Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 20
syst met tain per trar infec PERKEMBANGAN AKUNTANSI BAB III | SEKTOR PUBLIK | Definisi Akuntansi Sektor Publik : Sea akuntansi Sektor Publik adalah moka soyarekste analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan n-departemen di lembaga-lembaga tinggi Negara / dan See ee bawahnya, pemerintah daeran, BUMN, BUMD, LSM dan ieee n sore pada proyekcproyek kerja sama sektor publik dan swasta , 2010). Pada masa modern, akuntansi sektor publik terus berkembang “A sebagai sebuah alat pengawasan dan - pelaporan dalam rangka akuntabilitas publik (Nordiawan, dkk, 2010 : 6). Teknik-teknik berkembang mengikuti perkembangan organisas! pemerintahan, seperti adanya mazhab New Public Management yang lebin menuntut pertanggungjawaban kinerja. Di Indonesia, perkembangan sektor publik tidak bisa dilepaskan A dari peran pemerintah mengingat pemerintah merupakan entitas sektor publik yang paling besar dan dominan di Negara ini Lebih lanjut Deddi Nordiawan mengemukakan bahwa Reformasi di banyak Negara, khususnya Indonesia, juga memberikan dampak signifikan dalam perkembangan akuntansi sektor publik. Tuntutan agar pemerintah mengelola secara profesional dan efisien membuka kesadaran bagi setiap ee ea pemerintah untuk senantiasa tanggap akan = pee eel abe ae memberikan pelayanan terbaik ditandai dengan’ lahimya Undang.Undsra: Seuangan Negara yang Keuangan Negara, lebin copat lang-Undang 17 Tahun 2003 Tentang : lebih cepat mendorong perkembangan akuntansi sektor (Meliala, dkk, ; en on 1— 2) mengemukakan akuntansi sektor publik 3 untasi Pemerintahan, yaitu Akuntansi Pusat dan Akuntansi Daerah; (2) Akuntan: Rum: Akun Pendidikai tansi 7 i a a at arse ci Kuntansi Pendidikan: 32]Akuntansi Sektor Publik a 011:3) mengemukakan akuntansi adalah suatu aaa , SS aerunnest pencatatan, —_klasifikasi, kan, dan mengkomunikasikan kegiatan perusahaan. Literatur ‘an bahwa akuntansi adalah suatu proses pengumpulan, fikasian, peringkasan, penganalisaan dan pelaporan dari satu kesatuan ekonomi untuk menyediakan euangan bagi para pemakai laporan yang berguna untuk eo ‘eputusen, Lebin lanjut Meliala, dkk menyatakan jika Grganisasi publi (entitas) nya bukan pemerintah tetapi entitas yang lain , maka batas tentang akuntansi sektor publik sebagai berikut ) Definisi Akuntansi Sektor Publik adalah suatu proses pengumpulan, pencatatan, pengklasifikasian, penganalisaan, dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu organisasi publik yang menyediakan } informasi Keuangan yang berguna untuk mengambil keputusan; dan (2) Definisi Akuntasi Pemerintah adalah suatu proses pengumpulan, \" pencatatan, pengklasifikasian, penganalisaan, dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu pemerintahan yang menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk mengambil keputusan. system mengikhtisar lain mengatak pencatatan, pengklasil transaksi_ keuangan alt Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi Perjalanan akuntansi sektor publik di era pra reformasi didasari pada UU_Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daeraty, Pengertian daerah dalam era pra réformasi adalah daerah tingkat | yang meliputi propinsi dan daerah tingkat Il yang meliputi kotamadya atau kabupaten. Disamping itu, ada beberapa peraturan pelaksanaan yang diturunkan dari perundang-undangan,antara lain: Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah 2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan APBD 3. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 900-099 Tahun 1980 tentang ; ua Administrasi Keuangan Daerah eraturan | Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBD Undang-Undang Nomor 18 : rah dan Retribusi Daerah Tahun 1997 tentang pajak Dae Bl Akuntanci caus 6. Keputusan Mendagri Nomor 3 Tahun 1989 tentang Bentuk day ¢ — Susunan Perhitungan APBD i Karakter Pengelolaan Keuangan Daerah di Era Pra Reformasi Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah yang ada pada masa Era pra Reformasi dapat dirincikan sebagai berikut : 1. UU 5/1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah 2. PP 6/1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD. Indikator kinerja Pemda,yaitu meliputi : 1. Perbandingan anggaran dan realisasi 2. Perbandingan standar dan realisasi 3. Target persentase fisik proyek 3. Kepmendagri No.900-099 tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi diperkenalkan double entry bookkeeping 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/1994 tentang Pelaksanaan APBD. 5. UU 18/1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. 