Penentuan Rute Pelayaran Terbaik Untuk Mendukung Program Tol Laut Nkri (Studi Kasus: Rute Pelayaran Pelabuhan Belawan Menuju Pelabuhan Tanjung Priok)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

160 Gea.

Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2016

PENENTUAN RUTE PELAYARAN TERBAIK UNTUK MENDUKUNG


PROGRAM TOL LAUT NKRI
(Studi Kasus: Rute Pelayaran Pelabuhan Belawan menuju Pelabuhan
Tanjung Priok)
Luthfi Hakim
Jurusan Geodesi dan Geomatika - Institut Teknologi Bandung
luthfi.hakim@live.com

ABSTRACT
The Indonesian government has designed the concept of sea toll development for support the national
logistics system connectivity. The concepts contained in the core RPJMN Bappenas 2015-2019, that is
an effective marine connectivity in the form of their ships and sail regularly scheduled from west to east
Indonesia. This effort is expected to make an efficient goods distribution system. The concept of sea toll
can be implemented optimally by the government if government determining the best shipping service
from one port to another port. This matter can be something very important in order to improve
shipping safety and also effectiveness of shipping. The aim of this research to get the best shipping
service from one port to another port in order to support sea toll program of the Republic of Indonesia.
The concept of best shipping is built by two factors, that is short route and safe route in terms of
navigation shipping so the shipping can be efficient. Scope of this research is focused on determining
the best shipping route from the Port of Belawan to the Port of Tanjung Priok. This study is analyzing
the existing shipping route issued by the Department of Hydrology and Oceanography, Indonesian
Navy with an alternative shipping route. The parameters used are the type of boat used for marine
highway program (the pioneer ship 2000 GT), the shortest shipping routes and shipping navigation
safety. This research showed that existing shipping routes is not the best shipping service. That is
because the shipping route issued by the Department of Hydrology and Oceanography, Indonesian
Navy did not refer specification vessels passing through the shipping route. Recommendations for
further research is added hydro-oceanographic parameters along the route of his voyage. In addition, it
is expected to further research could be done regarding the determination of these shipping by using
the specification above 2000 GT along with the higher needs of the vessel to support the Indonesian sea
toll program.

Keywords: sea toll, existing shipping route, best shipping route, navigation of safety shipping.

ABSTRAK
Dalam rangka mendukung konektivitas dan sistem logistik nasional pemerintah Indonesia
saat ini memiliki program utama yaitu konsep pengembangan tol laut. Konsep tersebut
tertuang di dalam RPJMN 2015-2019 Bappenas yang intinya yaitu konektivitas laut yang
efektif berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal dari barat sampai ke
timur Indonesia sehingga dapat mewujudkan sistem distribusi barang yang efisien. Agar
konsep pelayaran tol laut ini dapat diimplementasikan secara maksimal oleh pemerintah
maka penentuan rute pelayaran terbaik dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya menjadi
sesuatu yang sangat penting guna meningkatkan keselamatan pelayaran dan juga efektifitas
pelayaran. Tujuan dari penelitian ini mendapatkan rute pelayaran terbaik dari satu
pelabuhan ke pelabuhan lain untuk mendukung program tol laut Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Konsep rute pelayaran terbaik yaitu rute pelayaran yang terpendek (short route)
dan teraman (safe route) dari segi navigasi pelayaran sehingga pelayaran menjadi efisien
(efficient). Cakupan penelitian ini difokuskan pada penentuan rute pelayaran terbaik dari
Pelabuhan Belawan menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Metodologi yang dilakukan di
penelitian ini yaitu menganalisis antara rute pelayaran existing yang dikeluarkan oleh
Dishidros TNI AL dengan rute pelayaran alternatif. Parameter yang digunakan yaitu jenis
Luthfi Hakim. Penentuan Rute Pelayaran Terbaik untuk Mendukung Program Tol Laut NKRI… 161
kapal yang dipakai untuk program tol laut (kapal perintis 2000 GT), rute pelayaran terpendek
dan keselamatan navigasi pelayaran. Dari hasil analisis didapatkan rute pelayaran existing
(Dishidros TNI AL) bukan merupakan rute pelayaran terbaik. Hal tersebut dikarenakan rute
pelayaran yang dikeluarkan oleh Dishidros TNI – AL tidak mereferensikan spesifikasi kapal
yang melewati rute pelayaran tersebut. Rekomendasi atau saran untuk penelitian lebih lanjut
dapat ditambahkan parameter hidro-oseanografi di sepanjang rute pelayarannya. Selain itu
di harapkan untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan analisis penentuan rute pelayaran
dengan menggunakan spesifikasi kapal di atas 2000 GT seiring dengan perkembangan
kebutuhan kapal untuk mendukung program Tol Laut NKRI

