Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Kesehatan Indonesia (The Indonesian Journal of Health), Vol. XI, No.

1, November 2020

Pengaruh Pemberian Puding Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap


Produksi Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Menyusui di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Cawang Jakarta Timur

The Effect of Giving Moringa Leaf (Moringa oleifera) Pudding on Mother's Milk Production in
Breastfeeding Mothers in Puskesmas Kelurahan Cawang , East Jakarta Working

Indri Pratiwi1*, Mia Srimiati1


1
Program Studi Gizi Faktultas Kesehatan Masyarakat Universitas Binawan
Jl. Raya Kalibata N0. 25-30 RT 09/RW 05, Cawang, Kec. Kramat Jati, Kota Jakarata Timur,
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Indonesia
*Korespondensi: indri.pratiwi78@gmail.com

Abstract
The increasing presentation of exclusive breastfeeding is still below the national target, one of the
obstacles of that issue is the lack of mother breast milk volume. Therefore, need an effort to
increase breastmilk production. Moringa leaves contain phytosterol compounds that can facilitate
breastmilk production. This study aimed to analyze the effect of Moringa leaf pudding on
breastmilk production for breastfeeding mothers at Puskesmas Kelurahan Cawang, East Jakarta.
This was an experimental study with a pretest-posttest control group design to evaluate the
difference of milk production before and after the mother consumed moringa leaf pudding. The
baby weight was an indicator of the mother breastmilk production. Therefore, the population on
this research were mothers and babies, the mothers are given 250 grams of moringa leaf pudding
per day for seven days, then the baby weight was measured before and after treatment. The
mother as a subject have to meet the inclusion criteria such as mothers of infants age 0-6 months,
exclusive breastfeeding , do not smoke, do not drink alcohol, do not have infectious and
degenerative diseases. The analysis showed that there was a significant effect on Moringa leaf
pudding on baby weight in the intervention group (p = 0.03), while there was no significant
difference in the control group (p = 0.461). The conclusion is Moringa pudding could increase the
breastmilk production of mother who consumed it for seven days.

Keywords : Baby Weight, Breast Milk Production, Moringa Leaf Pudding.

Pendahuluan untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh


Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan kembang bayi (5).
terbaik yang diberikan sesuai dengan Data Riskedas melaporkan bahwa
kebutuhan bayi, karena memberikan terdapat 30,2% ibu yang memberi ASI
perlindungan yang efesien terhadap infeksi eksklusif, pada Riskesdas tahun 2018 terdapat
dan secara aktif merangsang sistem kekebalan peningkatan pemberian ASI eksklusif menjadi
pada bayi (1). Menurut Sari ASI eksklusif 37,3%. Walaupun terjadi peningkatan, namun
adalah bayi ketika hanya mendapatkan ASI angka tersebut masih jauh dibawah target
saja tanpa tambahan cairan maupun makanan nasional yaitu 54,3%, oleh karena itu masih
padat lain kecuali atas indikasi medis (2). perlu upaya untuk meningkatkan cakupan
Menurut Lestari, faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Salah satu yang
pemberian ASI eksklusif adalah tingkat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
pendidikan dan pengetahuan ibu tentang ASI menurun adalah dikarenakan banyaknya ibu
eksklusif, yang artinya semakin rendah rumah tangga yang bekerja dan membantu
pendidikan dan pengetahuan ibu tentang ASI menjadi pencari sumber pendapatan keluarga
eksklusif semakin rendah pula perilaku (6).
pemberian ASI eksklusif (3). Faktor lain seperti Prevalensi pemberian ASI eksklusif
stress, gelisah dan merokok dapat menurut Kabupaten-Kota Provinsi DKI Jakarta
menurunkan produksi ASI (4). Berat badan Tahun 2016, menunjukkan bahwa Jakarta
dipakai sebagai indikator yang terbaik saat ini

