Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319928343

PENGARUH FLUKTUASI GRADASI PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS


CAMPURAN AC-WC

Article · August 2016

CITATIONS READS

0 824

2 authors, including:

Freddy Jansen
Sam Ratulangi University
62 PUBLICATIONS   2,670 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Environmental Evaluation With Micro Scale View project

All content following this page was uploaded by Freddy Jansen on 20 September 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUH FLUKTUASI GRADASI PADA CAMPURAN BERASPAL
PANAS JENIS CAMPURAN AC-WC

Freddy Jansen1*, Mecky Manoppo1


1
Department of Civil Engineering, Sam Ratulangi University, Manado, INDONESIA
*Corresponding Author’s email: jansenfreddy@yahoo.com

Abstract
Hotmix processing is highly depend on the tools and manpower, so generally fluctuation in
composition is inevitable, including gradation. The fluctuation in gradation can affect the
marshall criteria of the hotmix asphalt, so the effect of fluctuation in gradation on that kind of
mix will be studied. Research result shows marshall criteria for each variation of gradation
that have been made to have the best trait revolves around the asphalt content of 6%, where in
the asphalt content above the marshall criteria for each variation meets the requirement. Based
on the result obtained that mixture with gradation near the top control point have stability
value higher than mixture with gradation near the bottom control point. Meanwhile for
mixture that passing the restricted zone have the highest stability value and the lowest VIM
compare to other mixture, but this mixture yield high marshall qoutien. So the more the
gradation is above the resticted zone and approaching the top control point, can be obtained
mixture which generally meets the requirement of marshall criteria.
Keywords: fluctuation in gradation, asphalt content, marshall criteria

1. Pendahuluan
Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) atau dikenal dengan beton aspal lapis
penutup adalah salah satu jenis lapisan pada kontruksi perkerasan lentur, terbuat dari
campuran aspal sebagai bahan pengikat dengan agregat sebagai bahan pengisi; yang
dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas atau pada suhu tertentu.
Kinerja lapis perkerasan yang dibuat dengan “campuran beraspal panas“ tergantung
pada material pembentuk, komposisi campuran, dan cara pelaksanaannya. Komposisi
campuran dalam hal ini gradasi agregat dan kadar aspal harus dapat memberikan mutu
campuran yang terbaik. Berdasarkan Spesifikasi Aspal Beton Campuran Panas versi
Tahun 2003 sampai saat ini oleh Departemen Pekerjaan Umum, terdapat batasan
untuk gradasi agregat gabungan yang dinyatakan dengan titik kontrol. Batas-batas
titik kontrol tersebut pada ukuran saringan 3/4”, 1/2”, 3/8”, #8, dan #200. Selain itu,
ditentukan juga oleh adanya daerah larangan pada ukuran saringan #8, #16, #30, dan
#50. Proses pembuatan aspal campuran panas biasanya dimulai dengan perancangan
campuran yang dilaksanakan di laboratorium, bila disebut labolatory job mix design.
Perancangan campuran ini yang menjadi patokan pembuatan campuran aspal panas di
lapangan. Jadi perancangan campuran tersebut diinterpretasikan di lapangan melalui
alat pembuatan campuran, penghamparan dan pemadatan. Karena sangat tergantung
pada alat dan tenaga manusia yang mengoperasikannya, maka umumnya fluktuasi
terhadap campuran tidak bisa dihindari, termasuk fluktuasi gradasi misalnya untuk
campuran AC-WC gradasi dapat berfluktuasi ke atas atau ke bawah mendekati titik
kontrol atas, mendekati titik kontrol bawah, atau mungkin keluar dari titik kontrol.
Fluktuasi gradasi tersebut akan mempengaruhi kriteria Marshall dari campuran aspal
panas yang dibuat, pengaruh fluktuasi tersebut yang akan diteliti dalam penelitian ini.

