Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 13

PRODUK SAMPING KULIT KOPI ARABIKA DAN ROBUSTA SEBAGAI SUMBER

POLIFENOL UNTUK ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI


By-product of Arabica and Robusta Coffee Husk as Polyphenol Source
For Antioxidant and Antibacterial

Enny Sholichah1*, Rizky Apriani2*, Dewi Desnilasari1, Mirwan A. Karim1, dan Harvelly2
1
Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2
Jurusan Tekologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan
e-mail: enny.sh002@gmail.com

Abstract: Coffee husks are coffee processing by-product that can be processed to be a healthy
beverage because it contains polyphenols, the bioactive compound which act as antioxidants and
antibacterial. Its extraction method affected the content of active compounds in cascara. This
research studied about the effect of cascara extraction process in 3 temperature levels (75 ºC , 85
ºC, and 95
ºC) and 3 concentration levels (1:100, 2:100, and 3:100) for Arabica and Robusta coffe towards the
bioactive content of polyphenols, antioxidant activity, and antibacterial activity. The results showed
that cascara Arabica extract contained the highest polyphenol content (2.381%) at 85 ºC and
antioxidant activity (33.5%) at 75 ºC each at a ratio of 2:100. The best cascara Robusta extraction
based on the content of polyphenols (8.089%) is at 85 ºC with a ratio of 2:100, while based on the
antioxidant activity (57.5%) is at a temperature of 75 ºC and a ratio of 2:100 and 3:100. Cascara
Arabica antibacterial activity is greater than Robusta. Cascara Arabica at a temperature of 75-95 ºC
in 3 concentrations did not experience a significant change in antibacterial activity in the range of
91.02-97.6%. The highest cascara Robusta antibacterial activity occurred at 95 ºC in concentration of
3:100 was 97.16 %.
Keywords: antioxidant, antibacterial, by-product of coffee, polyphenol
Abstrak: Kulit kopi sebagai produk samping pengolahan kopi dapat dimanfaatkan menjadi produk minuman
kesehatan karena mengandung polifenol yang merupakan senyawa bioaktif untuk antioksidan dan
antibakteri. Kondisi proses ekstraksi menentukan kandungan bahan aktif dalam
minuman cascara. Penelitian ini mempelajari tentang pengaruh proses ekstraksi cascara dengan 3
variabel suhu (75 ºC, 85 ºC, dan 95 ºC) dan konsentrasi (1:100, 2:100, dan 3:100) untuk 2 jenis kopi
yaitu arabika dan robusta terhadap kandungan bioaktif senyawa polifenol, aktivitas antioksidan, dan
aktivitas antibakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi cascara arabika menghasilkan
kandungan polifenol terbaik (2,381%) pada suhu 85 ºC dan aktivitas antioksidan (33,5%) pada suhu
75 ºC, masing-masing pada perbandingan 2:100. Ekstraksi cascara robusta terbaik pada suhu 85 ºC
dan perbandingan 2:100, dimana kandungan polifenol (8,089 %) sedangkan aktivitas antioksidan (
57,5%) pada suhu 75 ºC serta perbandingan 2:100 dan 3:100. Aktivitas antibakteri cascara arabika
lebih besar dari robusta. Cascara arabika pada suhu 75-95 ºC dengan 3 konsentrasi tidak mengalami
perubahan aktivitas antibakteri secara signifikan yaitu pada kisaran 91,02-97,6%. Aktfitas antibakteri
cascara robusta tertinggi pada suhu ekstraksi 95 ºC konsentrasi 3:100 yaitu 97,16%.
Kata kunci: antioksidan, antibakteri, by-product kopi, polifenol