53
Indri Partiwi, dkk

Timur merupakan wilayah yang terendah tidak merokok, ibu tidak minum alkohol dan ibu
dalam pemberian ASI esklusif (7). yang tidak mempunyai penyakit degeneratif
Menurut penelitian Gopalakrishan, salah dan infeksi. Setiap responden telah
satu upaya untuk meningkatkan produksi ASI menandatangani Informed Consent yang
adalah mengkonsumsi makanan yang menyatakan persetujuannya untuk ikut serta
mengandung laktagogum. Makanan yang dalam penelitian ini. Pelaksanaan ini telah
mengandung laktagogum seperti daun katuk, mendapat persetujuan etik dari Komisi Etik
buah pepaya, jantung pisang batu dan daun Universitas Pembangunan Nasional Veteran
kelor. Daun kelor juga mengandung senyawa Jakarta dengan nomor B/2358/1/2020/KEPK.
fitosterol diantaranya kampesterol, Pengambilan sampel dilakukan dengan
stigmasterol, dan B- sitosterol yang bersifat teknik konsekutif sampling, yaitu dengan
laktagogum yang dapat meningkatkan memilih responden yang sesuai dengan kriteria
produksi ASI (8). Dalam 100 g daun kelor yang telah ditentukan. Jumlah sampel pada
segar terdapat mineral seperti kalsium (440 penelitian ini sebanyak 12 subyek per
mg), potasium (259 mg), magnesium (42 mg), kelompok, sehingga jumlah seluruh sampel
dan zat besi (0,85 mg) (9). yaitu sebanyak 24 subjek yang memenuhi
Menurut Zakaria, pemberian ekstrak kriteria.
daun kelor terhadap ibu menyusui bayi 0-6 Pada penelitian ini, sampel diawali
bulan menghasilkan rata-rata volume ASI dengan observasi atau melakukan
meningkat secara nyata pada kelompok penimbangan berat badan bayi pada kedua
intervensi sebesar 66,2% (10). Menurut Johan, kelompok tersebut (pre test), kemudian untuk
menyatakan bahwa potensi minuman daun kelompok intervensi diberikan perlakuan yaitu
kelor terhadap peningkatan produksi ASI pada dengan pemberian puding daun kelor
ibu postpartum terdapat perbedaan sebanyak 250 gram/hari selama tujuh hari.
peningkatan produksi ASI yang dilihat dari Setelah diberi perlakuan observasi kembali
peningkatan berat badan bayi, frekuensi BAK, dengan melakukan penimbangan berat badan
frekuensi BAB bayi dan frekuensi menyusui bayi pada kedua kelompok (post test).
bayi (11). Pengukuran asupan makan dengan
Daun kelor dapat diolah menjadi bubuk menggunakan formulir 2x24 jam Food Recall
daun kelor, menjadi olahan minuman teh daun yang dilakukan 2 kali yaitu pada hari sebelum
kelor seperti pada penelitian Nuryanti (12), dan perlakuan dan setelah perlakuan yaitu hari ke
diolah menjadi puding seperti pada penelitian delapan. Data karakteristik dan pengetahuan
Fathnur (13). Senyawa Fitosterol merupakan didapatkan dengan pengisian kuesioner oleh
senyawa yang tidak larut dalam air, sehingga responden. Untuk melihat data berdistribusi
pada pengolahan puding daun kelor normal menggunakan uji Shapiro-Wilk. Data
menggunakan daun kelor segar yang asupan makanan dan berat badan pada
dimanfaatkan semua bagian dari daun. sebelum dan sesudah perlakuan pada
Menurut penelitian Muthia, puding memiliki kelompok yang sama dianalisis menggunakan
tekstur yang lembut dan memiliki daya simpan uji paired t-test, sedangkan data sebelum dan
yang lama yaitu pada suhu 17oC puding tahan sesudah perlakuan pada kelompok yang
64 jam dan pada suhu 27oC dapat bertahan berbeda dianalisis mengunakan uji
selama 59 jam (14). Oleh karena itu, peneliti independent paired test.
tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian
puding daun kelor terhadap produksi ASI pada Hasil
ibu menyusui bayi 0-6 bulan. 1. Karakteristik Responden
Tabel 1 Karakteristik Responden
Metode Penelitian
Intervensi Kontrol Total
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental study dengan rancangan Variabel (n=12) (n=12) (n=24)
pretest-posttest with control group. Populasi N % n % N %
dalam penelitian ini adalah ibu menyusui bayi
yang berumur 0-6 bulan di wilayah kerja Umur Ibu
Puskesmas Kelurahan Cawang Jakarta Timur. > 25 tahun 11 92 9 75 20 83.3
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah ibu
< 25 tahun 1 8 3 25 4 16.7
menyusui bayi 0-6 bulan, bayi asi eksklusif, ibu
Pendidikan
Ibu