2. Kajian Pustaka
Jenis-jenis Gradasi Agregat untuk Campuran Beraspal
Gradasi agregat yang digunakan sebagai campuran aspal dapat dibedakan atas tiga
jenis yaitu gradasi terbuka, gradasi rapat atau menerus dan gradasi senjang.
Gradasi terbuka adalah gradasi yang menggunakan agregat dengan ukuran yang
hampir sama/sejenis atau mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga
tidak dapat mengisi rongga antar agregat. Gradasi ini disebut juga gradasi seragam.
Agregat bergradasi terbuka akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat
tertentu (permeabilitas tinggi, stabilitas kurang, berat volume kecil).
Gradasi rapat merupakan gradasi yang terdiri dari campuran agregat kasar dan halus
dalam porsi yang berimbang, sehingga disebut juga agregat bergradasi baik (well
graded).
Gradasi senjang didefinisikan secara umum sebagai gradasi yang terdiri dari
campuran agregat dengan 1 fraksi hilang atau 1 fraksi hanya terdapat sedikit sekali
sehingga gradasi ini dikategorikan sebagai gradasi jelek.
Gradasi biasanya dinyatakan atas dasar persen lolos, yang menunjukkan jumlah
persen agregat dalam berat yang akan melewati saringan berukuran tertentu terhadap
berat total agregat. Persentase berat yang lolos tiap saringan digambarkan dalam
grafik gradasi.

Persyaratan Agregat
Dalam campuran beraspal spesifikasi 2003, agregat yang berperan sebagai tulangan
pembentuk konstruksi harus bersih, keras, awet, bebas dari lempung atau bahan yang
tidak dikehendaki lainnya.
Agregat berdasarkan ukurannya dapat dibagi atas :
a). Agregat kasar, yaitu yang tertahan ayakan No.8 atau berukuran > 2,36 mm
b). Agregat halus, yaitu yang lolos ayakan No.8 atau berukuran < 2,36 mm
c). Bahan pengisi (filler), termasuk agregat halus yang sebagian besar lolos saringan
No. 200 atau berukuran < 75 mikron.
Berat jenis agregat kasar dan agregat halus tidak boleh berbeda lebih dari 0,2%. Pasir
dapat digunakan dalam campuran aspal, dengan persentase maksimum untuk Laston
(AC) adalah 15%.

Untuk persyaratan sifat-sifat fisik agregat diberikan pada Tabel 1.


Tabel 1. Persyaratan Sifat Fisik Agregat
Fraksi Pengujian Metode Nilai
Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03 – 2417 – 1991 Maks. 40%

Partikel pipih ASTM D – 4791 Maks. 25%


Agregat
Kasar Partikel lonjong ASTM D – 4791 Maks. 10%

Material lolos saringan No. 200 SNI 03 – 4142 – 1996 Maks. 1%

Penyerapan air SNI 03 – 1969 – 1990 Maks. 3%

Nilai setara pasir SNI 03 – 4428 – 1997 Maks. 50%


Agregat
Halus Material lolos saringan No. 200 SNI 03 – 4428 – 1997 Maks. 8%
Penyerapan air SNI 03 – 1970 – 1990 Maks. 3%
Sumber : Spesifikasi Campuran Aspal Panas Versi 2003
Persyaratan Gradasi Agregat Gabungan untuk campuran AC-WC
Spesifikasi Baru Aspal Beton Campuran Panas Tahun 2003, telah ditetapkan beberapa
persyaratan yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam penetapan gradasi yang
digunakan dalam campuran aspal panas. Adapun syarat-syarat tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Gradasi harus terletak dalam titik-titik kontrol
b. Gradasi harus terletak sejauh mungkin dari kurva Fuller dan hanya boleh
memotong kurva Fuller satu kali
c. Gradasi tidak boleh melewati daerah larangan (restricted zone)
d. Gradasi tidak boleh bongkok
e. Pembatasan pemakaian pasir alam maksimum 15%
Gradasi agregat gabungan untuk campuran AC-WC yang mempunyai gradasi menerus
tersebut ditunjukkan dalam persen berat agregat, harus memenuhi batas-batas dan
harus berada di luar daerah larangan (restriction zone) yang diberikan dalam tabel 2.
di bawah ini dengan membandingkan dengan AC-BC yang mempunyai ukuran butir
agregat maksimum 25 mm atau 1” dan AC-Base 37,5 mm atau 1½”. Sedangkan AC-
WC mempunyai ukuran butir agregat maksimum 19 mm atau ¾”
Tabel 2. Persyaratan Titik Kontrol Lapis Aspal Beton (AC)
Ukuran Saringan Persentase Berat Lolos
ASTM (mm) WC BC Base
11/2” 38,100 100
1” 25,400 100 90 – 100
3
/4” 19,050 100 90 – 100 Maks. 90
1
/2” 12,700 90 – 100 Maks. 90
3
/8” 9,525 Maks. 90
No. 8 2,180 28 – 58 23 – 39 19 – 45
No. 200 0,075 4 – 10 4–8 3–7
Sumber : Spesifikasi Campuran Aspal Panas Versi 2003

