Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Vol. 9 No.

2 Desember 2018 ISSN : 2087-1287

RELATIONSHIP OF NURSE ROLE AS CARE GIVER WITH LEVEL OF DEPRESSION


LEPROSY PATIENTS IN KUSTA HOSPITAL KEDIRI CITY

1 2 3
Linda Ishariani , Didit Damayanti , Assa Tafrihatul Walidah

S1 Keperawatan Stikes Karya Husada Kediri


email : lindaishariani@gmail.com. 085852272743

ABSTRACT
Leprosy including infectious, many people tend to ostracize leprosy patients
causing depression in patients. Depression has a major influence on the decline
in quality of life so that required management to overcome the role of nurses as
care giver.Thisresearch aims to determine the relationship of nurse role as care
giver with depression level of leprosy patients. The design of this researchwas
descriptive correlation with cross sectional approach, with nurse population in
the hospitalization service and all leprosy patients who were hospitalized in
leprosy hospitalKediri city. The sample in this research obtained 24 nurse
respondents and 24 respondents patients with total sampling technique, the
instrument used nurse role observation sheet as care giver and depression level
questionnaire analyzed by Spearman Rank test. The result of the research
showed that the role of nurse as care giver of good criteria was (79,2%) and
leprosy depression level in light category (62,5%). Spearman Rank statistic
analysis shows that P-value <α (0,002 <0,05) there wasthe relationship of nurse
role as care giver with leprosy depression level with medium relation level (-
0,596), mean that the higher role of nurse as care giver, the more mild
depression experienced by the patient. Nurses in leprosy hospitals should be
able to assess the depression level as early as possible in order to detect early
from depression, it was advisable for nurses to further enhance the role of care
giver.

Keywords: Role of nurse as care giver, Depression level, Leprosy patient

JURNAL ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page 131


Vol. 9 No. 2 Desember 2018 ISSN : 2087-1287

Abstrak

Kusta termasuk penyakit menular, banyak orang cenderung mengucilkan penderita kusta sehingga
menyebabkan depresi pada pasien. Depresi memiliki pengaruh besar terhadap penurunan kualitas
hidup sehingga diperlukan manajemen untuk mengatasi peran perawat sebagai pemberi perawatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran perawat sebagai pemberi perawatan
dengan tingkat depresi penderita kusta. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional, dengan populasi perawat di layanan rawat inap dan semua pasien
kusta yang dirawat di rumah sakit kusta di kota Kediri. Sampel dalam penelitian ini diperoleh 24
responden perawat dan 24 responden pasien dengan teknik total sampling, instrumen yang
digunakan lembar observasi peran perawat sebagai pemberi perawatan dan kuesioner tingkat
depresi dianalisis dengan uji Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat
sebagai perawat pemberi kriteria baik adalah (79,2%) dan tingkat depresi kusta dalam kategori
ringan (62,5%). Analisis statistik Rank Spearman menunjukkan bahwa P-value <α (0,002 <0,05)
terdapat hubungan peran perawat sebagai pemberi perawatan dengan tingkat depresi kusta dengan
tingkat hubungan sedang (-0,596), artinya semakin tinggi peran perawat sebagai pemberi perawatan
, semakin ringan depresi yang dialami oleh pasien. Perawat di rumah sakit kusta harus dapat menilai
tingkat depresi sedini mungkin untuk mendeteksi dini dari depresi, disarankan bagi perawat untuk
lebih meningkatkan peran pemberi perawatan.

