Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PEGEMBAGA SOAL-SOAL FISIKA DEGA TIGKAT KESUKARA BERJEJAG

PADA PESERTA DIDIK KELAS XI SMA 11 MAKASSAR

Wahyudi1, Bunga Dara Amin, Muris


Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Makassar
Kampus UNM Parangtambung Jln. Daeng Tata Raya, Makassar, 90224
1
e-mail : icpwahyudi@gmail.com

Abstract: Development of Physics Problems with Varied Level of Difficulty of Grade XI IPA
Students at SMA 11 Makassar. This research is development research which have objective to
develop physcis problems with varied level of difficulty of grade XI IPA students at SMA 11
Makassar. Physics problems that valid were developed as solution in repair evaluation of learning
especially physics so that can measure competence of students objectively. This research is done at
January and February 2016 at subject of research grade XI IPA SMA 11 Makassar with procudure
of development in generally are: (1) Formulate conceptual and operational definition, (2) Design
instrument. (3) Validation of Supervisor, (4) Testing, (5) Analyzing, (6) Revision of Instrument, and
(7) Final Intruments. The analyzing is used are (1) Analyze of Gregory, (2) Analyze of item, (3)
Reliabilty of instrument, (4) Level of Difficulty, and (5) Different power. After supervisor validation,
39 items eligblies valid criteria, with remember domain is 9 items, understand domain is 7 items,
apply domain is 14 items and analyze domain is 9 items, where 11 items is easy criteria (28,2 %), 19
items is medium criteria (48,7 %) and 9 items is difficult criteria (23,1 %). From 39 items, then is
being tested on 27 respondents. After testing, 39 items analyzed by using point biserial correlation,
and the result 21 items is valid. Which using KR-20, the instruments test have reliability 0,99 or in
high criteria. After done empirical analyzing, so revised for problems which invalid then retests
again. The result is 12 items is valid with reliability is 0,84 or in high criteria also. So that, 33 items
of problem with varied level of difficulty eligblies to measure physics problems perform abilty is
objectively at grade XI IPA student, where 8 items is easy criteria (24,2 %), 16 items is medium
criteria (48,5 %) and 9 items is difficult criteria (27,3 %).

Key words : physics problems, level of difficulty

Abstrak: Pengembangan Soal-soal Fisika dengan Tingkat Kesukaran Berjenjang pada Peserta
Didik Kelas XI SMA 11 Makassar. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang bertujuan
untuk mengembangkan soal-soal fisika dengan tingkat kesukaran berjenjang pada peserta didik kelas
XI IPA SMAN 11 Makassar. Soal-soal yang valid dikembangkan sebagai solusi dalam memperbaiki
evaluasi pada pembelajaran khususnya fisika sehingga mampu mengukur kompetensi peserta didik
seobjektif-objektifnya. Penelitian dilakukan pada bulan Januari dan Februari 2016 pada subjek
penelitian kelas XI IPA SMAN 11 Makassar dengan prosedur pengembangan instrumen secara umum
yakni: (1) Merumuskan definisi konseptual dan operasional, (2) Merancang Instrumen, (3) Penelaahan
pernyataan, (4) Uji coba, (5) Analisis, (6) Revisi instrumen, dan (7) Perakitan instrumen menjadi
instrumen final. Analisis yang digunakan adalah (1) Analisis Gregory, (2) Analisis Butir, (3)
Reliabilitas Instrumen, (4) Tingkat Kesukapran, dan (5) Daya Pembeda. Setelah melakukan validasi
pakar atau praktisi, 39 butir soal dikategorikan valid, dengan tingkatan mengingat 9 butir, memahami
7 butir, menerapkan 14 butir dan menganalisis 9 butir, dimana 11 butir dalam kriteria mudah (28,2 %),
19 butir dalam kriteria sedang (48,7 %) dan 9 butir dalam kriteria sukar (23,1 %). Dari 39 butir
tersebut, kemudian diujicobakan pada 27 responden. Setelah uji coba, 39 butir dianalisis
menggunakan point biserial correlation, dan hasilnya sebanyak 21 soal yang valid. Dengan
menggunakan KR-20, intrumen tes tersebut memiliki reliabilitas 0,99 atau dalam kriteria tinggi.
Setelah dilakukan analisis empirik, maka dilakukan revisi terhadap soal-soal yang tidak valid
kemudian dilakukan uji coba kembali. Hasilnya adalah 12 soal yang valid dengan reliabilitas 0,84 atau
dalam kategori tinggi pula. Dengan demikian, 33 butir soal-soal fisika dengan kesukaran berjenjang
memenuhi syarat untuk mengukur kemampuan mengerjakan soal-soal fisika secara objektif pada
peserta didik kelas XI IPA, dimana 8 butir dalam kriteia mudah (24,2 %), 16 butir dalam kriteria
sedang (48,5 %) dan 9 butir dalam kriteria sukar (27,3 %).