PENDAHULUAN Perkebunan, 2017). Kondisi geografis,


Negara berkembang termasuk perbedaan sifat tanah, mikrolimat serta pola
Indonesia adalah pengekspor kopi terbesar bercocok tanam petani kopi mempengaruhi
di dunia (Valduga et al., 2018). Produksi produktifitas kopi yang dihasilkan (Kurniawan,
kopi di Indonesia didominasi oleh 2017) serta komposisi komponen kimia yang
perkebunan rakyat yang mencapai 636,7 terkandung dalam ceri kopi (Bonilla-
ribu ton pada tahun 2017 dan telah diekspor Hermosa et al., 2014).
ke lima benua (BPS, 2017). Jenis kopi yang Kulit kopi diperoleh dari pengolahan
ada di Indonesia adalah Arabika dan buah kopi atau ceri kopi yang melalui
Robusta dengan total produksi pada tahapan pulping baik proses basah yaitu ceri
tahun 2017 berturut-turut kopi, pencucian, pulping (Widyotomo, 2013)
adalah 173.765 ton dan 463.775 ton (Dirjen
Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil 57
Perkebunan
ataupun proses kering yaitu pencucian, ditambahkan dengan jumlah cascara yang
penjemuran, dan pulping (Aisyah, 2018). digunakan. Suhu ekstraksi merupakan salah
Proses pulping menghasilkan produk satu faktor yang berpengaruh terhadap
samping kulit kopi (coffee husk) berkisar kandungan komponen bahan aktif dalam
45% (Esquivel suatu matriks sehingga perlu dibatasi pada
& Jiménez, 2012), atau dalam setiap ton suhu 80-90 °C agar tidak terjadi kerusakan
buah basah ceri kopi akan dihasilkan 200 kg senyawa polifenol (Kristiandi, 2018). Faktor
kulit kopi kering (Widyotomo, 2013). Kulit lain yang mempengaruhi kandungan
kopi merupakan bahan yang dapat senyawa fenolik dalam cascara adalah
dimanfaatkan sebagai bahan penghasil bahan baku yaitu ceri kopi, dimana
kafein, polifenol, dan bioetanol (Bonilla- perbedaan daerah, varietas, dan metode
Hermosa et al., 2014) serta antioksidan dan proses pengolahan ceri kopi menghasilkan
antimikroba (Jiménez- Zamora et al., perbedaan kandungan senyawa fenolik dan
2015). Senyawa fenolik yang terdapat kafein. (Heeger, et al., 2017) melaporkan
dalam pulp kopi yaitu asam klorogenat bahwa ceri kopi dari negara Kongo memiliki
(asam 5-caffeoylquinic acid 4,2%), kandungan polifenol, aktivitas antioksidan,
epikatekin (21,6%), 3,4 dicaffeoylquinic acid dan kafein yang tertinggi dibandingkan dari
(5,7%), 3,5 dicaffeoylquinic acid (19,3%), 4,5 Honduras dan Salvador.
dicaffeoylquinic acid (4,4%), katekin (2,2%), Maserasi kulit kopi arabika dan
ptorocatechuic acid (1,6%), dan ferulic acid robusta menggunakan pelarut yaitu
(1,0%) (Ramirez‐Martinez, 1988). Ramirez- campuran etanol-aquades (1:1) dan
Coronel et al., (2004) melaporkan ada penambahan asam sitrat 5% dengan variasi
empat kelompok utama polifenol dalam kopi waktu 15 dan
Arabika, yaitu flavan-3-ols, hydroxycinnamic 30 menit (Ariadi & Windrati, 2015). Etanol
acid, flavanols, dan anthicyanidins. Kulit merupakan pelarut organik yang tidak
kopi Robusta terdapat polifenol, antosianin, diperkenankan untuk dikonsumsi secara
vitamin C, betakaroten, gula reduksi, dan langsung. Oleh karena itu, studi tentang
antioksidan (Ariadi & Windrati, 2015). kondisi ekstraksi cascara dengan pelarut
Ekstrak daging buah ceri kopi Robusta air sangat dibutuhkan untuk menghasilkan
memiliki aktivitas penghambatan produk cascara yang dapat dikonsumsi
pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli secara langsung. Penelitian ini mempelajari
(Harahap, 2018). kondisi ekstraksi meliputi suhu dan waktu
Besarnya jumlah kulit kopi yang ekstraksi serta pengaruhnya terhadap
dihasilkan dari proses pengolahan kopi kandungan polifenol, aktivitas antioksidan,
serta potensi manfaat dari kulit kopi dan antimikroba dari cascara yang dibuat
menjadi peluang pengembangan produk- dari kopi arabika dan robusta.
produk turunan dari kulit kopi salah satunya
adalah minuman cascara. Cascara adalah METODOLOGI
minuman teh ceri kopi yang dibuat dari kulit Bahan utama dalam penelitian ini
ceri kopi yang bersifat menyegarkan dan meliputi ceri kopi varietas arabika yang
menstimulasi karena kandungan kafein diperoleh dari petani kopi desa Bokanegara,
dan komponen lain yang mirip dengan biji
kecamatan Cisalak, Subang, Jawa Barat dan
kopi (Heeger et al., 2017). Cascara yang ceri varietas robusta yang diperoleh dari
dihasilkan dari ceri kopi arabika dapat petani kopi di Kabupaten Sumba Barat Daya,
mencapai 40% (Aisyah, 2018). Nusa Tenggara Timur. Bahan kimia yang
Kandungan senyawa fenolat dalam digunakan adalah etanol, pereaksi folin
ekstrak kopi hijau sangat dipengaruhi oleh ciocalteau
kondisi penyeduhan (Purwakhdyana et al., 10%, natrium karbonat, etanol, asam galat,
2018), demikian juga dalam proses ekstraksi 1,1-diphenyl-method 2-pikrilhidrazil (DPPH)
atau penyeduhan cascara. Proses ekstraksi (Sigma aldrich), Quersetin Natrium Borth,
cascara meliputi suhu, waktu ekstrasi BPW (Buffered Pepton Water), PCA (Plate
serta perbandingan antara volume air yang
Count Agar), dan akuades.
Peralatan proses yang digunakan adalah (1:100), (2:100), dan (3:100). Setiap
adalah pulper kopi sistem manual, perlakuan dilakukan dengan cara menyeduh
cabinet dryer, blender, neraca analitik, 0,1 g kulit kopi kering dalam air sesuai
oven Memmert, spektrofotometer UV-Vis dengan kondisi penyeduhan (suhu dan
Shimadzu 1900, Laminar Air Flow (LAF), volume air) menggunakan alat magnetic
autoclave- Hirayama, vortex mixer, stirrer dengan putaran 190 rpm selama 15
magnetic menit.
stirrer, termometer, jarum ose, bunsen, dan
inkubator. Analisis kandungan polifenol

