Pengaruh Kemasan Terhadap Aktivitas Anti Bakteri Suspensi Eritromisin Setelah Penyinaran Dengan Sinar Matahari Langsung

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 32-38, 2016 ISSN CETAK.

2443-115X
ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821

PENGARUH KEMASAN TERHADAP AKTIVITAS ANTI


BAKTERI SUSPENSI ERITROMISIN SETELAH PENYINARAN
DENGAN SINAR MATAHARI LANGSUNG

Submitted : 27 April 2016


Edited : 17 April 2016
Accepted : 25 April 2016

Nurul Hidayati

DIII Farmasi Stikes Muhammadiyah Klaten


Email : nurulhidayati1983@gmail.com

ABSTRACT
Erythromycin is a type of antibiotic medication. The drug is unstable when in the water
because it can undergo hydrolysis process. Fortunately, it can be prevented by making dry
syrup dosage form. In addition to hydrolysis, erythromycin can also have photolysis. For
preventing the reaction, it can be done by packing the medication in an opaque and tightly
closed container. This research was conducted to determine the effect of packaging on the
stability of erythromycin suspension that has been exposed to direct sunlight within a period.
The research was done by exposing erythromycin suspension, which was packed with three
kinds of color packaging namely brown, translucent, and opaque, for 30 minutes, 60 minutes,
90 minutes and 120 minutes, then continued by a microbiological test with a diffusion method to
determine the activity of erythromycin against Staphylococcus Aureus. The results of the
research showed the existence of diameter of barrier areas around the spots that were given a
test solution. It means that the test solution has antibiotic activity against bacteria. Preparations
packaged in brown color have higher inhibition when compared with the opaque and
translucent. It shows that the erythromycin suspension packaged in brown colors was more
efficient in stabilizing the preparation.

K eywords : Erythromycin, Staphylococcus Aureus ATCC 25923, hydrolysis, dry syrup,


suspension, photolysis, package, expose

PENDAHULUAN adanya modifikasi terhadap lingkungan obat


Penentuan stabilitas sediaan suatu itu sendiri, yaitu dengan mengubah-ubah
bahan pada tahap prefomulasi mutlak kondisi penyimpanan(1).
dilakukan untuk dapat menentukan bentuk Ketidakstabilan obat disebabkan
sediaan yang sesuai. Hal ini disebabkan karena proses kimia atau fisika kimia,
karena stabilitas fisika dan kimia bahan obat, sehingga mengakibatkan terjadinya
baik secara tersendiri maupun bersama-sama penurunan kadar obat. Secara kimia proses
dengan bahan tambahan dalam formulasi, kerusakan yang paling sering meliputi
merupakan kriteria yang paling penting hidrolisis, oksidasi dan fotolisis. Hidrolisis
untuk berhasilnya suatu produk obat. merupakan suatu proses solvolisis, di mana
Stabilitas obat dapat dipengaruhi oleh molekul (obat) berinteraksi dengan molekul-

32 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 32-38, 2016 NURUL HIDAYATI

