Professional Documents
Culture Documents
Aviation Rescue & Fire Fighting: Penyelamatan Penerbangan & Pemadaman Kebakaran
Aviation Rescue & Fire Fighting: Penyelamatan Penerbangan & Pemadaman Kebakaran
(PUAFIR305A)
Respond to Aviation
Incidents (general)
Respon terhadap
Kecelakaan
Penerbangan (umum)
Competencies / Kompetensi
Description / Deskripsi
This unit covers the competency for working as a member of a non specialist team, under
supervision, while responding to an aviation incident.
Unit ini mencakup kompetensi untuk bekerja sebagai anggota tim biasa (non spesialis), di bawah
pengawasan, saat merespon sebuah kecelakaan penerbangan.
dan penyelamatan
Pesawat terbang diibaratkan sebagai hotel yang penuh dengan orang (banyak atau sedikit
tergantung pada ukuran pesawat) yang berbagi kamar yang sama dan diletakkan di atas atau di
bawah tempat bahan bakar (tergantung pada susunan tangki bahan bakar).
Aircraft incidents require all the skill and knowledge of normal fire fighting. However, because of
the extra dangers that rescue personnel are exposed to, such as radar, burning magnesium and
high speed rotating machinery, a knowledge of aircraft and their specific fire fighting tactics must
be known.
Kecelakaan pesawat terbang memerlukan semua keahlian dan pengetahuan pemadaman
kebakaran yang normal. Namun, karena adanya bahaya ekstra yang dihadapi personil
penyelamat, seperti radar, magnesium yang terbakar dan mesin yang berputar dalam kecepatan
tinggi, maka pengetahuan mengenai pesawat terbang dan taktik pemadaman kebakaran yang
spesifik haruslah diketahui.
In completing this course, rescue personnel will have the special skills and knowledge required to
conduct rescues, combat aircraft fires and safely overcome the hazards and risks associated
with this type of incident.
Setelah menyelesaikan pelatihan ini, personil penyelamat akan mempunyai keahlian dan
pengetahuan khusus yang diperlukan untuk melakukan tindakan penyelamatan, menghadapi
kebakaran pesawat terbang dan secara aman menanggulangi bahaya dan risiko yang
berhubungan dengan jenis kecelakaan ini.
The aim of this manual is to provide Fire and Emergency Services personnel with the necessary
information required for working as a member of a non specialist aircraft rescue and fire fighting
team, under supervision, while responding to an aviation incident on or off the airfield.
Tujuan buku manual ini adalah untuk menyediakan informasi penting yang diperlukan personil Fire
and Emergency Services untuk bekerja sebagai anggota tim penyelamatan pesawat terbang dan
regu pemadaman kebakaran non-spesialis, namun tetap di bawah pengawasan, sambil
menanggapi kecelakaan penerbangan di dalam atau di luar lapangan terbang.
Reproduction of any, or all parts of this manual without the permission of the author will
result in action being pursued under International copyright law. Reference in this manual
to a male person him/his/he should be construed as applying, as appropriate, to the female
person also, her/hers/she.
Reproduksi dari setiap atau semua bagian dari buku manual ini tanpa seijin penulis akan
berakibat tindakan hukum di bawah undang-undang hak cipta Internasional. Referensi
kepada pria dalam buku manual ini juga berlaku kepada wanita, jika sesuai.
EMQ International P/L, its directors or any other person involved in the preparation of this
document expressly disclaim all or any contractual or other form of liability for its contents or any
consequences arising from its use. Whilst all due care and diligence was used in compiling this
document the authors do not accepts responsibility for the opinions, advice or information
contained within the publication, and intend by this statement to exclude liability for any such
opinions, advice or information.
EMQ International P/L, para direkturnya atau setiap orang yang terlibat dalam pembuatan
dokumen ini menyatakan melepas semua tanggung jawab kontraktual ataupun bentuk-bentuk
tanggung jawab lainnya terhadap isi atau konsekuensi yang muncul dari penggunaan dokumen ini.
Meskipun telah melakukan semua ketelitian dan kehati-hatian yang seksama dalam menyusun
dokumen ini, pihak penulis tidak bertanggung jawab atas opini, saran atau informasi yang
terkandung dalam publikasi ini, dan melalui pernyataan ini menyatakan tidak bertanggung jawab
atas opini, saran atau informasi tersebut.
Kategori Bandara Air (liter) Kepekatan AFFF Kecepatan keluarnya larutan busa/dtk (liter)
1 230 13 3 (180/min)
2 670 40 9 (540/min)
3 1200 72 15 (900/min)
4 2400 148 30 (1800/min)
5 5400 324 50 (3000/min)
6 7900 472 66 (3900/min)
7 12100 730 88 (5280/min)
8 18200 1080 120 (7200/min)
9 24300 1430 180 (10800/min)
2.2 Aircraft Using the Airport / Pesawat Terbang yang Menggunakan Bandara
Aircraft vary greatly in size and design. For this reason emergency response personnel
should be totally familiar with every type of aircraft that normally uses the airport.
Pesawat terbang sangat beragam ukuran dan bentuknya. Oleh karena itu personil yang
bertugas dalam keadaan darurat harus sangat mengenal setiap jenis pesawat terbang
yang biasa menggunakan bandara tersebut.
The main design construction of aircraft is the stressed skin type. The tapering shape of the
fuselage is formed by a series of vertical metal frames placed tranversely from nose to tail.
Metal stingers, running horizontally along the length of the fuselage, are spaced around the
circumference of the frames. Internally placed stringers made strongers and thicker metal,
which are called longerons are continous along the length of the fuselage and serve as
attachment points for the cabin floors, cargo holds etc. Due to pressurisation, the fuselage
of most modern aircraft consists of a double skin with a suitable insulating material
interposed.
Rancangan utama konstruksi pesawat terbang adalah jenis lapisan luarnya. Bentuk lonjong
badan pesawat dibentuk dengan serangkaian rangka logam vertikal yang ditempatkan
secara melintang dari hidung sampai ekor. Stinger logam atau rangka kecil, yang dipasang
secara horisontal di sepanjang panjang badan pesawat, diberi jarak di sekeliling rangka.
Stringer internal atau longeron menjadikan logam lebih kuat dan lebih tebal, dan dipasang
di sepanjang badan pesawat dan berfungsi sebagai titik pasang untuk lantai kabin, ruang
kargo dll. Karena tekanan udara, umumnya pesawat terbang modern memiliki badan
dengan lapisan ganda, dengan bahan penyekat yang tepat.
The principle metals used in aircraft construction are magnesium, aluminium, titanium and
steel.
Logam utama yang digunakan pada konstruksi pesawat terbang adalah magnesium,
aluminium, titanium dan baja.
Magnesium and its alloys: the most hazardous, once ignited it burns with a briliant glare
and it’s difficult to extinguish.
Magnesium dan campurannya: yang paling berbahaya, ketika terbakar memiliki nyala
yang terang dan sulit dipadamkan.
Mainly used for engine mountings and parts within engines where it is necessary to keep
weight to a minimum.
Terutama digunakan untuk tempat mesin dan bagian dalam mesin, yang harus menjaga
berat sampai minimal.
Dry chemical powder is the preferred extinguishing agen. When water is applied to burning
magnesium a violent reaction can be expected, a briliant glare and intensification of the fire
with explosions expected, a briliant glare and intensification of the fire with explosions
scattering molten particles of burning metal may be the result. If water has to be used it is
best applied in dense droplets. As the magnesium is cooled it will solidify and the will be
extinguished.
Bubuk kimia kering adalah bahan pemadam yang lebih disukai. Kalau menggunakan air
untuk magnesium yang terbakar, dapat muncul reaksi yang keras, nyala yang terang dan
intensifikasi kebakaran sampai ledakan, dan dapat menyebabkan penyebaran lelehan
logam yang terbakar. Apabila harus menggunakan air, sebaiknya dalam bentuk tetesan
yang pekat. Saat mendingin, magnesium akan mengeras dan dapat dipadamkan.
Aluminium Alloys (duralumin, alclad and magnalium): used in sheet form for skin surface
and also pressed to form sectional members.
Campuran Aluminium (duralumin, alclad dan magnalium): yang digunakan dalam bentuk
lembaran untuk permukaan lapisan luar dan juga dibentuk untuk membentuk bagian yang
bersekat.
Aluminium melts at relatively low temperatures, it is this reason it rarely burns. It melts and
runs or drips to the ground before reaching its ignition temperature.
Aluminium meleleh pada suhu yang relatif rendah, inilah alasannya jarang terbakar.
Aluminium meleleh dan mengalir atau menetes ke tanah sebelum mencapai titik nyalanya.
Foam or water will quickly cool aluminium, thereby preventing it from reaching the molten or
ignition stage.
Busa atau air dengan cepat mendinginkan aluminium, dengan demikian mencegahnya
mencapai titik leleh atau nyalanya.
Titanium and steel : Used principally for their resistance to heat, it is unlikely these
materials will become ignited since temperatures would have to exceed 2000 oC.
Titanium dan baja: digunakan terutama karena ketahanannya terhadap panas, bahan ini
tidak akan mungkin terbakar karena suhunya harus melebihi 2000 °C.
Karena pengikat epoksi yang mengikat bahan komposit akan terurai 45 detik setelah
terbakar, penting sekali untuk memadamkan bahan yang mengandung fiber dan
pengikat epoksi.
An aircraft crash involving extensive fire, explosion or high impact will most certainly result in
the release of small airborne carbon fibres (called sticks). An interim measure to contain
loose fibres is to apply a blanket of foam over the affected site. The foam will act as an
insulator (preventing the fibres from coming in contact with the wind) and as a bonding agent.
Tabrakan pesawat terbang yang melibatkan kebakaran, ledakan atau tabrakan keras
kemungkinan besar akan menyebabkan terlepasnya fiber karbon ke udara (disebut sticks).
Tindakan sementara untuk menahan fiber yang terlepas adalah menggunakan selimut busa
pada tempat yang terkena. Busa tersebut akan bertindak sebagai insulator (mencegah fiber
bersentuhan dengan angin) dan sebagai alat pengikat.
The use of foam will be governed by practical consideration such as whether the foam
creates more damage that caused by the impact. An alternative to foam is ro wrap the
affected parts in plastic sheeting or spray an acrylic floor wax over the site. Permanent
removal of loose fibres is a specialised procedure requiring the use of specialist equipment
and personnel.
Penggunaan busa akan ditentukan oleh pertimbangan praktis seperti apakah busa tersebut
menyebabkan lebih banyak kerusakan dengan yang disebabkan oleh tabrakan. Cara lain
untuk busa adalah membungkus bagian yang terkena dalam lembar plastik atau
menyemprotkan lilin lantai akrilik pada tempat tersebut. Penyingkiran fiber yang terlepas
merupakan prosedur khusus yang memerlukan penggunaan perlengkapan khusus dan
personil terlatih.
