Lepidiota Stigma F. (COLEOPTERA: SCARABAEIDAE) : Lia Ni'matul Ulya, Toto Himawan, Gatot Mudjiono

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal HPT Volume 4 Nomor 1

Januari 2016
ISSN : 2338 - 4336

UJI PATOGENISITAS JAMUR ENTOMOPATOGEN Metarhizium anisopliae


(MONILIALES: MONILIACEAE) TERHADAP HAMA URET
Lepidiota stigma F. (COLEOPTERA: SCARABAEIDAE)

Lia Ni’matul Ulya, Toto Himawan, Gatot Mudjiono

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jln. Veteran, Malang 65145, Indonesia

ABSTRACT
Metarhizium anisopliae (Moniliales: Moniliaceae) is one of the entomopathogenic fungus
that can be used to control pest Lepidiota stigma F. (Coleoptera: Scarabaeidae). The
purpose of this research was to test the pathogenicity of the fungus M. anisopliae against
the larvae of L. stigma instar 2 and 3 and to measure LT50 and LC50 M. anisopliae against
L. stigma. The isolates of M. anisopliae were collected from BBPPTP Surabaya. The
results showed that the average mortality of L. stigma instar 2 was higher than the average
mortality L. stigma instar 3. The highest percentage mortality of L. stigma instar 2 was
68.86% in the concentration M. anisopliae 1010 conidia/ml. While the highest percentage
mortality of L. stigma instar 3 was 54.75% in the concentration M. anisopliae 1010
conidia/ml. LC50 of M. anisopliae’s pathogenicity test against L. stigma instar 2 was 2.9 x
109 conidia/ml and LT50 was 5.8 days. LC50 of M. anisopliae’s pathogenicity test against
L. stigma instar 3 was 8.2 x 108 conidia/ml and LT50 was 7.7 days.
Keywords : entomopathogenic fungus, Lepidiota stigma, Metarhizium anisopliae,
mortality, pathogenicity.

ABSTRAK
Metarhizium anisopliae (Moniliales: Moniliaceae) merupakan salah satu jenis jamur
entomopatogen yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama Lepidiota stigma F.
(Coleoptera: Scarabaeidae). Tujuan dari penelitan ini adalah untuk menguji patogenesitas
jamur M. anisopliae terhadap larva L. stigma instar 2 dan 3 dan mengetahui LT50 dan
LC50 M. anisopliae terhadap L. stigma. Isolat M. anisopliae diperoleh dari BBPPTP
Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata mortalitas L. stigma instar 2
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata mortalitas L. stigma instar 3. Persentase
mortalitas L. stigma instar 2 tertinggi sebesar 68,86 % pada perlakuan konsentrasi M.
anisopliae 1010 konidia/ml. Persentase mortalitas L. stigma instar 3 tertinggi sebesar 54,75
% pada perlakuan konsentrasi M. anisopliae 1010 konidia/ml. Nilai LC50 uji patogenesitas
M. anisopliae terhadap L. stigma instar 2 sebesar 2,9 x 109 konidia/ml dan LT50 mencapai
5,8 hari. Nilai LC50 uji patogenesitas M. anisopliae terhadap L. stigma instar 3 sebesar 8,2
x 108 konidia/ml dan LT50 mencapai 7,7 hari.
Kata Kunci : jamur entomopatogen, Lepidiota stigma, Metarhizium anisopliae,
mortalitas, patogenesitas.

PENDAHULUAN kan hasil produksi tanaman mencapai


50% (Zahro’in dan Yudi, 2013). L. stigma
Hama Lepidiota stigma F. menyerang pada bagian akar tanaman dan
(Coleoptera: Scarabaeidae) merupakan bila tidak segera dikendalikan dapat
hama penting pada komoditas tebu. menyebabkan akar tanaman terpotong.
Serangan hama tersebut dapat menurun- Hal tersebut dapat menyebabkan tanaman