Kata Kunci: pengembangan soal fisika, kesukaran berjenjang

44
Wahyudi dkk., Pengembangan Soal-soal Fisika dengan Tingkat Kesukaran Berjenjang... 45

PEDAHULUA (KKM). Masalahnya adalah kurangnya


Evaluasi adalah proses dalam pembelajaran kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika.
yang didalamnya terdapat penilaian dan Kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika
pengukuran untuk mengetahui sejauh mana sangat berhubungan dengan prestasi dalam hal
keberhasilan suatu pembelajaran sehingga akademik, misalnya olimpiade fisika dan jika
idealnya menghasilkan suatu proyeksi bagaimana kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika dari
proses pembelajaran selanjutnya. Alat yang peserta didik dalam kategori tinggi maka hasil
digunakan dalam mengukur disebut tes, yang belajar pun pasti tinggi.
selanjutnya setelah proses pengukuran dilakukan Dalam proses peningkatan hasil belajar
penilaian. Asesmen yang baik sangat menentukan fisika yang merupakan persoalan klasik dalam
hasil pengukuran dimana sesuai dengan kondisi pembelajaran telah banyak digunakan model,
objektif di lapangan. Dengan asumsi tersebut, pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik
maka perlu dikembangkan alat ukur yang baik tertentu sebagai solusi didalam proses
guna menghasilkan alat ukur yang benar-benar pembelajaran di kelas. Tapi peneliti memberikan
valid dalam mengukur bagaimana hasil belajar solusi yang berbeda, dimana melihat dari alat
peserta didik di lapangan dalam periode tertentu. evaluasi yang digunakan sehingga mampu
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur secara objektif pencapaian peserta
mengembangkan soal-soal fisika dengan tingkat didik. Soal-soal yang digunakan dalam
kesukaran berjenjang pada peserta didik kelas XI pengetesan, biasanya tidak mengukur dengan
IPA SMAN 11 Makassar dengan asumsi bahwa baik pencapaian peserta didik di kelas karena tes
sekolah tersebut merupakan sekolah yang yang digunakan tidak memiliki kevalidan dan
mendapatkan penhargaan internasional yaitu reliabilitas yang tinggi. Tes yang digunakan
International Organization for Standardization hanya perkiraan-perkiraan dari guru mengenai
(ISO) dan begitu banyak prestasi dalam bidang kondisi peserta didik tanpa menguji kevalidannya
ekstrakurikuler, seperti juara pertama dalam dan keandalannya sehingga pencapaian peserta
lomba basket putra dan putri se provinsi Sulawesi didik tidak terukur dengan baik atau objektif.
Selatan sehingga mewakili Sulawesi Selatan Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan
dalam ajang lomba basket Nasional di Jakarta soal-soal fisika yang sesuai dengan kondisi
tahun 2014 dan masih banyak juara-juara yang peserta didik di sekolah tersebut sebagai solusi
diraihnya baik dalam kepramukaan, Paskibraka, untuk memperbaiki tes yang digunakan, dimana
Palang Merah Remaja dan lain-lain. Namun, tes yang digunakan benar-benar valid dan
ketika menelisik prestasi dalam bidang akademik memiliki reliabiliatas atau keajegan yang tinggi.
khususnya lomba-lomba sains misalnya lomba- Soal-soal yang dikembangkan memiliki tingkat
lomba olimpiade, Lomba Gravitasi (Gebyar kesukaran berjenjang sehingga tingkatan-
Civitas Fisika) dan lainnya, SMAN 11 Makassar tingkatan kemampuan kognitif taksonomi Bloom
terlihat kurang dalam bidang tersebut. dari peserta didik bisa terekam melalui penelitian
Ditambah lagi selama peneliti melakukan pengembangan soal-soal fisika dengan tingkat
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah kesukaran berjenjang ini.
tersebut, hasil belajar fisika baik tes formatif Berdasarkan latar belakang penelitian diatas,
maupun sumatif masih rendah, hal tersebut maka pertanyaan penelitian yang dikemukakan
ditandai dengan hanya beberapa orang yang dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
melebihi batas Kriteria Ketuntasan Minimal mengembangkan soal-soal fisika dengan tingkat
46 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 12, omor 1, April 2016, hal. 44 - 53

