Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Penelitian Kesmasy Vol. 2 No.

2 Edition: November 2019 – April 2020

http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKSY
Received: 24 Maret 2020 Revised: 05 April 2020 Accepted: 23 April 2020

HUBUNGAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


(STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT YANG TIDAK
MEMILIKI JAMBAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BEROHOL KOTA
TEBING TINGGI TAHUN 2019

Maghdalena Br Barus1, Fithri Handayani Lubis2, Taruli Nadeak2


1
STIKes Mitra Husada Medan
2
Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua
e-mail: maghdalena_barus@yahoo.com

Abstract
The number of Diarrhea KLB Cases in 2010 was 2,580 with 77 deaths
(CFR2.98%). This result was different from 2009 where there were 3,307
cases of diarrhea KLB, 21 cases of deaths (CFR0.69%). And the latrines
ownership is one of the causes. Good total sanitation decreases 94% of
diarrhea. The purpose of this study is to determine the relationship between
total community-based sanitation programs and the incidence of diarrhea
incommunities who do not own latrines. This type of research uses Cross
Sectional research. The population of this study is all communities that
reside in the working area ofPuskesmas Berohol of Tebing Tinggi City. The
sample is 60 respondents using the Simple Random Sampling technique.
Instrument research questionnaire and observation sheet. The results of
this study state that there is a relationship between the total community-
based sanitation program and the incidence of diarrhea in people who do
not have latrines. The conclusion is based on there search about there
lationship of Community Based Total Sanitation Program (STBM) with
Diarrhea Incidence in Communities that Do Not Have Latrines in the Work
Area of the Alcoholic Health Center of Tebing Tinggi City in 2019. The
results obtained are that there is a relationship between the total
community-based sanitation program (STBM) and the incidence of diarrhea.
Suggestions for the community to improve the individual of total sanitation.

