Professional Documents
Culture Documents
Naska Seminar Internasional
Naska Seminar Internasional
Concentration
Oktavianus Lumban Tobing , Yanyan Mulyaningsih2 , M. Fadhil Fathwa3
1
1
Department of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Universitas Djuanda, Jalan Tol Ciawi No 01
Ciawi 16720 Bogor, Indonesia
2
Department of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Universitas Djuanda, Jalan Tol Ciawi No 01
Ciawi 16720 Bogor, Indonesia
3
Alumni of the agrtotechnology study program, Faculty of Agriculture, Universitas Djuanda, Jalan Tol
Ciawi No 01 Bogor Ciawi 16720 Bogor, Indonesia
1
E-mail address oktavianus@unida.ac.id 2 E-mail address yanyan.mulyaningsih@unida.ac.id
ABSTRACT
Research on the extraction of natural growth regulators from plant material through various extraction
methods has been commonly known by the academic community, such as extraction by maceration,
inundation, percolation, and extraction. The traditional withdrawal of natural growth regulators, namely
by means of fermentation, especially on banana weevil and neem leaves with special ingredients has
never been studied. This study will test the application of the banana hump extract of kepok, and the
extract of neem leaves on the mace variety hybrid chili plant which is made through the fermentation
process. The fermentation material is made from brown sugar, rice washing water, EM4, kepok
banana hump, and neem leaves. The research objective was to determine the application response to
the concentration of neem leaves, namely 0%, 15%, 30%, 45%, and the application of banana weevil
concentrations, namely 0%, 15%, 30%, 45% to the red chili plant of mace F1 in terms of growth and
yield. The research methodology used a factorial randomized block design consisting of two factors,
namely the concentration of neem leaf extract and the concentration of banana weevil extract. The
concentration of neem leaf extract used consists of four levels, namely: 1). M0 = 0%
(Control), 2). M1 = 15% (15 ml neem + 100 ml water), 3). M2 = 30% (30 ml neem + 100 ml
water), M3 = 45% (45 ml neem + 100 ml water). The concentration of banana weevil extract
consists of four levels, namely: 1). P0 = 0% (Control), 2). P1 = 15% (15 ml of banana weevil
+ 100 ml of water), 3). P2 = 30% (30 ml of banana weevil + 100 ml of water), P3 = 45% (45
ml of banana weevil + 100 ml of water). The results of this study indicate that the
administration of banana weevil concentration gave the best results in the treatment of P3
banana weevil with a level of 45% that affected the increase in plant height and number of
branches. Canopy width variables showed results at P3 (45%) and M1 (15%) significantly
higher than other treatments. The administration of banana weevil extract concentration in P2
(30%) and P3 (45%) treatments markedly increased the diameter of plant stems. On the
variables of intensity of aphids attack, 30% neem leaf extract showed significantly smaller
results compared to other treatments, but not significantly different from 45% treatment. The
limiting factor in the study, namely the duration of the study until it ended for 5 months, there was a
long dry season. The long dry season makes water unavailable to plants. Water is a constituent of the
plant body which is shown in yield and growth is somewhat stunted. The originality / novelty value of
this study is the withdrawal of active compounds in the form of banana weevil growth regulators, and
neem leaf insecticides carried out by fermentation using the EM4 (effective microorganism four)
bioactivator.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman cabai hibrida varietas gada
setelah aplikasi 4 level konsentrasi daun mimba, dan 4 level konsentrasi bonggol pisang. Daun
mimba diketahui mengandung berbagai bahan aktif pestisida yang dapat mencegah serangan
penyakit, dan kutu daun pada cabai. Kehilangan hasil bervariasi, bahkan menyebabkan gagal panen.
Bonggol pisang mengandung bahan aktif zat pengatur tumbuh dari golongan gibberelin dan sitokinin.
Zat pengatur tumbuh ini dapat berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman cabai.
Pemberian daun mimba dan bonggol pisang setelah melalui proses fermentasi pada tanaman cabai
dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai.
Fungsi gibberelin secara umum untuk menstimulasi pertumbuhan dari batang, daun, akar,
bunga dan buah. Pada hasil dapat terlihat pertambahan ukuran dan bobot buah cabai, juga jumlah
buah lebih banyak terbentuk. Pada pertumbuhan terlihat peningkatan dari luas daun, tinggi tanaman,
jumlah cabang, bobot akar dan tajuk.