kesukaran berjenjang yang valid?. Sedangkan Instrumen pengumpulan data digunakan


penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan soal- untuk mendapatkan informasi tentang pancapaian
soal fisika dengan tingkat kesukaran berjenjang kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika yang
yang valid. sedang dikembangkan. Instrumen yang
digunakan saat melakukan penelitian adalah
METODE
instrumen yang telah direvisi dan divalidasi oleh
Jenis penelitian ini adalah penelitian para ahli. Instrumen dalam penelitian ini adalah
pengembangan (research and development). soal-soal fisika dengan tingkat kesukaran
Penelitian pengembangan ini menggunakan berjenjang. Uraian mengenai instrumen yang
model pengembangan instrumen tes yaitu: 1) digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
Merumuskan definisi konseptual dan operasional, berikut:
2) Merancang instrumen, 3) Penelaahan 1. Lembar validasi para ahli
pernyataan, 4) Uji coba, 5) Analisis, 6) Revisi Instrumen ini digunakan untuk memvalidasi
Instrumen, dan 7) Perakitan instrumen menjadi soal-soal fisika dengan tingkat kesukaran
Instrumen final. Uji coba penelitian ini dilakukan berjenjang. Hasil validasi yang dilakukan oleh
pada peserta didik kelas XI-IPA SMA Negeri 11 para ahli ini yaitu berupa saran dan pendapat
Makassar tahun pelajaran 2015/2016. validator yang nantinya akan digunakan untuk
Untuk menghindari kesalahan persepsi, merevisi soal-soal fisika tersebut.
maka variabel penelitian secara operasional 2. Instrumen Tes
didefenisikan adalah sebagai berikut: Instrumen Tes adalah soal-soal fisika hasil
1. Soal-soal fisika adalah intrumen tes yang validasi yang dilakukan oleh para ahli kemudian
berisikan soal-soal pilihan ganda untuk diujicobakan secata terbatas. Soal-soal tersebut
mengetahui seberapa besar kemampuan berupa pilihan ganda dengan materi Kinematika
mengerjakan soal-soal pada peserta didik. dengan Analisis Vektor pada gerak lurus, gerak
Soal-soal mengacu pada tingkatan kognitif melingkar dan gerak parabola.
Bloom yang dimulai dengan mengingat (C1), Untuk menganalisis data pada
memahami (C2), menerapkan (C3), pengembangan instrumen tes ini digunakan
menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan teknik analisis statistik deskriptif. Data dianalisis
mencipta (C6), tetapi pada penelitian ini menggunakan:
hanya mengambil sampai pada tingkatan 1. Analisis Gregory
menganalisis (C4) dengan memperhatikan Tes kemampuan menyelesaikan soal-soal
subjek penelitian dan kompetensi dasar yang fisika dengan kesukaran berjenjang dibuat dalam
dipilih. bentuk pilihan ganda sebanyak 77 butir soal. Soal
2. Kesukaran berjenjang dikategorikan dengan tersebut kemudian divalidasi oleh dua ahli untuk
tingkatan mudah, sedang dan sukar untuk mengetahui valid atau tidaknya soal tersebut
setiap tingkatan dalam revisi Taksonomi digunakan dalam penelitian atau uji coba. Untuk
Bloom. soal-soal fisika dengan tingkat kesukaran
3. Soal-soal fisika dikatakan valid apabila hasil berjenjang divalidasi oleh dosen dari jurusan
analisis Gregory berada pada kategori valid fisika Universitas Negeri Makassar. Setelah
dan hasil analisis setelah uji coba instrumen divalidasi, selanjutnya dilakukan
menggunakan KR-20, instrumen juga berada pengujian instrumen oleh ahli atau disebut
dalam kriteria valid. dengan uji Gregory atau uji validitas isi atau uji
Wahyudi dkk., Pengembangan Soal-soal Fisika dengan Tingkat Kesukaran Berjenjang... 47

konten, dengan model kesepakatan seperti pada 2. Analisis Butir


gambar 1. Adapun rumus uji Gregory yang Aspek yang dianalisis adalah kevalidan
digunakan sebagai berikut: soal-soal fisika setalah dilakukan uji coba
 terbatas. Rumus yang digunakan adalah:
 = 

++ +
 − 
 = 
(Aryawan, dkk., 2014: 5) 

Syarat uji Gregory, jika VC≥ 0,75 atau ≥ (Arikunto, 2003: 79)
75% maka dapat dinyatakan valid. Dimana rbisp adalah koefisien korelasi biserial, XB
adalah rata-rata jawaban benar, XS adalah rata-
rata jawaban salah, p adalah proporsi jawaban
benar, q = 1- p, dan SD adalah standar deviasi.

