Professional Documents
Culture Documents
721-Article Text-885-1-10-20180220
721-Article Text-885-1-10-20180220
024-041
Faculty of Law, Maranatha Christian University, Jalan Prof. Drg.
Surya Sumantri No.65, Sukawarna, Bandung, West Java, 40164.
ISSN: 2085-9945 | e-ISSN: 2579-3520
Open Access at: http://dialogia.maranatha.edu/index.php
Ilmal Yaqin
Faculty of Law, Proklamasi 45 University of Yogyakarta
ilmal84@yahoo.co.id
Abstract - Legal protection for all workers/employees, especially for lecturers working under
foundation, is absolutely necessary, since there are still many cases involving the university
and the foundation. These problems still continue to haunt lecturers, so it needs concerted effort
to minimize existing problems. Although there are regulations governing the relations between
workers/employees with employers, but in a practical level is still not fully implemented. It is
associated with several problems, one of which is the position of lecturers at the level of sub-
ordinate more than the foundation. The phenomenon wont be occured when educators take the
advantage of legal protection that already regulated by legislation. This study will elaborate
on legal protection for the workers, especially for educators. The research method is a
normative juridical approach using approach legislation. The results are legal protections for
educators stipulated in Law No. 21 Year 2000 on the labor Unions, in particular regarding the
purpose of the establishment of labor unions. In addition, Law No. 13 of 2003 on Employment
already protect workers/employees, including educators, namely through union/employee.
24
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
1
Djumadi, Sejarah Keberadaan Organisasi Buruh danmenyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
hlm. 9. pengabdian kepada masyarakat”.
3
2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37
UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
Tahun 2009 Tentang Dosen Pasal 1 Angka 6
Pasal 1 angka 2 menyebutkan “Dosen adalah
menyebutkan “Gaji adalah hak yang diterima oleh
pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas
dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara
utama mentransformasikan, mengembangkan,
pendidikan tinggi atau Satuan Pendidikan Tinggi
25
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
hubungan kerja. Dosen diangkat dan bisa dilihat dari ketentuan Pasal 6 Undang-
ditempatkan oleh badan penyelenggara, undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru
yakni yayasan. Terkait dengan penempatan dan Dosen yang menyatakan:
tersebut, ada hal penting yang harus “Kedudukan guru dan dosen sebagai
dicermati oleh dosen dan tenaga tenaga profesional bertujuan untuk
kependidikan yang diangkat dan melaksanakan sistem pendidikan
ditempatkan oleh badan penyelenggara, nasional dan mewujudkan tujuan
yakni kesepakatan yang tertuang dalam pendidikan nasional, yaitu
perjanjian kerja atau kesepakatan kerja berkembangnya potensi peserta didik
sesuai dengan ketentuan peraturan agar menjadi manusia yang beriman
perundang-undangan, khususnya Undang- dan bertakwa kepada Tuhan Yang
undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
Ketenagakerjaan4. Mengingat keduanya berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
telah terikat dalam suatu perjanjian maka menjadi warga Negara yang demokratis
kedua pihak secara suka rela wajib untuk dan bertanggung jawab”6.
melaksanakan perjanjian dengan sungguh-
sungguh dan itikad baik. Ketentuan lain yang mengatur tentang
Hubungan ketenagakerjaan yang kedudukan dosen sebagai tenaga
dibangun antara dosen selaku tenaga professional diatur dalam Pasal 5 Undang-
pendidik dan badan penyelenggara undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru
pendidikan tidak bisa dilihat dari satu dan Dosen yang menyatakan:
undang-undang saja, tetapi harus dilihat
dari undang-undang lain, termasuk undang- “Kedudukan dosen sebagai tenaga
undang tentang guru dan dosen. Hal ini profesional sebagaimana dimaksud
perlu dilakukan agar tugas pokok dan dalam Pasal 3 ayat (1) berfungsi untuk
fungsi dosen dapat sejalan ketentuan yang meningkatkan martabat dan peran
diatur dalam peraturan perundang- dosen sebagai agen pembelajaran,
undangan dan tidak hanya menempatkan pengembang ilmu pengetahuan,
dosen sebagai alat produksi demi mengeruk teknologi, dan seni, serta pengabdi
keuntungan semata bagi perusahaan. kepada masyarakat berfungsi untuk
Apabila mengacu pada ketentuan yang meningkatkan mutu pendidikan
diatur dalam Undang-undang No. 14 Tahun nasional”.