Penyiapan bahan Pengukuran kandungan polifenol


mengacu pada metode analisis polifenol
Ceri kopi arabika dan robusta dalam SNI 3945:2016 (BSN, 2016). Standar
disortasi untuk memisahkan ceri kopi yang yang digunakan adalah asam galat dengan
cacat dan konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm.
over ripe, selanjutnya dicuci dan dikupas Tahap pengukuran polifenol yaitu 1 ml
dengan alat pulper manual. Kulit ceri kopi larutan standar ditambah 5,0 ml pereaksi
dikeringkan menggunakan cabinet dryer Fenol Folin-ciocalteu 10% dan didiamkan
pada suhu 45 oC. Tahap selanjutnya adalah selama
pengecilan ukuran dengan blender dan 3-8 menit, selanjutnya ditambahkan 4,0 ml
2 3
pengemasan dalam plastik PP 0,6 mm. larutan Na CO 7,5% ditutup dan dikocok,
lalu didiamkan selama 50 menit pada suhu
Ekstraksi ruang. Akuades digunakan sebagai larutan
blanko. Larutan sampel diberikan perlakuan
Proses ekstraksi kulit kopi kering
sebagaimana larutan standar. Tahap
dilakukan dengan 2 faktor yaitu suhu dan
berikut- nya adalah pengukuran absorbansi
konsentrasi perbandingan kulit kopi dengan
larutan blanko, standar, dan sampel
air (w/v). Tiga level variasi yang digunakan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis
yaitu 75 oC, 85 oC, dan 95 oC. Adapun
shimadzu 1900 pada
perbandingan kulit kopi dengan air (w/v)
panjang gelombang 765 nm. Perhitungan
kadar polifenol berdasarkan persamaan 1.

( )
( ) ...................1

Keterangan : Sebanyak 25 mg ekstrak dilarutkan dengan


Dsampel = absorbansi larutan sampel metanol dalam labu ukur 25 ml sebagai
Dintersep = absorbansi yang diperoleh untuk larutan induk 1000 ppm. Standar quercetin
konsentrasi larutan blanko dibuat dalam beberapa konsentrasi yaitu 0;
Sstd = slove kurva kalibrasi 5; 10; 15; 20; dan 30 ppm. Sampel dibuat
msampel = massa sampel, dinyatakan dalam dengan mengencerkan setiap ekstrak yang
gram diperoleh untuk setiap perlakuan dalam
Vsampel = volume larutan ekstraksi sampel, konsentrasi 50 ppm. Masing-masing standar
dinyatakan dalam mililiter
dan sampel ditambah 5 ml larutan DPPH 0,5
D = faktor pengenceran
mM. Larutan blanko adalah larutan DPPH 0,5
WDM sampel = bobot sampel atas dasar bahan
mM. Absorbansi DPPH dalam blanko diukur
kering, dinyatakan dalam % (fraksi
dengan spektrofometer UV-Vis pada panjang
masa)
gelombang 516 nm, dengan selang waktu 5
metode DPPH (Dhianawaty & Ruslin, 2015).
Analisis aktivitas antioksidan
Aktivitas antioksidan ekstrak kulit
kopi dilakukan dengan menggunakan
menit mulai dari 0 menit sampai 30 menit.
Absorbansi DPPH dalam setiap larutan
diukur. Kemudian antioksidan diukur pada
menit ke-30. Aktivitas antioksidan dihitung
berdasarkan persamaan 2.
“Total Plate Count”, begitu juga larutan
..........2 suspensi E.coli tanpa ekstrak. Persentase
penurunan jumlah bakteri dihitung dengan
menghitung selisih suspensi uji dengan suspensi
E.coli, dibagi dengan jumlah
Keterangan :
Akontrol = Absorbansi blanko (tidak mengan-
suspensi E.coli dan dikalikan dengan 100%.
dung sampel)
Asampel = Absorbansi sampel.
Analisis statistik
Analisis Aktivitas Antibakteri Penelitian ini dilakukan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
Aktivitas antimikroba dilakukan
2 faktor dan 3 taraf. Faktor penelitian
berdasarkan metode Dilusi yang
meliputi suhu ekstraksi dengan 3 taraf
dilakukan oleh (Kokoska, et al., 2002)
yaitu 75 oC, 85 oC, dan 95 oC, sedangkan
dengan modifikasi. Suspensi E.coli yang
konsentrasi digunakan 3 taraf yaitu 1:100;
mengandung bakteri berkisar 105–106 CFU/
2:100; dan 3:100. Pola rancangan penelitian
ml diujikan ke ekstrak cascara. Larutan uji
adalah 3x3 dengan 3 kali pengulangan.
dibuat dengan menambahkan 5% ekstrak
Data yang diperoleh untuk setiap parameter
cascara dengan 95% suspensi E.coli.
pengujian dianalisis signifikansinya dengan
Kemudian larutan tersebut diinkubasi
analisis sidik ragam (ANOVA) dengan
selama
selang kepercayaan 95% dan uji lanjut
30 menit. Setelah itu, larutan uji dihitung
menggunakan metode Duncan.
jumlah bakterinya menggunakan metode

