Professional Documents
Culture Documents
Perlindungan Konsumen: Regulasi Bisnis: Slamet Mujiono
Perlindungan Konsumen: Regulasi Bisnis: Slamet Mujiono
REGULASI BISNIS
SLAMET MUJIONO
IAINU Kebumen
slm.mujiono@gmail.com
Abstract
Consumer protection against halal food seems to get less attention. Based on the research results YLKI
complaints relating to halal food very little. But at least the complaint against kosher food does not mean
that Indonesian Muslims do not care about the food and drinks are not permitted to circulate freely without
Halal certification. During this Indonesian Muslims believe in the MUI for halal products. In business
regulation, consumer protection Muslims for halal products not only in the form of halal labeling contained
in food safety laws. However, we must have integrity and other economic laws, so there is no guarantee
the implementation of halal labeling. It is strongly associated with things that are businesses, such as trade
agreements, distribution, advertising, packaging, negligence and abuse of halal labeling. Muslim consumer
protection is likely to be equated with consumer protection in general in Indonesia to enact legislation contains
consumer protections contained in Economic Law Indonesia. Due to the halal labeling is closely related to
the implementation of Islamic law, the Consumer Protection Law in Indonesia at least absorbing elements,
values and norms contained in Islamic law especially were very closely related to consumer protection, labeling
halal and business regulasasi Products- halal products in Islamic economics. Based on the description above
key issues discussed was how the consumer protection Muslims for halal products in the Islamic Business
Ethics Regulation.
konsumen telah dikemas sedemikian rupa pengaduan terhadap makanan halal bukan
dengan teknologi yang canggih dan kemudian berarti umat Islam Indonesia tidak peduli
dipasarkan dengan manajemen dan iklan yang kepada makanan dan minuman yang tidak
berlebihan (AZ Nasution, 2000). Dilihat halal beredar dengan bebas tanpa sertifikasi
dari sisi ini, maka posisi setiap produsen dan halal.Selama ini umat Islam Indonesia percaya
konsumen semakin tidak seimbang. Produsen kepada MUI terhadap produk halal.
berada pada titik yang selalu diuntungkan di Dalam regulasi bisnis, perlindungan
tengah keterbatasan pengetahuan konsumen konsumen muslim terhadap produk halal
terhadap suatu produk. tidak saja berupa labelisasi halal yang tertuang
Dengan begitu globalisasi ekonomi perlu dalam Undang-Undang Pangan. Akan tetapi
melindungi hak-hak konsumen. Namun dalam harus memiliki integritas hukum ekonomi
praktek pembangunan ekonomi ini tidak lainnya, sehingga ada jaminan pelaksanaan
dibarengi dengan aspek perlindungan terhadap labelisasi halal. Hal ini sangat terkait dengan
konsumen. Dapat dilihat dari pembentukan hal-hal yang bersifat bisnis, seperti perjanjian
Hukum Ekonomi Indonesia sedikit sekali perdagangan, distribusi, periklanan, kemasan,
menyinggung perlindungan konsumen. kelalaian dan penyalahgunaan labelisasi
Di samping itu persoalan makanan dan halal. Perlindungan konsumen muslim
minuman yang dilarang oleh Islam (babi, kemungkinan dapat disamakan dengan
alkohol dan lainnya) dalam regulasi bisnis perlindungan konsumen pada umumnya
sekarang ini, telah dapat dikemas dalam bentuk di Indonesia dengan memberlakukan UU
yang lain, sehingga susah dilacak dengan mata yang memuat perlindungan konsumen yang
telanjang, bahkan ada kemungkinan untuk terdapat pada Hukum Ekonomi Indonesia.
menempel kepada produk makanan dan Dikarenakan labelisasi halal berhubungan
minuman berupa bahan-bahan tambahan yang erat dengan pelaksanaan hukum Islam,
berasal dari hewan yang diharamkan. maka Hukum perlindungan Konsumen di
Selama ini sertifikasi halal ditentukan oleh Indonesia setidaknya menyerap unsur-unsur,
MUI dengan memberikan fatwa terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat
produsen yang menginginkan produknya dalam Hukum Islam terutama yang sangat erat
diaudit, melalui uji coba laboratorium BPOM hubunganya dengan perlindungan konsumen,
MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat- labelisasi halal dan regulasasi bisnis produk-
obatan dan Kosmetika). produk halal dalam ekonomi Islam.