Kurva Fuller
Kurva atau garis Fuller adalah gradasi agregat yang paling rapat dimana nilai rongga
dalam agregat (VMA) paling kecil. Gradasi agregat yang mengikuti kurva Fuller
merupakan gradasi terpadat dimana material halus akan mengisi rongga antar agregat.
Bila gradasi agregat berada diatas Fuller maka didapat gradasi halus dengan volume
fraksi agregat halus lebih besar dari volume rongga antar agregat kasar. Gradasi ini
disebut gradasi bermatriks pasir (sand matrix gradation). Sebaliknya gradasi kasar
didapatkan bila gradasi berada jauh dibawah garis Fuller. Pada gradasi ini, jumlah
fraksi halus agregat tidak mencukupi untuk mengisi seluruh rongga antar agregat
kasar. Gradasi seperti ini disebut gradasi bermatriks batu (stone matrix gradation).
Disamping itu diusahakan gradasi agregat hanya memotong kurva Fuller satu kali.
Pembatasan ini dimaksudkan agar tidak didapat gradasi yang zig-zag, karena
campuran yang dibuat dengan gradasi zig-zag akan memiliki ketahanan terhadap retak
lelah (fatig) yang rendah.

Daerah Larangan
Daerah Larangan adalah daerah yang terletak pada Kurva Fuller pada saringan 4,75
mm (No. 4), saringan 2,36 mm (No. 8), saringan 1,18 mm (No. 16), saringan 0,6 mm
(No. 30) dan saringan 0,3 mm (No. 50). Batasan-batasan Daerah Larangan ini
berbeda-beda untuk setiap jenis campuran aspal panas.
Gradasi agregat campuran yang tidak memotong daerah hitam atau daerah larangan
akan menghasilkan campuran beraspal yang kuat dengan ikatan antar butiran
(aggregate interlocking) yang mampu menahan deformasi permanen tetapi masih
memiliki rongga yang memadai untuk menjamin durabilitas campuran tersebut.
Sebaliknya campuran dengan gradasi agregat memotong daerah hitam akan sulit
dipadatkan, sensitif terhadap perubahan kadar aspal dan mudah mengalami deformasi
plastis. Batasan-batasan “Daerah Hitam” atau “Daerah Larangan” diberikan dalam
tabel 3. berikut ini.
Tabel.3. Persyaratan Daerah Hitam Lapis Aspal Beton (AC)
Ukuran Saringan Persentase Berat Lolos
ASTM (mm) WC BC Base
No. 4 4,760 - - 39,5
No. 8 2,380 39,1 34,6 26,8 – 30,8
No. 16 1,190 25,6 – 31,6 22,3 – 28,3 18,1 – 24,1
No. 30 0,590 19,1 – 23,1 16,7 – 20,7 13,6 – 17,6
No. 50 0,297 15,5 13,7 11,4
Sumber : Spesifikasi Campuran Aspal Panas Versi 2003

Gambar 1. Grafik Kurva Fuller, Daerah Larangan dan Titik Kontrol

Kekerasan aspal
Bahan aspal yang disyaratkan digunakan dalam campuran beraspal menurut
spesifikasi 2003 terdiri atas jenis Aspal Keras Pen.60, Aspal Polimer, Aspal
dimodifikasi dengan Asbuton dan Aspal Multigrade. Persyaratan untuk aspal keras
penetrasi 60 diberikan dalam tabel 4. berikut ini.