54
Indri Partiwi, dkk

diberi puding daun kelor sebanyak 250 g/hari


selama 7 hari, sedangkan sisanya merupakan
> SMA 4 33.3 11 92 15 62.5 kelompok kontrol (tidak diberikan pudding
< SMA 8 66.7 1 8 9 37.5 kelor).
Umur Bayi
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan
jumlah ibu menyusui yang berumur lebih dari
> 3 bulan 9 75 5 41,7 14 58.3 25 tahun lebih banyak yaitu berjumlah 20
< 3 bulan 3 25 7 58.3 10 41.7 orang (83,3%), sedangkan ibu yang berumur di
bawah 25 tahun hanya 4 orang (16,7%).
a=Paired t test, b=Independent t test, Tingkat pendidikan ibu SMA lebih banyak yaitu
c=Wilcoxon, d= Mann-Whitney test berjumlah 15 orang (65,5%), sedangkan ibu
dengan pendidikan dibawah SMA sebanyak 9
Pada penelitian ini, terdapat sebanyak 24 orang (37,5%). Kemudian usia bayi yang
ibu menyusui yang memenuhi syarat kriteria diatas 3 bulan sebanyak 14 orang (53,3%),
inklusi dan ekslusi serta bersedia ikut sedangkan bayi yang berusia dibawah 3 bulan
berpartisipasi dalam penelitian. Responden sebanyak 10 orang (41.7%).
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
intervensi sebanyak 12 responden, mereka
2. Asupan Makanan
Tabel 2. Asupan Makanan Ibu Menyusui
3.
Variabel Sebelum Kecukupan Sesudah Kecukupan p Selisih
(X±SD) (X±SD) (X±SD)