Perlindungan konsumen terhadap Berdasarkan uraian tersebut di atas
makanan halal sepertinya kurang mendapat permasalahan pokok yang dibahas adalah
perhatian. Berdasarkan hasil penelitian YLKI bagaimana perlindungan konsumen muslim
pengaduan yang berkaitan dengan makanan terhadap produk halal dalam Regulasi Etika
halal sangat sedikit. Namun sedikitnya Bisnis Islam.
Perlindungan Konsumen:Labelisasi Halal (Slamet Mujiono) 69
Islam sebagai kebiasaan yang telah dilakukan Hanya saja Islam menekankan agar melakukan
dalam regulasi bisnis. audit revisi dan pengawasan perilaku ekonomi
Regulasi bisnis juga harus menjamin dalam rangka menjauhkan regulasi bisnis dari
adanya keselamatan dan kepuasan konsumen dampak kemudaratan dan kerusakan.
dalam menggunakan hasil produksi atau jasa. Dalam regulasi bisnis Islam tertuang
Regulasi bisnis yang tidak melahirkan rasa aman aturan-aturan yang mengatur secara terperinci
dan keselamatan konsumen, maka regulasi kegiatan ekonomi yang boleh dilakukan dan
bisnis seperti ini bertentangan dengan hak-hak yang dilarang, hal ini bermaksud melindungi
konsumen dan tanggung jawab produsen. konsumen, produsen dan pihak lainnya dari
Dengan begitu regulasi bisnis setidaknya kerugian dan kemudaratan. Perlindungan
mengandung dua faktor yaitu menyentuh etika konsumen dalam regulasi bisnis Islam dapat
kebiasaan, budaya, agama dan menyentuh dikelompokan pada kegiatan:
kepuasan konsumen. Oleh karena itu a. Regulasi produksi
hubungan konsumen dan produsen dalam Prinsip yang fundamental dalam Ekonomi
regulasi bisnis harus dilandasi kepada etika Islam yang ingin dicapai adalah terbentuknya
bisnis yang disepakati masyarakat konsumen, hasil-hasil produksi yang dapat meningkatkan
produsen dan negara. kesejahteraan sosial dan kemaslahatan. Kegiatan
Regulasi bisnis dalam Ekonomi Islam produksi dilakukan berdasarkan tingkat
dibatasi kepada tujuan akhir dari kegiatan kebutuhan manusia, yaitu: (1) Kebutuhan
ekonomi yaitu kemaslahatan, mencegah pokok seperti sandang, pangan dan tempat
kemudaratan dan mencegah kerusakan. tinggal; (2) Kebutuhan sekunder seperti
Ungkapan asy-Syatibi (Abu Ishak asy-Syatibi, barang mewah dan lainnya (Syauqi Ahmad
1954) tentang maslahah dapat dijadikan Dunya, 1994). Islam lebih mengutamakan
pijakan dan tujuan Ekonomi Islam. Maslahah memproduksi barang primer terlebih dahulu
adalah apa yang menopang tegaknya hidup setelah terpenuhi baru memproduksi barang
dan sempurnanya kehidupan manusia, sekunder.
dan memenuhi apa yang menjadi tuntutan Kegiatan produksi harus melakukan proses
kualitas-kualitas emosional dan intelektual produksi barang atau jasa yang dipandang
dalam pengertian yang mutlak. Islam halal dan baik. Artinya dilarang
Dari ungkapan asy-Syatibi ini terkandung membuat barang haram atau mengandung
cakupan yang sangat luas, mencakup komponen barang yang dilarang, satu contoh
substansi kehidupan umat manusia. Dalam memproduksi barang tekstil dari babi, anjing,
pelaksanaannya pada lapangan ekonomi membuat makanan dari arak atau mendirikan
Islam tidak membatasi metode dan cara yang tempat prostitusi termasuk produksi yang
digunakan untuk melakukan produksi baik memperdagangkan aurat dan susila seperti
teori maupun teknologi yang digunakan. pembuatan film yang mempertontonkan aurat.