Kata kunci: tol laut, rute pelayaran existing, rute pelayaran terbaik, keselamatan navigasi
pelayaran.

PENDAHULUAN Manfaat dari penelitian ini kita bisa


Rute pelayaran adalah arah atau mengetahui apakah rute pelayaran
jarak yang harus ditempuh oleh angkutan existing yang dikeluarkan oleh Dishidros
perairan dari suatu pelabuhan ke TNI AL merupakan rute pelayaran
pelabuhan lain dengan terbaik. Jika tidak maka penelitian ini
mempertimbangkan aspek kenavigasian bertujuan untuk mencari alternatif rute
kepelabuhanan, perkapalan dan aspek pelayaran yang akan menjadi rute
keamanan dan keselamatannya. pelayaran terbaik untuk mendukung
Pemilihan rute pelayaran ini berkaitan program Tol Laut NKRI.
dengan salah satu program utama
pemerintah saat ini yaitu Pengembangan Pemodelan Sistem Informasi Geografis
Tol Laut dalam mendukung konektivitas Rute Pelayaran
dan sistem logistik Nasional. Agar konsep Pemodelan peta rute pelayaran
pelayaran tol laut ini dapat pada penelitian ini menggunakan metode
diimplementasikan secara maksimal oleh SIG dimana adanya penggabungan data
pemerintah maka penentuan rute spasial seperti peta laut dengan data-data
pelayaran terbaik dari satu pelabuhan ke atribut pendukung seperti data SBNP,
pelabuhan lainnya menjadi sesuatu yang data rute pelayaran existing, data daerah
sangat penting guna meningkatkan ranjau dan data kabel/pipa bawah laut
keselamatan pelayaran dan juga yang seluruhnya terintegrasi menjadi peta
efektifitas pelayaran. SIG rute pelayaran laut.
Prioritas utama di penelitian ini
yaitu penentuan rute pelayaran terbaik Persyaratan Teknis Penentuan Rute
dari Pelabuhan Belawan menuju Pelayaran
Pelabuhan Tanjung Priok dengan Berdasarkan standarisasi
mengimplementasikan aspek-aspek Kementerian Perhubungan Direktorat
keselamatan pelayaran. Pada saat ini Jendral Perhubungan Laut secara umum
sudah ada rute pelayaran existing yang penentuan kedalaman rute pelayaran di
bisa kita dapat dari buku daftar track luar pelabuhan / laut lepas dapat
kapal yang dikeluarkan Dishidros TNI AL ditentukan dengan Persamaan (1)
sebagai bahan acuan. Namun rute
pelayaran existing tersebut akan dikaji H = D + Σ t …………………….... (1)
apakah bisa menjadi rute pelayaran dimana:
terbaik atau ada rute pelayaran alternatif Σ t = t1 + t2 + t3 + t4 …………… (2)
untuk kebutuhan program tol laut NKRI. H = kedalaman laut yang layak
bagi rute pelayaran.
D = draft kapal.
162 Gea. Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2016
t1 adalah angka keamanan navigasi di tanah dasar alur sungai dan danau. Nilai
bawah lunas kapal berdasarkan jenis t1 seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Angka Keamanan Navigasi Dibawah Lunas Kapal

Sumber: Departemen Perhubungan, 2010

t2 merupakan angka keamanan karena H = adalah timbulan gelombang


adanya timbulan gelombang. Nilai t2 karena gerakan kapal.
didapat melalui Persamaan (3). Timbulan gelombang dipengaruhi
oleh kecepatan kapal dengan Bilangan
t2 = 0,3 H – t1 …………………… (3) Froude dibawah kecepatan kritis (Fn< 1)
dimana: disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Angka Keamanan Akibat Timbulan Gelombang

