Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.2, Juli 2010

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.

2, Juli
2010

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN KELUARGA


DALAM MERAWAT KLIEN ISOLASI SOSIAL

Ruti Wiyati¹, Dyah Wahyuningsih², Esti Dwi Widayanti³


123 Prodi
Keperawatan Purwokerto, Poltekkes Semarang

ABSTRACT
Social isolation is an individual failure in the interaction with other people because of negative
thinking or threatening.The purpose of this study to determine the effect of family psycho
education therapy toward family’s ability on caring of client with social isolation. This study
used a quasi experiment design by method of pre post test with control group. Respondents of
this study were families where 48 clients with social isolation devided as random sampling
consist of 24 respondents who got family psycho education therapy as the intervention group
and 24 respondents who did not get family psycho education therapy as control group.
Analysis univariate data by analyzing variables as descriptive. Analysis bivariate using dependent
and independent sample t-test. Family psycho education therapy had been done by 5 sessions.
Study result indicated that the average of respondent age were 43,81 females with basic
educations and period of caring more than one year. Cognitive abilities in intervention group
before therapy were 47,5 and after therapy were 77,5. Cognitive abilities in control group before
therapy were 51,25 and after therapy were 64,17. The average of psychomotor abilities in
intervention group before therapy were 48,75 and after therapy were 75,83. While the average
of psychomotor abilities in control group before therapy were 52,5 and after therapy were 65.
From result of bivariate analysis indicated that family psycho education therapy can improve
affective and psychomotor abilities in intervention group compared than control group. It was
recommended to implement above as family therapy on caring of clients with social isolation.

Keywords : Social Isolation, Family Psycho Education Therapy, Cognitive, Motoric

PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan Kesehatan RI yaitu masyarakat yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, mandiri untuk hidup sehat. Masyarakat
kemampuan dan kemauaan hidup sehat yang mandiri untuk hidup sehat adalah
bagi seluruh masyarakat dalam rangka masyarakat yang sadar, mampu mengenali
mewujudkan derajat masyarakat yang dan mengatasi permasalahan kesehatan
setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan yang dihadapi sehingga dapat bebas dari
berpartisipasi aktif dalam memelihara dan gangguan kesehatan, baik yang
meningkatkan derajat kesehatannya disebabkan penyakit termasuk gangguan
sendiri, sehingga masyarakat bukan hanya kesehatan akibat bencanan, maupun
menjadi sasaran tetapi juga menjadi lingkungan dan perilaku yang yang tidak
pelaksana dalam pembangunan kesehatan mendukung untuk hidup sehat termasuk
jiwa. Sesuai dengan Visi Departemen masalah kesehatan jiwa ( Farid, 2008).