Penilai Pakar #1

Relevansi lemah Relevansi kuat Keterangan:


(butir bernilai 1 (butir bernilai 3
atau 2) atau 4) A = banyaknya butir
dalam sel A (relevansi
Relevansi lemah-lemah)
lemah
(butir A B B = banyaknya butir
bernilai dalam sel B (relevansi
1 atau 2) kuat-lemah)
Penilai
Pakar #2 C = banyaknya butir
Relevansi dalam sel C (relevansi
kuat lemah-kuat)
(butir C D
bernilai D = banyaknya butir
3 atau 4) dalam sel D (relevansi
kuat-kuat)

Gambar 1. Model Kesepakatan antar Penilai untuk Validitas Isi

3. Reliabilitas instrumen 4. Tingkat kesukaran dan daya beda


Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini Selain analisis butir dan reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan persamaan instrumen, maka instrumen yang digunakan juga
sebagai berikut : dianalisis berdasarkan tingkat kesukaran soal dan
daya pembedanya dengan menggunakan rumus:
 k   s 2 − ∑ pq 
KR − 20 =     $ %$& "
 k − 1  s2   !"#  =
'
(Sugiyono, 2012)
 − 

Dengan k = jumlah soal valid,  = variansi total, ( ") =
1
P = proporsi jawab benar, dan q = 1 – p. 2'
48 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 12, omor 1, April 2016, hal. 44 - 53

dengan BA = jumlah jawab benar Kelompok pengembangan dari proses awal sampai diperoleh
Atas (KA), BB = jumlah jawab benar Kelompok hasil pengembangan. Pada perancangan draft 1
Bawah (KB), dan N = jumlah peserta tes atau draft awal pengembangan soal-soal dengan
(Kaharuddin, 2013). kesukaran berjenjang dengan berbagai tahap pun
Adapun tingkat kriteria tingkat kesukaran dilakukan. Pada tahap awal pengembangan ini
adalah 0 – 0,30 berarti soal kategori sukar, 0,31 – meliputi keseluruhan tahapan yang dilakukan
0,70 berarti soal kategori sedang, dan 0,71 – peneliti dalam mengembangkan instrumen. Hasil
1,00 berarti soal kategori mudah. Kriteria daya penelitian pengembangan soal-soal adalah
pembeda adalah 0,40 - 1,00 untuk soal diterima sebagai berikut:
baik, 0,30 - 0,39 untuk soal diterima tetapi perlu 1. Perancangan istrumen
diperbaiki, 0,20 - 0,29 untuk soal diperbaiki, dan Pada tahap ini dihasilkan kumpulan-
0,19 - 0,00 berarti soal tidak dipakai/ dibuang kumpulan materi fisika berkenaan dengan konsep
(Kaharuddin, 2013). yang telah ditetapkan. Dari berbagai referensi
tersebut, dibuatlah soal-soal fisika dengan tingkat
HASIL DA DISKUSI
kesukaran berjenjang pada materi kinematika
Untuk mendapatkan gambaran hasil
vektor sebanyak 77 butir soal seperti pada tabel
pengembangan, maka berikut diuraikan data hasil
1. Hasil rancangan ini disebut sebagai draft I.

Tabel 1. Rancangan Soal-soal Fisika dengan Kesukaran Berjenjang


Tingkatan Tingkat Kesukaran
Total
Kognitif Mudah Sedang Sukar
Mengingat 7 Butir 6 Butir 1 Butir 14 Butir
Memahami 2 Butir 15 Butir 0 Butir 17 Butir
Menerapkan 2 Butir 29 Butir 4 Butir 25 Butir
Menganalisis 2 Butir 8 Butir 1 Butir 11 Butir
Total 13 butir 58 butir 6 butir 77 butir

