Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Volume 18 Issue 2 October 2020, pages:303-314

Pengembangan Taman Kota dengan Outdoor Coworking Space


Pasca Pandemi Covid-19

City Parks Development by means of Outdoor Coworking Space after


the Covid-19 Pandemic

Muhammad Widad Bayuadi 1 *, Budi Sudarwanto 2 , Edward E Pandelaki 3


Architecture Departement, Faculty of Engineering, Universitas Diponegoro 1*
widadbayu@students.undip.ac.id
Architecture Departement, Faculty of Engineering, Universitas Diponegoro 2
Architecture Departement, Faculty of Engineering, Universitas Diponegoro 3

DOI: https://doi.org/10.20961/arst.v18i2.44479
Received: September 22, 2020 Revised: October 21, 2020 Accepted: October 21, 2020 Available online: October 31, 2020

Abstract
In the state of the covid 19 scourge currently sweeping the world, adaptation is a concern for any
element especially in public activity space and room. This study addresses to obtain research results
regarding an urgency of need for public space with all its elements and facilities that support productive
culture of students & workers in the industrial world 4.0, especially in Indonesia. This study uses
descriptive qualitative methods with analysis of field observations, questionnaires, descriptive, and
literature studies. The statistical method used is using ordinal variable measurement. These results and
research are the basis that it is necessary and urgent of outdoor coworking space to carry out further
and in-depth research on contextual and cultural appropriateness so that it is appropriate to be applied
and become a support in Indonesia's preparation to compete with the global world in the 4.0 Industrial
Revolution Era and post-covid adaptation of social interaction in Nganjuk City Park.

Keywords: city park; coworking space; productivity; industry 4.0; covid-19 pandemic

1. PENDAHULUAN kerja yang sebelumnya dari ruang formal


menuju budaya ruang kerja yang fleksibel baik
Fenomena pesatnya pertumbuhan global pada
dirumah maupun publik space yang tetap
era revolusi industri 4.0 menuntut setiap negara
memperhatikan protokol kesehatan. Hal ini
tak terkecuali Indonesia dapat beradaptasi agar
sudah seharusnya dipersiapkan sedini mungkin
tetap eksis dan bahkan diharapkan dapat
karena kemajuan teknologi memungkinkan
menyalip negara-negara lain. Munculnya
terjadinya otomatisasi hampir di semua bidang
wabah covid19 beriringan dengan fenomena
pertumbuhan global tersebut menuntut aspek dengan teknologi. Teknologi dan pendekatan
baru yang menggabungkan dunia fisik, digital,
kesehatan dan mengubah pola pandang budaya
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (2) October 2020: 303-314

dan biologi secara fundamental akan mengubah coworking space digunakan oleh orang-orang
pola hidup dan interaksi manusia (Tjandrawina, dengan latar yang berbeda-beda antara lain
R.R. , 2016). Wabah Covid19 membuka yaitu, enterpreneur, freelancer, startup, asosiasi,
pandangan masyarakat bahwa melakukan konsultan, investor, artist, peneliti, pelajar dll
kegiatan produktif baik belajar atau bekerja (Leforestier, A., 2009). Berbagai latar belakang
tidak harus dalam ruang formal sekolah baik dari segi usia, pendidikan, pekerjaan, dan
maupunkantor. Saat wabah melanda, banyak aktivitas yang dilakukan pada coworking space
kegiatan di ruang formal yang ditiadakan dan dapat memudahkan satu sama lain saat
diganti dengan kegiatan Work from Home dan mendapat kesulitan sekaligus membuka
kegiatan belajar secara daring. Perubahan pola peluang untuk melakukan kolaborasi dalam
aktivitas ini akan merubah dan membuka suatu karya maupun dengan berbagai
pikiran masyarakat luas mengenai opsi-opsi pengetahuan/pengalaman. Coworkers
lain yang dinilai efektif dan lebih memudahkan (pengguna coworkingspace) dapat saling
daripada berkegiatan di ruang formal, terlebih berinteraksi dan menawarkan keahliannya
setelah pandemi Covid19 berakhir. masing untuk sebuah proyek sehingga tercipta
adanya kolaborasi yang didasarkan pada nilai-
Terdapat beberapa faktor yang menjadi
nilai partisipasi, berbagi, dan pikiran yang
landasan urgennya kebutuhan atas optimalisasi
saling terbuka serta menerima. Coworking
publik space sebagai coworking space dalam
space pada dasarnya diperuntukkan untuk para
upaya meningkatkan produktivitas pekerja dan
pengusaha yang lebih cenderung menjalankan
pelajar pada era revolusi industri 4.0. Faktor-
usaha secara individu, tanpa khawatir dengan
faktor tersebut diantara lain adalah tingkat
perasaan terisolasi, kehilangan interaksi antar
kesadaran yang meningkat atas protokol
kesehatan pada ruang publik, tingkat kebutuhan manusia dan mencoba mencari peluang dari
bersosialisasi. Melalui coworking space para
atas ruang publik yang dapat digunakan oleh
pengusaha dapat berbagi pengalamannya
umum untuk mendukung budaya bekerja dan
(Leforestier, A., 2009). Coworking space
belajar pada era revolusi industri 4.0, dan
menawarkan peluang baru bagi dunia
mendukung upaya pemerintah dalam
pendidikan dan pekerjaan yang hadir seiring
menyiapkan Indonesia Emas 2045 dengan
dengan meningkatnya kebutuhan atas
memaksimalkan publik space sehingga tidak
fleksibilitas melakukan kegiatan produktif
hanya menjadi ruang pasif. Sebagian besar
seperti halnya bekerja maupun belajar. Budaya
publik space di Indonesia belum memfasilitasi
kerja yang fleksibel dapat menggabungkan
pelajar dan pekerja untuk berkegiatan produktif
berbagai pilihan tempat kerja ke dalam
dengan melakukan kegiatan kolaborasi karya
pendekatan tempat kerja yang komprehensif,
yang sudah seharusnya diiringi dengan
untuk mendapatkan kombinasi manfaat dari
perencanaan pengetahuan arsitektural yang
lingkungan, ekonomi, dan sistem perbaikan
tepat untuk mendukung budaya bekerja dan
sektor transportasi sekitar sehingga dapat
belajar revolusi industri 4.0. Publik Space harus
mengurangi aktivitas perkantoran dan polusi
diberlakukan secara optimal sebagai upaya
udara seperti pada gambar 1 (Marinelli, P.,
optimalisasi untuk memaksimalkan fungsinya
Cleary, N., Worthington-Eyre, H., & Doonan,
sebagai wadah masyarakat melakukan aktivitas
K., 2010).
di ruang terbuka, sehingga dapat bermanfaat
dengan kontinu. Optimalisasi sendiri
merupakan sebuah proses, cara dan perbuatan
untuk menemukan solusi terbaik dengan
meningkatkan kualitas sesuai kriteria tertentu
(Daintith & Wright, 2008).

