Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterias Forbesii Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Patogen Siti Juariah, Dwi Suryanto Dan It Jamilah

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2014, hlm 37 –50 Vol. 42. No.

2
ISSN 0126 - 4265

AKTIFITAS ANTI BAKTERI SPESIES ASTERIAS FORBESII


TERHADAP BEBERAPA JENIS BAKTERI PATOGEN

Siti Juariah1,2, Dwi Suryanto3 dan It Jamilah3

Diterima : 1 Mei 2014 Disetujui : 1 Juni 2014


ABSTRACT

To avoid contamination of bacteria pathogens natural and safe antibacterial


agent is needed. The alternative sources of antibacterial compound is derived from sea
star. In this extraction study of sea star activity showed that activity of the methanol from
extract of starfish have the highest inhibition against for several bacterial pathogens
compared to that of ethyl acetate and n-hexane extract with inhibition zone of 9.5 mm,
8.5 mm, 10.0 mm, 11.0 mm in S. aureus, B. subtilis, P. auroginosa and E. coli
respectively. It showed that of TLC preparatif triterpenoid was capable inhibition more in
Gram negative bacteria (Asterias forbesii) has been caried out to obtain antibacterial
compounds. To determine bioactive components in the extract of sea star chemical test
has been conducted. Toxicity of secondary metabolites was determind using method of
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Assay of antibacterial activity of starfish extract was
conducted against four pathogenic bacterial strains, two Gram-positive bacteria
(Staphylococcus aureus and Bacillus subtilis), and two Gram-negative bacteria
(Pseudomonas auroginosa and Escherichia coli). The result showed that the methanol
extract contained alkaloid, terpenoids, saponins and flavonoids, while the extract of n-
hexane and ethyl acetate only contain saponins and flavonoids. BSLT test showed that
LC50 of extract of n-hexane, ethyl acetate and methanol were 1412,54 ppm, 13182,57 ppm
and 63,10 ppm respectively. Antibacterial (E. coli and P. auroginosa) bacteria compared
with Gram positive (S. aureus and B. subtilis) .

Keywords: Asterias forbesii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Pseudomonas


auroginosa, Escherichia coli, antibacterial compound

PENDAHULUAN1 pertumbuhan dan membunuh bakteri.


Mikroba patogen merupakan Untuk menghindari adanya cemaran
salah satu penyebab penyakit pada dari bakteri patogen perlu adanya
manusia dan makhluk hidup lainnya. senyawa anti bakteri yang sifatnya
Banyak usaha yang telah dilakukan alami serta dapat digunakan oleh
untuk mengantisipasi pengaruh manusia. Salah satu hasil perairan
mikroba patogen tersebut yaitu yang yang dapat dijadikan senyawa
dengan menemukan senyawa kimia anti bakteri yang bersifat alami
yang dapat menghambat adalah bintang laut.
Bintang laut merupakan salah
satu spesies dari kelas Asteroidea
1
) Mahasiswa Pascasarjana Departemen dan merupakan kelompok dari
Biologi FMIPA Universitas Sumatera Echinodermata. Beberapa bioaktif
Utara antiviral, antitumor, antimikroba dan
2
) Staf Pengajar di Politeknik Tanjung senyawa sitotoksik telah berhasil
Balai, Tanjung Balai, Sumatera Utara diekstrak dari berbagai jenis bintang
3
) Staf Pengajar di Departement Biologi, laut. Senyawa bioaktif bintang laut
Fakultas Matematika dan Ilmu sangat menarik untuk diteliti
Pengetahuan Alam, Universitas
terutama berkaitan dengan sifat
Sumatera Utara, Medan

37
Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterlas Forbesii Berkala Perikanan Terubuk Vol 42 No.2 Juli 2014

karakteristik kimia maupun laut terhadap beberapa bakteri


biokimianya serta pemanfaatannya patogen diantaranya Staphylococcus
untuk bidang pangan dan kesehatan. aureus, Bacillus subtilis,
De marino et al., (1998) Pseudomonas auroginosa dan
mengemukakan bahwa senyawa pada Escherichia coli.
bintang laut famili Asteriidae mampu
menghasilkan anti mikroba, ekstrak BAHAN DAN METODE
bintang laut Asterina pectifera aktif Bahan
tehadap Aspergillus sp. dan Bahan yang digunakan pada
Cryptococcus neoformans (Choi et penelitian ini berupa bintang laut
al., 1999), bintang laut Anasterias Asterias forbesii segar yang telah
minuta berfungsi sebagai antifungal dikeringkan menggunakan freeze
(Chludil et al., 2000). Senyawa drying. Bakteri uji yang digunakan
bintang laut Aphelasterias japonica merupakan jenis bakteri yang
bersifat hemolitik (Ivanchina et al., diperoleh secara komersil yaitu
2000), kandungan saponin yang Staphylococcus aureus, Bacillus
terdiri atas polihidroksisterol dan subtilis, Pseudomonas auroginosa
monosakarida serta disakarida dan Escherichia coli.
banyak ditemukan pada bintang laut
dari kelas Asteroidea (Iorizzi et al., Ekstraksi Bintang Laut Kering
2001). Senyawa bintang laut Tahap ekstraksi dilakukan
Certonardoa semiregularis menggunakan ekstraksi bertingkat
mengandung antiviral (Wang et al., menggunakan tiga jenis pelarut yaitu
2002) selanjutnya dilaporkan bahwa pelarut n-heksana, etil asetat dan
beberapa senyawa yang terdapat metanol. Sampel tepung bintang laut
pada bintang laut Certonardoa sebanyak 100 gram dimasukkan
semiregularis berfungsi sebagai dalam Erlenmeyer, kemudian diberi
sitotoksik (Wang et al., 2004). pelarut n-heksana sebanyak 200 ml
Bintang laut Asterias forbesii lalu Erlenmeyer ditutup dengan
merupakan spesies yang memiliki kapas dan permukaan Erlenmeyer
kelimpahan tertinggi di perairan ditutup dengan alumunium foil.
pantai pulau Poncan Gadang Selanjutnya, sampel dimaserasi
Sumatera Utara (Alexander, 2012). selama 24 jam menggunakan orbital
Penelitian tentang aktifitas A. shaker 150 rpm, sedangkan filtrat
forbesii terhadap bakteri belum ekstrak n-heksana yang diperoleh
pernah dilakukan, hal inilah yang dievaporasi hingga pelarut memisah
mendasari perlunya dilakukan dengan ekstrak menggunakan rotary
penelitian tentang aktifitas anti vacuum evaporator pada suhu 45 °C.
bakteri spesies A. forbesii terhadap Hasil proses maserasi ke-2
beberapa jenis bakteri patogen. selanjutnya disaring dengan kertas
Penelitian ini bertujuan untuk Whatman 42. Residu yang dihasilkan
menentukan jenis komponen bioaktif dilarutkan kembali dengan etil asetat
yang terkandung dalam bintang laut, p.a. sebanyak 200 ml dan dimaserasi
mengetahui sifat toksisitas senyawa selama 24 jam menggunakan orbital
metabolit sekunder hasil ekstraksi shaker 150 rpm, sedangkan filtrat
dengan metode Brine Shrimp ekstrak etil asetat yang diperoleh
Lethality Test serta mengetahui dievaporasi hingga pelarut memisah
aktivitas senyawa antibakteri bintang