Keywords: STBM Program, Latrine Ownership, Diarrhea

PENDAHULUAN lainnya yang berkaitan dengan


sanitasi dan perilaku (Profil Depkes
Target dari Indonesia Sehat tahun
RI, 2017).
2025 adalah adanya peningkatan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan Derajat kesehatan dipengaruhi
hidup sehat seluruh masyarakat. oleh beberapa faktor yaitu
Peningkatan derajat kesehatan lingkungan, perilaku, pelayanan
masyarakat yang setinggi-tingginya medis, dan keturunan. Lingkungan
dapat terwujud melalui terciptanya merupakan faktor yang besar
masyarakat, bangsa dan negara pengaruhnya terhadap kesehatan
Indonesia yang ditandai oleh individu dan masyarakat. Keadaan
penduduknya yang hidup dengan perilaku Lingkungan yang tidak memenuhi
dan lingkungan sehat, memiliki persyaratan kesehatan dan perilaku
kemampuan untuk menjangkau masyarakat dapat merugikan
pelayanan kesehatan yang bermutu, kesehatan baik masyarakat di
secara adil dan merata, Indikator STBM pedesaan maupun perkotaan yang
adalah menurunnya kejadian penyakit disebabkan karena kurangnya
diare dan penyakit berbasis lingkungan pengetahuan dan kemampuan
45
Barus, Lubis, & Nadeak, Hubungan Program Sanitasi …
masyarakat dibidang kesehatan, Adanya penurunan angka kejadian
ekonomi, maupun teknologi. Faktor diare dan penyakit berbasis
lingkungan yang berhubungan dengan lingkungan lainnya yang berkaitan
tingkat kesehatan masyarakat adalah dengan sanitasi dan perilaku menjadi
tersedianya air bersih, penyediaan indikator dari keberhasilan Program
jamban keluarga, penyehatan kondisi STBM. (Kemenkes RI, 2011).
rumah dan kondisi lingkungan
Secara klasik perubahan perilaku
pemukiman (Florensius, 2017).
tersebut sering diutarakan oleh
Salah satu program pemerintah kebanyakan orang, baik yang
yang bertujuan untuk meningkatkan berpendidikan tinggi maupun yang
perbaikan pelayanan serta fasilitas air tidak sekolah sama sekali, yaitu
minum dan sanitasi serta meningkatkan mengubah perilaku tidaklah mudah.
nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat Salah satu faktor yang menyebabkan
pada masyarakat pedesaan/pinggiran masyarakat melakukan buang air
yaitu Program PAMSIMAT. Dalam besar sembarangan adalah rendahnya
program pemerintah ini komponen motivasi masyarakat untuk
Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan berperilaku hidup bersih dan sehat.
Sehat dan layanan hygiene dan sanitasi Motivasi PHBS (Perilaku Hidup Bersih
menjadi komponen utama. dan Sehat) yang menggerakkan
Melalui komponen ini diharapkan seseorang untuk melakukan
dapat membantu masyarakat dan kebiasaan BAB (Buang Air Besar)
institusi local dalam pencegahan dampak (Notoatmodjo, 2014).
sanitasi buruk dan air yang tidak bersih,
Pada tahun 2013 Kementerian
yang berpotensi mengakibatkan penyakit
Kesehatan menyampaikan bahwa
berbasis air dan lingkungan terutama
angka kematian yang diakibatkan oleh
diare. Tujuan dari komponen kesehatan
penyakit yang ditularkan melalui air
sendiri adalah meningkatkan kapasitas
mencapai 3.400.000 jiwa/tahun.
dan kemampuan masyarakat serta
UNICEF (United Nations Interational
pemerintah daerah dalam merencanakan
dan melaksanakan program Childrens Emergency Fund)
pengembangan cakupan sanitasi melalui menyatakan bahwa sanitasi dan
pengembangan jamban keluarga dan perilaku kebersihan yang buruk, serta
pembangunan sarana sanitasi di minum air yang tidak aman diduga
sekolah/tempat ibadah serta memperluas berkontribusi terhadap 88% kematian
manfaat kesehatan yang dirasakan anak akibat diare (Kemenkes RI,
melalui pengembangan sarana air bersih 2011) dan semua itu diduga akibat
dan sanitasi serta perilaku hidup bersih dari kualitas air dan sanitasi yang
dan sehat (Florensius, 2017). buruk. Terkait kegiatan BAB (Buang
Air Besar) di sungai Indonesia
Masyarakat masih berprilaku buang menduduki peringkat kedua atau
air besar kesungai, sawah, kolam, kebun tepatnya di bawah India (Kemenkes
dan tempat terbuka. Selain itu menurut RI, 2011).
hasil pengamatan Basic Human services
(BSH) sebanyak 99,20% penduduk di Menurut data UNICEF, 44,5 %
Indonesia masih merebus air untuk total seluruh penduduk Indonesia
mendapatkan air minum, dan sebanyak belum memiliki akses pembuangan
