Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

PENERAPAN KONSEP SUPERBLOK DALAM PERANCANGAN KAWASAN

TERPADU DI JALUR LINGKAR UTARA KOTA SURAKARTA

VALENTINUS BORIS 1
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA
email : valentinusboris@yahoo.com

IR. SAMSUDI, M.T. 2


PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA

IR. AGUNG KUMORO W.W., M.T. 3


PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA

Abstract
The number of population in cities has increased into a very spectacular number. That
phenomenon simultaneously pushes the cities to find the solutions that could
comprehensively solve many urban problems. Especially in the developing cities, the
problems are much complexier. Inefficient urban planning is the main problem which
is derived into such problems: traffic jam; backlog increasing number; floods; etc. One
that could be the solution is the superblock concept. Superblock could provide an
integrative planning between many function zones: residencials; offices; shopping
center; public spaces; etc. In this concept, citizens could do their daily activities just in
one site because all places are closely connected. City of Surakarta is one of
developing cities in Indonesia which has many urban problems and potentials. High
population density, backlog number, and traffic jam are the problems. On the other
hand, the city also has potentials: high public economic level, high property
commercial market, and developments of the city. By those problems and potentials,
City of Surakarta could adapt the superblock concept to develops a mixed-use area.
Mixed-use area could solve the vital problems: backlog number. By the superblock
concept, the mixed-use area can not only provide residencial facilities but also can
provide commercial areas to develop the city such as shopping center and retail offices
for the inhabitant’s lifestyle fulfillment. 2500 units apartment, 250 units retail office,
shopping center, and public park are the main facilities in this mixed-use area. Each
facility is also devided into some supporting facilities. By adapting the concept of
superblock in planning a mixed-use area, several of urban problems in the City of
Surakarta are hopefully solved.

Keywords: Population, Cities, Superblock, Mixed-Use, Surakarta

1. PENDAHULUAN semakin menemui masalah-masalah


yang mengancam keberlangsungannya.
Kota adalah segalanya tentang sistem Peningkatan kepadatan penduduk di
peradaban manusia yang kompleks. kota menjadi masalah paling rumit
Peradaban tinggi manusia di kota karena menyangkut semua aspek
membuat semakin banyak orang yang berjalannya sebuah kota. Menurut
tertarik hidup di kota. Namun, kota proyeksi KSPPN (Kebijakan dan Strategi
Region, Vol. 12, No. 2, Juli 2017: 119-129