38
Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterlas Forbesii Berkala Perikanan Terubuk Vol 42 No.2 Juli 2014

dengan ekstrak menggunakan rotary 3. Uji Saponin


vacuum evaporator pada suhu 45 °C. Lapisan air ekstrak bintang laut
Hasil proses maserasi ke-3 dimasukkan ke dalam tabung reaksi
selanjutnya disaring dengan kertas lalu dikoocok. Apabila terbentuk
Whatman 42. Residu yang dihasilkan busa yang bertahan selama 5 menit,
dilarutkan kembali dengan metanol menandakan positif adanya saponin.
p.a. sebanyak 200 ml dan dimaserasi
selama 24 jam menggunakan orbital 4. Uji Triterpenoid dan Steroid
shaker 150 rpm, sedangkan filtrat Lapisan kloroform ekstrak
ekstrak metanol yang diperoleh bintang laut disaring melalui pipet
dievaporasi hingga pelarut memisah yang diujungnya diberi kapas. Hasil
dengan ekstrak menggunakan rotary saringan dipipet 2–3 tetes dan
vacuum evaporator pada suhu 45 °C. dibiarkan mengering pada plat tetes.
Proses ini akan menghasilkan ekstrak Setelah kering ditambahkan pereaksi
n-heksan, ekstrak etil asetat dan Liebermann-Burchard (2 tetes asam
ekstrak metanol. asetat anhidrat dan 1 tetes asam
sulfat pekat). Terbentuknya warna
Uji Komponen Senyawa Kimia merah jingga menandakan bahwa
Sebanyak 5 gram sampel positif adanya triterpenoid dan warna
ekstrak bintang laut ditambahkan hijau-biru positif adanya steroid.
masing-masing 5 ml air suling dan
kloroform lalu dikocok kuat dan 5. Uji Alkaloid
dibiarkan selama 8 menit sampai Pengujian adanya senyawa
terbentuk dua lapisan. Lapisan air alkaloid, digunakan metode
ekstrak bintang laut digunakan untuk Culvenor-Fizgerald. Tambahkan 2
uji senyawa flavonoid, fenolik dan mg ekstrak dengan 10 ml larutan
saponin. Lapisan kloroform ekstrak kloroform beramoniak 0,05 M,
bintang laut digunakan untuk uji diaduk kemudian disaring dan
senyawa triterpenoid dan steroid, dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
sedangkan untuk uji alkaloid kemudian tambahkan 1 ml asam
memiliki prosedur tersendiri. sulfat 2 N, dikocok selama 2 menit
dan dibiarkan hingga terbentuk dua
1. Uji Flavonoid lapisan dan terjadi pemisahan.
Beberapa tetes lapisan air Lapisan asam (bagian atas) diambil
ekstrak bintang laut dimasukkan dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi
pada plat tetes lalu tambahkan 1-2 Mayer atau pereaksi Dragendorff,
butir logam magnesium dan beberapa terbentuknya endapan putih dengan
tetes asam klorida pekat. pereaksi Mayer atau warna merah
Terbentuknya warna jingga, merah dengan pereaksi Dragendorff
muda sampai merah menandakan menunjukkan hasil yang positif
adanya senyawa flavonoid. untuk alkaloid.
2. Uji Fenolik Uji Toksisitas Bintang Laut
Beberapa tetes lapisan air Uji toksisitas bintang laut
ekstrak bintang laut dimasukkan dilakukan dengan menggunakan
pada plat tetes ditambah 1–2 tetes metode Brine Shrimp Lethality Test
larutan besi (III) klorida 1%. Bila (BSLT) menurut Albuntana (2011),
terbentuk warna biru/ungu, Ekstrak bintang laut yang telah
menandakan adanya senyawa disiapkan diujikan terhadap
fenolik. organisme larva udang naupli A.

