Professional Documents
Culture Documents
241 405 1 SM
241 405 1 SM
241 405 1 SM
ARTIKEL PENELITIAN
Korespondensi: Methods: We measured fasting blood glucose levels and blood glucose 2 hours
post oral glucose tolerance test (OGTT) in 18 pre-clinical students, first in adequate
Zita Arieselia, Departemen Farma-
kologi dan Terapi, Fakultas Kedok- sleep condition (7 hours or more) and then in sleep restricted condition (less than 7
teran Unika Atma Jaya. E-mail: hours for 2 nights). Data collected was then compared and analyzed using paired
zitaarieselia@yahoo.com
T test to assess whether 2 nights of sleep restriction caused changes in fasting
blood glucose levels and blood glucose levels 2 hours post-OGTT.
Results: Fasting blood glucose levels (p<0.001) and blood glucose levels 2 hours
post-OGTT (p<0.001) both increased significantly after 2 nights of sleep restriction.
Conclusion: A partial restriction of sleep for 2 nights caused an increase in fasting
blood glucose levels and 2 hours post-OGTT blood glucose levels.
Key Words: cortisol, glucose utilization, increase in blood glucose level, leptin,
sleep restriction, sympathetic nerve activity
ABSTRAK
Pendahuluan: Kurangnya jumlah jam tidur adalah suatu hal yang wajar bagi
masyarakat zaman sekarang dikarenakan mereka ingin memaksimalkan waktu
mereka untuk dapat melakukan semua aktivitasnya. Sementara itu tidur diperlukan
untuk mengembalikan proses biokimia atau fisiologis yang menurun ke keadaan
semula. Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa kekurangan
tidur kronis dapat meningkatkan risiko obesitas, penyakit kardiovaskular, dan
peningkatan kadar gula darah, yang dapat berlanjut menjadi diabetes mellitus
tipe 2.
Tujuan: Penelitian ini merupakan studi pendahuluan untuk mengetahui efek
berkurangnya jam tidur terhadap perubahan kadar gula darah.
Metode: Mengukur kadar gula darah puasa dan kadar gula darah 2 jam setelah
oral glucose tolerance test (OGTT) pada 18 mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya dalam keadaan cukup tidur (7 jam atau lebih) dan
kurang tidur (kurang dari 7 jam) selama 2 malam. Data dianalisis menggunakan
uji T berpasangan untuk melihat apakah kekurangan tidur selama 2 malam
menyebabkan perubahan pada kadar gula darah puasa dan kadar gula darah 2
jam setelah OGTT.
Hasil: Kadar gula darah puasa dan kadar gula darah 2 jam setelah OGTT
meningkat setelah kekurangan tidur (kurang dari 7 jam) selama 2 malam.
Kesimpulan: Kekurangan tidur parsial selama 2 malam menyebabkan peningkatan
kadar gula darah puasa dan kadar gula darah 2 jam setelah OGTT.
Kata Kunci: aktivitas sistem saraf simpatis, kadar gula darah, kortisol, kurang
tidur, leptin, utilisasi glukosa
Variabel Rerata
Jenis Kelamin
- Pria [n(%)] 7 (38,9 %)
- Wanita [n(%)] 11 (61,1 %)
Kadar gula darah puasa 71,22 ± 15,90 89,17 ± 15,20 17,95 0,001
glukosa standar dengan OGTT (gula darah 2 yaitu perubahan kadar kortisol dalam tubuh,
jam setelah OGTT) sebelum dan setelah inter- peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis,
vensi. Rerata kadar gula darah puasa sebelum penggunaan glukosa oleh otak yang menurun,
intervensi adalah 71,22 mg/dL dengan standar penurunan kadar hormon leptin, peningkatan
deviasi sebesar 15,90. Rerata kadar gula darah kadar non-esterified fatty acids (NEFA), penu-
puasa setelah intervensi adalah 89,17 mg/dL runan kadar thyroid stimulating hormone (TSH),
dengan standar deviasi sebesar 15,20. Rerata dan peningkatan kadar growth hormone (GH).