Perlindungan Konsumen:Labelisasi Halal (Slamet Mujiono) 71
4) Tanggung jawab, kebutuhan akan yang dapat merusak diri dan tatanan sosial, satu
tanggung jawab ditekankan oleh Islam contoh dilarang mengkonsumsi alkohol, karena
pada semua aspek, bahkan Islam lebih jauh merusak kesehatan dan dapat menimbulkan
menegaskan agar manusia bertanggung berbagai kegiatan yang merugikan masyarakat.
jawab terhadap fasilitas yang diberikan Dengan begitu Islam memberikan
oleh Allah seperti udara, air dan waktu perlindungan terhadap konsumen untuk
(kesehatan, kesempatan) yang didapat mengkonsumsi barang dan jasa dalam dua
selama hidup manusia di dunia. dimensi: (1 Melindungi konsumen itu sendiri
5) Ihsan merupakan suatu tindakan yang dari bahaya-bahaya barang dan jasa yang
berorientasi kepada kemaslahatan orang mengkonsumsinya; dan (2) Melindungi
lain dan masyarakat. konsumen lain sebagai konsumen pasif, satu
contoh bahaya rokok, alkohol dan praktek
Prinsip perdagangan inilah yang menjiwai
prostitusi akan merusak konsumen yang tidak
segala aktivitas bisnis. Oleh karena itu
mengkonsumsinya.
perilaku ekonomi menurut pandangan Islam
harus memiliki perilaku, dimana penjual Dalam regulasi konsumsi, Islam memiliki
menawarkan harga dengan harga yang wajar. pola konsumsi yang harus dan menjadi pijakan
bagi masyarakat yang mengkonsumsi barang
c. Regulasi Konsumsi dan jasa, yaitu:
Da l a m t e o r i k o n s u m e n m o d e r n , 1) Jangan boros (QS; al-Isra’ ayat 26-27)
rasionalisme ekonomi merupakan dasar
2) Menahan diri dari kebatilan, tidak
masyarakat mengkonsumsi barang, makanan
melakukan pola konsumsi yang dilarang
dan jasa. Rasionalisme ekonomi beranggapan
(QS; al-Maidah ayat 90).
bahwa konsumen berusaha memaksimumkan
kepuasan, pemanfaatan semaksimal mungkin 3) Mengkonsumsi barang yang halal (QS; al-
dengan pertimbangan rasio. Dalam ekonomi Baqarah ayat 169: "Hai sekalian manusia,
modern kepuasan memanfaatkan barang makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
konsumsi hanya terbatas kepada penggunaannya terdapat di bumi…"
saja. Akan tetapi tidak mengandung dimensi 4) Dilarang menimbun harta (QS; al-
kepuasan jasmani dan rohani (Muhammad Humazah: 1-3).
Nejatullah Siddiqy, 1991). 5) Membayar zakat QS; at_taubah ayat 60)
Oleh karena itu perilaku konsumen dalam Pola konsumsi yang telah digariskan
Islam dibatasi oleh moral dan etika yang oleh etika Islam kemudian menjadi dasar
berangkat dari filasafat Islam. Islam tidak perlindungan konsumen dalam Ekonomi
membatasi manusia untuk mengkonsumsi Islam, yaitu:
barang dan jasa, tetapi Islam memberikan
1) Mendapat perlindungan keamanan dari
batasan kepuasan, melarang pola konsumsi
negara.
Perlindungan Konsumen:Labelisasi Halal (Slamet Mujiono) 73
2) Mendapatkan informasi barang dan jasa Makanan yang baik (thayyib) sebenarnya
yang jelas sesuai dengan harganya. sangat terkait dengan pola konsumsi manusia,
3) Perlindungan atas kualitas barang. agar selalu memperhatikan makanan yang
4) Berhak memperoleh harga yang wajar. mengandung gizi, yang dapat mendukung
kesehatan dan kelangsungan hidup. Dalam
Perlindungan Konsumen terhadap Produk al-Qur'an suratcAbasa ditemukan perintah
Halal yang sangat jelas berbunyi: "Hendaknya
Produk halal yang menjadi pokok konsumsi manusia memperhatikan makanannya",
masyarakat merupakan suatu kewajiban ayat ini mengandung arti agar manusia
yang harus dipenuhi dalam regulasi bisnis dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari
sejak dari bahan baku, produksi, distribusi, memperhatikan kualitas makanannya.
hingga mengkonsumsinya. Produksi bahan Makanan yang baik juga mengandung
makanan dari bahan olahan yang halal dalam arti menghindari makanan yang kurang baik,
Hukum Islam digariskan dengan tegas. Hal tidak aman dan kotor yang dalam khazananh
ini mengandung arti setiap kegiatan produksi fiqh sering disebut khabitsah, sebagaimana
makanan harus berpegang kepada prinsip yang dijelaskan dalam al-Qur'an: "…dan
produk halal yang telah digariskan oleh dihalalkan bagi mereka segala yang baik dan
syari'at Islam. Prinsip produk makanan dan mengharamkan atas mereka yang buruk…"
bahan olahan dalam Hukum Islam menurut (Q.S al-A'raf: 157).