39
Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterlas Forbesii Berkala Perikanan Terubuk Vol 42 No.2 Juli 2014

salina pada berbagai konsentrasi Untuk kontrol, 50 µl DMSO


yang telah ditentukan, lalu diamati dipipet dengan pipet mikro ke dalam
aktifitasnya selama 24 jam. vial uji, lalu ditambahkan air laut
Pengujian toksisitas dilakukan hampir mencapai batas kalibrasi
secara bertahap melalui pembiakan kemudian dimasukkan larva A.
benur A. Salina selama 48 jam agar salina Leach sebanyak 10 ekor
menetas menjadi larva. Larva-larva selanjutnya ditambahkan lagi air laut
A. salina yang telah menetas beberapa tetes hingga batas kalibrasi.
dipindah ke sisi yang terbuka dan Data persentase kematian larva
terkena cahaya, larva A. salina ini udang diplotkan terhadap konsentrasi
selanjutnya digunakan untuk uji ekstrak bintang laut yang digunakan
toksisitas. yang menghasilkan kurva regresi
Pengujian dilakukan terhadap linier. Nilai LC50 ditentukan
ekstrak total, fraksi dan senyawa menggunakan persamaan kurva yang
murni dengan konsentrasi 10, 100 dihasilkan.
dan 1000 ppm. Sebanyak 20 mg
masing-masing sampel uji dilarutkan Uji Aktivitas Antimikroba
dalam 2 ml metanol maka akan Pengujian aktivitas anti bakteri
diperoleh larutan dengan konsentrasi dari bintang laut dilakukan dengan
10.000 ppm. Kemudian dari masing- cara melakukan pengujian ekstrak
masing larutan tersebut diambil dari berbagai pelarut yang digunakan
sebanyak 0,5 ml dan ditambahkan 5 yakni n-heksana, etil asetat dan
ml metanol hingga diperoleh larutan metanol terhadap bakteri patogen (S.
dengan konsentrasi 1000 ppm setelah aureus, B. subtilis, P. auroginosa
penambahan air laut. Kemudian dari dan E. coli) dengan menggunakan
larutan tersebut diambil sebanyak 0,5 kertas cakram (oxoid) yang
ml dan ditambahkan 5 ml metanol berdiameter 6 mm. Cakram
hingga diperoleh larutan dengan dimasukkan ke dalam cawan petri
konsentrasi 100 ppm setelah kosong steril. Larutan ekstrak yang
penambahan air laut dan untuk telah diencerkan dengan konsentrasi
konsentrasi 10 ppm dibuat dari 50 ppm, 100 ppm, 250 ppm dan 500
konsentrasi sampel uji 100 ppm ppm masing-masing dipipet
dengan cara yang sama. Masing- sebanyak 10 μl, selanjutnya
masing larutan diambil sebanyak 0,5 diteteskan pada permukaan cakram
ml dimasukkan ke dalam vial uji dan biarkan selama 10 menit
dengan pengulangan masing-masing sehingga larutan ekstrak berdifusi ke
3 kali. Masing-masing vial uji dalam cakram. Selanjutnya sebanyak
dibiarkan pelarutnya menguap, lalu 10 ml media MHA (Mueller Hilton
dilarutkan kembali senyawa uji Agar) untuk menumbuhkan bakteri
tersebut ke dalam 50 µl DMSO, dituang ke dalam cawan petri steril
selanjutnya ditambahkan air laut dan dibiarkan hingga memadat.
hampir mencapai batas kalibrasi. Dengan menggunakan cotton bud
Larva udang dimasukkan pada steril pada suspensi biakan bakteri
masing-masing vial sebanyak 10 (108 sel/ml) diusapkan perlahan-
ekor lalu ditambahkan lagi air laut lahan secara merata pada permukaan
beberapa tetes hingga batas kalibrasi, media, selanjutnya dibiarkan
kematian larva udang diamati setelah mengering pada suhu kamar selama
24 jam. beberapa menit. Dengan
menggunakan pinset steril, cakram

40
Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterlas Forbesii Berkala Perikanan Terubuk Vol 42 No.2 Juli 2014

yang telah ditetesi ekstrak dengan ±12 jam. Setelah itu plat yang sudah
konsentrasi yang berbeda diletakkan jadi diaktivasi dengan cara
secara teratur pada permukaan media memanaskan pada suhu 100 oC
uji. Setelah media benar-benar padat dalam oven selama ±30 menit dan
lalu bungkus biakan tersebut dengan plat siap untuk digunakan
mengunakan plastik wrap dan kertas,
selanjutnya diinkubasi pada suhu Pemisahan Senyawa dengan
37°C selama 24 jam. Kromatografi Lapis Tipis
Pengamatan dilakukan Preparatif.
terhadap zona hambat yang terbentuk Chamber dijenuhkan dengan
di sekitar cakram kertas yang pelarut pengembang dengan cara
menunjukkan adanya aktivitas anti melapisi chamber dengan kertas
mikroba lalu dilakukan pengukuran saring, kemudian pelarut
diameter tersebut dengan pengembang (EtOAc:MeOH, 3:2
menggunakan jangka sorong. v/v) dimasukkan ke dalam chamber
Pengujian dilakukan terhadap semua sampai seluruh kertas saring basah
mikroba uji. Perlakuan kontrol oleh pelarut. Larutan ekstrak metanol
positif yaitu menggunakan anti dari bintang laut ditotolkan pada
biotika amoksan 30 μl dan perlakuan garis batas bawah plat KLT
kontrol negatif menggunakan pelarut preparatif yang berukuran 20x20cm
yang merupakan pelarut dari masing- yang telah diberi batas sebelumnya
masing ekstrak sebanyak 10 μl. sampai plat jenuh oleh larutan
Aktivitas anti mikroba dinyatakan ekstrak (penotolan 3 cm dari batas
positif apabila terbentuk zona bening bawah), plat dibiarkan kering selama
di sekeliling cakram dan aktivitas +15 menit lalu dimasukkan ke dalam
anti mikroba dinyatakan negatif chamber yang sudah jenuh dan
apabila tidak terbentuk zona bening. dielusi sampai pelarut mencapai
bagian atas plat. Noda yang
Pembuatan Plat Kromatografi terbentuk dilihat di bawah sinar UV
Lapis Tipis Preparatif dan pola pemisahan noda tersebut
Bubur silika dibuat dengan digambar dengan menggunakan
menambahkan 150 mL silika (300- pensil. Pola noda yang telah
400 mesh) ke dalam 75 ml air digambar kemudian dikerok dengan
(akuades) dingin (2:1 v/v). Plat kaca spatula dan masing-masing noda
yang kering dan bersih dengan dipisahkan ke dalam vial untuk
ukuran 20 x 20 cm disiapkan pada selanjutnya dicuci dan dipisahkan
alat pencetak/pembuat plat KLT. dengan silikanya. Senyawa-senyawa
Pada penelitian ini ketebalan silika yang telah terpisah dengan silika
pada plat dibuat setebal 1 mm yang tersebut pelarutnya diuapkan dan
mampu menampung ±50 mg sampel. dilakukan uji antimikroba. Senyawa
Sambil diaduk bubur silika tersebut yang menunjukkan sifat aktif
dituangkan kecetakan dan secara terhadap uji antimikroba dilakukan
hati-hati cetakan yang berisi bubur uji senyawa kimia untuk mengetahui
silika ditarik/digeser dari sisi satu ke golongan senyawa tersebut.
sisi yang lain sehingga bubur silika
tersebut tersebar secara merata di HASIL DAN PEMBAHASAN
atas plat kaca. Setelah bubur silika Uji Toksisitas Ekstrak Bintang
rata, kemudian plat tersebut Laut A. forbesii
dibiarkan pada suhu ruang selama