Tabel 2. Soal-soal Fisika dengan Kesukaran Berjenjang setelah Validasi Pakar

Tingkatan Tingkat Kesukaran


Total
Kognitif Mudah Sedang Sukar
Mengingat 4 Butir 3 Butir 2 Butir 9 Butir
Memahami 2 Butir 4 Butir 1 Butir 7 Butir
Menerapkan 3 Butir 9 Butir 2 Butir 14 Butir
Menganalisis 2 Butir 3 Butir 4 Butir 9 Butir
Total 11 Butir 19 Butir 9 Butir 39 Butir

2. Penelaahan pernyataan diujicobakan secara terbatas. Kegiatan revisi


Setelah draft I telah dibuat, kemudian dimaksudkan untuk mengevaluasi dan
dilakukan validasi pakar dengan berbagai revisi memperbaiki rancangan yang telah dibuat (Draft
untuk menghasilkan draft II yang siap untuk I).
Wahyudi dkk., Pengembangan Soal-soal Fisika dengan Tingkat Kesukaran Berjenjang... 49

Hasil valiadasi pakar dianalisis 4. Analisis


menggunakan tabel Gregory. Soal-soal tes Setelah soal-soal pada draft II diujicobakan,
tertulis divalidasi tersendiri oleh pakar yang maka selanjutnya dianalisis menggunakan
berbeda dan dianalisis dengan Tabel Gregory beberapa statisitik deskriptif. Berdasarkan hasil
pada setiap kartu soal. Berdasarkan hasil analisis butir, dari 39 soal yang diujicobakan,
penilaian dari dua pakar, hasil analisis sebanyak 21 soal yang valid. Rumus yang
menggunakan analisis Gregory menunjukkan digunakan adalah rumus Point Biserial
bahwa koefisien reliabilitas tes tertulis yang Correlation dan Reliabilitas atau keandalan
terdiri dari 39 soal adalah 1,00 atau berada pada instrumen tes adalah sebesar 0,99 atau dalam
kategori tinggi. Dengan demikian keseluruhan kriteria tinggi dimana rumus yang digunakan
aspek penilaian pakar terhadap soal-soal adalah Kuder-Richardson 20 (KR-20).
berjenjang memenuhi kelayakan. 5. Revisi instrumen
3. Uji coba Setelah dilakukan analisis data, maka
Setelah soal-soal draft II telah siap selanjutnya adalah revisi kembali soal-soal yang
kemudian diujicobakan secara terbatas pada tidak valid untuk diujicobakan kembali. Berikut
peserta didik kelas XI IPA SMAN 11 Makassar. hasil revisi soal-soal yang telah dibuat.
Uji coba dilaksanakan pada tanggal 11 Januari
2016 sebanyak 27 responden.

Tabel: 4.3 Hasil revisi instrumen yang akan diujicobakan kembali


Tingkatan Tingkat Kesukaran
Total
Kognitif Mudah Sedang Sukar
Mengingat 3 Butir 1 Butir 1 Butir 5 Butir
Memahami 1 Butir 2 Butir 3 Butir 6 Butir
Menerapkan 4 Butir 2 Butir 1 Butir 7 Butir
Menganalisis 1 Butir 2 Butir 3 Butir 6 Butir
Total 9 Butir 7 Butir 8 Butir 24 Butir

Setelah soal-soal telah revisi maka soal-soal 6. Perakitan Instrumen menjadi Instrumen
tersebut diujicobakan kembali secara terbatas Final
pada peserta didik kelas XI IPA SMAN 11 Instrumen final adalah akumuluasi dari hasil
Makassar. Uji coba dilaksanakan pada tanggal 06 ujicoba tahap pertama dan kedua berupa bank
Februari 2016 sebanyak 35 responden. Dan soal. Soal-soal yang diambil didasarkan pada
selanjutnya dianalisis data kembali. Berdasarkan soal-soal yang valid dan tingkat kesukaran
hasil analisis butir, dari 24 soal yang didasarkan pada kriteria tingkat kesukaran yang
diujicobakan, sebanyak 12 soal yang valid dan dirancang dari awal, bukan dari hasil analisis
reliabilitas atau keandalan instrumen tes adalah tingkatan kesukaran berjenjang setelah dianalisis.
sebesar 0,84 atau dalam kriteria tinggi.
50 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 12, omor 1, April 2016, hal. 44 - 53

