Professional Documents
Culture Documents
Khutbah Jumat - Keagungan Kalimat Tauhid
Khutbah Jumat - Keagungan Kalimat Tauhid
َهل ِم َن
ٌ أ ه
ُ ل
َ وهُ ا
َ َ َ مَحم ُدهُ بِ
ْ أ ، وال يم ُّن َعلَي ِه ،سبحانَهُ ال ملْجأَ ِم ْنهُ إِالَّ إِلَي ِ
ه ْ َ َ َ َُ ْ ُ ْ َ
الْحم ِد وأُثْنِي 6علَي ِه ،وأ ِ
ُومن بِ ِه وأََتو َّكل َعلَْي ِه ،من ي ْه ِد ِه اهلل فَال م ِ
ض َّل ُ ُ َْ َ َْ َ ُ َ َ ُ َْ َ
Tiada kata henti untuk bersyukur, karena banyaknya nikmat Allah tak terukur.
Adalah keliru jika seseorang itu memandang nikmat sebatas pada makanan, minuman,
tempat tinggal maupun kemewahan. Betapa seseorang akan sulit merasakan
kebahagiaan jika tak mengenali nikmat selain pada kelezatan ragawi dan kenikmatan
materi. Imam Hasan al-Bashri berkata, ”Barangsiapa yang tidak mengenali nikmat Allah
selain pada makanan, minuman dan pakaian, maka sungguh dangkal ilmunya, dan amat
berat penderitaannya.” Tentu saja ia menderita, karena ketika seseorang tidak
mengenali nikmat, ia pun tidak mampu merasakan kelezatannya.
Maka jaminan kebahagiaan bukan dari sisi kekayaannya, begitu juga derajat
kemuliaan seorang hamba di sisi Allah. Hanya saja, budaya materialistis telah
mendorong manusia memandang kemuliaan melulu berdasarkan harta dan kelebihan
secara fisik.
Jamaah shalat Jumat Rahimakumullah,
6ُ ص ِر ثُ َّم َي ُق
ول ْب
ل ا ِّ
د م ل ثمِ شر علَي ِه تِسعةً وتِس ِعين ِس ِجاًّل ُك ُّل ِس ِج ٍّل
ََ َُ ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ ُ ُ َفَي ْن
ول
6ُ ب َفَي ُق 6ُ ن َفَي ُق6َ ْحافِظُو
ِّ ول اَل يَا َر لا يِك َكتَبت
َ م ل
َ ظ
َ َ
أ ا ئي ش
َ اذَ ه ن ِ ر6 أَُت ْن ِك
م
َ َ َ ً ْ َ ْ ُ
ُ الس ِجاَّل
ت ِّ وض ُع
َ ُال َفت َ َّال إِن
َ َك اَل تُظْلَ ُم ق َ ت َف َق ِّ الْبِطَاقَةُ َم َع َه ِذ ِه
ِ الس ِجاَّل
ِ َت و َث ُقل
ت الْبِطَاقَةُ فَاَل ِ فِي َك َّف ٍة فَطَا َش6ُفِي َك َّف ٍة والْبِطَاقَة
ِ ِّ ت
َ ُ السجاَّل َ
اس ِم اللَّ ِه َش ْي ٌء
ْ َي ْث ُق ُل َم َع
“Sesungguhnya, Allah akan membebaskan seorang lelaki dari umatku di hadapan
seluruh makhluk pada hari kiamat. Akan dibentangkan padanya 99 lembaran (catatan
amal keburukan), tiap-tiap lembaran seukuran sejauh pandangan mata. Kemudian Allah
bertanya, “Apakah engkau mengingkari sesuatu dari lembaran (catatan amal keburukan)
ini? Apakah para (malaikat) penulis–Ku al-Hafizhun (yang mencatat) menzhalimimu?”
Maka, hamba tadi menjawab, “Tidak wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi,
“Apakah engkau memilik alasan?” Maka, hamba tadi menjawab, “Tidak wahai Rabb-ku.”