41
Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterlas Forbesii Berkala Perikanan Terubuk Vol 42 No.2 Juli 2014

Jenis bintang laut Asterias pengeringan bintang laut memiliki


forbesii ini memiliki karakteristik karakteristik yang berbeda yakni
tubuh yang terdiri atas keping utama berwarna putih kecoklatan dan tidak
dengan lima buah lengan pipih dan berbau. Morfologi bintang laut A.
berwarna agak putih dan cemerlang. forbesii dapat dilihat pada Gambar 1
Setelah dilakukan proses berikut.

A B

Gambar 1. (A) Bintang laut segar dan (B) bintang laut setelah dikeringkan

Proses ekstraksi dengan yang agak kering, tiga ekstrak


menggunakan tiga pelarut yang memiliki aroma khas menyerupai
berbeda akan menghasilkan ekstrak produk petis.
kasar bintang laut yang kental dan
berbeda tingkat kepolarannya. Komponen Senyawa Kimia
Masing-masing ekstrak juga Ekstrak Bintang Laut A. forbesii
memiliki karakteristik yang berbeda- Hasil pengujian senyawa kimia
beda pula. Ekstrak n- heksana dan yang telah dilakukan terhadap
ekstrak metanol memiliki masing-masing pelarut yang
karakteristik warna coklat tua digunakan dalam penelitian yakni
berbentuk pasta kental namun untuk pelarut n-heksana, etil asetat dan
ekstrak etil asetat memiliki tekstur metanol.

Tabel 1. Hasil uji senyawa kimia ekstrak kasar bintang laut A. Forbesii
Jenis Pelarut
Uji Senyawa kimia Hasil (warna)
n-heksana Etil asetat Metanol
Alkaloid:
Dragendorff - - + Endapan merah
Meyer - - - -
Triterpenoid/steroid + + + Jingga
Flavonoid - - + Kuning
Saponin + + + Terbentuk busa
selama 5 menit
Fenol hidrokuinon - - - -

Dari Tabel 1 menunjukkan bioaktif yang terdapat pada ekstrak


bahwa ekstrak kasar pada bintang bintang laut dengan pelarut metanol
laut A. forbesii menggunakan pelarut antara lain alkaloid, triterpenoid,
metanol mengandung komponen flavonoid dan saponin. Komponen
senyawa kimia yang lebih banyak bioaktif yang terdeteksi pada ekstrak
dibandingkan ekstrak n-heksan dan bintang laut dengan menggunakan
ekstrak etil asetat. Komponen pelarut n-heksana dan etil asetat

42
Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterlas Forbesii Berkala Perikanan Terubuk Vol 42 No.2 Juli 2014

antara lain, terpenoid dan saponin. bakteri dan sitotoksik. Menurut


Berdasarkan hasil dari uji senyawa Gunawan (2008), beberapa hasil
kimia ini menunjukkan bahwa penelitian menunjukkan senyawa
ekstrak bintang laut mengandung 4 turunan terpenoid memiliki aktivitas
dari 5 komponen yang diuji dengan sebagai anti mikroba yaitu
metode fitokimia. monoterpenoid linalool,
Metabolit sekunder berupa diterpenoid(-)hardwicklicacid,
alkaloid hanya dijumpai pada phytol, triterpenoid saponin dan
ekstrak metanol setelah ditetesi triterpenoid glikosida. Triterpen
dengan pereaksi dragendorff yang glikosida dapat dimurnikan menjadi
ditandai dengan terbentuknya holothurin yang bersifat toksik
endapan merah. Sebagian alkaloid sehingga mampu digunakan sebagai
bersifat basa sehingga sangat mudah anti bakteri.
larut dalam air. Air merupakan
pelarut polar, demikian halnya Uji Toksisitas Ekstrak Bintang
dengan metanol, sehingga alkaloid Laut A. Forbesii
dapat larut dalam metanol (Hannifa Uji toksisitas ekstrak bintang
et al. 2010). laut dilakukan menggunakan motode
Dari hasil uji senyawa kimia Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
terlihat bahwa kandungan terhadap masing- masing ekstrak
triterpenoid terdapat pada ekstrak dengan pelarut yang berbeda serta
semua ekstrak yang ditandai dengan menggunakan tiga konsentrasi yang
terbentuknya warna jingga. Van berbeda yakni 10 ppm, 100 ppm dan
Thanh (2006), telah berhasil 1000 ppm. Data yang diperoleh
mengisolasi triterpen glikosida selanjutnya dilakukan analisis regresi
Holoturia scabra yang terbukti sehingga diperoleh nilai LC50 seperti
mampu menjadi agen anti jamur, anti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai LC50 Ekstrak Bintang Laut A. forbesii Terhadap Larva A. Salina
Ekstrak (pelarut) Nilai LC50 (ppm)
n- heksana 1412,54
Etil asetat 13182,57
Metanol 63,10

