The Geology and Tectonic of The Banda Arc, Eastern Indonesia

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 2

JOINT CONVENTION 2003

Indonesian Geologists Association and Indonesian Geophysicists Association


Mulia Hotel, December 15-17, 2003, Jakarta

THE GEOLOGY AND TECTONIC OF THE BANDA ARC,


EASTERN INDONESIA
Ade Kadarusman1*, Yoshiyuki Kaneko 2, Tsutomo Ohta3, Shigenori Maruyama3
1
Research Centre for Geotechnology, LIPI, Bandung, Indonesia
2
Geological Survey of Japan, Higashi Tsukuba, Japan
3
Dept. of Earth and Planetary Sciences, Tokyo Institute of Technology, Tokyo, Japan
*) Corresponding author; adek@geotek.lipi.go.id

Abstract
The Banda arc region is one of the best examples of active arc-continent collision and often cited as a
present-day analogues of an ancient plate boundary. The non magmatic southern Banda arc from Timor to
Tanimbar exposes one of the youngest high P/T metamorphic belts in the word, providing us with an excellent
opportunity to study the inception of orogenic processes undisturbed by later tectonic events. Structural and
petrological studies of the metamorphic belt show both deformation and metamorphic grade increase towards
the center of the 1 km thick crystalline belt. Overall configuration suggests that the high P/T metamorphic rocks
extruded as a thin sheet into a space between overlying ophiolites and underlying continental shelf sediments
(called as ‘wedge extrusion model’).
Quaternary uplift, marked by elevation of recent reefs, was estimated to be about 1260 m in Timor in the
west and decreases toward Tanimbar in the east. In contrast, radiometric ages for the high P/T rocks suggest that
the exhumation of the high P/T metamorphic belt started in western Timor in Late Miocene time and migrated
towards the east. Thus, the tectonic evolution of this region is diachronous and youngest to the east.
We conclude that the high P/T metamorphic belt extrudes into shallow crustal levels as a first step,
followed by doming at a later stage. The so-called ‘mountain building’ process is restricted to the second stage.
We attribute this Quaternary rapid uplift to rebound of the subducting Australian continental crust beneath
Timor after it achieved positive buoyancy, due to break-off the oceanic slab fringing the continental crust. In
contrast, Tanimbar in the east has not yet been affected by later doming. A wide spectrum of processes starting
from extrusion of the high P/T metamorphic rocks and ending with the later doming due to slab break-off can be
observed in the Timor-Tanimbar region.

Abstrak
Busur Banda adalah salah satu conto tumbukan aktif antara busur kepulauan dengan kontinen. Batuan
malihan regional berderajat dan bertekanan tinggi tersingkap sepanjang busur Banda bagian selatan yang bukan
busur magmatik dari Timor ke Tanimbar. Penelitian batuan malihan dalam daerah tumbukan semacam Busur
Banda sangat penting, karena dapat mempelajari proses awal dari suatu pembentukan pegunungan (orogenic
belt). Studi struktur dan petrologi batuan malihan regional memperlihatkan kenaikan deformasi dan derajat
malihan menuju ke bagian tengah dari komplek batuan malihan tersebut. Secara umum komplek batuan malihan
regional terangkat ke permukaan sebagai lapisan tipis dengan bidang hampir horizontal. Pengangkatan batuan
malihan regional diapit oleh ofiolit sebagai batas atasnya dan batuan sedimen sebagai batas bawahnya (dikenal
sebagai wedge extrusion model).
Kenaikan akibat tektonik pada umur Kuarter yang dicirikan oleh ketinggian di atas permukaan laut dari
singkapan teras batugamping, menunjukkan elevasi 1260 m di Timor (Barat) dan memperlihatkan penurunan
elevasinya ke arah Timur (Tanimbar). Umur radiometrik dari batuan malihan regional menunjukkan bahwa
pengangkatan komplek batuan malihan mulai di bagian barat (Timor) pada umur Miosen akhir dan selanjutnya
pengangkatan tersebut bergerak kearah Timur sampai ke Tanimbar. Dengan adanya keselarasan antara kenaikan
elevasi teras batugamping dengan pengangkatan komplek batuan malihan, ini berarti evolusi tektonik daerah
Busur Banda dimulai dari Barat (Timor) dan selanjutnya bergerak ke Timur sampai ke Tanimbar.
Kami menyimpulkan bahwa proses pengangkatan batuan malihan regional berderajat tinggi ke permukaan
melalui mekanisme yang dikenal wedge extrusion merupakan tahap pertama dari suatu proses orogenesa,
sedangkan tahap kedua adalah naiknya batuan malihan tersebut kepermukaan secara vertical (doming). Tahap
kedua inilah sebenarnya proses yang dinamakan pembentukan pegunungan. Kami melihat tingginya kecepatan
JOINT CONVENTION 2003
Indonesian Geologists Association and Indonesian Geophysicists Association
Mulia Hotel, December 15-17, 2003, Jakarta

kenaikan (uplift) selama umur Kuarter di Timor, diakibatkan gaya buoyancy positif dari kerak kontinen
Australia yang menunjam dibawah Timor. Gaya buoyancy dari kerak continent ini terjadi akibat lepasnya kerak
samudra yang menyambung dari kerak kontinen. Sedangkan di Tanimbar belum terjadi kenaikan batuan
malihan secara vertical (doming).

You might also like