Pembangunan Perkotaan Nasional) tahun mencapai 470.000 kendaraan. Jika


2003 menyebutkan bahwa, pada tahun dibandingkan dengan jumlah penduduk
2050 85% penduduk Indonesia akan Kota Surakarta yang berjumlah 510.077
tinggal di kota. Peningkatan jumlah jiwa, berarti hampir setiap penduduk
penduduk kota menghasilkan beberapa memiliki satu kendaraan pribadi. Belum
persoalan integral. Kebutuhan hunian di lagi ditambah 2,5 juta penduduk penglaju
Indonesia semakin meningkat. Menurut ke Kota Surakarta yang kemungkinan
Direktur Jenderal Pembiayaan besar juga memakai kendaraan pribadi,
Perumahan Kementerian PUPR, Maurin berarti ada tiga juta kendaraan pribadi di
Sitorus (2016), hingga tahun 2025 angka Kota Surakarta tiap harinya.
kebutuhan rumah di Indonesia mencapai Tingginya aktivitas di Kota Surakarta
30 juta unit. dan sekitarnya membuat kebutuhan
Masalah-masalah perkotaan yang hunian menjadi sangat tinggi. Menurut
semakin kompleks menuntut konsep dan Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD)
strategi perancangan yang responsif Real Estat Indonesia (REI) Jateng, M.R.
terhadap perubahan dan mampu Priyanto (2014), khusus di Kota Surakarta,
mengontrol pertumbuhan kota. Menurut terjadi backlog (angka kekurangan
Wibisono (2010), salah satu konsep yang hunian) mencapai 45.242 unit.
berkembang adalah menciptakan zona- Kota Surakarta dengan berbagai
zona terkontrol. Konsep ini sudah masalah dan potensi kota yang dimiliki
diterapkan di Eropa dan Amerika Serikat dapat mengadaptasi sistem superblok
di tahun 1920-an dengan berbagai istilah. untuk membentuk kawasan terpadu.
Salah satunya adalah konsep Superblok. Kawasan terpadu diperlukan sebagai
Salah satu kota yang memiliki usaha mengefisienkan tata ruang kota
permasalahan perkotaan adalah Kota dengan memadukan fungsi residensial
Surakarta. Kota Surakarta menarik untuk dengan fungsi-fungsi lain seperti tempat
dikembangkan konsep superblok karena bekerja dan rekreasi. Dengan konsep
memiliki masalah-masalah perkotaan superblok, kawasan terpadu yang
yang kompleks, pasar properti yang dirancang dapat lebih berkembang dan
meningkat dan didukung pembangunan meningkatkan kualitas ruang kota.
fisik di dalam kota. Kepadatan penduduk
Kota Surakarta mencapai 11.582 2. METODE
jiwa/km². Angka tersebut masih belum
ditambah populasi penduduk daerah Metode yang dilakukan dalam
sekitar yang rutin beraktivitas di Kota perancangan kawasan terpadu di Jalur
Surakarta. Menurut Walikota Kota Lingkar Utara Kota Surakarta ini adalah
Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo (2014), dengan mengolah desain kawasan
populasi penduduk siang hari Kota terpadu berlandaskan prinsip-prinsip
Surakarta mencapai tiga juta jiwa, utama dalam konsep superblok sehingga
sedangkan populasi penduduk Kota menghasilkan desain akhir menjadi
Surakarta sekitar lima ratus ribu jiwa. solusi atas isu dan fenomena serta
Banyaknya penduduk daerah lain permasalahan dan persoalan dalam
yang rutin menglaju ke Kota Surakarta kawasan terpadu.
mengakibatkan meningkatnya jumlah Menurut Ir. Manlian Ronald A.
kendaraan pribadi yang berujung pada Simanjuntak, M.T., IAI (2004), secara
masalah kemacetan dan polusi udara umum superblok dapat diartikan sebagai
yang tinggi. Menurut Kepala Dinas suatu kawasan binaan atau terpadu yang
Perhubungan, Komunikasi, dan terdiri dari fungsi-fungsi seperti pusat
Informatika (Dishubkominfo) Kota perbelanjaan, area perkantoran, hunian
Surakarta, Yosca Herman Sudrajat (2015), (apartemen), hotel, sarana rekreasi, dan
menyebutkan bahwa jumlah kendaraan area terbuka, yang kesemuanya memiliki
bermotor berplat Kota Surakarta

120
Valentinus Boris dkk, Penerapan Konsep Superblok dalam…

hubungan dan saling menunjang dalam dalam superblok adalah dengan


fungsi dan kegiatan. menyediakan transportasi publik internal
Dalam pidato Prof. Ir. Bambang Hari area yang terhubung dengan jaringan
Wibisono, MUP., M.Sc., Ph.D tahun 2010, transportasi publik kota. Konsep drop off
mengatakan bahwa konsep superblok untuk kendaraan dan parkir di lantai
bisa berkembang dan direspon positif dasar depan gedung sebaiknya juga
oleh masyarakat luas apabila dalam dikurangi. Konsep basement yang
perancangan superblok memiliki lima terkoneksi satu dengan yang lain
konsep utama dari proses perencanaan menjadi inovasi dalam konteks
hingga menjadi produk yang siap manajemen lalu lintas kawasan
dipasarkan, antara lain: superblok.
A. Identity/Branding
Merupakan pendekatan studi E. Multilayers Pedestrian Linkage
kelayakan dan studi konsep identitas Merupakan pengembangan
ekonomi. Banyaknya produk properti kawasan yang aman dan nyaman bagi
yang beridentitas menarik dan bernilai pejalan kaki. Selain fasilitas pejalan kaki
tinggi menyebabkan kawasan superblok di lantai dasar, konsep area pejalan kaki
harus memiliki identitas yang tematik. dapat dikembangkan pula di lantai
Dengan identitas ini maka kawasan berikutnya dengan kemungkinan
superblok memiliki posisi pasar yang menembus massa-massa bangunan yang
kuat dan berbeda dengan posisi pasar berada di kawasan tersebut.
kawasan-kawasan lainnya.
Kawasan terpadu yang dirancang
B. Mix of Uses penulis akan menerapkan kelima prinsip
Merupakan konsep tata guna lahan utama superblok tersebut agar
yang bersifat campuran, di mana elemen didapatkan hasil akhir rancangan yang
fungsi hunian, publik, komersial, dan sesuai.
rekreasi bisa hadir dalam satu kawasan.
Selain itu, sistem peruntukan lantai dasar 3. PEMBAHASAN
haruslah digunakan untuk kegiatan ritel
atau fungsi publik aktif yang secara fisik
transparan untuk menjamin hadirnya
aktivitas publik dari pagi sampai malam.