Dari Tabel 2 terlihat bahwa bahan yang diuji memberikan efek


nilai LC50 yang diperoleh dari uji toksik terhadap larva A. salina,
toksisitas menghasilkan hasil yang maka hal ini merupakan indikasi
berbeda-beda pada masing-masing awal dari efek farmakologi yang
pelarut ekstrak bintang laut A. terkandung dalam bahan tersebut.
forbesii. Dari nilai tersebut dapat Beberapa penelitian menunjukkan
menunjukkan sifat toksisitas ekstrak bahwa A. salina memiliki korelasi
terhadap larva A. salina. Meyer et positif terhadap ekstrak yang bersifat
al, (1982) mengatakan bahwa pada bioaktif (Meyer et al., 2003).
metode BSLT, sampel uji dikatakan Hasil pengujian yang telah
aktif jika LC50 kecil dari 1000 ppm. dilakukan terlihat bahwa semakin
Sehingga dengan demikian dapat besar nilai konsentrasi ekstrak, maka
dikatakan bahwa hanya ekstrak mortalitas larva A. salina juga
metanol yang bersifat toksik. Bila semakin besar. Mortalitas yang

43
Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterlas Forbesii Berkala Perikanan Terubuk Vol 42 No.2 Juli 2014

terjadi disebabkan adanya pengaruh makanannya dan akibatnya larva


sifat toksik dari ekstrak bintang laut mati kelaparan (Rita et al., 2008).
A. forbesii. Nurhayati (2006)
menyatakan bahwa semakin tinggi Uji Ekstrak Kasar Bintang Laut
konsentrasi ekstrak sifat toksiknya A. Forbesii Terhadap Beberapa
semakin tinggi. Jenis Bakteri Patogen
Prosentase mortalitas larva A. Hasil pengujian ekstrak kasar
salina pada ekstrak bintang laut A. bintang laut A. forbesii terhadap
forbesii dengan pelarut metanol yang beberapa jenis bakteri pathogen (S.
memperlihatkan nilai LC50 yang aureus, B. subtilis, P. aeroginosa dan
bersifat toksik yaitu 63,096 ppm jika E. coli) dapat dilihat pada Tabel 3.
dibandingkan dengan ekstrak bintang Dari Tabel 3 terlihat bahwa
laut yang menggunakan pelaut n- ekstrak metanol menghasilkan zona
heksan dan pelarut etil asetat yang hambat terbesar terhadap bakteri
dinyatakan tidak toksik karena S.aureus yaitu sebesar 9,5 mm pada
memiliki nilai LC50 lebih besar dari konsentrasi 100 ppm, terhadap
1000. bakteri B. subtilis menghasilkan zona
Mekanisme kematian larva A. hambat sebesar 8,5 mm pada
salina berhubungan dengan fungsi konsentrasi 100 ppm, terhadap
senyawa alkaloid, steroid, dan bakteri P. aeroginosa menghasilkan
flavonoid dalam ekstrak bintang laut zona hambat sebesar 10 mm pada
A. forbesii yang dapat menghambat tingkat konsentrasi 100 ppm
daya makan larva (antifedant). Cara sedangkan terhadap bakteri E.coli
kerja senyawa-senyawa tersebut menghasilkan zona hambat sebesar
adalah dengan bertindak sebagai 11 mm pada konsentrasi 100 ppm.
stomach poisoning atau racun perut, Dari zona hambat yang dihasilkan
oleh karena itu bila senyawa- oleh ekstrak metanol terhadap
senyawa ini masuk ke dalam tubuh beberapa jenis bakteri patogen yang
larva, alat pencernaannya akan diujikan terlihat bahwa ekstrak
terganggu. Senyawa ini menghambat metanol lebih mampu menghambat
reseptor perasa pada daerah mulut bakteri gram negatif E. coli dan P.
larva. Hal ini mengakibatkan larva Auroginosa dibandingkan bakteri
gagal mendapatkan stimulus rasa gram poitif S.aureus dan B. Subtilis.
sehingga tidak mampu mengenali
Tabel 3. Diameter Zona Hambat Ekstrak Kasar Bintang Laut A. forbesii
Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Patogen
Konsentrasi Diameter Zona Hambat (mm)
Jenis Bakteri (ppm) Metanol Etil asetat n- heksan
kontrol - 6 6 6
50 7,0 7,0 7,0
100 9,5 7,5 7,0
S. aureus
250 8,0 8,5 7,0
500 7,5 7,0 8,0
50 7,0 7,5 7,0
100 8,5 8,0 8,0
B. subtilis
250 8,0 8,0 7,0
500 8,0 7,0 7,0

44
Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterlas Forbesii Berkala Perikanan Terubuk Vol 42 No.2 Juli 2014

50 8,0 8,0 7,0


100 10,0 7,0 7,0
P. aeroginosa
250 9,0 7,0 7,0
500 8,0 7,0 7,0
50 9,0 7,0 7,0
100 11,0 7,0 7,5
E. coli
250 9,0 8,5 7,5
500 8,5 8,0 7,0