The Incident Controller must be aware that free – floating fibres present a potential risk
to both personnel and vehicles. Any vehicle operating downwind of the crash site will
be at risk of fibre contamination to electrical system and components and could result
in vehicles being damaged.
beroperasi searah arah angin dari tempat kejadian akan berisiko terkontaminasi fiber
di sistem dan komponen elektriknya dan dapat menyebabkan kerusakan kendaraan.
When aviation fuel is ignited, an area of flame (called the flame zone) develops
above the fuel surface and the rate at which vapour is given off increases as the
temperature rises. Temperature and vapour work on each other so that the
development of the flame zone coupled with the rate of vapourisation
accelerates burning. Therefore a fire involving aviation fuel reaches peak
intensity very rapidly.
Ketika bahan bakar pesawat terbang terbakar, area api (disebut zona api) terjadi
di atas permukaan bahan bakar dan kecepatan dimana asap keluar meningkat
saat suhu meningkat. Suhu dan asap saling berhubungan maka perkembangan
zona api dihubungkan dengan kecepatan dari kebakaran yang mempercepat
penguapan. Oleh karena itu kebakaran yang melibatkan bahan bakar pesawat
terbang mencapai intensitas puncak dengan sangat cepat.
2.4.2.1 Avgas
2.4.2.2 Avtur
A kerosene fuel, the name derived from aviation turbine fuel.
Bahan bakar kerosin, namanya berasal dari bahan bakar turbin pesawat
terbang.
Avgas is used for piston engines, avtur for jet engines. Avgas is regarded as being more
flammable than avtur but the flammability of avtur increases greatly when it is hot.
Avgas digunakan untuk mesin piston, avtur untuk mesin jet. Avgas dianggap lebih mudah
terbakar daripada avtur tetapi daya bakar avtur meningkat drastis ketika panas.
Note : When avtur is atomised it behaves in a similar manner to avgas
Catatan: Ketika avtur disemprotkan sifatnya mirip dengan avgas
AVGAS AVTUR
Flash point
Kecepatan
penyebaran api
Di bagian saluran bahan bakar mengalir melalui bagian struktur, akan dilindungi dari gesekan
dan dibuat fleksibel untuk mencegah kerusakan oleh getaran, pembengkokan dll.
The colours are for identification purposes and to facilitate the detection of leaks. The
quantity of fluid used is comparatively small and varies from approximately 4.5 litres in small
aircraft to 90 litres in the larger types. The fire hazard from the small quantities of hydraulic
liquids is small compared with the hazards due to the large quantities of fuel usually present.
However, the fact that important aircraft parts are hydraulically controlled is important. For
example, the burning out of some hydraulic lines may release the brake and result in
unanticipated and dangerous movement of an aircraft..
Warna tersebut untuk tujuan identifikasi dan untuk memudahkan penemuan kebocoran.
Jumlah cairan yang digunakan terhitung kecil dan beragam dari kira-kira 4,5 liter pada
pesawat terbang kecil sampai 90 liter pada jenis yang lebih besar. Bahaya kebakaran dari
jumlah cairan hidrolik yang sedikit ini termasuk kecil dibandingkan dengan bahaya karena
jumlah bahan bakar yang biasanya besar. Namun, fakta bahwa bagian penting pesawat
terbang dikendalikan secara hidrolik adalah penting. Misalnya, kebakaran dari beberapa
saluran hidrolik dapat melepaskan rem dan berakibat gerakan yang tidak terduga dan
berbahaya pada pesawat terbang.
Hydraulic tubing should be cut only where such tubing hampers rescue operations. Care
should be exercised in cutting tubing, as fluid pressures may be high. The fluid may
discharge violently and may cause the tubing to whip dangerously. If you come into direct
bodily contact with the hydraulic fluid, it could cause health problems, particularly in the
region of the eyes. One way of reducing hydraulic pressure is to operate parts of the system,
for example wing flaps, until the pressure drops. This process must only be done when it is
safe to do so.
Pipa hidrolik hanya boleh dipotong jika pipa tersebut menghalangi operasi penyelamatan.
Harus berhati-hati saat memotong pipa, karena tekanan cairan mungkin tinggi. Cairan dapat
keluar dengan keras dan dapat menyebabkan pipa tersebut menyentak berbahaya. Apabila
Anda bersentuhan langsung dengan cairan hidrolik, dapat menyebabkan masalah
kesehatan, terutama pada daerah mata. Salah satu cara mengurangi tekanan hidrolik adalah
mengoperasikan bagian sistem, misalnya flap sayap, sampai tekanan sudah turun. Proses ini
hanya boleh dilakukan ketika keadaan aman untuk melakukannya.
A number of selector valves allow fuel to be drawn from anyone of several tanks, for fuel
transfer, or to cut off the fuel supply to the engine.
Sejumlah katup selector memungkinkan bahan bakar diambil dari beberapa tangki, untuk
penyaluran bahan bakar, atau untuk menghentikan penyaluran bahan bakar ke mesin.
There are two general types of fuel tanks:
Terdapat dua jenis umum tangki bahan bakar:
¾ those permanently fixed into the aircraft's fuselage, wings or tail
yang secara permanen dipasang di badan, sayap atau ekor pesawat terbang
¾ auxiliary tanks, fitted inside or outside of the aircraft
tangki pembantu, yang dipasang di dalam atau di luar pesawat terbang
Within these categories, there are many variations and types.
Dalam kategori ini, terdapat banyak variasi dan jenis.
Integral tanks -Within the aircraft's structure one or more fuel tight compartments are
formed. The skin of the aircraft, and sometimes the compartment itself is strengthened to
form a fuel cell. In a heavy landing, it is possible that this structure could be damaged,
resulting in the release of a large quantity of fuel.
Tangki integral -Dalam struktur pesawat terbang, dibentuk satu atau lebih tempat bahan
bakar yang sempit. Lapisan luar pesawat terbang, dan terkadang kompartemen itu sendiri
diperkuat untuk membentuk sel bahan bakar. Pada pendaratan yang keras, mungkin saja
struktur ini rusak, yang menyebabkan keluarnya bahan bakar dalam jumlah besar.
Rigid tanks -These are constructed of aluminium alloy sheet with welded seams. Internal
baffles reduce surging of the fuel in flight and strengthen the tank. They are normally installed
in wing sections or the fuselage.
Tangki yang keras -Tangki ini dibuat dari lembaran campuran aluminium dengan kelim yang
dilas. Dinding internal mengurangi getaran bahan bakar dalam penerbangan dan
memperkuat tangki. Biasanya dipasang pada bagian sayap atau badan pesawat.
Flexible tanks -These are constructed of synthetic fuel-resistant rubber used in conjunction
with canvas or nylon. They are usually located within wings but may be found elsewhere.
Tangki fleksibel -Tangki ini dibuat dari karet sintetis tahan bahan bakar yang digunakan
bersama dengan kampas atau nilon. Biasanya diletakkan di dalam sayap tetapi mungkin
dapat ditemukan di tempat lain.
Auxiliary tanks -In helicopters, auxiliary tanks may be located inside the cabin. In light
aircraft, they are more likely to be on the wings. These may be constructed of metal or
fibreglass and where fitted, the fuel in these tanks is normally used first
Tangki tambahan -Pada helikopter, tangki tambahan mungkin diletakkan di dalam kabin.
Pada pesawat terbang ringan, tangki ini diletakkan di sayap. Tangki ini mungkin dibuat dari
logam atau fibreglass dan ketika dipasang, bahan bakar di tangki ini biasanya digunakan
terlebih dahulu.
Aircraft batteries supply power for engine starting and emergency power supplies. They are
usually located in the forward fuselage or the wings. In some light aircraft they may be on the
firewall in the engine accessory section.
Aki pesawat terbang memberikan tenaga untuk penyalaan mesin dan pasokan tenaga
darurat. Biasanya diletakkan di badan pesawat bagian depan atau di sayap. Pada beberapa
pesawat terbang ringan mungkin diletakkan di dinding pelindung firewall pada bagian
tambahan mesin.
Batteries store electrical energy and provide direct current (DC). They are recharged by
engine-driven generators.
Aki menyimpan energi elektrik dan memberikan arus searah (DC). Mereka diisi ulang oleh
generator yang digerakkan oleh mesin.
If a battery is involved in a crash or heavy impact, the likelihood of the casing being damaged
is great, with the risk of sulphuric acid being released, which is highly corrosive.
Apabila aki terkena pada kecelakaan atau tabrakan keras, besar kemungkinan rumah aki
tersebut rusak, dengan risiko keluarnya asam sulfur, yang sangat korosif.
will not hamper passenger movements in an emergency. Doors can be operated from both
inside and outside of the fuselage by the use of one handle.
Pintu ini dimaksudkan untuk jalan masuk dan jalan keluar normal dan harus ada lebih dari
satu yang disediakan di badan pesawat. Jumlah pintu dan ukurannya mencerminkan
kapasitas muat total pesawat terbang tersebut. Pintu utama biasanya ditemukan di sisi labuh
badan pesawat. Ketika kabin dibagi menjadi sejumlah kompartemen, setiap kompartemen
akan memiliki setidaknya satu pintu keluar kecuali tersedia jalan masuk yang bebas
hambatan di antara bagian ruangan, yang tidak akan menghambat gerakan penumpang
dalam keadaan darurat. Pintu dapat dioperasikan baik dari dalam dan luar badan pesawat
dengan menggunakan satu gagang pintu.
The external operating handles are recessed and fit flush to the door or body and the mode
of operation of those handles are always clearly marked with instructions and an arrow may
be used to signify the direction of turn of the handle.
Gagang pintu eksternal berada dalam ceruk di pintu dan terpasang rata pada pintu atau
badan dan cara pengoperasiannya selalu diberi petunjuk jelas dan mungkin digunakan
sebuah panah untuk menunjukkan arah putaran gagang tersebut.
Large passenger aircraft doors are armed and when operated from the inside they swing
clear of the door hatch and escape chutes are automatically deployed. External operation of
these doors isolates these systems and so the chutes are not deployed.
Pintu pesawat penumpang besar diberi alat tertentu, ketika dioperasikan dari dalam mereka
akan membuka sekaligus mengeluarkan parasut penyelamat secara otomatis.
Pengoperasian dari luar mengisolasi sistem ini dan parasut tidak berfungsi.
Aircrew escape routes are by hatches in the roof or removable glazing in the cockpit
windows.
Rute penyelamatan kru pesawat adalah melalui pintu di atap atau kaca yang dapat dibuka
pada jendela kokpit.
Beberapa area tertentu di badan pesawat ditandai, yaitu yang dapat dipotong menembus
lapisan pesawat terbang, dan tidak dihalangi oleh bagian bawah kerangka pesawat terbang.