Tabel 4. Produk dari Hasil Pengembangan

Tingkat Kesukaran
Tingkatan
Total
Kognitif
Mudah Sedang Sukar

C1 1,2,22 3, 23, 24 4 7 Butir


C2 25 5,6,7 8,26 6 Butir
10,11,12,13,
C3 9,27 16,17 12 Butir
14,15,28,29
C4 18,30 31,32 19,20,21,23 8 Butir
Total 8 Butir 16 Butir 9 Butir 33 Butir

Diskusi diciptakan untuk melihat pada tingkatan mana


Penelitian ini termasuk penelitian pencapaian hasil belajar peserta didik dalam mata
pengembangan (research and development) yang pelajaran fisika terkhusus pada kompetensi dasar
bertujuan menghasilkan soal-soal dengan yang dipilih. Kesukaran berjenjang dikategorikan
kesukaran berjenjang yang valid. Soal-soal pada 3 kategori, yakni mudah, sedang dan sukar
dengan tingkat kesukaran berjenjang adalah untuk masing-masing tingkatan revisi Taksnomi
bentuk instrumen tes dimana digunakan untuk Bloom tersebut.
mengukur kemampuan hasil belajar fisika peserta Sebelum pada tahap merumuskan definisi
didik yang merupakan hal fundamental dalam konseptual dan operasional, penulis melakukan
dunia evaluasi karena untuk mengetahui sejauh analisis kebutuhan atau masalah peserta didik
mana keberhasilan suatu pembelajaran adalah dalam pembelajaran fisika, lebih tepatnya pada
dengan melakukan tes. Instrumen tes mesti saat melakukan Program Pengalaman Lapangan
memiliki kevalidan dan keandalan sehingga (PPL) di SMAN 11 Makassar. Masalah klasik
mampu mengevaluasi seobjek-objektifnya dalam pembelajaran fisika adalah rendahnya hasil
kondisi peserta didik, sehingga dengan dasar itu belajar fisika, dimana mata pelajaran tersebut
dibutuhkan pengembangan soal-soal fisika. menjadi momok yang menakutkan bagi peserta
Soal-soal fisika yang dikembangkan adalah didik karena dianggap mata pelajaran yang sulit.
soal-soal dengan kesukaran berjenjang, dimana Masalah tersebut sudah banyak yang memberikan
yang dimaksud soal-soal berjenjang adalah alternatif solusi dengan menggunakan model,
mengacu pada revisi taksonomi Bloom yang pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik
dimulai dengan mengingat, memahami, tertentu dalam pembelajaran dikelas, tetapi
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan peneliti memberikan alternatif solusi yang lain
mencipta. Tapi pada penelitian ini, hanya sampai dengan tidak melihat dari proses
pada tahap menganalisis karena mengacu pada pembelajarannya tetapi dengan memperbaiki alat
Kompetensi Dasar (KD yang telah ditentukan evaluasinya setelah peserta didik melakukan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan proses pembelajaran dengan asumsi bahwa
(KTSP) dan mempertimbangkan bagaimana instrumen yang digunakan mesti memiliki
kondisi peserta didik pada tempat penelitian di kevalidan dan keandalan (reliabilitas) yang tinggi
SMAN 11 Makassar. Kesukaran berjenjang
Wahyudi dkk., Pengembangan Soal-soal Fisika dengan Tingkat Kesukaran Berjenjang... 51