Gambar 1. Kadar polifenol dalam ekstrak cascara kopi Robusta dan Arabika

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan polifenol dalam ekstrak


Kandungan polifenol cascara sangat dipengaruhi oleh teknik
atau metode ekstraksi (Rasouli et al.,
Polifenol termasuk metabolit sekunder
2017). Ekstraksi kulit ceri kopi dilakukan
dari tanaman. Polifenol memiliki jenis
menggunakan air panas untuk memperoleh
senyawa yang sangat beragam serta
kadar polifenol yang optimal. Kadar polifenol
merupakan senyawa bioaktif yang memiliki
dalam ekstrak cascara dinyatakan dalam mg
banyak manfaat bagi kesehatan manusia
asam galat ekivalen per gram sampel. Suhu
dan tidak toksik (Rasouli et al., 2017). Kopi
ekstraksi berpengaruh signifikan terhadap
sebagai sumber utama kafein mengandung
kadar polifenol untuk cascara robusta dan
banyak komponen senyawa kimia lainnya
arabika, dimana pada suhu 85 oC diperoleh
yaitu golongan karbohidrat, lipid, senyawa
kandungan polifenol paling tinggi.
nitrogen, vitamin, mineral, alkaloid, dan
Konsentrasi
senyawa fenolik (Valduga et al., 2018).
2:100 menghasilkan ekstrak dengan
kandungan polifenol signifikan dibandingkan
konsentrasi kedua konsentrasi lainnya. Kadar polifenol menjadi salah satu
Senyawa polifenol merupakan senyawa parameter mutu produk minuman berbahan
organik yang memiliki sifat semipolar dimana baku teh yaitu teh hitam celup min. 9%
memiliki tingkat kelarutan yang baik dalam (BSN,
pelarut semipolar seperti etanol, metanol, 2014) dan teh hijau min. 15% (b/b) (BSN,
asetonitril, aseton, dan n-butanol (Marcelinda 2016). Kandungan polifenol dalam ekstrak
et al., 2016; Tsao, 2010). Ekstraksi cascara ± 1% lebih rendah dari teh hitam
dengan air membutuhkan peningkatan suhu celup. Secara umum senyawa polifenol
untuk mengekstrak atau melarutkan senyawa dikelompokkan dalam 2 kelompok besar
polifenol, sehingga pada suhu 85 oC dan 95 yaitu flavonoid dan non flavonoid atau asam
o
C menghasilkan ekstrak dengan kandungan fenolat (Tsao, 2010). Senyawa polifenol
polifenol lebih tinggi dibandingkan dengan dalam kulit ceri kopi ada 4 golongan
suhu 75 oC. Peningkatan suhu penyeduhan besar yaitu
dimungkinkan mampu menghidrolisis flavan-3-ols, asam hidrosinamat, flavonol
glikosida yang terikat dalam senyawa dan antosianin. Pengupasan kulit ceri kopi
polifenol. Senyawa polifenol umumnya yang masih merah menggunakan proses
dalam bentuk glikosida sebagaimana hasil basah menghasilkan sianidin-3-rutinosida,
penelitian Al-youssef (2017) menyatakan sianidin-3-glukosida, dan aglikonnya sebagai
bahwa hasil skrining fitokimia dalam kulit kopi antosianin utama (Esquivel & Jiménez,
yang diekstraksi dengan etanol mengandung 2012). Dengan demikian, kulit ceri kopi
senyawa alkaloid, glikosida/karbohidrat, yang diproses menjadi cascara merupakan