These cut-in points are marked on the fuselage and do not signify weak points in the
structure but are located where there are no internal obstructions such as wiring, pipe work,
hydraulic lines etc.
Titik tembus ini ditandai di badan pesawat dan tidak merupakan titik lemah pada strukturnya
tetapi ditempatkan di mana tidak ada halangan internal seperti jaringan kabel, sambungan
pipa, saluran hidrolik dll.
Cut-in points are normally sited high up on the aircraft fuselage.
Titik tembus biasanya diletakkan di bagian atas badan pesawat terbang.
components that make up the aircraft body are normally held together by rivets. Where
stresses are likely to become great, joining may be by precision engineering bolts.
Badan utama dari pesawat terbang. Fungsinya untuk menempatkan penumpang dan kru,
kargo dan perlengkapan navigasi. Sebagian besar pesawat terbang modern mempunyai
badan pesawat yang dibuat dengan kuat untuk menahan daya tekan di kabin. Sambungan
antara beragam komponen yang menyusun badan pesawat biasanya disambung dengan
paku keling. Di bagian yang mungkin mendapat tekanan besar, sambungan dibuat dengan
baut yang dibuat dengan presisi.
Most modern aircraft are fitted with radar in one form or another. Military aircraft, particularly
combat aircraft, are fitted with powerful radar systems which are capable of causing serious
injury to unsuspecting personnel.
Sebagian besar pesawat terbang modern dilengkapi dengan salah satu bentuk radar.
Pesawat militer, terutama pesawat tempur, dilengkapi dengan sistem radar kuat yang mampu
menyebabkan cedera serius pada personil yang tidak waspada.
Under normal circumstances, a fail-safe system is used to prevent the radar from being
operational when landing. A deactivation switch is operated when the undercarriage is
lowered, but an emergency landing or crash is not normal. Therefore, aircraft that may
appear to be completely out of action may still be sending out radar signals.
Pada keadaan normal, digunakan sistem anti-gagal untuk mencegah radar beroperasi ketika
mendarat. Saklar non-aktif akan dioperasikan ketika bagian bawah diturunkan, tetapi
pendaratan darurat atau tabrakan tidaklah normal. Oleh karena itu, pesawat yang terlihat
benar-benar rusak mungkin masih bisa mengirimkan sinyal radar.
The micro-wave energy is capable of causing serious burns (it can ignite paper some
distance from the aircraft), while the radiation energy will cause severe injury (including
possible sterilisation) to any person who enters the radiation field.
Energi gelombang mikro mampu menyebabkan kebakaran yang serius (energi tersebut
dapat membakar kertas dalam jarak tertentu dari pesawat terbang), sementara energi
radiasinya akan menyebabkan cedera berat (termasuk kemungkinan kemandulan) kepada
setiap orang yang memasuki daerah radiasi.
The radar is able to scan 700 C either side of the fuselage. Personnel should avoid the area
1800 C forward of the nose cone. The exception to this is the military Orion aircraft, which is
equipped at front and rear of the aircraft with radar which is able to scan 3600 C. No safe
areas have been determined for this aircraft.
Radar tersebut dapat memindai sejauh 700 C dari kedua sisi badan pesawat. Personil harus
menghindari area sejauh 1800 C di depan ujung hidung. Pengecualian terhadap hal ini
adalah pesawat militer Orion, yang dilengkapi pada bagian depan dan belakang pesawat
terbang dengan radar yang mampu memindai sejauh 3600 C. Tidak ada area yang aman
yang ditentukan untuk pesawat terbang jenis ini.
Where possible communication with the pilot should be made to determine the exact
situation.
Jika mungkin, harus dilakukan komunikasi dengan pilot untuk mengetahui situasi yang
sebenarnya.
Aircraft are powered by internal -combustion engines, which mean that fuel is burned inside
the engine.
Pesawat terbang digerakkan dengan mesin pembakaran internal, yang berarti bahwa bahan
bakar dibakar di dalam mesin.
In multi-engined aircraft, they are contained within an envelope called the nacelle, which is
the outer skin encasing the engine and is usually manufactured from aluminium alloy. The
nacelle's smooth surface and streamlined shape helps to reduce drag and therefore
increases the aircraft's performance.
Pada pesawat terbang bermesin banyak, mereka ditempatkan di dalam pembungkus yang
disebut nacelle, yaitu lapisan luar membungkus mesin dan biasanya terbuat dari campuran
aluminium. Permukaan nacelle yang halus dan bentuknya yang langsung membantu
mengurangi hambatan dan oleh karena itu meningkatkan kinerja pesawat terbang.
Aircraft engines are two main types:
Mesin pesawat terbang mempunyai dua jenis utama:
• piston engines
mesin piston
• jet engines
mesin jet
karena sulit dilihat dan pesawat dapat tiba-tiba maju tanpa peringatan. Ketika baling-baling
baru saja berhenti, tetaplah menjauh, karena baling-baling dapat secara tiba-tiba berputar
karena tekanan mesin. Secara relatif aman untuk mendekati pesawat yang digerakkan
baling-baling dari belakang.
Mesin ini digerakkan oleh turbin gas, yang mempunyai empat jenis utama:
• turbojet (Concorde)
• turbofan (737,747 dll)
• turboprop (Dash 8,
Jetstream)
• turboshaft (helicopter)
These engines have no pistons,
but do have moving parts. It
should be borne in mind that
when turbine engines are shut
down, the rotary parts of the
engine will continue to turn for
some time due to the weight of
the components and their
momentum. The gas turbine is
an internal combustion engine in
which air passes through a compressor into a combustion burning fire. The burning fuel heats
and expands the air before exhausting through a turbine which drives the compressor.
Mesin ini tidak mempunyai piston, tetapi mempunyai bagian yang bergerak. Harus diingat
bahwa ketika mesin turbin mati, bagian yang berputar dari mesin akan terus berputar selama
beberapa saat karena berat komponen dan momentum. Turbin gas adalah mesin
pembakaran internal, saat udara bergerak melalui kompresor ke api pembakaran. Bahan
bakar yang terbakar memanaskan dan mengembangkan udara sebelum dilepaskan melalui
turbin yang menggerakkan kompresor.
The reaction from the high speed gases exhausting from the engine can provide thrust to
power an aircraft.
Reaksi dari pelepasan gas berkecepatan tinggi dari mesin dapat memberikan tekanan untuk
menggerakkan pesawat terbang.
In some engines, some of the remaining energy in the exhausting gas is used to drive a
turbine, which may power a propeller or other device.
Pada beberapa mesin, beberapa tenaga yang tersisa pada gas yang terlepas digunakan
untuk menggerakkan turbin, yang dapat menggerakkan baling-baling atau alat lain.
Gas turbine engines have a better power-to-weight ratio than piston engines. Jet engine
exhausts and intakes are dangerous when too closely approached. Jet engine exhaust or jet
blast is super-heated and may reach velocities of 480km/h.
Mesin turbin gas mempunyai rasio tenaga-banding-berat yang lebih baik dari mesin piston.
Gas pembuangan dan masuk di mesin jet berbahaya apabila terlalu dekat. Gas pembuangan
mesin jet atau hembusan jet sangat panas dan dapat mencapai kecepatan 480 km/jam.
You should avoid exhaust areas when approaching jet aircraft while engines are
operating.
Anda harus menghindari area pembuangan gas saat mendekati pesawat jet yang
mesinnya masih beroperasi.
Avoid the area within 10 metres of a jet intake. Jet engines work by drawing in air. They can
also draw in objects, including people. When a number of engines are operating in stationary
aircraft, it is often difficult to tell which engines are running.
Hindari area berjarak 10 meter dari area masuk gas di jet. Mesin jet bekerja dengan menarik
masuk udara. Mereka juga dapat menarik masuk benda, termasuk orang. Ketika sejumlah
mesin beroperasi pada pesawat terbang yang sedang tidak bergerak, seringkali sulit untuk
mengetahui mesin mana yang bergerak.
Assume that all engines are operating and avoid the danger zones.
Anggaplah bahwa semua mesin sedang beroperasi dan hindari daerah berbahaya.
Kemungkinan munculnya keadaan darurat di bandara selalu ada. Itulah sebabnya perlu
membuat rencana yang mampu menangani setiap keadaan darurat. Sebuah perencanaan
keadaan darurat harus meliputi:
¾ types of emergencies planned for
¾ agencies involved in the plan
¾ responsibilities and role of each agency
¾ a grid map of the airport and its immediate vicinity
At PT INCO INDONESIA the Emergency Response Group and the Aviation Safety
Committee have developed an Airport Emergency Plan. The aim, scope and purpose of the
AEP are listed below. The Course you are undertaking in regard to this subject will be reliant
on the procedures that are available in the AEP.
Di PT INCO INDONESIA Emergency Response Group dan Aviation Safety Committee telah
mengembangkan Rencana Keadaan Darurat Bandara. Tujuan, ruang lingkup dan fungsi dari
AEP didaftar di bawah. Latihan yang Anda ikuti dalam subjek ini mengandalkan prosedur
yang terdapat dalam AEP.
Tujuan dari Sorowako Airport Emergency Plan (AEP/ Rencana Keadaan Darurat Bandara
Sorowako) adalah untuk memberikan respon yang tepat waktu dan terkoordinasi untuk
penyelamatan dan pemulihan keadaan darurat di Bandara.
Rencana ini merinci pengaturan untuk pengendalian dan koordinasi respon, dan pemulihan
awal keadaan darurat di dalam batas-batas area Bandara Sorowako, sesuai yang ditentukan.
This Plan is based on the assumption that each agency with a statutory role has in place
appropriate supporting Airport Emergency Procedures (or Operational Response
Procedures) which deal with that agency’s response in accordance with this Plan.
Rencana ini didasarkan pada anggapan bahwa setiap badan yang berwenang telah memiliki
Prosedur Keadaan Darurat Bandara (atau Prosedur Respon Operasional) pendukung yang
tepat, yang berkaitan dengan respon badan tersebut sehubungan dengan Rencana ini.
Fungsi Rencana Keadaan Darurat Penerbangan ini adalah untuk merinci tanggung jawab
organisasional, tindakan, persyaratan pelaporan dan sumber daya yang ada untuk
memastikan manajemen keadaan darurat yang efektif dan tepat waktu terhadap pesawat
terbang atau fasilitas yang menggunakan lapangan terbang di Sorowako, atau pesawat yang
mendarat atau berangkat dari sana. Perencanaan tersebut dapat mencapai fungsi ini
dengan:
• describing the external resources available for use in an emergency and how these
resources will be coordinated.
Menjelaskan sumber daya eksternal yang ada untuk digunakan pada keadaan darurat
dan bagaimana sumber daya ini dikoordinasikan.