6. Kepmendagri 3/1999 tentang Bentuk dan susunan Perhitungan APBD. Bentuk laporan perhitungan APBD : a) Perhitungan APBD b) Nota Perhitungan c) Perhitungan Kas dan Pencocokan sisa Kas dan sisa Perhitungan (PP/1975) Dijelaskan dalam (Suhardjo, 2004) Reformasi Pengelolaan Keuangan Daerah ditandai dengan digantinya Undang-Undang Nomor Tahun 1974 Aentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daeral’ denga Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daeral]. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tersebut berisi tentang perlunya dilaksanakan otonomi daerah yaitu pemberian wewenang kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya menurut kehendak sendiri berdasarkan aspirasi_ = masyarakat. © Otonomi daerah merepresentasikan adanya keterbukaan dan kemandirian dalam pengelolaan keuangan daerah. mer peb keu Tat Met Adr Tat Tat Me Pe Re ket i 5 i dilaksanakan h di era pra-reformasi nul ae aun 1974. Selain regulasi tersebut, Pengelol jada UU Nomer © kan sebagai acuan dalam pengelolaan cu pad 7 poberapa regula yang ov yormasiyaitu Peraturan Pemerintah Nomor § kevangen daerah di era ian Nomor 6 Tahun 1975, Keputusan Tanun 1975, Peralta” mor 900-099 Tahun 1980 tentang Manual enter) Dalam Mon Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 ‘Adminis -Undang Nomor 18 jaksanaan APBD, Undang “ar rte oe Daerah dan Retribusi Daerah dan Keputusan ng Pal Ta ae Nege Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk dan Susunan lent BD. | fete memunculkan karakteristik pengelolaan i-regulasi tersebut eal di era pra-reformasi sebagai berikut: | a, Pemerintah Daerah belum secara tegas dipisahkan ke dalam lembaga eksekutif dan lembaga | legislatif daerah. b. Perhitungan APBD bukan merupakan bagian integral dari pertanggungjawaban Kepala Daerah. Laporan Perhitungan APBD mencakup: Perhitungan APBD, Nota Perhitungan APBD serta Perhitungan Kas dan Pencocokan antara Sisa Kas dengan Sisa Perhitungan yang dilengkapi dengan Lampiran Ringkasan Perhitungan Pendapatan dan Belania d, Pinjaman Daerah diakui sebagai pos Penerimaan Pembangunan artinya merupakan pendapatan daerah, @. Dalam penyusunan APBD, masyarakat belum dilibatkan. {. Kinerja pemerintah daerah diukur melalui: ~ Perbandingan antara anggaran dengan realisasi ~ Perbandingan antara standar biaya dengan realisasi. > Target dan prosentase phisik Proyek yang tercantum dalam Penjabaran Perhitungan APBD. \e Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah dan Laporan Perhitungan APBD tid ; lak : Kepala beers memiliki konsekuensi terhadap masa jabatan Pengelolaar n . Penyusunay Keuangan daerah di era pra-reformasi dalam n Pendekatan ee menggunakan pendekatan anggaran_tradisional. anyak digunakan di Negara berkembang. Terdapat 2 (dua) 35 lAkuntans; Sektor Publik Sa yaitu. anggaran at | an anggaran bersifat jing | garan hanya menambs, | item-item anggaran yap, a melalui pengkalian yang ciri khas ¥ dalam pendekatan tradisional incremental ism dan struktur maupun Susu ; Incrementalism artinya penyusunan ang} atau mengurangi jumlah nominal (rupiah) pad@ eee ada di periode anggaran sebelumnya tan Mendalani. Line-item artinya struktur angga'@” (nature) dari ee dan pengeluaran ee tidal memungkinkan untuk melakukan penghapusan pada item T° P etna atau pengeluaran yang sudah ada dalam struktur anes an reskin Secara rill sebenarnya item-item tertentu tersebut sudah tidal levan agi untuk digunakan di periode terkini Tt Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi Reformasi politik di Indonesia telah mengubah sistem kehidupan Negara. Tuntutan good governance diterjemahkan sebagai terbebas dari tindakan KKN. Pemisahan kekuasaan antareksekutif, yudikatif, dan legislatif dilaksanakan. Selain itu, partisipasi masyarakat akan mendorong Praktik demokrasi dalam pelaksanaan akuntabilitas publik yang sesuai dengan jiwa otonomi daerah. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah dua undang-undang yang berupaya mewujudkan etonomi daerah yang lebih luas. Sebagai penjabaran otonomi daerah tersebut i bidang adminisrasi keuangan daerah,berbagal peraturan perundangan yang lebih operasional dalam ’ telah dikeluarkan. meine dae tel a antara -Undang Nomor 28 tahun 1899 tenta * Nogera Yara Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan ney oY elenagaraan era _reformasipun lain ; i lepotisme (L, ~ lik Indonesia Tahun 1999 (Lembaga Negara Republ Nomor 75, 7, » Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 385%) 2, Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2099 tentan : *“Gemerintah Dan Kewenangan Provinsi Sebagai Be ‘eWenangan baran Negara Republik Indonesia Tahun : aerah Otonom Lembaran Negara Republik Indoneg; ‘000 Nomor 54 01 : Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 20090" $852) ‘entan, Perimbange? erintah Nomor 105 Tahun 299 i 9 Dana in : er Peratire ranggungiawaban Keuangan Daerah Ntay Pe 9 4 en (Lembans "elolaan Ney —gektor Publik ‘gara i sans didasarkan pada Sifat | ter 19 de tre ye Pi rnesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran a plik Indo ut ome & Republi Mpublik indonesia Nomor 4022) Ny Neoere Pomerintah Nomer 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Peral nh 5 ¥ poet pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara : Pertanggungjawaban Kepala Daerah ty ie jaan Keuangan Daerah Era Reformasi istik Pengelol: Cae cergan Giterbitkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 merintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor tentang Pel wes j]ntang Perimbangan Kevangan antara t_ dan 7aka dimulailah era reformasi dalam pengelolaan keuangan D daerah. Pengelolaan keuangan daerah tidak lagi menggunakan anggaran tradisional namun menggunakan anggaran kinerja (performance budget) yang merupakan jenis anggaran sektor publik dengan pendekatan New Public Management. Era reformasi dimulai tahun 1998 dengan_adanya pergantian rezim dari rezim orde baru ke rezim reformasi. Dalam pengelolaan keuangan Gaerah, reformasi dimulai dengan adanya penerapan kebijakan otonomi daerah. Kebijakan otonomi daerah diterapkan dengan diterbitkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999. Selain kedua UU tersebut di muka, terdapat sejumlah regulasi yang merupakan derivasi dari kedua UU tersebut yaitu: a. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan. b, Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. b Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman aerah, g.Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Care ertanggungjawaban Kepala Daerah, € i otal Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tanggal 17 : pon, Nomer 903/2736/SJ_ tentang Pedoman Umum Penyusy laksanaan APBD Tahun Anggaran 2001. jovember nan dan Yr id | Dengan adanya sejumlah regulasi eee keuargat 1 termasuk regulasi yang mengatur _mengenal Penge ai f daerah, maka pengelolaan keuangan daerah i can keuangan daerah \ karakteristik yang membedakannya dengan pengelolaan 7 Tt ' di era pra-reformasi. Perbedaan tersebut menimbulkan © eae yang mendasar dalam pengelolaan keuangan See eel isles dibandingkan dengan di era pra-reformas! A an’ diterepkenny pengelolaan keuangan daerah terutama terkalt. aa karakteristik prinsip partisipasi,akuntabilitas dan transparansi tersebut yaitu: a. Pemerintah Daerah adalah Pel Pemerintah Kabupaten. Istilah sebelumnya adal Tingkat | dan Pemerintah Daeralv Tingkat Il. b. Terdapat pemisahan antara Lembaga Eksekutif c. Perhitungan APBD merupakan bagian dari Kepala Daerah. \ d. Laporan Pertanggungjawaban Akhir Tahun Kepala Daerah mencakup: Laporan Perhitungan APBD, Nota Perhitungan APBD, Laporan Aliran Kas dan Neraca Daerah berikut Penilaian Kinerja berdasarkan Rencana Strategis Daerah. merintah Provinsi, Pemerintah Kota atau lah Pemerintah Daerah Pertanggungjawaban e. Pinjaman Daerah dikeluarkan dari unsur Pendapatan Daerah. Pinjaman merupakan unsur Pembiayaan Daerah. f. Dalam penyusunan APBD, masyarakat memiliki hak untuk berperan serta secara aktif. g. Kinerja pemerintah daerah diukur melalui: - Perbandingan antara anggaran dengan realisasi. - Perbandingan antara standar biaya dengan realisasi. - Target dan prosentase phisik proyek yang tercantum dalam penjabaran Perhitungan APBD. ~ Capaian masukan, keluaran, hasil, mani ; kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan. : Capaian Standar Pelayanan Publik, . Laporan Keterangan Pe, I Perhitungan APBD ae ar Kepala Daerah, Smit konsekuensi faat dan dampak dari setiap Pala Daerah dan Laporan terhadap masa jabatan eS enyusunan dan pertanggungjawaban apy Terkait ore or 405 Tahun 2000 tentang Pengelolaan oat ran Pemer ir keuangan Daerah menyebabkan adanya sejumish Pertangg uaa ar. Perubahan-perubahan_dalam penyusunan dan perubahan mentor Streep yalu seperti berikut: pertangguraleNM ngiawaban APBD berubah dari akuntabilitas vertikal ke a Fenarmitas horisontal/ Pada era_—_ppravteformas, aku ban ‘APBD menekankan pas rtanggungjawal i pertanggungiawaban ke pemerintah atasan yaitu Pemerintah Daerah Tingkat Il ; b, Pendekatan penyusunan APBD berubah dari pendekatan anggaran tradisional ke anggaran kinerjaf Penyusunan APBD pada era pra-reformasi menggunakan pendekatan tradisional __yaity pendekatan anggaran yang penilaiannya menekankan pada unsur input c Pengendalian APBD berubah dari pengendalian keuangan ke pengendalian keuangan dan pengendalian kinerja/ Karena hanya menekankan pada unsur input, maka pengendalidn APBD di era pra-reformasi hanya menekankan pada pengendalian keuangan Sedangkan di era reformasi, karena penyusunan APBD menekankan pada unsur-unsur kinerja yang meliputi input, outputoutcome, benefit dan impact maka pengendaliannya tidak hanya pengendalian keuangan,melainkan pula __diterapkan pengendalian kinerja d. Penyusunan APBD menerapkan konsep value for money, e. Penetapan pusat-pusat pertanggungjawaban dalam fengelolaan APBD/ Pada era pra-reformasi, dalam pengelolaan APBD tidak dibentuk pusat-pusat pertanggungjawaban karena konsepsi yang belum secara tegas membedakan pendapatan dengan penerimaan Pembiayaan. Sedangkan pada era reformasi, karena konsepsi APBD sudah secara tegas membedakan pendapatan dengan Penerimaan pembiayaan maka dalam pengelolaan APBD ditetapkan pusat-pusat pertanggungjawaban. Adapun ise Pertanggungjawaban tersebut meliputi pusat pendapatan, PU biaya dan pusat laba, Pusat pendapatan bertanggungiawab a Keberhasilan dalam mencapai target pendapatan Y2ne ditencanakan. Satuan Kerja yang _berfungsi aa bind peraPatan adalah Dinas Pendapatan Daerah eae! biaya ‘@nggungjawab atas keberhasilan dalam mencapa! 39 lAkuntansi Sektor punity ang berfungs) yang direncanakan atau efisiens! biaye: Pat Kos ar ; ha sebagai pusat biaya adalah unit kere agi ‘ . Pusat merukan unit kerja di Satan Kes SO rain le wae bertanggungjawab atas kel aera eet yang direncanakan. Pusat ee seinen” Usaha, yang dbentuk Pameriniah Daerah, We a kekayaan daerah yang dipisankan, misainya ft Pulaporan transaksitransaksi APBD berdasarkan slate, rosea dan metode akuntansij Pada era pra-reformasi, rare aa APBD dicatat parm sistem pembukuan yaitu si Be entry bookkeeping dengan basis kas. Sedangkan pada era reformasi, tengaksi-transaksi APBD dicatat menggunakan sistem, prosedur flan metode akuntansi yaitu double entry bookkeeping dengan basis kas modifikasian. Pada era pra-reformasi, pemerintah daerah hanya menyusun Laporan Perhituangan APBD sedangkan Neraca Daerah dan Laporan Arus Kas belum disusun. Namun dalam era reformasi,pemerintah daerah selain menyusun — Laporan Perhitungan APBD juga berkewajiban menyusun Neraca Daerah dan Laporan Arus Kas. | Reformasi Akuntansi Sektor Publik Reformasi akuntansi sektor publik dalam hal ini dimaksudkan adalah reformasi akuntansi pemerintahan di Indonesia disebabkan oleh pengaruh_ eksternal dan _ internal. Faktor eksternal diakibatkan oleh pengaruh globalisasi yang demikian kuat. Reformasi akuntansi sektor publik dalam dunia internasional terjadi di banyak negara. Buruknya kinerja pemerintahan di banyak negara pada masa lalu seperti semakin meningkatnya hutang negara, pemborosan, ketidakefisienan, buruknya pelayanan publik mendorong reformasi sektor publik, berbagai istilah pada tahun 1990-an mencerminkan adanya perubahan di sektor publik seperti reinventing government, value for money, good governance dan new publik mana ement. akuntansi sektor publik di 7 chris, bowie det ta Ye negara-negara dunia, bermula dari fase ae ean menuju akuntansi modern. Pada awalnya pembukuan aunt een Secara tradisional menganut basis akuntansi kas gan pi single entry. Reformasi menuju akuntansi modem merubah cash basis menjadi accru; is. At al bas i erapa enyalican | formas sis. Accrual accounting diangg@P 40|Akuntansi Sektor Publix akuntansi lebih akurat dan informal (sil act unt set me da ford tre St ag ar G zs 32030coD es baanan aaa ). Berikut beberapa Negara yang menggunakan accrual (simanjuntaks 2002) accounting: sah simpesium interasional di Beling tahun 2001 diadakan Sebui i a reformasi anggaran dan q x mempelajari pee aoe are, Pada simposim tersebut, Chan oot area pada dasarnya reformasi akuntansi sektor pub menyatakan BS'’an dalam dua model. Model Anglo-American dan Model dapat Se eneoaa The anglo-american model is rooted in the English Continent nas its modern manifestation in Great Britain itself, the United ea Zealand and among others. The Continental-European model States, ve two variants: the “Latin” version is practiced in France, Italy ra and perhaps elsewhere and the “German” version, for example aemany, switzerland and perhaps the Nederlands. Mode! Continental percaya bahwa akuntabilitas eksekutif terhadap parlemen adalah cukup, sedangkan model Anglo-American menekankan akuntabilitas dilakukan baik eksekutif maupun parlemen kepada publik. Sebelas artikel yang menggambarkan perjalanan reformasi sebelas Negara pada konferensi Beijing tersebut selalu berbicara bahwa akuntabilitas pelaporan sebagai tujuan reformasi akuntansi sektor publik. Menurut Simanjuntak, Akuntabilitas, disamping partisipasi dan transparansi adalah iri utama dari konsep good governance. Akuntansi pada hakikatnya adalah proses pencatatan secara sistematis atas transaksi keuangan yang bermuara pada pelaporan untuk dapat dimanfaatkan oleh para pemakai untuk berbagai kebutuhan. Partisipasi, transparansi dan akuntabilitas akan semakin membaik apabila didukung oleh suatu sistem akuntansi yang menghasilkan informasi tepat waktu dan tidak menyesatkan. Sebaliknya Sistem akuntansi yang usang, tidak informatif, tidak akurat dan menyesatkan akan menghancurkan sendi-sendi partisipasi_ masyarakat, transparansi dan akuntabilitas. 