Besarnya diameter zona Reaksi ini mengakibatkan terjadinya


hambat masing-masing ekstrak perubahan struktur dan susunan asam
dipengaruhi oleh adanya senyawa amino sehingga akan menimbulkan
kimia yang terkandung di dalam perubahan keseimbangan genetik
ekstrak tersebut. Dari hasil uji pada rantai DNA sehingga akan
senyawa kimia yang telah dilakukan mengalami kerusakan akan
bahwa pada ekstrak metanol bintang mendorong terjadinya lisis sel bakteri
laut A. forbesii mengandung senyawa yang akan menyebabkan kematian
alkaloid, terpenoid, saponin dan sel pada bakteri.
flavonoid, senyawa-senyawa Menurut Ganiswarna (1995)
tersebut memiliki potensi sebagai saponin bekerja sebagai anti bakteri
anti bakteri. Farouk et al. (2007) dengan cara mengganggu stabilitas
menyatakan bahwa metabolit membran sel bakteri sehingga
sekunder dalam Holothuria scabra menyebabkan sel bakteri lisis, jadi
yang berpotensi sebagai senyawa anti mekanisme kerja saponin termasuk
bakteri adalah golongan atau turunan dalam kelompok anti bakteri yang
dari senyawa terpenoid, diantaranya mengganggu permeabilitas membran
saponin, steroid dan triterpenoid. sel bakteri, yang mengakibatkan
Golongan senyawa tersebut memiliki kerusakan membran sel dan
polisakarida sehingga dapat menyebabkan keluarnya berbagai
menembus membran sel bakteri, komponen penting dari dalam sel
sehingga sel tersebut rusak. bakteri yaitu protein, asam nukleat
Senyawa alkaloid yang dan nukleotida
dihasilkan ekstrak bintang laut A. Flavanoid merupakan golongan
forbesii dapat berpotensi sebagai terbesar dari senyawa fenol, senyawa
anti bakteri karena dapat merusak fenol mempunyai sifat efektif
dinding sel. Juliantina (2008), menghambat pertumbuhan virus,
menyatakan senyawa alkaloid bakteri dan jamur. Sehubungan
memiliki mekanisme penghambatan dengan mekanisme kerja dari
dengan cara mengganggu komponen flavonoid dalam menghambat
penyusun peptidoglikan pada sel pertumbuhan bakteri, antara lain
bakteri, sehingga lapisan dinding sel bahwa flavonoid menyebabkan
tidak terbentuk secara utuh dan terjadinya kerusakan permeabilitas
menyebabkan kematian sel tersebut. dinding sel bakteri (Sabir, 2008).
Selain itu, menurut Gunawan (2008) Mirzoeva et al., (1997) berpendapat
dalam senyawa alkaloid terdapat bahwa flavonoid mampu
gugus basa yang menggandung menghambat motilitas bakteri.
nitrogen akan bereaksi dengan Mekanisme yang berbeda
senyawa asam amino yang menyusun dikemukakan oleh Di Carlo et al.,
dinding sel bakteri dan DNA bakteri. (1999) yang menyatakan bahwa

45
Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterlas Forbesii Berkala Perikanan Terubuk Vol 42 No.2 Juli 2014

gugus hidroksil yang terdapat pada Uji Senyawa Aktif Pada Ekstrak
struktur senyawa flavonoid Metanol Bintang Laut A. forbesii
menyebabkan perubahan komponen Terhadap Beberapa Jenis Bakteri
organik dan transpor nutrisi yang Patogen
akhirnya akan mengakibatkan Uji senyawa aktif ekstrak
timbulnya efek toksik terhadap metanol bintang laut A. forbesii
bakteri. Sedangkan senyawa dilakukan dengan menggunakan
terpenoid dapat menghambat metode KLT preparatif. Dari hasil
pertumbuhan mikroba yakni dengan pengujian diperoleh empat noda
cara mengganggu proses yang diindikasikan sebagai senyawa
terbentuknya membran dan atau (Rf) yang terkandung dalam ekstrak.
dinding sel, membran atau dinding Diameter zona hambat yang
sel tidak terbentuk atau terbentuk dihasilkan dari keempat senyawa
tidak sempurna (Ajizah, 2004). (Rf) ekstrak dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Diameter Zona Hambat Senyawa Hasil KLT Ekstrak Metanol
Bintang Laut A. forbesii Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Patogen.
(Rf1) 0,20. (Rf2) 0,32. (Rf3) 0,38 dan (Rf4) 0,09.

Dari Gambar 2 dapat dilihat bakteri Gram negatif daripada bakteri


bahwa dari keempat noda yang Gram positif. Hal ini disebabkan
dihasilkan hanya tiga noda yang bakteri Gram negatif memiliki
mampu menghambat aktifitas bakteri struktur dinding sel yang lebih tipis
uji. Selain itu juga terlihat bahwa Rf daripada bakteri Gram positif.
3 aktif terhadap bakteri Gram negatif Menurut pendapat Pelczar dan Chan
dan tidak aktif terhadap bakteri Gram (2008), bakteri Gram negatif
positif S. aureus. Rf 1 dan 2 aktif memiliki struktur dinding sel yang
terhadap semua bakteri Gram negatif lebih tipis yang terdiri dari 10%
dan kurang aktif terhadap bakteri peptidoglikan, lipopolisakarida dan
Gram positif. Rf 4 tidak aktif kandungan lipid tinggi (11-22%),
terhadap semua bakteri baik bakteri sedangkan bakteri Gram positif
Gram negatif maupun bakteri Gram memiliki dinding sel yang lebih tebal
positif. Nimah et al., (2012) yang terdiri dari 60-100%
menyatakan ekstrak anti bakteri dari peptidoglikan dan lipid rendah (1-
H. scabra lebih efektif menyerang 4%). Hasil pengamatan terhadap