Fungsi beberapa bahan aktif pestisida yang dihasilkan daun mimba beragam, antara lain
dapat mencegah atau mengurangi serangan penyakit utama buah cabai, dan hama utama tanaman
cabai. Sebagai mana diketahui daun mimba mengandung senyawa nimbin yang berfungsi untuk
menurunkan serangan penyakit antraknosa pada buah cabai. Kandungan pestisida dari daun mimba
yang sudah diketahui adalah solanin, azadirachtin, flavonoid, alkaloid, dan lainnya yang belum
diketahui. Senyawa kimia ini bersifat sebagai insektisida bagi hama tanaman cabai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman cabai hibrida varietas gada
terhadap aplikasi konsentrasi daun mimba, dan konsentrasi bonggol pisang. Hasil temuan sitasi
pustaka terdahulu yang mempunyai kaitan erat dengan penelitian ini, akan dibahas melalui argumen
dari beberapa penulis berikut.
Tanaman cabai dapat beradaptasi diketinggian tempat mulai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi 1400 m di atas permukaan laut. Pertumbuhan tanaman cabai pada dataran tinggi agak
lambat karena kekurangan sinar untuk proses fotosintesis. Temperatur udara optimal adalah 25-27
o
C siang hari, dan 18-20 oC malam hari. Pembentukan buah akan terhambat bila temperatur malam di
bawah 16 oC dan siang di atas 32 oC. Temperat optimal rata-rata untuk tanaman cabai adalah 21-28
o
C. Pembentukan buah akan terhambat jika temperatur udara lebih tinggi dari 28 0C (Swastika et al.
2017).
Hasil pengujian aplikasi %, 5%, 10%, 15% dan 20% konsentrasi larutan daun mimba dan
limbah buah cabai, menujukkan mortalitas kutu daun yang bebeda nyata antar perlakuan ( Rajab et
al. 2018).
Tujuan penelitian untuk memahami pemanfaatan pestisida alami terhadap penekanan jumlah
hama cabai. Pengujian pestisida alami adalah Tanpa pestisida alami (A), 100 ml/tanaman ekstrak
bawang putih (B), 100 ml/tanaman ekstrak mimba (C), 100 ml/tanaman ekstrak sirsak (D). Didapatkan
hama kutu kebul dan aphids selama berlangsungnya penelitian. Pestisida alami terbaik menekan
jumlah hama cabai adalah pemberian 100 ml/tanaman ekstrak daun mimba (Haerul et al. 2016).
Penelitian melalui pengujian konsentrasi daun mimba (0%, 15%, 30%, 45%) dan konsentrasi
MOL bonggol pisang (0%, 15%, 30%, 45%), terlihat semua konsentrasi daun mimba tidak
memberikan pengaruh terhadap semua peubah amatan. Konsentrasi 45% bonggol pisang
berpengaruh terhadap pertumbuhan, tetapi tidak berpengaruh dengan konsentrasi 30% ( Aziziy et al.
2020).
Hasil penelitian pengujian zat pengatur tumbuh alami, yakni tanpa zpt (J0), bawang merah
(J1), rebung bambu (J2), bonggol pisang (J3), dan bersama pengujian porasi bonggol pisang, yakni
tidak ada porasi (P0), 2,5 ton/ha porasi (P1), 5 ton/ha porasi (P2). Hasil diperoleh antara zpt alami
dan porasi bonggol pisang terdapat interaksi pada amatan 60 hari setelah tanaman pada panjang
akar. ZPt alami lebih bagus dari perlakuan tunggal (Kurniati et al. 2020).
Wang dan Lifeng (2020), pembentukan polong kacang tanah dewasa tergantung pada
tanggal pembungaan awal (IFD = Tanggal Pembungaan Awal). Pemetaan QTL terkait IFD diperoleh
dari hasil persilangan dua tetua betina Silihong dan tetua jantan Jinonghei 3. Tanggal mekarnya
kacang tanah ditentukan oleh dua faktor yaitu genotipe, dan faktor lingkungan, dan faktor umum.
heritabilitas (h2) diperkirakan 86,8% (Wang dan Lifeng, 2020).