molekul air menghasilkan produk pecahan yang dikemas dalam berbagai macam
dari konstitusi kimia yang berbeda(2). Cara kemasan dengan sinar matahari secara
yang paling mudah dan efektif untuk langsung dengan jangka waktu tertentu dan
menstabilkan obat dari hidrolisis adalah secara berkala. Kemasan yang digunakan
dengan membatasi keberadaan air di adalah kemasan beda warna yaitu bening,
lingkungan sediaan obat yang bersangkutan. coklat dan opak.
Fotolisis terjadi karena adanya proses Pengujian stabilitas suatu sediaan
absorbsi cahaya atau energi radiasi oleh dapat dilakukan secara fisika, kimia dan
suatu molekul secara berurutan. Suatu mikrobiologi. Pada penelitian ini pengujian
proses degradasi fotolisis dapat diturunkan stabilitas suspensi eritromisin dilakukan
dengan cara menyimpan sediaan dalam secara mikrobiologi, di mana pengujian
kemasan yang tidak tembus cahaya(1). secara mikrobiologi dapat dilakukan apabila
Eritromisin adalah salah satu anti pengujian secara fisika maupun kimia tidak
bakteri golongan makrolida yang tidak larut memungkinkan. Pengujian aktivitas anti
dalam air dan tidak stabil jika disimpan bakteria suspensi eritromisin dilakukan
dalam air (3). Eritomisin juga tidak stabil dengan metode difusi terhadap
apabila terkena paparan cahaya karena Staphylococcus aureus ATCC 25923. Hasil
eritromisin dapat menyerap cahaya pada dari pengujian aktivitas anti bakteri dengan
daerah ultraviolet(3), oleh karena itu metode difusi dinyatakan dalam di
eritromisin dibuat dalam bentuk sirup kering sekeliling sumuran media MHA yang telah
dan disimpan dalam kemasan yang sesuai diberi larutan uji.
sehingga terlindung dari cahaya. Kemasan
harus sesuai untuk menjaga kestabilan METODE PENELITIAN
preparat farmasi dalam jangka waktu lama Alat dan Bahan
dan harus aman serta efektif pada saat Bahan yang digunakan dalam
digunakan pasien(2). Pengujian kemampuan penelitian ini meliputi: eritromisin stearat,
kemasan mencegah fotolisis dapat laktosa, kalium dihidrogen fosfat 0,2 M,
dilaksanakan dengan pemaparan sinar natrium hidroksida 0,2 N, air suling bebas
matahari langsung, hal ini dikarenakan sinar CO2, CMC Na, nipagin, essence strawberi,
matahari langsung tersusun oleh sederet zat pewarna, larutan dapar fosfat no. 3,
sinar yang memiliki panjang gelombang metanol, Staphylococcus aureus ATCC
tertentu dengan kemampuan melewati suatu 25923, media Brain Heart Infusion (BHI),
objek di mana objek akan menyerap sinar Mueller Hinton Agar (MHA), Nutrient Agar
dengan panjang gelombang tertentu dan (NA).
membiarkan sinar yang tidak diserap tetap Alat yang digunakan dalam penelitian
lewat. ini meliputi: timbangan gram elektrik dan
Penelitian ini bertujuan untuk timbangan analitis, motir dan stampher,
mengetahui stabilitas eritromisin dilihat dari ayakan no. 16 dan no. 30, kemasan warna
pengaruh kemasan terhadap aktifitas anti coklat, bening dan opak, aluminium foil,
bakteri eritromisin sirup kering yang telah alat alat gelas, cawan Petri steril, jarum ose,
direkonstitusi dengan air suling dan telah boor prop, kapas lidi steril, inkas, oven
dilakukan pemaparan dengan sinar matahari pemanas, inkubator, mikropipet, jangka
secara langsung. sorong.
Pengujian stabilitas suspensi
eritromisin terhadap proses fotolisis
dilakukan dengan cara pemaparan sediaan