1
Gangguan jiwa adalah respon untuk mencari pemecahan masalah dan
maladaptif dari lingkungan internal dan pencegahan lebih lanjut meningkatnya
eksternal, dibuktikan melalui pikiran, angka gangguan jiwa.
perasaan dan perilaku yang tidak sesuai Data statistik gangguan jiwa di
dengan norma lokal atau budaya setempat Kabupaten Banyumas belum diketahui
dan menganganggu fungsi sosial, secara pasti, tetapi terjadi peningkatan
pekerjaan dan atau fisik (Townsend, 2005). jumlah klien gangguan jiwa di RSUD
Pengertian ini menjelaskan klien dengan Banyumas. RSUD Banyumas merupakan
gangguan jiwa akan menunjukan perilaku rumah sakit pendidikan dan rujukan untuk
yang tidak sesuai dengan norma kasus gangguan jiwa di Jawa Tengah
masyarakat dimana perilaku tersebut bagian selatan yang melayani klien umum
mengganggu fungsi sosialnya. Masalah dan tersedia poli jiwa serta rawat inap klien
kesehatan terutama gangguan jiwa ganggun jiwa. Jumlah klien ruang psikiatri
insidennya masih cukup tinggi. Data selama empat bulan ditahun 2008 yaitu
American Psychiatric Association (APA) Maret (99 orang), April (110 orang), Mei
tahun 1995 menyebutkan 1% penduduk (83 orang) dan Juni (79 orang), kondisi ini
dunia akan mengidap skizofrenia. Jumlah ruangan rawat inap 60 orang.
tiap tahun makin bertambah dan akan Jumlah kunjungan poli jiwa rata –
berdampak bagi keluarga dan masyarakat rata 20 orang per hari ( tahun 2008). Pada
(Kaplan & Saddock, 2005 ). bulan Pebruari 2009 klien yang dirawat di
Gangguan jiwa di Indonesia psikiatri 90% terdiagnosis Skizofrenia (80
menjadi masalah yang cukup serius. orang dari jumlah total 90 orang).
Berdasarkan data Depkes (2001) ada satu Berdasarkan alasan masuk rumah sakit
dari lima penduduk Indonesia menderita klien dengan perilaku kekerasan 62 kasus
gangguan jiwa. Data dari WHO pada tahun (68%), isolasi sosial 24 kasus, (26 %) dan
2006, terdapat 26 juta penduduk Indonesia halusinasi 14 kasus (16 %). Tujuh puluh lima
mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan persen berasal dari warga ekonomi lemah.
data tersebut dapat disimpulkan bahwa Diperkirakan jumlah gangguan jiwa akan
angka gangguan jiwa di Indonesia meningkat seiring dengan kenaikan bahan
mencapai 12% - 16% dari populasi pokok yang semakin meningkat dan beban
penduduk. Hasil SKMRT menunjukan hidup yang semakin meningkat. (Anonim,
gangguan mental emosional pada usia 2009).
diatas lima belas tahun adalah 140 orang World Health Organization (WHO)
per 1.000 penduduk dan usia lima sampai menyebutkan masalah utama gangguan
empat belas tahun sebanyak 104 orang jiwa di dunia adalah skizofrenia, depresi
per 1.000 penduduk (Maramis, 2006). unipolar, penggunaan alkohol, gangguan
Prevalensi gangguan jiwa di bipolar, gangguan obsesis kompulsif
Indonesia tahun 2007 sebesar 4,6%, ( Stuart & Laraia, 2005). Skizofrenia adalah
sedangkan di Jawa Tengah 3,3% gangguan pada otak dan pola pikir (Torrey,
(Batitbangkes 2008). Data diatas 1997 dalam Carson, 2003). Skizofrenia
menunjukan prevalensi gangguan jiwa di mempunyai karakteristik dengan gejala
Indonesia cenderung meningkat secara positif dan negatif. Gejala positif antara
bermakna. Perlu perhatian yang serius lain thought echo, delusi, halusinasi.
Gejala negatif seperti : sikap apatis, bicara Secara medis tidak ada
jarang, afek tumpul, menarik diri. Gejala penggolongan untuk masalah gangguan
lain dapat bersifat non-skizofrenia meliputi isolasi sosial. Isoalasi sosial menjadi tanda
kecemasan, depresi dan psikosomatik. dan gejala dari gangguan jiwa. Tanda
Perilaku yang sering muncul pada gejala utama klien dengan episode depresi
klien skizofrenia: motivasi kurang (81%), adalah sedih yang mendalam,