PT INCO INDONESIA led emergency responses will be supported in all cases by the PT
INCO Emergency Response Group (Security, Fire and Emergency Services, Ambulance and
Emergency Medical Services). It is acknowledged that variations may be necessary subject
to local requirements or the knowledge of supervisory personnel and the particular
circumstances of situations as they unfold.
Respon keadaan darurat yang dipimpin oleh PT INCO INDONESIA akan didukung dalam
semua kasus oleh PT INCO Emergency Response Group (Bagian Security, Fire and
Emergency Services, Ambulance and Emergency Medical Services). Diakui mungkin
diperlukan variasi, tergantung dari keadaan setempat atau pengetahuan dari personil
pengawas dan keadaan tertentu sesuai perkembangan situasi.
While the procedures in this plan should be followed to the greatest possible extent during an
incident response, variations based upon sound management and/or engineering judgment
and operational experience are at the Incident Managers discretion.
Meskipun prosedur pada rencana ini harus diikuti sejauh mungkin selama respon kejadian,
variasi yang berdasarkan pada manajemen yang baik dan/atau pertimbangan teknik dan
pengalaman operasi berada pada kebijaksanaan Manajer Kejadian/Incident Manager yang
bersangkutan.
¾ Batas Waktu Hubungan Pesawat Terlampaui –Hal ini muncul ketika Pesawat
Terbang gagal menghubungi Operator Radio Pemantau Penerbangan dalam waktu
yang ditentukan.
¾ Kedaruratan penuh –pesawat terbang yang mendekati bandara sedang, atau diduga
sedang, berada dalam masalah yang mengandung bahaya kecelakaan.
¾ Siaga lokal –pesawat terbang yang mendekati bandara diketahui (atau diduga) telah
terjadi kerusakan, tetapi masalah ini biasanya tidak akan melibatkan kesulitan serius
untuk mendarat secara aman.
For each of these emergencies information such as the type of aircraft and nature of the
problem helps in the pre-plan. Also, if possible, information regarding details on the number
of occupants, fuel on board and anything that may be known about dangerous goods on
board, including their quantity and location.
Untuk setiap keadaan darurat, informasi seperti jenis pesawat terbang dan sifat
permasalahan dapat membantu dalam perencanaan awal. Juga, apabila mungkin, informasi
mengenai rincian jumlah penumpang, bahan bakar di pesawat dan semua hal yang dapat
diketahui mengenai barang berbahaya di pesawat, termasuk jumlah dan lokasinya.
Like all fire fighting, aviation fire fighting has three overall objectives:
Seperti semua pemadaman kebakaran, pemadaman kebakaran di pesawat mempunyai tiga
tujuan secara keseluruhan:
• to preserve life
menyelamatkan nyawa
• to protect property
melindungi harta benda
• to safeguard the environment
menjaga lingkungan
In helping to achieve these objectives, you must, among other things, be able to grasp the
strategy that has been developed to fight fires, and the tactics underlying the local application
of this strategy. This does not mean that you need to take charge. It means that you must
understand directions given by people in-charge. If you understand the strategy and the
tactics that govern your activities, you will function more effectively and efficiently.
Dalam membantu untuk mencapai tujuan ini, antara lain Anda harus mampu memahami
strategi yang dibuat untuk memadamkan api, dan taktik-taktik yang mendasari penerapan
strategi ini di kondisi setempat. Hal ini tidak berarti bahwa Anda harus mengambil alih. Tapi
ini berarti bahwa Anda harus mengerti petunjuk yang diberikan oleh orang yang berwenang.
Apabila Anda mengerti strategi dan taktik yang mengatur aktivitas Anda, Anda akan
berfungsi lebih efektif dan efisien.
might be: control, and if possible, extinguish fuselage fire and evacuate the people on
board. The strategy of aviation rescue and fire fighting is to establish conditions in which
rescue operations can be mounted. This strategy requires that, where fire is present,
protection of the fuselage must be achieved in a very short time, and the conditions
established must be maintained for as long as required for the removal of all occupants of the
aircraft to a place of safety. Where there is no fire, precautionary measures are taken to
ensure that any subsequent outbreak of fire can be tackled without delay and rescue
operations can proceed.
Strategi menentukan apa yang harus dilakukan. Ini merupakan rencana besarnya, yang
dibuat untuk mendukung tujuan pengendalian insiden. Strategi ini digunakan untuk
mengatasi insiden sebagai satu keseluruhan. Strategi kecelakaan pesawat terbang yang
tipikal adalah: pengendalian, dan apabila mungkin, memadamkan api di badan pesawat
dan mengevakuasi penumpang di pesawat. Strategi penyelamatan dan pemadaman
kebakaran di penerbangan adalah untuk membuat kondisi yang memungkinkan operasi
penyelamatan. Strategi ini mengharuskan bahwa jika terdapat kebakaran, perlindungan
badan pesawat harus dicapai dalam waktu yang sangat pendek, dan kondisi yang dibuat
harus dipertahankan selama mungkin untuk memindahkan semua penumpang dari pesawat
ke tempat yang aman. Jika tidak ada kebakaran, harus dilakukan tindakan pencegahan
untuk memastikan bahwa jika terjadi kebakaran dapat diatasi tanpa penundaan dan operasi
penyelamatan dapat dilanjutkan.
Taktik atau rencana taktis adalah serangkaian prosedur pemadaman kebakaran yang dapat
diterapkan dalam keadaan darurat. Rencana tersebut menunjukkan tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan strategi. Penerapan taktik mencakup pengiriman kendaraan dan
personil yang benar untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam setiap situasi kejadian.
Efisiensi Anda dapat berkurang banyak apabila pertimbangan taktis tidak dipatuhi.
Penerapan rencana taktik harus fleksibel. Jika tidak, kebingungan dapat muncul apabila
salah satu tindakan yang sudah direncanakan ternyata tidak dapat dilakukan. Tujuan yang
mendasari dari perencanaan taktik adalah untuk memastikan semua petugas pemadam
kebakaran mengetahui peranan mereka dalam kejadian kecelakaan, dan akan bertindak
secara efektif begitu tiba di tempat kejadian.
A typical tactical plan would take into account such matters as:
Rencana taktik harus memperhitungkan persoalan seperti:
4.2.2.1 Availability of personnel and resources / Ketersediaan personil dan sumber daya
Trained crew members in sufficient numbers to bring all fire fighting resources to bear at full
capacity is perhaps the most important factor.
Anggota kru yang terlatih dalam jumlah yang cukup untuk membawa semua sumber daya
pemadaman kebakaran dan berfungsi dalam kapasitas penuhnya mungkin adalah faktor
terpenting.
Bagian pokok dari rencana taktik adalah yang berhubungan dengan pengiriman yang cepat
dan peletakan kendaraan pemadam kebakaran. Ketika keadaan darurat seperti pesawat
jatuh terjadi, dan terjadi kebakaran, kendaraan harus diletakkan sesuai posisi pesawat
terbang agar mereka dan perlengkapannya dapat dibawa dengan efisiensi maksimal.
Walaupun terkadang memungkinkan untuk mendapat posisi yang ideal, medan dapat
membuat hal ini berbahaya. Misalnya, apabila posisi kendaraan ada di tanah keras berbatu
yang langsung berada dalam jalur bahan bakar berjumlah banyak yang dapat terbakar, maka
hal ini dapat berbahaya.
The slope and nature of the ground, and in particular its ability to absorb fuel, are factors
which must be taken into account.
Kemiringan dan sifat tanah, dan khususnya kemampuannya untuk menyerap bahan bakar,
merupakan faktor yang harus diperhitungkan.
Kekuatan dan arah angin sehubungan dengan badan pesawat dapat berdampak besar
dalam berkembangnya api dan arah pemadaman. Bahkan dalam keadaan angin yang
ringan, umumnya tidak baik untuk meletakkan kendaraan dan perlengkapan pemadam
searah arah angin dari kebakaran tersebut, karena dampak asap terhadap pandangan dan
kesulitan untuk menggunakan busa melawan arah angin.
The wind must be used to your advantage, position upwind to gain maximum advantage of
foam throw and coverage.
Angin harus digunakan untuk keuntungan Anda, letakkan melawan arah angin untuk
mendapatkan keuntungan maksimal dari semprotan busa dan ruang lingkupnya.
There is a distinction between the theoretical critical area, within which it may be necessary
to control the fire, and the practical critical area which is representative of actual aircraft
accident conditions. The theoretical critical area is used to classify aircraft in terms of the size
of the potential fire hazard without any specific reference to the minimum, maximum or
intermediate spill fire size for any particular aircraft.
Terdapat perbedaan antara area kritis teoritis, yaitu area yang apinya harus dikendalikan
menurut teori, dengan area kritis praktis yang mewakili kondisi kecelakaan pesawat terbang
yang sesungguhnya. Area kritis teoritis digunakan untuk menggolongkan pesawat terbang
dipandang dari segi ukuran potensi bahaya kebakaran, tanpa keterangan khusus untuk
ukuran luapan api minimal, maksimal atau sedang, untuk setiap pesawat terbang tertentu.
From experiments performed it has been established that an aircraft with a fuselage length
equal to or greater than 20 m, in wind conditions of 16 to 19 km/h and at right angles to the
fuselage, the theoretical critical area extends from the fuselage to a distance of 24 m upwind
and 6m downwind. For smaller aircraft a distance of 6 m on either side is adequate.
Dari penelitian yang dilakukan, ditetapkan bahwa pesawat terbang dengan panjang badan
pesawat sama dengan atau lebih dari 20 m, dengan keadaan angin 16 sampai 19 km/jam
dan pada sudut tegak lurus terhadap badan pesawat, area kritis teoritis dihitung mulai dari
badan pesawat sampai jarak 24 m berlawanan arah angin dan 6 m searah arah angin. Untuk
pesawat terbang yang lebih kecil, cukup berjarak 6 m pada kedua sisi.
In practice of course, it is very rare that the whole fuselage length in fire, and in order to arrive
at a more realistic calculation of the a practical critical area has been determined through the
use analyses of actual aircraft incidents. The practical area has been approximately 66% of
the theoretical critical area.
Pada latihan, tentu saja sangat jarang jika seluruh panjang badan pesawat terbakar, dan
supaya mencapai perhitungan yang lebih realistik maka area kritis praktis telah ditentukan
melalui penggunaan analisa dari kecelakaan pesawat terbang yang sebenarnya. Area praktis
tersebut kira-kira 66% dari area kritis teoritis.
Wind direction
Casualty Rescue Area – Primary
100m Outer Response Zone Triage Position & Initial Treatment
Control and Response Rapid Evac to the CTA.
PENGATURAN UMUM
LOKASI KECELAKAAN
PESAWAT
Arah angin
Area Penyelamatan Korban –
Zona Respon Luar 100m Posisi Sentral & Perawatan Awal
Badan Pengendalian & Respon Evakuasi cepat ke CTA.