Coworking space merupakan wadah untuk


beraktivitas sebagai ruang kerja yang
digunakan secara bersama – sama dan terbuka
dengan pengguna lainnya dengan penggunaan Gambar 1. Impact of flexible workplace
waktu yang fleksibel. Ruang kerja pada (Marinelli, P., Cleary, N., Worthington-
Eyre, H., & Doonan, K., 2010)

304
Muhammad Widad Bayuadi, Budi Sudarwanto, Edward E Pandelaki, Pengembangan Taman Kota……

Fenomena yang ada saat ini adalah banyak


publik space baik berupa taman kota maupun
ruang terbuka lain di sebuah kota yang tidak
memiliki daya tarik yang kuat untuk menarik
pengunjung dan dimaksimalkan sehingga dapat
mendukung upaya peningkatan produktivitas
pekerja dan pelajar. Hal ini menjadi urgensi Gambar 3. Polsek Nganjuk Kota (kiri) dan Masjid
dimana di satu sisi kebutuhan akan adanya Agung Baitussalam (kanan)
coworking space merupakan hal yang sangat
dibutuhkan dalam mendukung budaya kerja
untuk menghadapi revolusi industri 4.0, dan di
sisi lain ada banyak ruang terbuka yang tidak
maksiumal dalam pengelolaannya sehingga
tidak bermanfaat secara luas bagi masyarakat
secara umum dan pekerja/pelajar secara khusus. Gambar 4. SMPN 1 Nganjuk (kiri) dan Kantor
Publik space dengan berbagai unsur penyusun Bupati & Pendopo Kabupaten Nganjuk (kanan)
lansekapnya seharusnya dapat dioptimalkan
sedemikan sehingga tidak hanya menjadi ruang
pasif dan penghias sebuah kota.
Taman Kota Kabupaten Nganjuk berbatasan
dengan Sekolah Menengah Pertama 1 Nganjuk
dan Polsek Kabupaten Nganjuk di sebelah
utara, Masjid Jami’ Nganjuk di sebelah barat,
jalur menuju Kota Kediri dengan deretan
pertokoan di sebelah selatan, dan Kantor
Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk di
sebelah Timur.

Gambar 5. Area Komunal diskusi, belajar, bekerja


C pada Taman Kota Nganjuk
A
E
Gambar 3, 4 dan 5 menunjukkan kondisi fisik
Polsek dan SMPN 1 Nganjuk. Kondisi existing
dari zona area diskusi, belajar, dan bekerja
D memiliki pola layout terpusat, seperti pada
B gambar 5. Pola layout lansekap dan massa yang
tersusun memberikan ruang yang memudahkan
interaksi dan sosialisasi antar pengunjung
dengan tetap memberikan pandangan visual
utama pada bangunan central tengah (area
Gambar 2. Taman Kota Kabupaten Nganjuk dan layanan informasi dan peminjaman buku).
Batasnya Unsur massa yang tersusun dari pola layout
Taman Kota Kabupaten Nganjuk berada di tengah adalah 1 massa utama dengan dimensi 12m x
kota Kabupaten Nganjuk, tepatnya di pusat 4m, dengan di kelilingi oleh 4 massa skunder
Kecamatan Nganjuk. Area Taman Kota Kabupaten berupa area Komunal berbentuk persegi dengan
Nganjuk berada diantara beberapa bangunan dengan dimensi 3x4,5m dan terdapat dudukan beton di
aktivitas yang bersentuhan langsung dengan
tengah pola layout dengan panjang sisi duduk
masyarakat, yaitu (A) Polsek Nganjuk Kota; (B)
Masjid Agung Baitussalam; (C) SMPN 1 Nganjuk; 12m, seperti pada gambar 6 dan 7.
(D) Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk;
(E) UMKM Centre Kabupaten Nganjuk, pada
gambar 2.

305
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (2) October 2020: 303-314

kebutuhan yang hanya sebatas berorientasi


bisnis yang tentunya mempengaruhi pola
setting arsitektural terkait interaksi antar
pengguna coworking space.