flavonoid, saponin, triterenes/sterol, tannin, sumber polifenol yang dapat bermanfaat
and senyawa untuk produk pangan maupun farmasi.
volatil.
Kandungan polifenol dalam cascara Aktivitas antioksidan
robusta lebih tinggi dari arabika pada setiap
Bahan antioksidan adalah bahan atau
kondisi proses penyeduhan, sebagaimana
senyawa yang memiliki kemampuan untuk
hasil penelitian Ariadi (2013) melaporkan
menghambat, menunda atau mencegah
bahwa kandungan polifenol pada cascara
proses oksidasi bahan lain yang mudah
robusta yang dimaserasi menggunakan
teroksidasi (Santoso, 2016). Pengujian
pelarut air:etanol selama 15 menit lebih
aktivitas antioksidan menggunakan metode
tinggi dibandingkan dengan cascara arabika.
DPPH (1,1-diphenyl-2-pikrilhidraz), dimana
Ekstraksi cascara pada suhu 85 oC dan
aktivitas antioksidan didasarkan pada daya
konsentrasi 2:100 menghasilkan ekstrak
tangkap senyawa terhadap radikal bebas.
dengan kandungan polifenol tertinggi untuk
DPPH sebagai sumber radikal bebas
kedua jenis cascara. Cascara robusta
merupakan senyawa radikal yang stabil
sebesar 2,65-8,09 mg GAE/g dan arabika
pada suhu ruang, mengalami perubahan
0,76–2,38 mg GAE/g. Kadar polifenol
warna apabila bereaksi dengan senyawa
yang diperoleh pada cascara robusta dari
antioksidan sehingga banyak digunakan
kabupaten Sumba Barat Daya lebih besar
sebagai metode pengujian aktivitas
dari hasil penelitian Bonilla-Hermosa et al.,
antiokasidan. Struktur kimia DPPH dapat
(2014) dimana mereka mengekstrak pulp
terlihat pada gambar 2.
ceri kopi dari daerah Minas Gerais-Brazil
menggunakan air panas menghasilkan
ekstrak dengan kandungan polifenol 2.62
(g/100). Heeger et al., (2017)melaporkan
bahwa kandungan total polifenol tertinggi
dalam kopi berasal dari Kongo sebesar 9,17
mg GAE/g DM dibandingkan dari daerah
Salvador dan Honduras.
arabika adalah 22,5-33,5%. Aktivitas
N N
antioksidan cascara arabika lebih rendah
HN N dibandingkan dalam pulp berdasarkan hasil
O2 N NO2 O2N NO2
penelitian Ariadi & Windrati (2015) yang
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan
NO2 NO2 pulp kopi arabika sebesar 51%. Hal ini
A B dapat disebabkan proses pengeringan
dengan suhu 50 oC pada pembuatan
Gambar 2. Struktur Kimia DPPH (a) non
cascara telah merusak sebagian bahan aktif
radikal, (b) radikal (Molyneux, 2004)
sehingga aktivitas antioksidannya menurun.
Gambar 3 menunjukkan bahwa Penurunan aktivitas antioksidan terjadi
ekstrak cascara robusta memiliki aktivitas
secara signifikan pada cascara robusta dan
antioksidan lebih besar dibandingkan
arabika yang diseduh pada suhu 85 oC dan
dengan arabika pada setiap kondisi
95 oC. Konsentrasi 2:100 pada setiap suhu
penyeduhan. Aktivitas antioksidan cascara
ekstraksi signifikan menghasilkan ekstrak
robusta sebesar 39-57%, sedangkan
dengan aktivitas antioksidan lebih tinggi.