Energi
c d
Kelompok 1506±279.8 64% 1668±79.6 71% 0.03 1.62±244.4
Intervensi

Kelompok 1358±145.4 58% 1598±104.6 68% 0.00a 2.39±170.7d


Kontrol
d b d
p value 0.225 0.78 0.317

Protein

Kelompok 55.7±30.1 63.2% 54.5±9.1 62% 0.88a -1.25±29.8


Intervensi
c
Kelompok 47±11.3 53.3% 58.7±13.3 66.6% 0.023 11.6±17.1
Kontrol

p value 0.355d 0.380b 0.206b

Lemak

Kelompok 52.8±11 80.8% 67.7±13.2 103.6% 0.002a 14.9±12.6


Intervensi

Kelompok 44.3±15.3 67.8% 59±15.2 90.3% 0.057a 14.7±23.9


Kontrol

p value 0.136b 0.15b 0.974b

Karbohidrat

Kelompok 187.±30.4 53% 211±19.5 60% 0.05a 24.6±38.7


Intervensi

55
Indri Partiwi, dkk

Kelompok 191±46.2 54.2% 207±30.6 58.7% 0.450a 15. 9±70.7


Kontrol
b b b
p value 0.779 0.697 0.372

a=Paired t test, b=Independent t test, c=Wilcoxon, d= Mann-Whitney test

Asupan makanan pada ibu menyusui karbohidrat setelah perlakuan meningkat


dianalisis menggunakan Recall 2 x 24 jam secara signifikan, sedangkan terjadi
yaitu sebelum perlakuan (H-0) dan setelah penurunan pada asupan protein. Sedangkan,
perlakuan (H+8). Asupan makanan dianalisis pada kelompok kontrol terjadi peningkatan
untuk mengetahui asupan makanan ibu pada asupan energi, protein,lemak dan
sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua karbohidrat. Kecukupan ibu menyusui, dapat
kelompok yaitu kelompok intervensi dan diartikan kurang karena angka kecukupan
kelompok kontrol, sehingga asupan makanan responden dibawah 80%.
pada ibu dapat dikaitkan dengan penelitian ini. Pada Tabel 2. Asupan energi, protein,
Pada kelompok intervensi asupan energi lemak dan karbohidrat sebelum perlakuan
dan lemak sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi dan kelompok
yaitu signifikan (p<0,05) sedangkan asupan kontrol yaitu tidak signifikan (p>0,05) artinya
protein dan karbohidrat tidak signifikan bahwa asupan zat gizi makro sebelum
(p>0,05). Pada kelompok kontrol asupan perlakuan pada kedua kelompok tidak ada
energi sebelum dan sesudah perlakuan yaitu perbedaan yang nyata. sehingga dapat
signifikan (p<0,05), sedangkan asupan protein, diartikan bahwa asupan makanan tidak
lemak dan karbohidrat tidak signifikan menjadi variabel pengganggu pada penelitian
(p>0,05). ini. Asupan makanan setelah perlakuan pada
Pada Tabel 2. kelompok intervensi kedua kelompok tidak signifikan juga (p>0,05).
kecukupan asupan energi, lemak dan
4. Pengaruh Pemberian Puding Daun Kelor Terhadap Berat Badan

Tabel 3. Berat Badan Bayi Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel N Sebelum Sesudah P Selisih


(X±SD) (X±SD) (X±SD)

Kelompok 12 6.32±1.56 6.48±1.60 0.03a 0.13±0.12


Intervensi
a
Kelompok Kontrol 12 5.35±1.98 5.40±1.99 0.461 0.005±0.17

p value 0.390b 0.161b 0.317c

a=Paired t test, b=Independent t test, c=Mann-Whitney test signifikan pada p<0.05

Berdasarkan Tabel 3. Hasil analisis data kelompok kontrol, berat badan bayi sebelum
berat badan bayi pada Tabel 10 menunjukkan dan sesudah menunjukkan angka p=0,461
bahwa berat badan bayi sebelum dan sesudah yang artinya bahwa berat badan bayi sebelum
perlakuan pada kelompok intervensi dan sesudah perlakuan tidak berbeda
menunjukkan angka p=0,03 yang artinya signifikan (p>0,05) sehingga dapat diartikan
bahwa berat badan bayi sebelum dan sesudah bahwa pada kelompok kontrol tidak terdapat
berbeda signifikan (p<0,05) sehingga dapat perubahan yang signifikan terhadap
diartikan bahwa pemberian puding daun kelor penambahan berat badan.
pada kelompok intervensi berpengaruh pada Pada Tabel 3. Menjelaskan bahwa hasil
penambahan berat badan bayi. Pada analisis perbedaan berat badan pada kedua