1. THE AREA WITHIN 30 METRES AROUND THE CRASH SITE (Inner Response
Zone)
AREA DALAM JARAK 30 METER DI SEKITAR TEMPAT KEJADIAN (Zona
Respon Bagian Dalam)
Fire and Emergency Services will be the only service permitted to operate within this area
until it is declared secure for other essential services to begin operations. The FES ‘Incident
Commander’ at the scene is responsible for declaring the area safe for other Response
Agencies to begin services.
Fire and Emergency Services adalah satu-satunya divisi yang diperbolehkan beroperasi di
dalam area ini, sampai dinyatakan aman untuk fungsi pokok lainnya mulai beroperasi.
‘Incident Commander’ (‘Komandan Insiden) FES di tempat kejadian bertanggung jawab untuk
menyatakan area tersebut aman untuk Badan Respon lainnya untuk mulai bertindak.
2. THE AREA WITHIN A RADIUS OF 100 METRES AROUND THE CRASH SITE
(Outer Response Zone)
AREA DALAM JARAK 100 METER DI SEKITAR TEMPAT KEJADIAN (Daerah
Respon Bagian Luar)
This area must be kept clear of vehicles other than those involved in Rescue and Fire fighting
operations. The ‘Incident Controller’ at the Forward Command Post (FCP) will direct other
Response Agencies into this area as they are required, if the ‘Incident Controller’ assesses
the area to be safe for those operations. NO VEHICLES ARE PERMITTED IN THIS AREA DUE
TO THE POTENTIAL HAZARD OF SPILLED AVIATION GASOLINE.
Area ini harus bebas dari kendaraan selain yang terlibat dalam operasi Penyelamatan dan
Pemadaman kebakaran. ‘Incident Controller’ atau ‘Pengawas Kejadian’ di Pos Komando
Depan/Forward Command Post (FCP) akan mengarahkan Badan Respon lainnya ke dalam
area ini saat mereka diperlukan, apabila ‘Pengawas Kejadian’ menilai area tersebut telah
aman untuk operasi tersebut. KENDARAAN DILARANG MEMASUKI AREA INI KARENA
POTENSI BAHAYA DARI BENSIN PENERBANGAN YANG TUMPAH.
ONLY AFTER THE FES ‘INCIDENT COMMANDER’ DECLARES THE CRITICAL 30
METRE AREA SAFE CAN OTHER RESPONSE AGENCIES BE DIRECTED INTO THIS
AREA.
HANYA SETELAH ‘INCIDENT COMMANDER’ ATAU ‘KOMANDAN KEJADIAN’ FES
MENYATAKAN AREA KRITIS 30 METER TELAH AMAN, BARULAH BADAN RESPON
LAINNYA DAPAT DIARAHKAN KE DALAM AREA INI.
Pada tindakan tingkat akhir pada kejadian, dan segera setelah kedatangan ‘Fire Ground
Leader' atau ‘Pimpinan Pemadaman Kebakaran’ (SO) harus mampu menilai dengan cepat:
• what is involved?
• what is happening?
• what is likely to happen?
• what action is required?
• angin
• kemiringan tanah
• lokasi kebakaran
• kondisi dan letak pesawat terbang
• setiap evakuasi yang mungkin sedang berlangsung
• korban
Having established the strategy and what tactics are to be employee, quick action is required
to put into place an initial attack aimed at achieving the priorities of the strategic plan.
Setelah menetapkan strategi dan taktik apa yang akan dilaksanakan, maka harus melakukan
tindakan cepat menerapkan pemadaman awal untuk mencapai prioritas rencana strategis.
4.2.3.2 Aqueous Film Forming Foam (AFFF) / Busa Pembentuk Lapisan yang Encer
Is made from a fluorinated surfactant together with a stabilizer and diluted with fresh water to
a solution strength between 1 % to 6%. The foam concentrate is so named because when
used, it produces not only a foam which acts as a blanket to exclude air and oxygen but also
develops an aqueous film over the surface of the fuel which suppresses the vaporisation of
the fuel.
Terbuat dari zat surfaktan dengan fluor bersama dengan zat penstabil dan dicairkan dengan
air sampai kekuatan larutan antara 1% sampai 6%. Konsentrat busa dinamai seperti itu
karena ketika digunakan, larutan tersebut tidak hanya memproduksi busa yang bertindak
sebagai selimut untuk menyekat udara dan oksigen tetapi juga membuat lapisan encer pada
permukaan bahan bakar, untuk menahan penguapan bahan bakar itu.
Dry powder can also provide a rapid 'knock down' effect on flammable liquid fires although it
does not have a significant cooling effect and therefore does not negate the chances of re-
ignition occurring.
Bubuk kering dapat juga memberikan dampak ‘pemadaman cepat’ pada kebakaran akibat
cairan yang mudah terbakar, walaupun tidak mempunyai dampak pendingin yang berarti dan
oleh karena itu tidak menghilangkan kemungkinan untuk menyala kembali.
The other factor to be taken into account when applying dry powder is the weather conditions
prevalent at the time especially wind direction and speed.
Faktor lain yang harus diperhitungkan ketika menggunakan bubuk kering adalah keadaan
cuaca pada saat itu, khususnya arah dan kecepatan angin.
to escape.
Jika pesawat terbang terlibat kebakaran, tujuan utama adalah menjaga pintu agar dapat
digunakan untuk penyelamatan penumpang.
Wind may keep one side of the aircraft relatively clear, but all parts of the fuselage are
vulnerable to penetration by fire, and heat can even cause internal fittings to decompose and
burn, giving off lethal fumes. The following diagrams illustrate the efforts to be made to keep
the fire from the fuselage, and illustrates the desirability of positioning upwind of the incident
where possible. The aircraft may come to rest off the runway and on very soft terrain. In
these circumstances hand lines will need to be deployed, again where possible using the
wind to your advantage.
Angin dapat menjaga salah satu sisi pesawat terbang relatif bebas, tetapi semua bagian
badan pesawat mudah terbakar, dan panas dapat menyebabkan benda internal rusak dan
terbakar, dan mengeluarkan asap yang mematikan. Diagram berikut menggambarkan usaha
yang harus dilakukan untuk menjauhkan api dari badan pesawat, dan menggambarkan
referensi peletakan yang berlawanan arah angin dari kejadian jika memungkinkan. Pesawat
terbang dapat terhenti di landasan dan pada medan yang sangat lunak. Dalam keadaan ini,
mungkin harus menggunakan selang, dan sekali lagi gunakan angin untuk keuntungan Anda.
the passenger deck, and air space between the skin and side wall, can lead to rapid fire
spread once fire enters the cabin.
Pancaran panas dapat menyebabkan perabot internal rusak dan terbakar, yang
menghasilkan asap yang sangat beracun ke seluruh kabin. Konstruksi badan pesawat,
dengan rongga di atas dan di bawah dek penumpang, dan rongga udara di antara lapisan
luar dan dinding dalam, dapat menyebabkan penyebaran api yang cepat jika api telah
memasuki kabin.
• Api luar yang masuk melalui lapisan badan pesawat atau melalui kerusakan jendela,
dan lubang di badan pesawat akibat tabrakan atau pintu yang terbuka.
• Kerusakan elektrik pada sistem kabel yang terdapat di seluruh pesawat.
• Peralatan dan sistem yang terlalu panas.
• Pembuangan barang berasap secara sembarangan.
FES Training System Competency Module Approved By Date Published
• Pembakaran disengaja
• Benda yang dilarang ditempatkan di ruang bagasi.
When fires occur. within an aircraft. on the ground that is occupied, they are detected quickly
In most cases giving rise to a fast response from the cabin crew and emergency response
teams.
Ketika api muncul dalam pesawat yang sedang mendarat, biasanya ditemukan dengan
cepat. Dalam kebanyakan kasus, kru kabin dan tim respon keadaan darurat dapat memberi
respon dengan cepat.
Fires in unoccupied aircraft on the ground may go undetected for some time and it is possible
for a fire to smoulder for a considerable period of time before being discovered. In these
circumstances any entry into the aircraft must be done with extreme caution because of
unborn products of combustion and also the pressure build up which, with a sudden inrush of
air, may lead to a flashover.
Api pada pesawat yang kosong di landasan mungkin tidak disadari selama beberapa waktu
dan mungkin saja api tersebut menyala selama beberapa waktu sebelum ditemukan. Dalam
keadaan ini, setiap tindakan masuk ke pesawat harus dilakukan dengan sangat berhati-hati
karena hasil pembakaran yang masih panas dan tekanan yang meningkat dapat menyala
jika ada banyak udara yang mendadak masuk.
• never at right angles to the wheel. Exploding wheels can hurl lethal fragments of
metal up to a distance of 200 meters from the wheel assembly.
Jangan pernah berada di sudut tegak lurus dari roda. Roda yang meledak dapat
melemparkan pecahan logam yang berbahaya sampai sejauh 200 meter dari roda.
The following general principles should apply in fighting aircraft whee! fires:
Prinsip umum berikut harus digunakan dalam memadamkan api di roda pesawat terbang:
• Approach the wheel from a direction at right angles to the line of the axle.
Dekati roda dari arah tegak lurus dari garis batang poros roda.
• If there are no flames, stand by until the wheel cools.
Apabila tidak ada api, berjaga-jagalah sampai roda mendingin.
• If fire is present, attack it with dry chemical powder and when flames are knocked down,
stand by until the wheel cools.
Apabila ada api, siram dengan bubuk kimia kering dan ketika api padam, tunggu
sampai roda mendingin.
FES Training System Competency Module Approved By Date Published
• If dry chemical powder is not successful in extinguishing the fire, apply water in the form
of a dense spray. Avoid striking the wheel directly with water.
Apabila bubuk kimia kering tidak berhasil memadamkan api, gunakan air dalam bentuk
semprotan pekat. Hindari menyiram roda secara langsung dengan air.
• Whatever extinguishing agent is used, remain standing by until the wheel has cooled.
Apapun bahan pemadam yang digunakan, tetap berjaga-jaga sampai roda mendingin.
The following precautionary measures should be adopted whenever you attend a wheel fire
or suspected wheel fire:
Tindakan pencegahan berikut harus dilakukan kapanpun Anda mendekati roda terbakar atau
roda yang diduga terbakar:
• Arrange for passengers and crew to be removed from the aircraft by any convenient
means.
Pindahkan penumpang dan kru dari pesawat dengan cara apapun.
• Clear people from an area in the general line of the axle for 180 meters. Do not allow
anyone to pass through this area.
Jauhkan orang-orang dari area dalam garis as poros roda sejauh 180 meter. Jangan
biarkan siapapun melewati area ini.
• If possible move other aircraft, vehicles and any other mobile equipment from the
danger area.