Kata kunci: Peran perawat sebagai pemberi perawatan, tingkat depresi, penderita kusta

PENDAHULUAN Depresi adalah suatu kondisi terganggunya


Kusta merupakan penyakit menular dan aktifitas kehidupan yang berhubungan dengan
menahun yang dapat disebabkan kuman alam perasaan sedih, diikuti dengan gejala
Mycobacterium Leprae. Penyakit kusta penyertanya, termasuk gangguan nafsu makan,
menyerang kulit, saraf tepi dan dapat pula gangguan pola tidur, gangguan psikomotor,
menyerang jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini gangguan konsentrasi, kelelahan, rasa putus
dapat menular yang dapat menimbulkan asa, dan tidak berdaya serta keinginan bunuh
masalah yang sangat kompleks. Masalah yang diri (Videbeck, 2008)
dimaksud tidak hanya dari segi fisik, medis Pravelensi penyakit kusta di dunia masih tinggi.
tetapi meluas sampai masalah psikologis, World Health Organization (WHO) mencatat
ekonomi, sosial, spiritual, bagi penderitanya pada tahun 2014 sebanyak 213.899 penemuan
dan kesehatan nasional (Depkes RI, 2010). kasus baru kusta terdeteksi diseluruh dunia
Masalah fisik seperti bercak putih, kecacatan dengan tertinggi berada di ragional Asia
dan adanya ulkus yang tidak kunjung sembuh tenggara yaitu sebesar 154.834 kasus.
membawa dampak pada pengucilan dari Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah
masyarakat sehingga menimbulkan gangguan India dan Brazil. data profil Kesehatan
psikologis seperti kecemasan, stress, dan Republik Indonesia mencatat angka penemuan
depresi sehingga kehilangan rasa percaya diri kasus baru kusta pada tahun 2014 di
yang ditunjukkan dengan menyalahkan diri Indonesia sebanyak 16.131 kasus. Penyebaran
sendiri, berperilaku negatif dan menarik diri dari kasus kusta di Indonesia hampir merata
masyarakat (Fajar, 2010). diseluruh Propinsi, Propinsi dengan kasus
kusta tertinggi adalah Jawa timur, jumlah

JURNAL ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page 132


Vol. 9 No. 2 Desember 2018 ISSN : 2087-
1287

kasus kusta di Jawa timur pada tahun 2016 cenderung ramah dalam melayani mereka
diketahui sebesar 4.897 kasus. Yang dengan baik, perawat disini juga sering
mengalami kenaikan dibanding data tahun memberikan motivasi, memberikan penguatan
2015 yang berjumlah 3.946 (Kemenkes RI, bahwa penyakit kusta bukan akhir dari
2015). segalanya, bahwa penyakit kusta bisa
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti disembuhkan dengan berobat secara
di rawat inap Rumah Sakit Kusta Kota Kediri teraturdan (25%) perawat hanya datang pada
berdasarkan hasil wawancara dengan perawat saat keluarga pasien memanggil atau
di Rumah Sakit Kusta Kota Kediri didapatkan memerlukan bantuannya saja. Data lain
jumlah perawat yang dinas dirawat inap Rumah didapatkan (50%) perawat sudah melakukan
Sakit Kusta adalah 24 orang dan jumlah pasien evaluasi keperawatan kepada pasien, perawat
yang rawat inap pada bulan Oktober sampai sudah mengontrol perkembangan dari pasien
bulan November 2017 sebanyak 116 pasien. setelah diberikan implementasi, dan dibuktikan
Hasil observasi mengenai peran perawat dengan anamnesa perawat kepada pasien
sebagai care giver yang dilakukan kepada 4 bahwa kekhuatiran dan ketakutan pasien dan
perawat yang sedang dinas pada saat peneliti keluarga tentang penyakitnya sudah berkurang
melakukan studi pendahuluan didapatkan setelah menjalani perawatan.
(75%) perawat yang dinas di rawat inap Rumah Hasil wawancara yang dilakukan pada 10
Sakit Kusta Kota Kediri sudah melakukan penderita kusta mengenai tingkat depresi
pengkajian keperawatan dengan baik tetapi diperoleh data bahwa 6 penderita menyatakan
belum maksimal karena perawat disini hanya dirinya mudah lelah dan kurang bersemangat
berfokus melakukan pengkajian secara fisiknya dalam melakukan aktifitas, terkadang sulit
dan tanda-tanda vitalnya saja untuk pengkajian untuk tidur, dan nafsu makan biasa saja.
terhadap kebutuhan sosial dan psikologisnya Sementara itu 3 penderita menyatakan sedih
jarang dilakukan, dibuktikan dengan pernyataan karena keluarga mengucilkan. Penderita kusta
keluarga pasien bahwa perawat disini jarang juga takut karena mengalami cacat pada
menanyakan tentang perubahan perilaku yang tubuhnya, Penderita kusta juga mengatakan
dialami pasien ketika sebelum dan sesudah nafsu makanya menurun. Data lain didapatkan
mengalami penyakit kusta. 1 penderita menyatakan mudah lelah dan
Selanjutnya (75%) perawat di Rumah Sakit sering mengalami nyeri di daerah
Kusta Kota Kediri sudah melakukan persendiannya, sedih dengan kondisi
perencanaan keperawatan dengan baik, tetapi penyakitnya, sedih tidak bisa bekerja karena
pada perencanaan ada yang belum mengacu kecacatan yang ada pada tubuhnya, bingung
kediagnosa keperawatan. Sementara itu(75%) karena penderita tidak mempunyai biaya utuk
perawat sudah melakukan tindakan berobat dan tidak mempunyai peserta BPJS,
keperawatan dengan baik, dibuktikan dengan penderita juga mengatakan dia hanya tinggal
perawat di Rumah Sakit Kusta sering datang bersama ayahnya saja.
dan mengajak berinteraksi dengan keluarga Depresi mempunyai dampak yang lebih
dan pasien untuk menanyakan kondisinya, dan besar terhadap penurunan kualitas hidup
melihat keadaan fisik pasien. Menurut penderita kusta dibandingkan dengan
pernyataan dari pasien perawat disini kecacatan pada tubuhnya, maka diperlukan