isolasi sosial (72%), perilaku makan dan berkurangnya energi dan menurunnya
tidur buruk (72%), sukar menyelesaikan aktivitas gejala tambahan yang meliputi
tugas (72%), sukar mengatur keuangan adalah harga diri rendah , kepercayaan diri
(72%), penampilan tidak rapih (64%), lupa kurang, rasa bersalah, pesimis, tidur
melakukan sesuatu (64%), kurang terganggu, tidak nafsu makan (Maslam
perhatian pada orang lain (56%), sering 2003).
bertengkar (47%), bicara pada diri sendiri Isolasi sosial tidak hanya
(41%), dan tidak teratur makan obat (47%) berdampak secara individu pada klien
(Stuart & Larai, 2005). Dari data diatas yang mengalami tetapi juaga pada sistim
mengindikasikan isolasi sosial adalah klien secara keseluruhan yaitu keluarga
salah satu perubahan yang muncul pada dan lingkungan sosialnya. Isolasi sosial
skizofrenia. Isolasi sosial adalah suatu dapat menurunkan produktifitas atau
pengalaman menyendiri dari seseorang berdampak buruk pada fungsi di tempat
dan perasaan segan terhadap orang lain kerja, karena kecenderungan klien menarik
sebagai sesuatu yang negatif atau diri dari peran dan fungsi sebelum sakit,
keadaan yang mengancam (Nanda, 2005). membatasi hubungan sosial dengan
Dengan kata lain dapat dikatakan
oarang lain dengan berbagai macam
bahwa isolasi sosial adalah kegagalan
alasan.
individu dalam melakukan interaksi dengan
Beban yang ditimbulkan oleh
orang lain yang disebabkan oleh pikiran
gangguan jiwa sangat besar. Hasil studi
negatif atau mengancam. Seseorang dapat
Bank Dunia menunjukkan, global burden of
dikatakan mengalami gangguan isolasi disease akibat masalah kesehatan jiwa
sosial jika individu tersebu: menarik diri, mencapai 8,1 persen, jauh lebih tinggi dari
tidak komunikatif, menyendiri, asyik tuberklosis (72%), kanker (58%), penyakit
dengan pikiran dan dirinya sendiri, tidak jantung (4,4 %), atau malaria (2,6%)
ada kontak mata, sedih, afek tumpul, (Kompas, 2007). Menurut Chandra
perilaku bermusuhan, menyatakan (2001), Health and Behaviour Advisor dari
perasaan sepi atau ditolak, kesulitan WHO Wilayah Asia Tenggara (WHO-
membina hubungan di lingkungannya, SEARO), meski bukan penyebab utama
menghindari orang lain dan kematian, gangguan jiwa merupakan
mengungkapkan perasaan tidak dimengerti penyebab utama disabilitas pada kelompok
orang lain. Jika perilaku isolasi sosial tidak usia paling produktif, yakni antara 15 - 44
ditangani dengan baik dapat dapat tahun. Dampak sosial berupa penolakan,
menurunkan produktifitas individu dan pengucilan, dan diskriminasi. Begitu pula
menjadikan beban bagi keluarga ataupun dampak ekonomi berupa hilangnya hari
masyarakat. produktif untuk mencari nafkah bagi
penderita maupun keluarga yang harus
merawat, serta tingginya biaya perawatan merawat anggota keluarga mereka yang
yang harus ditanggung keluarga maupun mengalami gangguan jiwa, sehingga
masyarakat. diharapkan keluarga akan mempunyai
Menurut Hawari (2003) salah satu koping yang positif terhadap stress dan
kendala dalam upaya penyembuhan beban yang dialaminya (Goldenberg &
pasien gangguan jiwa adalah Goldengerg, 2004).
pengetahuan masyarakat dan keluarga. Pendapat lain menjelaskan bahwa
Keluarga dan masyarakat menganggap Psikoedukasi keluarga adalah pemberian
gangguan jiwa penyakit yang memalukan pendidikan kepada seseorang yang
dan membawa aib bagi keluarga. mendukung treatment dan rehabilitasi.
Penilaian masyarakat terhadap gangguan Berdasarkan penelitian psikoedukasi
jiwa sebagai akibat dari dilanggarnya keluarga terbukti efektif keluarga klien
larangan, guna –guna, santet, kutukan
skizofrenia keluarga klien ketergantungan
dan sejenisnya berdasarkan kepercayaan