Abdul Manan dikendalikan oleh lima prinsip Disamping kehalalan dan sifat baik dari
(Muhammad Abdul Manan, 1995), yaitu: makanan masih ada lagi persyaratan lain
1) Prinsip keadilan; 2) Prinsip kebersihan; 3) yang cukup penting dalam mengkonsumsi
Prinsip kesederhanaan; 4) Prinsip kemurahan makanan. Persyaratan adalah bagaimana usaha
hati; 5) Prinsip moralitas. yang dilakukan dalam memperolehnya dan
Berdasarkan lima prinsip ini bagi membuatnya. Rezeki yang diperoleh dengan
masyarakat muslim memenuhi kebutuhan cara yang haram seperti pangan, sandang,
bukan berorientasi kepada kepuasan belaka, tempat tinggal, sebahagian ulama ada yang
tetapi ada dimensi lain yang haram diikuti. berpendapat hasilnya haram untuk dikonsumsi
Islam memandang pemenuhan kebutuhan meskipun makanan tersebut makanan yang
memiliki tujuan dimensi dunia dan dimensi halal. "Nabi menjelaskan bahwa tubuh yang
akhirat. Manfaat kebutuhan dalam Islam lebih dibesarkan dari makanan yang haram, baik
ditekankan kepada tingkat kemasalahatan dan cara mendapatkannya, maupun jenis makanan
kemudaratan, sejauh pemenuhan kebutuhan itu sendiri, maka neraka lebih baik untuknya".
tidak mendatangkan kemudaratan dan merusak, (H.R Tirmidzi) (Abdul Aziz Dahlan, 1997).
maka Islam memberikan keluasan untuk Hadis di atas mengandung arti cara
mengkonsumsi baik barang, makanan dan jasa. yang digunakan, dengan demikian dalam
74 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, No.1, Januari-Juni 2016
arti luas teknologi yang dipergunakan dalam menganggap konsumen bukan satu kekuatan
memperoleh atau memproduksi makanan, politik yang riil atau dengan kata lain posisi
hendaknya diperhatikan hal-hal yang konsumen dimata negara sangat lemah.
diperbolehkan dalam Hukum Islam, misalnya Negara memandang kontribusi pengusaha
tidak mencampur dengan bahan yang haram (sektor industri) masih sangat besar, bahkan
ke dalam proses produksi, tidak melakukan sangat dibutuhkan diberbagai bidang. Hal ini
penipuan dengan mengkemas makanan haram justru memberikan keluasan pada pengusaha
menjadi makanan yang halal. untuk memproyeksikan usahanya semata-
mata pada keuntungan tanpa memperhatikan
Perlindungan Konsumen Muslim terhadap kepentingan dan keselamatan konsumen.
Produk Halal
Dalam perspektif lebih luas negara lebih
Kembali kepada konteks pemikiran arah
banyak mendengarkan dan memperhatikan
industrialisasi di Indonesia dan implikasinya
kepentingan produsen ketimbang
terhadap produk-produk halal dan segala
memperhatikan keluhan-keluhan konsumen
permasalahan di muka, ternyata konsumen
di Indonesia. Hal ini menciptakan hubungan
muslim menghadapi pola regulasi bisnis
negara dengan pengusaha semakin kental dan
yang merugikan dan sulitnya mendapatkan
di sisi lain hubungan pengusaha, negara dan
produk halal di pasar Indonesia. Kesulitan
konsumen mengalami hubungan terputus.
mendapatkan produk halal semakin diperparah
Meskipun terdapat asosiasi perdagangan
dengan pola regulasi bisnis yang menerapkan
yang dilegalkan oleh negara justru membuat
pola input output system. Dengan sistem ini
regulasi bisnis menjadi semakin ekslusif,
sudah pasti konsumen muslim tidak dijadikan
artinya di luar asosiasi tersebut tidak ada
suatu unsur atau faktor proses produksi, hal
yang berhak memberikan aturan main dalam
ini tentunya melanggar hak konsumen untuk
bisnis tertentu.Semua ini pada akhirnya
mendapatkan produk yang diinginkan.
telah menciptakan sistem monopoli hak-
Sangat ironis umat Islam yang mencapai
hak konsumen yang membuat konsumen di
85 persen dari penduduk Indonesia tidak
Indonesia berada pada posisi terjerembab.