Terdapat Penelitian mengenai coworking space


tersebut antara lain adalah penelitian dengan
judul Working Alone, Together: Coworking as
Gambar 6. Entrance area diskusi & belajar Taman Emergent Collaborative Activity (Clay
Kota Kabup aten Nganjuk Spinuzzi, 2012). Pada penelitian ini terdapat
kajian mengenai area komunitas terkait yang
berkaitan dengan ruang kerja. Penelitian
berorientasi pada tempat, berfokus pada area
coworking space di Austin dan mengobservasi
terkait aktivitas dan fasilitas. Analisis yang
dilakukan adalah menguji perbandingan
hubungan antar variabel terkait pada coworking
space dengan memeriksa faktor sebab akibat
didukung oleh beberapa faktor konsistensi
aktivitas yang dilakukan di coworking space
berkaitan dengan tujuan awal dibanding adanya
Gambar 7. Area diskusi & belajar Taman Kota perubahan dikarenakan faktor kolaborasi dan
Kabupaten Nganjuk interaksi. Metode yang digunakan adalah kajian
literatur kuantitatif semi sistematis dilakukan
Area belajar, diskusi dan bekerja yang telah untuk mengidentifikasi model kerja fleksibel
disediakan di Taman Kota Kabupaten Nganjuk yang paling penting, dengan secara sistematis
berada di sisi barat dan berbatasan langsung mencari dan mengkategorikan literatur yang
dengan jalan ring utama yang mengitari taman relevan. Ulasan ini berfokus pada studi yang
kota. Pemerintah telah memberikan barrier terkait dengan teleworking dan coworking
berupa beberapa vegetasi rebah dan pemisahan berkaitan dengan aktivitas dan perubahan
zonasi dengan melakukan pengaturan level aktivitas saat terjadinya interaksi, dan atribut
kontur. Upaya-upaya yang dilakukan oleh yang digunakan adalah area kerja fleksibel,
pemerintah tersebut sudah dirasakan cukup rekan kerja, interaksi, umpan balik,
baik bagi pengunjung, namun dalam penelitian kepercayaan, pembelajaran, kemitraan,
ini akan memberi gambaran dan pandangan motivasi dan motivasi kerja.
baru dalam upaya pengembangan taman kota
Nganjuk sehingga dapat lebih meningkatkan Terdapat pula penelitian dengan judul Building
fungsi Taman Kota Nganjuk dan dapat new places of the creative economy. The rise of
dinikmati secara luas oleh masyarakat Nganjuk coworking spaces (Moriset, B., 2014), dengan
dalam menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 kajian berisi perspektif pendekatan komunitas
dan adaptasi pasca pandemic Covid19. dan nilai ekonomis interaksi untuk bekerja
berdasar hubungan antara praktik komunitas
Terdapat beberapa penelitian terdahulu terkait yang berorientasi bisnis dibandingkan dengan
Kajian Coworking Space pada ruang terbuka, komunitas untuk mendapatkan pengetahuan,
pada beberapa penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekspektasi dari partisipasi
ditemukan adanya hasil kajian penelitian dalam coworking space di antara rekan kerja
dengan pembahasan terkait aktivitas yang secara eksplisit berkaitan dengan kebutuhan
dilakukan memerlukan kajian lebih lanjut untuk menciptakan orientasi ekonomis tanpa
karena adanya gap berupa perbedaan pola memberikan keakrababan interaksi sosial.
interaksi dan kolaborasi pada area coworking Pengolahan arsitektural dibutukan untuk
space. Gap tersebut terkait kebutuhan interaksi memenuhi kebutuhan kerja sisi ekonomis.
yang didasari oleh kemauan dan kebutuhan Metode penelitian yang digunakan
berbagi wawasan secara terbuka dengan menggunakan data yang dikumpulkan editorial