napza, keluarga klien dengan bipolar
supranatural. Dampak dari kepercayaan
disorder dan keluarga klien dengan
mayarakat dan keluarga, upaya pengobtan
depresi. Skizofrenia ditandai dengan dua
pasien gangguan jiwa dibawa berobat ke
katagori gejala utama, positif dan
dukun atau paranormal. Kondisi ini
negative.
diperberat dengan sikap keluarga yang
Mengacu pada hal tersebut,
cenderung memperlakukan pasien dengan
penulis menfokuskan pada psikoedukasi
disembunyikan, diisolasi, dikucilkan
yang dilakukan pada keluarga klien dengan
bahkan sampai ada yang dipasung.
gangguan isolasi sosial. Penulis
Keluarga merupakan faktor yang mengharapkan dengan psikoedukasi yang
sangat penting dalam proses kesembuhan dilakukan pada keluarga klien denga
klien yang mengalami gangguan jiwa. isolasi sosial, maka pengetahuan keluarga
Kondisi keluarga yang terapeutik dan tentang kemampuan cara merawat klien
mendukung klien sangat membantu isolasi sosial dan kemampuan koping
kesembuhan klien dan memperpanjang terhadap stress dan beban yang dialami
kekambuhan. dapat meningkat.
Berdasarkan penelitian ditemukan
bahwa angka kekambuhan pada klien METODE PENELITIAN
tanpa terapi keluarga sebesar 25 - 50% Penelitian ini menggunakan
sedangkan angka kekambuhan pada klien metode kuantitatif dengan desain
yang diberikan terapi keluarga 5 - 10% penelitian eksperimen semu (quasi
( Keliat, 2006). Keluarga sebagai ”perawat experimant pre dan post test with kontrol
utama” dari klien memerlukan treatment group). Besar sampel penelitian ditetapkan
untuk meningkatkan pengetahuan dan dengan purposive sample yaitu 24 kelompok
ketrampilan dalam merawat klien. intervensi yang diberikan terapi
Berdasarkan evidance based psikoedukasi keluarga dan 24 keluarga
practice psikoedukasi keluarga adalah sebagai kelompok kontrol yang diberikan
terapi yang digunakan untuk memberikan terapi generalis. Pelaksanaan penelitian
informasi pada keluarga untuk dibantu oleh perawat rumah sakit yaitu
meningkatkan ketrampilan mereka dalam ruang Samiaji dan Yudistira dalam
memberikan terapi generalis, sedangkan Analisa data dilakukan menggunakan 2 uji
untuk terapi psikoedukasi keluarga yaitu univariat untuk karakteristik responden
dilakukan oleh peneliti. dan bivariat untuk menganalisa kemampuan
Instrumen penelitian digunakan keluarga sebelum dan sesudah terapi
adalah kuesioner, terdiri dari kuisioner psikoedukasi keluarga. Uji univariat dengan
tentang karakteristik keluarga, kemampuan menggunakan uji chi- square dan uji bivariat
kognitif dan psikomotor keluarga. menggunakan analisis Independent Sample
Instrumen sudah diuji validitas dan t-tes dan paired t-test.
reabilitasnya di RSJ Solo, pada
kemampuan kognitif hasil 0,984 dan pada HASIL DAN BAHASAN
kemampuan psikomotor 0,987. Penelitian dilakukan di RSUD
Pengumpulan data dilakukan Banyumas ruang Samiaji dan Yudistira
dalam dua periode yaitu : melakukan pre terhadap 48 responden(keluarga dengan
test pada responden kelompok kontrol dan anggota keluarga isolasi sosial) yaitu 24
intervensi untuk menilai kemapuan keluarga, kelompok intervensi dan 24 kelompok
kemudian memberikan terapi generalis pada kontrol. Hasil analisis penelitian ini
kelompok intervensi dan kontrol. Pada menunjukan bahwa kemampuan keluarga
kelompok intervensi diberikan terapi dalam merawat klien isolasi sosial baik
psikoedukasi keluarga selama lima sesi kognitif dan psikomotor sebelum
yang masing – masing sesi selama 45 pemberian terapi psikoedukasi keluarga
menit. Setelah itu diukur kembali setara(p>0,05) (Tabel 1).
kemampuan kognitif dan psikomotor dengan
menggunakanpost tes, pada kelompok
intervensi dan kontrol.