2005 Tentang Guru dan Dosen, kedudukan
tenaga pendidik sangat terhormat. Hal ini
dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
peraturan perundang-undangan”. Sementara itu, (BW), yakni “Suatu persetujuan adalah suatu
Undang-undang Ketenagakerjaan tidak perbuatan dimana satu orang atau lebih
menggunakan istilah “gaji”, melainkan “upah” mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau
untuk menyebutkan imbalan. Lihat defenisi upah di lebih”.
6
Pasal 1 angka 30 UU. No.13 tahun 2003. Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem
4
Antara dosen maupun tenaga kependidikan memiliki Pendidikan Nasional dapat dilihat di Undang-
hubungan keperdataan dengan badan penyelenggara undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
akibatnya adanya perjanjian kerja atau kesepakatan Pendidikan Nasional.
kerja sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1313
26
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
7
Beberapa undang-undang yang terkait dengan c) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
penyelenggaraan pendidikan adalah sebagai berikut: tentang Pendidikan Tinggi.
8
a) Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum
Tentang Sistem Pendidikan Nasional; Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung: Penerbit
b) Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Citra Aditya Bakti, 2014, hlm. 49.
Tentang Guru Dan Dosen;
27
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
9
Ibid. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
10
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, mendefiniskan “Hubungan kerja adalah hubungan
1979, hlm. 13. antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan
11
Alasan bahwa pekerja/buruh memiliki kedudukan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan,
yang lebih sub-ordinat dari pengusaha dapat dilihat upah, dan perintah”
dari hubungan kerja yang dibangun. Berdasarkan
28
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
beberapa definisi yang dikemukakan dalam agar mereka selain memperoleh rasa aman,
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 juga memiliki kejelasan tentang hak dan
Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 3 kewajibannya, apa yang boleh dan tidak
dan 4 yang menyatakan bahwa: boleh mereka lakukan, serta apa saja yang
boleh dan tidak boleh dilakukan pihak lain
1. “Pekerja/buruh adalah setiap orang kepada mereka, baik sebagai manusia,
yang bekerja dengan menerima pendidik, dan pekerja. Aturan tersebut
upah atau imbalan dalam bentuk menjadi acuan bagi perjalanan hubungan
lain; kerja antara dosen selaku pekerja dengan
2. Pemberi kerja adalah orang yayasan selaku pemberi kerja, termasuk
perseorangan, pengusaha, badan perlindungan hukumnya.
hukum, atau badan-badan lainnya Seiring perkembangan dan dinamika
yang mempekerjakan tenaga kerja kehidupan bernegara di Indonesia,
dengan membayar upah atau peraturan mengenai perburuhan yang diatur
imbalan dalam bentuk lain.” dalam KUHPerdata dirasa lebih condong
ke sifat liberal sesuai dengan falsafah
Ketentuan dalam pasal di atas dapat negara yang membuatnya, sehingga apabila
diartikan bahwa siapa saja, baik perorangan diterapkan tidak akan sesuai dengan
maupun kelompok, yang mengikatkan kepribadian bangsa Indonesia12. Kondisi
dirinya dalam suatu perjanjian kerja atau tersebut mengharuskan negara
kesepakatan bersama dengan pihak lain (Pemerintah) memberikan perlindungan
baik perseorangan maupun badan usaha hukum yang tepat kepada pekerja/buruh
maka telah terjadi hubungan pemberi kerja beserta keluarganya agar dapat
dengan pekerja. Oleh karena itu, harus memperoleh hak-hak ketenagakerjaanya
diakui bahwa dosen swasta sama dengan yang sejalan dengan perkembangan dunia
buruh/pekerja tepatnya buruh terampil. usaha13. Atas dasar itulah muncul peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan
2. Perlindungan Hukum Terhadap ketenagakerjaan.
Dosen Dalam Hukum Salah satu begawan Ilmu Hukum
Ketenagakerjaannya Indonesia yang mendefiniskan
Dosen sebagai sebuah profesi “perlindungan hukum” adalah Soedikno
memerlukan jaminan dan perlindungan Mertokusumo, ia berpendapat bahwa
melalui perundang-undangan atau tata “Perlindungan hukum adalah jaminan hak
aturan yang pasti. Hal ini sangat penting dan kewajiban untuk manusia dalam
12 13
Lalu Husni, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Lihat UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, Ketenagakerjaan diktum menimbang huruf “d”
hlm. 21. Salah satu contoh bahwa KUHPerdata yang menyatakan “bahwa perlindungan terhadap
bersifat liberal dapat dilihat dari Pasal 1602 yang tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak
menyebutkan “Tiada Upah yang harus dibayar dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan
untuk jangka waktu selama si buruh tidak kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas
melaksanakan pekerjaan”. Pasal ini tentu akan dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan
digunakan oleh penguasa untuk berbuat pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap
sekehendaknya menafsirkan klausul “tidak memperhatikan perkembangan kemajuan dunia
melaksanakan pekerjaan”. usaha”.