306
Muhammad Widad Bayuadi, Budi Sudarwanto, Edward E Pandelaki, Pengembangan Taman Kota……

internasional Deskmag, sebuah referensi online Kabupaten Nganjuk dalam persiapan pasca
ternama untuk gerakan coworking space, yang pandemi Covid19.
menunjukkan bagaimana coworking tersebar
pada daerah daerah yang disebut 'kota kreatif' di 2. METODE
negara ekonomi maju, seperti London, Berlin,
Proses penelitian terhadap topik penelitian
dan Paris di Eropa, San Francisco dan New menggunakan metode kualitatif deskriptif
York di AS dan menggunakan atribut kelekatan
dengan analisa observasi lapangan, kuesioner
terhadap ruang, komunikasi dan yang dilakukan secara online, dan juga studi
kemasyarakatan, rasa kebersamaan, aktivitas literatur. Observasi/penelitian dilakukan
jaringan, ekonomi bisnis.
dengan survey langsung ke lapangan dalam
penelitian ini objek berupa taman kota, tepatnya
Selain kedua penelitian tersebut juga terdapat
taman kota Kabupaten Nganjuk. Metode
penelitian terkait yang membahas mengenai
statistika yang digunakan menggunakan
pola kerja fleksibel yang juga memeiliki gap pengukuran variabel ordinal (diangkakan).
terhadap pola interaksi antar pengunjung,
Variable ordinal sendiri mempunyai kategori-
penelitian tersebut berjudul Exploring impact kategori yang mempunyai hubungan
of future flexible working model (FWM)
bertingkat, tapi tidak diketahui secara tepat
evolution on urban environment, economy and
seberapa beda antara suatu kategori dengan
planning (Rongrong Yu, Matthew Burke, kategori diatas (atau dibawahnya). Tingkat
Nowar Raad, 2019). Penelitian ini membahas pengukuran variable dapat dilakukan lewat
mengenai dampak evolusi model kerja fleksibel
perencanaan pertanyaan survey/kuisioner
masa depan (FWM) terhadap lingkungan (Djunaedi, 2002).
perkotaan, ekonomi dan perencanaan. Model
kerja berubah, berkembang selama beberapa Penelitian ini menggunakan metode GPSI
dekade menuju fleksibilitas dan mobilitas. (Good Public Space Index) pada Taman kota
Kota-kota besar menyaksikan munculnya
Nganjuk untuk menetapkan variabelnya,
model tempat kerja alternatif, seperti
terdapat 5 variabel penilaian yang
coworking space, digital working hub, on-
memengaruhi tingkat efektifitas penggunaan
demand, dan office \ club. Perubahan terwujud
ruang publik yang nantinya akan didapat
karena adanya tuntutan nilai ekonomi pada mengenai urgensi dibutuhkannya outdoor
kebutuhan area coworking space. Interaksi
coworking space dan pengembangannya terkait
terbatas antar pengunjung dan hanya sebatas revolusi industri 4.0 dan kesadaran terhadap
penataan ruang kerja yang terkait dengan protocol kesehatan, yaitu; variabel intensity of
kategori pekerjaan tertentu. Penelitian ini
use. intensitas area ruang terbuka digunakan,
mengadopsi metode tinjauan literatur intesity of social use, intensitas interaksi sosial,
sistematis, membahas evolusi sejarah dan people’s duration of stay, jangka waktu/ durasi
berbagai jenis FWM,. Penelitian ini mengarah berada di tempat yang telah ditentukan,
pada peningkatan pemahaman, perencanaan,
temporal diversity index, keanekaragaman
dan manajemen untuk tantangan masa depan
aktivitas dalam suatu tempat), dan variety of
model kerja generasi mendatang, menjelaskan use, yang berarti variasi pengguna area dalam
evolusi historis FWM, melalui asal-usul, suatu tempat (Mehta V, 2007). Variabel-
pengembangan, dan periode merebaknya FWM
variabel tersebut nantinya disusun dalam
dan ruang interaksi antar rekan kerja dengan bentuk 15 pertanyaan tertutup yang disebarkan
budaya berbagi wawasan. Atribut penelitian
secara online. Pengujian statistik menggunakan
yang digunakan adalah seputar model kerja
statistic non parametrik dimana syarat tidak
fleksibel, tinjauan literatur sistematis, ditetapkan sebagai parameter populasi sebagai
lingkungan perkotaan, dan ekonomi.
induk sampel dengan skala pengukuran sosial
yakni numerik/nominal (pembeda, misal jenis
Berdasar kajian-kajian tersebut, dibutuhkan
kelamin) dan jenjang/ordinal (tingkatan, missal
adanya penelitian lebih lanjut dengan harapan
strata pendidikan) yang dikelompokkan dan di
dapat menerangkan hubungan pola interaksi angkakan/diordinalkan.
terhadap setting arsitektural terkait area
komunal coworking space khususnya di

307
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (2) October 2020: 303-314

Penelitian menggunakan Metode Sampling di area belajar/diskusi/bekerja yang telah di


kategori Purposive Sampling, dengan sediakan di taman kota dengan kriteria berusia
pertimbangan target sample penelitian berupa produktif 15 – 64 tahun, melakukan dan
penduduk usia kerja produktif 15 – 64 tahun bertujuan utama melakukan kegiatan
(mengacu pada UU No.20 th 1999 pasal 2 ayat diskusi/bekerja/belajar, rutin melakukan
2), melakukan kegiatan diskusi/bekerja/belajar kegiatan produktif (minimal 1 kali dalam
di Taman Kota tepat pada area yang telah seminggu). Penelitian ini menggunakan
ditetapkan pemerintah, dan rutin melakukan sejumlah 45 responden, dimana berdasar
kegiatan produktif (minimal 1 kali dalam pengkategoriannya dibagi menjadi 15
seminggu). Pengkategorian unsur variabel yang responden berstatus sebagai pekerja; 15
digunakan dalam observasi dan kuisioner responden merupakan pelajar; dan 15
diambil dari beberapa kajian literatur, responden merupakan pegiat komunitas.
diantaranya adalah terkait dengan variabel Jumlah sample ini sesuai dengan metode
kenyamanan lingkungan (Maslow, 1994; kualitatif eksperimen yang telah diungkapkan
Zuchdi, 1995), variabel sense of Borg and Gall (2007: 176), dimana suatu riset
place/pemaknaan hakikat fungsi ruang eksperimental diperlukan sampel 15-30
(Hashemnezhad et al, 2013), variabel faktor- responden pada setiap kelompoknya.
faktor pengaruh produktivitas (Hariandja,
2002), variabel adaptasi Ruang Publik dan 3.1 Tujuan Utama Pengunjung
Coworkingspace sejalan dengan industri 4.0 Kuisioner yang telah disebarkan pada 45
dan Post Covid19 (Nieuwenhuijsen et al., 2019;
responden dengan 3 kriteriria (pelajar, pekerja,
Neugebauer dkk, 2016; Velarde et al., 2007). dan komunitas) yang datang menuju taman kota
nganjuk menunjukkan hasil sebagai berikut,
Setelah melakukan studi kajian tersebut dapat
diperoleh peta pengembangan yang Tabel 1. Hasil Jawaban Responden
menunjukkan celah rujukan untuk Kategori Pertanyaan Ya Tidak Prese
pengambangan penelitain lanjutan. Dengan ntase
metode ini dapat diketahui pula Gap Penelitian
lanjutan sehingga penelitian yang akan 28 62,2%
Tujuan utama ke Taman
dilanjutkan lebih terarah dan mengisi celah Kota untuk melakukan
lingkup penelitian dari peneliti lain. Celah aktivitas
penelitian yang membutuhkan penelitian dan diskusi/belajar/bekerja pada
observasi lebih lanjut adalah mengenai pola area yang telah disediakan 17 37,8%
interaksi terhadap setting arsitektural terkait
area komunal coworking space, baik terkait Total 45 100%
kebutuhan mengenai tingkat privasi antar
kategori responden, kesediaan melakukan
aktivitas berbagi wawasan dan kolaorasi, serta Presentasi hasil kuisioner menunjukkan
faktor sebab-akibat lain yang mempengaruhi sebanyak 62,2 % pengunjung dari sejumlah 45
segi arsitektural dari area coworking space. responden datang dengan tujuan utama untuk
melakukan agenda diskusi/belajar/bekerja.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal tersebut membuktikan bahwa mayoritas
target sample yang diambil telah menganggap
Observasi dan penyebaran kuisioner berkaitan bahwa taman kota tidak hanya menjadi area
dengan lokasi penelitian, yaitu di Taman Kota taman hiburan yang pasif, namun telah
Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Pemilihan memiliki pandangan sebagai tempat produktif
objek penilitian didasarkan pada relevannya yang rekreatif.
terhadap kebutuhan hasil riset yang
membutuhkan data aktivitas kunjungan 3.2 Kenyamanan Zonasi Existing
pengguna dari berbagai kategori.
Kenyamanan lingkungan menuntut kebutuhan
Kuisioner online yang dilakukan disebarkan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan
dengan target mendapat data dari 45 responden sosial, kebutuhan privasi dalam suatu waktu,
(progressive) yang pernah melakukan kegiatan