memiliki jaminan untuk mendapatkan produk
Posisi konsumen di Indonesia berada pada
halal. Secara sosiologis wajar apabila konsumen
posisi sulit dan ada kesan dipaksakan untuk
muslim menuntut produsen, perilaku bisnis
menerima produk yang disodorkan tanpa
dan tanggungjawab pemerintah terhadap
diperbolehkan menggugatnya.
penyediaan produk halal. Akan tetapi yang
Kondisi konsumen muslim yang sebahagian
terjadi konsumen muslim berada pada posisi
besar memiliki tingkat pengetahuan regulasi
yang tidak menguntungkan, apalagi politik
bisnis dan informasi produk yang rendah,
ekonomi di Indonesia posisi konsumen
telah menciptakan keterbatasan pengetahuan
bukanlah satu kekuatan yang terorganisir
mengenai hak dan kewajiban konsumen
dan mudah dimobilasasi, sehingga negara
Perlindungan Konsumen:Labelisasi Halal (Slamet Mujiono) 75
penggunaan bahan tambahan dan batas Sesudah pembentukan YLKI yang belum lagi
kadaluarsa produk tersebut. berumur 2 tahun, telah diikuti pertemuan-
c. Pemantauan produk yang sudah beredar per temuan perlindungan konsumen
(Zamrotin, 1997). internasional. Dari hasil pertemuan-pertemuan
d. Memperhatikan ketentuan produk halal inilah YLKI mendapatkan bentuk dan arah
dalam syari'at Islam termasuk dalam proses perlindungan konsumen di Indonesia (Munir
produksi, teknologi yang dipergunkaan Fuady, 1994). Lahirnya gelombang gerakan
dari labelisasi kemasannya. konsumen di Indonesia pada tahun 1970
(terutama kelahiran YLKI terlihat sejak semula
Perlindungan Konsumen Muslim di Indonesia usaha perlindungan konsumen merupakan
Gerakan perlindungan konsumen di imbas atau pengaruh dari perjuangan dan
Indonesia pada awalnya didorong oleh ikhtiar gerakan konsumen di Eropah dan Amerika
pemasyarakatan produk-produk dalam negeri Serikat yang sejak lama diperjuangkan.
pada tahun 1970-an. Tuntutan perlindungan Dari gerakan konsumen, baik gerakan
konsumen yang menjadi isu pada saat itu konsumen di Indonesia maupun gerakan
adalah adanya kepastian terlindunginya konsumen internasional, konsumen muslim
masyarakat Indonesia dari mutu produk. Hal di Indonesia dapat dikatakan memiliki payung
itu berangkat dari suatu kenyataan bahwa dengan terlaksananya hak-hak konsumen
produk dalam negeri nisbi kualitasnya. muslim. Hal ini dapat ditelusuri dengan adanya
Di tengah struktur masyarakat yang hak yang diakui secara internasional yaitu hak
semakin kompleks dan saling ketergantungan untuk memilih (the right of choose), dalam
terdapat berbagai aspek permasalahan konteks ini konsumen memiliki kebebasan
kehidupan masyarakat konsumen berkembang untuk menentukan pilihannya sesuai dengan
semakin serius, hal itu perlu ditangani dan keinginannya, termasuk kebebasan memilih
membutuhkan profesionalisme kelembagaan sesuai dengan kepercayaan dan agamanya. Hal
dan hukum (Imam Baehaqie dan Zaim Saidi, ini sejalan dengan pemikiran bahwa memilih
991). Dengan dasar pemikiran tersebut sesuatu produk adalah hak bebas dan harus
maka kehadiran lembaga konsumen yang dihormati produsen dan pihak lain.
mengakomodir hak-hak dan keluhan- Di samping alasan di atas resolusi PBB juga
keluhan konsumen dapat disalurkan sekaligus dapat dijadikan pijakan perlunya perlindungan
diperjuangkan. konsumen muslim di Indonesia dan di negara-
Di Indonesia gerakan konsumen diawali negara Islam lainnya. Poin yang mendukung
dengan berdirinya Yayasan Lembaga Konsumen antara lain; (i) Promosi dan perlindungan
Indonesia yang berkantor di Jakarta, pada bulan pada kepentingan ekonomi konsumen; (ii)
Mei 1973. Organisasi ini bergerak atas dasar Dilakukannya pilihan ini sesuai dengan
pengabdian kepada kehidupan manusiawi. kehendak dan kebutuhan, dan kebebasan
Perlindungan Konsumen:Labelisasi Halal (Slamet Mujiono) 77
yang dikonsumsi di masyarakat halal atau yaitu terdapat dalam pasal 30, setiap produk
haram masih sulit bagi konsumen muslim. olahan yang diproduksi dari dalam dan luar
Selama ini konsumen muslim percaya kepada negeri wajib mencantumkan label halal.