29
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
14
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas
Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 1991, hlm. 40. Sebelas Maret, 2003, hlm. 20.
15
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum
bagi Investor di Indonesia, Surakarta: Magister
30
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
16 18
Salim H.S dkk, Perancangan Kontrak dan Pasal 25 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang
Memorandum of Understanding (MoU), Jakarta: Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa
Sinar grafika, 2007, hlm. 120. “Peradilan umum sebagaimana dimaksud pada ayat
17
Hal ini dilihat dalam ketentuan Pasal 1338 ayat (1) berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus
(1) KUH Perdata yang menyatakan “semua perkara pidana dan perdata sesuai dengan ketentuan
persetujuan yang dibuat secara sah, berlaku sebagai peraturan perundang-undangan.
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
31
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
19
Meskipun hubungan hukum yang dibuat antara 3) Khusus mengenai sanksi hukum, pada
dosen dengan yayasan berisfat privat (keperdataan), garis besarnya dapat dibedakan atas:
namun Negara memiliki peran penting untuk a) Sanksi privat; dan
menjaga agar dalam hubungan kerja yang dibangun b) Sanksi publik.
tidak menimbulkan kesewenang-wenangan oleh Lihat Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Edisi
pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Salah Kedua, Jakarta: Kencana, hlm. 63-64.
21
satu keterlibatan pemerintah dapat dilihat dari UU No. 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas
penentuan “kebutuhan Hidup Layak” dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Pasal 1
mendirikan “Dewan Pengupahan, sebagaimana angka 1 menyatakan “Yayasan adalah badan hukum
diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
2012 Tentang Komponen Dan Pelaksanaan bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang
Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak . tidak mempunyai anggota”. Merujuk pada definisi
20
Menurut Achmad Ali, sanksi memuat beberapa yang dikemukakan oleh undang-undang tersebut,
unsur, yakni: sudah seharusnya badan penyelenggara pendidikan
1) Sanksi merupakan reaksi, akibat, atau tidak berorientasi pada keuntungan atau profit.
22
konsekuensi dari pelanggaran atau Lihat Penjelasan Undang-Undang Republik
penyimpangan kaidah sosial (baik kaidah Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 Tentang
hukum maupun kaidah non hukum); Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
2) Sanksi merupakan kekuasaan atau alat bagian Umum.
kekuasaan untuk memaksakan ditaatinya
kaidah sosial tertentu;
32
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
23 25
UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Perselisihan Hubungan Industrial Pasal 1 Angka 1 Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
menyatakan: Pasal 7 menyatakan:
“Perselisihan Hubungan Industrial adalah (1) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud
perbedaan pendapat yang mengakibatkan dalam Pasal 3 dapat mencapai kesepakatan
pertentangan antara pengusaha atau gabungan penyelesaian, maka dibuat Perjanjian Bersama yang
pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat ditandatangani oleh para pihak.
pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan (2) Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud pada
mengenai hak, perselisihan kepentingan, ayat (1) mengikat dan menjadi hukum serta wajib
perselisihan pemutusan hubungan kerja dan dilaksanakan oleh para pihak.
26
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh Penyelesaian di luar pengadilan dilakukan
dalam satu perusahaan”. dengan beberapa cara, yakni:
24
Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1) Perundingan Bipartit;
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan 2) Mediasi;
Industrial menyatakan “Perundingan bipartit adalah 3) Konsiliasi;
perundingan antara pekerja/buruh atau serikat 4) Arbitase.
pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk
menyelesaikan perselisihan hubungan industrial”
33
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
27
Bambang Waluyo, Penegakan Hukum di c) di tingkat pertama mengenai perselisihan
Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2016, hlm. 136. pemutusan hubungan kerja;
28
Achmad Ali, Op. Cit, hlm. 118. d) di tingkat pertama dan terakhir mengenai
29
Secara normatif, kompetensi absolut yang perselisihan antar serikat pekerja/serikat
dimiliki oleh Pengadilan Hubungan Industrial buruh dalam satu perusahaan”.
terlihat dalam Pasal 56, yang menyatakan:
“Pengadilan Hubungan Industrial bertugas dan Ketentuan tersebut dilanjutkan dalam Pasal 57 yang
berwenang memeriksa dan memutus: menyebutkan Hukum Acara yang dipakai dalam
a) di tingkat pertama mengenai perselisihan Penyelsaian Hubungan Industrial adalah Hukum
hak; Acara Perdata, kecuali ditentukan lain oleh
b) di tingkat pertama dan terakhir mengenai peraturan perundang-undangan.
perselisihan kepentingan;
34
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
30
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia hukum adalah ia berkedudukan sebagai subyek
Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian hukum. Menurut Satjipto Rahardjo, penempatan
Perselisihan Hubungan Industrial Dalam korporasi sebagai sebagai subyek hukum dalam
Kententuan Umum Nomor. 10.