Sumber: Departemen Perhubungan, 2010

Jika t2 adalah negatif, maka t2 dianggap t4 merupakan angka keamanan


nol (t2 = 0). t3 adalah angka keamanan untuk pekerjaan pengerukan alur,
yang disebabkan oleh gerakan kapal yang nilainya ± 0,40 meter. Untuk kepentingan
didapat melalui Persamaan (4) berikut: keselamatan dan kelancaran berlayar
pada perairan tertentu, Pemerintah
t3 = k.v ……………………. (4) menetapkan sistem rute pelayaran yang
dimana: meliputi skema pemisah lalu lintas (traffic
v = kecepatan kapal (km/jam) separation scheme), rute dua arah (two
k = koefisien yang tergantung way routes), garis haluan yang dianjurkan
ukuran kapal sebagaimana pada Tabel 3. (recommended tracks), rute air dalam
(deep water routes), daerah yang harus
Luthfi Hakim. Penentuan Rute Pelayaran Terbaik untuk Mendukung Program Tol Laut NKRI… 163
dihindari (areas to be avoided), daerah zones), daerah kewaspadaan (precaution
lalu lintas pedalaman (inshore traffic areas), daerah putaran (roundabouts).

Tabel 3. Tabel 3. Angka Keamanan yang Disebabkan oleh Gerakan Kapal

Sumber: Departemen Perhubungan, 2010

Penentuan Rute Pelayaran Terbaik Tanjung Priok; Melakukan pemodelan


Langkah-langkah dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) peta rute
penentuan rute pelayaran yang terbaik pelayaran yang terintegrasi dari
yang pertama yaitu identifikasi rute Pelabuhan Belawan menuju ke Pelabuhan
pelayaran existing dengan cara Tanjung Priok; Melakukan analisis
memplotkan rute pelayaran existing ke spesifikasi kapal yang akan digunakan
peta GIS rute pelayaran yang sudah sebagai parameter penentuan rute dari
dibuat. Selanjutnya dihitung panjang rute Pelabuhan Belawan menuju ke Pelabuhan
pelayaran existing. Langkah kedua yaitu Tanjung Priok; Melakukan integrasi
tentukan rute pelayaran alternative dan antara pemodelan peta pelayaran dengan
hitung panjang rute pelayaran alternative atribut sehingga menjadi satu kesatuan;
tersebut dengan kajian parameter rute Melakukan perbandingan (comparison)
terpendek (Short route) dan teraman (Safe rute terpendek antara rute pelayaran
Route). Dari hasil analisis antara rute existing dengan rute pelayaran alternatif
pelayaran existing dengan rute pelayaran dengan mempertimbangkan keselamatan
alternative, maka tentukanlah rute navigasi pelayaran; Melakukan analisis
pelayaran terbaik apakah rute pelayaran kebutuhan pengembangan sistem
existing atau rute pelayaran alternative kenavigasian di sepanjang rute pelayaran
berdasarkan parameter yang sudah terbaik dari Pelabuhan Belawan menuju
ditetapkan. ke Pelabuhan Tanjung Priok.

Data Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN


Data yang digunakan di penelitian Analisis Sistem Referensi dan Skala Peta
ini sepenuhnya merupakan data Laut
sekunder. Untuk lebih jelasnya mengenai Dari hasil analisis terkait dengan
data yang digunakan pada penelitian ini data input peta laut untuk pembuatan
dapat dilihat di tabel 4. model peta SIG rute pelayaran laut
didapatkan adanya perbedaan sistem
METODE PENELITIAN referensi dan skala peta laut yang
Metodologi dalam penelitian ini dikeluarkan oleh Dishidros TNI-AL.
meliputi beberapa metode, diantaranya Untuk memudahkan proses pembuatan
yaitu inventarisasi data pendukung peta maka sistem referensi peta laut yang
seperti peta laut, data Sarana Bantu berbeda ditransformasikan menjadi
Navigasi Pelayaran (SBNP), data daerah sistem referensi yang sama yaitu WGS-
ranjau Kepulauan Indonesia, data rute 1984. Sedangkan skala peta yang
pelayaran existing, data kabel dan pipa digunakan setelah peta laut tersebut
laut Indonesia mulai dari Pelabuhan diintegrasikan yaitu skala peta 1: 200.000.
Belawan sampai dengan Pelabuhan
164 Gea. Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2016
Tabel 4. Data Penelitian