Gambar 3. Aktivitas antioksidan ekstrak cascara kopi Robusta dan Arabika

Senyawa polifenol berfungsi sebagai dihidroksi pada cincin A dan C-3 dari cincin
antioksidan melalui mekanisme antioksidan C (Cartalade et al., 2003). Strukturnya
primer, yaitu memutus rantai proses dapat terlihat di gambar 4. Heeger et al.,
oksidasi (2017) melaporkan dua senyawa fenolik
(Santoso, 2016). Gugus hidroksil (-OH) yang dominan dalam cascara adalah asam
pada flavonoid khususnya pada cincin B protokatekuit dan asam klorogenat sebesar
posisi 2; 3; dan 4 merupakan gugus aktif 85,0 dan 69,6 mg/L. Senyawa-senyawa
untuk menangkap radikal bebas. Senyawa tersebut memiliki kestabilan pada suhu 85
polifenol dalam cascara menurut beberapa o
C sehingga aktivitas antioksidannya relatif
penelitian yang telah dilakukan adalah masih besar.
flavan-3-ols, asam klorogenat, flavonol dan
antocyanidin. Flavan-3-ols atau dikenal
dengan katekin memiliki stuktur dasar 2-
fenil benzopiran. Flavan-3-ols yang
tersubstitusi oleh 2 gugus hidroksil pada
cincin A di posisi meta dikenal dengan
epikatekin dan epikatekin galat.
Epigalokatekin dan epigalokatekin galat
adalah katekin yang memiliki 3 gugus
hidroksil yaitu 5,7-meta-
Katekin

Gambar 4. Struktur senyawa golongan katekin


Aktivitas Antibakteri kopi mengandung senyawa asam quinat,
Aktivitas antibakteri dilakukan dengan asam malat, asam klorogenik, tanin, asam
metode dilusi menggunakan bakteri E.coli. hidroksinamik (termasuk grup hidroksil pada
Bakteri E.coli merupakan bakteri gram asam klorogenik), dan lebih banyak kafein
negatif yang memiliki aktivitas antibakteri (Duangjai
yang hidup secara alami di lingkungan (flora et al., 2016). Penelitian Ramirez-Coronel et
normal) sekitar manusia serta digunakan al., (2004), Al-youssef (2017) dan Ariadi
sebagai salah satu indikator sanitasi. (2013) menyebutkan bahwa di dalam buah
Efek infeksi bakteri E.coli pada manusia kopi memiliki senyawa fenolik berupa
menyebabkan gangguan pencernaan flavanols, hydroxycinnamic acid, dan tannin
seperti diare (Zikra et al., 2018). Ekstrak yang terekstrak dalam ekstrak. Suatu bahan
cascara memberikan aktivitas antibakteri mampu untuk menghambat atau membunuh
terhadap E. coli, dimana suhu ekstraksi dan mikroba dikarenakan adanya kandungan
konsentrasi tidak berpengaruh signifikan garam-garam logam, senyawa fenolik,
terhadap aktivitas antibakteri untuk kedua forlmaldehida, alkohol, dan antibiotik lainnya
jenis cascara (Gambar 5). Hal ini berarti (Pratama, 2015).
proses penyeduhan dengan konsentrasi Senyawa fenolik memiliki kemampuan
1:100 pada suhu 75 oC telah menghasilkan merusak integritas membran biologis
ekstrak cascara yang memiliki daya hambat mikroorganisme yang mempengaruhi
bakteri. Secara deskriptif terlihat bahwa kapasitas penghalang selektif membran
ekstrak cascara arabika relatif memiliki dan matriks enzimatik dari mikroorganisme.
aktivitas antibakteri yang lebih tinggi Senyawa penghambat ini termasuk alkohol,
daripada robusta. Hasil ini tidak selaras aldehida, keton, dan asam (Al-Yousef &
dengan hasil polifenol dan antioksidan yang Amina, 2018). Adapun senyawa tannin
menunjukkan kebalikannya. Hal ini diduga menghambat pertumbuhan bakteri dengan
disebabkan oleh bakteri gram negatif yang cara menginaktifkan adhesin mikroba
lebih tahan terhadap senyawa hidrofobik (molekul yang menempel pada inang) yang
(fenol dan tanin) karena senyawa tersebut terdapat pada permukaan sel dan enzim
susah untuk masuk ke membran sel bakteri serta menggangu transport protein pada
gram negatif yang mengandung tinggi lapisan
fosfolipid. Beberapa penelitian menemukan dalam sel. Tanin juga mempunyai target pada
bahwa yang berperan besar di dalam polipeptida dinding sel yang menyebabkan
aktivitas antibakteri melawan bakteri gram kerusakan dinding sel, karena tannin
negatif untuk limbah kopi adalah kafein merupakan senyawa fenol. Senyawa fenol
dan melanoidin. Melanoidin menghambat akan menyerang gugus polar (gugus fosfat)
bakteri melalui mekanisme chelating logam sehingga molekul fosfolipid akan terurai
(Duangjai et al., 2016). menjadi gliserol, asam karboksilat, dan asam
Cascara dapat memberikan aktivitas fosfat. Hal ini menyebabkan fosfolipid tidak
penghambatan pertumbuhan E. coli dapat mempertahankan bentuk membran
disebabkan adanya kandungan bahan sel, akibatnya membran akan rusak dan
aktif yang kompleks. Cascara dari limbah mengalami hambatan pertumbuhan.
Aktivitas
ini sangat selektif ketika bakteri dalam tahap berpenetrasi dengan mudah dan merusak isi
pembelahan, dimana saat lapisan fosfolipid sel (Pratama, 2015).
dalam kondisi yang sangat tipis, fenol dapat