31 hukum pidana tidak lepas dari modernisasi sosial
Salah satu contoh kasusnya adalah Putusan
majelis hakim Pengadilan Negeri Bangil, Jawa yang berdampak pada harus diakuinya kehidupan
Timur, menghukum seorang pengusaha mebel satu masyarakat yang semakin modern semakin
tahun penjara. Pengusaha tersebut dinyatakan kompleks sistem sosial, ekonomi dan politik,
terbukti melakukan tindak pidana perburuhan sehingga kebutuhan akan sistem pengendalian
dengan membayar rendah upah buruhnya dan kehidupan yang formal akan menjadi semakin besar
menghalang-halangi buruhnya untuk berserikat. pula. Lihat Muladi dan Dwidja Priyatno,
Selain penjara, si pengusaha juga dihukum denda
Pertangungjawaban Pidana Korporasi Edisi Revisi,
sebesar Rp250 juta.
32
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2004 Tentang Cetakan ke-4, Jakarta: Kencana, 2013, hlm. 43. Di
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun samping itu, Mardjono Reksodipuro mengatakan
2001 Tentang Yayasan Pasal 1 Menyebutkan bahwa dalam perkembangan hukum pidana di
Bahwa Yayasan adalah Badan Hukum. Indonesia ada 3 (tiga) sistem pertanggungjawaban
Konsekuensi hukum dari yayasan sebagai badan korporasi sebagai subyek tindak pidana, yaitu:
35
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
Pengurus korporasi sebagai pembuat, maka tidak membentuk,menjadi pengurus atau tidak
penguruslah yang bertanggung jawab; korporasi menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak
sebagai pembuat, maka korporasilah yang menjadi anggota dan/ataumenjalankan atau tidak
menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh
bertanggung jawab; dan korporasi sebagai pembuat
dengan cara:
dan penanggungjawab. Lihat Mahrus Ali, a) Melakukan pemutusan hubungan kerja,
Kejahatan Korporasi Kajian Relevansi Sanksi memberhentikan sementara, menurunkan
Tindakan Bagi Penanggulangan Kejahatan jabatan, atau melakukan mutasi;
Korporasi, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2008, b) Tidak membayar atau mengurangi upah
hlm. 47. pekerja/buruh;
c) Melakukan intimidasi dalam bentuk apapun;
33
Pasal 28 menyatakan: d) Melakukan kampanye anti pembentukan
“Siapapun dilarang menghalang-halangi atau serikat pekerja/serikat buruh”.
memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau
36
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
34
Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 kebebasan-berserikat-dalam-undangundang/ pada
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia tanggal 5 November 2016 pukul 17.30. Pengaturan
menyatakan: “Setiap orang berhak untuk mengenai materi atau persoalan yang digariskan
berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud- oleh ketentuan-ketentuan hukum yang menjadi
maksud yang damai”. dasar diterbitkannya peraturan yang lebih rendah
35
Jimly Asshiddiqie, “Mengatur Kebebasan atau lebih khusus lazimnya disebut dengan
Berserikat Dalam Undang-Undang”, diakses dari peraturan perundang-undangan organik.
http://jimlyschool.com/read/analisis/274/mengatur-
37
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
36 38
Bahder Johan Nasution, Hukum DPC. KSPSI Kab. Tengerang, Manfaat dan
Ketenagakerjaan Kebebasan Berserikat Bagi Pentingnya Berserikat, diakses melalui
Pekerja, Bandung: Mandar Maju, 2004, hlm 44. http://kspsitangerang.blogspot.co.id/2015/02/manfa
37
Bahder Johan Nasution, “Fungsi Kebebasan at-dan-pentingnya-berserikat.html pada tanggal 7
Berserikat Bagi Pekerja Dalam Hubungan Industrial November 2016, diakses pukul 16.05.
Pancasila”, Jurnal Inovatif, Volume VIII, Nomor I,
2015, hlm. 4-5.
38
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
39
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
40
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017
Jurnal
Bahder Johan Nasution, “Fungsi
Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja
Dalam Hubungan Industrial Pancasila”,
Jurnal Inovatif, Volume VIII, Nomor I,
2015.
41