54
Indri Partiwi, dkk

kelompok menunjukkan bahwa berat badan ibu yang berpendidikan diatas SMA yaitu
bayi sebelum perlakuan pada kedua kelompok sebanyak 11 orang. Menurut penelitian
yaitu kelompok intervensi dan kelompok Trianita menunjukan bahwa tidak ada
kontrol menghasilkan angka p=0,390 yang hubungan antara pendidikan ibu terhadap
artinya bahwa berat badan pada kedua praktik menyusui, hal ini berarti seseorang
kelompok tersebut tidak berbeda signifikan dengan tingkat pendidikan yang rendah
(p>0,05) sehingga dapat diartikan bahwa berat maupun tinggi dapat melakukan praktik
badan bayi pada kedua kelompok tersebut menyusui dengan benar ataupun sebaliknya
tidak terdapat perbedaan. (16). Pada penelitian ini kategori umur bayi,
Berat badan bayi sesudah perlakuan kelompok intervensi lebih banyak bayi yang
pada kedua kelompok yaitu kelompok berumur diatas 3 bulan yaitu sebanyak 9 orang
intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan dan pada kelompok kontrol lebih banyak bayi
angka p=0,161 yang artinya bahwa berat yang berumur dibawah 3 bulan yaitu sebanyak
badan bayi sesudah perlakuan pada kedua 7 orang. Menurut penelitian Rahmawati dan
kelompok tersebut tidak berbeda signifikan Prayogi bahwa usia bayi tidak berhubungan
(p>0,05) sehingga dapat diartikan bahwa berat dengan produksi ASI (17).
badan bayi pada kelompok intervensi yang
sudah yang diberi puding daun kelor dan 2. Asupan Makanan Ibu Menyusui
kelompok kontrol yang tidak diberi puding daun Berdasarkan hasil data analisis asupan
kelor tidak memiliki perbedaan yang nyata makanan ibu menyusui menunjukkan bahwa
pada penambahan berat badan. asupan makanan sebelum perlakuan pada
Selisih berat badan bayi sebelum dan kedua kelompok yaitu kelompok intervensi dan
sesudah perlakuan pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol tidak signifikan yang artinya
kelompok intervensi dan kelompok perlakuan bahwa makanan yang dikonsumsi oleh kedua
menunjukkan angka p=0,317 yang artinya kelompok tersebut sebelum perlakuaan tidak
bahwa selisih berat badan bayi pada kedua jauh berbeda, sehingga asupan makanan
kelompok tersebut tidak berbeda signifikan sebelum perlakuan tidak menjadi variabel
(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa penggangu dalam penelitian ini.
selisih berat badan bayi sebelum dan sesudah Asupan makanan baik sebelum atau
perlakuan pada kedua kelompok intervensi sesudah perlakuan yang dikonsumsi oleh
yang diberikan puding daun kelor dan responden dalam penelitian ini masih dalam
kelompok kontrol yang tidak diberikan puding ketegori kurang, dilihat dari angka kecukupan
daun kelor tidak memiliki perbedaan energi, protein, lemak dan karbohidrat yang
pernambahan berat badan yang nyata. masih dibawah 80% AKG, sehingga angka
kecukupan asupan makanan bisa menjadi
Pembahasan varibel penganggu dalam penelitian ini. Salah
1. Karakteristik Responden satu penyebab produksi ASI tidak lancar
Berdasarkan hasil analisis data adalah asupan makanan ibu yang kurang,
karakteristik responden menurut kategori menu makanan yang tidak seimbang, dan pola
umur, pada kelompok intervensi dan kelompok makan yang teratur (22).
kontrol lebih banyak ibu yang berumur diatas
25 tahun yaitu sebanyak 11 orang dan 9 Pengaruh Pemberian Puding Daun Kelor
orang. Kategori umur ibu yang masa Terhadap Berat Badan Bayi
reproduksi sehat dan tidak beresiko adalah 20- Pada penelitian ini, pemberian puding
35 tahun. Menurut penelitian Hartini daun kelor pada ibu menyusui dapat
menunjukkan bahwa ibu yang 20-35 tahun memperlancar produksi ASI berdasarkan
adalah masa reproduksi sehat sehingga ibu indikator penambahan berat badan bayi. Hal
dapat mampu memecahkan masalah-masalah ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dihadapi dengan lebih matang secara yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
emosional, terutama dalam menghadapi yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif
kehamilan, persalinan dan merawat bayinya dengan peningkatan berat badan bayi (18).
sendiri (15). Pada kategori pendidikan, Salah satu faktor yang mempengaruhi
kelompok intervensi lebih banyak ibu yang pemberian ASI eksklusif adalah ASI ibu tidak
berpendidikan dibawah SMA yaitu sebanyak 8 keluar atau ASI keluar hanya sedikit sehingga
orang dan pada kelompok kontrol lebih banyak tidak mencukupi kebutuhan bayi (19). Menurut