308
Muhammad Widad Bayuadi, Budi Sudarwanto, Edward E Pandelaki, Pengembangan Taman Kota……

dan kebutuhan aktualisasi diri (Maslow, 1994; pencapaian, rekayasa sirkulasi udara, dsb)
Zuchdi, 1995). tanpa mengganti area yang sudah ditentukan.

Hasil kuisioner terhadap kategori variabel


kenyamanan ini juga menunjukkan bahwa area
yang telah disediakan untuk melakukan
diskusi/belajar/bekerja pada komunal taman
kota sudah cukup memberikan rasa nyaman,
namun masih dibutuhkan fasilitas terutama
pada kebutuhan fasilitas sarana prasarana dan
rekayasa thermal serta kebisingan yang masih
kurang baik.

3.3 Kebutuhan Pengembangan Zonasi


Existing menjadi Outdoor Coworking
Space
Gambar 8. Area existing sitting group diskusi &
Tabel 3. Hasil Jawaban Responden Terkait Variabel
belajar Taman Kota Kabupaten Nganjuk
kebutuhan pengembangan menjadi area coworking space
Kenyamanan yang terkait dengan hal tersebut Kategori Pertanyaan Ya Tidak Prese
diantara lain adalah lingkungan alami yang ntase
terkait dengan kebersihan lingkungan dan
udara, kondisi lapang dan privat berjangka, Terkait kebutuhan rekayasa 37 82,2%

pola dan kemudahan aksesibilitas, area yang telah ditentukan


untuk pengembangan
keteraturan lansekap dan layout kawasan, menjadi area coworking
serta kebutuhan sosial, berkaitan dengan space (GPSI Index) 8 17,8%
interaksi sosial dan privasi, pada gambar 8.
Tabel 2. Hasil Jawaban Responden Terkait Variabel Total 45 100%
rekayasa kenyamanan pada zonasi Existing
Kategori Pertanyaan Ya Tidak Present Kuisioner pada tahap ini memberikan
ase gambaran mengenai urgensi untuk rekayasa
pengolahan maupun penambahan unsur terkait
Terkait Terkait kesesuaian 11 24,4% aktivitas pada area yang nantinya menjadi
lokasi dan kebutuhan outdoor coworking space (seperti penerangan,
rekayasa kenyamanan area pola sitting group, keteduhan dan
yang telah ditentukan pada
zonasi existing (GPSI pembayangan). Salah satu contoh pada gambar
34 75,6% 9 komponen peneduh pada area duduk
Index)
komunal. Kuisioner yang telah dibagikan
Total 45 100% menunjukkan bahwa dalam menunjang
aktivitas belajar/diskusi/bekerja mereka masih
dibutuhkan pengaturan ulang terkait unsur-
Poin kuisioner diatas menunjukkan bahwa letak
unsur yang menunjang aktivitas mereka pada
lokasi existing untuk melakukan aktivitas baik
lokasi tersebut.
belajar/diskusi/bekerja sudah cukup untuk
menciptakan kenyamanan aktivitasnya.

Berdasarkan table tersebut, pemaksimalan


keesesuaian lokasi ini hanya dibutuhkan
penambahan dan rekayasa lain seperti
pemberian barrier, kemudahan dan pengolahan

309
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (2) October 2020: 303-314

bekerja/belajar secara fleksibel cukup tinggi,


sehingga dinilai seharusnya tidak hanya di
Taman Kota namun di beberapa ruang terbuka
lain pun memberikan wadah untuk mendukung
budaya bekerja/belajar secara fleksibel yang
terbuka untuk umum.