46
Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterlas Forbesii Berkala Perikanan Terubuk Vol 42 No.2 Juli 2014

zona hambat senyawa ekstrak dalam ekstrak. Menurut Khunaifi


metanol terhadap bakteri patogen (2010), salah satu faktor yang dapat
dapat dilihat pada Gambar 3. mempengaruhi diameter zona
Gambar 3 menunjukkan hambat dan pola resistensi oleh
bahwa ekstrak metanol mampu bakteri dengan cara menurunkan
menghambat beberapa jenis bakteri permeabilitas dinding sel bakteri
patogen dengan diameter yang sehingga antibakteri sulit masuk
bebeda-beda karena dipengaruhi oleh dalam sel, membentuk jalan pintas
beberapa hal diantaranya adalah untuk menghindari tahap yang
konsentrasi ekstrak yang digunakan, dihambat oleh antibakteri, dan
serta kemampuan dari bakteri dalam meningkatkan produksi enzim yang
melakukan aktifitas dalam melawan dihambat oleh antibakteri.
zat atau senyawa yang terkandung

A B C D
Gambar 3. Zona Hambat Senyawa pada Ekstrak Metanol Bintang Laut A.forbesii
Terhadap Bakteri Patogen (A) S. aureus, (B) B. subtilis, (C) P.
auroginosa, dan (D) E. coli
Uji Senyawa kimia Senyawa Aktif dilakukan terhadap senyawa Rf1,
Ekstrak Metanol Bintang Laut A. Rf2 dan Rf3 karena senyawa-
forbesii senyawa tersebut menunjukan aktif
Senyawa-senyawa yang aktif terhadap uji anti mikroba, kecuali
terhadap uji anti mikroba selanjutnya senyawa Rf4 tidak memiliki aktivitas
dilakukan uji senyawa kimia kembali sama sekali. Hasil pengujian
untuk menentukan golongan dari senyawa kimia terhadap senyawa
senyawa aktif tersebut. Berdasarkan aktif pada ekstrak bintang laut dapat
uji anti mikroba, uji senyawa kimia dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Senyawa kimia Senyawa Aktif Ekstrak Metanol Bintang Laut
A. Forbesii
Golongan Rf1 Rf2 Rf3
Alkaloid - - -
Saponin - - -
Triterpenoid +++ (jingga) ++ (jingga) + (jingga)
Steroid - - -
Flavonoid - - -
Fenolik - - -

Hasil uji senyawa kimia yang memberikan warna jingga terhadap


dilakukan menunjukkan bahwa reagen atau pereaksi Liberman
ketiga Rf (senyawa) tersebut adalah Buchard (LB). Rf1 memiliki
golongan triterpenoid dengan kandungan senyawa yang paling

47
Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterlas Forbesii Berkala Perikanan Terubuk Vol 42 No.2 Juli 2014

tinggi diikuti oleh Rf2 dan Rf3. Hal ekstrak metanol yang bersifat
ini dapat dinyatakan bahwa senyawa- toksik.
senyawa (Rf1, Rf2 dan Rf3) tersebut 3. Dari keempat senyawa pada
juga memiliki aktivitas anti bakteri ekstrak metanol yang dihasilkan
(Gambar 3), sehingga dari hasil pada pengujian KLT secara
tersebut dapat disimpulkan bahwa preparatif dapat dinyatakan
senyawa aktif terhadap uji anti bahwa senyawa triterpenoida
mikroba yang terdapat dalam ekstrak yang mampu menghambat
metanol bintang laut adalah aktifitas bakteri patogen dengan
senyawa-senyawa golongan kemampuan yang lebih aktif
terpenoid. Mekanisme terpenoid pada bakteri Gram negatif
sebagai anti bakteri adalah bereaksi (Escherichia coli, Pseudomonas
dengan porin (protein transmembran) auroginosa) dibandingkan
pada membran luar dinding sel dengan bakteri Gram positif
bakteri, membentuk ikatan polimer (Staphylococcus aureus,
yang kuat sehingga mengakibatkan Bacillus subtilis).
rusaknya porin. Rusaknya porin yang
merupakan pintu keluar masuknya Saran
senyawa akan mengurangi Demi pengembangan ilmu
permeabilitas dinding sel bakteri pegetahuan terutama tentang
yang akan mengakibatkan sel bakteri antibakteri dari ekstrak bintang laut
akan kekurangan nutrisi, sehingga A. forbesii maka disarankan agar
pertumbuhan bakteri terhambat atau dapat dilakukan isolasi senyawa
mati (Cowan, 1999). murni yang terdapat pada ekstrak
bintang laut secara lebih mendalam
KESIMPULAN DAN SARAN dan melihat mekanisme
Kesimpulan penghambatan senyawa tersebut
Dari hasil penelitian yang telah dalam menghambat bakteri serta
dilakukan maka diperoleh dilakukan pengujian sifat toksisitas
kesimpulan sebagai berikut. golongan senyawa aktif ekstrak
1. ekstrak bintang laut A. forbesii bintang laut setelah dilakukan
memiliki komponen bioktif yang pengujian KLT preparatif.
berupa alkaloida,
triterpenoida/steroida, DAFTAR PUSTAKA
flavonoida dan saponin yang Ajizah, A. 2004. Sensitivitas
terdapat pada ekstrak metanol Salmonella Typhimurium
sedangkan pada ekstrak n- Terhadap Ekstrak Daun
heksana dan etil asetat hanya Psidium Guajava L. Journal
mengandung komponen bioaktif Bioscientie, 1(1):31-8.
saponin dan
triterpenoida/steroida. Alexander. 2012. Distribusi Bintang
2. Setelah dilakukan pengujian Laut (Asteroidea sp) Pada
sifat toksisitas senyawa Perairan Pulau Poncan
metabolit sekunder yang Gadang Sibolga Sumatera
terdapat pada ekstrak bintang Utara. Skripsi. Universitas
laut dengan menggunakan Riau
metode Brine Shrimp Lethality
Test diperoleh hasil hanya Chludil, H, Maier, MS, Seldes AM.
2000. Bioactive steroidal