Tabel 1.Kesetaraan Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Berdasarkan Usia Di RSUD
Banyumas. Bulan Mei – Juni 2009 ( n=48).
Kelompok Mean SD SE N P T
Intervensi 43,96 8,730 1,782 24 0,905 0,120
Kontrol 43,67 8,117 1,657 24

Hasil analisis penelitian menunjukan bermakna (p<0,05) sesudah pemberian


bahwa ada peningkatan kemampuan terapi psikoedukasi keluarga (Tabel 2).
kognitif dan psikomotor keluarga secara
Tabel 2. Kesetaraan Kelompok intervensi dan Kontrol berdasarkan jenis kelamin, pendidikan
dan lama merawat di RSUD Banyumas Mei – Jini 2009 (n=48)
Karakteristik Intervensi Kontrol Jumlah X² P value
n % n % n %
Kelamin
Laki-laki 10 20,8 13 27,1 23 66,7 0,334 0,564
Perempn 14 29,2 11 22,9 25 33,3
Pendidikan
Dasar 15 31,75 12 25 21 43,8 0,339 0,561
Menegah 9 18,75 12 25 27 56,2
Lama Merawat
< 1 tahun 12 25 11 22,9 23 47,9 0,000 1,000
> 1 tahun 12 25 13 27,1 25 52,1

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lebih tinggi secara bermakna dibandingkan
rerata kemampuan kognitif dan psikomotor kelompok kontrol (p<0,05) (Tabel 3).
keluarga kelompok intervensi meningkat