sehingga mampu mengukur seobjektif- soal tersebut pakar memberikan penilaian


objektifnya kondisi peserta didik. berdasarkan kriteria yang telah dibuat, dalam hal
Setelah melalui analisis kebutuhan atau validitas isi serta bahasa dan penulisan soal.
masalah maka ditetapkan kelas XI IPA SMAN 11 Soal-soal yang telah diberikan penilaian
Makassar sebagai subjek penelitian dengan oleh masing-masing pakar, selanjutnya dianalisis
memperthatikan bagaimana kemampuan awal Gregory untuk mengetahui reliabilitas instrumen
peserta didik dalam mengerjakan soal-soal fisika tersebut dan konsitensi pendapat pakar. Dalam
dan menetapkan materi Kinematika Vektor pada aspek validitas isi, reliabilitas instrumen adalah
gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola 1,00 artinya soal-soal tersebut dalam reliabililitas
dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan tinggi dan sama halnya dengan bahasa dan
Pendidikan (KTSP). Instrumen tes yang penulisan soalnya yakni 1,00 pula. Setelah
digunakan berupa soal-soal pilihan ganda, melakukan analisis Gregoy berdasarkan penilaian
dimana pilihan ganda adalah alat instrumen tes pakar, maka dilakukan uji coba instrumen.
objektif. Uji coba dilaksanakan di SMAN 11
Definisi konseptual mengacu pada teori Makassar pada kelas XI IPA tahun ajaran 2015-
yang dibangun tentang variabel tersebut 2016 dengan jumlah responden sebanyak 27
kemudian didefinisikan secara operasional. orang. Dari hasil uji coba tersebut, soal-soal
Setelah melewati tahap pendefinisan secara dengan kesukaran berjenjang dianalisis guna
konseptual dan operasional, maka selanjutnya memperoleh soal-soal yang valid dan drop
adalah tahap perancangan. Pada tahap ini, berdasarkan jawaban dari peserta didik dengan
peneliti merancang instrumen yang digunakan menggunakan rumus biserial point. Dari 39 soal
berupa soal-soal fisika dengan mewakili semua yang diujikan, yang masuk dalam kategori valid
elemen materi yang telah ditetapkan. Rancangan sebanyak 21 soal, dan yang drop sebanyak 18
soal-soal yang dibuat sebanyak 77 nomor soal, soal. Soal yang valid terdiri dari 4 soal
dengan 14 soal mengingat, 17 soal memahami, mengingat, 4 soal memahami, 9 soal menerapkan
35 soal menerapkan dan 11 soal menganalisis dan 4 soal menganalisis.
dimana mewakili masing-masing materi gerak Dari analisis butir yang diperoleh tersebut,
lurus, gerak melingkar dan gerak parabola. Soal- 21 nomor soal yang valid selanjutnya dianalisis
soal yang telah dirancang disebut sebagai draft I. keandalannya (reliabilitas) dan diperoleh sebesar
Selanjutnya adalah tahap penelaahan 0,99, artinya instrumen tes tersebut yang
pernyataan, pada tahap ini draft I yang telah dihasilkan berada pada kategori tinggi. Oleh
dirancang tersebut dilakukan validasi pakar. Dua karena itu, produk dari penelitian pengembangan
orang pakar atau praktisi memberikan saran dan ini adalah 21 soal tersebut karena sudah
masukan terhadap soal-soal tersebut, baik dalam memenuhi kategori valid dan reliabel (ajeg).
hal butir soal maupun bahasa dan penulisannya. Analisis selanjutnya adalah adalah tingkat
Dari 77 soal yang telah dibuat, setalah beberapa kesukaran soal, analisis ini digunakan untuk
kali melakukan revisi maka soal-soal yang mengkomparasi rancangan awal dengan hasil
dianggap layak sebanyak 39 soal dengan 9 soal analisis mengenai tingkat kesukaran tesrsebut.
mengingat, 7 soal memahami, 14 soal Pada umumnya bersesuaian diantara keduanya,
menerapkan dan 9 soal menganalisis dan tetap akan tetapi ada beberapa soal hasil rancangan
mewakili masing-masing materi gerak lurus, awal dengan hasil analisis tingkat kesukaran
gerak melingkar dan gerak parabola. Dari ke-39 berbeda. Beberapa soal-soal mudah dianggap
52 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 12, omor 1, April 2016, hal. 44 - 53