Tabel 4. Persyaratan Aspal Keras Penetrasi 60/70


No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan
1 Penetrasi, 25°C, 100 gr, 5 detik; 0,1 mill SNI 06 – 2456 – 1991 60 – 79
2 Titik Lembek; °C SNI 06 – 2434 – 1991 48 – 58
3 Titik Nyala dan Titik Bakar; °C SNI 06 – 2433 – 1991 Min. 200
4 Daktilitas, 25°C; cm SNI 06 – 2432 – 1991 Min. 100
5 Berat Jenis SNI 06 – 2441 – 1991 Min. 1,0
Sumber : Spesifikasi Campuran Aspal Panas Versi 2003
3. METODE PENELITIAN
Prosedur dan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dengan
mendapatkan data persyaratan untuk agregat, aspal dan jenis campuran yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Setelah seluruh data persyaratan diperoleh, maka
dilanjutkan dengan penyiapan material yang akan digunakan dalam campuran.
Kemudian dilakukan pemeriksaan awal terhadap material, apakah memenuhi
persyaratan atau tidak. Adapun jenis pemeriksaan yang dilakukan dalam pemeriksaan
awal yaitu : terhadap agregat pecah dilakukan pemeriksaan abrasi dan kepipihan
untuk batu pecah dan pemeriksaan sand equivalent test untuk abu batu, terhadap pasir
dilakukan pemeriksaan sand equivalent test dan terhadap aspal penetrasi 60/70
dilakukan pemeriksaan penetrasi, titik nyala dan titik bakar, serta pemeriksaan titik
lembek. Jika pemeriksaan awal terhadap material tersebut memenuhi persyaratan,
maka dapat dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan lanjutan, dimana untuk
agregat pecah (batu pecah dan abu batu) dilakukan pemeriksaan analisa saringan serta
pemeriksaan berat jenis dan penyerapan, untuk material pasir juga dilakukan
pemeriksaan yang sama, sedangkan untuk aspal penetrasi 60/70 dilakukan
pemeriksaan berat jenis. Namun jika material tidak memenuhi persyaratan, maka
harus kembali ke tahap awal dengan mengganti material.
Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan, dapat dimulai proses perancangan komposisi
agregat berdasarkan spesifikasi untuk jenis campuran yang akan diteliti, yaitu
mengenai pengaruh fluktuasi gradasi pada campuran beraspal panas jenis campuran
AC-WC. Oleh karena itu, dalam perancangan komposisi agregat akan dibuat 5 (lima)
variasi gradasi. Kemudian dilanjutkan dengan menghitung kadar aspal perkiraan
berdasarkan masing-masing rancangan komposisi agregat tersebut. Dalam penelitian
ini, akan dibuat 5 (lima) variasi kadar aspal untuk setiap variasi gradasi agregat yang
ada. Setelah dihitung jumlah aspal dan kebutuhan agregat untuk setiap variasi pada
masing-masing saringan, maka dilanjutkan dengan pembuatan benda uji. Kemudian
dilakukan pengujian Marshall terhadap benda uji tersebut dengan mengacu pada
spesifikasi yang ada.Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian Marshall, maka
langkah selanjutnya adalah menganalisa besaran kriteria Marshall untuk mengetahui
sifat dan perbedaan dari masing-masing campuran dengan variasi gradasi tertentu.
Dan langkah terakhir dalam penelitian ini adalah pembuatan kesimpulan dan saran.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian mengenai pengaruh
fluktuasi gradasi pada campuran beraspal panas jenis campuran AC-WC dengan
berdasarkan spesifikasi tahun 2003 secara singkat disajikan dalam bentuk bagan alir
penelitian di bawah ini.
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil Pemeriksaan Material
Dari hasil pemeriksaan terhadap material (agregat dan aspal) yang dilaksanakan di
laboratorium diperoleh data-data sifat-sifat fisik material. Hasil rekapitulasi dari
pemeriksaan agregat dapat dilihat pada tabel 5. dan untuk hasil pemeriksaan aspal
diperlihatkan pada tabel 6.
Tabel 5. Rekapitulasi PemeriksaanAgregat
Hasil Pemeriksaan Agregat
Batu Batu
Pemeriksaan Abu Spesifikasi
Pecah Pecah
Batu Pasir
(13/20) (5/13)
Berat Jenis Bulk 2,603 2,605 2,611 2,606
Berat Jenis SSD 2,630 2,633 2,643 2,648
Berat Jenis Apparent 2,675 2,679 2,696 2,721
Penyerapan (%) 1,041 1,073 1,204 1,626 Maks. 3,0
Keausan (%) 26,36 - - - Maks. 40
36,18 44,59 - -
Kepipihan (%) Maks. 25
0 0 - -
Kadar Lumpur (%) - - 83,50 90,12 Min. 50
Catatan :
Untuk nilai kepipihan setelah dilakukan pemeriksaan menunjukkan hasil yang tidak
memenuhi persyaratan, oleh karena itu pada proses pencampuran komposisi
dilakukan pemilihan kepipihan dimana agregat yang berbentuk pipih dipisahkan dan
digunakan agregat yang tidak berbentuk pipih.