JURNAL ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page 133


Vol. 9 No. 2 Desember 2018 ISSN : 2087-
1287

suatu penatalaksanaan untuk mengatasinya, sampling. Tehnik pengumpulan data dengan


salah satunya yaitu berupa peran perawat observasi dan kuesioner dan dianalisa dengan
sebagai care giver, advocate, educator, spearman rank test.
kolaborator, kosultan, pembawa perubahan,
peneliti, rehabilitator, pemberi kenyamanan, HASIL DAN PEMBAHASAN
Peran perawat sebagai care giver memberikan HASIL PENELITIAN
peran yang sangat penting dalam proses 1. Distribusi responden berdasarkan
pengobatan, karena perawat bisa memberikan peran perawat sebagai care giver
pelayanan asuhan keperawatan secara Tabel 1 Distribusi frekuensi Peran Perawat
langsung kepada pasien, keluarga dan Sebagai care giver
masyarakat dengan metode pendekatan
pemecahan masalah yang disebut proses
keperawatan (Appolo dan Cahyadi, 2012:261).
Dari melihat fenomena tersebut maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Peran F Prosentase
hubungan peran perawat sebagai care giver Perawat
dengan tingkat depresi penderita kusta di Sangat 20 83,3%
Rumah Sakit Kusta Kota Kediri. Baik
Tujuan penelitian untuk menganalisa hubungan Baik 3 12,5%
peran perawat sebagai care giver dengan Cukup 1 4,2
tingkat depresi penderita kusta di RS Kusta Total 24 100%

No Tingkat Depresi F Prosentase


Penderita Kusta % Dari tabel 1 didapatkan sebagian besar
perawat memiliki peran perawat sebagai
1. Berat 0 0
caregiver dalam kategori sangat baik (83,3%).
2. Sedang 3 12,5