48
Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterlas Forbesii Berkala Perikanan Terubuk Vol 42 No.2 Juli 2014

glycosides from starfish Gunawan. 2008. Antibakteri pada


Anasterias minuta. herba Meniran (Phylanthus
Molecules 5:352-353. niruri Linn), Jurnal Kimia,
2(22) :31-39.
Choi, D.H., Shin, S. dan I.K., Park.
1999. Characterization of Harefa, F. 1997. Pembudidayaan
antimicrobial agents Artemia salina untuk Pakan
extracted from Asterina Udang dan Ikan. Swadaya,
pectifera. Int. Journal Jakarta.
Antimicrob. Agents., 11: 65–
68. Iorizzi, M., De Marino, S. dan Zollo,
E. 2001. Steroidal
Cowan, M. 1999. Plant Product as oligoglycosides from the
Antimicrobial Agent, Asteroidea. Current
Clinical Microbiology Organic Chemistry. 5:951-
Reviews, 12 (4):564-582. 973.
De Marino, S., Iorizzi, M., Ivanchina, N.V., Kicha, A.A.,
Palagiano, E., Zollo, E., dan Kalinovsky, A.I.,
Roussakis, C. 1998. Dmitrenok, P.S., Stonik,
Isolation, structure V.A., Riguera, R. dan
elucidation, and biological Jimenez, C. 2000.
activity of the steroid Hemolytic polar steroidal
oligoglycosides from an constituents of the starfish
Antarctic starfish of the Aphelasterias japonica.
family Asteriidae. Journal. Journal. Nat. Prod.,
Nat. Prod., 61:1319-1327. 63:1178-1181.
Di Carlo, G., Mascolo, N., Izzo, A.A. Juliantina, F.R., Citra, D.A.,
dan Capasso, F. 1999. Nirwani, B., Nurmasitoh, T.
Falvonoids: old and new dan Bowo, E.T. 2008.
aspects of a class of natural Manfaat Sirih Merah (Piper
therapeutic drugs. Life crocatum) Sebagai Agen
Science; 65(4):337–53. Anti Bakteri Terhadap
Gram Positif dan Gram
Farouk, A.E., Faizal, A.H.G. dan Negatif. Jurnal Kedokteran
Ridzwan, B.H. 2007. New dan Kesehatan Indonesia.
Bacterial Species Isolated
from Malaysian Sea Khunaifi, M. 2010. Uji Aktivitas
Cucumbers with Optimized Antibakteri Ekstrak Daun
Secreted Antibacterial Binahong (Anredera
Activity. American Journal cordifolia (Ten) Steenis)
of Biochemistry and terhadap Bakteri
Biotechnology. 3(2):60-65. Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa.
Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi (Skripsi) Fakultas Sains dan
dan Terapi. Edisi 4. Penerbit Teknologi Universitas Islam
UI : Jakarta. Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim, Malang.

49
Aktifitas Anti Bakteri Spesies Asterlas Forbesii Berkala Perikanan Terubuk Vol 42 No.2 Juli 2014

Meyer, B.N.R., Ferrigni, J.E., Hadioetomo et al.,


Putnam, L.B., Jacosen, penerjemah. Jakarta: UI-
D.E., Nicholas. dan Press. Terjemahan dari:
McLaughin, J.L. 1982. Elements of Micribiology.
Brine Shrimp: A
Convenient General Rita, W.S., Suirta, I.W., dan Sabikin,
Bioassay for Active Plant A. 2008. Isolasi dan
Constituens. Plant Med. Identifikasi Senyawa yang
45:31-34. Berpotensi sebagai
Antitumor Pada Daging
Meyer, B.N., Ferigni, N.R., Putnam, Buah Pare (Momordica
J.E., Jacobson, L.B. dan charantia L.). Jurusan
Nichols, D.E. 2003. Brine Kimia FMIPA Universitas
Shrimp : A Convenient Udayana, Bukit Jimbaran.
General Bioassay for Active Jurnal Kimia, 2:1907-9850.
Plant Constituent. Plant
Wang, W., Li, R., Alam, N., Liu, Y.,
Med. 45 : 31-34.
Lee, C.-O., Hong, J., Lee,
Mirzoeva, O.K., Grishanin, R.N. and C.K., Im, K.S. dan Jung,
Calder, P.C. 1997. J.H. 2002. New saponins
Microbiol Res : from the starfish
Antimicrobial action of Certonardoa semiregularis.
propolis dan some of its Journal Nat. Prod.,
components: the effects on 65:1649-1656.
growth, membrane
Wang, W., Hong, J., Lee, C.-O., Im,
potential, dan motility of
K.S. dan Jung, J. H. 2004.
bacteria. Journal Microbiol
Cytotoxic sterols and
Res. 152:239-246.
saponins from the starfish
Certonardoa semiregularis.
Nimah, S., Farid, W.M., Trianto, A.
Journal Nat. Prod. 67:584-
2012. Uji Bioaktivitas
591. 591.
Ekstrak Teripang Pasir
(Holothuria scabra)
Terhadap Bakteri
Pseudomonas aeruginosa
dan Bacillus cereus. Jurnal
Perikanan, 1(2):1-9
Nurhayati, A.P.D., Abdulgani, N.
dan Febrianto, R. 2006. Uji
Toksisitas Ekstrak
Eucheuma alvarezii
Terhadap Artemia salina
sebagai studi pendahuluan
anti kanker. Akta Kimindo
2(1):41-46

Pelczar, M.J, Chan, E.C.S. 2008.


Dasar-dasar Mikrobiologi.

50

You might also like