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 33


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 32-38, 2016 NURUL HIDAYATI

Prosedur Penelitian 2. Pengujian Aktivitas Anti Bakteri


1. Pembuatan Suspensi Eritromisin a. Pembuatan Suspensi Bakteri
Staphylococcus aureus ATCC 25923
Tabel 1. Formula Suspensi Eritromisin Koloni Staphylococcus aureus
ATCC 25923 diambil dari biakan
Komposisi Berat (gram)
murni sebanyak 1 ose kemudian
Eritromisin stearat 2,4 disuspensikan ke dalam media BHI
KH2PO4 0,409 cair dan di inkubasi pada suhu 37°C
NaOH 0,070 selama 24 jam. Biakan tersebut
Laktosa 18,75 diambil 200 µl dan dimasukkan ke
CMC Na 1,2 dalam BHI DS, kemudian diinkubasi
Nipagin 0,06 selama 3-5 jam, selanjutnya
diencerkan dengan air suling steril
Suspensi eritromisin dibuat
sampai didapat kekeruhan yang
sebanyak 3 sampel dengan bahan bahan
sama dengan standart Brown II.
pada Tabel 1. NaOH dilarutkan dengan
b. Penyiapan Larutan Uji
10 ml air suling yang sudah digunakan
Suspensi eritromisin yang
untuk melarutkan pewarna dan essence
belum mengalami proses penyinaran
dalam mortir. Kemudian di atas larutan
dilakukan proses penyiapan terlebih
ini ditaburkan CMC Na dan diaduk
dahulu. Masing-masing sediaan
sampai diperoleh suspensi. Dalam
dilakukan penyinaran selama 30
mortir lain, laktosa, nipagin dan
menit, 60 menit, 90 menit dan 120
KH2PO4 digerus dan dicampur sampai
menit. Tiap 30 menit, sediaan
homogen kemudian ditambahkan dalam
larutan uji dilakukan penyiapan
suspensi CMC Na di atas. Campuran
larutan uji dengan cara sejumlah
tersebut kemudian diaduk homogen
volume zat uji diukur seksama,
sampai diperoleh masa granul. Masa
dikocok dan bebas gelembung
granul tersebut kemudian diayak
udara, dilumatkan selama 4 ± 1
dengan menggunakan ayakan no. 16
menit dalam blender kaca kecepatan
hingga diperoleh masa granul dasar
tinggi dengan metanol P secukupnya
yang siap untuk di oven. Setelah di
hingga diperoleh larutan persediaan
oven, diperoleh granulat (1) lalu diuji
yang mengandung setara kurang
kandungan kadar airnya. Jika
lebih 1 mg Eritromisin per ml.
kandungan kadar air dalam granul
Larutan persediaan ini diencerkan
sudah memenuhi syarat, maka granulat
secara kuantitatif dengan larutan
(1) diayak dengan ayakan no. 30,
dapar fosfat no. 3 hingga diperoleh
kemudian diperoleh granulat (2).
larutan uji yang mempunyai kadar
Granulat (2) ditambahkan dengan
diperkirakan setara dengan aras
eritromisin stearat sehingga menjadi
dosis tengah larutan baku.
granulat (3) yang kemudian siap untuk
Selanjutnya larutan uji dilakukan uji
diisikan dalam kemasan. Setelah itu
aktivitas anti bakteri.
masing-masing sediaan direkonstitusi
c. Pengujian Aktivitas Anti Bakteri
dengan air suling ad 60 ml.
Pengujian aktivitas anti bakteri
dilakukan dengan menggunakan
metode difusi. Disiapkan 1 media
MHA yang sudah ditanam dengan

34 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 32-38, 2016 NURUL HIDAYATI