Maka, Allah berfirman, “Benar, sesungguhnya di sisi Kami engkau memiliki satu kebaikan.
Sesungguhnya pada hari ini engkau tidak akan dizhalimi. Kemudian, dikeluarkan sebuah
bithaqah (karcis) yang bertuliskan: Asyhadu alla ilaaha illa Allah wa asyhadu anna
Muhammadan ‘abduhu warasuluhu (Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak
diibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah adalah hambaNya
dan Rasul-Nya. Allah berfirman, “Datangkanlah timbanganmu.” Hamba tadi berkata,
“Wahai Rabb-ku, apa (pengaruh) karcis ini terhadap lembaran-lembaran ini.” Maka,
Allah berfirman, “Sesungguhnya engkau tidak akan dizhalimi.” Rasulullah bersabda,
“Maka, lembaran-lembaran itu diletakkan di atas satu daun timbangan, dan satu karcis
tersebut diletakkan di atas satu daun timbangan yang lain. Maka, ringanlah lembaran-
lembaran itu, dan beratlah karcis tersebut. Maka, sesuatupun tidak berat ditimbang
dengan nama Allah.” (HR. Tirmidzi)
Demikianlah, tidak ada sesuatu pun yang lebih berat bila ditimbang
dengan kalimat Laa ilaaha illallah. Siapa yang bertemu Allah dan mengimaninya maka
Allah akan menyelamatkannya dari Azab neraka meskipun sebelumnya dia diazab
lantaran dosa yang dilakukan. Sebaliknya, siapa yang bertemu dengan Allah tanpa
kalimat itu dan mengkufurinya, kelak dia akan menyesal tidak mendapatkan rahmat-
Nya.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Kalimat Laa ilaaha illallah adalah inti dakwah para Nabi. Allah berfirman,
ِ ُول إِاَّل ن
وحي إِلَْي ِه أَنَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل أَنَا ٍ ك ِم ْن ر ُسِ ِ
َ َ َو َما أ َْر َسلْنَا م ْن َق ْبل
ِ فَا ْعب ُد
ون ُ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS. Al-Anbiya: 25).
من قال « ال إله إال اهلل » فأدَّى حقها وفرضها دخل الجنة
“Barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, lalu menunaikan hak dan
kewajibannya (konsekuensinya), pasti akan masuk surga“.
Itu pulalah yang diinginkan Rasulullah dari paman beliau, Abu Thalib. Paman
yang telah berjuang membela dan melindungi Rasulullah ketika kaum kafir
menginginkan kecelakaan pada beliau. Beliau ingin pamannya mengucapkan kalimat
tersebut di akhir hayatnya. Maka pada saat pamannya berada pada detik-detik akhir
hidupnya, beliau berdiri di sisi dipan sambil berkata, “Wahai pamanku, ucapkan Laa
ilaaha illallah, kalimat yang dengannya aku akan berhujjah (membelamu) di hadapan
Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Al-Bukhari)
Jawabnya, “Bukan, tapi yang membuatku sedih adalah aku pernah mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebelum beliau meninggal, ‘Sungguh
aku tahu, ada satu kalimat, tidaklah seorang hamba mengucapkannya disaat
kematiannya melainkan kalimat itu akan menjadi cahaya diwajahnya sehingga
warnanya cerah dan Allah mudahkan urusannya. Dan sungguh jasad dan ruhnya akan
mendapat kenyamanan dan rahmat di saat kematian’.
Thalhah melanjutkan ucapannya, “Aku ingin menanyakan hal tersebut kepada
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam, namun beliau jatuh sakit. Dan aku tidak sempat
menanyakannya hingga beliau wafat. Dan ini yang membuatku sedih.”
Umar pun mengatakan, “Aku tahu kalimat itu wahai Thalhah, yaitu kalimat yang
beliau ingin agar pamannya Abu Thalib mengucapkannya (yaitu kalimat laa ilaaha
illallah).”