3. Ringan 15 62,5 Tabel 2 distribusi frekuensi tingkat depresi

4. Tidak ada 6 25

Jumlah 24 100
Dari tabel 2 sebagian besar dari responden
Kediri.
(62,5%) sebanyak 15 orang pasien memiliki
tingkat depresi yang ringan.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini studi korelasi dengan
Tabel 3 Distribusi tabulasi silang.
menggunakan pendekatan cross
sectional.Sampel dalam penelitian ini adalah
Tingkat
Semua perawat yang dinas di rawat inap Depresi
Rumah Sakit Kusta Kota Kediriberjumlah 24 Peran Perawat Seda Ringan Tidak Jumlah
Sebagai Care ng ada
perawat dan Penderita kusta yang rawat inap di Giver
Rumah Sakit Kusta yang teridentifikasi depresi F F F F
%
ringan dan sedang dengan tehnik total

JURNAL ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page 134


Vol. 9 No. 2 Desember 2018 ISSN : 2087-
1287

Cukup 3 0 0 dalam
3 melaksanakan tugasnya. Menurut
12,5%
Friedman (2012) menyatakan bahwa laki-laki
Baik 0 15 5 10
memiliki
83,3% sifat agresif sedangkan perempuan
Sangat baik 0 0 1 1
mempunyai sifat pengasuh dan penyayang.
4,2%
Total 2 15 6 Kondisi
24 ini sesuai dengan fakta yang ditemukan
P- Value : 0.002 r :- 100%
dilapangan dalam penelitian ini, bahwa perawat
0,595
wanita memiliki insting dan memiliki sifat
kelembutan karena konsep awal keperawatan
Berdasarkanuji statistik Spearman RankP dalam sejarahnya adalah mother insting, oleh
<a yaitu 0,002 (PValue<0,05) maka H1 karena itu perawat perempuan cenderung lebih
diterima, berarti ada hubungan peran memiliki peran dan caring yang baik dalam
perawat sebagai care giver dengan tingkat melakukan asuhan keperawatan.
depresi penderita kusta dengan tingkat Dilihat dari faktor yang lain, peran perawat
hubungannya adalah sedang dengan nilai sebagai care giver salah satunya adalah dilatar
r =-0,595 . belakangi oleh pendidikan, dimana sebagian
besar responden perawat (58,3%)
PEMBAHASAN berpendidikan D3 keperawatan.Menurut
1. Peran Perawat Sebagai Care Giver Mulyadi (2010) mengungkapkan bahwa tingkat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat
bahwa hampir seluruh responden perawat kemampuannya. Maka seseorang yang
(83,3%) memiliki peran perawat sebagai care memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan
giver yang sangat baik dan sebagian kecil dari lebih mudah dalam mengembangkan
responden (4,2%) memiliki peran perawat pengetahuannya. Tetapi tidak menutup
sebagai care giver yang cukup. kemungkinan seseorang yang tingkat
Sesuai dengan pendapat Gaffar (2005) peran pendidikannya lebih rendah pengetahuan dan
perawat merupakan segenap kewenangan kemampuan yang dimilikinya lebih banyak, hal
yang dimiliki perawat untuk menjalankan tugas ini dipengaruhi oleh pengalaman kerja yang
dan fungsinya sesuai kompetensi yang lebih lama dan juga sering mengikuti pelatihan
dimilikinya. Peran perawat disini dibagi menjadi dan seminar sehingga pengalaman yang
beberapa peran salah satunya adalah peran dimiliki semakin banyak. Hal ini sesuai dengan
perawat sebagai care giveratau pemberi penelitian Wawan (2012) bahwa (68,3%)
asuhan keperawatan. Perawat sebagai care perawat yang masa kerjanya lebih lama
giver harus mempunyai pengetahuan yang luas mempunyai pengalaman dan ketrampilan lebih
dan tanggap terhadap kebutuhan dari pasien banyak.
sehingga pasien dapat merasa aman. Faktor yang ketiga adalah lama kerja perawat,
Hal ini disebabkan karena perawat perempuan didapatkan setengah dari responden perawat
lebih banyak yaitu lebih dari setengah sebanyak (50%) bekerja selama 5-10
responden (66,7%) berjenis kelamin tahun.Perawat yang kerjanya lebih lama
perempuan. Sampai saat ini perawat identik cenderung memiliki pengalaman dan
dengan seorang perempuan karena perawat ketrampilan yang lebih baik. Menurut Hakim
perempuan umumnya lebih telaten dan sabar Manurung dalam Putrianingsih (2016) perawat

