1. Perbedaan kawasan konservasi dengan kawasan lindung adalah kawasan
konservasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk melestarikan dan melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dari kepunahan sedangkan kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. 2. Kriteria kawasan lindung, antara lain: a. Luas dan kejelasan kawasan lindung, baik kawasan lindung dalam kawasan dan di luar kawasan. Kriteria ini menunjukkan luas dan letak masing–masing tipe kawasan lindung dalam suatu wilayah administratif, yang sudah ditandai batasnya secara jelas baik di dalam peta maupun di lapangan. Kriteria ini menjadi penting, karena untuk mendukung fungsi optimal dari suatu kawasan lindung memerlukan luas yang optimum sehingga luas dan kejelasan batas kawasan lindung penting untuk kepastian kawasan lindung dimaksud. Kriteria ini mencakup dua indikator, yaitu: Penataan batas kawasan lindung pada kawasan hutan negara . Setiap jenis kawasan lindung harus memiliki tata batas yang jelas. Tata batas merupakan pemisah antara kawasan lindung dalam kawasan dengan luar kawasan. Indikator ini bertujuan agar terjadi penataan batas kawasan yang jelas untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dengan kawasan lain. Penandaan batas kawasan lindung di luar kawasan Pada umumnya penadaan batas di luar kawasan hutan masih jarang dan relatif sulit untuk dilakukan, apalagi pada tanah milik. Namun demikian kejelasan kawasan lindung pada kawasan di luar hutan negara sangat penting untuk memberikan insentif dan dis-insentif yang berkeadilan. Kejelasan batas-batas kawasan lindung pada lahan milik juga penting untuk mencegah terjadinya konflik tenurial dan konflik sosial. b. Kesesuaian peruntukkan dan fungsi kawasan lindung. Kriteria ini dimasukkan sebagai standar penilaian kawasan lindung untuk mengetahui kesesuaian penggunaan lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan atau zona kelas kemampuan lahan dan yang ada di Kawasan lindung. Kepentingan kriteria ini dapat mengetahui permasalahan penggunaan lahan di kawasan lindung. c. Kualitas kawasan lindung pada seluruh tipe kawasan lindung. Kualitas kawasan lindung sangat terkait dengan fungsi kawasan lindung. Semakin baik kualitas kawasan lindung, maka fungsi lindung akan semakin terpenuhi. Fungsi kawasan lindung akan terpenuhi jika total area kawasan berfungsi dengan baik. Kualitas kawasan lindung menjadi gambaran dari fungsi kawasan lindung. Kualitas kawasan lindung dapat digambarkan dengan tingkat penutupan vegetasinya yang mencakup keseluruhan kawasan lindung atau yang dibandingkan dengan luas area. Kriteria ini memiliki enam indikator, yaitu: Penutupan vegetasi di kawasan lindung pada tipe I ( sempadan pantai, sempadan sungau, kawasan sekitar danau dan mata air, taman wisata alam, kawasan rawan longsing, banjir dan rawan gelombang pasang dll) Penutupan vegetasi di kawasan lindung dengan Tipe II (Kawasan resapan air,kawasan yang memberi perlindungan air tanah dan kawasan koridor bagi satwa) Keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan atau kawasan budidaya yang berfungsi lindung. Bagi Kabupaten atau kota yang tidak memiliki kawasan lindung, maka keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi sangat penting. RTH di kawasan perkotaan memberikan perlindungan terhadap polusi udara dan fungsi hiroorologis serta fungsi sosial. Luas RTH minimal 30% dari luas daratan di wilayah kota. Debit air sungai yang dipengaruhi oleh kawasan lindung . Debit air sungai menggambarkan fungsi hidroorologis kawasan lindung dan merupakan output dari proses yang terjadi pada kawasan lindung. Baik buruknya kawasan lindung dapat digambarkan dari kualitas debit air sungai. Debit air sungai menjadi indikator kualitas kawasan dan signal peringatan bagi bahaya yang terjadi akibat buruknya kawasan lindung. Keanekaragaman jenis pohon pada kawasan lindung di luar kawasan atau non hutan. Keanekaragaman jenis pohon menggambarkan jumlah jenis pohon di kawasan lindung. Keanekaragaman pohon merupakan keanekaragaman kunci yang mendukung bagi keanekaragaman satwa, dan spesies non pohon. Keanekaragaman hayati dalam kawasan lindung menjadi gambaran ketahanan ekosistem dalam kawasan lindung, serta upaya konservasi sumberdaya hayati di kawasan lindung. Pengelolaan keanekaragaman hayati di Kawasan Lindung. Indikator ini menunjukkan upaya-upaya yang dilakukan dalam menjaga dan meningkatkan keanekaragaman hayati secara terencana dan terkendali. Keanekaragaman hayati bersifat dinamis apabila tidak dilakukan penanganan secara baik maka keanekaragaman hayati bisa menurun. Penurunan keanekaragaman hayati dapat menurunkan kualitas kawasan lindung. 3. Jenis-jenis kawasan lindung: a. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya Kawasan hutan lindung (HL) Kawasan bergambut Kawasan resapan air b. Kawasan perlindungan setempat Sempadan pantai Sempadan sungai Kawasan sekitar danau /waduk Kawasan sekitar mata air c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya Kawasan suaka alam Pantai berhutan bakau (mangrove) Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya Taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan d. Kawasan rawan bencana Kawasan rawan bencana gunung api Kawasan rawan bencana gempa Kawasan rawan gerakan tanah Kawasan rawan banjir 4. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian kawaan lindung, yaitu: a. Melakukan aktivitas penanaman, pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan pada kawasan lindung. Hal ini merupakan upaya pokok dalam pelestarian kawasan lindung untuk menjaga kelangsungan dan kelestarian suatu kawasan lindung. b. Melakukan pengurangan lahan kritis pada berbagai tipe kawasan lindung . Lahan kritis adalah lahan di kawasan lindung yang tidak berfungsi lindung, dan berpotensi memberikan dampak buruk/ bahaya serta tidak memberikan manfaat yang optimal. Saat ini luas kritis masih cukup tinggi dan menjadi fokus utama untuk dikurangi. c. Menyediakan bibit untuk mendukung upaya penanaman di kawasan lindung. Jaminan pengadaan bibit merupakan penunjang utama dalam pelestarian kawasan lindung. Pengadaan bibit adalah faktor penting dalam menunjang kelestarian kawasan lindung dan menjadi titik kritis dalam penanganan kawasan lindung. Kawasan lindung yang telah ditanami dengan tegakan pohon memerlukan regenerasi dari bibit alami maupun buatan. d. Melakukan perlindungan terhadap spesies plora dan fauna jarang, langkah dan terancam serta flora dan atau fauna yang merupakan kekhasan wilayah setempat di kawasan lindung . Perlindungan terhadap spesies flora dan fauna jarang, langka dan terancam punah serta flora dan atau fauna yang merupakan kekhasan wilayah setempat di kawasan lindung non hutan.