kadar gula darah 2 jam setelah OGTT sebelum
Pada keadaan normal, kadar kortisol di darah
intervensi adalah 104,83 mg/dL dengan standar
akan menurun menjelang malam hari, sehingga
deviasi sebesar 29,40. Rerata kadar gula darah
mencapai kadar terendah saat tidur.13 Namun
2 jam setelah OGTT setelah intervensi adalah
pada keadaan sleep deprived, kadar kortisol
139,94 mg/dL dengan standar deviasi sebesar
akan meningkat disebabkan karena terakti-
39,08. (Tabel 2)
vasinya aksis hypothalamus-pituitary-adrenal
Uji T berpasangan menunjukkan bahwa adanya (HPA).14-17 Pengaktifan aksis HPA berfungsi
peningkatan kadar gula darah puasa yang ber- untuk mempertahankan keadaan terjaga, yang
makna setelah intervensi dibandingkan dengan telah dibuktikan oleh adanya korelasi positif an-
sebelum intervensi (p<0,001) dengan selisih re- tara pelepasan kortisol dengan aktivitas tinggi
rata 17,95 mg/dL. Pada data kadar gula darah 2 di EEG. Namun menurut beberapa penelitian,
jam setelah OGTT, uji T berpasangan menunjuk- pengaktifan aksis HPA ini akan berkurang seiring
kan bahwa adanya peningkatan kadar gula darah dengan meningkatnya frekuensi kurang tidur,
yang bermakna setelah intervensi dibandingkan yang disebabkan oleh penurunan efektivitas
dengan sebelum intervensi (p<0,001) dengan aktivitas aksis HPA.14 Kortisol menginhibisi pe-
selisih rerata 35,11 mg/dL. (Tabel 2) nyerapan glukosa oleh otot, menginhibisi sintesis
dan sekresi insulin, dan meningkatkan produksi
glukosa oleh hepar.18,19 Pada penelitian yang
PEMBAHASAN
dilakukan oleh Dinneen et al., peningkatan kadar
Restriksi tidur parsial selama 2 malam menye- kortisol pada malam hari akan mengganggu akti-
babkan peningkatan kadar gula darah puasa vitas insulin, sehingga penyerapan glukosa oleh
dan 2 jam setelah OGTT melalui berbagai jalur, otot menurun. Penelitian ini juga membuktikan
bahwa produksi glukosa oleh hepar meningkat berperan dalam homeostasis kadar glukosa di
karena kortisol menganggu fungsi sel ß pan- darah, terutama pada pengaturan sensitivitas in-
kreas, serta meningkatkan kadar dan aktivitas sulin di jaringan perifer tubuh.17,23 Pada keadaan
enzim yang terlibat dalam proses pembentukan kurang tidur, terdapat penurunan kadar hormon
glukosa (glukoneogenesis) dan pemecahan leptin.17,20 Menurut penelitian Spiegel et al., pada
glikogen (glikogenolisis).19 keadaan kurang tidur penurunan kadar leptin
disebabkan oleh peningkatan aktivitas sistem
Pada keadaan kurang tidur, terdapat peningka-
saraf simpatis yang menginhibisi pengeluaran
tan aktivitas sistem saraf simpatis.20 Peningkatan
leptin.20 Berbagai penelitian membuktikan bahwa
aktivitas ini dapat menyebabkan peningkatan
penurunan kadar leptin atau reseptornya menye-
kadar gula darah melalui peningkatan glukoneo-
babkan peningkatan kadar gula darah hingga
genesis dan glikogenolisis.8,11,21 Aktivitas saraf
terjadi resistensi insulin.23 Mekanisme terjadinya
simpatis juga menginhibisi sekresi insulin oleh
resistensi insulin melibatkan hepar. Leptin ber-
sel ß pankreas dan menurunkan penyerapan
peran dalam transduksi sinyal insulin yang ab-
glukosa oleh hepar (net hepatic glucose uptake),
normal, meningkatkan ekpresi gen yang terlibat
sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula
dalam glukoneogenesis dan meningkatkan kadar
darah.6,15,16,22
glukagon yang berfungsi untuk mengubah gliko-
Menurut penelitian oleh Cumberbatch et al.,
gen menjadi glukosa. Menurut penelitian Morton
dalam keadaan kurang tidur, penggunaan glu-
dan Schwartz, leptin merangsang glukoneo-
kosa (glucose utilization) oleh otak akan menu-
genesis melalui jaras melanocortin-dependent.