JURNAL ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page 135


Vol. 9 No. 2 Desember 2018 ISSN : 2087-
1287

yang masa kerjanya lebih lama akan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data
mempengaruhi kinerja fakta dan teori yang didapat peneliti bahwa
keperawatannya.Perawat yang masa kerjanya sebagian besar dari responden (62,5%)
lebih lama maka pengalaman yang didapatkan memiliki tingkat depresi ringan. Hal ini
semakin banyak, sehingga tingkat kecakapan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia,
atas pekerjaan yang menjadi tugasnya semakin jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama
tinggi karena didukung dengan kemampuan menderita kusta, lama rawat inap dan jenis
dan pengalaman kerja yang memadai. kusta.
Faktor yang pertama adalah usia, Usia memiliki
2. Tingkat depresi penderita kusta pengaruh terhadap tingkat depresi responden,
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dari hasil penelitian didapatkan data bahwa
bahwa tingkat depresi pada penderita kusta hampir setengah dari responden (37,5%)
bahwa sebagian besar dari responden (62,5%) berusia 41-50 tahun yang tingkat depresinya
memiliki tingkat depresi ringan, sebagian kecil ringan, hal ini dikarenakan penderita bisa
dari responden (25%) memiliki tingkat depresi menerima kondisinya. Menurut Christian (2010)
minimal dan (12,5%) memiliki tingkat depresi usia merupakan faktor yang meningkatkan
sedang. untuk terjadinya depresi, depresi lebih sering
Sesuai dengan pendapat Kaplan (2010) terjadi pada usia muda yaitu rata-rata 20-40
menyatakan depresi adalah satu masa tahun, depresi pada usia muda lebih
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan diakibatkan oleh faktor sosial. Dengan demikian
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala usia dapat berhubungan dengan tingkat depresi
penyertanya,termasuk perubahan pada pola seseorang, semakin bertambah usia seseorang
tidur, dan nafsu makan, psikomotor, maka semakin dewasa dan matang seseorang
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa, tidak dalam berfikir, depresi pada penderita kusta
berdaya dan rasa ingin bunuh diri. Pada diakibatkan oleh faktor sosial seperti mendapat
penyakit kusta akan menimbulkan beberapa hinaan dan stigma yang negative dari
komplikasi diantaranya adalah kecacatan pada masyarakat akan mengalami dampak yang
tubuhnya sehingga akan menimbulkan stigma lebih negative, karena penderita kusta
negatif dari masyarakat pasien kusta akan cenderung kehilangan pekerjaannya dan
merasa malu, merasa dikucilkan dan harga diri menjadi pengangguran.
pasien akan rendah sehingga akan Faktor yang kedua adalah jenis kelamin, tingkat
menyebabkan depresi pada pasien kusta. depresi pada pasien kusta dipengaruhi oleh
Tingkat depresi seseorang berbeda-beda jenis kelamin dimana sebagian besar dari
dalam menghadapi suatu penyakit, termasuk responden yaitu (62,5%) memiliki tingkat
pada pasien kusta. Berdasarkan fakta yang depresi ringan. Hal ini disebabkan oleh jenis
didapat peneliti saat penelitian bahwa pada kelamin responden yaitu sebagian besar
pasien kusta yang memiliki komplikasi atau responden (62,5%) berjenis kelamin laki-laki.
kecacatan pada tubuhnya lebih banyak yang Jenis kelamin merupakan salah satu faktor
mengalami depresi baik depresi sedang yang meningkatkan resiko terjadinya
maupun ringan dari pada yang tidak mengalami depresi.Menurut Tartum (2016) laki-laki
kecacatan. memiliki tingkat depresi lebih ringan, hal ini