54
Indri Partiwi, dkk

penelitian sebelumnya faktor yang dapat menyebabkan pemberian ASI pada bayi
mempengaruhi produksi ASI pada ibu berkurang, sehingga kebutuhan bayi tidak
menyusui adalah kecemasan dan dukungan terpenuhi yang menyebabkan berat badan bayi
keluarga, sehingga jika suasana ibu menyusui tidak bertambah.
tidak tegang, cemas dan keluarga dapat Perbedaan berat badan bayi sebelum
mengurangi kelelehan pada ibu dengan perlakuan kedua kelompok yaitu kelompok
mengambil alih sebagian tugas ibu hal tersebut intervensi dan kelomok kontrol menunjukkan
dapat membuat reflek pengaliran susu angka p=0,390 yang artinya bahwa berat
berfungsi dengan baik (20). badan bayi sebelum perlakuan pada kedua
Pemberian daun kelor dalam bentuk kelompok tersebut tidak signifikan (p>0,05)
puding pada ibu menyusui dapat atau tidak berbeda nyata. Berat badan bayi
memperlancar produksi ASI. Daun kelor sebelum perlakuan pada kedua kelompok
memiliki senyawa fitosterol yang dapat yang tidak signifikan atau tidak berbeda nyata
memperlancar produksi ASI, fitosterol dapat menjadikan berat badan bayi sebelum
merangsang secara langsung sel-sel skretoris perlakuan tidak menjadi variabel pengganggu
kelenjar susu sehingga sekresi air susu pada penelitian ini.
meningkat (21). Hal ini sejalan dengan Akan tetapi, berat badan bayi setelah
penelitian sebelumnya yang menyatakan pelakuan pada kedua kelompok yaitu
bahwa pemberian ekstrak daun kelor pada ibu kelompok intervesi dan kelompok kontrol
menyusui dapat meningkatkan kuantitas ASI menunjukkan angka p=0,161 yang artinya
sebanyak 263,1 ml/hari atau sekitar 66,2%. bahwa berat badan bayi setelah perlakuan
Pemberian puding daun kelor pada ibu pada kedua kelompok tersebut tidak signifikan
menyusui dapat meningkatkan produksi ASI, (p>0,05) atau tidak berbeda nyata. Hal
sehingga ASI yang diberikan memenuhi tersebut dapat disebabkan karena kenaikan
kebutuhan bayi, sehingga berat bada bayi berat badan bayi pada kelompok intervensi
meningkat (22). dan kelompok kontrol tidak berbeda jauh. Pada
Pada kelompok kontrol berat badan kelompok intervensi rata-rata berat badan bayi
sebelum dan sesudah perlakuan tidak terdapat sebelumnya yaitu 6,32±1,56 meningkat
perbedaan yang signifikan, sedangkan pada menjadi 6,48±1,60, sehigga berat badan bayi
kelompok intervensi terdapat perbedaan yang pada kelompok intervensi meningkat rata-
signifiksn pada berat badan bayi sebelum dan ratanya sebesar 0,16 g. Sedangkan pada
sesudah perlakuan. Hal tersebut kelompok kontrol rata-rata berat bayi
mengindikasikan bahwa pemberian puding sebelumnya 5,35±1,98 meningkat menjadi
daun kelor dapat memberikan pengaruh pada 5.40±1.99, sehingga berat badan bayi pada
peningkatan produksi ASI. Selain tidak kelompok kontrol meningkat rata-ratanya
diberikannya puding daun kelor, faktor lain sebesar 0,05 g.
seperti asupan makanan yang kurang dan pola Kenaikan berat badan bayi yang tidak
makan yang tidak teratur pada kelompok berbeda jauh menjadikan berat badan bayi
kontrol dapat mempengaruhi kelancaran pada kedua kelompok tersebut tidak signifikan.
produksi ASI (23). Pada kelompok intervensi hal tersebut dapat
Selain itu, hal yang dapat menyebabkan disebabkan oleh kurangnya kepatuhan
tidak adanya perbedaan atau kenaikan berat responden dalam mengkonsumsi puding daun
badan bayi yaitu faktor dari asupan makanan kelor. Berdasarkan tabel 10 kepatuhan
yang kurang pada kelompok intervensi dan responden dalam mengkonsumsi semua
kelompok kontrol. Hal ini sejalan dengan puding (100%) hanya sebanyak 3 orang,
penelitian yang sebelumnya yang menyatakan sehingga dapat diartikan bahwa hampir dari
bahwa ada hubungan yang signifikan antara semua responden ibu menyusui kurang
asupan makanan dengan produksi ASI pada asupan fitosterol yang terdapat pada puding
ibu menyusui bayi 0-6 bulan, sehingga dapat daun kelor. Asupan fitosterol yang kurang
diartikan bahwa ibu menyusui yang menyebabkan kurang lancarnya produksi ASI
memberikan ASI dengan asupan gizi yang baik pada ibu menyusui. Pada kelompok kontrol hal
maka produksi ASI nya baik dari pada ibu tersebut dapat disebabkan oleh asupan
menyusui dengan asupan yang kurang maka makanan yang kurang pada ibu menyusui
produksi ASI nya juga menjadi kurang lancar sehingga memicu hormon prolaktin.
(24). Tidak lancarnya ASI pada ibu menyusui