24
Jurnal HPT Volume 4 Nomor 1 Januari 2016

tampak layu, menguning mirip gejala mengetahui tingkat patogenesitas instar 2


kekeringan, kemudian mati. Hidayanti dan dan instar 3 hama uret L. stigma, maka
Fitri (2013) melaporkan bahwa pada perlu pengujian jamur entomo-patogen M.
tanaman yang mati terserang uret, anisopliae dengan berbagai konsentrasi.
disebabkan karena akar tanaman rusak
terpotong dimakan oleh hama tersebut. METODE PENELITIAN
Di Indonesia, L. stigma tersebar di
Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali Penelitian ini dilaksanakan di
(Kalshoven, 1981). Di Jawa Timur Laboratorium Hama Tumbuhan sub
sebagian besar serangan hama tersebut Laboratorium Pengembangan Agens
masih termasuk kategori sedang. Namun, Hayati Jurusan Hama dan Penyakit
terdapat beberapa daerah dengan serangan Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
kategori tinggi seperti di daerah Kediri dan Brawijaya Malang, sejak bulan Mei
Bondowoso. BBPPTP Surabaya (2013) sampai dengan bulan Juli 2014.
melaporkan bahwa di Kediri terdapat
kecamatan yang terserang hama L. stigma Penyediaan L. stigma
dengan kategori tinggi yaitu Kecamatan Larva L. stigma yang dikoleksi
Pare, Gurah, Puncu, Plosoklaten dan diperoleh dari lahan tegal yang ditanami
Ngancar. Daerah yang dekat dengan beberapa komoditas seperti nanas, pepaya,
kecamatan tersebut perlu diwaspadai, agar cabai, dan singkong di Desa Bakung
serangan hama tidak menyebar luas. Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar
Konsep Pengendalian Hama Terpadu dan Desa Purwodadi Kecamatan Ringin-
(PHT) merupakan cara alternatif untuk rejo Kabupaten Kediri.
mengurangi penggunaan pestisida kimia.
Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan Perbanyakan Jamur M. anisopliae
musuh alami, seperti serangga predator, Isolat jamur M. anisopliae diperoleh
parasitoid, dan jamur entomopatogen dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
(Lembaga Pertanian Sehat, 2008). Aplikasi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Surabaya
jamur entomopatogen untuk mengendali- yang merupakan isolat dari Oryctes
kan populasi hama sangat potensial untuk rhinocheros yang dikembangbiakkan pada
diterapkan. Hal tersebut dikarenakan media PDA. Selanjutnya diperbanyak
terdapat beberapa jamur yang memiliki dengan menggunakan media EKG dengan
kisaran inang yang luas dan menyerang menggunakan fermentor (Gambar 1).
secara spesifik pada beberapa ordo. Salah
satu jamur yang dapat menginfeksi hama Pembuatan Suspensi M. anisopliae
L. stigma adalah jamur Metarhizium Suspensi jamur M. anisopliae yang
anisopliae (Moniliales: Monoliaceae). telah dipanen dari media EKG dihitung
Menurut Baehaki dan Noviyanti (1993), kerapatannya pada haemocytometer dan
penggunaan jamur tersebut dapat mengen- dihitung menggunakan rumus sebagai
dalikan hama ordo Coleoptera, Lepidoptera, berikut (Gabriel dan Riyatno, 1989;
Homoptera, Hemiptera, dan Isoptera. Sudibyo, 1994) :
Larva L. stigma instar kedua dan
ketiga adalah stadia perusak akar tebu dan C= t x 106
umumnya terjadi pada bulan Februari - n x 0,25
Juli. Hasil penelitian Harjaka (2006)
menyebutkan bahwa M. anisopliae mampu C adalah kerapatan konidia (konidia/ml), t
mengendalikan hama L. stigma perusak adalah konidia dalam jumlah kotak sampel,
akar tanaman tebu pada instar 3. Untuk n adalah jumlah sampel yang diamati, dan
0,25 merupakan faktor koreksi.