C. Massing Framework
Merupakan kepekaan rancangan
akan konteks urban. Konsep “streetwall”
di mana deretan bangunan lurus sejajar
mendefinisikan ruang jalan disarankan
dikombinasikan dengan penggunaan
Gambar 1. Rencana Tata Ruang Wilayah
ruang di zona garis sempadan bangunan Kota Surakarta Tahun 2011-2031. Kawasan
(GSB) sebagai jalur publik aktif. Satu jalur lingkar utara (dalam kotak merah garis
bangunan tertinggi atau terunik biasanya oranye) merupakan kawasan Strategis
diperlukan sebagai tengaran (landmark) Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi.
yang dikelilingi oleh bangunan yang Sumber: PERDA Kota Surakarta Nomor 1
karakternya tidak terlalu menonjol Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
(background building). Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-2031.

D. Efficient Vehicular Circulation Kawasan terpadu ini akan berlokasi di


Merupakan konsep sirkulasi jalur lingkar utara yang berada di
kendaraan yang dirancang seefisien wilayah administratif Kota Surakarta.
mungkin. Strategi manajemen lalu lintas

121
Region, Vol. 12, No. 2, Juli 2017: 119-129

Wilayah ini masuk dalam wilayah


Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres.
Dalam Peta Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-2031,
wilayah Kota Surakarta bagian utara
(wilayah-wilayah di sekitar garis oranye)
diarakan menjadi Kawasan Strategis
Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
(Delinasi Koridor Rencana Ringroad dsk).
Hal ini menunjukan masih potensialnya Gambar 3. Tapak
Kota Surakarta dalam perkembangan Kawasan Terpadu Terpilih.
ekonominya, termasuk di bidang
properti, khususnya di kawasan ringroad Tapak yang akan dipilih adalah
utara yang masih memiliki banyak pilihan tapak 3 karena memiliki luas
potensi lahan kosong. Jalur lingkar utara besar yaitu 18,4 ha, dikelilingi banyak
merupakan salah satu area Kota Surakarta jalan di sekitarnya yaitu Jalan Ringroad
bagian utara yang akan dikembangkan (Jalur Lingkar Utara) sebagai jalan utama
menjadi kawasan bisnis baru. dna Jalan Merapi dan Jalan Agung Timur
Selain sebagai kawasan bisnis, sebagai jalan alternatif dari pemukiman
Kecamatan Jebres juga masuk sebagai sekitar. Tapak ini juga dekat dengan
wilayah yang direncanakan sebagai fasilitas publik sekitar tanpa harus
kawasan peruntukan perumahan dengan menyeberang jalan seperti Institut Seni
bangunan vertikal berupa rumah susun Indonesia (ISI) Surakarta dan Universitas
atau apartemen (PERDA Kota Surakarta Sebelas Maret (UNS). Tapak juga tidak
Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana berdekatan dan tidak terimbas dengan
Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri
2011-2031 pasal 71). Hal ini karena Cempo yang ada di utara Jalur Lingkar
Kecamatan Jebres masuk dalam kawasan Utara.
pemukiman berkepadatan tinggi (pasal Kawasan terpadu yang dirancang di
43 ayat 4). Jalur Lingkar Utara Kota Surakarta ini
menerapkan konsep superblok yang
terdiri dari lima prinsip utama.
TAPAK
Tapak
Penerapan prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:

3.1 Identity/ Branding


Kebutuhan hunian yang sangat tinggi
memiliki kecenderungan terbentuknya
area hunian yang terlalu padat dan
kualitas visual dan rasa lingkungan yang
kurang nyaman. Selain itu, bangunan-
bangunan penunjang lainnya juga turut
Gambar 2. Lokasi Tapak memberikan pengaruh visual dan
Kawasan Terpadu Terpilih. pemanfaatan lahan. Bangunan tinggi
memiliki efek visual yang sangat terasa
tidak hanya dalam hal positif seperti
membentuk citra kawasan dan kota yang
dinamis tetapi juga hal negatif seperti
rasa terkurung yang tidak nyaman.