JURNAL ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page 136


Vol. 9 No. 2 Desember 2018 ISSN : 2087-
1287

karena laki-laki lebih peka terhadap respon terhadap kemampuannya dalam memecahkan
fisiologis, sedangkan perempuan lebih peka masalah.
terhadap respon psikologis. Hal ini sesuai Faktor selanjutnya adalah jenis kusta, sebagian
kondisi yang ada dilapangan dalam penelitian besar dari responden (66,7%) adalah
yang sudah peneliti lakukan, bahwa pada mengalami tipe kusta PB/ kering.Penderita
penderita kusta perempuan memiliki tingkat kusta yang mengalami kusta tipe kering/PB
depresi yang lebih besar dari pada laki-laki lebih cenderung mengalami depresi ringan
karena pada penderita perempuan lebih sering karena pada jenis kusta PB tidak
terpejan dengan stressor lingkungan dan menimbulakan kecacatan dan pengobatan lebih
depresi yang dialami perempuan berkaitan mudah dan singkat.Menurut P2 kusta (2006)
dengan ketidakseimbangan hormone dalam berpendapat bahwa tipe kusta kering/PB lebih
tubuh, misalkan hormone estrogen yang mudah untuk diobati dari pada tipe MB.Tipe
membuat perasaan perempuan cepat berubah- kusta dapat menjadikan penderita mengalami
ubah. depresi karena pada kusta tipe MB/basah dapat
Faktor yang ketiga adalah pendidikan, menimbulkan kecacatan pada tubuhnya
didapatkan hampir setengah responden sehingga mendapat stigma yang negative dan
(41,7%) berpendidikan SD. Amalia (2015) bisa mengakibatkan depresi.
menyatakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat depresi pasien kusta 3. Hubungan peran perawat sebagai care
adalah pendidikan. Menurut Notoadmodjo giver dengan tingkat depresi penderita
dalam Ajeng (2016) menyebutkan bahwa ksuta.
pendidikan merupakan faktor yang Dari hasil analisa uji statistic spearman Rank
mempengaruhi pengetahuan seseorang, peneliti diperoleh nilai taraf signifikan 0,02 (P<
karena pengetahuan dapat menambah 0,05) maka H1 diterima (Ada hubungan peran
wawasan sehingga tindakan dan perilaku yang perawat sebagai care giver dengan tingkat
didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari depresi penderita kusta), koefesien korelasi r
pada yang tidak didasari pengetahuan. sebesar -0,595 berdasarkan hasil pedoman
Faktor selanjutnya adalah lama menderita interprestasi perawat sebagai care giver
kusta, sebagian besar dari responden (58,3%) dengan tingkat depresi di rawat inap Rumah
menderita kusta lebih dari 1 tahun. Pada pasien Sakit Kusta Kota Kediri memiliki tingkat
kusta di Rumah Sakit Kusta Kota Kediri ketika korelasi sedang karena dari hasil penelitian
kontrol dan rawat inap sering mendapatkan peran perawat sebagai care giver dengan
pendidikan kesehatan dari pihak Rumah Sakit, kategori baik tetapi tingkat depresi pasien
penyuluhan ini dapat digunakan pihak Rumah rendah dikarenakan ada faktor yang
Sakit untuk meningkatkan ketahanan pasien mempengaruhi yaitu dari faktor pasien yang
pada depresi melalui self efikasi. Menurut lama menderita, jenis kusta, dan kurangnya
Riyanto (2015) disebutkan bahwa semakin dukungan dari keluarga.
lama orang mendapatkan pendidikan
kesehatan maka semakin tinggi pula tingkat Berdasarkan hal ini didapatkan bahwa perawat
optimisme dan kepercayaan diri pada pasien sebagai care giver berhubungan dengan tingkat
depresi pada penderita kusta. Semakin baik