Tabel 6. Data Hasil Pemeriksaan Aspal


Hasil Spesifikasi
Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan Min. Maks.
Penetrasi, 25°C, 100gr, 5detik; 0,1 mil 68 60 79
Titik Lembek; °C 49,25 48 58
Titik Nyala dan Titik Bakar; °C 335/340 200
Berat Jenis; gr/cm2 1,03 1,0

Pada tabel 7 dan gambar 3 merupakan hasil rekapitulasi dari pemeriksaan gradasi
agregat.
Tabel 7. Data Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat
Ukuran Saringan Lolos Saringan (%)
Menurut Agregat Pecah
(mm) Pasir
ASTM Kasar Sedang Halus
1½" 37.500 100 100 100 100
1" 25.000 100 100 100 100
¾" 19.100 100 100 100 100
½" 12.700 32.660 99.180 100 100
⅜" 9.525 19.510 81.460 100 100
#4 4.760 14.420 25.250 99.355 100
#8 2.380 9.920 10.470 85.360 99.665
#16 1.190 7.230 5.970 62.670 98.794
#30 0.590 5.880 4.430 42.410 82.837
#50 0.297 4.330 2.820 33.380 17.483
#100 0.149 3.160 2.360 20.060 2.231
#200 0.075 2.100 2.250 9.680 0.113
Gambar 3. Kurva Gradasi Batu Pecah Kasar, Batu Pecah Sedang,
Abu Batu dan Pasir

Hasil Rancangan Campuran


Dengan cara coba-coba (try and error) dibuat rancangan campuran agregat gabungan
yang dibuat berfluktuasi sedemikian rupa sehingga ada yang mendekati titik kontrol
atas, mendekati titik kontrol bawah, di antara titik tengah dengan titik kontrol atas, di
antara titik tengah dengan titik kontrol bawah dan yang melalui titik tengah antara
titik kontrol atas dengan bawah walaupun melewati daerah larangan dengan
menggunakan persyaratan spesifikasi 2003, dari setiap campuran variasi agregat
dibuat benda uji campuran beraspal dengan variasi kadar aspal sebesar 4%, 5%, 6%,
7% dan 8% (terhadap berat total campuran) dan setiap variasi kadar aspal dibuat 3
(tiga) buah benda uji yang kemudian diambil nilai rata-ratanya dari setiap resep
rancangan campuran.

Gambar 4. Rancangan Campuran Gradasi Agregat Gabungan


Hasil Karakteristik Pengujian Marshall
Kriteria utama yang harus diperhatikan dalam spesifikasi 2003 yakni Rongga Diantara
Agregat atau Void in Material Agregat (VMA), Rongga Terisi Aspal atau Void Filled
Bitumen (VFB) dan Rongga Dalam Campuran atau Void in Mix Marshall (VIM).Hasil
pengujian Marshall terhadap rancangan campuran dengan fluktuasi gradasi yang
mendekati titik kontrol atas, mendekati titik kontrol bawah, di antara titik tengah
dengan titik kontrol atas, di antara titik tengah dengan titik kontrol bawah dan yang
melalui titik tengah antara titik kontrol atas dengan bawah walaupun melewati daerah
larangan dengan lima variasi kadar aspal dengan mengambil nilai rata-rata dari 3
(tiga) buah benda uji untuk setiap resep campuran dapat dilihat pada tabel 8 sampai
tabel 12.

Tabel 8. Karakteristik Marshall dengan fluktuasi gradasi mendekatititik kontrol atas (Variasi I)
Karakteristik Kadar Aspal
Spesifikasi
Campuran 4% 5% 6% 7% 8%
VIM (%) 9.21 6.78 4.72 2.80 1.34 3.5-5.5
VMA (%) 15.48 15.40 15.70 16.14 17.00 min. 15
VFB (%) 40.51 55.96 69.94 82.68 92.13 min. 65
Stabilitas (kg) 1491.83 1652.28 1715.48 1639.31 1495.88 min. 800
Pelelehan (mm) 3.35 3.63 4.00 4.65 5.21 min. 3
MQ (kg/mm) 446.32 455.41 429.75 354.57 287.37 min. 250