25
Ulya et al., Uji Patogenisitas Jamur Entomopatogen Metarhizium…

Gambar 1. Ilustrasi fermentor sederhana

Kemudian dilakukan standarisasi taraf 5% dengan menggunakan perangkat


agar suspensi spora M. anisopliae lunak Genstat versi 16. Apabila hasil
memiliki konsentrasi 1 x 1010 kondia/ml analisis menunjukkan perbedaan nyata,
(konsentrasi tinggi). Larutan ini disebut maka dilakukan analisis lanjut dengan
sebagai larutan stok yang digunakan pada menggunakan uji Duncan pada taraf 5%.
seluruh penelitian. Sedangkan konsentrasi Sedangkan untuk menentukan Median
lain yang digunakan dalam penelitian Lethal Time (LT50) dan Median Lethal
yaitu 108 konidia/ml dan 109 konidia/ml. Consentration (LC50) dari perlakuan
Maka, untuk memperoleh dengan cara konidia jamur M. anisopliae yang
mengencerkan larutan stok dengan diinfeksikan pada L. stigma digunakan
menggunakan rumus: analisis probit dengan mengadopsi metode
yang dikembangkan Hsin Chi (1997).
V1.N1 = V2.N2
HASIL DAN PEMBAHASAN
V1 adalah volume larutan stok (ml). N1
adalah konsentrasi larutan stok Gejala L. stigma Akibat Infeksi Jamur
(konidia/ml), V2 adalah volume larutan M. anisopliae
yang diharapkan (ml) dan N2 adalah L. stigma yang terinfeksi jamur M.
konsentrasi larutan yang diharapkan. anisopliae pada awalnya muncul ke
permukaan media tanah kemudian larva
Uji Patogenesitas M. anisopliae menjadi kurang aktif dan akhirnya mati.
Pada penelitian percobaan disusun Menurut Lacey (1997) gejala akibat
dengan menggunakan RAKF (Rancangan infeksi M. anisopliae pada tubuh inang
Acak Kelompok Faktorial), faktor adalah kematian larva, kemudian larva
pertama adalah konsentrasi M. anisopliae tersebut terselimuti oleh miselium
yang terdiri dari konsentrasi 100 (M0), 108 berwarna putih dan kumpulan spora
(M1), 109 (M2), dan 1010 (M3) dan faktor (konidium) berwarna hijau tua. Muncul-
kedua adalah instar L. stigma yang terdiri nya uret ke permukaan media merupakan
dari instar 2 (I2) dan instar 3 (I3). Masing- salah satu ciri akibat jamur entomo-
masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali patogen. Priyanti (2009) menyatakan
ulangan. bahwa serangga yang mati karena jamur
entomopatogen menunjukkan perilaku
Analisis Data naik ke permukaan atas tanaman dan
Data hasil pengamatan mortalitas L. melekatkan tubuhnya, ciri perilaku yang
stigma akibat infeksi M. anisopliae terjadi tersebut dikenal sebagai summit
dianalisis dengan sidik ragam dan uji F disease. Fenomena tersebut dikatakan

26
Jurnal HPT Volume 4 Nomor 1 Januari 2016

sebagai usaha untuk menyelamatkan kithinase, amylase, proteinase, pospatase,