'su reformasi akuntansi dan penganggaran sektor publik di era ao ini mengedepankan pada masalah kualitas oui Publi n dengan sustainability reporting. The Chartered ts th Sustainabitty vg a J Accountancy (CIPFA), 2004 mi aneatoo’s ‘ustainabitiy, reporting sebagai a publik account of an oeadershi; Stategic part totmance achieved through a combination Of eT ing manegeme as Stakeholder engagement; policy eae nt, social ell bein Of the organisation's impacts on the local ar Publik di 9 and economic prosperity, Reformasi Akuntansi Se! untul sektor P' WAkuntans: Robt 2s CORT 4997, diikuti oleh era reformag; Ga i ia tahun ; Indonesia/Krisis ekonomi Indonesi 1007; 960 sering disebut-seby tahun 1998,pelaksanaan otonomi daerah tal Sel sebagai trigger dari reformasi Keuangan dan akuntori pemerintahan, Mahmudi dalam Bastian, 2006 menyebutkan bahwa perjalanan mansiemen keuangan Negara/daerah di Indonesia dapat dibagi dalam tiga fase yaitu: 1) era sebelum otonomi daerah, 2) era transisi otonomi (reformas! 3) era pasca transisi (reformasi jelas terlihat dalam perkembangan pe! Negara/daerah. | | | tahap 1) dan / tahap 2). Perubahan dalam tiap fase inj rundang-undangan keuangan Konsep Dasar Pengelolaan Keuangan Negara ‘Akhir-akhir ini masalah_pengelolaan keuangan negara banyak mendapat sorotan. Media massa terutama surat kabar hampir tiap hari menampilkan kasus-kasus yang menyangkut korupsi pada berbagai instansi pemerintah dari tingkat pusat sampai daerah terpencil terkait dengan permasalahan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemahaman tentang konsep dasar keuangan negara antara pejabat publik dengan penegak hukum dan masyarakat bisa jadi memiliki berada dalam persepsi yang berbeda,/Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan, Negara pada Undang-undang Nomor 47 tahun 2003 saat ini adalah dari sisi objek, subjek, proses dan tujuam. Dari sisi objek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baikberupa uang, maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh objek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan atau dikuasai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi ket keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut diatas mulél dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai denga" eal eeren in tujuan, keuangan negara meliputi seluruh dan sian ipengueeeen objek a ead pele dengan pemilkeh ; agaimana tersebut diatas dalam rangk4 penyelenggaraan pemerintahan Negara, an negara, bidang pengelolaan keuangan imu Soe xemudian dikelompokan dalam sub bidang jemikian “ridang pengelolaan moneter dan sub bidang i in. van kekayaan negara Yang dipisahkat pengelolai Keuangan Negara Dasar pengelotter erdapat dalam pembukaan UUD NKRI 1945, alinea Iv ial Dasa fe ‘,onstitusional, Pasal-pasal dari konstitusi yang menjadi 2, Dasar nm untuk membuat aturan lebih lanjut di bidang keuangan oe yaitu pasal 23 s.d. 23 ¢ UUD NKRI 1945. } negara. j \ Dasar hukum operasional, Yaitu aturan-aturan pelaksanaan, semisal \ Ou PP, KEPRES, PERDA, dll. Ex: UU no.17/2003, UU No.1/2004, UU No. 15/2004. Ketiga dasar inilah yang menjadi legalitas pemerintah untuk melakukan pengelolaan keuangan negara Menurut Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, pengelolaan Keuangan negara diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan setiap tahun dengan undang- undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat/ Dalam Pasal 23C disebutkan bahwa hal-hal lain mengenai keuangén negara diatur dengan undang- undang. Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, saat ini Indonesia telah memiliki(Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara) Undang-Undang menggantikan banyak ketentuan Peninggalan jaman kolonial Belanda yang sebelumnya berlaku, yakni: * Indische Comptabiliteitswet yang lebih dikenal dengan nama ICW Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 selanjutnya diubah dan diundangkan dalam Lembaran Negara 1954 Nomor 6, 1955 Nomor 49, dan terakhir Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1968, yang ditetapkan men ‘al pada tahun 1864 dan mulai berlaku pada tahun oe i ‘Saetaby edrijvenwet (IBW) Staatsblad Tahun 1927 Nomor lad Tahun 1936 Nomor 445; dan petal Voor het Administratief Beheer (RAB) Staats! 