47% dari air tersebut mengandung tinja yang layak dan 63 juta
kuman Escheria coli. Kondisi ini masyarakat Indonesia masih buang
berbanding lurus dengan masih tingginya air besar di sungai atau 24% dari total
angka kejadian diare di Indonesia yang penduduk 3 Indonesia pada tahun
mencapai 423 per seribu penduduk pada 2011 masih melakukan BAB (Buang
semua umur dan 16 provinsi mengalami Air Besar) di sungai (Kemenkes RI,
kejadian luar biasa (KLB) Sebanyak 2,52. 2011). Berbagai penyakit yang
menjadi akibat dari sanitasi buruk di
46
Barus, Lubis, & Nadeak, Hubungan Program Sanitasi …
indonesia antara lain penyakit diare mengambil air dikali untuk keperluan
sebesar 72%, kecacingan 0,85%, rumah tangga, padahal sejumlah
hepatitis A 0,57%, scabies 23%, penyakit menyebar melalui fases
trakhoma 0,14%, hepatitis E 0,02%, dan seperti typus abdominali, kolera,
malnutrisi 2,5%. Sebagai upaya untuk desentri, hepatitis (Notoatmodjo,
menurunkan presentasi angka kesakitan 2014).
maupun kematian akibat sanitasi yang
Salah satu langkah dalam
buruk, pemerintah melalui Kementrian
pencapaian target Millenium
Kesehatan Republik Indonesia telah
Development Goal’s (MDG’s) ke-4
merencanakan program Sanitasi Total
adalah menurunkan kematian anak
Berbasis Masyarakat (STBM) untuk
menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990
meningkatkan upaya perilaku hidup
sampai pada 2015. Hasil Riskesdas
bersih dan sehat . Dalam program STBM
menunjukkan bahwa dari tahun ke
ini yang menjadi Pilar Pertama dalam
tahun diketahui bahwa diare masih
Sanitasi Total adalah Stop Buang Air
menjadi penyebab utama kematian
Besar Sembarangan (Kemnkes RI, 2011).
balita di Indonesia. Untuk
Pada Propinsi Sumatra utara masih menurunkan kematian karena diare
ditemukan penduduk yang buang air perlu laksana yang cepat dan tepat.
besar di area terbuka Berdasarkan hasil Diare dapat disebabkan infeksi
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) maupun non infeksi. Dari penyebab
2016, diketahui bahwa rumah tangga di diare yang terbanyak adalah diare
Sumatera Utara telah menggunakan infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan
tempat pembuangan tinja berupa tangki oleh Virus, Bakteri, dan Parasit.
septik/SPAL sebesar 74,08%, BAB pada Penyakit infeksi merupakan penyakit
lubang tanah, pantai, tanah lapang atau yang banyak diderita masyarakat
kebun sebesar 12,88%, BAB pada kolam, Indonesia sejak dulu, diantaranya
sawah, sungai, danau, atau laut sebesar adalah infeksi usus (diare). Salah satu
11,63% dan BAB tempat lainnya sebesar faktor penyebab terjadinya diare
1,41% (Dinkes Sumut, 2016). antara lain karena infeksi kuman
penyebab diare. Timbulnya penyakit
Penyakit diare masih menjadi
diare disebabkan oleh keadaan
masalah di beberapa negara berkembang
lingkungan dan perilaku masyarakat
seperti Indonesia karena angka kematian
yang tidak menguntungkan. Banyak
dan kesakitan yang ditimbulkannya masih
hal yang dapat mempengaruhi
cukup tinggi. Survei kesakitan yang
kejadian diare di suatu wilayah yaitu
dilakukan oleh subdit Diare, Departemen
kuman penyakit yang menyebar
Kesehatan dari tahun 2000 hingga 2010
melalui mulut, kebersihan lingkungan,
terlihat kecenderungan insidens naik.
umur, letak geografi, dan juga
Pada tahun 2000 Immortality Rate (IR)
perilaku masing-masing individu
penyakit Diare 310/1.000 penduduk,
(Ariani, 2016).
tahun 2003 naik menjadi 374/1.000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi Jumlah Kasus KLB Diare pada
423/1.000 penduduk dan tahun 2010 tahun 2010 sebanyak 2,580 dengan
menjadi 411/1000 penduduk. Dampak kematian sebesar 77 kasus (CFR 2,98
penyakit yang ditimbulkan dari buang air %). Hasil ini berbeda dengan tahun
besar disungai melalui fases yang 2009 dimana kasus pada KLB diare
terinfeksi mencemari air sungai dan sebanyak 3,307 kasus, kematian
terkontaminasi bibit penyakit yang sebanyak 21 kasus (CFR 0,69%).
berasal dari fases kemudian diminum Perbedaan itu tentu saja perlu dilihat
manusia, bisa juga fases yang terinfeksi dari berbagai faktor, terutama
dihinggapi kecoa atau lalat kemudian kelengkapan laporannya. Kesadaran
hinggapi makanan (piring, sendok, dan menerapkan PHBS, masih rendahnya
gelas) dan masih banyak orang yang pengetahuan masyarakat, tersedianya