Analisis Daftar Suar / Sarana Bantu yaitu 868,80 Nm. Perbedaan panjang
Navigasi Pelayaran (SBNP) antara rute pelayaran existing dengan rute
SBNP yang digunakan sebagai data pelayaran alternatif 1 yaitu sebesar 892,44
sekunder untuk penelitian ini diambil dari Nm – 854,62 Nm = 33,21 Nm atau 70,04
Buku Daftar Suar Indonesia yang km, sedangkan perbedaan antara rute
dikeluarkan oleh DISHIDROS TNI-AL. pelayaran existing dengan rute pelayaran
Adapun SBNP yang dikeluarkan oleh alternatif 2 yaitu sebesar 892,44 Nm –
Dishidros TNI-AL yaitu berupa kode 868,80 Nm = 23,64 Nm atau 43,78 km. Jadi
kata-kata dan warna sehingga perlu di kesimpulannya rute pelayaran alternatif 1
interpretasikan menjadi simbol yang merupakan rute pelayaran terbaik dengan
mengacu ke International Association of panjang rute sebesar 854,62 Nm dengan
Lighthouse Authorities (IALA). perbedaan panjang jarak sebesar 33,21
Nm atau 70,04 km jika dibandingkan
Plotting Rute Pelayaran Terbaik dengan rute pelayaran existing.
Rute Pelayaran Existing diambil Dari Hasil kajian, panjang rute
dari Buku Daftar Track Kapal Indonesia pelayaran existing dari Pelabuhan
yang dikeluarkan oleh Dishidros TNI-AL. Belawan menuju Pelabuhan Tanjung
Dari hasil plotting dan analisis panjang Priok yaitu 897,90 Nm, panjang rute
rute pelayaran existing pelabuhan pelayaran alternatif 1 yang melewati Selat
belawan menuju Pelabuhan Tanjung Combol (antara Pulau Bulan dengan
Priok yaitu 892,441 Nm. Di penelitian ini Pulau Combol) dan juga melewati Selat
dilakukan pembuatan 2 rute pelayaran Dempo (antara Pulau Galang dengan
alternatif dengan mengacu parameter Pulau Abang Besar) yaitu 854,62 Nm. dan
spesifikasi kapal tol laut, rute terpendek panjang rute pelayaran alternatif 2 yang
(short route) dan rute teraman (safe route). melewati Selat Durian (antara Pulau
Dari hasil plotting dan analisis Sanglang Besar dengan Pulau Durian
didapatkan panjang rute pelayaran Besar), Selat Berhala (antara Pulau Berhala
alternatif 1 yang melewati selat antara dengan Pulau Sumatra/Jambi) dan Selat
Pulau Bulan dengan Pulau Sugi yaitu Bangka (antara Pulau Bangka dengan
854,62 Nm, dan panjang rute pelayaran Pulau Sumatra / Palembang) yaitu 868,80
alternatif 2 yang melewati selat Bangka Nm.
Luthfi Hakim. Penentuan Rute Pelayaran Terbaik untuk Mendukung Program Tol Laut NKRI… 165

Gambar 1. Contoh keterangan SBNP dari Dishidros TNI-AL yang diinterpretasikan


menjadi symbol yang mengacu pada IALA. Untuk kebutuhan program Tol Laut NKRI,
rute pelayaran existing bukan merupakan rute pelayaran yang terbaik berdasarkan kajian
parameter spesifikasi kapal tol laut 2000 GT, rute terpendek (Short route) dan rute
teraman (Safe Route).