Apabila mungkin, pindahkan pesawat lain, kendaraan dan perlengkapan bergerak
lainnya dari area bahaya.
charged hose line with fog branch, or high-pressure hose reel should be provided. Liaison
with the pilot will determine the length of time required to standby until the brakes have
cooled.
Ketika terdapat asap yang keluar dari rem tetapi tidak ada tanda api, pemadam bubuk kimia
kering harus disiapkan untuk memadamkan jika api menyala. Sebagai cadangan,
sambungan selang dengan cabang kabut, atau gulungan selang bertekanan tinggi harus
disediakan. Hubungan dengan pilot akan menentukan lama waktu yang diperlukan untuk
berjaga-jaga sampai rem mendingin.
Tire fires: If the tire becomes ignited these fires are potentially serious as they will produce
temperatures in excess of 300°C, and they are capable of threatening the whole aircraft.
Kebakaran ban: Apabila ban terbakar, api ini berpotensi serius karena dapat bersuhu
melebihi 300°C, dan mampu mengancam seluruh pesawat terbang.
A combined attack may be necessary, using both dry chemical power and water fog. The dry
chemical powder would be used to deal with flames. Water-spray would be used to cool any
exposed items such as:
Mungkin diperlukan tindakan gabungan, yaitu menggunakan bubuk kimia kering dan kabut
air. Bubuk kimia kering akan digunakan untuk mengatasi api. Semprotan air akan digunakan
untuk mendinginkan setiap benda yang terkena, seperti:
• oleo strut (oleo strut and its associated hydraulic rams are oil-filled reservoirs under
pressure) exposure to flame can result in their catastrophic failure.
Oleo strut (oleo strut dan pendorong hidrolik yang terkait adalah reservoir dengan isi
minyak bertekanan) yang terbakar dapat menyebabkan kerusakan yang hebat.
• adjacent wheels.
Roda yang berdekatan.
• mainplane.
Bidang dukung utama.
A second hand line should be used to ensure adequate coverage of the undercarriage and
exposed main plane is maintained. Failure to cool the main plane will result in fuel becoming
heated, with the possibility of an explosion in the fuel tank or fuel escaping from the wing
vent.
Selang air kedua harus digunakan untuk memastikan pelindungan yang cukup ke bagian
bawah pesawat dan bidang dukung utama. Kegagalan untuk mendinginkan bidang dukung
utama akan menyebabkan bahan bakar panas, sehingga dapat meledakkan tangki bahan
bakar atau bahan bakar yang keluar dari lubang sayap.
Continuous observation of the aircraft cabin is essential to ensure there is no undetected
extension of fire. Where a wheel fire cannot be controlled and begins to spread to other parts
of the aircraft, or where free fuel becomes involved, the fire should no longer be considered
to be a wheel fire but an aircraft fire, which should be fought as such.
Sangat penting untuk terus mengamati kabin pesawat agar memastikan tidak ada
penyebaran api yang tidak diketahui. Jika kebakaran roda tidak dapat dikendalikan dan mulai
menyebar ke bagian pesawat lainnya, atau jika terjadi tumpahan bahan bakar, maka
kebakaran tersebut tidak lagi dianggap sebagai kebakaran roda tetapi kebakaran pesawat
terbang, dan harus dipadamkan sesuai dengan kategori ini.
Since wiring looms may continue to burn or smoulder after circuits are isolated, early
detection of these hot spots is necessary in order to prevent extension of the fire. The
insulation of electrical conductors will burn with acrid dense smoke, which may make locating
the seat of the fire difficult. Breathing apparatus should be worn whenever smoke from
burning electrical wiring or components are present.
Karena kabel dapat terus terbakar atau membara setelah sirkuit diisolasi, diperlukan deteksi
dini terhadap bagian-bagian panas ini agar kebakaran tidak meluas. Isolasi konduktor elektrik
akan terbakar dengan asap tebal yang tajam, sehingga menyulitkan penemuan tempat
kebakaran. Alat bantu pernafasan harus dipakai jika ada asap dari kabel elektrik atau
komponen yang terbakar.
Engine fires occurring during flight or while the aircraft is taxiing will generally be caused by:
Kebakaran mesin yang muncul selama penerbangan atau saat berjalan di landasan
umumnya akan disebabkan oleh:
• overheating of lubricating oils
• a fire extending from the nacelle and threatening the surrounding parts of the aircraft.
Perluasan api dari nacelle dan mengancam bagian sekitar pesawat terbang.
The types of extinguishing agent used will be determined by the availability of the agent.
Jenis bahan pemadam yang digunakan ditentukan oleh ketersediaan bahan tersebut.
Dry chemical powder may be used in conjunction with foam. An alternative is high-pressure
water-fog, however care should be taken in its application to avoid uneven cooling of engine
parts.
Bubuk kimia kering dapat digunakan bersama dengan busa. Alternatifnya adalah kabut air
bertekanan tinggi, namun pemakaiannya harus diperhatikan untuk menghindari pendinginan
yang tidak merata pada bagian mesin.
Generally foam and water should not be used unless there is evidence that dry chemical
powder is not controlling the fire, or the size of the fire is placing the remainder of the aircraft
at risk.
Umumnya busa dan air jangan digunakan kecuali ada bukti bahwa bubuk kimia kering tidak
dapat mengendalikan kebakaran tersebut, atau ukuran kebakaran membahayakan bagian
lain pesawat terbang.
Whatever extinguishing agent is used, it is important to inform the aircraft engineers so that:
Apapun bahan pemadam yang digunakan, penting untuk memberitahu insinyur pesawat
terbang tersebut supaya:
• they are aware of any possible implications
Mereka waspada akan setiap kemungkinan implikasinya
Air navigation regulations demand the investigation of all aircraft incidents. As soon as fire
suppression and survivor rescue has been completed, and the area declared safe, the post-
incident procedures need to be followed.
Peraturan navigasi udara menuntut penyelidikan semua kecelakaan pesawat terbang.
Segera setelah pemadaman kebakaran dan penyelamatan orang telah selesai, dan area
tersebut dinyatakan telah aman, maka harus dilakukan prosedur setelah kejadian.
Removal of deceased people should be done only by, or under the direction of, responsible
authorities. Premature removal could interfere with identification and destroy pathological
evidence. This will be carried out in accordance with Procedure CMS-ORP-DVI04 –
Disaster Victim Identification and Recovery
Pemindahan orang yang meninggal hanya boleh dilakukan atau dalam pengarahan oleh
pihak berwenang. Pemindahan sebelum waktunya dapat mengganggu pengenalan dan
menghancurkan bukti mengenai penyakit. Hal ini harus dilakukan sesuai dengan Prosedur
CMS-ORP-DVI04 – Disaster Victim Identification and Recovery/Pengenalan dan
Pemulihan Korban Bencana
If extrication of casualties is necessary, the position and seat number in which the casualties
were located should be recorded at the earliest opportunity. This will be conducted in
accordance with the AEP and CMS-ORP-AVI05 – Aviation Incident
Apabila diperlukan pengeluaran korban, letak dan nomor tempat duduk di mana korban
ditempatkan harus dicatat pada kesempatan pertama. Hal ini harus dilakukan sesuai dengan
AEP dan CMS-ORP-AVI05 – Aviation Incident/Kecelakaan Penerbangan
Where deceased people are located at positions away from the wreckage, their positions
should be marked. They should have an identifying label attached to them stating where they
were found and in which seat. Similarly, personal belongings should remain attached. Prompt
action at the scene to obtain names, addresses and phone numbers of witnesses is
essential. This will be carried out in accordance with Procedure CMS-ORP-DVI04 – Disaster
Victim Identification and Recovery
Jika korban meninggal ditempatkan pada posisi yang jauh dari puing, posisi mereka harus
ditandai. Mereka harus mengenakan label pengenal yang yang menunjukkan di mana
mereka ditemukan dan di tempat duduk yang mana. Sama halnya, barang bawaan pribadi
harus tetap terpasang. Tindakan yang tepat di tempat kejadian untuk memperoleh nama,
alamat dan nomor telepon dari saksi juga penting. Hal ini harus dilakukan sesuai dengan
Prosedur CMS-ORP-DVI04 – Disaster Victim Identification and Recovery/Pengenalan
dan Pemulihan Korban Bencana
Helikopter biasanya mempunyai dua rotor, satu di ekor dan yang jauh lebih besar di atas.
• These rotors will continue to run down for some time after the engine is stopped.
Rotor ini akan terus berputar selama beberapa waktu setelah mesin mati.
• As the main rotor loses momentum it will begin to droop, in some cases below head-
height.
Saat rotor utama kehilangan momentumnya rotor tersebut akan mulai jatuh, pada
beberapa kasus di bawah ketinggian kepala.
• Even if the main rotor has stopped, the tail rotor may continue to spin, and in poor
visibility may be difficult to see.
Bahkan apabila rotor utama telah berhenti, rotor ekor dapat terus berputar, dan dalam
pendangan yang buruk mungkin sulit untuk dilihat.
• If a helicopter tilts while on the ground, perhaps because of an abnormal landing, and
the overhead rotors are still moving, the blades can strike the ground and destroy
themselves.
Apabila helikopter dalam posisi miring ketika berada di darat, mungkin karena
pendaratan yang tidak wajar, dan rotor atas masih bergerak, kipasnya dapat
menyentuh tanah dan menghancurkan diri sendiri.
• During this self-destruction stage, the immediate area around the site is extremely
dangerous. The rotors break up and may throw pieces of blade and wreckage
considerable distances from the fuselage.
Selama tahap penghancuran sendiri ini, area sekitar tempat tersebut sangatlah
berbahaya. Rotor akan pecah dan dapat melemparkan pecahan kipas dan puing
sampai jarak yang jauh dari badan pesawat.
• A helicopter incident involving fire must be dealt with immediately, concentrating on
the fuselage. The lightweight construction will not withstand the ravages of fire for
long.
Kecelakaan helikopter yang melibatkan kebakaran harus ditangani segera, berfokus
pada badan pesawat. Konstruksinya yang ringan tidak dapat menahan serangan api
dalam waktu yang lama.
• Access to the cabin area may be complicated, if the helicopter is on its side. Ladders
may be needed to gain access to the doors.
Jalan masuk ke area kabin mungkin membingungkan, apabila helikopter pada
sisinya. Mungkin diperlukan tangga untuk mendapat jalan masuk ke pintu.
• If necessary the fuselage should be stabilized with lines or shoring material. The
normal and emergency exits should provide suitable access into the fuselage.
Apabila diperlukan, badan pesawat harus distabilkan dengan tali atau alat penopang.
Jalan keluar normal dan darurat harus memberikan jalan masuk yang tepat ke dalam
badan pesawat.
• The cockpit of a helicopter is surrounded by large Perspex panels which may have to
be broken to gain access to crew members.
Kokpit helikopter dikelilingi dengan panel Perspex yang besar, yang dapat
dipecahkan untuk mendapat akses ke anggota kru.