JURNAL ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page 137


Vol. 9 No. 2 Desember 2018 ISSN : 2087-
1287

peran perawat yang diberikan maka semakin dengan cara menjaga komunikasi yang baik
rendah tingkat depresi dari penderita kusta. agar pasien bisa mengungkapkan apa yang
Peran perawat yang baik akan memberikan dirasakan dan perawat lebih meningkatkan
konstribusi selama penderita kusta menjalani perannya dengan memberikan kesempatan dan
rawat inap. Hal ini sesuai dengan teori Appolo waktu yang lebih untuk pasien.
dan Cahyadi (2012) yang menyatakan bahwa
peran perawat sebagai care giver memberikan
peran yang sangat penting dalam proses DARTAR PUSTAKA
pengobatan. Amiruddin, M.D. 2012.Penyakit Kusta Sebuah
Pendekatan Klinis. Surabaya:
Peran perawat sebagai care giver diharapkan Brilian Internasional.
dapat memberikan asuhan keperawatan baik Ajeng.2016. Pengaruh Peran Keluarga Sebagai
bio, psiko, sosio, spiritual yang baik kepada Care Giver Terhadap Tingkat
pasien kusta. Melalui peran perawat sebagai Depresi Penderita Kusta Yang
care giver yang baik pasien kusta akan merasa Mengalami Kecacatan Fisik.
diperdulikan, diperhatikan, dan dihargai. Skripsi. Tidak Diterbitkan, S1
Sehingga dapat mengalihkan fokus perhatian Keperawatan Surya Mitra
pasien kusta untuk tidak terlalu mengkhuatirkan Husada.
keadaannya dan menurunkan stressor Chin, J., 2009. Manual Cara Pemberntasan
penyebab depresi, sehingga tingkat kejadian Penyakit Menular (Terjemahan I
depresi lebih rendah. Nyoman Kandun), Dirtjen PPM &
PLP.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Klasifikasi
Penyakit Kusta. Jakarta. Tidak
dipublikasikan.
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2010. Profil
KESIMPULAN DAN SARAN Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
KESIMPULAN Jakarta, hal 18-21.
a.Peran perawat sebagai care giver di Rumah Keliat, B, Akemat, Helena, N, Nurhaeni, H.
Sakit Kusta Kota Kediri hampir seluruh 2015. 2015. Keperawatan
respondendalam kategori sangat baik. Kesehatan Jiwa Komunitas.
b.Tingkat depresi penderita kusta di Rumah Jakarta: EGC.
Sakit Kusta Kediri sebagian besar Eka, P. 2016. ‘Faktor Resiko Terjadinya
mengalami tingkat depresi ringan. Penyakit Kusta’.Skripsi.Tidak
c.Peran perawat sebagai care giver memiliki diterbitkan, Fakultas Kedokteran
hubungan dengan tingkat depresi penderita Universitas Andalas.
kusta yang menunjukkan korelasi sedang. Emilyani,D.2014 ‘Asuhan Keperawatan Klien
SARAN Yang Mengalami Depresi’.
Skripsi.Tidak diterbitkan.Vol 1
Pasien kusta bisa lebih terbuka dengan Harwari, D. 2011. Management Stress Cemas
petugas kesehatan terutama dengan perawat dan Depresi.Jakarta;FKUI.

JURNAL ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page 138


Vol. 9 No. 2 Desember 2018 ISSN : 2087-
1287

Kaplan & Sadock. 2014. Buku Ajar Psikiatri


klinis Edisi 2. Jakarta.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes
RI

Maurus ,J. 2009. Mengenali dan Mengatasi


Depresi.Bandung; Penerbit
Rumpun.

Muntoha, Ragil. 2015. Hubungan Antara Beban


Kerja dengan Perilaku Caring
Perawat.Skripsi. Tidak
Diterbitkan, S1 Keperawatan
UMP.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodelogi Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Nursalam. 2013. Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan.Edisi 3. Salemba
Medika. Jakarta.

JURNAL ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page 139

You might also like