Gambar 5. Aktivitas antibakteri ekstrak cascara kopi Robusta dan Arabika

SIMPULAN L . Husks : A Brilliant Source of


Ekstraksi cascara pada suhu 85 oC Antioxidant Agents. European
dan konsentrasi 2:100 menghasilkan Journal of Pharmacheutical and
ekstrak dengan kandungan polifenol Medical Research, 4 (1), 86–92.
tertinggi serta aktivitas antioksidan dan 4. Ariadi, Harri Prasetyo, & Windrati,
antibakteri terbaik. Adapun cascara robusta W. S. 2015. Compound Extraction of
dari daerah Sumba Barat Daya memiliki Coffee Fruit Cod : Study of Species
kandungan polifenol, aktivitas antioksidan and Maceration Duration of Coffee.
dan antibakteri lebih tinggi dibandingkan Berkala Ilmiah Pertanian, x, 1–5.
dengan cascara arabika dari daerah 5. Ariadi, Harri Prasetyto. 2013.
Subang. Kondisi ekstraksi tersebut dapat Ekstraksi Senyawa Antioksidan Kulit
dimanfaatkan untuk proses pengembangan Buah Kopi : Kajian Jenis Kopi dan
produk minuman berbasis ekstrak cascara Lama Maserasi. Skripsi, 1–46.
atau produk turunan cascara lainnya 6. Bonilla-Hermosa, V. A., Duarte, W.
sehingga manfaat bahan aktif dari cascara F., & Schwan, R. F. 2014.
dapat diterima. Utilization of coffee by-products
obtained from semi-washed process
DAFTAR PUSTAKA for production of value-added
compounds. Bioresource Technology,
1. Aisyah, N. S. 2018. Analisis Nilai 166, 142–150. https://doi.
Tambah Industri Pengolahan Buah org/10.1016/j.biortech.2014.05.031
Cherry Kopi (kasus di Mahkota Java 7. BPS. 2017. Statistik Kopi Indonesia
Coffee Garut) Nur Syamsi Aisyah. (Indonesian Coffee Statistic) 2017.
Institut Pertanian Bogor. (S. D. S. T. Perkebunan, Ed.).
2. Al-Yousef, H. M., & Amina, M. 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Essential Oil of Coffee arabica 8. BSN. 2014 SNI 3753:2014 Teh
L. Husks: A brilliant source of Hitam Celup. Indonesia: Badan
antimicrobial and antioxidant agents. Standarisasi Nasional.
Biomedical Research (India), 29(1), 9. BSN. 2016. SNI 3945: 2016
174–180. Teh Hijau. Indonesia: Badan
3. Al-youssef, H. M. 2017. Pharmacog- Standarisasi Nasional.
nostic Studies on Coffee Arabica
10. Cartalade, D., Putaux, J., & Vernhet, 17. Jiménez-Zamora, A., Pastoriza,
A. (2003). Flavan-3-ol Aggregation S., & Rufián-Henares, J. A. 2015.
in Model Ethanolic Solutions : Revalorization of coffee by-products.
Incidence of Polyphenol Structure , Prebiotic, antimicrobial and antioxi-
Concentration , Ethanol Content , and dant properties. LWT - Food Science
Ionic Strength, (12), 1429–1438. and Technology, 61(1), 12–18.
11. Dhianawaty, D., & Ruslin. https://
2015. doi.org/10.1016/j.lwt.2014.11.031
Kandungan Total Polifenol dan 18. Kokoska, L., Polesny, Z., Rada,
Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak V., Nepo, A., & Vanek, T. 2002.
Metanol Akar Imperata cylindrica (L) Screening of some Siberian
Beauv. (Alang-alang) Total medicinal plants for antimicrobial
Polyphenol Content and activity. Jour-nal of
Antioxidant Activity of Methanol Etnopharmacology, 82, 51–53.
Extract of Imperata cylindrica (L) 19. Kristiandi, W. 2018. Factors Affecting
Beauv. (Alang-alang) Root. Majalah Caffein Content and Acidity of
Kedokteran Bandung, Coffee During Roasting, Grinding
47 (1). and Brewing : A Review. Universitas
12. Dirjen Perkebunan. 2017. Statistik Katolik Soegijapranata.
Perkebunan Indonesia 2015-2017 20. Kurniawan, F. 2017.
Kopi. (D. D. Hendaryati & Y. Arianto, Karakterisasi dan Klasifikasi
Eds.). Jakarta: Kementrian Pertanian. Biji Kopi Java Arabika
13. Duangjai, A., Suphrom, N., Wungrath, Berdasarkan Indikator
