwisataan sebagai berikut salah satu cara ,bahwa nama Mantikole diambil dari
yang sangat strategis dalam penyediaan pemberian nama dari kayu yang terpotong-
infrastruktur dan pelayanan publik, yang potong kemudian dibakar menjadi abu,
4 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 8, Agustus 2017 hlm 1-8 ISSN: 2302-2019
peristiwa kayu yang demikian itu disebut makanan dan minuman, atraksi dan rumah
“Mantikole”. inap yang disediakan oleh masayarakat
maupun pemerintah. Jadi kemampuan peran
2. Peran Masyarakat dalam Mengelola masyarakat dalam mengelola wisata alam air
Wisata Alam Air Panas dan Air Terjun panas dan air terjun di desa Mantikole melalui
Peran masyarakat dalam mengelola beberapa aspek cukup baik ini terlihat dari
wisata alam di desa Mantikole melalui, peran masyarakat setempat yang menjadi
beberapa aspek yang diharapkan berjalan pekerja dalam area wisata, ini dapat dilihat
dengan baik seperti pengelolaan melalui parkir pada tabel wawancara dibawah sebagai
kendaraan, penjaga pintu masuk, penjual berikut:
4. Hukum pengelolaan wisata alam Mantikole - Belum mengetahui cara - Sebatas himbaun dari - Tidak tahu,
ini telah dikelola berdasarkan UU menggelolah menurut pemerintah desa
RI No 10 Th 2009 atau aturan UU
Pemda Sigi atau aturan Pemerintah
desa
5. Geografi 1. penataan areal wisata sekarang - Belum tertata dengan - Belum teratur, penataan - Penataannya masih
menurut pengamatan kalian sudah baik wisata kacau
tertata dengan baik - Terutama tempat parkir
2. perlunya areal ini ditata dengan - Iya, supaya pengujung - Iya, supaya semakin - Iya, supaya
baik tidak bosan banyak pengujung semakin bagus
2. Sebagai tuan rumah yang baik dijalankan masyarakat selama ini pun tidak
22
bagi pengujung
3. Sebagai pemberi kebijakan dan
maksimal, karena sebagian yang berjualan
17 hanya menjajakan makanan dan minuman.
pengambil keputusan
4. Sebagai penerima manfaat 13
Berdasarkan Tabel di atas bahwa 6. Bentuk Pastisipasi Masyarakat dalam
pemerintah Desa Mantikole sebagai fasilitator Pengelolaan Objek Wisata Alam Air
dan regulator dalam pengelolaan objek wisata Panas dan Air Terjun
alam air panas dan air terjun sudah cukup baik Implementasi pengelolaan objek wisata
akan tetapi peran pemerintah dalam alam air panas dan air terjun di desa Mantikole
memajukan wisata alam air panas dan air secara keseluruhan diwujudkan dalam bentuk
terjun harus secara optimal karena peran fisik. Terutama pembangunan yang
pemerintah saat ini hanya sebagai penyediaan menyangkut masalah perbaikan dan
dana dan sebagai perencana dalam pembangunan infrastruktur di area wisata air
pengembangan. panas dan air terjun. Kesuksesan
pembangunan fisik di area wisata air panas
5. Peran Masyarakat dalam Pengelolaan dan air terjun tidak lepas dari adanya
Objek Wisata Alam Air Panas dan Air partisipasi masyarakat dan pemerintah, dalam
Terjun setiap tahapan-tahapannya. Kerja sama dan
Peran Masyarakat desa Mantikole kesadaran yang tinggi merupakan dasar yang
terhadap pengelolaan objek wista air panas dan sangat fundamental terhadap kesuksesan suatu
ai terjun di Desa Mantikole dikatakan tidak pengelolaan wisata. Pengelolaan objek wisata
sepenuhnya berpartisipasi. Masih banyaknya alam dengan prinsip pemberdayaan
masyarakat yang tidak menjaga dan merawat masyarakat harus dilandasi kerja sama yang
objek wisata air panas dan air terjun erat dan kuat, baik antar sesama anggota
Mantikole. Partisipasi masyarakat pada masyarakat, masyarakat dengan pemerintah
pengelolaan objek wisata air panas dan air Desa maupun pemerintah daerah.