Tabel 9. Karakteristik Marshall dengan fluktuasi gradasi di antara titik tengah dengan titik kontrol atas
(Variasi II)
Karakteristik Kadar Aspal
Spesifikasi
Campuran 4% 5% 6% 7% 8%
VIM (%) 9.78 7.23 5.03 3.53 2.17 3.5-5.5
VMA (%) 16.04 15.84 15.99 16.80 17.72 min. 15
VFB (%) 39.02 54.33 68.57 78.97 87.77 min. 65
Stabilitas (kg) 1357.35 1535.68 1643.53 1568.16 1407.60 min. 800
Pelelehan (mm) 3.64 3.83 4.19 4.82 5.52 min. 3
MQ (kg/mm) 373.49 401.14 394.06 325.87 255.88 min. 250

Tabel 10. Karakteristik Marshall dengan fluktuasi gradasi melewati daerah larangan (Variasi III)
Karakteristik Kadar Aspal
Spesifikasi
Campuran 4% 5% 6% 7% 8%
VIM (%) 8.51 6.26 4.08 1.86 0.57 3.5-5.5
VMA (%) 14.98 15.08 15.27 15.47 16.48 min. 15
VFB (%) 43.21 58.47 73.30 88.02 96.55 min. 65
Stabilitas (kg) 1635.56 1783.86 1826.14 1737.90 1551.61 min. 800
Pelelehan (mm) 3.12 3.35 3.72 4.27 4.91 min. 3
MQ (kg/mm) 524.91 532.65 491.87 407.10 316.45 min. 250
Tabel 11. Karakteristik Campuran Marshall dengan fluktuasi gradasi di antara titik tengah dengan titik
kontrol bawah (Variasi IV)
Karakteristik Kadar Aspal
Spesifikasi
Campuran 4% 5% 6% 7% 8%
VIM (%) 10.52 8.27 6.03 4.34 3.61 3.5-5.5
VMA (%) 16.86 16.91 17.01 17.61 19.04 min. 15
VFB (%) 37.60 51.09 64.54 75.38 81.06 min. 65
Stabilitas (kg) 1143.54 1418.11 1500.06 1439.52 1268.90 min. 800
Pelelehan (mm) 3.85 4.16 4.72 5.28 6.01 min. 3
MQ (kg/mm) 296.49 340.73 318.29 272.69 211.05 min. 250

Tabel 12.Karakteristik Campuran Marshall dengan fluktuasi gradasi mendekati


titik kontrol bawah (Variasi V)
Karakteristik Kadar Aspal
Spesifikasi
Campuran 4% 5% 6% 7% 8%
VIM (%) 10.88 8.41 6.67 4.83 3.89 3.5-5.5
VMA (%) 17.20 17.04 17.58 18.05 19.29 min. 15
VFB (%) 36.79 50.69 62.10 73.22 79.83 min. 65
Stabilitas (kg) 1056.47 1347.55 1467.66 1354.29 1177.80 min. 800
Pelelehan (mm) 3.93 4.25 4.79 5.42 6.32 min. 3
MQ (kg/mm) 270.33 318.67 306.73 250.31 186.13 min. 250

Grafik hubungan antara rongga dalam campuran (VIM) dengan kadar aspal, rongga
dalam agregat (VMA) dengan kadar aspal, rongga terisi aspal (VFB) dengan kadar
aspal, stabilitas dengan kadar aspal, kelelehan dengan kadar aspal serta grafik
hubungan hasil bagi Marshall (MQ) dengan kadar aspal disajikan pada gambar 5.
sampai dengan gambar 10.