informasi dari produsen, penjual, promosi dan Dalam bab IV pasal 30, 31, 32, 33 dan
label halal dan komposisi yang tercantum pada 34 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996
kemasan produk. tentang Pangan merupakan kepastian hukum
bagi umat Islam mendapatkan produk halal di
Labelisasi Halal dan Sertifikasi Halal dalam
pasaran yaitu tersedianya produk yang berlabel
Hukum Indonesia
halal dan tersedianya sarana informasi tentang
1. Labelisasi Halal produk halal.
Sebagai kelanjutan perlindungan konsumen Dengan demikian perlindungan hukum
terhadap produk halal, maka peraturan terhadap konsumen muslim terutama untuk
perundang-undangan yang dibentuk tidak mendapatkan produk halal memiliki kedudukan
sekedar memuat kepastian halal, tetapi ketentuan- yang kuat dalam Tata Hukum Indonesia.
ketentuan pola konsumsi yang telah digariskan Dari pasal-pasal tersebut setidaknya ada tujuh
dalam syari'at Islam terakomodasi dalam hak yang telah dilindungi bagi umat Islam di
kodifikasi Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia terutama dalam mensikapi regulasi
bagi orang Islam di Indonesia. Kebutuhan bsinis global, sehingga umat Islam tidak perlu
hukum bagi orang Islam dalam mengkonsumsi ragu mengkonsumsi makanan dan minuman
makanan yang sesuai dengan syari'at Islam. yang beredar baik yang diproduksi di dalam
Dengan adanya jaminan konsumen negeri atau yang diproduksi dari luar negeri,
dalam UUD 1945 tidak berarti pembentukan karena pasal 30 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
Hukum Perlindungan Konsumen bagi produk Pangan mewajibkan makanan yang masuk dan
halal di Indonesia mendapatkan tempat yang keluar berlabel halal. adapun hak-hak konsumen
khusus seperti pembentukan hukum Peradilan muslim yang telah dipayungi dari pasal-pasal
Agama dan hukum perkawinan Islam, bahkan tersebut diantaranya:
memiliki peradilan khusus (peradilan Agama) a) Hak untuk mendapatkan produk halal.
tersendiri. Selama ini kepastian hukum produk
b) Hak untuk diberi secara jelas hal-hal yang
halal disandarkan kepada hukum yang berlaku
menyangkut produk.
di Indonesia, sejak tahun 1945 sampai tahun
c) Hak untuk memilih berbagai produk yang
1996 produk halal tidak memiliki landasan
tersedia.
hukum yang jelas berupa aturan perundang-
undangan, baru pada tahun 1996 dengan d) Hak untuk didengar.
diundangkannya Undang-Undang Nomor e) Hak untuk mendapatkan perlindungan dan
7 Tahun 1996 tentang Pangan Produk Halal jaminan dari negara terhadap tersedianya
mendapat tempat dalam hukum Indonesia produk halal.
80 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, No.1, Januari-Juni 2016
demikian belum memihak sepenuhnya kepada Black, Donald. The Behavior of Law. London :
perlindungan konsumen. Academic Press San Fransisco. 1976.
Perlindungan konsumen muslim melalui Bakry, HM Nurchalis dkk. Bioteknologi dan
jalur lembaga perlindungan konsumen selama al-Qur’an Referensi dalam Da’i Modern.
ini sifatnya baru berupa kasuistik. Adanya Jakarta : Gema Insani Press, 2000.
BPOM MUI dan terbentuknya undang-
undang tentang makanan yang halal dan Bisri, Hasan, KH, dkk. 20 Tahun Majelis
haram bukan berarti hak-hak konsumen Ulama Indonesia. Jakarta : MUI, 1995.
muslim untuk mendapat produk halal sudah Fardiz, Srikanti. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta
terpenuhi, karena untuk membuktikan apakah : Gramedia Utama, 1992.
produk yang dikonsumsi di masyarakat halal
atau haram masih sulit bagi konsumen muslim. Hartono, Sunaryati. In Search of New Legal
Selama ini konsumen muslim percaya kepada Principles. Bandung : Binacipta Publishing
informasi dari produsen, penjual, promosi dan Company, 1992.
label halal dan komposisi yang tercantum pada Hermana. Iradiasi Pangan. Bandung : ITB,
kemasan produk. 2002.