55
Indri Partiwi, dkk

Menurut Sanima faktor yang dapat 3. Lestari, R. Faktor-faktor Berhubungan


memperlancar produksi ASI adalah asupan Dengan Pemberian ASI Ekslusif Pada Ibu.
makanan yang cukup di konsumsi ibu Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia
sehingga kebutuhan energi tubuh terpenuhi,
Dini. 2018. 2(1): 131-138.
energi dalam tubuh berubah menjadi hormone
prolaktin (23). Hal ini diperjelas oleh pendapat 4. Kominiarek, A.M. Nutrition
Nugroho (25) yang menyatakan bahwa Recommendation in Pregnancy and
pembentukan air susu ibu salah satunya Lactation. HSS Public Accsess. 2017.
dipengaruhi oleh hormone prolaktin. Hormon 100(6): 1199-1215.
prolaktin adalah hormon yang mengendalikan 5. Aritonag. Panduan Tentang Berat Badan.
dan menyebabkan keluarnya ASI. Hal tersebut Jakarta : Pustaka Popular Obor. 2012.
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang 6. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018.
menyatakan bahwa asupan makanan gizi yang Proporsi Pola Pemberian ASI Bayi Umur 0-
baik pada ibu menyusui sangat erat kaitannya 5 Bulan.Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian RI
dengan produksi ASI (26).
Tahun 2018.
Asupan makanan ibu yang kurang pada
7. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik
kedua kelompok tersebut mengakibatkan tidak
Indonesia. 2016. Presentase Bayi Yang
efektifnya kerja pada hormon prolaktin dan
Mendapat ASI Eksklusif. Depkes RI.
fitosterol sehingga menyebabkan produksi ASI
http://www.depkes.go.id/resources/downloa
pada ibu kurang lancar. Adanya kenaikan
d/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2016/11_
berat badan bayi pada kelompok intervensi
DKI_Jakarta_2016. (diakses 22 Oktober
disebabkan karena puding daun kelor yang
2019, jam 22.10 WIB).
diberikan. Daun kelor kaya akan fitosterol
8. Gopalakrishnan L, Doriya K, Kumar DS.
seperti stigmasterol, sitosterol dan kompesterol
Moringa oleifera: A review on nutritive
yang merupakan zat untuk meningkatkan
importance and its medicinal application.
produksi estrogen yang dapat merangsang
Food science and human wellness. 2016
saluran kelenjar susu untuk menghasilkan air
Jun 1;5(2):49-56.
susu (8). Kandungan fitosterol pada 100 gram
9. Mutiara. 2011. Uji Efek Pelancar ASi
daun kelor yaitu 1,15%/100 g (27). Sehingga
Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera
dapat diartikan bahwa asupan makanan ibu
Lamk) Pada Tikus Putih Galur Wislar.
yang kurang pada kelompok intervensi
[Laporan Hasil Penelitian]. Universitas
sehingga menyebabkan tidak adanya
Brawijaya. Malang.
perbedaan yang nyata bila dibandingan
10. Zakaria Z, Hadju V, As' ad S, Bahar B.
dengan berat badan bayi pada kelompok
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor
kontrol.
Terhadap Kuantitas dan Kualitas Air Susu
Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui Bayi 0-6
Kesimpulan
Bulan. Media Kesehatan Masyarakat
Terdapat perbedaan yang signifikan
Indonesia. 2016 Nov 23;12(3):161-9.
pada pemberian puding daun kelor sebelum
11. Johan H, Anggraini RD, Noorbaya S.
dan sesudah perlakuan terhadap berat badan
Potensi Minuman Daun Kelor Terhadap
bayi pada kelompok intervensi (p=0,03),
Peningkatan Produksi Air Susu Ibu (ASI)
sedangkan tidak terdapat perbedaan yang
PAda Ibu Postpartum. Sebatik. 2019 Jun
signifikan pada kelompok kontrol (p=0,461).
1;23(1):192-4.
Tidak terdapat perbedaan berat badan bayi
12. Nuryanti, F.A. Pengaruh Pemberian The
yang signfikan pada perbedaan selisih berat
Daun Kelor Terhadap Kadar Asam Urat Pria
badan bayi pada kedua kelompok setelah
Obesitas. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran
perlakuan.
Universitas Diponegoro: Semarang.
13. Fathnur A. Efektivitas Puding Daun Kelor
Daftar Pustaka
(Moringa oleifera) Terhadap Peubahan
1. Hanson LÅ, Korotkova M, Telemo E.
Berat Badan Balita Kurang Gizi. Jurnal
Breast-feeding, infant formulas, and the
Agrisistem. 2018;14(2):134-40.
immune system. Annals of Allergy, Asthma
14. Muthia H. Pendugaan Umur Simpan Puding
& Immunology. 2003 Jun 1;90(6):59-63.
Sutra Daun Kelor (Moringa oleifera) dan Air
2. Sari LP. Rahasia Sukses Mengoptimalkan
Tajin Beras Merah dengan Menggunakan
Produksi ASI. Yogyakarta: Fitramaya. 2017.