Gambar 5. Grafik Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal


Gambar 6. Grafik Hubungan Flow dengan Kadar Aspal

Gambar 7. Grafik Hubungan Marshall Quotient dengan Kadar Aspal

Gambar 8. Grafik Hubungan Rongga dalam Campuran dengan Kadar Aspal


Gambar 9. Grafik Hubungan Rongga Udara diantara Agregat dengan Kadar Aspal

Gambar 10. Grafik Hubungan Rongga Terisi Aspal dengan Kadar Aspal

5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian Laboratorium dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
 Dengan variasi kadar aspal sebesar 4%, 5%, 6%, 7%, dan 8% terhadap total
campuran dari kelima jenis fluktuasi gradasi agregat yang dibuat, gradasi agregat
variasi I dan variasi II yang mendekati titik kontrol atas dan berada di atas Daerah
Larangan menghasilkan kadar aspal terbaik sebesar 6,15% untuk variasi I dan
sebesar 6,35% untuk variasi II, sedangkan untuk variasi III yaitu yang melewati
daerah larangan menghasilkan kadar aspal terbaik sebesar 5,80%, dan untuk
gradasi agregat variasi IV dan variasi V yang berada di bawah daerah larangan
dan mendekati titik kontrol bawah menghasilkan kadar aspal terbaik sebesar
6,90% untuk variasi IV dan sebesar 6,90% untuk variasi V.
 Kriteria Marshall untuk setiap variasi gradasi yang dibuat memiliki sifat-sifat
terbaik berkisar pada kadar aspal 6%, dimana pada kadar aspal tersebut kriteria
Marshall pada masing-masing variasi memenuhi persyaratan. Hasil pengujian
Marshall pada kadar aspal 6% untuk nilai Stabilitas dan VIM adalah sebagai
berikut: untuk variasi I memiliki nilai Stabilitas sebesar 1715 kg dan VIM sebesar
4,72%, untuk variasi II memiliki nilai Stabilitas sebesar 1644 kg dan VIM sebesar
5,03%, untuk variasi III memiliki nilai Stabilitas sebesar 1826 kg dan VIM sebesar
4,08%, variasi IV memiliki nilai Stabilitas sebesar 1500 kg dan VIM sebesar
6,03%, dan untuk variasi V memiliki nilai Stabilitas sebesar 1468 kg dan VIM
sebesar 6,67 %.
 Nilai stabilitas pada campuran yang mendekati titik kontrol atas dan berada di atas
daerah larangan lebih tinggi dibandingkan dengan campuran yang berada di
bawah daerah larangan dan mendekati titik kontrol bawah. Sementara untuk
campuran yang melewati daerah larangan yaitu variasi III memiliki nilai yang
tertinggi dibandingkan dengan jenis campuran lainnya. Namun, campuran ini
memiliki nilai flow yang rendah sehingga menghasilkan nilai Marshall Quotient
yang tinggi.
 Fluktuasi gradasi agregat yang terjadi memberikan pengaruh pada kriteria
Marshall yang dihasilkan. Dimana nilai VIM pada variasi I dan variasi II yang
semakin mendekati titik kontrol atas memenuhi pada kadar aspal 5,5% - 6,5%,
sedangkan pada variasi IV dan variasi V yang semakin mendekati titik kontrol
bawah, nilai VIM memenuhi pada kadar aspal di atas 6,5 %. Sementara untuk
variasi III yang melewati daerah larangan dan berada pada bagian tengah titik
kontrol, nilai VIM memenuhi pada kadar aspal 5% - 6%.

6. Daftar Pustaka

AASHTO. 1986. AASHTO Guide For Design of Pavement Structures.


Departemen Pekerjaan Umum 13/PT/B/1983. Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal
Beton. Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. September 2003. Campuran Aspal
Panas. Spesifikasi Versi 2003, Seksi 6.3. Direktorat Jenderal Bina Marga,
Jakarta
Giavanny Hermanus, Freddy Jansen, Oscar Kaseke. (2015). “Kajian Perbedaan
Kinerja Campuran Beraspal Panas Antara Jenis Lapis Tipis Aspal Beton-Lapis
Aus (HRS-WC) Bergradasi Senjang Dengan Yang Bergradasi Semi senjang”.
Jurnal Sipil Statik, Vol.3 No.4. pp. 228-234 ISSN: 2337-6732
Nicholls, J.C. 1998. Asphalt surfacing. E & FN Spon, London and New York.
Rizky Mamangkey, Freddy Jansen, Oscar Kaseke, Mecky Manoppo. (2013). “Kajian
Laboratorium Sifat Fisik Agregat Yang Mempengaruhi Nilai VMA Pada
Campuran Beraspal Panas HRS-WC”. Jurnal Sipil Statik, Vol.1 No.3. pp. 196-
201
Sherwood, P.T. 1995. Alternative Materials In Road Construction. Thomas Telford.
London.
Sukirman S. 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova, Bandung.
Suryadharma, H. Susanto, B. 1999. Rekayasa Jalan Raya. Universitas Atma Jaya.
Yogyakarta.
The Asphalt Institute. 1969. Construction Specifications For Asphalt Concrete and
Other Plant Mix Type. Specification Series No.1 (SS-1).
Untung, S.D. 1987. Konstruksi Jalan Raya. Pekerjaan Umum. Jakarta Selatan.
Wardano, S.H. 1999. Hotmix. Pelatihan Teknis EEPP, Yogyakarta.

View publication stats

You might also like