47
Barus, Lubis, & Nadeak, Hubungan Program Sanitasi …
sumber air bersih, tidak tersedianya menurunkan hingga separuhnya
jamban keluarga dan pusat pelayanan proporsi rumah tangga tanpa akses
kesehatan yang masih belum terjangkau fasilitas sanitasi dasar pada tahun
dianggap sebagai faktor yang seringkali 2015. Sanitasi Total Berbasis
menjadi penyebab terbesar kejadian Masyarakat (STBM) adalah
diare di Masyarakat (Depkes RI, 2015). pendekatan yang dilakukan
pemerintah dalam merubah perilaku
Pemerintah sudah mengupayakan
hidup masyarakat melalui
peningkatan kondisi kesehatan
pemberdayaan masyarakat dengan
lingkungan baik melalui program desa
metode pemicuan. Program STBM
tertinggal maupun program lainnya,
memiliki indikator outcome dan
hanya saja sepertinya pemerintah masih
indikator output yang bertujuan
butuh usaha yang lebih lagi karena
menjadikan Indonesia bebas dari
sampai saat ini belum mencapai tujuan
buang air di sembarang tempat/Open
yang diharapkan dan belum terlihat
Defecation Free (ODF).
adanya penurunan angka kejadian diare.
Diharapkan ada upaya lintas sektor untuk Pencapaian yang optimal pada
menangani kondisi ini tidah hanya mejadi tujuan 7 MDGs akan mempengaruhi
tanggung jawab dari pemerintah saja juga tujuan 4 MDGs yaitu mengurangi
agar dapat menanggulangi dan mencegah angka kematian anak. Proporsi rumah
terjadinya diare pada balita ini. Apabila tangga dengan akses berkelanjutan
hal itu tidak dilaksanakan maka akan terhadap sanitasi layak di kota dan
dapat menimbulkan kerugian baik desa terdapat peningkatan mulai
kehilangan biaya untuk pengobatan yang tahun 1993 sebesar 37,73% menjadi
cukup besar atau dapat pula sebesar 44,19% pada tahun 2010,
menimbulkan kematian pada balita yang sedangkan target MDGs 2015 sebesar
terkena diare (Sholikhah S, 2014). 62,41%. Dari permasalahan yang
tertera diatas, untuk memperbaiki
Penyakit diare sering menyerang
persepsi yang ada dalam masyarakat
bayi dan balita hingga dewasa sekalipun,
adalah dengan cara memberikan
bila tidak diatasi lebih lanjut akan
penyuluhan, penyuluhan ini berisi
menyebabkan dehidrasi yang
tentang dampak buruk BAB (Buang
mengakibatkan kematian (Sholikhah S,
Air Besar) di sungai sehingga
2014). Kualitas air minum yang buruk
diharapkan dengan pengetahuan yang
menyebabkan terjadinya kasus diare.
meningkat berdampak pada
Sanitasi yang tidak baik akan
membaiknya persepsi masyarakat.
menyebabkan banyaknya kontaminasi
bakteri Escheria Coli dalam air yang Output akhir dari aktivitas ini
dikonsumsi masyarakat. Penyakit Diare adalah berubahnya perilaku
memiliki potensi untuk meningkat masyarakat dalam BAB (Buang Air
kembali (re-emerging) mengingat kondisi Besar) dan menuju ke arah yang lebih
perilaku dan lingkungan (fisik, sosial, baik. Melihat keadaan tersebut, bukan
ekonomi dan budaya) masyarakat yang semata faktor ekonomi tetapi lebih
kurang mendukung. Kondisi ini kepada tidak adanya kesadaran
tergambar dari masih belum masyarakat untuk menerapkan pola
tereliminasinya berbagai penyakit hidup bersih dan sehat dan mengerti
tersebut dan masih tingginya faktor risiko pentingnya menjaga kebersihan
baik perilaku maupun kondisi lingkungan sungai serta memahami bahwa Buang
di masyarakat (WSP-EAP, 2009). Air Besar sembarangan di sungai
dapat berdampak pada pencemaran
Program nasional Sanitasi Total
air sungai. Oleh sebab itu
Berbasis Masyarakat (STBM)
membangun MCK (Mandi Cuci Kakus)
berkontribusi pada MDGs khususnya
disetiap rumah serta diharapkan
tujuan 7 yaitu menjamin kelestarian
dapat menjadi langkah tepat untuk
lingkungan hidup dengan target yaitu
48
Barus, Lubis, & Nadeak, Hubungan Program Sanitasi …
mewujudkan ODF (Open Defecation Free) Kriteria Inklusi pada sampel
di Indonesia (Depkes RI, 2015). Tahun dalam penelitian ini adalah:
2019, Jumlah Kepala Keluarga (KK) merupakan masyarakat di wilayah
dikelurahan Bulian sebanyak 1,533 KK, kerja puskesmas Berohol, dan
dan yang menggunakan jamban 1,454 masyarakat yang tidak memiliki
KK, dari 1,533 KK. Jadi Rumah Tangga Jamban. Kriteria Eksklusi pada sampel
yang tidak memiliki jamban 70 KK, dalam penelitian ini adalah: tidak
dengan persentase Rumah Tangga yang bersedia menjadi responden dan tidak
tidak memiliki jamban (18,40%). bersedia diwawancarai, serta
Berdasarkan data tersebut dapat masyarakat yang memiliki jamban.
disimpulkan bahwa masih terdapat Teknik Pengambilan sampel yang
sebagian penduduk yang tidak digunakan adalah probability sampling
menggunakan jamban (Depkes RI, dengan teknik Simple Random
2015). Sampling.
Berdasarkan data sekunder dari HASIL DAN PEMBAHASAN
UPTD Puskesmas Berohol tergambarkan
Analisa Univariat
bahwa penyakit diare masih menduduki
sepuluh besar penyakit. Kejadian Hasil angkat yang diberikan
penyakit diare di wilayah kerja UPTD kepada responden menunjukkan
Puskesmas Berohol, diperoleh jumlah karakteristik responden yang
penderita penyakit diare pada bulan digunakan dalam penelitian ini, yang
Januari- November 2019 dengan jumlah dinyatakan dalam tabel berikut.
160 kasus. Salah satu Kelurahan yang Tabel 1. Karakteristik Responden
berada di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Penelitian
Berohol dan mempunyai pemukiman
padat penduduk adalah Kelurahan Bulian Karakteristik
f (%)
Responden
sebanyak 1612 KK. Karena kepadatan
Usia
pemukiman akan mempengaruhi
31-40 18 30.0
penduduk dalam penggunaan dan 41-50 19 31.7
pembuatan jamban. Penggunaan dan >50 23 38.3
pembuatan jamban merupakan salah Total 60 100.0
satu faktor yang mempengaruhi kejadian Pendidikan
diare. Untuk mendukung upaya SD 23 38.3
penurunan dan pencegahan kasus diare SMP 22 36.7
yang terjadi maka perlu dilakukan SMA 7 11.7
penelitian mengenai kondisi faktor PT 8 13.3
kepemilikan Jamban terhadap kejadian Total 60 100.0
Pekerjaan
diare di Kelurahan Berohol Kecamatan
Petani 10 16.7
Bajenis Kota Tebing Tinggi beserta faktor Guru 16 26.7
Lingkungan yang mempengaruhinya. Wiraswasta 31 51.7
METODE PENELITIAN PNS 3 5.0
Total 60 100.0
Penelitian ini merupakan penelitian Penghasilan
analitik observasional dengan pendekatan 500- 1 jt 40 66.7
cross-sectional yang bertujuan untuk 1,5 jt – 2 jt 20 33.3
mengetahui Hubungan Program sanitasi Total 60 100.0
total berbasis masyarakat dengan kejadia Kejadian Diare
Diare. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Tidak 22 36.7
Ya 38 63.7
Kerja UPTD Puskesmas berohol Tahun
Total 60 10.0
2019. Sampel dalam penelitian ini adalah
Kelurahan Berohol yang berjumlah 60
Berdasarkan tabel di atas, dapat
Kepala Keluarga dengan kriteria sampel.
diketahui dari 60 responden,