Tabel 3. Analisis Kemampuan keluarga Dalam Merawat Klien Isolasi Sosial Sebelum Dan
Sesudah Terapi Psikoedukasi Keluarga Kelompok Intervensi dan Kontrol Di RSUD
Banyumas. Mei –Juni 2009(n= 48)
Kemampuan Mean SD SE T P Value
Kelompok Intervensi
Kognitif
Sebelum 47,50 9,891 2,019 -17,621 0,000*
Sesudah 77,50 11,51 2,351
Selisih 30
Psikomotor
Sebelum 48,75 10,347 2,112 -10,195 0,000*
Sesudah 75,83 9,286 1,896
Selisih 27,08
Kelompok Kontrol
Kognitif
Sebelum 51,25 9,918 2,025 -9,167 0,000*
Sesudah 64,17 7,755 1,583
Selisih 12,93
Psikomotor
Sebelum 52,50 11,561 2,351 -1073 0,000*
Sesudah 65.00 9,325 1,903
Selisih 12,5 2,236 0,448
Terapi Psikoedukasi keluarga kesempatan untuk bertanya, bertukar
dapat meningkatkan kemampuan kognitif pandangan dan bersosialisasi dengan
karena dalam terapi mengandung unsur anggota yang lain dan profesi kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan keluarga mental. Penelitian membuktikan
tentang penyakit, mengajarkan tehnik yang psikoedukasi keluarga sangat efektif
dapat membantu keluarga untuk diberikan kepada keluarga.
mengetahui gejala–gejala penyimpangan Kenaikan kemampuan psikomotor
perilaku, serta peningkatan dukungan bagi pada kelompok intervensi dimungkinkan
anggota keluarga itu sendiri. Tujuan karena terapi psikoedukasi keluarga yang
program pendidikan ini adalah berkaitan dengan adanya komponen
meningkatkan pencapaian pengetahuan ketrampilan latihan yang terdiri dari :
keluarga tentang penyakit, mengajarkan komunikasi, latihan menyelesaikan konflik,
keluarga bagaimana tehnik pengajaran latihan asertif, latihan mengatasi perilaku
untuk keluarga dalam upaya membantu dan mengatasi stress. Komponen latihan
mereka melindungi keluarganya dengan terdapat dalam sesi tiga yaitu demonstrasi
mengetahui gejala-gejala perilaku dan keluarga cara berintreraksi dan
mendukung kekuatan keluarga (Stuart & berkenalan dengan orang lain, meragakan
Laraia, 2005). cara beraktifitas dan meragakan cara
Aktifitas program
memberikan obat pada pasien.
psychoeducational untuk keluarga menurut Peningkatan kemampuan
Marsh (2000) yang dikutip oleh Stuart & psikomotor ini kemungkinan berkaitan
Laraia (2005), yang dapat meningkatkan dengan teori belajar yang menjelaskan
kemampuan terdapat unsur didaktik yaitu bahwa seorang belajar bukan saja dari
:Komponen didaktik: memberikan informasi pengalaman langsung, tetapi dari
tentang gangguan jiwa dan sistim peniruan, peneladanan (modeling).
kesehatan jiwa yang dalam penelitian ini Perilaku merupakan hasil faktor – faktor
lebih difokuskan pada klien isolasi sosial. kognitif dan lingkungan artinya seseorang
Kemampuan kognitif yang mengalami mampu memiliki ketrampilan tertentu bila
peningkatan yaitu keluarga mampua terdapat jalinan positif dan stimuli yang
mengetahui penyebab, tanda gejala isolasi diamati dan karakteristik diri seseorang.
sosial akibatnya keluarga mampu untuk Kemampuan psikomotor dalam merawat
merawat klein dengan isolasi sosial. Meski klien ditujukan pada kemampuan keluarga
tidak ada satupun program bisa bekerja, untuk senantiasa memberi pujian dan
sama baiknya dalam semua situasi, untuk penghargaan pada klien, berupaya
menjelaskan struktur umum yang dapat memberi dukungan pengobatan dengan
memodifikasi kebutuhan pertemuan membawa klien berobat ke pelayanan
individu. Kebanyakan program pendidikan kesehatan. Kemungkinan lain diperkuat
mempunyai batasan dan didesain terbatas oleh besarnya porposi usia dan tingkat
terutama untuk pola pikir dan perilaku dari pendidikan keluarga dalam kelompok ini.
keluarga. Yang paling penting dari Meskipun semua responden berpendidikan
program Psikoedukasi keluarga adalah dasar dan menengah, namun dalam
bertemu keluarga berdasarkan pada mengingat aktifitas sederhana justru pada
kebutuhan dan keluarga memberi usia dewasa madya terjadi peningkatan.
Denney (1993) dalam Notoatmojo (2007) kemampuan keluarga secara bermakna
menentukan bahwa kecakapan untuk dalam merawat klien isolasi sosial. Hasil
menyelesaikan problem praktis, meningkat penelitian menunjukan bahwa terdapat
pada usia 40 – 50 tahun. perbedaan kemampuan yang bermakna
Kemampuan psikomotor antara kelompok yang mendapat terapi
didapatkan sebagian besar keluarga TPK dan keluarga yang tidak mendapat
mampu meragakan cara berinteraksi, TPK sesudah TPK. Perbedaan ini terjadi
berkenalan dengan orang lain dan yang pada aspek kognitif dan psikomotor.
jarang dilakukan adalah mengontro minum Perbedaan yang paling besar pada aspek
obat dan melibatkan dalam aktifitas, kognitiif yaitu 30.
karena klien masih dirawat di ruamah sakit. Perbedaan bermakna pada aspek
Hasil penelitian ini sesuai dengan kemampuan keluarga karena pelaksanaan
pendapat Wardani dkk, (2006) dalam psikoedukasi keluarga yang berjalan
penelitian yang berjudul pengaruh intensif dari sesi satu samapi sesi lima
psikoedukasi terhadap beban dan dan masing – masing peserta mengikuti
kemampuan keluarga dalama merawat dari awal sampai akhir. Hasil dari
klien halusinasi di Yogyakarta. penelitian ini sesuai teori yang
Keluarga yang mendapatkan
disampaikan oleh goldenberg (2004)
terapi psikoedukasi keluarga meningkatkan
bahwa Family Psycoeducation adalah
kemampuan yang bermakna sebesar
terapi yang digunakan untuk memberikan
25,36 kali. Sesuai pendapat dari Goldenberg
informasi terhadap kemampuan keluarga