833 Nomor 381 blad Tahun BlAkuntanci ccucccn Halhal baru dan/atau perubahan mendasar dalam ketentuay | keuangan negara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahu, | 2003 meliputi pengertian dan ruang lingkup keuangan negate, asas-acay | umum pengelolaan keuangan negara, kedudukan Presi “4 sebapg| pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara, pen sleuatian | kekuasaan Presiden kepada Menteri Keuangan dan Menteri IMpinan Lembaga, susunan APBN dan APBD, ketentuan mengenai penyusunan, dan penetapan APBN dan APBD, pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daerah dan pemerintah/lembaga asing, pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah dengan perusahaan negara, perusahaan daerah dan perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat, serta penetapan bentuk dan batas waktu penyampaian — laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 juga telah mengantisipas} perubahan standar akuntansi di lingkungan pemerintahan di Indonesia yang mengacu kepada perkembangan standar akuntansi di lingkungan pemerintahan secara internasional Ruang Lingkup Keuangan negara meliputi: 1. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman; kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga; 3. Penerimaan Negara; 4. Pengeluaran Negara; 5. Penerimaan Daerah; 6 7. nv Pengeluaran Daerah; kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak- hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan Negara/ perusahaan daerah; kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangk? Penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum: 9. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. Yang dimaksud dengan “kekayaan pihak lain yang di fengan menggunakan fasilitas yang diberikan eee 44|Akuntansi Sektor Publik Pemerintah” meliputi kekayaan yang P dike yay pent prir Fu ste 45 uae a tat yet and? ru sit! Fungsi ; id torisasi, Perencanaan, pengawasan, alokasi, lisasi yang dimiliki oleh APBN/APBD mengandung arti sebagai g atau badan lain berdasaran kebiakan peter siella OF Sn_ai_lngkunganKeme aca" eae ; legara adalah sebagai berikut: Prinsip-pans ee akelola secara tertib’ taat pada peraturan /|- Revenge” ‘dengan, efisien, ekonomis, efekt, transparan, dan permaguna jawab dengan memperhatikan rasa Keadiian dan Penstuten, Jelasnya, setiap penyelenggara negara walib mengelola keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang- edengan, efision, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawad dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan dimaksud mencakup keseluruhan —_ kegiatan penguasaan, penggunaan, pengawasan, dan lola oleh ora Pengelolaan perencanaan, pertanggung-jawaban. 2, APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan ° APBN setiap tahun ditetapkan dengan undang-undang. 3. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban felaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah. / 4. APBN/APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi 5. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN 6. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD. 7. Surplus penerimaan negara/daerah dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara/daerah tahun anggaran berikutnya. 8. Penggunaan surplus penerimaan negara/daerah untuk membentuk dana cadangan atau penyertaan pada Perusahaan Negara/Daerah harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari DPR/DPRD. distribusi, dan berikut: menjadi 1 ahun fae otorisasi mengandung arti bahwa anggaran nega’@ sar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada ' vet) Perna i nggaran ne 2. Fungsi perencanaan mengandung art! bahwa angg garg menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan | pada tahun yang bersangkutan. ! 3. Fungsi pengawasan mengandung arti. bahwa coer negara | menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 4, Fungsi alokasi mengandung arti diarahkan untuk mengurangi sumber daya, serta mening! perekonomian. ' : 5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. ; 6. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. bahwa anggaran negara harus Tahun Anggaran dan Mata Uang. Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember, Satuan hitung dalam penyusunan, penetapan, dan pertanggungjawaban APBN/APBD adalah mata uang Rupiah, Penggunaan mata uang lain dalam pelaksanaan APBN/APBD diatur oleh Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku, Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara di Tangan Presiden Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan pengelolaan /Keuangan Negara dimaksud meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus + Kewenangan yang bersifat _umum meliputi_ penetapan arab, kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam pengelolaan APBN antara_ lain penetapan pedoman_—pelaksanaan 8" Pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunél rencana kerja kementerian negara/lembaga, penetapan gaji 44” tunjangan, serta pedoman pengelolaan Penerimaan Negara. Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/kebijak™ teknis yang berkaitan dengan pengelolaan APBN{ antara tai keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN keputuse® 46|Akuntansi Sektor Publik pengangguran dan pemborosan — katkan efisiensi dan efektivitas — Ke D NU+3 0 x aN, keputusan dana perimbangan, dan penghapusan rincian API jutang negara. fen aset da oe in keuangan negara oleh Presiden Kekuas2an Pere oe a Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan dlikuasakan ree dalam kepemilikan kekayaan negara yang Wakil Pemerin' dipisahkar sada menteriipimpinan lembaga selaku Pengguna n ‘ ciesranPenggune Barang kementerian negara/lembaga yang a. dipimpinny: gubernur/bupatiwalikotaselaku kepala diserahkan kepada pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan eawakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan ; tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang Yang dimaksud dengan lembaga dalam frase “kementerian negarallembaga” adalah lembaga negara dan lembaga pemerintah nonkementerian negara. Di lingkungan lembaga negara, yang dimaksud dengan pimpinan lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan lembaga yang bersangkutan Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara. Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara dimaksud setiap tahun disusun APBN dan APBD. Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah yang ada pada masa Era pra Reformasi dapat dirincikan sebagai berikut : 1 UW 5/1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah 2 PP 6/1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD. Indikator kinerja Pemda,yaitu meliputi : : Perbencingan anggaran dan realisasi ce andingan standar dan realisasi ‘get prosentase fisik proyek 7 lAkuntans; Sektor Publik 99.tahun 1980 tentang Manual Administra 1 3, Kepmendagri No.900-0' ' nsaksi ekonomi diperkenalkan | Keuangan Daerah. Dalam sistem ini, double entry Oeenter Dal Negeri No. 211994 tentang Pelaksanaan APBD. 5, UU 18/1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. 6. Kepmendagri 3/1999 tentang Bentuk dan susuna! Bentuk laporan perhitungan ‘APBD a. Perhitungan APBD b. Nota Perhitungan , | c. Perhitungan Kas dan Pencocokan sisa Kas dan sisa Perhitungan (PP/1975) pencatatan tral n Perhitungan APBD, | ik di Era Reformasi Kor Publik di Era Reformasi adalah untuk yang baik Regulasi Akuntansi Sektor Publ Tujuan dari regulasi Akuntansi Se mengelola keuangan negara/daerah menuju tata kelola Bentuk Reformasi yang ada meliputi : 4. Penataan peraturan perundang-undangan; 2. Penataan kelembagaan; 3. Penataan sistem pengelolaan keuangan nega! Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan raldaerah, dan Implikasinya terhadap Akuntansi Pemerintahan dan Profesi Akuntan Sektor Publik Berdasarkan perkembangan regulasi yang mengatur tentang ee keuangan sektor pemerintahan tersebutlah istilah akuntans! menjadi sangat familiar dan menjadi suatu hal yang wajib diselenggarakan untuk dapat menyusun laporan keuangan sebagai wujud eee pengelolaan keuangan negara maupun daerab. ‘arenanya kebutuhan akan akuntan pun menjadi : jadi suatu hal yang urgen dan Le dipenuhi untuk dapat memenuhi amanat Undeng. Unda ie sce Seat pemerintahanpun mengalami banyak erarti, sejak awal lahimya i i é aki of een Perubahan-perubahan tersebut an a a {: Parubahan der ingle ety system menjadi double entry system. : un : anggaran/fiskal menjadi sama denga® tahun kalender, yaitu : yang si jadi Nanuet’ Desamber, ns | -APrRS1 Maret monic 48|Akuntansi Sektor Publik soa Gnas count menjadi | account. tuk T ac’ n dari bent ‘and Dynamic Budget menjadi Deficit iat Se | Balance perubanan dar Bulge acan SI jadi 2,5 Tahun iklus Anggaran men} 7 fi ee ai fungal menjadi Kerangka Pengeluaran Jangka 6. Anggi jah (KPJM) / [ae't, Naar ‘Tradisional menjadi Anggaran Kinerja i tal udget menjadi Unified Budget, : eal Seintuk dapat memenuhi akuntansi yang sesuai dengan 8 oleh pail da dibutuhkan para akuntan yang paham betul bukan saja poral ovansi melainkan juga memahami peraturan perundang- tentang