run, sehingga terdapat peningkatan kadar gula
Penurunan kadar leptin juga mengakibatkan
darah.8,11,15 Hasil penelitian ini didukung oleh
terganggunya metabolisme glukosa di otak, se-
Spiegel et al. yang menggunakan teknologi
hingga terdapat penurunan penggunaan glukosa
Positron Emission Tomography (PET) untuk
oleh otak dan peningkatan kadar gula darah.23
membuktikan hal ini.6 Penurunan metabolisme
Selain itu, penelitian Haque et al. menemukan
glukosa di otak ini bisa disebabkan oleh adanya
bahwa leptin mempunyai efek sinergis dengan
penurunan kadar leptin pada keadaan kurang
insulin di perifer, sehingga terdapat peningkatan
tidur, yang akan dibahas lebih lanjut.23 Selain di
penyerapan glukosa oleh jaringan. Peningkatan
otak, penggunaan glukosa oleh bagian tubuh
penyerapan glukosa ini melibatkan peningkatan
lainnya juga berkurang (peripheral glucose utili-
aktivitas sistem saraf simpatis (ß adrenergik)
zation).16 Menurut penelitian Rizza et al., salah
yang mempersarafi jaringan tersebut oleh karena
satu penyebabnya adalah karena peningkatan
leptin, dan bukan disebabkan oleh peningkatan
kadar growth hormone yang menganggu pe-
sekresi insulin. Maka dari itu, penurunan kadar
rangsangan penggunaan glukosa oleh jaringan.24
leptin menyebabkan penurunan penyerapan
Leptin adalah suatu adipokin yang memberi glukosa, sehingga terdapat peningkatan kadar
sinyal satiety atau perasaan kenyang, yang gula darah.25
Non-esterified fatty acids (NEFA) adalah hasil nyebabkan peningkatan kadar gula darah pada
dari hidrolisis trigliserida. NEFA berperan dalam keadaan kurang tidur.13,15,16 Penelitian Rizza et
pengaturan produksi glukosa oleh hepar. Ke- al. membuktikan bahwa peningkatan kadar GH
adaan kurang tidur meningkatkan kadar trigliseri- yang terus-menerus menyebabkan peningkatan
da sehingga terdapat peningkatan kadar NEFA.17 kadar gula darah, disebabkan oleh terganggunya
NEFA menginhibisi fungsi insulin yang menekan fungsi insulin untuk menekan produksi glukosa
produksi glukosa oleh hepar sehingga pening- dan merangsang penggunaan glukosa. GH me-
katan kadar NEFA akan meningkatkan jumlah nyebabkan gangguan fungsi insulin di post-
dan laju produksi glukosa atau glukoneogenesis. receptor. Pada penelitian yang dilakukan pada
Selain itu, NEFA juga akan meningkatkan kadar tikus, GH menyebabkan penurunan transpor
prekursor glukoneogenik dan penyerapannya ke glukosa ke dalam sel tanpa adanya gangguan
dalam hepar sehingga mendukung peningkatan pengikatan insulin dengan reseptornya. Hasil ini
produksi glukosa oleh hepar.26 didukung oleh penelitian lain yang menemukan
Penelitian terbaru tentang efek dari kurang tidur bahwa GH mengganggu enzim yang terlibat
menemukan bahwa penurunan kadar hormon dalam metabolisme glukosa, dan bukan reseptor
thyroid stimulating hormone (TSH) dapat menye- insulin. Selain itu, GH juga secara tidak langsung
babkan peningkatan gula darah. Diduga menu- memengaruhi kerja insulin di post-receptor de-
runnya kadar TSH akan menyebabkan keadaan ngan meningkatkan kadar glukagon. Maka dari
hipotiroid sehingga menyebabkan menurunnya itu, kadar GH yang tinggi pada keadaan kurang
GH berfungsi untuk mempertahankan kadar beratkan peran tidur dalam regulasi kadar gula
glukosa darah saat tidur dengan cara menu- darah dan sensitivitas insulin dan mendukung
runkan penyerapan dan penggunaan glukosa hasil yang didapat pada penelitian-penelitian lain.