FES Training System Competency Module Approved By Date Published
• It should be noted that helicopters are frequently 'hot fuelled', that is refuelled with the
engines running. The potential for a serious fire is extreme. Not only is the helicopter
at risk but also the refuelling vehicle.
Harus dicatat bahwa helikopter seringkali ‘berbahan bakar panas’, yaitu diisi saat
mesin hidup. Kemungkinan untuk kebakaran serius sangatlah besar. Tidak hanya
helikopter tersebut berisiko tetapi juga kendaraan pengisian ulangnya.
RESCUE ZONE
MAIN ROTOR
CONTACT ZONE
DANGER
ZONE - DO PASSENGER COMPARTMENT
COCKPIT
NOT
APPROACH
DANGER ZONE
- DO NOT
APPROACH
RESCUE ZONE
• Where the helicopter has crashed and the pilot is not able to give instructions or is
unconscious or incapacitated, then it may be advisable to approach from the rear of
the helicopter, keeping to the opposite side of the tail to that of the stabilizing rotor
and close in to the fuselage.
Jika helicopter telah jatuh dan pilot tidak dapat memberikan instruksi atau tidak
sadarkan diri atau tidak berdaya, maka dianjurkan untuk mendekat dari arah belakang
helikopter, tetap pada sisi yang berlawanan dari rotor penstabil dan dekat pada badan
pesawat.
• Entry can be gained without
danger from the main rotor as
it is designed to clear the tail
section in its rotation.
Jalan masuk dapat didapatkan
tanpa bahaya dari rotor utama
karena jalan tersebut
dirancang bebas dari putaran
bagian ekor.
Aileron. Primary control surfaces at each wing tip which operate differentially (i.e., one goes
up when the other goes down) to give lateral (rolling) control.
Aileron. Bidang kendali utama pada setiap ujung sayap yang beroperasi secara berbeda
(contohnya, satu naik ketika yang lain turun) untuk memberikan kendali lateral (berputar).
Anti-g suits. These are worn by pilots to counteract the effects of 'g' loads by applying
pressure to the lower abdomen and legs preventing blood draining from the brain.
Pakaian anti-gravitasi. pakaian ini dikenakan oleh pilot untuk menetralkan dampak gaya
gravitasi dengan menerapkan tekanan ke bagian perut bawah dan kaki, yang mencegah
turunnya darah dari otak.
Bicycle undercarriage. One in which the main landing wheels are one behind the other in
line under the fuselage, usually with wing-tip rigger wheels.
Roda bagian bawah. Yaitu di mana roda pendaratan utama ada di belakang yang lain dan
sejajar di bawah badan pesawat, biasanya dengan roda rigger di ujung sayap.
Braking propeller. A propeller the blades of which can be reversed ,itch so that they have a
braking effect on the landing run.
Baling-baling rem. Baling-baling yang kipasnya dapat dibalik, sehingga mempunyai dampak
rem saat pendaratan.
Cantilever. A structure supported only at one end; i.e., a wing lout bracing struts, or a single-
leg undercarriage.
Kantilever. Struktur yang ditopang hanya pada satu ujungnya; contohnya, strut
berpenyangga di sayap, atau bagian bawah berkaki tunggal.
Co-axial propellers. Two independent propellers mounted on a common shaft and rotating
in opposite directions.
Baling-baling koaksial. Dua baling-baling independen yang dipasang pada poros umum
dan berputar pada arah yang berlawanan.
Contrail. Short for condensation trail, which occurs when water our in the exhaust gases
from aero-engines condenses in low temperatures at high altitudes.
Contrail. Singkatan dari condensation trail, yang muncul ketika air memasukkan gas
pembuangan dari mesin aero berkondensasi pada suhu yang rendah di ketinggian yang
tinggi.
Crescent wing. A swept-back wing of special type, in which the :ree of sweep back is
reduced from root to tip.
Sayap sabit. Sayap berlekuk ke belakang dari jenis khusus, dimana lekukan dikurangi dari
ujung dalam sampai ujung luar.
Delta. A wing or tailplane of triangular or near-triangular plan form, so called from the Greek
letter ^ delta.
Delta. Sayap atau ekor pesawat dengan bentuk segitiga atau hampir segitiga, sehingga
dinamai dari huruf Yunani ^ delta.
Dorsal fin. A small extension of the fin along the centre line of the fuselage.
Fin dorsal. Perpanjangan kecil dari fin di sepanjang garis tengah badan pesawat.
Drogue. A type of parachute in the form of a conical canvas sleeve, open at both ends, like a
bottomless bucket, which is used to check the way of the aircraft. Also, a funnel-shaped
portion of in-flight refuelling gear trailed by a tanker aircraft.
FES Training System Competency Module Approved By Date Published
Drogue. Sejenis parasut dalam bentuk selubung kanvas berbentuk kerucut, terbuka pada
kedua ujungnya, seperti ember tak berdasar, yang digunakan untuk memeriksa jalur pesawat
terbang. Juga, bagian berbentuk corong dari peralatan pengisian kembali dalam pesawat
yang diikuti oleh pesawat tanker.
Drone. A pilotless aircraft, radio controlled from the ground or from another aircraft, for use
as a target.
Drone. Pesawat tak berpilot, dikendalikan dengan radio dari darat atau dari pesawat lain,
digunakan sebagai sasaran.
Ejection seat. A crew seat which can be fired from the aircraft, complete with occupant, in an
emergency; parachutes deploy automatically and the seat separates from the occupant.
Kursi lontar. Tempat duduk kru yang dapat dilontarkan dari pesawat, lengkap dengan
penumpangnya, dalam keadaan darurat; parasut terbuka secara otomatis dan tempat duduk
akan terpisah dari penumpang.
Elevator. The moving portion of the horizontal tailplane which provides longitudinal (dive and
climb) control.
Elevator. Bagian bergerak dari ekor pesawat horisontal yang memberikan kendali
longitudinal (turun dan naik).
Fatigue. Under repeated loads, such as experienced in flight, metal parts get 'tired' and lose
strength. Fatigue failures may follow if the aircraft structure has not been properly designed.
Kelelahan. Pada pembebanan yang berulang-ulang, seperti yang dialami dalam
penerbangan, bagian-bagian logam menjadi ‘lelah’ dan kehilangan kekuatan. Kelelahan
dapat terjadi apabila struktur pesawat terbang tidak dirancang dengan benar.
Flap. A surface on the trailing edge of the wing which can be lowered to increase the lift
and/or drag for take-off and landing. Leading edge flaps are similar in operation and are used
to improve lift and control at low speeds.
Flap. Permukaan pada tepi trailing dari sayap, yang dapat diturunkan untuk meningkatkan
pengangkatan dan/atau penahanan untuk lepas landas dan pendaratan. Flap di tepi utama
serupa dalam pengoperasiannya dan digunakan untuk meningkatkan pengangkatan dan
kendali pada kecepatan rendah.
Flight refuelling. The system of transferring fuel from one aircraft to another while in flight.
Two basic methods are used; the British probe and drogue and the U.S. flying boom.
Pengisian bahan bakar sembari terbang. Sistem pemindahan bahan bakar dari satu
pesawat ke pesawat yang lainnya sembari dalam penerbangan. Ada dua metode dasar;
probe and drogue gaya Inggris dan flying boom dari AS.
Foreplane. A forward control surface on a canard layout; an alternative term for noseplane.
Foreplane. Bidang kendali depan pada tampilan canard; istilah lain untuk bidang hidung.
Fuselage. The main structural body of an aircraft, carrying the main planes, tail, etc., and
providing the accommodation for the occupants and load.
Badan pesawat. Badan struktur utama dari pesawat terbang, memuat bidang dukung utama,
ekor, dll., dan memberikan akomodasi untuk penumpang dan muatan.
GCA. Ground control approach, a radar landing aid in which ground controller radios
directions to an approaching aircraft whic he watches on a radar screen.
GCA. Ground control approach (Pengendalian dari darat), radar bantuan pendaratan di mana
pengendali di darat mengirim arahan melalui radio kepada pesawat yang mendekat, yang
dilihatnya pada layar radar.
Helicopter. A rotary-wing aircraft which, for the whole of i flight, derives the major part of its
lift from a powered rotor syste whose axis or axes are fixed and are substantially
perpendicular the longitudinal axis of the rotorcraft.
Helikopter. Pesawat dengan sayap berputar yang dalam seluruh penerbangannya,
mendapatkan kekuatan angkat utamanya dari sistem rotor yang bertenaga, yang porosnya
bersifat tetap dan tegak lurus pada poros longitudinal dari pesawat rotor.
Hovercraft. Used loosely to describe any type of machine will rides over the terrain on a
cushion of air but has no means generating lift and therefore does not fly in the strict sense.
Hovercraft. Secara umum digunakan untuk menjelaskan setiap jenis mesin yang akan
berjalan melayang di atas daratan dengan bantalan udara tetapi tidak mempunyai alat untuk
mengangkat diri, sehingga tidak terbang dalam arti yang sebenarnya.
IAS. Indicated air speed - the reading on the air-speed indicator. Because of reduced static
pressure as altitude increases, the IAS becomes a progressively smaller proportion of true air
speed through the air as the aircraft climbs.
IAS. Indicated air speed (Kecepatan udara terindikasi) – penghitungan pada indikator
kecepatan udara. Karena tekanan statis berkurang saat ketinggian meningkat, IAS menjadi
proporsi kecepatan udara sesungguhnya saat menembus udara, yang semakin mengecil
saat pesawat naik.
ILS. Instrument landing system. A radio equipment transmitting signals from the end of a
runway to allow an aircraft to fly down a 'glide path' without seeing the ground below.
ILS. Instrument landing system (Peralatan sistem pendaratan). Perlengkapan radio yang
mengirimkan sinyal dari ujung landasan agar pesawat dapat terbang menuruni ‘lintasan
luncur’ tanpa melihat tanah di bawah.
Integral tank. A fuel tank formed by the basic structure, usually of a wing, by making a fuel-
tight seal of spars, ribs and skin.
Tangki integral. Tangki bahan bakar yang dibuat oleh struktur dasar, biasanya sayap,
dengan membuat spars, ribs dan skin yang rapat.
Jet assisted take-off (JATO). A slightly inaccurate term for the rocket packs used to shorten
the take-off run of heavily loaded aircraft.
Jet assisted take-off (JATO/Lepas landas dibantu mesin jet). Istilah yang sedikit salah
untuk roket yang digunakan untuk memperpendek lepas landas dari pesawat bermuatan
berat.
Jet flap. A system of ejecting most or all of the exhaust from a jet engine through a slit in the
wing trailing edge, so that the air flow produces the effect of a lift-increasing flap.
Flap jet. Sistem pelepasan semua atau sebagian besar pembuangan dari mesin jet melalui
celah pada tepi trailing sayap, supaya aliran udara menghasilkan efek flap yang semakin
mengangkatnya.