122
Valentinus Boris dkk, Penerapan Konsep Superblok dalam…

tritisan dan bukaan ini akan membentuk


suatu ritme masing-masing bangunan.
Permainan elemen atap tritisan pada
setiap level bangunan sehingga
membentuk bangunan modern yang
tetap memperhatikan klimatologi seperti
halnya bangunan arsitektur Jawa.
Perpaduan warna atap hitam seperti sirap
Ruang dengan cat tembok putih gading dapat
Komunal Ruang
(Pendopo) Komunal membentuk rasa ruang yang kontekstual
(Pendopo) dengan Kota Surakarta sekaligus rasa
ruang yang lebih lapang.
Penerapan bukaan berupa jendela
sebagai ekspresi keterbukaan namun
tetap privat bagi penghuni. Bukaan
jendela akan dipadukan dengan balkon
Gambar 1. Prinsip Identitas pada sehingga memungkinkan terjadinya
Zona Residensial. komunikasi antar penghuni dari antar
level maupun antar bangunan
Kawasan terpadu ini hadir di Kota apartemen.
Surakarta yang memiliki identitas budaya
yang kuat khususnya berupa arsitektur
Jawa yang sangat berkembang. Hadirnya
identitas tersebut tidak hanya dapat
membentuk karakter superblok dan Kota
Surakarta tetapi juga dapat menjadi
potensi pasar yang berbeda bagi
superblok.
Prinsip identitas yang diterapkan di
zona residensial berupa penggunaan Gambar 2. Prinsip Identitas pada
atap yang tidak hanya sebagai elemen Zona Kantor Ritel.
visual tetapi juga elemen fungsional.
Selain itu terdapat pendopo-pendopo Fasilitas kantor ritel juga dapat
berapat limasan di antara bangunan- memiliki keselarasan karakter dengan
bangunan apartemen sebagai ruang bangunan-bangunan di zona komplek
publik penghuni apartemen. Posisinya residensial untuk memperkuat kekhasan
yang berada di tengah antar bangunan kawasan terpadu di Kota Surakarta.
membuat pendopo lebih mudah terlihat Bentuk bangunan-bangunan di zona
sehingga citra kawasan terpadu dapat kantor ritel menggunakan bentuk balok
terasa lebih khas. Identitas kelokalan ini karena dapat mewadahi kebutuhan
dapat menjadi pembentuk karakter ruang dan pemanfaatan lahan dengan
kawasan terpadu yang lebih sesuai lebih efisien serta membentuk sistem
dengan Kota Surakarta. utilitas yang lebih sederhana. Selain itu,
Pada setiap unit apartemen bentuk bangunan-bangunan di zona ini
dihadirkan atap tritisan sederhana juga menggunakan atap pelana untuk
sebagai atap balkon yang menjorok ke membentuk karakter kawasan terpadu
luar massa bangunan. Dengan material yang lebih sesuai dengan karakter Kota
yang sama, bangunan apartemen akan Surakarta.
terlihat senada dengan bangunan- Bangunan kantor ritel menggunakan
bangunan sekitarnya di kawasan terpadu penutup bangunan berupa kombinasi
ini walaupun memiliki massa yang besar tembok dan kaca sebagai pembungkus
dan tinggi. Repetisi permainan atap bangunan. Tembok putih gading dan

123
Region, Vol. 12, No. 2, Juli 2017: 119-129

kaca transparan biru dapat membentuk yang sesuai dengan konteks Kota
tampilan bangunan yang sederhana Surakarta sehingga mendapatkan pasar
namun tetap modern dan fleksibel yang sesuai pula.
apabila akan ditambahi elemen khas Kesesuaian pemakaian material,
perusahaan. bentuk, tampilan, dan elemen arsitektur
pada setiap zona dapat membentuk
identitas khusus pada kawasan terpadu
yang berlokasi di Kota Surakarta.
Karakter ini dapat pula membentuk
kawasan sekitar Jalan Ringroad Kota
Surakarta menjadi lebih hidup dan khas.

3.2 Penerapan Prinsip Mix of Uses


Gambar 3. Prinsip Identitas pada
Zona Area Perbelanjaan.

Jalan Agung
Timur b b
a
c
d
b Jalan Merapi
Jalan Ringroad
(Jalur Lingkar Utara)

Gambar 1. Penzonaan Kawasan Terpadu.