Kategori Pertanyaan pada Kuisioner Terkait


Optimalisasi Produktivitas mengambil variabel
yang telah dijabarkan oleh Hariandja (2002),
dimana kemampuan berarti kecakapan baik
Gambar 9. Pohon peneduh diantara jalur sirkulasi pengetahuan formal maupun pengalaman yang
utama pengunjung dan area sitting group lantinya dapat meningkatkan nilai produktif
Sense of place atau pemaknaan hakikat fungsi seseorang; Lingkungan yang menyangkut
ruang dapat memberikan rasa memiliki secara kelayakan fasilitas dan ketenangan aktivitas;
individu dimana pengunjung menjadikan suatu Motivasi yang memberikan dorongan dan
tempat sebagai tempat singgah saat merasa semangat untuk fokus menyelesaikan
jenuh; Kelekatan (Attachment to a place) yang pekerjaan; Tingkat pendidikan yang
berhubungan dengan peningkatan SDM pada
dapat mencerminkan rasa tidak ingin
suatu daerah; dan Penerapan teknologi
mengganti suatu tempat dengan tempat lain; yang menjadi dasar peningkatan dan kestabilan
Tujuan tempat (Identifying with the place produktivitas terutama dalam hal kemudahan
goals) dimana menjadikan suatu tempat sebagai operasional dan sistem yang bekerja.
tujuan utama dalam beraktivitas; Keterlibatan
(Involvement in a place) untuk melakukan
3.4 Kesiapan Revolusi Industri 4.0 &
aktivitas yang terkait aktivitas pribadi dan
Kesadaran atas pentingnya protokol
pengunjung lain baik kolaboratif maupun kesehatan
individu; serta Pengorbanan (Sacrifice for a
place) yang menunjukkan aspek yang utama Adaptasi Ruang Publik dan Coworkingspace
dari sense of place sehingga merasa ikut sejalan dengan industri 4.0 dan Post Covid19
bertanggung jawab pada tempat yang dimana merupakan persiapan untuk menjadi
disinggahi (Hashemnezhad et al, 2013). model Taman Kota khususnya di Indonesia
sehingga siap menghadapi tantangan
kedeannya. Variabel yang menentukan
Tabel 4. Hasil Jawaban Responden Terkait Variabel terhadap kategori ini diantara lain adalah pola
Sense of Place dalam Optimalisasi Produktivitas sirkulasi yang mempengaruhi aktivitas dan
Kategori Pertanyaan Ya Tidak Prese kontak fisik (Nieuwenhuijsen et al., 2019);
ntase Elemen Ruang publik (khususnya hardscape)
Terkait pengalaman yang yang bernuansa hijau dan area beraktivitas yang
telah dirasakan dalam 39 86,7% terdesentralisasi serta akses visual ke alam telah
mendapatkan peningkatan
produktivitas terkait
terbukti memiliki manfaat bagi kesehatan fisik
kegiatan belajar/ bekerja/ dan mental. (Velarde et al., 2007); dan Layer
belajar pada lokasi yang optimalisasi industri 4.0 (Neugebauer dkk,
telah ditentukan di Taman 6 13,3%
Kota Nganjuk
2016) meliputi, teknik layout dan penyusunan
elemen kerja, rangsangan kemampuan
Total 45 100%
meningkatkan kecerdasan, robotics and human-
robot collaboration (ex: sensor), fasilitas
Pertanyaan kuisioner terkait optimalisasi kemudahan berkolaborasi, workplace design
produktivitas ini menunjukkan dimana target dan elemen pendukung penunjang kerja,
sampel memiliki kesadaran atas kebutuhan resource and energy efficiency.
ruang publik yang mendukung budaya

310
Muhammad Widad Bayuadi, Budi Sudarwanto, Edward E Pandelaki, Pengembangan Taman Kota……

Tabel 5. Hasil Jawaban Responden Terkait kesiapan


Revolusi Industri 4.0 & Kesadaran atas pentingnya
protokol kesehatan
Kategori Presentas
Jawaban Terkait
Pertanyaan e

Membutuhkan
partner untuk
meningkatkan
Terkait kebutuhan produktivitas 68,9%
untuk kesiapan pekerjaan/belajar
Revolusi Industri (31 dari 45
4.0 & Kesadaran membutuhkan)
atas pentingnya
protokol
Pengaturan Ulang Gambar 10. Area sirkulasi tengah pada zona group
kesehatan
layout sitting group diskusi & belajar Taman Kota Kabupaten Nganjuk
dan lansekap terkait
80%
Kesehatan Terkait dengan akses dan sirkulasi pada gambar
(36 dari 45 meyakini
diperlukan)
10, dalam peraturan tersebut juga dijelaskan
Total 100% bahwa jika hanya terdapat 1 jalur tangga, bagi
lajur untuk naik dan untuk turun, diupayakan
Terlihat dari gambar tabel 5, hasil yang terekam sedemikian sehingga tidak ada orang yang
menunjukkan bahwa pengunjung yang menjadi berpapasan ketika naik dan turun tangga. Jika
sample telah mengetahui pentingnya adaptasi terdapat 2 jalur tangga, pisahkan jalur tangga
terhadap kemajuan dan pemaksimalan potensi untuk naik dan jalur tangga untuk turun.
diri untuk menghadapi industri 4.0 yang seiring Terdapat pula upaya untuk melakukan upaya
dengan usaha menjaga kesehatan dalam budaya untuk meminimalkan kontak antar pengunjung,
bekerja/belajar. seperti dengan pembatas/partisi meja (flexy
Hal ini pun sejalan dan melengkapi upaya glass/ mika/ plastik, dsb) penggunaan sensor,
pemerintah untuk meningkatkan kesadaran atas dan lain sebagainya.
protocol kesehatan yang telah dituangkan
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik 3.5 Kebutuhan Privasi dan Kesadaran
Indonesia No. Hk.01.07/Menkes/382/2020 Pentingnya Budaya Sharing Wawasan
tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di pada Responden
Tempat dan Fasilitas Umum, beberapa poin Tabel 6. Hasil Jawaban Responden terkait
terkait protocol kesehatan tersebut antara lain Kebutuhan atas Privasi pada Tiap Kategori
Responden
adalah layout dan setting sirkulasi dengan jarak
minimal 1 meter; rekayasa administrasi dapat Kategori Kategori
Presentase
Pertanyaan Responden
berupa pembatasan jumlah orang, pengaturan Pelajar, aktivitas
jadwal; rekayasa teknis antara lain dapat berupa belajar individu/ 40 %
berkelompok (6 dari
pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk dan 15 membutuhkan)
keluar, dan lain sebagainya; sign/tanda; Pekerja, aktivitas
terkait dunia maya
optimalisasi sirkulasi udara dan sinar matahari; Kebutuhan atas dan IT (12 dari 15
80 %
adanya ruangan khusus/pos kesehatan untuk Privasi saat membutuhkan)
penanganan pertama apabila ada warga pasar Berkegiatan
yang mengalami gangguan kesehatan; serta Komunitas, aktivitas
terkait diskusi dan 66,7 %
layout/setting sebuah tempat di upayakan untuk mencari ide (10 dari
posisi saling membelakangi. 15 membutuhkan)