sedang atau sukar oleh peserta didik, soal final (draft III) dari pengembangan soal-soal
sedang terkadang dianggap mudah atau sukar fisika dengan tingkat kesukaran berjenjang dari
dan soal sukar terkadang dianggap mudah atau penelitian ini.
sedang oleh peserta didik. Hasil komparasi ini Karena masing-masing bagian dari
menunjukkan beberapa kemungkinan, kesukaran berjenjang masih ada yang belum
diantaranya adalah peserta didik hanya menerka terpenuhi, maka soal-soal yang drop (setelah
jawaban yang telah diberikan, melakukan direvisi) ditambah dengan 6 butir baru
kerjasama pada saat pengetesan atau diujicobakan kembali untuk memperoleh produk
kemungkinan lainnya adalah materi mengenai yang mewakili bagian tersebut. Penambahan 6
soal-soal tersebut sudah dilupakan oleh peserta butir dikarenakan masih ada indikator soal belum
didik sehingga jawabannya salah. terpenuhi sehingga mesti ditambahkan soal
Selanjutnya adalah 33 nomor soal dalam kembali. Uji coba dilakukan kembali kepada 35
kategori sedang dimana tersebar dalam semua reponden dengan jumlah soal 24 butir. Dari 24
tahapan Revisi taksonomi Bloom, artinya soal- butir tersebut, 12 yang memenuhi kriteria valid
soal pada instrumen ini umumnya dalam kategori dengan reliabiltas instrumen sebesar 0,84
sedang sementara soal-soal tersebut dimulai dari sehingga ketika diakumulasikan dengan soal
mengingat, memahami, menerapkan dan valid pada uji coba pertama maka produk dari
menganalisis. Kesimpulan bisa yang diambil hasil pengembangan ini menjadi 33 butir, dengan
adalah peserta didik pada tingkatan SMA 8 soal mudah (24,2 %), 15 soal sedang (48,5
umumnya mampu manyelesaikan soal-soal %) dan 9 soal sukar (27,3 %). Dari hasil
sampai pada tahap menganalisis berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa soal-soal sudah
kompetensi dasar yang dipilih yakni menganalisis memenuhi semua tingkatan dalam kesukaran
gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola berjenjang. Sehingga yang menjadi draft final
dengan menggunakan vektor. (draft III) adalah 33 butir tersebut dan merupakan
Selain menggunakan analisis butir, soal-soal produk dari pengembangan soal-soal dengan
pilihan ganda ini juga dianalisis daya kesukaran berjenjang.
pembedanya guna melihat soal-soal yang mana
SIMPULA
diterima, soal-soal diterima tapi butuh perbaikan,
soal-soal yang butuh perbaikan dan soal-soal Berdasarkan hasil penelitian yang telah
yang ditolak. Berdasarkan analisis daya pembeda, dilaksanakan pada peserta didik kelas XI IPA
diperoleh 10 soal yang diterima, 12 soal yang SMAN 11 Makassar, dapat ditarik kesimpulan
diterima tapi butuh perbaikan, soal butuh bahwa soal-soal dengan kesukaran berjenjang
perbaikan dan 8 soal ditolak. Ketika dalam penelitian ini memenuhi kriteria kevalidan
dibandingkan dengan analisis butir yang dengan nilai reliabilitas 0,99 atau dalam kategori
diperoleh, dari total 21 nomor yang dinyatakan tinggi pada uji coba pertama dan uji coba kedua
valid, 9 nomor soal diterima, 9 soal diterima tapi memiliki reliabilitas sebesar 0,84 atau dalam
butuh sedikit perbaikan dan 3 nomor butuh kategori tinggi pula.
diperbaiki. Setelah data yang diperoleh dianalisis, DAFTAR RUJUKA
dari analisis butir, reliabilitas instrumen, tingkat
Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. 2010. A
kesukaran dan daya pembeda maka selanjutnya Taxonomy for Learning, Teaching, And
adalah merevisi soal yang membutuhkan revisi. Assesing: A Revision of Bloom
Dari hasil revisi tersebut kemudian menjadi draft Taxonomy of Educational Objectives,
Wahyudi dkk., Pengembangan Soal-soal Fisika dengan Tingkat Kesukaran Berjenjang... 53

diterjemahkan oleh Prihantoro. Pustaka Djaali & Mulyono, Pudji. 2008. Pengukuran
Jakarta: Yogyakarta. dalam Bidang Pendidikan. Grasindo:
Jakarta
Arafah, Kaharuddin. 2013. Jenis-jenis Instrumen.
Jurusan Fisika FMIPA UNM: Makasar Gable, Robert K. 1986. Instrument Development
in Affective Domain. Klawer-Nichoff
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran.
Publishing: Boston.
Remaja Rosdakarya: Bandung
Hamalik, Oemar.2001. Proses Belajar Mengajar.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Pendidikan. Bumi Askara: Jakarta
Istiyono, Edi dkk. 2015. Pengembangan Tes
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Pendidikan Edisi 2. Bumi Askara: Jakarta
Fisika (PysTHOTS) Peserta Didik SMA.
Aryawan, P., Sulastri, M & Seeknayasa, G. 2014. Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Ekeltro
Pengaruh Konseling Kelompok dengan FT UNY.
Pelatihan Tutor Sebaya terhadap
Nurdin. 2007. Evaluasi Pendidikan. Bumi
Kepemimpinan Siswa Peserta Smansa
Aksara: Jakarta.
Conseling Club (SSC) di SMA Negeri 1
Singaraja. E-Journal Undiksha Jurusan Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian.
Bimbingan Konseling, 2, 1-10. Alfabeta: Bandung.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Pengembangan Alat
Ukur Psikologis. Andi Offet: Yogyakarta.

You might also like