Perbedaan panjang antara rute menuju Pelabuhan Tanjung Priok.


pelayaran existing dengan rute pelayaran Efisiensi waktu berlayar juga akan
alternatif 1 yaitu sebesar 897,90 Nm – berpengaruh terhadap efisiensi bahan
854,62 Nm = 43,28 Nm atau 80,15 km, bakar minyak kapal dan juga kebutuhan
sedangkan perbedaan antara rute logistik kapal.
pelayaran existing dengan rute pelayaran
alternatif 2 yaitu sebesar 897,90 Nm – SIMPULAN
868,80 Nm = 29,10 Nm atau 53,89 km. Rute pelayaran existing bukan
Dari hasil analisis kesimpulannya merupakan rute pelayaran yang terbaik
yaitu rute pelayaran alternatif 1 berdasarkan kajian parameter spesifikasi
merupakan rute pelayaran terbaik dengan kapal tol laut 2000 GT, rute terpendek
panjang rute sebesar 854,62 Nm dengan (Short route) dan rute teraman (Safe
perbedaan panjang jarak sebesar 43,28 Route). Hal tersebut dikarenakan rute
Nm atau 80,15 km jika dibandingkan pelayaran yang dikeluarkan oleh
dengan rute pelayaran existing. Dishidros TNI – AL tidak mereferensikan
Jika kapal perintis 2000 GT spesifikasi kapal yang melewati rute
memiliki kecepatan rata-rata 12 knot atau tersebut. Dari Hasil kajian, panjang rute
22,22 km/jam maka rute pelayaran pelayaran existing dari Pelabuhan
alternatif 1 dapat melakukan efisiensi Belawan menuju Pelabuhan Tanjung
waktu pelayaran selama 80,15/22,22 = Priok yaitu 897,90 Nm.
3,60 jam. Efisiensi watu berlayar tersebut
dapat terjadi apabila pelayaran dilakukan
secara non-stop dari Pelabuhan Belawan
166 Gea. Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2016

Gambar 2. Plotting rute pelayaran existing, alternatif 1 dan alternatif 2.