56
Indri Partiwi, dkk

Metode Arrhenius (Doctoral dissertation, Puskesmas Sewon I Bantul Yogyakarta.


Fakultas Teknik). Skripsi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
15. Hartini S. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2015.
Dengan Keberhasilan ASI Ekslusif Pada 25. Nugroho T. ASI dan tumor payudara.
Bayi Umur 6-12 Bulan di Puskesmas Yogyakarta: Nuha Medika. 2011;140.
Kasihan II Yogyakarta. Naskah Publikasi. 26. Jannah, N. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
2014. Sekolah Tinggo Ilmu Kesehatan :kehamilan. CV Andi OF SET :Yogyakarta.
Aisyiyah Yogyakarta. 2012.
16. Trianita N, Nopriantini. Hubungan 27. Kristina NN, Syahid S. Pemanfaatan
Pendidikan Pekerjaan Dan SIkap Ibu tanaman kelor (Moringa oleifera) untuk
Menyusui Terhadap Praktik Menyusui Bayi meningkatkan produksi air susu ibu. Warta
0-6 Bulan di Wilayah Kerja UPK Puskesmas Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Telaga Biru Siantan Hulu Pontianak Utara. Industri. 2014;20(3):26-9.
Pontianak Nutrition Journal. 2018; 1(1): 27-
30.
17. Rahmawati A, Prayogi B. Analisis Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi Air Susu Ibu
(ASI) Pada Ibu Menyusui Yang Bekerja.
Jurnal Ners dan Kebidanan. 2017; 4(2):
134-140.
18. Lisnawati Laliasa P, Yulita H. Hubungan
Pemberian ASI Eksklusif Dengan
Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Umur
3-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Lambuya Kab. Konawe Tahun 2007
(Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Kendari).
19. Mulyani SN. ASI Panduan Ibu Menyusui.
Nuha Medika: Yogyakarta. 2013.
20. Saraung MW, Rompas S, Bataha YB.
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan
dengan Produksi ASI Pada Ibu Postpartum
di Puskesmas Ranotana Weru. Jurnal
Keperawatan. 2017 Aug 1;5(2).
21. Widowati L, Isnawati A, Alegantina S,
Retiaty F. Potensi ramuan ekstrak biji klabet
dan daun kelor sebagai laktagogum dengan
nilai gizi tinggi. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. 2019 Jul
19;29(2):143-52.
22. Zakaria Z, Hadju V, As' ad S, Bahar B.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor
Terhadap Kuantitas dan Kualitas Air Susu
Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui Bayi 0-6
Bulan. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia. 2016 Nov 23;12(3):161-9.
23. Sanima S, Utami NW, Lasri L. Hubungan
Pola Makan Dengan Produksi ASI pada Ibu
Menyusui di Posyandu Mawar Kelurahan
Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah
Keperawatan. 2017 Sep 30;2(3).
24. Permatasari E. Hubungan Asupan Gizi
Dengan Produksi Asi Pada Ibu Yang
Menyusui Bayi Umur 0-6 Bulan Di

57

You might also like