Total 100%

Hasil kuisioner yang terlihat pada tabel 6, hanya


40% responden dari kalangan pelajar

311
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (2) October 2020: 303-314

membutuhkan privasi saat melakukan kegiatan kebutuhan baik bagi pelajar, pekerja, dan
belajar di ruang terbuka, sedangkan pekerja komunitas untuk dapat optimal melakukan
sebesar 80%, dan komunitas sebanyak 66,7%. kegiatan produktif di area coworking space.
Pada hasil kuisioner ini dapat diambil data
bahwa pelajar masih merasakan kenyamanan 4. KESIMPULAN
yang cukup saat berkegiatan belajar di Taman Kota dengan segala elemennya yang
keramaian area outdoor, sedangkan pekerja
dahulunya hanya berupa ruang rekreatif dan
cenderung lebih memilih tempat yang tenang pasif harus berkembang menjadi optimal dalam
untuk melakukan pekerjaannya di area outdoor. upaya mendukung budaya produktif bagi
Hasil pada bab kebutuhan privasi ini menjadi
pekerja, pelajar, dan komunitas dalam bentuk
pola acuan rekomendasi dalam membentuk
ruang coworking space. Ruang publik yang
ruang yang senyaman mungkin dalam hal
memiliki komunal harus dioptimalkan dan
privasi sehingga memberi peningkatan index
diolah sedemikian sehingga dapat mendukung
produktivitas dari pengunjung. dan menciptakan rasa nyaman dalam
menghadirkan sense of place bagi penggunya.
Hasil pembahasan pada riset ini menunjukkan
bahwa sebagian besar target sample telah
merasakan manfaat dengan adanya ruang
khusus untuk belajar/diskusi/bekerja di ruang
terbuka yang berorientasi pada fleksibilitas
ruang dan terbuka untuk umum. Hal ini dapat
diamati dari hasil responden dimana sebanyak
62,2 % pengunjung dari sejumlah 45 responden
Gambar 10. Jalur Sirkulasi yang mempengaruhi telah dengan tujuan utama untuk melakukan
zonasi privasi tiap area sitting group pengunjung agenda diskusi/belajar/bekerja. Bahkan
kuisioner yang dibagikan menunjukan sejumlah
75,6% telah merasa sesuai bahwa lokasi terpilih
Tabel 7. Hasil Jawaban Responden terkait tepat untuk menjadi wadah kegiatan
Kebutuhan atas Sharing wawasan dan kolaborasi belajar/diskusi/bekerja tersebut. Meskipun
pada Tiap Kategori Responden telah merasakan kenyamanan, pengunjung
Kategori Kategori dengan presentasi 69% dari ketiga kategori
Presentase (pelajar, pekerja, dan komunitas) juga
Pertanyaan Responden
Pelajar, aktivitas merasakan bahwa masih dibutuhkan rekayasa
belajar individu/
berkelompok (10 dari
66,7 % baik pola sitting group dan hal-hal terkait
15 merasa perlu) outdoor coworking space untuk meningkatkan
Keinginan untuk Pekerja, aktivitas
saling berbagi
produktivitas mereka sehingga dapat
terkait dunia maya
60 % berkolaborasi dan berbagi ilmu serta
wawasan dan dan IT (9 dari 15
pengalaman di merasa perlu) pengalaman. Responden yang telah dibagikan
area coworking kuisioner juga telah memiliki kesadaran atas
space Komunitas, aktivitas pentingnya protokol kesehatan dengan
terkait diskusi dan
mencari ide (9 dari 15
60 % sejumlah 80% mengharapkan pengaturan ulang
merasa perlu) pola layout area dan sitting group, dimana
pengaturan layout area tersebut untuk
Total 100% memberikan rasa aman dan nyaman paska
Poin kuisioner diatas menunjukkan bahwa pandemi covid19 dan telah siap menghadapi
ketiga kategori responden telah memiliki persaingan di era revolusi industri 4.0.
kesadaran atas pentingnya kolaborasi dan
berbagi wawasan. Hal ini memberikan Aktivitas dari responden yang memiliki
kepentingan dan berkegiatan di area coworking
pandangan dimana pentingnya fasilitas baik
sarana dan prasarana memang menjadi space pun bergantung pada kebutuhan dan
kenyamanan yang terekam pada data penelitian,
kebutuhan yang mendasar untuk memenuhi
yaitu adanya tingkat privasi, kesediaan untuk