populasi lain yang sehat dari infeksi dan esterase.
jamur entomopatogen (Marheni et al.,
2010). Setelah 6-12 hari pada permukaan Persentase Mortalitas L. stigma. Akibat
tubuh larva yang mati terdapat hifa Infeksi Jamur M. anisopliae pada
berwarna putih kemudian hifa tersebut Perlakuan Kerapatan Konidia yang
berubah menjadi hijau gelap setelah Berbeda
beberapa hari. Hal tersebut diakibatkan Pengamatan mortalitas larva L.
jamur memiliki waktu yang lama yaitu stigma dilakukan 1 hari setelah aplikasi
sekitar 6 hingga 12 hari setelah aplikasi. hingga 10 hari setelah aplikasi. Gejala
Dari hasil pengamatan L. stigma patogenesitas akibat infeksi M.
yang mati terinfeksi M. anisopliae anisopliae ditandai dengan adanya
mengalami pengerasan atau mumifikasi. mortalitas pada L. stigma. Pada uret
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dianggap sudah mati tampak
Feron (1985) pada semua jaringan habis berwarna hitam, agak kaku, dan tidak
digunakan oleh jamur, sehingga serangga terdapat reaksi apabila tungkai,
mati dengan tubuh yang mengeras seperti abdomen, dan mandibula disentuh. Pada
mumi. Larva yang terinfeksi akan larva yang sudah menunjukkan kematian
berubah dari warna putih menjadi hijau belum menunjukkan adanya miselia
tua akibat koloni dari jamur telah tumbuh jamur M. anisopliae pada permukaan
di seluruh permukaan tubuh larva yang tubuh larva.
sudah mengeras. Selain mengalami Berhasil atau tidaknya infeksi
mumifikasi, tubuh L. stigma juga terlihat jamur entomopatogen pada serangga uji
berwarna hitam. Perubahan warna hitam dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
tersebut disebabkan oleh proses seperti kelembaban, suhu, dan cahaya
melanisasi yang merupakan suatu bentuk matahari. Suhu pada waktu infeksi
pertahanan tubuh serangga melawan berkisar antara 23 0C – 250C. Kisaran
patogen (Boucias dan Pendland, 1998). suhu tersebut masih berada pada kisaran
Perubahan warna hitam atau melanisasi suhu optimum pertumbuhan jamur M.
tersebut akibat dari aktivitas enzim anisopliae yaitu pada suhu 220C – 270C
phenoloksidae. Enzim ini diketahui (Prayogo et al., 2005). Kelembaban
berperan dalam proses penyembuhan sangat penting dalam perkecambahan
luka, sklerotisasi kutikula, dan berperan konidia jamur serta penyebaran jamur
dalam proses melanisasi terhadap benda pada tubuh serangga (Simamora et a.l,
asing yang masuk ke dalam haemocoel 2013). Selain itu, faktor lain yang dapat
(Hung dan Boucias, 1996). Enam mempengaruhi adalah faktor pergantian
senyawa enzim yang dikeluarkan oleh kulit serangga (molting) (Prayogo et al.,
jamur M. anisopliae, diantaranya lipase, 2005).