(2004) bahwa psikoedukasi adalah terapi
yang mengalami distress, memberiakan
yang diberiakn untuk memberiakan
pendidikan kepada mereka untuk
informasi terhadap keluarga yang
meningkatkan kemampuan untuk dapat
mengalami distress, memberikan pendidikan
mamahami dan mempunyai koping akibat
pada mereka untuk meningkatkan
gangguan jiwa yang mengakibatkan
ketrampilan, untuk dapat memahami dan
masalah pada hubungan keluarga.
meningkatkan koping akibat gangguan jiwa
Menurut Suny & Win-King (2007) terapi
yang dpat mengakibatkan masalah pada
psikoedukasi keluarga sangat efektif
keluarga.
karena memberikan informasi tentang
Lawrenece & Veronika (2002)
prefentif dan promotif, ketrampilan koping,
mengungkapkan terjadi peningkatan 33%
kognitifn tingkah laku dan ketrampilan bagi
pada kelompok klien skizofrenia setelah
keluarga.
diberikan terapi psikoedukasi keluarga,
karena dalam psikoedukasi keluarga berisi SIMPULAN DAN SARAN
tentang : peningkatan hubungan yang Karakteristik keluarga yang
positif antara anggota keluarga, mempunyai klien isolasi sosial di RSUD
meningkatkan stabilitas keluraga, Banyumas pada umumnya pada rentang
menajemen stess keluarga, kemampuan usia dewasa ,mempunyai tingkat
motorik keluarga melalu role play. Dengan pendidikan dasar, berjenis kelamin
demikian dapat disimpulkan penelitian ini perempuan. Terapi Psikoedukasi Kelurga
menjawab hipotesa bahwa terapi meningkatkan kemampuan kognitif dan
psikoedukasi keluarga meningkatkan psikomotor secara bermakna. Kualitas
sumber daya manusia keperawatan perlu keluarga dan terapi generalis untuk
ditingkatkan dalam melakukan asuhan keluarga. Perlu penelitian pada kasus lain
keperawatan pada klien isolasi sosial untuk melengkapi informasi tentang sejuah
berdasarkan terapi generalis. Direktur RS mana terapi psikoedukasi Keluarga dapat
Jiwa atau Umum yang membuka bangsal membantu klien dengan masalah selain
jiwa menetapkan suatu kebijakan untuk isolasi sosial dalam meningkatkan
implementasi terapi keluarga pada pengetahuan kognitif.
keperawatan jiwa yaitu terapi psikoedukasi
Keliat, B. (2003). Pemberdayaan klien dan
DAFTAR PUSTAKA keluarga dalam perawatan klien
American Psychological Association. (2001). skizofrenia dengan perilaku
Publication manual of the kekerasaan di Rumah Sakit Jiwa
American Psychological Pusat Bogor:Desertasi, Jakarta:
Association. Washington, DC. FKM UI
American Psychological Lameshow, Stanley, et.al. (1997), Besar
Association. sampel dalam penelitian
Balitbangkes, (2008). www.litbang kesehatan, Gadjah Mada
depkes.go.id, diperoleh tanggal University Press.
20 januari 2009). Lawrence & Veronika. (2002).
Carson, V.B. (2000). Mental Health Understanding families in their in
Nursing : The Nurse – patien their own context:schizophrenia
Journey. Philadelphia. W.B. and structural family therapy in
Sauders Company Beijing. Journal of family therapy
Departemen Kesehatan Republik 24: 233-257
Indonesia. (2003). Buku Maramis. (2006). http//www.Suarakarya
Pedoman Kesehatan Jiwa, online.
Jakarta Depkes. Com/news.htm/id=157830011,
Farid, A. (2006). Membangun Kesadaran diperoleh pada tanggal 20 februari
Baru tentang Kesehatan Jiwa, 2009.
http//www. Suara karya- Notoatmojo, S. (2005). Promosi
online.com/news-html. Diperoleh Kesehatan dan teori aplikasinya.
tanggal 19 Desember 2008. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Goldenberg, I & Goldengerg, H. (2004). Notoatmojo, S. (2007). Promosi kesehatan
Family Theraphy an overview . dan ilmu perlaku: PT Rineka Cipta
United states, Thomson Nursalam. (2003). Metodologi Penelitian
Kalpan & Saddock . (1997), Synopsis of Ilmu Keperawatan. Jakarta;
Pshyciatry Science Clinical Salemba Medika.
Psychiatry . Baltimore: Williams & Psychoeducation. ( 2006).
Wilkins. Psycoeducation,
Keliat, B. (1996). Peran Serta Keluarga www.psycoeducation.com,
daalam Perawatan Gangguan diambil tanggal 5 Januari 2009.
Jiwa, Jakarta : EGC Psyweb Mental Health Site . (2000).
Schizofrenia. http:/www.
Psyweb.com Diperoleh 25 Utami, TW. (2008). Pengaruh Self Help
Februari 2009. Group Terhadap Kemampuan
Rasmun. (2001). Keperawatan Keluarga dalam Merawat Klien
Kesehatan Mental Psikiatri Gangguan Jiwa Di Kelurahan
Terintegrasi Dengan Keluarga. Sindang Barang Bogor Tahun
Jakarta, Sagung Seto. 2008. Jakarta. Tidak
Stuart, G., and Laraia, M., (2005) The dipublikasikan.
Principle and Practise of Varcarolis, Elizabet. M et al (2006)
Psychiatric Nursing . Elsevier Foundations of Pshychiatric
Mosby, St Louis Missouri. Mental Health Nursing A Clinical
Sugiyono. (2002). Metode penelitian Approach, Edisi 5. Sounders
administrasi. Bandung : Alfabeta Elsevier, St Louis Missouri.
Suny & Wing-Kin-Lee . (2007). Videbeck, S. L. (2006). Buku Ajar
Psychoeducational programme in Keperaawatan Jiwa, Edisi 1,
Hong Kong for People with Jakarta EGC.
Schizofrenia. Occup. Ther. Int. 14 Wardiningsih, Santi (2007), Pengaruh
(2): 86 – 98 . Family Psychoeducation terhadap
Sutatminingsih, R. (2002). Schizofrenia. Beban dan Kemampuan Keluarga
http:// www.library usu. ac.id/ dalam Merawat Klien dengan
modules. php. Diperoleh 1 januari Halusinasi di Kabupaten Bantul
2009 Yogyakarta, Hasil Tesis Fakultas
Townsend, CM. (2005). Esesential of Ilmu Keperawatan Universitas
Psychiatric Mental Health Indonesia.
Nursing. Ed.3. Philadelphia : F.A.
Davis Company.

You might also like