Gambar 4. Atap pada Keseluruhan
Bangunan Shopping Mall. Zona Kantor Zona Residensial
Ritel
Zona area perbelanjaan merupakan
zona penyambut yang lokasinya paling
depan berdekatan dengan Jalan
Ringroad sehingga harus menjadi ikon
utama dalam superblok. Karakter yang
Zona
selaras dengan bangunan-bangunan di Perbelanjaan Zona Taman Zona Kantor Ritel
zona komplek residensial dan zona
Gambar 3.2-2. Zona-Zona
komplek perkantoran akan menguatkan Di Kawasan Terpadu.
kesan kawasan terpadu yang hadir di
Kota Surakarta. Kawasan terpadu di Jalur Lingkar
Bangunan shopping mall menerapkan Utara Kota Surakarta harus memenuhi
karakter area perbelanjaan semi terbuka kriteria sebagai potensi pengembangan
untuk membentuk rasa ruang shopping properti dan salah satu solusi perkotaan
mall yang berbeda. Bentuk lengkung di Kota Surakarta. Oleh karena itu, fungsi
yang diterapkan bangunan shopping hunian, fungsi tempat bekerja, dan fungsi
mall tidak akan ditutupi fasad lain namun tempat berbelanja dan rekreasi harus
akan langsung menampilkan ritel-ritel terpenuhi. Fasilitas hunian berupa
yang ada. Penyeragaman karakter lebih apartemen harus menyesuaikan
diterapkan pada karakter lanskap dan kebutuhan yang sesuai dengan
material bangunan. masyarakat di Kota Surakarta. Untuk
Material bangunan yang digunakan memenuhi aspek kebutuhan hidup
lebih menonjolkan karakter kayu,bata sehari-hari, diperlukan fasilitas tempat
merah, kerawang, dan tembok dengan bekerja berupa kantor ritel dan tempat
warna putih gading. Hal ini untuk berbelanja berupa shopping mall.
menguatkan karakter kawasan terpadu

124
Valentinus Boris dkk, Penerapan Konsep Superblok dalam…

Prinsip percampuran fungsi dalam menyegarkan dan menyeimbangkan


kawasan terpadu ini diterapkan dengan kualitas ruang dalam tapak. Area ini
menata tiga fungsi utama (residensial, dapat menjadi sarana taman dan kolam
perkantoran, dan area perbelanjaan) ke retensi yang rekreatif untuk pengguna
dalam satu area tapak. Penataan zona kawasan terpadu.
menyesuaikan kebutuhan dari masing-
masing zona agar setiap fungsi dapat 3.3 Penerapan Prinsip Massing
berkembang dan saling mendukung. Framework
Area (a) paling selatan menjadi zona
residensial karena dapat mewadahi Pemandangan ke
fasilitas hunian apartemen yang nyaman. Gn. Lawu
Area (a) terpisah dengan area lainnya Sirkulasi Udara
untuk memberikan aspek privasi dan Zona Residensial
Zona Kantor
kenyamanan penghuni dari kebisingan Ritel
yang dihasilkan dari Jalan Ringroad dan
area komersial lainnya. Di antara zona
residensial dan titik pusat keramaian
kawasan terpadu juga dapat diletakkan
fasilitas dengan kebisingan rendah. Zona Pemandangan ke
Gn. Merapi & Gn.
residensial diperkirakan menghasilkan Zona Zona Zona Merbabu
kebisingan sedang bagi pemukiman dan Perbelanjaan Taman Kantor Ritel
perumahan di sekitar tapak.
Area (b) dekat dengan jalan sekitar Gambar 1. Prinsip Tata Massa
tapak dan jalan sirkulasi dalam tapak Kawasan Terpadu.
sehingga dijadikan sebagai zona kantor
ritel. Kantor ritel merupakan fasilitas
yang juga membutuhkan kenyamanan Zona Zona
Zona Taman Perbelanjaan
kebisingan namun dapat disikapi dengan Kantor Ritel
Zona
strategi desain apabila berada di dekat Kantor Ritel
Jalan Ringroad. Fasilitas kantor ritel juga
tidak menghasilkan kebisingan tinggi
bagi zona residensial dan pemukiman
dan perumahan di sekitar tapak.
Area (c) paling depan dan mudah Zona Residensial
terlihat dari jalan utama sehingga dapat
dijadikan sebagai zona perbelanjaan
Gambar 2. Hasil Tata Massa
berupa shopping mall. Shopping mall
Kawasan Terpadu.
dapat menjadi penarik pengunjung dan
meningkatkan pasar komersial kawasan
Prinsip tata massa dalam
terpadu. Zona perbelanjaan tidak begitu
perancangan kawasan terpadu
butuh kenyamanan kebisingan karena
menyesuaikan karakter dan fungsi setiap
aktivitasnya bersifat rekreatif. Namun,
bangunan. Setiap zona ditata agar terjalin
shopping mall cenderung menghasilkan
hubungan antar zona secara langsung
kebisingan tinggi bagi pemukiman dan
sehingga masing-masing fungsi zona
perumahan di sekitar tapak sehingga
dapat saling mendukung. Bangunan-
butuh direduksi dengan fasilitas dengan
bangunan di setiap zona juga memiliki
kebisingan rendah antara shopping mall
arah hadap yang saling berhadapan
dengan zona residensial dan pemukiman
sehingga mendukung potensi komersial
dan perumahan di sekitar tapak.
kawasan terpadu.
Area (d) sebagai perantara antara
Bangunan apartemen bertingkat
berbagai zona dapat dijadikan area hijau
tinggi ditata di bagian utara zona
dan penyerapan air hujan sehingga dapat