49
Barus, Lubis, & Nadeak, Hubungan Program Sanitasi …
berdasarkan karakteristik usia mayoritas Analisa Bivariat
masyarakat berusia >50 tahun sebanyak
Tabel 4. Hasil Uji Chi-Square
23 orang (38,3%) dan minoritas
masyarakat berusia 31-40 tahun Kejadian
Program p-
sebanyak 18 (30,0%). Berdasarkan Diare Total
STBM value
karakteristik pendidikan, mayoritas tidak ya
berpendidikan SD yaitu 23 orang Tidak 11 34 45
0.002
(38,3%) dan minoritas berpendidikan ya 11 4 15
SMA yaitu 7 orang (11,7%). Berdasarkan Total 22 38 60
karakteristik pekerjaan responden,
Dari tabel di atas dapat dilihat
mayoritas bekerja sebagai Wiraswasta
dari 60 responden yang tidak
yaitu 31 orang (51,7%) dan minoritas
mengikuti program STBM sebanyak
berkerja sebagai PNS yaitu 3 orang
11 orang (18,3%) yang tidak diare,
(5,0%). Berdasarkan karakteristik
dan sebanyak 34 orang (56,7%) yang
penghasilan responden, diketahui
diare. Responden yang mengikuti
mayoritas berpenghasilan 500.000-
program STBM sebanyak 11 orang
1.000.000 sebanyak 40 orang (66,7%)
(18,3%) yang tidak diare, dan
dan yang paling minoritas berpenghasilan
sebanyak 4 orang (6,7%) yang diare.
1.500.000 – 2.000.000 sebayak 20 orang
(33,3%). Berdasarkan hasil uji chi-square
yang telah dilakukan di dapatkan nilai
Tabel 2. Data Program Sanitasi
p-value sebesar 0,002 dengan α 0,05
Program sehingga p-value 0,002 < 0,05 maka
f (%)
STBM HO di tolak, dapat disimpulkan
Tidak 45 75.0 terdapat hubungan yang signifikan
Mengikuti 15 25.0 antara program sanitasi total berbasis
Total 60 100.0 masyarakat (STBM) dengan kejadian
diare di Wilayah Kerja Puskesmas
Berdasarkan tabel di atas dapat Berohol Kota Tebing Tinggi Tahun
diketahui bahwa mayoritas responden 2019.
yang tidak mengikuti program STBM
sebanyak 45 orang (75,0%) dan KESIMPULAN
minoritas responden yang mengikuti Berdasarkan Hasil analisis statistik
program STBM sebanyak 15 orang dengan menggunakan uji chi-square
(25,0%). yang telah dilakukan didapatkan nilai
Tabel 3. Kejadian Diare di Wilayah Kerja p-value sebesar 0,002 dengan α 0,05.
Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi Sehingga p-value 0,002 < 0,05 maka
Tahun 2019. HO di tolak, dapat disimpulkan
terdapat hubungan yang signifikan
Kejadian Diare f (%) antara Program sanitasi total berbasis
Tidak 22 36,7 masyarakat (STBM) dengan kejadian
Ya 38 63,3 diare pada masyarakat yang tidak
Total 60 100 memiliki jamban di Wilayah Kerja
Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi
Berdasarkan tabel di atas dapat Tahun 2019.
diketahui bahwa mayoritas responden
yang mengalami diare sebanyak 38 DAFTAR PUSTAKA
orang (63,3%) dan minoritas responden Ariani, 2016, Diare Pencegahan dan
yang tidak mengalami diare sebanyak 22 Pengobatannya, Nuha Medika,
orang (36,7%). Yogyakarta,
Arisman, 2009, Buku Ajar Ilmu Gizi,
EGC, Jakarta