Tabel 1. Rata-rata mortalitas L. stigma akibat infeksi M. anisopliae pada konsentrasi yang
berbeda (1, 2, 4, 7 HSA)
Mortalitas
Tingkat Konsentrasi
1 hsa 2 hsa 4 hsa 7 hsa
Konsentrasi 108 0.785a 6.85a 24.52a 37.23a
Konsentrasi 109 0.785a 10.71ab 24.62a 41.14b
Konsentrasi 1010 8.876b 28.25b 30.5b 44.04b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
Duncan pada taraf 5 %

27
Ulya et al., Uji Patogenisitas Jamur Entomopatogen Metarhizium…

Tabel 2. Pengaruh interaksi konsentrasi dan penambahan M. anisopliae pada


instar M. anisopliae terhadap 10
konsentrasi 10 tidak memberikan
mortalitas L. stigma 3 HSA perbedaan yang nyata terhadap instar 2
Perlakuan Instar 2 Instar 3 maupun instar 3 (35,22% dan 33,16%).
8
Konsentrasi 10 19,89bc 14,76b
Konsentrasi 109 22,29c 4,83a Tabel 4. Pengaruh interaksi konsentrasi dan
10
Konsentrasi 10 22,6c 22,79c instar M. anisopliae terhadap
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang mortalitas L. stigma 6 HSA
sama tidak berbeda nyata menurut Perlakuan Instar 2 Instar 3
uji Duncan pada taraf 5 % Konsentrasi 10 8
31,07a 36,24b
9
Konsentrasi 10 38,24b 32,14a
Pada pengamatan 3 HSA interaksi Konsentrasi 1010 36,24b 37,26b
antara tingkat konsentrasi M. anisopliae Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang
terhadap instar menunjukkan perbedaan sama tidak berbeda nyata menurut
nyata (P<0,05) terhadap tingkat mortalitas uji Duncan pada taraf 5 %
L. stigma. Dari Tabel 2 menunjukkan
bahwa pada tingkat konsentrasi 108, Pada pengamatan 6 HSA interaksi
mortalitas instar 2 (19,89%) lebih besar antara tingkat konsentrasi M. anisopliae
dari pada mortalitas instar 3 (14,76%). terhadap instar menunjukkan perbedaan
Penambahan M. anisopliae dengan yang nyata (P<0,05) terhadap tingkat
konsentrasi 109 menyebabkan mortalitas mortalitas L. stigma. Dari Tabel 4
L. stigma instar 2 (22,29%) lebih tinggi menunjukkan bahwa pada tingkat
8
hampir 5 kali lipat dibandingkan konsentrasi 10 , mortalitas instar 2
mortalitas instar 3 (4,83%). Namun (31,07%) lebih rendah dari pada mortalitas
demikian, penambahan M. anisopliae instar 3 (36,24%). Namun, pada
pada konsentrasi 1010 tidak memberikan penambahan M. anisopliae dengan
perbedaan yang nyata terhadap instar 2 konsentrasi 109 mortalitas L. stigma instar
maupun instar 3 (22,6% dan 22,79%). 2 (38,24 %) lebih tinggi dibandingkan
mortalitas instar 3 (32,14 %).
Tabel 3. Pengaruh interaksi konsentrasi dan
instar M. anisopliae terhadap Tabel 5. Pengaruh interaksi konsentrasi dan
mortalitas L. stigma 5 HSA instar M. anisopliae terhadap
Perlakuan Instar 2 Instar 3 mortalitas L. stigma 8 HSA
8
Konsentrasi 10 27,71a 28,86a Perlakuan Instar 2 Instar 3
Konsentrasi 109 34,23b 27,71a Konsentrasi 108 41,15a 40,2a
10 9
Konsentrasi 10 35,22b 33,16b Konsentrasi 10 52,88b 41,16a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang Konsentrasi 1010 51,76b 44,04a
sama tidak berbeda nyata menurut Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang
uji Duncan pada taraf 5 % sama tidak berbeda nyata menurut
uji Duncan pada taraf 5 %
Pada pengamatan 5 HSA interaksi
antara tingkat konsentrasi M. anisopliae Pada pengamatan 8 HSA interaksi
terhadap instar menunjukkan perbedaan antara tingkat konsentrasi M. anisopliae
yang nyata (P<0,05) terhadap tingkat terhadap instar menunjukkan perbedaan
mortalitas L. stigma. Dari Tabel 3 yang nyata (P<0,05) terhadap tingkat
menunjukkan bahwa pada tingkat mortalitas L. stigma. Dari Tabel 5
konsentrasi 109, mortalitas instar 2 menunjukkan bahwa pengamatan 8 HSA
(34,23%) lebih tinggi dari pada mortalitas pada konsentrasi 108 instar 2 memiliki
instar 3 (27,71%). Namun demikian, mortalitas lebih rendah dibandingkan