bakteri uji, dengan 1 sumuran diisi dalam kemasan warna coklat, bening
larutan baku dan 3 sumuran diisi dan opak baik yang belum maupun
dengan larutan uji, yaitu larutan yang telah dipapari oleh sinar matahari
dalam 3 macam kemasan (coklat, selama 30 menit, 60 menit, 90 menit
bening dan opak). Semua sumuran dan 120 menit diukur diameternya
diisi dengan larutan tersebut dengan dengan menggunakan jangka sorong.
konsentrasi 100 ppm sebanyak 20 Hasil pengukuran dengan jangka sorong
µl. Pengujian dilakukan sebanyak 4 dibuat dalam satuan mm kemudian
kali dengan 3 replikasi tiap dianalisa secara statistik varian 2 arah
pengujiannya. Pertama, larutan uji dengan taraf kepercayaan atau batas
tersebut diisikan setelah sediaan kepercayaan 95%.
dipapari dengan sinar matahari
selama 30 menit, kedua setelah 60 HASIL DAN PEMBAHASAN
menit, ketiga setelah 90 menit dan Hasil uji dari percobaan ini
keempat setelah 120 menit. Semua ditunjukkan dengan adanya diameter daerah
larutan uji setelah diuji harus hambatan pertumbuhan bakteri. Diameter
disimpan dalam ruangan yang daerah hambatan pertumbuhan bakteri
terlindung dari cahaya dan ditutup terlihat dengan adanya daerah jernih sebagai
dengan aluminium foil sampai tanda tidak tumbuhnya bakteri di sekeliling
digunakan untuk uji yang sumuran media MHA sebagai akibat dari
selanjutnya. Selain itu disiapkan lagi disuntikkannya larutan uji. Besar kecilnya
1 media MHA yang sudah ditanam hambatan pertumbuhan bakteri dapat
dengan bakteri uji kemudian dibuat ditunjukkan dengan besar kecilnya daerah
3 sumuran. Satu sumuran berisi jernih di sekeliling sumuran, semakin besar
larutan baku, 1 sumuran berisi aktivitas anti bakterinya maka semakin besar
larutan blangko (sediaan tanpa nya dan semakin kecil aktivitasnya semakin
eritromisin) dan 1 sumuran berisi kecil pula pertumbuhan bakteri tersebut.
larutan uji tanpa mendapatkan Hasil uji aktivitas anti bakteri suspensi
perlakuan penyinaran. Kemudian eritromisin terhadap Staphylococcus aureus
cawan-cawan tersebut diinkubasi ATCC 25923 dapat dilihat pada Tabel 2,
pada suhu 37 ˚C selama 24 jam. Tabel 3 dan Tabel 4.
Pengujian stabilitas sediaan suspensi
3. Metode Analisis Data eritromisin pada penelitian ini dilakukan
Hasil pengujian adanya aktivitas secara mikrobiologi dengan uji aktivitas anti
anti bakteri dari suspensi eritromisin bakteria dengan menggunakan metode
dapat diamati setelah cawan di inkubasi difusi. Volume larutan uji yang dimasukkan
selama 24 jam. Data yang diperoleh ke dalam sumuran masing-masing adalah 50
adalah Diameter Daerah Hambat µl dengan konsentrasi 100 ppm dan masa
(DDH) dari bakteri uji yang inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 ºC.
ditunjukkan dengan daerah jernih di Sesaat setelah suspensi kering
sekeliling sumuran yang tidak eritromisin dicampur dengan air suling
ditumbuhi oleh bakteri, merupakan sebagai cairan pembawa kemudian
tanda bahwa larutan yang disuntikkan dimasukkan ke sumuran media MHA untuk
mempunyai aktivitas anti bakteri. digunakan sebagai pembanding larutan uji
Daerah hambatan pertumbuhan dari yang telah dipapari oleh sinar matahari
masing-masing suspensi yang disimpan dengan jangka waktu tertentu dan secara