oleh otot dan menstimulasi produksi glukosa Salah satunya adalah penelitian oleh Schmid et
oleh hepar.13,15,16,18 Dalam keadaan normal, GH al. yang merestriksi tidur selama 2 malam pada
disekresi sekitar 1 jam setelah onset tidur. Akan 15 subjek dan menemukan bahwa pada kondisi
tetapi pada keadaan kurang tidur, GH disekresi kurang tidur terdapat peningkatan kadar gula
dalam 2 fase, yaitu sebelum dan saat tidur, se- darah.28 Hasil penelitian oleh Chaput et al. juga
hingga jaringan tubuh terpapar pada kadar GH mendukung hasil penelitian ini.12 Kadar gula
yang tinggi untuk durasi yang lebih panjang, me- darah puasa pada penelitian Chaput et al. me-
ningkat sebanyak 22,52 mg/dL setelah keadaan Insulin Resistance and Reduced Glucose Tole-
kurang tidur, dengan penelitian ini meningkat rance”. Penelitian tersebut menemukan bahwa
sebanyak 17,95 mg/dL.12 Kadar gula darah 2 jam pada kondisi kurang tidur, kadar gula darah
setelah OGTT pada penelitian Chaput et al. me- puasa tidak meningkat dan tidak berbeda ber-
ningkat sebanyak 37,84 mg/dL setelah keadaan makna dengan keadaan cukup tidur. Perbedaan
kurang tidur, dengan penelitian ini meningkat hasil ini mungkin disebabkan oleh perbedaan
sebanyak 35,11 mg/dL.12 metode penelitian dan alat pengukuran yang
digunakan oleh Nedeltcheva et al. Penelitian
Namun, penelitian ini berbeda dengan beberapa
yang dilakukan oleh Nedeltcheva et al. mengukur
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
kekurangan tidur selama 14 malam berturut-
karena pertama, penelitian ini menilai kekurang-
turut, sedangkan penelitian ini hanya selama 2
an tidur parsial (partial sleep deprivation) dalam
malam berturut-turut. Selain itu, Nedeltcheva et
jangka waktu pendek (beberapa malam), dan
al. memantau aktivitas subjek mereka, sehingga
bukan menilai keadaan kekurangan tidur parsial
hanya terbatas pada sedentary activities saja
dalam jangka waktu panjang ataupun keadaan
dan memonitor tidur subjek di dalam sebuah
tidak tidur sama sekali (total sleep restriction).16
sleep center. Penelitian ini tidak memantau
Selain itu, penelitian ini menggunakan OGTT
aktivitas responden dan menggunakan sistem
untuk menilai kadar gula darah 2 jam setelah
self-report dari subjek untuk mengukur jumlah
mengonsumsi glukosa. OGTT dapat menilai
jam tidur. Untuk pengukuran kadar gula darah,
efek kurang tidur pada metabolisme glukosa
Nedeltcheva et al. menggunakan OGTT dan in-
eksogen yang diberikan secara oral dan faktor
travena glucose challenge, sedangkan penelitian
pencernaan ikut terlibat, dibandingkan dengan
ini hanya menggunakan OGTT.29
intravenous glucose tolerance test (IVGTT) yang
dilakukan melalui intravena.16 Desain penelitian
ini memungkinkan penelitian untuk dilakukan
KESIMPULAN
dengan carryover atau order effects yang mini-
mal. Carryover atau order effects terjadi saat Kurangnya jumlah jam tidur selama 2 malam