J., Ontawong, A., NUengchamnong, Geografis Menggunakan Metode
N., & Yosboonruang, A. 2016. NIR Spectroscopy dan Analisis
Comparison of antioxidant, Diskriminan. Institute Pertanian
antimicrobial activities and chemical Bogor.
profiles of three coffee (Coffea 21. Marcelinda, A., Ridhay, A., &
arabica L.) pulp aqueous extracts. Extract Base 2016.
Prismawiryanti. on Various Levels
The Atioxidant
Integrative Medicine Research, 5(4), of Polar Solvent. Jurnal of
Activity of Husk Coffea (Coffea sp) Nature
324–331. https://doi.org/10.1016/j. Science, 5(1), 21–30.
imr.2016.09.001 22. Molyneux, P. 2004. The Use of
14. Esquivel, P., & Jiménez, V. M. the
Stable Free Radical Diphenylpicryl-
2012. Functional properties of hydrazyl (DPPH) for Estimating
coffee and coffee by-products. Antioxidant Activity.
Food Research International, 46(2), Songklanakarin
Journal of Science and Technology,
488–495. https://doi.org/10.1016/j. 26(December 2003), 211–219.
foodres.2011.05.028 https://
doi.org/10.1287/isre.6.2.144
15. Harahap, M. R. 2018. Aktivitas Daya 23. Pratama, E. Y. 2015. Aktivitas
Hambat Limbah Daging Buah Kopi Anti-
mikroba Ekstrak Daun Buah Ginje
Robusta (Coffea robusta L.) Aceh (Thevetia peruviana) Terhadap
terhadap Bakteri S. aureus dan E. coli. Sta-
phylococcus aureus Dan Candida
Jurnal Kesehatan, 9(April), 93–98. albicans Secara In Vitro. Surakarta.
16. Heeger, A., Kosińska-Cagnazzo, A., 24. Purwakhdyana, Radesta Kunarto,
Cantergiani, E., & Andlauer, W. 2017. B., Sani, E. Y., & Pratiwi, E.
Bioactives of coffee cherry pulp and 2018.
Pengaruh Suhu dan Lama
its utilisation for production of Cascara Waktu
Ekstraksi Terhadap Sifat Kimia
beverage. Food Chemistry, 221, 969– Kopi (Coffea canepora P.).
Hijau
975. https://doi.org/10.1016/j.food- 25. Semarang.
Ramirez-Coronel, M. A., Marnet, N.,
chem.2016.11.067 Kolli, V. S. K., Roussos, S., Guyot, S.,
& Augur, C. 2004. Characterization
and Estimation of Proanthocyanidins 29. Tsao, R. 2010. Chemistry and
and Other Phenolics in Coffee Pulp Biochemistry of Dietary Polyphenols,
(Coffea arabica) by Thiolysis−High- 1231–1246. https://doi.org/10.3390/
Performance Liquid Chromatography. nu2121231
Journal of Agricultural and Food 30. Valduga, A. T., Gonçalves, I. L.,
Chemistry, 52(5), 1344–1349. https:// Magri, E., & Finzer, J. R. D. 2018.
doi.org/10.1021/jf035208t Chemistry , pharmacology and new
26. Ramirez Martinez, J. R. 1988. trends in traditional functional and
Phenolic compounds in coffee pulp: medicinal beverages. Food Research
Quantitative determination by HPLC. International, (May), 1–26. https://doi.
Journal of the Science of Food and org/10.1016/j.foodres.2018.10.091
Agriculture, 43(2), 135–144. https:// 31. Widyotomo, S. 2013. Potency
doi.org/10.1002/jsfa.2740430204 and Technology of Coffee
27. Rasouli, H., Farzaei, M. H., & Trash
Khodarahmi, R. 2017. Polyphenols Diversification Product to Increase
and their benefits : A review Good Quality and Added Value.
Polyphenols and their benefits : A Review Penelitian Kopi Dan Kakao,
review Hassan. International Journal 1(1), 63–80.
of Food Properties, 00 (00), 1–42. 32. Zikra, W., Amir, A., & Putra, A. E.
https://doi.org/10.1080/10942912.201 2018.
7.1354017 Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.
28. Santoso, U. 2016. Antioksidan coli) pada Air Minum di Rumah
Pangan. Penerbit Gadjah Mada Makan dan Cafe di Kelurahan Jati
University Press. Yogyakarta. serta Jati Baru Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(2), 212–216.

You might also like