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 35


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 32-38, 2016 NURUL HIDAYATI

berkala yaitu 30 menit, 60 menit, 90 menit 120 menit, ini ditunjukkan dengan hasil F
dan 120 menit. Sediaan suspensi eritromisin hitung > F tabel.
dibuat dengan menggunakan larutan dapar Penentuan laju penurunan aktivitas
fosfat pH 7, oleh karena itu untuk dilakukan dengan membuat kurva lama
mengetahui apakah larutan dapar fosfat penyinaran vs rata-rata untuk masing-
tersebut memberikan hambatan terhadap masing kemasan seperti pada Gambar 2.
pertumbuhan bakteri maka larutan dapar Hasil perhitungan regresi linear didapatkan
tersebut juga diuji dengan perlakuan yang harga slope yang menyatakan laju
sama yaitu dimasukkan ke sumuran media penurunan aktivitas dari masing-masing
MHA. Selain larutan uji sebelum mengalami sediaan yang disimpan dalam kemasan
penyinaran dan larutan dapar, juga warna coklat, bening dan opak, dapat dilihat
digunakan larutan blangko yaitu larutan uji pada Tabel 4.
tanpa mengandung zat aktif eritromisin Hasil pengamatan pada tabel 4 tidak
sebagai kontrol negatif dan juga digunakan adanya daerah jernih di sekeliling sumuran
larutan baku sebagai kontrol positif yang larutan dapar menunjukkan bahwa larutan
juga digunakan untuk mengetahui bahwa dapar fosfat yang digunakan dalam suspensi
konsentrasi yang dibuat yaitu 100 ppm eritromisin tidak memberikan hambatan
adalah tepat sehingga dalam 1 cawan dapat terhadap pertumbuhan bakteri, begitu pula
digunakan untuk 4 sumuran sehingga tidak dengan larutan blangko sebagai kontrol
menimbulkan saling tumpang tindih maupun negatif yang tidak menunjukkan adanya
saling bersentuhan antara satu larutan uji hambatan pertumbuhan bakteri.
dengan yang lain sehingga memudahkan Diameter daerah hambat larutan baku
dalam pengukuran diameter. Beberapa dan larutan uji suspensi eritromisin tanpa
larutan tersebut digunakan sebagai penyinaran (lama penyinaran 0 menit)
pembanding dalam uji aktivitas anti bakteri kemudian dilakukan uji analisis statistika 1
untuk mengetahui apakah ada perbedaan arah dengan taraf kepercayaan 95 %
ukuran dengan larutan uji setelah diperoleh hasil bahwa F hitung (2,1586) < F
mengalami penyinaran dengan sinar tabel (9,55) ini berarti tidak ada beda yang
matahari langsung. bermakna antara larutan baku eritromisin
Dari hasil pengamatan, hasil uji stearat dengan sediaan suspensi eritromisin
aktivitas anti bakteri suspensi eritromisin stearat tanpa mendapatkan perlakuan
terhadap Staphylococcus aureus ATCC penyinaran.
25923 untuk masing-masing kemasan Larutan uji yang disimpan dalam
memberikan hasil yang berbeda dari kemasan warna coklat menunjukkan ukuran
masing-masing sediaan yang dikemas dalam yang lebih besar jika dibandingkan dengan
beberapa warna kemasan kemudian yang disimpan dalam kemasan opak dan
dibandingkan dengan dari larutan baku dan bening. Hal ini dimungkinkan karena sinar
larutan blangko yang diukur menggunakan matahari memancarkan sinar pada panjang
jangka sorong. gelombang 400 nm sampai 750 nm
Hasil analisa statistika dua arah untuk sedangkan kemasan bening hanya mampu
suspensi eritromisin terhadap Staphylocous menghambat cahaya pada panjang
aureus adalah terlihat adanya pengaruh yang gelombang < 325 nm, sedangkan kemasan
bermakna antara sediaan yang dikemas coklat mampu menghambat cahaya lebih
dalam kemasan warna coklat, bening dan banyak pada panjang gelombang < 450 nm.
opak setelah dipapari dengan sinar matahari Penurunan setelah sediaan
selama 30 menit, 60 menit, 90 menit dan mendapatkan perlakuan penyinaran dengan

36 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 32-38, 2016 NURUL HIDAYATI

sinar matahari tiap 30 menit menunjukkan produk obat eritromisin oleh kemasan
hasil yang tidak terlalu tinggi, ini plastik sehingga berpengaruh terhadap
dimungkinkan karena sinar matahari yang potensi eritromisin yang berkurang dalam
menyinari sediaan tidak selalu konstan dari menghambat pertumbuhan Staphylococcus
waktu ke waktu. aureus ATCC 25923.
Opak yang diperkirakan akan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
memberikan hasil yang lebih baik daripada sediaan suspensi eritromisin yang dikemas
kemasan warna coklat ternyata hasilnya dalam kemasan coklat lebih efektif dalam
lebih kecil, ini dimungkinkan karena menstabilkan suspensi eritromisin, selain
kemasan opak yang digunakan berupa dilihat dari besar kecilnya juga dilihat dari
plastik yang tidak terlalu tebal jadi sinar hasil perhitungan laju penurunan aktivitas
matahari yang diserap jauh lebih banyak dari masing-masing sediaan yang dikemas
dibandingkan dengan kemasan coklat. dalam kemasan warna coklat, bening dan
Ketebalan yang berbeda dari masing-masing opak. Sediaan yang dikemas dalam kemasan
kemasan yang digunakan juga berpengaruh warna coklat menunjukkan laju penurunan
dalam proses penghambatan sinar matahari, aktivitas yang lebih kecil bila dibandingkan
kemasan bening mempunyai ketebalan 2,75 dengan sediaan yang dikemas dalam
mm, kemasan coklat 3,25 mm sedangkan kemasan bening dan opak, ini berarti bahwa
kemasan opak 0,75 mm. Hal ini yang juga sediaan yang dikemas dalam warna coklat
memungkinkan kemasan opak mempunyai paling stabil dibandingkan dengan kemasan
di bawah kemasan coklat. Selain itu, bening dan opak.
dimungkinkan pula terjadinya penyerapan