terjun terdapat dalam dua tahap pada tahap Sebagaimana menurut Rahardjo dalam
pertama yaitu tahap pelaksanaan. Ditahap Mardijono (2008:19) mengemukakan
pelaksanaan ini dibagi lagi menjadi dua yaitu partisipasi diartikan sebagai upaya peran serta
masyarakat sebagai pengelola dan kegiatan masyarakat dalam suatu kegiatan baik dalam
usaha masyarakat. Pada tahap pengelola bentuk pernyataan maupun kegiatan. Lebih
sebenarnya peran yang dilakukan masyarakat lanjut lagi partisipasi masyarakat ialah
sudah cukup baik karena telah melibatkan keikutsertaan masyarakat didalam program-
sebagian masyarakat sebagai pengelola objek program pembangunan. Adapun penjelasan di
wisata, namun masih saja ada masyarakat yang atas belum sesuai pengelolaan obyek wisata air
mencoret-coret fasilitas-fasilitas objek wisata. panas dan air terjun di Desa Mantikole, keikut
Dikarenakan kurang sadar serta minimnya sertaan masyarakat masih sangatlah minim ini
pengetahuan masyarakat tentang menjaga terlihat dari tata cara pengelolaan yang bisa di
objek wisata air panas dan air terjun. katakana belum teratur dengan baik.
Pelaksanaan dilapangan pun masih
banyak terdapat kendala-kendala yang datang 7. Peran Pemerintah Daerah dalam
dari masyarakat itu sendiri, masyarakat Pengelolaan Objek Wisata Alam Air
menganggap bahwa untuk menjaga dan Panas dan Air Terjun
merawat objek wisata merupakan tugas Peran Pemerintah Kabupaten Sigi
pemerintah, masyarakat tidak ingin bekerja sebagai fasilitator dan regulator sepertinya
secara cuma-cuma serta ingin mendapatkan belum berperan dengan baik, lancar tidaknya
keuntungan akan hal itu. Kegiatan usaha yang penyelenggaraan pariwisata tergantung dari
Rahmah H. Abd. Hay Dg. Materru, Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Obyek Wisata ....................................7
mencapai tujuan meningkatkan pendapatan teoretis maupun praktis kepada peneliti guna
daerah dan masyarakat desa Mantikole. penyelesaian artikel ini.
2. Pemerintah kabupaten Sigi dan pemerintah
desa mantikole bekerja sama dalam DAFTAR RUJUKAN
menerbitkan peraturan daerah sebagai
pedoman utama dalam kelancaran Fandeli, C. 2011. Dasar-dasar Manajemen
pengelolaan pada obyek wisata alam di desa Kepariwisataan Alam. Yogyakarta:
Mantikole, sehingga cara pengelolaan di Liberty.
areal ini tidak terkesan seadanya menurut Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan
kemauan para pengelola, tetapi ada aturan Pengembangan Destinasi Pariwisata.
daerah yang menjadi payung hukumnya. Jakarta: UI Press.
3. Kepada para pengelola sangat perlu Paul B. Sherman dan Jhon A. Dikson. 1991.
melakukan peninjauan kembali terhadap Van Nof Lindberg. 1989. Kebijakan
penataan di areal wisata alam (air panas dan Pembangunan Destinasi Pariwisata.
air terjun) di desa Mantikole, terutama Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
penataan areal parkir, penataan tempat Pendit, I Nyoman, S. 1994. Ilmu Pariwisata
penjualan makanan dan sufenir jika ada, Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:
penatan setiap atraksi dan penggunaan Pradnya Paramita.
kotek oleh para pengunjung, sehingga dapat Sugiyono. 2005. Metode Penelitian
terorganisir dengan baik dan dapat Administrasi. Bandung: Penerbit
menaikan pendapatan pada obyek wisata. Alfabeta.
4. Pemerintah bersama seluruh stakeholder Sunaryo, B. 2013. Kebijakan Pembangunan
yang terkait dalam pengelolaan destinasi Destinasi Pariwisata. Yogyakarta: Gava
wisata, proaktiflah dalam memberikan Media.
peluang kepada pihak swasta untuk bekerja Tjokroamidjojo, Bintoro. 1995. Pengantar
sama dalam mengelola di areal wisata, agar Administrasi Pembangunan. Jakarta:
pengelolaannya bergerak kearah industri LP3S.
pariwisata yang dikenal diseluruh pelosok
sulawesi tengah atau negara Indonesia. Dan
kepada pihak swasta tingkatkanlah
kepercayaan tehadap pengelola di areal
wisata, bilaperlu pihak swasta turut
berpartisipasi dalam mempersiapka tenaga
pengelola yang handal agar terjadi kerja
sama yang baik antara pemerintah, pihak
swasta dan masyarakat dalam mengelola
destinasi wisata, agar dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat dan saling
menguntungkan pada semua pihak.