III. METODOLOGI
Metodologi penelitian menggunakan desain eksperimental dengan rancangan acak
kelompok faktorial. Perlakuannya adalah konsentrasi ekstrak bonggol pisang terdiri atas empat
taraf, yaitu P0 = 0% (kontrol), P1 = 15% (15 mg/100 ml air), P2 = 30% (30 mg/100 ml air), P3
= 45% (45 mg/100 ml air). Konsentrasi ekstrak daun mimba yang digunakan terdiri atas
empat taraf, yaitu: M0 = 0% (kontrol), M1 = 15% (15 mg/100 ml air), M2 = 30% (30 mg/100
ml air), M3 = 45% (45 mg/100 ml air). Ada 16 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan,
sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 3 satuan amatan,
sehingga terdapat 144 satuan amatan.
IV. HASIL DAN DISKUSI
Hasil penelitian didapatkan data-data dari pertumbuhan, serangan hama kutu daun dan bobot
buah cabai, sebagaimana tertera pada tabel 1, 2, 3, 4, 5, 6.
Tabel 1 Tinggi tanaman cabai 14 – 49 HSPT
Rata- rata tinggi tanaman (cm)
Perlakuan 28 35 42 49
14 HSPT 21 HSPT HSPT HSPT HSPT HSPT
Bonggol
pisang
P0(Kontrol) 27.29 34.36 39.44 42.25a 44.67a 45.48a
P1(15%) 26.51 35.96 41.12 44.34ab 45.24ab 46.19a
P2(30%) 27.55 37.44 41.19 45.76b 48.40bc 48.70ab
P3(45%) 25.33 37.42 41.37 47.25b 48.83c 49.89b
Mimba
M0(Kontrol) 27.19 36.66 40.88 44.97 46.20 46.92
M1(15%) 28.18 38.08 42.73 46.26 47.31 49.38
M2(30%) 25.91 35.91 40.05 44.50 46.74 47.52
M3(45%) 25.39 34.52 39.45 43.87 46.88 46.45
KESIMPULAN
Tanaman cabai hibrida varieas gada pertumbuhannya berupa tinggi tanaman, diameter
batang, jumlah cabang, lebar tajuk dipengaruhi oleh pemberian konsentrasi ekstrak daun mimba dan
bonggol pisang, tetapi tidak terhadap bobot panen buah cabai.
PENGAKUAN
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kementerian riset dan teknologi pendidikan tinggi yang
telah mendanai penelitian ini. Terima kasih juga kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Djuanda yang telah mendukung penelitian ini.
REFERENSI
Sri Swastika., Dian Pratama., Taufik Hidayat., Kuntoro., Boga., & Andri. 2019. Teknologi Budidaya
Cabai Merah. Badan Penerbit Universitas Riau UR PRESS. Halaman: 1-58
Ahmad Mijwad Rajab, Ari Hayati, Hasan Zayadi. 2018. Pengaruh Larutan Kombinasi Daun Mimba
(Azadirachta indica) dengan Buah cabai Rawit (Capsicum frutescens) terhadap Mortalitas
Kutu Daun Hijau (Aphis gossypii) Secara In Vitro. Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature), 1(1), 1-6
Haerul., Muhammad Izzdin., Idrus., & Risnawati. 2016. Efektifitas Pestisida Nabati dalam
Mengendalikan Hama pada Tanaman Cabai. Jurnal Agrominansia 1 (2): 129-136.
Muhammad Hifniy Aziziy. , Oktavianus Lumban Tobing., & Yanyan Mulyaningsih. 2020. Studi
Serangan Antraknosa pada Pertumbuhan Cabai Merah (TUDI (Capsicum annuum L.) Setelah
Aplikasi Larutan Daun Mimba dan Mol Bonggol Pisang:
Kurniati Fitri., Nur Arifah Qurota A’yunin., Elya Hartini., & Miranda. 2020. Peranan Zat pengatur
Tumbuh Alami dan Porasi Bonggol Pisang pada Pertumbuhan Kencur (Kaempferia galanga
L.).Jurnal Teknologi Pertanian Andalas 24(2): 1-9
Wang, Liang., & Lifeng Liu. 2020. Identifikasi efek utama dan QTL epistatik Mengontrol tanggal
pembungaan awal kacang tanah yang tidak dibudidayakan (Arachis hypogaea L). Artikel penelitian,
Elsevier. Jurnal Pertanian Integratif 19 (10), 2383–2393. https://doi.org/10.1016/s2095-
3119(20)63211-7