312
Muhammad Widad Bayuadi, Budi Sudarwanto, Edward E Pandelaki, Pengembangan Taman Kota……

berbagi wawasan, kebutuhan melakukan sesuai gap yang masih dicelahkan. Manfaat
kolaborasi yang nantinya berpengaruh terhadap untuk masyarakat umum diharapkan dapat
setting working area menurut kebutuhan dari menambah pemahaman dan membuka
tiap kategori responden. wawasan ilmiah mengenai hal yang kurang
dipertimbangkan di lingkungan sekitar namun
Dari hasil dari penelitian yang telah dilakukan
dapat berdampak besar terhadap kebaikan
dengan target sampel pelajar menunjukkan
umum. Manfaat pada Penentu Kebijakan agar
bahwa taman kota berdampak terhadap
dapat menjadi bahan evaluasi dan rekomendasi
kegiatan belajar mereka dan tidak
dari respon akademisi yang sudah teruji secara
membutuhkan privasi yang tinggi dalam
ilmiah dan patut dipertimbangkan
kegiatan belajar mereka. Penelitian dengan
implementasinya baik oleh pemerintah maupun
kategori pekerja cenderung membutuhkan
pihak-pihak terkait dan berwenang.
sarana prasarana terkait kebutuhan kerja baik
berupa fasilitas maupun teknologi serta
5. UCAPAN TERIMAKASIH
membutuhkan privasi yang tinggi. Pegiat
Komunitas yang sering mendatangi taman kota Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu
untuk melakukan diskusi lebih membutuhkan Dra. Asti Widyartini, M.Si sebagai kepala
privasi yang tinggi, elemen lansekap seperti Bagian Humas dan Protokol Pemerintahan
penerangan yang cukup, serta pengaturan Daerah Kabupaten Nganjuk yang telah
layout sitting group terkait kesehatan karena berkontribusi dalam pemberian data penelitian
seringnya anggota komunitas berkerumun terkait kondisi existing site penelitian,
sehingga membutuhkan perhatian lebih komunitas Gati Asri Sahwahita dan Komunitas
terhadap kesehatan. Muda Anjuk Ladang Nganjuk yang telah
berkontribusi sebagai sampel responden pada
Keseluruhan elemen terkait penelitian ini
penelitian ini.
terkait dengan urgensi dibutuhkannya wadah
untuk berinteraksi, dimana Co-working space
dipahami sebagai sebuah lingkungan/ruang REFERENSI
dimana beberapa profesi dapat bekerja dalam Daintith, J., & Wright, E. (2008). Dictionary of
suatu area secara bersamaan baik dalam ruang
Computing (6 ed.). Oxford: Oxford
privat ataupun ruang kerja terbuka (Metz &
University Press.
Archuleta, n.d.; Septiani, Aldy, & Firzal, 2017). Djunaedi, A. (2002). Petunjuk Penulisan
Aktivitas yang terjadi dalam co-working space
Usulan Penelitian dan Tesis.
tidak hanya ruang yang dilengkapi fasilitas Yogyakarta: Program Pascasarjana
kerja tetapi juga berfungsi sosial bagi
Magister Perencanaan Kota dan Daerah
penggunanya untuk saling berinteraksi,
UGM.
bertukar informasi, dan berkolaborasi Hashemnezhad, H., Yasdanfar, & Seyed A. , e.
(Marcelina, Ardana, & Yong, 2016; (2013). Comparison the Concepts of
Soerjoatmodjo, 2015; Wijaya, Hasudungan,
Sense of Place and Attachment to Place
Sitindjak, & Suryanata, 2017). in Architectural Studies. Malaysia
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah Journal of Society and Space, 9 (1),
arah pemikiran baru yang dapat menjadi 107-117.
pertimbangan mengenai urgensi dibutuhkannya Hermann, M., Pentek, T., & Otto, B. . (2016).
wadah pada ruang nonformal untuk beraktivitas Design principles for industrie 4.0
bekerja/belajar/diskusi di ruang terbuka dalam Design principles for industrie 4.0.
beraktivitas normal sebagai persiapan setelah 49th Hawaii International Conference,
wabah COVID -19 selesai yang beriringan (pp. 3928-3937).
dengan kesiapan Indonesia menghadapi Era Leforestier, A. (2009). The co-working space
Industri 4.0. Secara akademis penelitian ini concept. Ahmedabad: CINE Term
dapat menjadi tambahan literasi mengenai Indian Institute of Management
urgensi kebutuhan publik space terhadap (IIMAHD).
budaya produktif pada revolusi industri 4.0 dan Marinelli, P., Cleary, N., Worthington-Eyre, H.,
sebagai bahan acuan penelitian lebih lanjut & Doonan, K. (2010). Flexible

313
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (2) October 2020: 303-314

Workplaces: Achieving the worker's


paradise and transport planer's dream in
Brisbane. 3rd Australasian Transport
Research Forum (ATRF) . Canberra,
ACT.
Mehta V. (2007). A toolkit for performance
measures of public space. 43rd
ISOCARP Congress . Antwerp.
Neugebauer, R., Hippmann, S., Leis, M., &
Landherr, M. (2016). Industrie 4.0-
From the Perspective of Applied
Research. Procedia CIRP, Vol. 57, pp.
2-7.
Nieuwenhuijsen, M., & Khreis, H. (2019).
Integrating Human Health into the
Urban Development and Transport
Planning Agenda: A Summary and
Final Conclusions.
doi:doi:10.1007/978-3-319-74983-9
Rüßmann, M., Lorenz, M., Gerbert, P.,
Waldner, M., Justus, J., Engel, P., &
Harnisch, M. . (2015). Industry 4.0:
The future of productivity and growth
in manufacturing industries. Boston:
Boston.
Schwab, K. (2016). The Fourth Industrial
Revolution. World Economic Forum.
Sulistiuani, A., & Rosidah. (2003). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Makassar:
Raja Grafindo Persada.
Tjandrawina, R.R. . (2016, April). Industri 4.0:
Revolusi industri abad ini dan
pengaruhnya pada bidang kesehatan
dan bioteknologi. Jurnal Medicinus,
Vol 29 No.1.
Velarde, M.D., Fry, G., & Tveit, M. (2007).
Health effects of viewing landscapes -
Landscape types in environmental
psychology. Urban Forestry and Urban
Greening 6. doi:doi:10.1016/
j.ufug.2007.07.001
Zuchdi, D. (1995). Pembentukan Sikap.
Cakrawala Pendidikan. 3 Tahun XIV.

314

You might also like