Tabel 2. Diameter Daerah Hambatan Suspensi Eritromisin stearat (100 ppm) terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923

Diameter Larutan Uji (Warna kemasan)

Lama penyinaran
Bening (mm) Coklat (mm) Opak (mm)
(menit)

I II III X I II III X I II III x

0 24,40 24,80 24,55 24,58 24,40 24,80 24,55 24,58 24,40 24,80 24,55 24,58

30 23,10 22,55 22,50 22,72 24,25 24,05 24,10 24,13 24,00 23,85 23,70 23,85

60 22,10 22,00 22,15 22,08 23,70 23,45 23,20 23,45 23,65 23,10 23,40 23,38

90 21,90 21,80 21,60 21,77 23,00 22,90 22,50 22,80 22,60 22,35 22,15 22,37

120 21,50 21,05 21,10 21,22 22,10 21,80 21,75 21,88 21,85 21,60 21,55 21,67

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 37


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 32-38, 2016 NURUL HIDAYATI

30

Diameter hambat rata-rata (mm)


Bening
Coklat
Opak

0
0 30 60 90 120
Lama penyinaran (menit)

Gambar 2. Kurva hubungan antara lama penyinaran vs rata-rata masing-masing kemasan

Tabel 3. Diameter Daerah Hambatan eritromisin. Dari hasil yang diperoleh,


Larutan Baku, Blangko serta kemasan warna coklat lebih efektif dalam
Dapar terhadap Staphylococcus menstabilkan suspensi eritromisin terhadap
aureus ATCC 25923 reaksi fotolisis dibandingkan dengan
kemasan bening dan opak.
Larutan baku Larutan blangko Dapar
(mm) (mm) (mm)
24,80 0 0
DAFTAR PUSTAKA
1. Connors, K.A., Amidon, G.L., Stella,
24,95 0 0 V.J., 1992, Stabilitas Kimiawi Sediaan
24,90 0 0 Farmasi, Edisi II, diterjemahkan oleh
Didik Gunawan, Jilid 1, halaman 73,
Tabel 4. Hasil perhitungan regresi linear 79, 101-107, 308-313.
dari masing-masing kemasan 2. Ansel, Howard. C., 1989, Pengantar
Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, UI
Warna Persamaan Press, Jakarta; 59, 155-156, 160-162,
R
Kemasan (y = a + b x)
353-374.
y = 24,7264 -
Coklat
0,0228 x
- 0,991781795 3. Rahman, I.R., Kusumowati, I.T.D.,
Indrayudha P, Sukmawati A, 2011, Uji
y = 24,0098 -
Bening - 0,935736969 Stabilitas Fisik dan Daya Antibakteri
0,0256 x
y = 24,6330 - suspensi Eritromisin dengan
Opak - 0,994694519
0,0244 x Suspending Agent Pulvis Gummi
Arabici, Pharmacon, Pharmaceutical
SIMPULAN Journal of Indonesia, Vol.12, No.2; 44
Berdasarkan hasil penelitian dapat – 49.
disimpulkan bahwa kemasan mempunyai
pengaruh terhadap stabilitas suspensi

38 AKADEMI FARMASI SAMARINDA

You might also like