JP4. Designation of a 'wide-cut' gasoline aviation fuel for jet engines, with characteristics
similar to petrol.
JP4. Penandaan dari bahan bakar penerbangan bensin untuk mesin jet, dengan karakteristik
mirip dengan bensin.
Kerosene. An aviation fuel, similar to paraffin, widely used in jet engines. The military
designation is JP1.
Kerosin. Bahan bakar penerbangan, mirip dengan parafin, banyak digunakan pada mesin
jet. Penandaan militer adalah JP1.
Lift. The force in an upward direction which sustains an aircraft in flight. Lift must exceed
weight, acting downwards, to achieve flight, while thrust forward must exceed drag to
produce forward motion.
Pengangkatan. Daya pada arah naik yang menopang pesawat dalam penerbangan.
Pengangkatan harus melebihi berat, yang bergerak ke arah bawah, untuk dapat
menghasilkan penerbangan, sementara daya dorong ke depan harus melebihi hambatan
untuk dapat menghasilkan gerak maju.
FES Training System Competency Module Approved By Date Published
Mach number. A measurement of speed related to the speed of : sound. A Mach number of
1 is the speed of sound, which varies : from 760 mph (1 223 km/h) at sea level to a constant
660.6 mph (1063.1 km/h) above 36,600 ft (11 156 m). Thus the term Mach=0.5 means half
the speed of sound, Mach=3.0 is three times the speed of sound and so on.
Angka Mach. Pengukuran kecepatan yang berhubungan dengan kecepatan suara. Angka
Mach 1 adalah kecepatan suara, yang beragam: dari 760 mph (1.223 km/jam) pada
permukaan laut sampai 660,6 mph (1.063,1 km/jam) yang konstan di atas 36.600 ft (11.156
m). Jadi istilah Mach=0,5 berarti setengah kecepatan suara, Mach=3,0 adalah tiga kali
kecepatan suara dan seterusnya.
Monocoque. A common form of aircraft construction in which the outer skin, supported by
light frames and stringers, is a primary load-carrying structure.
Monocoque. Bentuk umum dari konstruksi pesawat terbang di mana lapisan luarnya, yang
didukung oleh kerangka ringan dan stringer, merupakan struktur pembawa beban utama.
Nacelle. An enclosed structure containing the engine-or sometimes the crew-distinct from the
fuselage.
Nacelle. Struktur tertutup yang berisi mesin atau kadangkala kru, dan terpisah dari badan
pesawat.
NosepIane. The forward lifting and control surface on a canard layout, taking the place of the
tailplane.
Bidang hidung. Bidang pengangkatan dan kendali depan pada tampilan canard,
meggantikan ekor pesawat.
Overshoot. A misjudged landing approach in which the aircraft touches down too far down
the runway to pull up safely. Also used! to describe the procedure of 'going round again' to
avoid touching down too far along the runway.
Overshoot. Pendaratan yang salah di mana pesawat menyentuh landasan terlalu jauh untuk
dapat berhenti dengan aman. Juga digunakan untuk menjelaskan prosedur ‘berputar lagi’
untuk menghindari melandas terlalu jauh di sepanjang landasan.
Payload. That part of an aircraft's total weight which can be used to carry passengers or
freight (i.e., for which revenue can be obtained).
Payload (muatan yang membayar). Bagian dari berat total pesawat yang dapat digunakan
untuk membawa penumpang atau muatan (contoh, untuk mendapatkan pendapatan).
Pod. A type of engine nacelle, separate from the main structure of the aircraft to which it is
attached by a pylon.
Pod. Sejenis nacelle mesin, terpisah dari struktur utama pesawat terbang, namun terkait
dengan pylon.
Power control. A flying control, the movement of which is assisted or totally effected by a
hydraulic, pneumatic or electric actuator, used in high speed aircraft in which the force of the
airflow over control surfaces makes it impossible for the pilot to use conventional manual
controls.
Kendali tenaga. Kendali penerbangan, gerakan yang dibantu atau dipengaruhi seluruhnya
oleh hidrolik, pneumatik atau aktuator elektrik, digunakan pada pesawat berkecepatan tinggi
di mana tenaga aliran udara pada bidang pengendali membuat pilot tidak dapat
menggunakan kendali manual biasa.
Pressure differential. The difference, measured in 1bf/in2 (or metric equivalent) between
pressure inside an aircraft cabin and atmospheric pressure outside.
Perbedaan tekanan. Perbedaan, diukur dalam 1 bf/in2 (atau persamaan metriknya) antara
tekanan di dalam kabin pesawat dan tekanan atmosfer di luar.
Pressure suit. Used by military aircrew at very high altitudes, where low atmospheric
pressure makes normal breathing difficult or impossible.
Pakaian tekanan. Digunakan oleh kru penerbangan militer pada ketinggian yang sangat
tinggi, di mana tekanan atmosfer yang rendah membuat sulit atau tidak mungkin untuk
bernafas.
Pressurisation. The process of making an aircraft cockpit or cabin airtight and maintaining a
pressure inside it higher than that of the outside air pressure, which decreases linearly with
increase of altitude to the point where survival would be impossible.
Pemberian Tekanan. Proses membuat kokpit atau kabin pesawat kedap udara dan
mempertahankan tekanan di dalam lebih tinggi dari tekanan udara luar, yang akan menurun
secara linier dengan kenaikan ketinggian, sampai titik di mana tidak mungkin bertahan hidup.
Probe. The receiving part of flight refuelling equipment which is inserted into the tanker's
drogue to make a fuel-tight connection between the two aircraft.
Probe. Bagian untuk menerima alat pengisian bahan bakar saat terbang, yang dimasukkan
ke dalam drogue pesawat tanker, untuk membuat hubungan saluran bahan bakar yang
kencang di antara kedua pesawat.
FES Training System Competency Module Approved By Date Published
Pylon. A streamlined fairing on a wing or fuselage to carry a fuel tank, weapon or engine
pod.
Pylon. Jalur fairing pada sayap atau badan pesawat untuk membawa tangki bahan bakar,
senjata atau pod mesin.
RATOG. Initials of 'rocket assisted take-off gear', comprising small liquid or solid fuel rockets
on an aircraft, used to shorten the take-off run.
RATOG. Singkatan dari 'rocket assisted take-off gear/perangkat lepas landas yang dibantu
roket', terdiri dari roket dengan bahan bakar padat atau sedikit cairan pada pesawat terbang,
digunakan untuk memperpendek peluncuran saat lepas landas.
Rotor. An external wing-like surface of narrow chord. A rotor system comprises from two to
six rotor blades carried radially on a single vertical shaft to produce lift when rotated.
Rotor. Bidang chord sempit yang seperti sayap di bagian luar. System rotor terdiri dari dua
sampai enam pisau rotor yang dipasang secara radial pada satu poros vertikal untuk
menghasilkan pengangkatan ketika berputar.
Slab tail. A tailplane which operates as a single entity to give longitudinal control, instead of
having separate elevators. Used on high-speed aircraft.
Ekor slab. Ekor pesawat yang beroperasi sebagai satu kesatuan untuk memberikan kendali
longitudinal, dan tidak mempunyai elevator terpisah. Digunakan pada pesawat berkecepatan
tinggi.
Slat. A small section of a wing leading edge which can be moved of forward, to produce a
slot between it and the wing. This improves the airflow at low speeds, giving better control.
Slat. Bagian kecil dari tepi utama sayap yang dapat bergerak maju, untuk menghasilkan
celah di antara slat dan sayap. Hal ini meningkatkan aliran udara pada kecepatan rendah,
memberikan kendali yang lebih baik.
Slipper tank. A type of external fuel tank, fitting flush to the wing undersurface.
Tangki licin. Sejenis tangki bahan bakar luar, dipasang di bawah permukaan sayap.
Slot. A gap through the leading edge of the wing, serving to control IDa! the airflow and so
reduce stalling speed and improve control. Various types are fixed slot, valved slot, and
controlled or retractable slot.
Celah. Jarak yang melalui tepi utama sayap, berfungsi untuk mengendalikan aliran udara
dan mengurangi kecepatan perlambatan dan meningkatkan kendali. Berbagai jenisnya
adalah celah mati, celah katup, dan celah yang dikendalikan atau dapat ditarik masuk.
Sonic boom. The noise produced by the shock wave set up by an , aircraft flying above the
speed of sound.
Dentuman sonic. Suara yang dihasilkan oleh gelombang getar yang dihasilkan oleh
pesawat yang terbang di atas kecepatan suara.
Subsonic. Any speed below the speed of sound; less than Mach 1.
Subsonic. Kecepatan di bawah kecepatan suara; kurang dari Mach 1.
Sweep-back. The angle between the lateral axis of an aeroplane and its wings, usually
measured at 25 per cent of the wing chord.
Lengkungan ke belakang. Sudut di antara poros lateral pesawat udara dan sayapnya,
biasanya diukur pada 25 % dari chord sayap.
Tailplane. The horizontal stabilising surface at the rear of an f the aircraft, to which the
elevators are usually attached.
Ekor pesawat. Bidang penstabil horisontal di belakang pesawat, di sini biasanya elevator
dipasang.
Thrust. The force that moves an aircraft forward through the air, overcoming the drag. Also
used in relation to the power produced ich is by a jet engine.
Daya dorong. Tenaga yang menggerakkan pesawat terbang ke depan melalui udara,
mengatasi hambatan (drag). Juga digunakan sebagai tenaga yang dihasilkan oleh mesin jet.
Transonic. The range of speeds just below and just above Mach 1, at which an aircraft may
experience buffeting, trim changes and fuel other effects of shock waves.
Transonic. Jangkauan kecepatan tepat di bawah dan tepat di atas Mach 1, di mana pesawat
dapat mengalami goncangan, perubahan keseimbangan dan menghasilkan efek lain dari
gelombang getar.
Torsion-box. The main load-carrying portion of a multi-spar wing comprising front and rear
spars, ribs and skin. Frequently contains integral fuel tanks.
Kotak torsi. Bagian pembawa muatan utama dari sayap multi-spar yang terdiri dari spar
depan dan belakang, ribs dan skin (lapisan luar). Seringkali berisi tangki bahan bakar
integral.
VTOL. Initials of 'vertical take-off and landing', defined as the ability of an aircraft to reach
altitude of 50 ft (15.24 m) within 50 ft (15'24 m) distance of the take-off point.
VTOL. Singkatan dari 'vertical take-off and landing/lepas landas dan pendaratan vertikal',
yaitu kemampuan pesawat untuk mencapai ketinggian 50 ft (15,24 m) dalam jarak 50 ft
(15,24 m) dari titik lepas landas.
APPENDICES / LAMPIRAN
3. AFAC Modules
2.34 Aviation Fire Suppression 1