suatu kondisi penelitian memengaruhi hasil dari menyebabkan meningkatnya kadar gula darah
kondisi penelitian lainnya. Dengan meminta pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran
subjek untuk mengikuti kebiasaan mereka untuk Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Hal
tidur cukup lalu mengurangi durasi tidur mereka, ini menunjukkan bahwa perubahan pada me-
carryover effects menjadi minimal.16 Hasil yang tabolisme glukosa sudah terjadi dengan res-
didapat dari penelitian ini tidak sama dengan triksi tidur yang parsial dan singkat. Pilot study
hasil yang didapat oleh penelitian Nedeltcheva ini membuktikan bahwa terjadinya gangguan
et al. dengan judul “Exposure to Recurrent Sleep pada metabolisme glukosa tidak hanya pada
Restriction in the Setting of High Caloric Intake kekurangan tidur parsial yang sering, tetapi pada
and Physical Inactivity Results in Increased keadaan kekurangan tidur selama 2 malam saja
sudah terlihat perubahan metabolisme glukosa the National Health Interview Survey. Sleep.
yang jelas dan bermakna. Hal ini menitikberatkan 2010;33(8):1037-42.
pentingnya peran jumlah jam tidur pada efektivi- 8. Gangwisch JE, Heymsfield SB, Boden-
tas metabolisme glukosa. Albala B, Buijs RM, Kreier F, Pickering TG,
et al . Sleep duration as a risk factor for
diabetes incidence in a large US sample.
DAFTAR PUSTAKA Sleep. 2007;30(12):1667-73.
1. Sherwood L. Human Physiology: From Cells 9. Mallon L, Broman JE, Hetta J. High incidence
to Systems. 7th ed. Canada: Brooks/Cole; of diabetes in men with sleep complaints
2010. or short sleep duration. Diabetes Care.
adults need? [Internet]. 2007 [cited 2012 Oct 10. Nilsson PM, Roost M, Engstrom G, Hedblad
30]; Available from: http://www.sleepfoun- B, Berglund G. Incidence of diabetes in
dation.org/article/white-papers/how-much- middle-aged men is related to sleep distur-
sleepdo-adults-need bances. Diabetes Care. 2004;27(10):2464-9.
3. National Sleep Foundation. How much 11. Cumberbatch CG, Younger NO, Ferguson
sleep do we really need? [Internet]. 2010 TS, McFarlane SR, Francis DK, Wilks RJ,
[cited 2012 Oct 30]; Available from: http:// et al. Reported hours of sleep, diabetes
www.sleepfoundation.org/article/how-sleep- prevalence and glucose control in Jamaican
works/how-muchsleep-do-we-really-need adults: analysis from the Jamaica lifestyle
4. Liu X, Uchiyama M, Kim K, Okawa M, Shi- survey 2007-2008. Int J Endocrinol. 2011;Ar-
bui K, Kudo Y, et al. Sleep loss and daytime ticle ID 716214:8 pages.
sleepiness in the general adult population of 12. Chaput JP, Despres JP, Bouchard C, Trem-
Japan. Psychiatry Res. 2000;93(1):1-11. blay A. Association of Sleep Duration with
5. McKnight-Eily LR, Liu Y, Wheaton AG, Type 2 Diabetes and Impaired Glucose Toler-
Croft JB, Perry GS, Okoro CA, et al. Un- ance. Diabetologia. 2007;50(11):2298-304.