oyang berlaku di Indonesia. Para akuntan tersebut tidak hanya unitipxan sebagai peleksana pengelolaan keuangan negara/daerah saja, melainkan juga sebagai pengawas pelaksanaan pengelolaan keuangan Badan Pengawas Keuangan (BPK), negaraldaerah, seperti akuntan di BPKP, inspektorat jenderal, dll. Oleh karenanya kompetensi dan keterampilan para akuntan di sekor pemerintahan juga harus selalu ditingkatkan dan diupgrade dengan perkembangan regulasi yang ada Paradigma Baru Regulasi Akuntansi Sektor Publik Paradigma baru dalam “Reformasi Manajemen Sektor Publik” adalah penerapan akuntansi dalam praktik pemerintah untuk kegunaan Good Governance. Terdapat tiga Undang-undang yang digunakan untuk penerapannya, yaitu : 4. UUNo.17/2003 tentang keuangan negara. . mengatur mengenai semua hak dan kewajiban Negara mengenai keuangan dan pengelolaan kekayaan Negara, juga mengatur Penyusunan APBD dan penyusunan anggaran kementrian/lembaga Negara (Andayani, 2007) 2, UUNo.1/2004 tentang kebendaharawanan Mengatur pengguna anggaran atau pengguna barang, bahwa undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan keuangan Negara ed meliputi pengelolaan uang, utang, piutang, pengelolaan estasi pemerintah dan pengelolaan keuangan badan layanan ee (Andayani, 2007) ane tentang pemeriksaan keuangan negara a keuangan ans Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung ean laporan ene G2"@ Yana dilaksanakan oleh BPK BPK menyampaist sil pemeriksaan atas laporan keuangan kepada DPI 49 lAkuntans; Sektor Publik kepada DPRD. (Andayani, 2007) yang didasarkan pada | Empat Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara | ketiga Undang-undang di atas, yaitu : 4. Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kin tiap transaksi perm . 2. Keterbukaan dalam setiap He eofesional dan mancl alan 3. Adanya pemeriksa eksternal yan pelaksanaan pemeriksaan. 4, Pemberdayaan manajer profesional. 1 Selain ketiga UU ai atas, jug 1. UU. No.25/2004 tentang Sistem Perens Nasional. 2. UU No.32/2004 tentang Pemerintahan 3. UU No.33/2004 tentang Perimbangan Pusat dengan Daerah. ej. erintah. fa terdapat peraturan lain, yaitu : canaan dan Pembangunan Daerah Keuangan antara Pemerintah 4. UU No.24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Paradigma baru reformasi dalam manajemen keuangan negara diawali dengan diberlakukannya paket Undang-Undang Keuangan Negara, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuat 2004 tentang Pemeriksaan ngan Negara. Dalam ketiga Undang-Undang disebutkan bahwa pemerintah (baik pusat maupun daerah) wajib. _ menyelenggarakan akuntansi dan — melakukan pertanggungjawaban pengelolaan keuangannya melalui penyajian laporan keuangan. Laporan Keuangan tersebut kemudian diperiksa terlebih dahull oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelum kemudian disampaikan kepada DPR/DPRD paling lambat enam berakhir. bulan setelah tahun anggarat Dengan lahirnya paket Undan 4 g-Undang Keuangan Negal@ tersebutlah bidang akuntansi pemerintahan mulai berkembang kare" akuntansi menjadi wajib untuk diselenggarakan oleh setiap instans! pemerintah. Paket Undang-Undang tersebut juga merupakan arahan bag! penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan di adanya tuntutan pelaksanaan akuntansi rangka pertanggungjawaban, berbagai_h; solAkuntansi Sektor Publik indonesia. Deng@" di sektor pemerintahan dalal! al berkaitan dengan akuntan®! azx vce - diatur. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya P merintahanPun eae aii 2005 tentang Sie Akay pemerintah OP Basis akuntansi yang digunakan dalam PP Nomor 24 emer ut adalah basis kas menuju akrual (cash toward acrua), Tahun 201 untuk akun-akun yang terdapat dalam Laporan Realisasi di riana (LRA) digunakan basis kas, sedangkan untuk akun-akun yang anggare ‘i Neraca menggunakan basis akrual. Penggunaan basis kas oo ‘akun-akun yang terdapat pada LRA dikarenakan penyusunan garan pemerintahan juga disusun dengan basis kas. * Namun kemudian muncul Standar Akuntansi Pemerintahan yang aru yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar ‘akuntansi Pemerintah. PP ini terdiri dari dua lampiran, yaitu lampiran | yang merupakan SAP berbasis cash toward acrual dan lampiran Il yang merupakan SAP berbasis akrual. Dalam PP ini juga diatur bahwa penerpan SAP berbasis akrual selambat-lambatnya harus dilakukan lima tahun setelah PP ini dikeluarkan, yaitu tahun 2015. Untuk Pemerintah Daerah sendiri pada tahun 2005 muncul Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Yang kemudian diikuti dengan munculnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang akuntansi pemerintah daerah,

You might also like