50
Barus, Lubis, & Nadeak, Hubungan Program Sanitasi …
Chandra Budiman, 2006, Pengantar 2019. Berohol: Puskesmas
Kesehatan Lingkungan, EGC, Berohol 2019.
Jakarta
Sari E Atika, Analisis Implementasi
Depkes RI, 2000, Buku Pedoman Rogram Penyediaan air Bersih
Pelaksanaan P2 Diare, Ditjen PPM dan Sanitasi Total Berbasis
dan PL, Jakarta. masyarakat Pilar Pertama Stop
BABS (Buang Air Besar
Depkes RI. (2011). Buku saku petugas
Sembarangan) Di Desa Gunung
kesehatan lintas diare.Jakarta:
Baringin Kecamatan Barumun
Depkes RI ( diakses tanggal 24
Tengah Kabupaten Padang
Oktober 2019).
lawas Tahun 2019.
Depkes RI. 2015. Strategi Nasional
Sholikhah S. Hubungan Pelaksanaan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Program ODF (Open Defecation
Jakarta.
Free) dengan Perubahan
Dinkes, SUMUT. 2017. Profil Dinas Perilaku Masyarakat dalam
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Buang air Besar di luar jamban
(diakses tanggal 23 Oktober 2019). di Desa kemiri Kecamata Malo
East Asia and the Pacific (WSP-EAP) Kabupaten Bojonegoro Tahun
Water and Sanitation Program. 2012. SURYA. 2014; 2 (18)
2009. Informasi Pilihan Jamban (diakses tanggal 7 November
Sehat. Jakarta. World Bank Office 2019).
(diakses pada tanggal 27 Oktober Soeparman dan Suparmin. 2002.
2019). Pembuangan Tinja dan Limbah
Kemenkes RI. 2011. Profil Kesehatan Cair. Penerbit Buku Kedokteran
Indonesia Tahun 2012. Jakarta : EGC. Jakarta .
Depkes. Sukma, Hadiati, dkk. 2019. Hubungan
Kemenkes RI. 2013. Peraturan Mentri Pengetahuan, Sikap BAB, dan
Kesehatan Republik Indonesia Kepemilikan Septi Tank dengan
Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Status ODF (Open Defecation
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Free) di kecamatan Candisari,
Jakarta. Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi
6 nomor 6, Universitas
Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta.
Diponegoro.
Jakarta.
http://ejournal3.undip.ac.id/ind
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku ex.ph/jkm (diakses tanggal 24
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Oktober 2019).
Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Sumantri, Arif. 2017. Kesehatan
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Lingkungan. PT Kharisma Putra
PAMSIMAS SC. 2008. Buku Saku Utama. Depok.
Fasilitator. Jakarta: Sekretariat
CPMU PAMSIMAS.
Puskesmas Berohol.. Profil Puskesmas
Berohol Kota Tebing Tinggi Tahun

51

You might also like