125
Region, Vol. 12, No. 2, Juli 2017: 119-129

residensial, sedangkan yang bertingkat 3.4 Penerapan Prinsip Efficient


rendah dapat diposisikan di bagian pintu Vehicular Circulation
gerbang masuk zona komplek
residensial dan pintu masuk kawasan Sirkulasi Akses
terpadu sehingga pengguna yang masuk Jalan Agung
Dalam Tapak
dapat merasakan skala bangunan yang Timur a
menerus dan menyambut. c
Bangunan apartemen yang tinggi
b
dapat membentuk visual yang terlalu Jalan Merapi
padat, khususnya bagi kawasan Jalan Ringroad
pemukiman dan perumahan sekitar (Jalur Lingkar Utara)
tapak. Bangunan-bangunan apartemen
dapat diarahkan berselang-seling dan Gambar 1. Penataan Sirkulasi Kendaraan.
bagian memanjang bangunan tidak
diarahkan langsung ke arah pemukiman Sirkulasi di dalam kawasan terpadu
dan perumahan di sekitar tapak. dapat diarahkan memiliki sirkulasi yang
Posisi bangunan apartemen menerus dan melewati semua fasilitas.
melintang menghadap barat dan timur Jalur kendaraan, jalur lambat, dan
agar pandangan pengguna kawasan pejalan kaki dapat dipisahkan namun
terpadu maupun lingkungan sekitar saling terintegrasi dengan semua fasilitas
tidak begitu terhalang padatnya kawasan terpadu. Akses di dalam tiap
bangunan. Selain itu, arah barat dan timur zona juga harus mengarahkan pengguna
memungkinkan pemandangan ke secara menerus dari satu bangunan ke
berbagai obyek. Pemandangan ke arah bangunan lainnya. Hal ini untuk
barat dapat melihat gunung Merapi dan menguntungkan zona-zona komersial
Merbabu, sedangkan ke arah timur dapat yang membutuhkan kemudahan akses
melihat gunung Lawu. Pemandangan bagi pengguna dan pengunjung. Jalur
menuju ke berbagai obyek ini dapat sirkulasi dibuat aksesibel dan terbuka
meningkatkan kualitas ruang di setiap agar tercapai aspek kenyamanan dan
unit apartemen. keamanan pengguna.
Arah angin juga dipertimbangkan Prinsip tata sirkulasi kendaraan
agar setiap zona memiliki kualitas udara diterapkan dengan menyesuaikan
yang baik dan mengalir. Bangunan tatanan zona fungsi. Zona tapak dibagi
apartemen yang lebar dan tinggi ditata dengan menarik sirkulasi yang menerus
demikian agar udara mudah bergerak ke dari/menuju semua jalan yang
setiap zona dan membentuk visual mengililingi tapak. Jalan masuk utama
kawasan terpadu yang tidak terlalu masif dari Jalan Ringroad karena merupakan
walaupun terdapat banyak bangunan. jalan utama. Area (a) jauh dari Jalan
Kantor ritel dirancang menghadap ke Ringroad yang ramai dan cenderung
semua sirkulasi utama dan jalan-jalan berkebisingan tinggi. Area (b) dan (c)
yang membatasi kawasan terpadu dan merupakan area yang dekat dengan
memanfaatkan arah hadap dari pusat- sirkulasi pengguna jalan sehingga dapat
pusat keramaian seperti zona taman dan terlihat dan memiliki potensi komersial
zona area perbelanjaan berupa shopping yang menguntungkan. Akses dari atau
mall untuk meningkatkan potensi bisnis menuju apartemen
kantor ritel. Efisiensi pola sirkulasi kendaraan
Bangunan shopping mall diposisikan diperlukan untuk mengurangi aktivitas
langsung berhadapan dengan Jalan berkendara di dalam kawasan terpadu.
Ringroad dan jalan sirkulasi utama Semua fasilitas dapat mudah dicapai.
kawasan terpadu sebagai fungsi
penyambut sehingga dapat menarik
perhatian pengunjung.