Panjang rute pelayaran alternatif 1 854,62 Nm., dan panjang rute pelayaran
yang melewati Selat Combol (antara alternatif 2 yang melewati Selat Durian
Pulau Bulan dengan Pulau Combol) dan (antara Pulau Sanglang Besar dengan
juga melewati Selat Dempo (antara Pulau Pulau Durian Besar), Selat Berhala (antara
Galang dengan Pulau Abang Besar) yaitu Pulau Berhala dengan Pulau
Luthfi Hakim. Penentuan Rute Pelayaran Terbaik untuk Mendukung Program Tol Laut NKRI… 167
Sumatra/Jambi) dan Selat Bangka (antara penelitian lebih lanjut dapat ditambahkan
Pulau Bangka dengan Pulau Sumatra / parameter-parameter tambahan yang
Palembang) yaitu 868,80 Nm. menunjang penentuan rute pelayaran
Perbedaan panjang antara rute terbaik seperti kondisi hidro-oseanografi
pelayaran existing dengan rute pelayaran dan kondisi meteorologi sepanjang rute
alternatif 1 yaitu sebesar 897,90 Nm – pelayaran.
854,62 Nm = 43,28 Nm atau 80,15 km,
sedangkan perbedaan antara rute DAFTAR PUSTAKA
pelayaran existing dengan rute pelayaran Bowditch, N. (2002). American Practical
alternatif 2 yaitu sebesar 897,90 Nm – Navigator. National Imagery and
868,80 Nm = 29,10 Nm atau 53,89 km. Mapping Agency: Bethesda –
Dari hasil analisis kesimpulannya Maryland.
yaitu rute pelayaran alternatif 1 Djunarsjah E. (2012). Sistem Navigasi
merupakan rute pelayaran terbaik dengan Kelautan. Penerbit ITB: Bandung.
panjang rute sebesar 854,62 Nm dengan
perbedaan panjang jarak sebesar 43,28 Halim, R. A., Seck, M., Diouf & Tavasszy,
Nm atau 80,15 km jika dibandingkan L. A. (2012). Modelling the global
dengan rute pelayaran existing. freight transportation system: A multi-
Jika kapal perintis 2000 GT level modeling prespective.
memiliki kecepatan rata-rata 12 knot atau Proceedings of the 2012 Winter
22,22 km/jam maka rute pelayaran Simulation Conference, Delft
alternatif 1 dapat melakukan efisiensi University of Technology,
waktu pelayaran selama 80,15/22,22 = Netherlands.
3,60 jam. Efisiensi watu berlayar tersebut
dapat terjadi apabila pelayaran dilakukan IALA. (2014). Aids to Navigation Manual
secara non-stop dari Pelabuhan Belawan NAVGUIDE 2010. France:
menuju Pelabuhan Tanjung Priok International Association of Marine
Aids to Navigation and Lighthouse
REKOMENDASI Authorities.
Dalam penelitian ini penentuan
rute pelayaran terbaik yang IHO. (2006). A Manual on Technical Aspects
direferensikan hanya untuk jenis kapal of The United Nations Convention on
dengan spesifikasi maksimum 2000 GT. Di The Law of The Sea. Special
harapkan untuk penelitian lebih lanjut Publication No. 51 4th Edition ed.
dapat dilakukan dengan menggunakan Monaco: International
spesifikasi kapal di atas 2000 GT seiring Hydrographic Bureau.
dengan perkembangan kebutuhan kapal
untuk mendukung program Tol Laut IMO Resolution No. 72 (69). (1998).
NKRI. Adoption, Designation and
Untuk pengembangan selanjutnya Distribution of Archipelagic Sea
dapat direkomendasikan penentuan rute Lanes. United Kingdom:
pelayaran terbaik untuk rute pelabuhan International Maritime
lainnya yang mendukung program Tol Organization.
Laut dengan menggunakan metode yang
sama. IMO Resolution No. A.893(21). (1999).
Untuk penentuan rute pelayaran Guidelines for Voyage Planning.
yang terbaik di penelitian ini dikaji United Kingdom: International
berdasarkan parameter rute terpendek Maritime Organization.
dan rute teraman saja. Diharapkan untuk
168 Gea. Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2016
OCDI. (2002). Technical Standards and Peraturan Pemerintah No. 5. (2010).
Commentaries for Port and Harbors Kenavigasian. Republik Indonesia.
Facilities in Japan. Japan: The
Overseas Coastal Area Peraturan Menteri Perhubungan No. PM
Development Institute of Japan. 25. (2011). Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran. Departemen
Kementerian PPN/Bappenas. (2015). Perhubungan, Republik Indonesia.
Laporan Implementasi Konsep Tol
Laut 2015. Indonesia: Badan Peraturan Menteri Perhubungan No. PM
Perencanaan Pembangunan 26. (2011). Sarana Telekomunikasi
Nasional. Pelayaran. Departemen
Perhubungan, Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Perhubungan No.
KM.173/AL/401/Phb-84. (1984). Peraturan Menteri Perhubungan No. PM
Pemberlakuan “The IALA Maritime 68. (2011). Alur Pelayaran di Laut.
Buoyage System untuk Region A Departemen Perhubungan,
“Dalam Tatanan SBNP Di Indonesia. Republik Indonesia.
Departemen Perhubungan,
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM
30. (2006). Susunan Dan Tata Kerja
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM Distrik Navigasi. Departemen
53. (2002). Tatanan Kepelabuhanan Perhubungan, Republik Indonesia.
Nasional. Departemen
Perhubungan, Republik Indonesia. Simau, S. (1972). Peraturan Internasional
Mencegah Tubrukan Di Laut
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM (International Regulation for
54. (2002). Penyelenggaraan Preventing Collision at Sea). United
Pelabuhan Laut. Departemen Kingdom: International Maritime
Perhubungan, Republik Indonesia. Organization.

Kramadibrata, S. (2002). Perencanaan Undang-Undang No. 17. (2008). Pelayaran.


Pelabuhan. Penerbit ITB, Bandung. Republik Indonesia. Republik
Indonesia.
Lasse, D. A. (2015). Manajemen Bisnis
Transportasi Laut, Carter, dan Klaim. Undang-Undang No. 6. (1996). Perairan
Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Indonesia. Republik Indonesia.
Jakarta.

Limbong B. (2015). Poros Maritim. Penerbit


Margaretha Pustaka, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


No. 37. (2002). Hak Dan Kewajiban
Kapal Dan Pesawat Udara Asing
Dalam Melaksanakan Hak Lintas Alur
Laut Kepulauan Melalui Alur Laut
Kepulauan Yang Ditetapkan Presiden
Republik Indonesia. Republik
Indonesia.

You might also like