28
Jurnal HPT Volume 4 Nomor 1 Januari 2016

dengan instar 3. Namun, pada konsentrasi Dari pengamatan 3, 5, 6, 8, 9, dan


109 dan 1010 instar 2 memiliki mortalitas 10 HSA menunjukkan bahwa tingkat
lebih tinggi dibandingkan instar 3. Hal konsentrasi yang diaplikasikan mem-
tersebut juga terjadi pada pengamatan 9 pengaruhi tingkat mortalitas instar 2 dan
HSA dan 10 HSA (Tabel 6 dan 7). 3. Pada konsentrasi 108 mortalitas L.
stigma lebih rendah dan konsentrasi 1010
Tabel 6. Pengaruh interaksi konsentrasi dan mortalitas L. stigma lebih tinggi.
instar M. anisopliae terhadap Konsentrasi M. anisopliae yang
mortalitas L. stigma 9 HSA diinfeksikan terhadap L. stigma instar 2
Perlakuan Instar 2 Instar 3 lebih mudah menetrasi masuk ke dalam
Konsentrasi 108 45ab 41,16a jaringan tubuh dan menyebabkan
9
Konsentrasi 10 62,29c 46,91b mortalitas lebih tinggi. Mekanisme
10
Konsentrasi 10 58,93c 48,87b penetrasi jamur M. anisopliae ke dalam
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tubuh serangga sangat dipengaruhi oleh
sama tidak berbeda nyata menurut struktur kutikula yaitu ketebalan,
uji Duncan pada taraf 5 %
sklerotisasi, kandungan, zat antijamur,
dan subtansi nutsisi (Minarti et al., 2008).
Pada pengamatan 9 HSA interaksi
Dari seluruh perlakuan persentase
antara tingkat konsentrasi M. anisopliae
mortalitas L. stigma instar 2 dan instar 3
terhadap instar menunjukkan perbedaan
tertinggi pada kerapatan M. anisopliae
yang nyata terhadap tingkat mortalitas uret
1010 konidia/ml. Sedangkan, persentase
L. stigma. Dari Tabel 6 menunjukkan
mortalitas terendah L. stigma instar 2 dan
bahwa pada masing-masing tingkat
instar 3 pada konsentrasi 108 konidia/ml.
konsentrasi, mortalitas instar 2 lebih tinggi
Hal ini menunjukkan konsentrasi yang
dari pada mortalitas instar 3. Perlakuan
tinggi mengakibatkan tingkat mortalitas
konsentrasi 108 dan 109 pada instar 2 dan 3
yang tinggi dan tingkat konsentrasi yang
menunjukkan pengaruh yang nyata
rendah mengakibatkan mortalitas yang
terhadap persentase mortalitas L. stigma.
rendah. Hal tersebut dapat disebabkan
Tabel 7. Pengaruh interaksi konsentrasi dan
produksi destruxin A, B, C, D, dan E serta
instar M. anisopliae terhadap desmethyldestruxin, cyclopeptida pada
mortalitas L. stigma 10 HSA konsentrasi 1010 konidia/ml semakin
Perlakuan Instar 2 Instar 3 tinggi, sedangkan pada konsentrasi 108
Konsentrasi 10 8
49,8b 41,16a dan 109 konidia/ml semakin berkurang.
Konsentrasi 109 67,21d 48,84b Sehingga pada konsentrasi 1010
Konsentrasi 1010 68,86d 57,75c konidia/ml mortalitas L. stigma semakin
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tinggi dan pada konsentrasi 108
sama tidak berbeda nyata menurut konidia/ml mortalitas L. stigma semakin
uji Duncan pada taraf 5 % rendah. Jamur entomopatogen M.
anisopliae sebagai agens hayati ialah
Pada pengamatan 10 HSA interaksi memproduksi insektisida destruxin A, B,
antara tingkat konsentrasi M. anisopliae C, D, dan E (Prayogo et al., 2005).
terhadap instar menunjukkan perbedaan
yang nyata terhadap tingkat mortalitas L. Pengaruh Kerapatan Konidia Jamur
stigma. Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa M. anisopliae Terhadap Konsentrasi
pemberian konsentrasi 1010 pada instar 3 Mematikan (LC50) dan Waktu
memiliki mortalitas yang secara nyata Mematikan (LT50) L. stigma
lebih tinggi dibandingkan dengan konsen- Berdasarkan hasil analisis probit
trasi yang lainnya. menggunakan metode Hsinchi (1997)

29
Ulya et al., Uji Patogenisitas Jamur Entomopatogen Metarhizium…

konidia jamur M. anisopliae dengan Gabriel B.P. & Riyatno. 1989.