126
Valentinus Boris dkk, Penerapan Konsep Superblok dalam…

3.5 Penerapan Prinsip Multilayers


Jalan Agung Sirkulasi Akses Pedestrian Linkage
Timur Dalam Tapak

Jalan Merapi

Jalan Ringroad
(Jalur Lingkar Utara)

Gambar 2. Prinsip Penataan Sirkulasi


Kendaraan Kawasan Terpadu.

Akses pencapaian utama menuju/dari


kawasan terpadu diarahkan dari Jalan
Ringroad untuk lebih menarik pengguna
jalan dari berbagai arah dan
memudahkan pengguna dan penghuni
kawasan terpadu dalam mengakses jalan
arteri.
Akses pencapaian sekunder
menuju/dari kawasan terpadu diarahkan
dari Jalan Merapi dan Jalan Agung Timur
karena dapat menghubungkan tapak
dengan pengguna dari Sumbing Raya
maupun Jalan Ringroad. Jalan Merapi
dapat menghubungkan tapak dengan
dengan masyarakat dari arah barat Gambar 1. Prinsip Sistem Pedestrian
tapak. Jalan Agung Timur dapat Kawasan Terpadu.
menghubungkan tapak dengan
masyarakat dari arah timur tapak. Akses pejalan kaki membutuhkan
Sirkulasi dalam tapak diarahkan sirkulasi yang dekat dengan semua
dapat mencapai dan menghubungkan fasilitas kawasan terpadu. Jalur pejalan
semua bangunan dalam kawasan terpadu kaki harus mendapat perhatian utama
sehingga tetap mendukung efisiensi untuk mendorong pengguna mengakses
sirkulasi pengguna skawasan terpadu. semua fasilitas dengan hanya berjalan
Pengguna kawasan terpadu cukup kaki. Kebutuhan akan sirkulasi yang
berjalan kaki dan dapat mencapai semua efisien dan nyaman di area pedestrian
fasilitas dengan mudah dari semua jalan membutuhkan akses yang menerus dan
di dalam ataupun di sekitar superblok. terhubung dengan segala fasilitas yang
Sistem parkir basement menerapkan dibutuhkan pengguna.
sistem komunal untuk mengefisienkan Prinsip kenyamanan pedestrian
luasan parkir. Basement antar bangunan diterapkan dengan memberikan fasilitas
dihubungkan untuk mendapatkan luasan pedestrian di setiap sisi. Pedestrian
yang cukup bagi kebutuhan pengguna dibuat di sekeliling zona bangunan dan
apartemen. Semua kendaraan diwadahi sisi jalan sehingga pengguna kawasan
di dalam basement untuk mengurangi terpadu dapat mencapai semua
jumlah parkir pinggir jalan. bangunan lebih mudah dan terintegrasi.
Pedestrian dihadirkan dengan memberi
ketinggian sepuluh sentimeter (10 m)
agar tidak terlalu tinggi dari jalan.
Pedestrian juga dibuat selebar tiga meter