healthy sleep-related behaviors-12 states, 13. Van Cauter E, Knutson KL, Leproult R, Spie-
2009. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. gel K. The impact of sleep deprivation on
2011;60(8):233-8. hormones and metabolism. [Internet]. 2005
6. Watanabe M, Kikuchi H, Tanaka K, Taka- [cited 2013 Nov 2]. Available from: http://
with weight gain and obesity at 1-year follow- 14. Balbo M, Leproult R, Van Cauter E. Impact of
up: a large-scale prospective study. Sleep. sleep and its disturbances on hypothalamo-
2010;33(2):161-7. pituitary-adrenal axis activity. Int J Endocri-
and cardiovascular disease: Results from 15. Knutson KL, Spiegel K, Penev P, Van Cauter
E. The metabolic consequences of sleep 23. Morton GJ, Schwartz MW. Leptin and the
deprivation. Sleep Med Rev. 2007;11(3):163- central nervous system control of glucose
78. metabolism. Physiol Rev. 2011;91(2):389-
411.
16. Spiegel K, Knutson KL, Leproult R, Tasali E,
Van Cauter E. Sleep loss: a novel risk factor 24. Rizza RA, Mandarino LJ, Gerich JE. Effects
for insulin resistance and type 2 diabetes. of growth hormone on insulin action in man:
Japplphysiol. 2005;99(5):2008-19. mechanisms of insulin resistance, impaired
suppression of glucose production, and
17. Reynolds AC, Dorrian J, Liu PY, Van Dongen
impaired stimulation of glucose utilization.
HPA, Wittert GA, Harmer LJ, et al. Impact
Diabetes. 1982;31(8):663-9.
of five nights of sleep restriction on glucose
metabolism, leptin and testosterone in young 25. Haque MS, Minokoshi Y, Hamai M, Iwai M,
adult men. PLoS One. 2012;7(7):110. Horiuchi M, Shimazu T. Role of the sympa-
thetic nervous system and insulin in enhanc-
18. Van Cauter E, Polonsky KS, Scheen AJ.
ing glucose uptake in peripheral tissues after
Roles of circadian rhythmicity and sleep
intrahypothalamic injection of leptin in rats.
in human glucose regulation. Endocr Rev.
Diabetes. 1999;48(9):1706-12.
1997;18(5):716–38
26. McGuinness OP, Ejiofor J, Audoly LP,
19. Dinneen S, Alzaid A, Miles J, Rizza R. Meta-
Schrom N. Regulation of glucose production
bolic effects of the nocturnal rise in cortisol on
by NEFA and gluconeogenic precursors dur-
carbohydrate metabolism in normal humans.
ing chronic glucagon infusion. Am J Physiol.
J Clin Invest. 1993;92:2283-90.
1998;275(3):432-9.
20. Spiegel K, Tasali E, Penev P, Van Cauter
27. Aronoff SL, Berkowitz K, Shreiner B, Want
E. Brief communication: sleep curtailment
L. Glucose metabolism and regulation: be-
in healthy young men is associated with
yond insulin and glucagon. Diabetes Spectr.
decreased leptin levels, elevated ghrelin
2004;17(3):183-90.
levels, and increased hunger and appetite.
Ann Intern Med. 2004;141(11):846-50. 28. Schmid SM, Hallschmid M, Jauch-Chara K,
Wilms B, Lehnert H, Born J, et al. Disturbed
21. Donga E, van Dijk M, van Dijk JG, Biermasz
glucoregulatory response to food intake
NR, Lammers GJ, van Kralingen K, et al.
after moderate sleep restriction. Sleep.
A single night of partial sleep deprivation
2011;34(3):371-7.
induces insulin resistance in multiple meta-
bolic pathways in healthy subjects. J Clin 29. Nedeltcheva AV, Kessler L, Imperial J, Penev
Endocrinol Metab. 2010;95(6):2963-8. PD. Exposure to recurrent sleep restric-
tion in the setting of high caloric intake and
22. Moore MC, Coate KC, Winnick JJ, An Z,
physical inactivity results in increased insulin
Cherrington AD. Regulation of hepatic glu-
resistance and reduced glucose tolerance. J
cose uptake and storage in vivo. Adv Nutr.
2012;3:286-94. Clin Endocrinol Metab. 2009;94(9):3242-50.