konsentrasi yang berbeda terhadap dua Metarhizium anisopliae (Metch)
jenis instar uret L. stigma yang berbeda, Sor: Taksonomi, Patologi, Produksi
maka pada konsentrasi paling rendah dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat
membutuhkan waktu yang lebih lama Perlindungan Tanaman Perkebunan,
untuk terjadinya mortalitas hingga 50%. Departemen Pertanian.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyebab- Harjaka, T. 2006. Isolasi Jamur
kan mortalitas L. stigma instar 2 tercapai Metarhizium anisopliae pada Hama
5,8 hari dengan kerapatan M. anisopliae Uret Perusak Akar Padi Gogo.
2,9 x 109 konidia/ml. Waktu tersebut lebih Prosiding Seminar Hasil Penelitian
pendek jika dibandingkan dengan waktu Pertanian. Fakultas Pertanian UGM
yang dibutuhkan L. stigma instar 3, untuk Hal : 200-205
mencapai mortalitas 50% yaitu 7,7 hari Harjaka, Arif W., F.X. Wagiman, dan
pada konsentrasi 8,2 x 108. Muhammad. 2011. Patogenesitas
Metarhizium anisopliae terhadap
KESIMPULAN larva uret Lepidiota stigma.
Prosiding Semnas Pesnab IV, W.
Kesimpulan yang dapat diambil dari Hidayat. Jakarta, 15 Oktober 2011.
penelitian ini yaitu semakin tinggi pem- Jurusan HPT FP UGM. Yogyakarta.
berian konsentrasi jamur M. anisopliae, Hidayanti, E. dan Fitri Y. 2013. Fluktuasi
maka patogenesitasnya semakin tinggi. Serangan Hama Uret Lepidiota
Persentase mortalitas L. stigma tertinggi stigma pada Tanaman Tebu
instar 2 sebesar 68,86 % pada perlakuan Triwulan II 2013 di Wilayah Kerja
konsentrasi M. anisopliae 1010 konidia/ml. BBPPTP Surabaya. Surabaya.
Persentase mortalitas L. stigma tertinggi Hsinchi, 1997. Probit Analysis. Computer
instar 3 sebesar 54,75 % pada perlakuan software programme. Copyright
konsentrasi M. anisopliae 1010 konidia/ml. 1997.
Nilai LC50 uji patogenesitas M. Hung, S. Y. and D. G. Boucias. 1996.
anisopliae terhadap L. stigma instar 2 Phenoloksidase Activity in Hemo-
sebesar 2,9 x 109 konidia/ml dan LT50 lymph of Naïve and Beauveria
mencapai 5,8 hari. Nilai LC50 uji bassiana-Infected Spodoptera
patogenesitas M. anisopliae terhadap L. exigua Larvae. Academic Press, Inc.
stigma instar 3 sebesar 8,2 x 108 Florida.
konidia/ml dan LT50 mencapai 7,7 hari. Marheni, Hasanuddin, Pinde, dan Wirda
S. 2010. Uji Patogenesis Jamur
DAFTAR PUSTAKA Metarhizium anisopliae dan Jamur
Cordyceps militaris Terhadap Larva
Baehaki, S.E. dan Noviyanti. 1993. Penggerek Pucuk Kelapa Sawit
Pengaruh Umur Biakan Metarhizium (Oryctes rhinoceros) (Coleoptera:
anisopliae strain lokal Sukamandi Scarabaeidae) di Laboratorium.
terhadap Perkembangan Wereng Fakultas Pertanian Universitas
Coklat. hlm.113−124. Sumatera Utara. Medan.
Direktorat Perlindungan Tanaman Horti- Minarti, R., Melanie, dan Budi I. 2008.
kultura. 2008. Pengenalan dan Patogenesitas Jamur Entomo-
Pengendalian Hama Tanaman patogen Metarhizium anisopliae
Sayur-an Prioritas. Direktorat Terhadap Crocidolomia pavonana
Perlindungan Tanaman Hortikultura. Fab. Dalam Kegiatan Studi
Jakarta Pengendalian Hama Terpadu

30
Jurnal HPT Volume 4 Nomor 1 Januari 2016

Tanaman Kubis dengan pada Larva Tritip (Plutella


Menggunakan Agensia Hayati. xylostella L.) (Lepidoptera:
Lembaga Penelitian Universitas Plutellidae) di Rumah Kaca. Jurnal
Padjajaran. Bandung. Online Agroekoteknologi, 2 (1):
Prayogo, Y. dan Suharsono. 2005. 2337-6597. Balai Penelitian Buah
Optimalisasi Pengendalian Hama Tropika. Tongkoh-Berastagi.
Pengisap Polong Kedelai (Riptortus Sudibyo, D., 1994. Petunjuk Praktis Cara
linearis) dengan Cendawan Menghitung Jumlah, Kerapatan dan
Entomopatogen Verticilium lecanii. Viabilitas Spora Jamur. Laboratorium
Jurnal Litbang Pertanian 24 (4). Utama Pengendalian Hayati, Dinas
Prayogo, Y., W. Tengkano dan Marwoto. Perkebunan Propinsi Jawa Timur.
2005. Prospek Cendawan Entomo- Zahro’in, E dan Yudi Y. 2013. Tingkat
patogen Metarhizium anisopliae Serangan Uret Tebu Lepidiota
untuk Mengendalikan Ulat Grayak stigma F. di Propinsi Jawa Timur
Spodoptera litura Pada Kedelai. pada Agustus 2013. Serangan Hama
Jurnal Litbang Pertanian, 24 (1). Uret. Ditjenbun.pertanian.go.id/bbppt
Simamora, L.O., Darma B., Syahrial O., surabaya/tinymcpuk. Diunduh pada
dan Fatiani M., 2013. Kajian tanggal 19 Februari 2015.
Epizootik Metarhizium anisopliae

31

You might also like