127
Region, Vol. 12, No. 2, Juli 2017: 119-129

(3 m) untuk memberi luasan yang 4.1 Prinsip Identity/Branding


nyaman bagi berbagai aktivitas dan Diterapkan dalam elemen kelokalan
moda mobilisasi pengguna kawasan berupa turunan bentuk atap tradisional
terpadu seperti jalan kaki dan Jawa berupa atap perisai dan limasan,
menggunakan kursi roda. selain itu ada pula pendopo-pendopo
Suasana pedestrian dibuat lebih sebagai area publik.
alami. Penggunan material batu alam dan
batas pedestrian berupa pepohonan dan 4.2 Prinsip Mix of Uses
perdu membuat pengguna kawasan Diterapkan dengan menghadirkan
terpadu lebih betah saat berjalan kaki. tiga zona fungsi utama dalam kawasan
Tumbuhan yang dipakai di jalur sirkulasi terpadu berupa zona residensial
memakai pohon-pohon dengan luas (apartemen), zona perkantoran (kantor
daerah bayangan yang cukup besar agar ritel), dan zona area perbelanjaan
suhu pedestrian lebih sejuk dan dapat (shopping mall).
menjadi elemen yang menerus sebagai
pengarah sirkulasi pedestrian. 4.3 Prinsip Massing Framework
Penggunaan elemen alam demi Diterapkan dalam penataan
kenyamanan berjalan kaki berguna bangunan berdasarkan bentuk dan
mendorong berkurangnya penggunaan fungsinya. Bangunan apartemen yang
kendaraan pribadi dan membentuk tinggi ditata di belakang dengan posisi
kualitas udara kawasan terpadu yang melintang menghadap barat dan timur
lebih baik. sebagai latar kawasan terpadu,
mempermudah sirkulasi udara,
4. KESIMPULAN mengurangi efek padat, dan
memungkinkan penghuni menghadap
Sistem keterpaduan di dalam konsep pemandangan. Sedangkan untuk fungsi
superblok dapat menjadi salah satu solusi komersial ditata di sepanjang sirkulasi
dalam menyelesaikan masalah utama tapak dan di depan tapak sebagai
perkotaan. Kota harus memiliki sistem penyambut pengguna dan penarik
yang komprehensif dalam menyikapi pengunjung.
peningkatan jumlah penduduk dan
hunian. Lima prinsip dalam konsep 4.4 Prinsip Efficient Vehicular Circulation
superblok dapat menjadi salah satu solusi Diterapkan dalam penataan sirkulasi
dalam mewadahi hunian dalam jumlah kendaraan yang menghubungkan tapak
besar sekaligus terkonseksi dengan dengan jalan sekitar dan
berbagai fasilitas. menghubungkan antar bangunan di
Kota Surakarta dengan berbagai dalam tapak.
masalah dan potensi kota yang dimiliki
dapat mengadaptasi konsep superblok. 4.5 Prinsip Multilayers Pedestrian Linkage
Pemenuhan kekurangan hunian Diterapkan dengan menghadirkan
(backlog) dapat diusahakan dengan pedestrian yang nyaman, aksesibel ke
konsep ini. Lima prinsip dalam konsep berbagai bangunan, aman, dan dekat
superblok dapat membentuk suatu dengan alam.
kawasan terpadu untuk fungsi hunian
yang terintegrasi dan tersistem dengan Penerapan konsep superblok dalam
fungsi-fungsi penunjang kehidupan rancangan kawasan terpadu di Jalur
pengguna. Lingkar Utara Kota Surakarta diharapkan
Kawasan terpadu di Jalur Lingkar dapat menjadi salah satu solusi yang
Utara Kota Surakarta dirancang dengan lebih efisien dan terkonsep atas berbagai
menerapkan lima prinsip utama dalam masalah perkotaan di Kota Surakarta.
konsep superblok antara lain:

128
Valentinus Boris dkk, Penerapan Konsep Superblok dalam…

REFERENSI

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta.


Kota Surakarta Dalam Angka Tahun
2014.
PERDA Kota Surakarta Nomor 1 Tahun
2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-
2031.
PERDA Kota Surakarta Nomor 8 Tahun
2009. Tentang Bangunan
Ronald. (2012). Proses Merancang
Perkantoran Di Mega Kuningan.
Universitas Pelita Harapan
Suwirna. (2016). Kompleks Komersial Dan
Hunian Terpadu Di Badung, Bali.
Juruan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Udayana
Yanuar. (2014). Apartemen Dan Kantor
Sewa Di Kabupaten Sleman Dengan
Tata Ruang Dalam Dan Luar Yang
Ramah Lingkungan Melalui
Pendekatan Arsitektur Hijau.
Program Studi Arsitektur Universitas
Atma Jaya Yogyakarta

129

You might also like