Begitu berharganya kalimat Laa ilaaha illah, sehingga para Nabi dan orang-
orang shalih mewasiatkan hal ini kepada anak-anaknya. Dalam sebuah hadits
Rasulullah menceritakan Nabi Nuh alaihissalam di masa akhir hidupnya. Ia berpesan
kepada anaknya,
“Wahai anakku, aku perintahkan kepadamu melazimi kalimat laa ilaaha illallah
…kalaulah kiranya tujuh lapisan langit dan bumi diletakkan dalam satu timbangan.
Kemudian kalimat laa ilaaha illallah diletakkan pada timbangan yang satu. Sungguh
kalimat laa ilaaha illallah itu lebih berat. Kalaulah kiranya dunia langit seisinya itu
terbentuk menjadi sebuah rantai yang kokoh, sungguh kalimat laa ilaaha illallah dapat
memotongnya“.
Nabi Nuh telah diberikan umur yang panjang oleh Allah. Dalam sebuah riwayat
dikatakan bahwa umur beliau mencapai 950 tahun. Sepanjang usianya ia habiskan
untuk mendakwahkan kalimat Lailaha illallah. Beliau menyaksikan bagaimana Allah
menolong dan menyelamatkan orang-orang yang berpegang dengan kalimat tauhid dan
ia menyaksikan kebinasaan penduduk bumi yang hanyut tenggelam lantar kekufuran
mereka terhadap kalimat laa ilaaha illallah. Begitu agungnya kalimat ini, sehingga tak
ada nilainya seberapapun dunia yang kita miliki bila di dalam hati kita tidak ada
keimanan dan tidak ada pengagungan kepada kalimat tauhid ini.
Kalimat ini pulalah yang dipesankan oleh Nabi Yaqub kepada putra-putrinya.
Allah mengisahkan tentang Nabi Ya’kub,
ال لِبَنِ ِيه َما َت ْعبُ ُدو َن ِم ْن
َ َت إِ ْذ ق
ُ وب ال َْم ْو َ اء إِ ْذ َح
َ ض َر َي ْع ُق َ أ َْم ُك ْنتُ ْم ُش َه َد
يل َوإِ ْس َحا َق إِلَ ًها ِ ك إِبر ِاهيم وإِسم
اع َ ِك وإِلَهَ آبائ
َ ه ل
َ ِ َن ْعبُ ُد إ6َب ْع ِدي قَالُوا
َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ
ِو
اح ًدا َونَ ْح ُن لَهُ ُم ْسلِ ُمو َن َ
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia
berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka
menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-
Nya” (QS. Al-Baqarah: 133).
Jamaah rahimakumullah,
آمنُوا َو َع ِملُوا ينذِ َّ﴾ إِاَّل ال٢﴿ ﴾ إِ َّن اإْلِ نسا َن لَِفي ُخس ٍر١﴿ والْعص ِر
َ َ ْ َ ْ َ َ
َّ ِ ب6اص ْوا
الص ْب ِر ِ ِ الصالِح
َ ْح ِّق َوَت َو
ل ا ب 6
ا واص
َ ْ َ َ َ َّ
َ وتَ و ات
Khutbah Kedua
لي َي ْوِم
َ
صالَةً َو َسالَماً َدائِ َم ْي ِ6ن َعلَْي ِه إِ
َ . ر النَّاس ِمن الظُّلُم ِ
ات إِلَي الن ُّْو ِ َ َ َ
َص َحابِ ِه اْألَْب َرا ِر َو َم ْن ِِ الْب ْع ِ
ش ْو ِر َو َعلَى آله الطَّيِّبِْي َن اْألَط َْه ِ6ر َوأ ْ
ث َو النُّ ُ َ
اهلل 6
ا و رك ذ ا ف . ن و ر َّ َّ ش ِاء والْم ْن َك ِ6ر والْبغْ ِ6ي ي ِ
ُْ َ ُ ْ َ َ الْ َف ْح َ َ ُ َ َ َ ْ َ ْ ُ
ك ذ
َ ت
َ م ك
ُ ل عل
َ م
6 ك
ُ ظ
ُ ع